Uas Bahasa Indonesia

  • Uploaded by: Wahyu Romadona
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uas Bahasa Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 4,987
  • Pages: 22
1. Jenis – jenis karangan berdasrakan bentuknya, cara penyajiannya, serta masalah yang disajikan. Jenis-Jenis

Karangan

Berdasarkan

Bentuk

dan

Jenisnya

:

1. Berdasarka bentuknya 1. Puisi Puisi dibagi lagi menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru Puisi lama : pantun, gurindam, talibun Puisi baru : oktaf, soneta, kwarter 2. Prosa Prosa dibagi lagi menjadi dua yaitu prosa lama dan prosa baru Prosa lama : legenda, dongeng Prosa baru : biografi, novel 2. Berdasarkan jenisnya 1. Karangan Narasi Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun menurut urutan waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi. Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi a. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa b. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir c. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian d. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci 2. Karangan Deskripsi Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat,

mendengar, merasakan, mengalaminya

sendiri. Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi a. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu b. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan

c. Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan d. Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis 3. Karangan Eksposisi Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal. Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi a. Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya b. Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual) c. Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak d. Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada e. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu 4. Karangan Persuasi Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit. 5. Karangan Argumentasi Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata. Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi a.

Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca

b. Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar c.

Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca

d.

Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi

dan menjauhkan subjektivitas e. Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian

2. Jelaskanlah cara menentukan menentukan topik, tema, tujuan karangan, merumuskan judul karangan, menyusun kerangka karangan, mengumpulkan bahan/data, mengembangkan kerangka karangan dan cara menyimpulkan karangan. Jawab : Langkah-langkah Mengarang Penyusunan karangan sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan Topik berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘tempat’. Dalam perkembangan selanjutnya, topik diartikan sebagai ‘pokok pembicaraan’ suatu karangan. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan beserta tema karangannya. Dalam kehidupan sehari-hari, topik sering dikacaukan pemakaiannya dengan istilah tema. Menurut asal katanya, Tema merupakan kata Yunani tithenai, yang berarti menempatkan. Dar segi proses penulisan karangan, tema dan topik memiliki rumusan yang berlainan walaupun nantinya apa yang dirumuskan keduanya memiliki hakikat yang sama. Apabila topik bermakna pokok karangan, maka tema diartikan sebagai suatu perumusan dari topik yang dijadikan landasan penyusunan karangan. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa topik lebih singkat dan lebih abstrak daripada tema. Topik dirumuskan lebih dahulu dari tema. Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut : a. Menarik perhatian penulis Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha untuk secara serius mencari data yang penting dan relevan dengan masalah yang ia karang. Penulis akar‫ ؛‬terdorong terus-menerus agar karangannya itu dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya Sebaliknya, suatu topik yang sama sekali tidak disenangi, dapat menimbulkan kesalahan apabila terdapat hambatan-hambatan. Penulis tidak akan berusaha menemukan data dan fakta dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ia hadapi. b. Dikuasai penulis Topik yang digarap harus pula dikuasai penulis. Sekurang-kurangnya ia mengetahui hai- hal mendasar dari persoalan yang hendak dikarangnya. Idealnya, topik itu merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis daripada pembacanya.

c. Menarik dan aktual Suatu karangan disusun tidak lain untuk dibaca oleh orang lain, oeh karena itu, minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis. Walaupun yang menarik minat itu amat bergantung pada situasi dan latar belakang pembaca itu sendiri, namun hal- hal berikut merupakan sesuatu yang diminati masyarakat secara umum: yang aktual, penting, penuh konflik, rahasia, humor. atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi pembaca. d. Ruang lingkupnya terbatas Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada akhimya karangan itu tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup topik, memungkinkan penulis untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti masalah yang akan ditulisnya secara intensif.

2. Merumuskan Judul Karangan Erat kaitannya dengan topik atau tema serta tujuan karangan, adalah judul. Apabila topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi untuk menarik -ninat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Sering kali judul dirumuskan lebih dulu sebelum karangan dibuat. Namun demikian, judul dapat pula dirumuskan setelah karangan itu selesai. Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. a.

Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan.

b.

Provokatif dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca.

c.

Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat.

3. Menyusun Kerangka Karangan Kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis besar suatu karangan. Manfaat kerangka karangan: a. Memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur. b. Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dengan yang tidak penting; c. Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan; d. Membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.

Berdasarkan bentuknya, kerangka karangan dapat dibedakan ke dalam bentuk kerangka kalimat dan kerangka topik. a.

Kerangka kalimat Kerangka kalimat merupakan suatu bentuk kerangka karangan yang berupa pernyataan-

pernyataan lengkap, yang perumusannya berupa kalimat berita atau kalimat tanya. b.

Kerangka topik Kerangka topik dinyatakan dalam kata atau frase. Dari segi kejelasannya, kerangka topiL

tidak sejelas kerangka kalimat. Namun demikian, kerangka topik sifatnya lebih longgar daa tidak kaku. Penyusunannya pun lebih mudah.

4. Mengumpulkan Bahan/Data Untuk memperkaya pemahaman dan pengetahuannya, seorang penulis harus mengumpulkan data, informasi, atau pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan tema karangan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca bahan acuan tertentu mengadakan wawancara, atau pengamatan lapangan. Kita dapat langsung mengamati objek yang akan kita karang dan dapat pula kita mengadakan percobaan. Kedua cara tersebut penting dilakukan agar data yang kita peroleh lebih mantap dan tidak meragukan. Semua bahan yang kita peroleh, kita catat supaya tidak mudah dilupakan. Catatan harus rapi dan teratur sehingga mudah dalam pemanfaatannya. Tiap-tiap data yang kita peroleh kita catat di atas kartu atau lembaran kertas yang lepas Kartu atau kertas lepas sangat mudah kita susun menurut keperluan kita dan mudah puli menyisihkannyajika sebuah catatan ternyata tidak kita perlukan lagi. Buku tulis dapat juga kiti pakai, tetapi tidak praktis, sebab halamannya terikat dan tidak mudah disusun.

5. Mengembangkan Kerangka Karangan Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan itu menjadi karangan yang lengkap dan utuh. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan karangan, di antaranya adalah dengan pola pengembangan urutan pemecahan masalah. Bila pola ini yang dipilih, maka penyusunan karangan dimulai dari penyajiar. masalah tertentu. Kemudian, pembahasannya bergerak menuju anal isis dan kesimpulan- kesimpulan. Dengan demikian, karangan berpola urutan pemecahan masalah dibentuk oleh tiga bagian utama, yaitu: a.

Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas,

b.

Analisi terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu, dan

c.

Alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.

6. Cara Pengakhiran dan Penyimpulan Baik itu pengakhiran maupun penyimpulan, sama-sama terletak pada bagian penutup suatu karangn. Dengan demikian, dari segi letak, keduanya memiliki persamaan. Bedanya dalam hal fungsi dan cara perumusannya. Pengakhiran merupakan bagian bacaan yang fungsinya menandakan bahwa bacaan itu selesai atau sudah berakhir. Bagian pengakhiran masih merupakan fungsinya sebagai penutup dari suatu perincian. Hubungan bagian pengakhiran bagian sebelumnya terbentuk dalam pola umum-khusus. Hal ini berbeda dengan penyimpulan . Adalah betul bahwa bagian penyimpulan pun umumnya terletak pada bagian akhir suatu karangan. Hanya saja, kesimpulan berfungsi pula sebagai pemaknaan kembali atas uraian-uraian sebelumnya. Hubungan antara bagian kesimpulan dengan bagian sebelumnya bersifat khusus-umum. Bagian tersebut merupakan sebuah generalisasi atas rurnum dari uraian sebelumnya. Contoh: Kalau kamu adalah salah seorang pengurus OSIS atau organisasi lainnya, sebaiknya kamu memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan komunikasi di depan tak perduli sebatas apa kemampuanmu dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu berbicara terpatahpatah dan sedikit deg-degan, itu hal biasa. Lama-kelamaan kamu akan terbiasa dengan latihan semacam itu. Apalagi kalau kamu diundang seminar, acara diskusi, atau rapal lainnya, berbahagialah kamu dan kamu manfaatkan kesempatan itu untuk mengasah lidahmu agar terbiasa dan dan lancar untuk mengeluarkan mengeluarkan pendapat pada orang lain. Paragraf di atas fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian atas bacaan yang berjudul “Remajad an Aprehensi Komunikasi” sudah berakhir. Dalam paragraf tersebut tidak ditemukan rumusan kesimpulan. 7. Menyempurnakan Karangan Menyusun karangan, baik itu karangan ilmiah, populer, maupun karangan sastra, yang sekali jadi memang cukup sulit. Kecuali bagi yang sudah betul-betul ahli, sangat jarang orang yang bisa menyusun karangan yang langsung sempurna. Ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki, baik itu dengan sistematika penulisan, kelogisan ide, istilah yang digunakan atau pun ejaannya. Karena itu, pembahasan dan peninjauan ulang atas karangan yang telah dibuat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan

3.

Jelaskan penyusunan paragraf yang baik yang memiliki kepaduan (koheren) dan kepaduan bentuk kohesif.

Jawab : Kohesi (Kesatuan) dan Koherensi (Kepaduan) dalam Paragraf Sebuah paragraf dapat dikatakan baik apabila memenuhi unsur-unsur kohesi (kesatuan),dan koherensi (kepaduan). a. Kohesi (kesatuan) Kesatuan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Dalam paragraf mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi, gagasan-gagasan itu tentap dikendalikan oleh gagasan utama. Agar hal itu dapat dicapai, penulis harus senantiasa mengevaluasi apakah kalimatkalimat yang ditulisnya itu berhubungan erat dengan gagasan utama (Alwi (editor): 2001:8). Perhatikan paragraf berikut ini. Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya dinamai desa kedunggalar. Ia tidak tahu-menahu mengapa sangkanurip kini mongering. Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ladangnya. Ia terus mengayun pangkurnya membongkar tanah liat yang sudah menggeras oleh musim kemarau yang panjang. Paragraf di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab di dalamnya terdapat dua gagasan utama berikut. 1. Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. 2. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan Oleh karena itu, agar memenuhi tuntutan prinsip kesatuan, paragraf di atas harus dipecahkan menjadi dua paragraf dengan menjadikan kalimat (1) sebagai kalimat topik pertama, dan kalimat (5) sebagai kalimat topik paragraf kedua (Alwi (ed.): 2001:8-9). b. Koherensi (Kepaduan) Kepaduan dalam sebuah paragraf akan terpenuhi apabila kalimat-kalimat yang menyusun paragraf itu terjalin secara logis dan gramatikal, dan berkaitan satu sama lain untuk mendukung gagasan utama. Dengan demikian, kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu terpadu, berkaitan satu sama lain, untuk mendukung gagasan utama. Untuk membangun kepaduan kalimat-kalimat dalam paragraf, penulis dapat menggunakan kata kunci dan sinonim, pronomina, kata transisi, dan struktur yang paralel (Alwi (ed.): 2001:10).a. Kata

Kunci dan Sinonim. Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan tidak mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan. Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali dengan menggunakan kata kuncinya atau dengan menggunakan kata lain yang bersinonim dengan kata ungkapan itu. Misalnya Virus HIV, dapat disebut virus penyebab AIDS, virus yang memataikan, virus yang sulit ditaklukan. Cara ini disebut penyulihan.

4. Jelaskan ciri-ciri kalimat efektif yang mempunyai kesatuan gagasan, kepaduan, kelogisan, kehematan, penekanan, dan penggunaan ejaan. Jawab : Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat dan mengemukakan pemahaman yang sama antara pikiran penulis atau pembicara dengan pikiran pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan gagasan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar. Dalam hal ini, pembaca atau pendengar dapat memahami maksud dari penulis atau pembicara tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat kita simpulkan salah satu faktor yang dijadikan indikator untuk melihat efektivitas suatu kalimat. Indikator tersebut adalah ketersampaian pesan yaitu kesesuaian pesan yang diterima dengan pesan yang disampaikan. Jika pesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar sama dengan pesan yang dimaksud oleh penulis atau pembicara, maka kalimat tersebut merupakan kalimat efektif. Melalui kalimat efektif pembaca atau pendengar dapat memahami pesan yang disampaian secara jelas tanpa ada kesalahpahaman. Kesalahan yang umum sering menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif adalah penggunaan kata-kata yang keterangan atau tafsiran bermakna ganda. Kelompok kata yang menimbulkan makna ganda seringkali menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman. Oleh karena itu, kalimat efektif biasanya menghindari penggunaan kata-kata atau kelompok kata yang bisa menimbulkan makna ganda atau bersifat ambigu. Kalimat efektif menggunakan kata-kata yang jelas dan logis sehingga proses penyampaian dan penerimaan gagasan berlangsung dengan sempurna. Ciri-ciri Kalimat Efektif Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kesatuan gagasan 2. Memiliki kepaduan yang baik 3. Memiliki keparalelan bentuk 4. Mengungkapkan gagasan yang logis 5. Menggunakan kata-kata secara hemat 6. Memiliki ketepatan pemilihan kata 7. Menggunakan penekanan secara tepat dan variatif 8. Menggunakan ejaan yang tepat Jika ciri-ciri di atas dapat dipenuhi, maka gagasan yang ingin disampaikan oleh penulis atau pembicara pasti dapat diterima secara tepat oleh pembaca atau pendengar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini. 1.

Kesatuan Gagasan Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut memiliki kesatuan gagasan. Artinya, unsur-unsur kalimat harus saling mendukung dan membentuk satu kesatuan ide yang padu. Meskipun kalimat terdiri dari dua atau lebih gagasan (kalimat majemuk), namun gagasan-gagasan tersebut harus saling berhubungan. Kesatuan

gagasan

dapat

terganggu

karena

beberapa

faktor,

yaitu:

a. Kedudukan subjek atau predikat yang tidak jelas b. Kesalahan penempatan fungsi keterangan c. Gagasan bertumpuk-tumpuk Contoh Kalimat

Berhubung itu mengatakannya juga anaknya tidak akan pergi

Sehubungan dengan itu, ia juga mengatakan bahwa anaknya tidak akan pergi

Malam ini pemberian dukungan via telepon yang baru saja ditutup

Sifat Tidak efektif Efektif Tidak efektif

Malam ini pemberian dukungan via telepon baru saja ditutup

Efektif

Para atlet mengemban tugas mengharumkan nama bangsa harus selalu

Tidak

menjaga kesehatan mereka, baik fisik maupun mental.

efektif

Para atlet, selaku pengemban tugas mengharumkan nama bangsa, harus selalu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka.

Efektif

2. Kepaduan Kalimat efektif memiliki kepaduan yang baik. Kepaduan adalah hubungan timbal balik yang jelas antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Kepaduan dalam kalimat efektif dapat kita lihat dari keseimbangan antar struktur bahasa yang digunakan dan gagasan yang ingin disampaikan. Kepaduan kalimat dapat terganggu karena beberapa faktor,

yaitu:

1. Penggunaan kata ganti yang salah 2. Penggunaan konjungsi yang tidak jelas 3. Penggunaan kata depan yang tidak tepat Contoh Kalimat

Sifat

Atas pertolongannya, kami ucapkan terima kasih

Tidak efektif

Atas pertolongan saudara, kami ucapkan terima kasih

Efektif

Dimas adalah murid yang rajin dan Tio adalah murid yang nakal

Tidak efektif

Dimas adalah murid yang rajin sedangkan Tio adalah murid yang nakal

Efektif

Selanjutnya Katy akan jelaskan betapa pentingnya olahraga

Tidak efektif

Selanjutnya akan Katy jelaskan betapa pentingnya olahraga

Efektif

Penyanyi terkenal itu menceritakan tentang pengalaman masa kecilnya

Tidak efektif

Penyanyi terkenal itu menceritakan pengalaman masa kecilnya

Efektif

3. Keparalelan Bentuk Ciri berikutnya dari kalimat efektif adalah keparalelan bentuk. Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk atau kelas kata yang digunakan di dalam kalimat. Jika bentuk pertama adalah kata benda (nomina), maka bentuk lainnya harus nomina juga.

4. Kelogisan Kalimat efektif adalah kalimat yang logis atau masuk akal sehingga dapat dinalar. Suatu kalimat dianggap logis jika mengandung makna yang dapat diterima oleh akal sehat. Dengan kata lain, kalimat tersebut memiliki makna yang sesuai dengan kaidah-kaidah nalar secara umum.

5. Kehematan Suatu kalimat dikatakan efektif jika menggunakan kata-kata secara hemat. Artinya, kalimat efektif menggunakan kata-kata secara efisien, tidak berlebihan, dan setiap kata yang digunakan memiliki fungsi yang jelas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kehematan antara lain: 1. Menghilangkan subjek yang tidak diperlukan 2. Menghindari pemakaian kata depan yang tidak perlu 3. Menghindari penggunaan hipernim dan hiponim secara bersamaan 4. Menghilangkan kata-kata yang tidak perlu 5. Menghindari bentuk klausa bila bentuk frasenya sudah memadai 6. Menghilangkan pleonasme

6. Ketepatan Kata Ketepatan dalam pemilihan kata sangat mempengaruhi efektivitas suatu kalimat. Kalimat efektif menggunakan pemilihan kata yang tepat sehingga menghasilkan makna yang sesuai. Pemilihan kata yang salah menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.

7. Penekanan Efektivitas suatu kalimat dapat diperoleh dengan cara memberikan penekanan pada unsur-unsur yang dianggap penting. Dengan kata lain, agar menjadi efektif, kata atau frasa yang

dianggap

penting

lebih

ditonjolkan

daripada

kata

atau

Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk memberikan penekanan: 1. Meletakkan unsur yang dianggap penting di depan 2. Menggunakan pengulangan pada bagian yang penting 3. Menggunakan partikel -lah, -pun, dan –kah 4. Menggunakan pertentangan

frase

lainnya.

8. Penggunaan Ejaan Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika menggunakan ejaan secara tepat. Kalimat efektif menggunakan penempatan tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata yang tepat.

5 . Berdasarkan fungsinya/tujuannya ada kalimat berita, perintah, tanya, seru, dan empatik. Contohnya : Jawaban : 1. Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengungkapkan peristiwa atau kejadian. Anda dapat menggunakan intonasi untuk membedakan kalimat berita dengan kalimat lain. Intonasi kalimat berita bersifat netral. Isinya berupa pemberitahuan. Contoh: a. Andi gemar olahraga sepeda gunung. b. Sita murid terpandai di kelasnya. 2. Kalimat Perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat perintah yaitu berisi perintah, menggunakan intonasi naik di akhir kalimat, dapat mempergunakan partikel -lah. Contoh: a. Tolong matikan kran air itu! b. Jangan membuat ribut, anak-anak! 3. Kalimat Tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Ciri-ciri kalimat tanya yaitu menggunakan intonasi naik, menggunakan kata tanya, dapat menggunakan partikel tanya -kah. Fungsi partikel -kah untuk memperhalus pertanyaan. Kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya adalah apa, siapa, mengapa, mana, bagaimana, bilamana, kapan, dan berapa. Contoh: a. Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin? b. Apakah ayah jadi berangkat ke Surabaya pada hari ini?

4 . Kalimat Seru Kalimat interjektif atau kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya bisa dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Cara membuatnya adalah dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1. Balikkan urutan kalimat dari S P menjadi P S 2. Tambahkan partikel –ya pada predikat yang telah ditempatkan di muka 3. Tambahkan dimuka predikat kata seru alangkah atau bukan main. Contoh : Pergaulan mereka bebas. 1. Bebas pergaulan mereka. 2. Bebasnya pergaulan mereka. 3. Alangkah bebasnya pergaulan mereka 4

Bukan main bebasnya pergaulan mereka.

5 . Kalimat Emfatik Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikanpenegasan khusus kepada subjek. Penegasan itu dilakukan dengan (1)menambahkan partikel –lah pada subjek, dan (2) menambahkan kata sambung yang di belakang subjek. Contoh : 1. Dia memulai pertengkaran itu. 2. Dialah yang memulai pertengkaran itu. Dengan penegasan pada subjek itu tentu saja ada pergeseran makna. Kalimat emfatik memberikan pernyataan bahwa subjek kalimat (a), dan bukan orang atau hal lainlah, yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat (a) itu. Perlu dicatat bahwa dalam kalimat (b) dialah yang menjadi predikat dan sisa kalimatnya menjadi subjek.

6 . Unsur pembentuk kalimat adalah kata, frase, klausa, intonasi , jeda, nada, dan tempo. Jawaban : 1.Kata Sebagai contoh kalimat yang dibentuk oleh satuan kata, perhatikanlah kalit (1) dan (2) di atas : Pergi --> di bentuk oleh satu satuan kata Ayah + Pergi --> dibentuk oleh dua satuan kata contoh lainnya : (1) Kami membaca buku. (2) Besok ibu memasak rendang.

2.Frase Frase ialah kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Pengertia ini digunakan untuk membedakan frase dengan kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata,frase tidak mengandung fungsi subyek, predikat maupun fungsi-fungsi lainnya. Kalimat : Ayah pergi S

P

Terlambat datangnya S

P

Ibu Pergi Ke Kantor S

P

K

Frase : Kepergian ayah

Kedatangan yang terlambat

ke kantor

Ciri-ciri Frase : a. dibentuk oleh dua kata atau lebih b. tidak mengandung unsur subyek dan predikat, serta c. unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.

3.Klausa Klausa sebagaimana frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, sebuah klausa merupakan kelompok kata yang terdiri atas subyek dan predikat, sedangkan frase tidak. Klausa berbeda pula dengan kalimat, kallusa tidak mengandung unsur intonasi. Klausa kedudukannya merupakan bagian dari suatu kalimat. Kalimat 1. Hari ini akan hujan 2. Besok pagi kakak akan pergi ke Jakarta dan ayah pergi ke Bandung 3. Ketika pertandingan itu berlangsung mereka pergi keluar lapangan. klausa : a. Kakak akan pergi ke Jakarta b. Ayah pergi ke Bandung a. Pertandingan itu berlangsung b. Mereka pergi keluar lapangan.

4.Intonasi, Jeda, Nada, dan Tempo a. Intonasi Intonasi ialah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimt. Intonasi pada kalimat berita, mendatar pada akhir kalimat, sedangkan pada kalimat tanya lebih menaik. Sementara itu, pada kalimat perintah, baik itu pada awal maupun akhir kalimat, intonasinya menaik (tinggi). Contoh : 1) Pergi. (memberi kabar) 2) Pergi ? (bertanya) 3) Pergi ! (memerintah) b. Jeda Jeda ialah perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi kedalam tiga jenis, yakni jeda pendek, jeda sedang, dan jeda panjang. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kalimat. Contoh : 1)menurut cerita/ adik ibu Yani itu guru yang pandai. ( yang pandai adiknya ibu Yani) 2)Menurut cerita adik/ ibu Yani itu guru yang pandai ( Yang pandai ibu Yani ) 3)Menurut cerita adik ibu/ Yani itu guru yang pandai.

( Yang pandai Yani ) 4)Menurut cerita adik ibu Yani/ itu guru yang pandai. ( Yang pandai seseorang ) c Nada Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapa suatu kata. Dalam hal ini, intonasi berfungsi untuk memberi tekanan khususpada kata-kata tertentu. Tingggi rendahnya nada dapat membedakan bagian kalimat yang satudengan bagian kalimat lainnya yang tidak penting. Perhatikan contoh berikut : 1)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan Yanto ) 2)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan menulis ) 3)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan buku ) 4)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan besok ) d. Tempo Tempo ialah cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian kalimat. Fungsinya hampir sama dengan nada, yakni untuk mementingkan suatu bagian kalimat. Contoh : Nama saya A- d – a – m Kata Adam diucapkan lebih lambat dengan maksud untuk menimbulkan kejelasan bagi pendengarnya.

7 . Tabel untuk mmenjelaskan perbedaan antara objek dan pelengkap. No Objek 1 Kategori katanya berupa nomina (kata Kategori benda).

Pelengkap katanya selain

nomina,

pelengkap dapat diisi oleh adjektif (kata sifat) atau verba (kata kerja).

2

Berada langsung dibelakang verba Berada langsung dibelakang verba semi transitif aktif tanpa preposisi (kata transitif/dwitransitif dan dapat didahului depan, dari, dengan, di, ke).

3

oleh preposisi.

Dapat menjadi subjek dalam kalimat Tidak dapat dijadikan bentuk pasif. pasif.

4

Dapat diganti dengan-nya.

Tidak dapat diganti dengan-nya kecuali didahului oleh preposisi.

8 . Gejala-gejala perubahan makna kata, perluasan makna, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, dan asosiasi. Jawaban:  Perubahan makna kata itu sendiri adalah makna dari kata-kata tertentu yang mengalami pergeseran akibat beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. Faktor Kebetulan Makna suatu kata dapat berubah karena kata tersebut memiliki makna yang samarsamar atau ambigu sehingga makna kata bisa berubah jika dipasangkan dengan kata lain. Contoh: Kata “rawan” pada tulang rawan berarti lunak atau lembut, kini maknanya bergeser menjadi rentan atau sering terjadi pada kalimat rawan perampokan, atau rawan kecelakaan. 2. Faktor Perkembangan Zaman Akibat dari berkembangnya zaman, kata-kata juga turut mengalami perkembangan. Contoh: Kata “Jawara” pada zaman dahulu digunakan sebagai panggilan orang yang kuat dan hebat, kini kata “jawara” berubah maknanya menjadi orang yang menag dalam lomba apapun. 3. Faktor Tabu Karena suatu kata memiliki makna yang tabu bagi sebagian adat atau orang, makna kata tersebut berubah menyesuaikan adat di mana kata tersebut dipakai. Contoh: Kata “kencing” tidak sopan untuk diucapkan maka kata tersebut mengalami pergeseran makna menjadi “Buang air kecil” 4. Faktor Polysemy Faktor ini akibat dari kata itu sendiri. Kata-kata yang memiliki makna ganda sering mengalami perubahan makna. Contoh: Kata “Lempung” yang berarti liat, mudah dibentuk, rapuh, dan lemah bergeser menjadi mudah patah atau tidak berguna.

 Perluasan makna atau generalisasi adalah kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran menjadi lebih luas dibanding dengan makna sebelumnya. Berlayar Makna kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memiliki layar saat ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak menggunakan perahu layar. Contoh: Kapal titanic yang tenggelam di lautan sedang berlayar dari Italia menuju Inggris. Papan Makna kata papan yang dahulu hanyalah sebagai potongan kayu yang pipih, kini maknanya meluas menjadi barang-barang mewah. Contoh: Di zaman modern ini kita harus bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Kepala Makna kata kepala yang dahulu hanya berarti anggota tubuh , kini maknanya meluas menjadi pemimpin atau ketua dari sebuah kelompok atau instansi. Ayahnya menjabat sebagai kepala sekolah di SMAN 2 Bandar Negeri. Jurusan Makna kata jurusan dahulu adalah sebuah arah atau tujuan dari angkot, kini berubah menjadi spesialisasi atau bidang ilmu yang ditekuni. Contoh: Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Mentari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.  Ameliorasi (Membaik) adalah kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih baik atau lebih sopan dari kata sebelumnya. Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya menjadi lebih tinggi dan halus. Buta Kata buta setelah mengalami ameliorasi menjadi Tuna netra, yaitu orang yang tidak bisa melihat sama sekali. Contoh: Para penyandang tuna netra membaca dengan menggunakan huruf braille. Bui Kata bui setelah mengalami ameliorasi menjadi lembaga pemasyarakatan, yaitu tempat menahan orang-orang yang bermasalah dengan hukum. Contoh:

Penjahat kelas kakap itu ditahan di lembaga pemasyarakatan Cipinang.  Peyorasi adalah pergeseran makna pada suatu kata yang menyebabkan kata tersebut menjadi kurang baik atau tidak enak didengar dari kata sebelumnya. Istri Kata istri yang mengalami peyorasi menjadi bini, yaitu pasangan suami atau ibu dari anak-anak. Contoh: Dia terus merenung memikirkan anak bininya di rumah yang sedang menantinya dengan kelaparan. Menurunkan Kata menurunkan mengalami peyorasi menjadi melengserkan, yang berarti mengganti posisi seseorang dengan orang baru. Contoh: Presiden Soeharto dilengserkan oleh ribuan mahasiswa yang berdemo pada waktu itu.  Sinestesia (Pertukaran Makna) adalah kata-kata yang mengalami sinestesia mengalami pertukaran makna dalam hal tanggapan indera akan makna tersebut, seperti kata yang biasa diterima oleh telinga bisa diterima oleh mata dan seterusnya. Indah Kata Indah yang sejatinya hanya bisa dirasakan oleh indera penglihatan yang berarti bagus, kini bisa juga diterima oleh indera pendengaran yang berarti merdu. Contoh: Penanyi itu memiliki suara yang sangat indah dibandingakan dengan penyanyi lainnya. Manis Kata manis yang lazimnya bisa diterima oleh indera perasa mengalami sinestesia sehingga bisa dirasakan oleh mata yang berarti cantik atau menawan. Contoh: Gadis yang memakai baju biru itu manis sekali.  Asosiasi (Persamaan Makna) adalah asosiasi adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat. Asosiasi disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu masyarakat. Kursi Makna kursi yang berarti tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti kedudukan, jabatan atau pangkat. Contoh: Para calon anggota dewan memperebutkan ribuan kursi di Senayan dalam pemilu kali ini. Parasit Kata parasit yang berarti makhluk hidup kecil mengalami asosiasi menjadi orang-orang yang merugikan orang lain. Contoh:

Aku baru sadar bahwa selama ini dia adalah parasite yang menganggu kehidupanku dan keluargaku.

9 . Penggunaan Huruf Kapital Menurut EYD (Ejaan yang Disempurnakan)

Penggunaan huruf kapital tidak sesederhana sekedar meletakkan huruf besar di awal kata saja, namun penggunaan dan penulisannya harus sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2001), dijelaskan bahwa terdapat 15 aturan penggunaan serta tata cara penulisan huruf kapital. Adapun 15 macam penggunaan huruf kapital, yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai huruf pertama pada kata pertama dalam suatu kalimat. 2. Sebagai huruf pertama dalam kalimat petikan langsung. 3. Sebagai huruf pertama untuk ungkapan/sebutan yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci serta kata ganti untuk menyebut Tuhan. 4. Sebagai huruf pertama untuk menyebutkan nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan (hanya jika diikuti oleh nama seseorang yang dimaksudkan). 5. Sebagai huruf pertama sebutan/gelar, jabatan dan pangkat seseorang (hanya jika diikuti oleh nama orang yang dimaksudkan atau jika nama orang tersebut diganti dengan nama instansi maupun nama tempat ia berkedudukan). 6. Sebagai huruf pertama nama orang. 7. Sebagai singkatan nama orang. 8. Sebagai huruf pertama nama bahasa, suku, bangsa dan agama. 9. Sebagai huruf pertama nama hari, bulan, tahun, peristiwa sejarah dan nama hari raya suatu agama. 10. Sebagai huruf pertama nama tempat, lokasi secara geografis. 11. Sebagai huruf pertama nama negara, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan serta nama dokumen resmi. 12. Sebagai huruf pertama perulangan kata suatu badan/instansi, lembaga pemerintah, ketatanegaraan dan dokumen resmi. 13. Sebagai huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan. 14. Sebagai huruf pertama singkatan gelar, pangkat maupun sapaan.

15. Sebagai huruf pertama kata penunjuk kekerabatan (baik yang diikuti dengan atau tanpa nama orang yang dimaksudkan). 10 . Penggunaan tanda baca titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), tanda elipsis (...), serta tanda petik tunggal (‘...’). Jawaban : Tanda titik koma  Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.  Dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Tanda titik dua  Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.  Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.  Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.  Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.  Dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).  Tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Tanda hubung  Menyambung unsur-unsur kata ulang.  Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.  Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.  Dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.  Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.  Digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Tanda elipsis  Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.  Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Tanda petik tunggal  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.  Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Related Documents


More Documents from "Singgih Pramu Setyadi"