ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PADA PERUSAHAAN INDONESIA YANG BERGERAK DI BIDANG SUB SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Analisis Informasi Keuangan
Disusun Oleh : MILLATY HIFNI 1510531016
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam yang tersedia dapat dikelompokkan ke dalam sumber daya alam hayati atau yang berasal dari makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, dan mikro organisme. Selain itu sumber daya alam juga dapat dikelompokkan ke dalam sumber daya alam non hayati atau benda mati seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis barang tambang, air, dan tanah. Berdasarkan sifatnya sumber daya alam dapat digolongkan menjadi sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam tak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan, seperti tumbuhan, hewan, hasil hutan, ikan dan air. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. Sedangkan Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui adalah yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis, seperti minyak bumi, emas, besi, batu bara, timah dan berbagai bahan tambang lainnya. Pada umumnya sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas. Minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, karena perubahan tekanan dan suhu panas selama jutaan tahun ini kemudian mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang. Sumber daya alam dapat pula dikelompokkan berdasarkan jumlahnya yang tidak terbatas, namun sumber daya alam ini belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh manusia karena masalah teknologi dan biaya yang masih dianggap kurang ekonomis, seperti sinar matahari, arus air laut, udara atau angin. Kemajuan teknologi dan industri pada saat ini telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam secara besar – besaran. Hal ini menyebabkan persediaan sumber daya alam semakin berkurang dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam ini dapat membantu prekonomian suatu negara yang dapat dilihat
dari sisi dalam meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain di sekitarnya, dan menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk pajak, retribusi ataupun royalti. Namun apabila pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik, maka
dapat menimbulkan dampak kerusakan pada lingkungan.
Oleh karena itu, untuk
menghindari berbagai dampak kerusakan pada lingkungan, maka pengelolaan pertambangan yang berwawasan masyarakat, ekonomi, pendidkian dan lingkungan mutlak harus dilakukan. Banyak perusahaan di Indonesia yang bergerak di sektor pertambangan dan penggalian ini, baik perusahaan swasta maupun perusahaan yang tergolong dalam kelompok BUMN. Setiap perusahaan memiliki aspek bahan tambang dan galian yang berbeda. Namun pada dasarnya pengelolaan perusahaan yang ditetapkan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Pada 2016, industri ini termasuk penyumbang terbesar Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam. Meski harga minyak dan batubara merosot dalam lima tahun terakhir, sektor tambang masih menjadi penopang ekonomi Indonesia. Kontribusi minyak bumi, gas bumi, mineral, serta batu bara mencapai Rp 90 triliun atau meliputi 95 persen dari pendapatan Sumber daya alam. Dengan porsi mencapai 7,2 persen, pertambangan migas dan minerba juga termasuk kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) 2016 setelah perdagangan, pertanian, dan jasa konstruksi. Selain itu, bidang yang dikenal dengan industri ekstraktif ini juga memberi setoran pajak bumi dan bangunan terbesar pada 2015, mencapai Rp 27 triliun. Lembaga konsultan internasional Wood Mackenzie memperkirakan investasi migas di Indonesia akan bangkit pada 2018 dan 2019 karena adanya penawaran skema kerjasama baru. Adapun untuk mendorong pertumbuhan sektor tambang, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar menyebutkan perlunya sejumlah pembenahan di tiga aspek, yakni politik, teknologi, dan suku bunga perbankan. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidak pastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset lancar ? 2. Bagaimana hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan persediaan ? 3. Bagaimana hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset jangka panjang? 4. Bagaimana hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset tetap dan sumber daya alam ? 5. Bagaimana hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset tak berwujud ?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk : 1. Mengetahui hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset lancar 2. Mengetahui hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan persediaan 3. Mengetahui hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset jangka panjang 4. Mengetahui hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset tetap dan sumber daya alam 5. Mengetahui hubungan analisis aktivitas investasi perusahaan dengan asset tak berwujud
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori Aktiva (assets) merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Suatu perbedaan asset alternatif yang sering bermanfaat dalam analisis adalah membagi asset menjadi asset keuangan dan asset operasi. Aktiva keuangan ( financial Assets) terutama terdiri atas efek (surat berharga atau sekuritas) dan investasi. Aktiva operasi (operatig assets) terdiri atas sebagian besar aktiva perusahaan. Aktiva ini dinilai pada biayanya dan merupakan aktiva operasi produktif yang diharapkan memberikan imbal hasil diatas laba normal. Selanjutnya adalah implikasi akutansi aktiva untuk analisis kredit dan keuntungan berikut penilaian ekuitas. Analisis aktivitas investasi dapat dilakukan dengan menganalisis asset lancar, persediaan, asset jangka panjang, asset tetap dan sumber daya alam, serta asset tak berwujud. Setiap kegiatan analisis yang dilakukan pada kelompok asset terebut memiliki indikator analisis yang berbeda.
2.1.1 Asset Lancar Asset lancar / Aktiva lancar merupakan sumber daya atau klaim terhadap sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan. Siklus ini merupakan proses dimana perusahan mengubah kas menjadi aktiva jangka pendek dan kembali menjadi kas sebagai bagian dari aktivitas operasi yang sedang berjalan. Kas mencerminkan titik awal, dan titik akhir dari siklus operasi. Siklus operasi digunakan untuk membedakan aktiva dan kewajiban dalam kelompok lancar dan tak lancar. 1. Kas dan Setara Kas Kas merupakan asset yang paling liquid, mencangkup mata uang, deposito dana, money orders dan cek. Sedangkan setara kas tergolong asset yang sangat lancar, investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahanj harga yang disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal. Kosep likuidasi penting dalam analisis laporan keuangan. Jumlah asset likuid yang dilaporkan perusahaan pada neraca sangat beragam. Umumnya perusahaan dalam industry yang
dinamis membutuhkan likuiditas yang lebih tinggi untuk memanfaatkan kesempatan atau untuk bereaksi terhadap perubahan yang cepat pada lingkungan yang kompetitif. Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, analisis juga harus mempertimbangkan hal berikut :
Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun.
Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.
2. Piutang ( Receivable ) Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang.
Penilaian Piutang. Dalam prakteknya, perusahaan melaporkan piutang sebesar nilai realisasi bersih dimana nilai total piutang dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih. Manajemen mengestimasi penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pengaaman, kondisi pelangan, ekspektasi ekonomi dan industry, dan kebijakan penagihan.
Analisis Piutang. Kita harus waspada terhadap insentif manajemen dan auditor dalam melaporkan laba dan asset. Dengan memperhatikan hal tersebut, terdapat dua pertanyaan penting dalam analisis piutang yaitu Resiko kolektabilitas dan Keaslian piutang. Selain itu analisis piutang juga berkaitan dengan masalah Skuritas piutang. Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi dengan penyisihan piutang
tidak tertagih, yang diestimasi berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang. Piutang dihapuskan pada saat piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih.
3. Beban dibayar dimuka Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa yang belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset lancar lain.
2.1.2 Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untuk mengalokasikan biaya barang tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir. Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang telah terjual dan biaya mana yang tersdia pada neraca. GAAP memeberikan tiga pilihan bagi perusahaan untuk menentukan biaya mana yang akan dikaitkan dengan penjualan. Metode biaya tersebut terdiri dari First- in, firs-out (FIFO). Lastin, first-out (LIFO), dan Average cost (Biaya persediaan rata-rata). Prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi persediaan adalah menilai pada biaya perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah. Nilai / harga pasar dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun demikian, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal.
2.1.3 Aset Jangka Panjang Asset jangka panjang merupakan sumber daya yang digunakan untuk mengahsilkan penghasilan operasi (atau mengurangi biaya operas) untuk lebih dari satu periode. Bentuk asset jangka panjang yang umum adalah aste tetap berwujud seperti bangunan, pabrik, dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup asset tak berwujud seperti paten, merk dagang, copyright, dan goodwill. Proses akuntansi jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah, kapitalisasi, alokasi dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun asset. Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (asset) secara periodic sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini dinamakan penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan deplesi untuk sumber daya alam. Harus diingat bahwa alokasi biaya merupakan proses untuk mengaitkan biaya aset
dengan manfaatnya dan bukan merupakan proses evaluasi. Nilai tercatat aset (nilai kapitalisasi dikurangi alokasi biaya kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai wajar. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yang masih tercatat p[ada neraca. Bagian ini membahas masing-masing aktivitas akuntansi tersebut. Dari perspektif analisis kita, terdapat dua distorsi terkait dengan penurunan nilai aset: 1. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat diturunkan namun tidak dapat dinaikkan. 2. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada neraca.
Kapitalisasi versus Pembebanan: Dampak Terhadap Laporan Keuangan Dan Rasio
Dampak Kapitalisasi terhadap Laba. Kapitalisasai menangguhkan pengakuan biaya dan menghasilkan serial laba peralatan laba.
Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi. Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan rasio tingkat
pengembalian investasi. Kapitalisasi
mempengaruhi baik pembilang (laba) maupun penyebut (basis investasi) dari rasio tingkat pengembalian investasi (return on investment-ROI). Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba.
Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas. Pada pembebanan biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki aset produktif.
Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi. Saat biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan ssebagai arud kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi investasi.
2.1.4 Aset tetap dan Sumber daya alam
Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas ooperasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Penilaian Properti, Pabrik, dan Peralatan dapat menggunakan prinsip biaya historis. Penilaian biaya historis mengharuskan suatu persusahaan pertama kali mencatat aset sebesar harga belinya. Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tresebut berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan. Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi historis terutama sehubungan dengan objektivitasnya (objectivity). Penilaian aset tetap dengan biaya historis, jika diterapkan secara konsisten, biasanya tidak menghasilkan distorsi yang serius. Penilaian Sumber Daya Alam yang juga disebut aset yang dihabiskan, merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Contohnya meliputi hak untuk menambang, menebang kayu, mengambil gas alam, dan minyak. Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah dengan biaya pencarian, eksplorasi, dan pengembangan. Juga sering kali terdapat biaya yang cukup tinggi untuk menemukan sumber daya yang dikapitalisasi dala neraca, dan biaya ini langsung dibebankan saat sumber daya tersebut dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual. Perusahaan biasanya mengalokasi biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadangan yang tersedia. Proses alokasi ini disebut deplesi.
Tingkat penyusutan Tingkat penyusutan bergantung pada dua faktor, yaitu umur (masa) manfaat dan metode alokasi. Metode alokasi terdiri dari beberapa macam yaitu Garis lurus (straight line), Dipercepat (asselerated), dan metode Khusus (special).
Deplesi Deplesi (depletion) merupakan alokasi biaya sumberdaya alam berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi. Perbedaan penyusutan dan deplesi adalah bahwa penyusutan biasanya merupakan alokasi biaya aset produktif sepanjang waktu, sedangkan deplesi merupakan alokasi biaya berdasarkan unit yang dieksploitasi dari sumber daya alam, seperti batu bara, minyak,
mineral, dan kayu. Deplesi tergantung dari produksi yang menghasilakn lebih banyak produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula.
Penurunan nilai Bangunan dan sumber daya alam biasanya disusutkan selama masa manfaatnya. Penyusutan berdasarkan prinsip alokasi, yaitu aset berumur panajang yang dialokasikan kepada periode yang bermacam-macam ketika digunakan. Tujuan penyusutan adalah penentuan laba, yaitu metode mengaitkan biaya aset berumur panajng dengan pendapatan yang dihasilkan dngan penggunaan aset tersebut. Nilai yang terbawa dari aset yang diasumsikan (yaitu biaya aset dikurangi akumulasi penyusutan), tidak dirancang untuk merefleksikan nilai sekarang dari aset.
Menganalisis penyusutan dan deplesi Salah satu focus analisis perusahaan adalah adanya revisi masa manfaaat asset. Meskipun revisi ini dapat memberikan alokasi biaya yang leboh andal, analisis harus mewaspadai adanya revisi, karena revisi sering kali digunakan untuk memindahkan atau meratakan laba selama satu periode.
Analisis penurunan nilai Tiga masalah yang timbul dari penurunan nilai -
Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai
-
Evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai
-
Analisis efek penurunan nilai terhadap laba
2.1.5 Aset Tidak Berwujud Asset tidak berwujud dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Aset Tak Berwujud yang Dapat Diidentifikasikan (identifiable intangible) dan Aset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan (undentifiable intangible). Saat kapitalisasi biaya aset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasikan, biaya ini selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode manfaat aset seni. Jangka waktu masa manfaat tergantung dari jenis aset tak berwujud; kondisi permintaan; situasi kompetitif; dan hukum, kontrak, aturan, atau bisnis lainnya.
Salah satu aset penting dalam kategori aset tak tercatat lainnya adalah goodwill yang diciptakan secara internal. Pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat terjadiya.
2.2 Perusahaan pertambangan dan penggalian Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di Indonesia. Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor. Setiap kegiatan pertambangan memiliki beberapa tahapan yaitu dimulai dengan tahapan penyelidikan umum, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, dan tahap penutupan lubang. Adapun yang perlu diwaspadai jika konsep pengelolaan menggunakan konsep Tambang Rakyat adalah: 1. Tambang Rakyat selalu menjadi jalan masuk untuk tambang skala besar 2. Tambang Rakyat berpotensi menjadi daerah tak bertuan 3. Tambang Rakyat mengundang konflik horizontal
4. Tambang Rakyat mengundang keterlibatan cukong, pedagang merkuri, pedagang emas dan aparat
2.3 Analisis Aktivitas Investasi Pada makalah ini, analisis aktivitas investasi dilihat pada perusahaan Indonesia yang bergerak di sektor pertambangan dan penggalian sub sektor pertambangan batubara. Berikut adalah analisis aktivitas investasi untuk beberapa perusahaan yang bergerak pada sub sektor tersebut pada tahun 2015 – 2017. 2.3.1 Analisis Asset Lancar 2.3.1.1 kas dan setara kas Dalam menganalisis laporan keuangan hal yang penting adalah mengetahui seberapa tingkat likuiditas perusahaan. Berikut adalah tingkat likuiditas dari beberapa perusahaan : Nama Perusahaan
2017
2016
2015
246,34%
165,58%
154%
PT Bumi ResourceS Tbk
56.9%
69.2%
9.9%
PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk
284%
31%
6%
PT Petrosea Tbk
1,65
2,16
1,55
354.04%
405.09%
221.95%
PT Bukit Asam Tbk
PT Resource Alam Indonesia Tbk
Tingkat rasio lancar dapat dikatakan baik apabila perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi kewajibannya 1,0 kali. Namun apabila rasio lancar perusahaan masih dibawah 1,0 kali maka kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dapat dikatakan belum baik. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa PT Bukit Asam Tbk memiliki tingkat likuiditas yang cukup baik berdasarkan rasio lancarnya dan mengalami peningkatan rasio lancar selama 3 tahun berturut – turut. PT Bumi ResourceS Tbk masih belum memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi hutangnya dilihat dari tingkat rasio lancarnya yang menurun pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 meskipun rasio lancar tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan dari rasio lancar pada tahun 2015 meskipun belum mencapai batas rasio lancar yang kemampuan likuiditas perusahaan dengan baik.
telah menunjukkan
Borneo Lumbung Energi dan Metal telah mampu mencapai tingkat rasio lancar yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam tingkat likuiditasnya pada tahun 2017. Hal ini merupakan perkembangan yang besar karena pada tahun 2015 dan 2016 Borneo Lumbung Energi dan Metal masih memiliki rasio lancar yang sangat rendah meskipun terjadi peningkatan rasio dari tahun 2015 ke tahun 2016. Petrosea telah mampu memiliki tingkat likuiditas yang cukup baik pada tahun 2017 meskipun rasio lancarnya mengalami penurunan dari tahun 2016. Namun pencapaian pada tahun 2016 telah menunjukkan kenaikan yag cukup baik dalam tingkat likuiditas dibandingkan dengan tahun 2015. Meskipun mengalami tingkat likuiditas yang naik turun namun Petrosea masih mampu mempertahankan likuiditasnya pada tingkat yang baik. Hal serupa juga terjadi pada PT Resource Alam Indonesia Tbk yang mengalami peningkatan rasio lancar pada tahun 2016 namun mengalami penurunan pada tahun 2017. Akan tetapi penurunan ini masih berada pada tingkat yang cukup baik bagi perusahaan.
2.3.1.2 piutang Resiko Kolektibilitas Nama Perusahaan
2017
2016
2015
PT Bukit Asam Tbk
100
59
44
PT Bumi ResourceS Tbk
108
-
-
PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk
90
175
70
PT Petrosea Tbk
105
91
87
PT Resource Alam Indonesia Tbk
15
15
15
PT Bukit Asam Tbk Pada akhir 2017 mengalami penurunan kolektibilitas piutang menjadi 100 hari dibandingkan lama periode penagihan piutang di 2016 yang mencapai 59 hari. Namun tahun 2016 juga mengalami penurunan kolektibilitas dari tahun 2015. Hal ini menunjukkan kemampuan kolektibilitas perusahaan memburuk setiap tahunnya. Kolektibilitas piutang usaha dan piutang non usaha ditinjau secara berkala. Piutang yang diketahui tidak tertagih, dihapuskan dengan secara langsung mengurangi nilai tercatatnya. Akun penyisihan digunakan ketika terdapat bukti yang objektif bahwa kelompok usaha tidak dapat menagih seluruh nilai terutang sesuai dengan persyaratan awal piutang.
PT Bumi ResourceS Tbk menetapkan risiko kolektibilitas dari piutang usaha sehingga Grup dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi liabilitas yang terkait dengan liabilitas keuangan. Pada tahun 2015 dan 2016 tidak diketahui kolektibilitas piutang karena tidak adanya piutang usaha pada perusahaan, namun hanya terdapat piutang lain lain. PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk memiliki resiko kolektibilitas yang meningkat pada tahun 2017 dari tahun 2016 dimana sebelumnya sempat terjadi penurunan kemampuan kolektibiitas piutang dari tahun 2015. Hal ini merupakan peningkatan kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya. PT Petrosea Tbk memiliki kemampuan kolektibilitas yang menurun dalam kurun 3 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan resiko Piutang tak tertagih akan semakin sulit untuk ditagih. PT Resource Alam Indonesia Tbk memiliki sistem pengelolaan piutang yang baik dan tergolong lancar yang dibuktikan dari tingkat kolektibilitas piutang yang tercatat rata-rata 15 hari. Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan cadangan penurunan nilai piutang berdasarkan hasil penelahaan manajemen terhadap keadaan dan kolektibilitas masing-masing piutang pada setiap akhir tahun. Cadangan penurunan nilai piutang dibentuk pada saat terdapat bukti obyektif bahwa saldo piutang tidak dapat ditagih. Piutang dan cadangan penurunan nilai piutang dihapus pada saat piutang tersebut dipastikan tidak tertagih.
2.3.1.3 beban dibayar di muka Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan kelima perusahaan yang menjadi sampel dalam makalah ini, dapat diketahui bahwa perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam melakukan amortisasi biaya dibayar dimuka. 2.3.2 Analisis Persediaan Pada umumnya perusahaan memgakui Persediaan batubara dan produksi perkebunan sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dengan nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang atas biaya yang terjadi selama tahun berjalan. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan biaya penjualan. Perlengkapan, bahan bakar, minyak pelumas, dan suku cadang diakui pada harga perolehan, ditentukan dengan metode ratarata, setelah dikurangi penyisihan untuk persediaan usang dan bergerak lambat.
Penyisihan untuk persediaan usang dan bergerak lambat ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan masing-masing jenis persediaan pada masa mendatang. Bahan pendukung kegiatan pemeliharaan dicatat sebagai beban produksi pada periode yang digunakan. Namun berbeda dengan PT Resource Alam Indonesia Tbk yang menghitung persediaan Persediaan bahan baku, bahan pembantu dan bahan bakar ditentukan dengan metode First in First Out (FIFO). Walaupun memiliki perbedaan namun pada dasarnya analisis persedian dilakukan dengan cara yang sama yaitu berdasarkan harga perolehan persediaan tersebut.
2.3.3 Analisis Asset Jangka Panjang Aset tetap, kecuali hak atas tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Kecuali tanah, Penyusutan aset tetap dimulai pada saat asset tersebut siap untuk digunakan sesuai maksud penggunaannya dan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat ekonomis asset. Penyusutan alat tambang utama yang digunakan dalam operasi pertambangan dihitung dengan menggunakan metode unit produksi. Beberapa komponen dari alat berat, peralatan dan kendaraan disusutkan atas dasar penggunaan jam kerja selama taksiran umur operasi komponen tersebut. Sumber daya alam yang dikelola perusahan terutama batubara memiliki proses perolahan dengan biaya yang besar sehingga penilaian sumber daya alam dihitung berdasarkan Biaya perolehan termasuk biaya mulai dari penelitian hingga eksplorasinya.
2.3.4 Analisis Asset Tidak Berwujud Aset tak berwujud diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus. Estimasi masa manfaat dan metode amortisasi ditelaah pada setiap akhir periode laporan keuangan dan pengaruh perubahan estimasi diperhitungkan secara prospektif.
BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan Batubara termasuk kedalam kelompok Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga diperlukan cara penambangan yang tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu dalam pengelolaannya diperlukan cara yang tepat agar perhitungan nilainya sesuai dengan jumlah batubara yang dihasilkan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah melakukan penambangan batubara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu dalam menentukan nilai batubara telah dilakukan sesuai dengan harga perolehan awal oleh setiap perusahaan. Analisis aktivitas investasi yang telah diamati memperlihatkan tentang bagaimana perusahaan telah menjalankan kegiatan operasional dan investasi sebagaimana mestinya. 1.2 Saran Perusahaan terus meningkatkan kinerjanya dalam hal aktivitas investasi karena berdasarkan analisis yang telah dilakukan masih terdapat merusahaan yang mengalami kinerja yang naik turun dan bahkan ada yang selalu mengalami penurunan. Dengan ditingkatkannya kinerja perusahaan diharapkan perusahaan dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan selalu menjadi perusahaan yang peduli terhadap kelastarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Amran, Havid. 2017. Pertambangan. Diakses https://apitswar.wordpress.com/pertambangan/
pada
11
Desember
2018
dari
Hartriani, Jeany. 2017. Industri Tambang Penopang Perekonomian. Diakses pada 11 Desember 2018 dari https://katadata.co.id/infografik/2017/04/24/industri-tambang-penopangperekonomian Irvan, M. 2013. Dampak Pertambangan Terhadap Perekonomian Msyarakat. Diakses pada 11 Desember 2018 dari http://mirfansape.blogspot.com/2013/07/dampak-pertambanganterhadap.html Iying, Ririn. 2017. Analisis Aktivitas Investasi . diakses pada 11 Desember 2018 dari http://ririniying3995.blogspot.com/2017/04/analisis-aktivitas-investasi.html Laporan tahunan PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk. Diakses pada 11 Desember 2018 dari http://borneo.co.id/index.php/investor_relations/annual_reports Laporan tahunan PT Bukit Asam Tbk. http://www.ptba.co.id/id/company-report
Diakses
pada
11
Desember
2018
dari
Laporan tahunan PT Bumi ResourceS Tbk. Diakses pada 11 Desember 2018 dari http://www.bumiresources.com/en/investor-relations/annual-report Laporan tahunan PT Petrosea Tbk. Diakses pada 11 Desember 2018 dari https://www.petrosea.com/Home/Content?dir=146&submenu=144&syear=Annual%20Rep ort Laporan tahunan PT Resource Alam Indonesia Tbk. Diakses pada 11 Desember 2018 dari http://www.raintbk.com/en/annual_report.php Lusi. 2018. Jenis – jenis sumber daya alam. Diakses pada 11 desember 2018 dari http://kitacerdas.com/jenis-jenis-sumber-daya-alam/ Wikipedia. Pertambangan. Diakses pada https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan
11
Desember
2018
dari