Tutorial Ramadhan - Idc.pdf

  • Uploaded by: AkhlisSwandiono
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutorial Ramadhan - Idc.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 109,390
  • Pages: 214
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Abu Mujahid Ramadhan Mubarak/Abu Mujahid/Editor: Muhammad Yusran Anshar --Jakarta : IDC, 2016; 216 hlm.; 15x22,5 cm ISBN : 978-602-71929-2-8

Penulis:

Abu Mujahid Judul Buku:

Tutorial Ramadhan

Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan dari Sebelum Ramadhan Hingga Ramadhan Berlalu Editor: Muhammad Yusran Anshar, Lc, MA Desain Grafis: Dr. Adih Kusumah Cetakan I, 1433H/2012M Cetakan II (Revisi), 1434 H/2013 M Cetakan III (Revisi), 1435 H/2014 M Cetakan IV (Revisi), 1436 H/2015 M Cetakan V (Revisi), 1437 H/2016 M Cetakan VI, 1438 H/2017 M ________________________________________________ Diterbitkan Oleh:

Infaq Dakwah Center (IDC) Jl. Veteran No. 48 Kota Bekasi Indonesia - 17141 Telp. 08122.700020, 08567.700020, 0877.20700020 SMS/Whatsapp Center: 08122.700020 www.infaqDakwahCenter.com; www.idc.or.id email: [email protected], [email protected]

Pengantar Penerbit

Ramadhan adalah bulan yang didambakan kaum Muslimin seantero

jagat, disambut dengan meningkatkan amal ibadah secara powerfull. Shaum Ramadhan adalah ibadah yang sangat penting, bahkan menjadi salah satu rukun Islam. Sebagai ibadah tertua di muka bumi dan terus berlaku sepanjang zaman, shaum Ramadhan mutlak diperlukan, karena umat manusia butuh derajat ketakwaan di hadapan Allah  sesuai nas ayat “la’allakum tattaqun” (agar kamu sekalian bertakwa). Identitas ketakwaan adalah modal berharga bagi manusia untuk menetralisir dosa, menuju ampunan Ilahi, meraih karunia yang besar dan menggapai surga eksekutif Ar-Rayyan. “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (Qs Al-Anfal 29). “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi (Rabb) Yang Maha Berkuasa” (Qs Al-Qamar 54-55). "Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang dinamakan Royyan, ahli shaum akan memasukinya melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun selain mereka memasuki melalui pintu itu" (HR Al-Bukhari). Ramadhan menjadi sangat spesial, karena Allah  mengaruniakan berbagai keistimewaan kepada Ramadhan, antara lain: pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu neraka ditutup rapat, dan ketika setan-setan dibelenggu tak berdaya, bau mulut yang sedang shaum itu lebih wangi di sisi Allah dibandingkan bau kesturi, dan diampuni dosa-dosa yang telah lewat.

Pengantar Penerbit |v

Meski keagungan Ramadhan begitu tinggi, namun disayangkan masih banyak kaum muslimin yang meremehkan puasa Ramadhan dan tidak tertarik dengan janji-janji Allah . Fenomena lain yang memprihatinkan, sebagian kaum muslimin sangat antusias menggapai keberkahan Ramadhan dengan berbagai amalan, namun minimnya ilmu membuat amalan itu jauh dari tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah. Karena itu, Yayasan Infaq Dakwah Center (IDC) sangat mengapresiasi upaya Abu Mujahid yang telah menyusun buku Tutorial Ramadhan ini. Untuk kepentingan dakwah tauhid, Abu Mujahid menginfakkan naskah buku ini untuk dicetak dan dibagikan kepada kaum Muslimin. Mudah-mudahan Allah  membalas amal dakwah penulis dengan limpahan pahala yang sebesar-besarnya dan terus mengalir sebagai ilmu yang manfaat (‘ilmun yuntafa’ bih). Tak lupa kami sampaikan jazakumullah khairan kepada para muhsinin (donatur) yang telah berinfaq untuk penerbitan buku ini. Semoga infaknya membawa berkah, rizki melimpah, mensucikan jiwa, membersihkan harta, menolak bencana, menghapus dosa, dan menjadi shadaqah jariyah yang pehalanya terus mengalir. Semoga kehadiran buku ini bermanfaat bagi semua kalangan umat Islam dalam mengoptimalkan amal ibadah dan dakwah selama bulan Ramadhan. Terkhusus bagi para dai, mubaligh dan jurnalis Muslim, semoga buku ini bisa menjadi referensi dalam artikel, ceramah, kultum, dan mimbarmimbar ilmiah. Shalawat dan salam tercurah atas Rasulullah  dan keluarganya. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin. Jakarta, Sya’ban 1438 H/Mei 2017 M

Penerbit

vi | Tutorial Ramadhan

Daftar Isi Pengantar Penerbit Daftar Isi vii Mukaddimah xiii

v

SYARAT DITERIMANYA AMAL__1 1. Dalil Al-Qur’an 2 2. Dalil Al-Hadits 3 3. Perkataan Shahabat

4

KEAGUNGAN BULAN RAMADHAN__7 1. Bulan Diturunkannya Al-Qur’an 7 2. Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka 8 3. Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan 8 4. Waktu Dikabulkannya Doa 9

KEMULIAAN ORANG YANG BERPUASA__11 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pahala yang Tak Terhingga 12 Amalan Puasa Khusus untuk Allah  13 Dua Kebahagiaan Orang yang Berpuasa 14 Bau Mulut Orang Berpuasa Wangi di Sisi Allah  15 Puasa Mendekatkan ke Surga 15 Puasa adalah Perisai dan Pembebas dari Api Neraka 15 Syafaat bagi Orang yang Berpuasa 16 Disediakan Pintu Surga Khusus Ar-Rayyan 16 Termasuk Kafilah Shiddiqin dan Syuhada 17

MENYONGSONG BULAN RAMADHAN__19 1. Menentukan Awal Ramadhan dengan Ru’yah Bukan dengan Hisab 20 2. Apabila pada Malam Ketigapuluh Sya’ban Tak Terlihat Hilal 3. Puasa dan Hari Raya Bersama Pemimpin dan Mayoritas Manusia__22

22

Daftar Isi |vii

4. Jika Satu Negeri Melihat Hilal, Apakah Berlaku bagi Negeri Lainnya?__23 5. Berpuasa pada Hari Syak/Ragu-ragu dalam Rangka Ihtiyath 6. Hukum Mengucapkan 'Selamat Datang Ramadhan'__27

26

MEMULAI PUASA RAMADHAN__29 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Memulai dengan Niat 29 Wajib Berniat sebelum Fajar 30 Niat Cukup Sekali di Awal atau Tiap Hari? 31 Niat Harus Tegas 32 Benang Putih dan Benang Hitam 32 Dua Macam Fajar 32 Makan Sahur 34 Menyempurnakan Puasa Hingga Malam 38

HUKUM PUASA RAMADHAN__41 Jangan Sepelekan Kewajiban Ini

42

SYARAT DAN RUKUN PUASA RAMADHAN__45 1. Syarat Wajib Puasa 45 2. Syarat Sahnya Puasa 46 3. Rukun Puasa Ramadhan 47

SUNNAH-SUNNAH PUASA__49 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengakhirkan Sahur 49 Menyegerakan Berbuka 51 Berbuka dengan Kurma Jika Mudah Diperoleh 52 Berdoa Ketika Berbuka 52 Memberi Makan Orang yang Berbuka 53 Lebih Banyak Berderma dan Beribadah di Bulan Ramadhan

ENAM PEMBATAL PUASA__55 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Makan dan Minum dengan Sengaja 55 Muntah dengan Sengaja 60 Haid dan Nifas 60 Keluarnya Mani dengan Sengaja 61 Berniat Membatalkan Puasa 61 Jima’ (Bersetubuh) di Siang Hari 62

viii | Tutorial Ramadhan

54

HAL-HAL YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA BERPUASA__65 1. Memasuki Waktu Fajar dalam Keadaan Junub__65 2. Bersiwak ketika Berpuasa__65 3. Berkumur-kumur dan Memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan__66 4. Bercumbu dan mencium istri selama aman dari keluarnya mani__66 5. Bekam dan donor darah jika tidak membuat lemas__67 6. Mencicipi makanan selama tidak masuk dalam kerongkongan__69 7. Memakai celak dan tetes mata__70 8. Mandi dan menyiramkan air di kepala untuk menyegarkan badan 73 9. Menelan Dahak 73 10. Menelan sesuatu yang sulit dihindari 73 11. Makan, minum, jima’ (bersetubuh) dalam keadaan lupa 74 12. Muntah yang tidak sengaja 74

JANGAN BIARKAN PUASAMU SIA-SIA__75 1. Berkata Dusta (Qaula Az-Suur) 75 2. Laghwu (sia-sia) dan Rafats (porno/mesum)

76

ORANG YANG MENDAPAT KERINGANAN (RUKHSAH)__79 1. Orang sakit ketika sulit berpuasa 79 2. Musafir ketika sulit berpuasa 79 3. Orang tua renta yang lemah dan orang sakit yang tidak kunjung sembuh 81 4. Wanita hamil dan menyusui 81 5. Wanita haid dan nifas 85

TUNAIKAN QADHA’ (PENGGANTI) PUASA DENGAN SEGERA__87 1. Qadha’ Ramadhan Wajib Ditunaikan 87 2. Hukum Mengakhirkan Qadha’ Ramadhan Hingga Ramadhan Berikutnya 88 3. Qadha’ Ramadhan Tidak Harus Berturut-turut 89 4. Mengqadha’ Puasa Tapi Lupa Jumlahnya 90 5. Segerakan Qadha’ Puasa 91

Daftar Isi |ix

SHALAT TARAWIH__93 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Definisi__93 Hukum dan Fadhilah Shalat Tarawih__93 Disyariatkannya Shalat Tarawih Berjamaah__94 Waktu Shalat Tarawih__95 Jumlah Rakaat Shalat Tarawih__95 Tata cara (Kaifiyat) Pelaksanaan Shalat Tarawih__96 Empat Hal tentang Witir yang Harus Diperhatikan__97 Beberapa Kekeliruan yang Patut Diluruskan__100

FIDYAH PUASA__101 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Definisi Fidyah__101 Dalil tentang Fidyah__102 Orang-Orang yang Diwajibkan untuk Membayar Fidyah__102 Jenis dan Kadar dari Fidyah__104 Ukuran Satu Mud__105 Cara Membayar Fidyah__105 Waktu Membayar Fidyah__106 Fidyah Tidak Boleh Diganti dengan Uang__106

WASPADAI HADITS-HADITS PALSU DAN LEMAH SEPUTAR RAMADHAN__107 1. Berkahilah di Bulan Rajab dan Sya'ban, Pertemukan dengan Ramadhan__108 2. Awalnya Rahmah, Petengahnya Ampunan, Akhirnya Pembebasan Api Neraka__109 3. Berbuka Puasa Tanpa Uzur Tidak Bisa Diqadha__111 4. Aku Melihat Nabi Bersiwak Tak Terhitung Jumlahnya__112 5. Berpuasalah Niscaya Kamu Sehat__113 6. Maka Umatku Menginginkan Ramadhan Sepanjang Tahun__114 7. Tidurnya Orang Puasa adalah Ibadah__114

I’TIKAF SEPULUH HARI TERAKHIR__117 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Dalil Disyariatkannya I’tikaf__117 I’tikaf Harus Dilakukan di Masjid__118 I’tikaf Boleh Dilakukan di Masjid Mana Saja__118 Wanita Boleh Beri’tikaf__120 Lama Waktu Berdiam di Masjid__120 Hal-hal yang Membatalkan I’tikaf__121

x | Tutorial Ramadhan

7. Hal-hal yang Diperbolehkan Ketika I’tikaf__121 8. Mulai Masuk dan Keluar Masjid__121 9. Adab-adab I’tikaf__122

MEMBURU MALAM SERIBU BULAN (LAILATUL QADAR)__123 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keutamaan Lailatul Qadar__123 Kapan Lailatul Qadar Terjadi?__125 Doa Malam Qadar__126 Tanda Malam Qadar__127 Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar__128 Bagaimana Wanita Haid Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?__129

ZAKAT FITRI__131 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Definisi__131 Orang yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitri__131 Ukuran dan Jenis Makanan untuk Zakat Fitri__132 Tidak Boleh dengan Uang__133 Waktu Pembayaran Zakat Fitri__133 Golongan yang Berhak dan Tempat Mengeluarkannya__135 Kesahan-kesalahan Seputar Zakat Fitri__136 Hikmah Disyariatkannya Zakat Fitri__136

BERPISAH DENGAN RAMADHAN__139 1. Cara Salaf Melepas Ramadhan__139 2. Pantaskah Kembali Suci di Hari Kemenangan?__141 3. Spirit setelah Ramadhan Berlalu__142

BERHARI RAYA BERSAMA NABI __147 1. Mengapa Dinamakan ‘Ied?__147 2. Hal-hal yang Disunnahkan Pada Hari ‘Ied__147 3. Hukum Shalat ‘Ied__151 4. Waktu Shalat ‘Iedul Fitri__152 5. Tempat Mendirikan Shalat ‘Ied__152 6. Tidak Ada Azan dan Iqamah Sebelum Shalat ‘Ied__153 7. Sifat Shalat ‘Ied__153 8. Apakah ada Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah ‘Ied?__154 9. Apakah Perlu Mengqadha' bila Tertinggal Shalat Ied?__155 10. Khutbah ‘Iedul Fitri__155

Daftar Isi |xi

11. Bagaimana Bila Hari ‘Ied Bertepatan dengan Hari Jum’at__157 12. Ucapan Selamat Hari Idul Fitri yang Benar__157

JANGAN LUPA PUASA SYAWAL__159 1. Aakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Syawal?__160 2. Tunaikanlah Qadha’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu__161 3. Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah__162

BISA JADI INI RAMADHAN TERAKHIR KITA__163 TANYA JAWAB KONTEMPORER__169 1. 2. 3. 4.

Hukum Penggunaan Salep dan Obat Tempel__169 Hukum Menggunakan Oksigen Ketika Berpuasa__170 Hukum Menghirup Minyak Wangi Saat Berpuasa__171 Penggunaan Ventolin (Obat Sprayer Asma) Bagi Orang Berpuasa__172 5. Meneropong Lambung dengan Endoskopi__174 6. Menggunakan Inhaler dan Tetes pada Hidung__176 7. Anastesi atau Pembiusan Saat Berpuasa__179 8. Penggunaan Obat Tetes Telinga Saat Berpuasa__182 9. Mencabut Gigi Saat Puasa __184 10. Berbuka Karena Isu__184 11. Apakah Suntik KB Membatalkan Puasa?__185

Daftar Pustaka__187

xii | Tutorial Ramadhan

Muqaddimah

Segala puji bagi Allah  yang telah mengajarkan manusia dengan pena.

Dialah yang telah mengajarkan kita tentang apa yang tidak kita ketahui. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada pemimpin dan uswah hasanah kita, Rasulullah  yang telah memerintahkan shahabat dan umatnya untuk menulis sunnahnya dan setiap ilmu yang bermanfaat. Semoga rahmat dan berkah juga senantiasa tercurah kepada keluarga, shahabat dan para pengikutnya yang istiqamah hingga hari kiamat. Amma ba’du. Hari-hari yang indah dan didambakan itu kini kembali datang menyapa kita. Hari-hari yang sangat istimewa bagi Sang Pemiliknya dan bagi siapapun yang mengetahui keistimewaannya. Tamu agung yang selalu dinanti-nanti oleh semua orang yang merindukannya, dialah bulan Ramadhan nan agung. Kita bersyukur kepada Allah  atas segala nikmat kesehatan, kesejahteraan, ketenteraman, keamanan dan dipanjangkannya usia, sehingga kita masih bisa berjumpa dengan Ramadhan. Kita dan dapat melaksanakan ibadah puasa yang menjadi salah satu kewajiban kita.

َ َ َ ُ َ َ ُ َ ّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ‫َ َ ُّ َ ذ‬ َ‫َع ٱ ذَّلِيو‬ ‫لصيام كها كتِب‬ ِ ‫يَٰأيها ٱَّلِيو ءاننوا كتِب عليكم ٱ‬ َ َ ُ َ ُ ‫ُ َ ذ‬ .‫ن ِْو قتْل ِكم ل َعلك ْم ت ذتقون‬

ْ berpuasa “Hai orang-orang َ kamu ْ َ diwajibkan َ ْ َ َ ٰ sebagaimana ُ ‫ َن َنا ُي ْسد‬atas َ‫ث ََر‬ ُ. ِ ‫يُ ْصل‬yang ‫ مِهاذ‬beriman, ‫ِر‬ ‫ِل‬ ‫ع‬ ‫اّلل‬Al-Baqarah ‫َن ْو ع َت َد‬ ‫ك‬ ‫ِد‬ ‫نا‬ diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” ‫(ةِي ِ ك‬Qs 183). Muqaddimah |xiii

َ َ Untuk yang bekal ‫ َ ذ‬yang ‫ َ ذ‬menyambut َ َ َ ada ُ ْ beberapa َ َ ُ َ َ Ramadhan ُ ْ agung, ّ ُ َ ُ ُّ َ َ َ ُ َ ‫لصيام كه‬ ‫كم ٱ‬berikut: ‫يَٰأيها ٱَّلِيو ءاننوا كتِب علي‬ ‫َّلِيو‬dipersiapkan, ‫كتِب َع ٱ‬di‫ا‬antaranya harus ِ sebagai Pertama, menuntut ilmu berkaitan dengan ُ َ puasa. َ ibadah ُ iniَ amat ُ ‫ َ ذ‬Bekal .‫ن ِْو قتْل ِكم ل َعلك ْم ت ذتقون‬ penting agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz  berkata:

ْ َ ُ ُْ َ َ َ ْ َْ َٰ َََ ْ َ ْ ََ‫ث‬ . ُ ِ ‫َر م ذِها يُصل‬ ‫ِر عِل ك نان نا يسدِد ك‬ ِ ‫نو عتد اّلل ةِي‬

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” 1 Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, bisa jadi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Kedua, memperbanyak taubat kepada Allah . Inilah yang banyak dianjurkan oleh para ulama kita. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, perbanyaklah taubat dan istigfar. Semoga di bulan Ramadhan kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan Ramadhan. Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir 2 adalah menghindari dosa untuk saat ini, menyesali dosa yang telah lalu, bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Dan jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau mengembalikannya3. Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni. Ketiga, banyak memohon kemudahan dari Allah . Selain dua hal di atas, kita juga harus memahami bahwa kemudahan untuk melakukan berbagai macam bentuk kebaikan atau amal shalih di bulan Ramadhan, adalah berkat kemudahan dari Allah . Hendaknya kita banyak memohon (doa) kepada Allah  agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah di bulan mulia ini, seperti shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, infaq, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur'an dan kebaikan-kebaikan lainnya. Salah satu doa yang pernah diajarkan oleh Sang Nabi  adalah “Allahumma inni asaluka fi'lal khairaat wa tarkal munkaraat” (Ya Allah, aku memohon kepada1 2 3

Lihat Al-Amru bil-Ma'ruf, hal. 15 Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 14:61. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi  dalam kitabnya RiyadushShalihin.

xiv | Tutorial Ramadhan

Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran).4 Sungguh, ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dalam rangka menyambut Ramadhan itulah, kami hadirkan buku Tutorial Ramadhan ini ke hadapan para pembaca yang budiman. Buku ini berisi pembahasan terkait hukum-hukum syariat di bulan Ramadhan. Tujuan penulisan dan penerbitannya tidak lain agar para pembaca dapat mengetahui, memahami dan mengamalkan kewajibannya dengan baik dan benar, mengikuti teladan mulia sepanjang zaman, Muhammad . Akhirnya, semoga Allah  menjadikan Ramadhan kita lebih baik dari sebelumnya dengan kehadiran buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat secara optimal bagi kaum muslimin. Terkhusus kepada para ikhwah yang tergabung dalam Tim Kerja Pustaka Al-Munir dan ustadzuna al-fadhil Muhammad Yusran Anshar Lc MA yang telah bersedia mencurahkan perhatiannya di tengah padatnya kesibukan, untuk memeriksa, mengedit dan menelaah isi buku ini sebelum diterbitkan dan disalurkan kepada kaum muslimin. Semoga Allah  memberikan ganjaran pahala yang tidak terhingga bagi kita semua di akhirat kelak. Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, kami mengharapkan masukan dan saran dari para pembaca sekalian, kiranya buku ini dapat lebih bermanfaat di masa yang akan datang. Mari kita menyambut Ramadhan mubarak dengan suka cita, diiringi ilmu, taubat dan doa kepada Rabbul ‘Alamin untuk kemudahan meraup segala keutamaannya. Wallahul Muwaffiq. Kampung Sero’, Rajab 1438 H/Mei 2017 M Al-Faqiir ilallah Abu Mujahid

4

HR Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al-Albani.

Muqaddimah |xv

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya” Ibnu Mas’ud  ___________________________________________

xvi | Tutorial Ramadhan

Syarat Diterimanya Amal

Dalam sebuah ayat Al-Qur’an, Allah  bercerita tentang keadaan hari kiamat:

‫ٌه‬ ‫َه َه ٌه َه َه ٌه َّن‬ ‫ ُثو ُث هٌه َه ْل َه‬.‫ِد‬ . ‫ا َه‬ ‫ ِد‬. ‫ِدا‬ ‫ِد‬ ‫ِد ٍذ‬ ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه ْل‬ ‫ ايْل َهس ل ُثه ْلم َهط َه ٌهم إِدال ِد‬. ‫ِد ْل خ ٍذ َهاجِد َه ٍذ‬ .‫ِد ِد ُث ٍذو‬

‫َه ُث‬ ‫ي ااْل َه ِدا َه‬ ‫ِد‬ ‫َه َه ً ُث ْل َه‬ . ‫ِد‬ ‫ُث ْل ُث َه َه ُث ْل‬ ‫ِد وال ح‬

‫َه ْل َه َه اَه‬ ‫َه ْل َه َه‬ ‫صَل ًرا‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ال‬.‫ِد ٍذي‬

‫ َه ْل َه ْل َه ْل‬hari‫ َه ِّب‬pembalasan? ‫ ً َه َه ُث ْل‬kepadamu ‫ ْل‬datangkah ‫( َه‬tentang) ‫ َه ًًل َه‬berita ‫ َه َهن َه‬muka ‫َه َه ْل‬ ‫"ِد َه‬Sudah ‫ ْل ُث ا ِد َه َه‬Banyak ‫ َهدة ِد‬pada ‫ِد‬ ‫ ِدب‬hari ‫ْشا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ِل‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ِد‬ memasuki api yang ‫ ِد‬itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, ‫ِد‬ sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat ‫ َه‬panas. ً ‫َهر ِّب ِد َه‬ Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,.‫ ا‬yang‫ أ‬tidak ‫ِد‬ menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (Qs Al- Ghasyiyah 1-7). Ayat-ayat tersebut di atas adalah cerita tentang kondisi‫ َه‬sebagian‫ َه‬penghuni ً ‫ َه َه‬kita ‫َه ْل ُث َه ُث‬ ‫ ُث ْل ْل‬bahwa ‫ ْلم ُّي‬ternyata ‫ َه ُث‬dapati neraka di hari akhirat nanti. Dari cerita tersebut, . ‫ًل‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ِد‬ tidak semua penghuni neraka adalah orang-orang yang di dunia gemar berbuat maksiat. Akan tetapi, ternyata ada juga di antara penghuni neraka yang di dunia ‫ َه ُث ُث َه‬rajin dahulu ‫ ُث‬amalan ‫ َه‬sampai ‫ َّن‬beratnya ‫ َه ْل‬yang ‫َّن‬ ‫ْل َه َه‬bahkan ‫ َه َه‬kelelahan ‫ ْل‬beramal, ‫ ْل‬karena ‫ْل‬ ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ِّب‬ ‫َه‬ ‫ إِدَل‬dilakukannya ‫ ت ِدج‬di dunia.‫ى‬ ‫ئ‬ telah ‫إِدج َه األخ ل ب ِد ل ِد ِد ِإَوج الِد ِد ٍذ‬ diri ‫ َه‬amat ‫ َه‬dalam ‫ ْل َه َه‬sampai ‫ ْل ُث‬menimbulkan ‫ ه‬yang ‫ ْل ُث‬besar ‫ه‬ ‫ َه ُث‬ini‫ ُث‬tentu ‫ ْل‬jangan ‫ َهو َه‬kekhawatiran ‫ ْل َه‬Hal kita‫دج‬masing-masing, ‫ ِدِلِد‬kita ‫ ُثس ِد‬ternyata ‫ت ِدج َه إِدَل‬ ‫ َهو َهر ُثس‬telah ‫ َه ُث إِدَل‬banyak ‫ِلِد ِدهج‬tapi ‫اّٰلل ِد َهو َهر‬ ‫اّٰللِد‬beramal akan bernasib sama; termasuk ke dalam golongan yang disebut oleh Allah ‫ ْل َه ُث ُث‬di‫ َه‬atas. ‫ُث ُث َه َه ْل َه َه َه َه َه َّن ُث َه‬ ‫ َه ْل‬Al-Ghasyiyah ‫ َه َه َه َه َه‬tersebut  dalam awal surat

.‫إ ِد ِد‬

‫إِدَل‬

‫ِدص ه أوِد ا أ ٍذة ح و ه ِدهج‬ ‫ َه َه َه‬Amal ‫| ْل َه‬1‫َه‬ ‫ َه َه َه‬Diterimanya ‫ َه َه ْل َه ْل ُث َه ُث َه َه ٌّد‬Syarat ‫ْل‬ ‫ْل‬ . ‫ا ايس ِد ه رد‬ ‫أ‬ ‫ِد أ ِد‬

Apa gerangan dengan amalan mereka? Dengan mengkaji penjelasan para ulama terhadap ayat ini5, kita dapat mengetahui bahwa ternyata rahasia kebinasaan mereka adalah karena mereka beramal tapi tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah amalan. Apakah syarat-syarat diterimanya sebuah amalan? Dengan merujuk kepada dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shahih serta penjelasan para ulama, kita dapat mengetahui bahwa syaratsyarat pokok diterimanya amalan seorang hamba adalah: 1. Ikhlas karena Allah  semata. 2. Mengikuti tuntunan Rasulullah .

‫َه ُث‬ ‫ ُثو ُث هٌه‬.‫ي ااْل َه ِدا َه ِد‬ ‫ِد‬ ‫َه َه ً ُث ْل َه ْل َه ْل‬ . ‫ِد‬ ‫ِد خ ٍذ‬ ‫َه ْل‬ .‫ُث ْل ِد ُث َهوال ُثح ِد ِد ُث ٍذو‬

‫َه ْل َه َه َه ٌه َه َه ٌه َّن ٌه‬ . ‫ا َه‬ ‫ ِد‬. ‫ِدا‬ ‫ِد‬ ‫ِد ٍذ‬ ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ايْل َهس ل ُثه ْلم َهط َه ٌهم إِدال ِد‬. ‫َهاجِد َه ٍذ‬ 1. DALIL AL-QUR’AN

‫َه ْل َه َه اَه‬ ‫َه ْل َه َه‬ ‫صَل ًرا‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ال‬.‫ِد ٍذي‬

Dalil dari dua syarat di atas disebutkan sekaligus dalam firman Allah :

‫َه َه ْل َه َه َه ْل ُث َه َه َه ِّب َه ْل َه ْل َه ْل َه َه ً َه ِد ً َه َه ُث ْل ْل َه ِدَه‬ ‫ْشا ب ِد ِد دة‬ ‫ن‬ ‫ا ِد ر ِد ِد‬ ‫خ ًل ا ِل وال ِد‬ ‫َه ِّب َه‬ ً ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ٌه‬ ‫ َه َه ُث ْل َه َه ُث ُث ٌه َه ْل َه َه َه ٌه َه َه ٌه َّن‬.‫ر ِد َه ِد ْلأ َه ا‬ . ‫ا َه‬ ‫ و ه‬.‫ا ِد ي اا ِدا ِد‬ ‫ ِد‬. ‫ِدا‬ ‫ِد‬ ‫ِد ٍذ‬ Tuhannya, hendaklah ‫" َّن‬Barangsiapa ‫ َه‬mengharap ‫َه َه‬perjumpaan ‫ َه ْلَه ً َه ُث‬maka ‫َه‬mempersekutukan ‫ ُث ْل َه ُث َه ْل َه‬pun ‫ َه ْل‬dengan ‫ َه ْل َه‬ia ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ٌه‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ً ‫َه‬ ً ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ُّي‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia seorang ‫ ايس لهم ط م إِدال ِد‬. ‫ خ ٍذ اجِد ٍذ‬.‫ًل‬ ‫ خ ِد‬. ‫ِد صَلم را م أ ِد‬ dalam beribadat kepada Tuhannya” (Qs Al-Kahfi 110). ‫َه ُث ْل ُث َه َه‬ ‫َه‬ ‫“ُث‬Ayat‫‘ ِد‬maka‫ ُثح ْل‬hendaklah Ibnu Katsir  menjelaskan, ia ‫ال‬ mengerjakan ‫ٍذ‬ . ‫و‬ ‫ال‬ ‫و‬ . ‫ي‬ ‫ِد‬ ‫ٍذ‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫ِد‬ ‫ َه‬yang amal ‫ َّن َّن‬Allah ‫ْل‬ ‫ َه َه ْل َه َه‬adalah ‫ َه ْل‬syariat ‫ ْل‬maksudnya ‫ْلِدج َه ُث ُث‬shalih’‫ت‬ ‫إ َّنج َه‬ ‫ل ب لِّب‬‫( َه ُث‬mengikuti ‫ َه َه َه‬mencocoki ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ى‬ ‫ئ‬ ‫ال‬ ‫ِإَوج‬ ‫ األخ‬pun ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ٍذ‬ ‫ِد‬ ‫ ِد‬Nabi ). Dan ayat ‘Janganlah‫ ِد‬ia mempersekutukan ‫ِد‬ petunjuk ‫ ِد‬seorang ‫َه‬ ‫ْل‬ ً ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ dalam beribadah kepada Tuhannya’ maksudnya selalu mengharap wajah ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ِل ْل َه َهو ُث ُثال ُث َه‬ ً ‫ه َه َه ْل َه ُث ن َه ْل ُث ْل َه ُثا ِد ُث َه َهر ِّب ه ِد َه َه َه ُث ْل َه َه َهخ ْل َه َهًل َه َهْلا ِد‬ ‫ َه َهدة ِد‬Allah ‫ْش ُثدجْلا َه ب ِد ِد‬ kepadaNya. ‫ ِد‬‫َل‬semata ‫ج إِدَل ِد‬Inilah ‫ت‬tidak berbuat ‫ ِدِلِد و‬syirik ‫اّٰللِد ورس‬ ‫ ِدِلِد ِده‬dua ‫ورس‬rukun ‫اّٰللِد‬ ‫ِدج إ ِد‬dan ‫َه‬ diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk ‫ْل َه َه َه َه َه َّن ُث َه َه ْل َه ُث ُث َه َه َه َه َه َه‬.‫ُث َهر ِّب ُث ِد َه أ َه ً ا‬ Rasulullah . ” ‫ْل‬ .‫إ ِد ِد‬ ‫ِدص ِد ه أوِد ا أ ٍذة ح و ه ِدهج إِدَل‬ Al-Fudhail bin ‘Iyadh  tatkala menjelaskan mengenai firman Allah , ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ْل ُث َه ُث َه َه ٌّد‬.‫َه ْل ِد َه َه ْل ُث ْل َه َه ُث ْلمَه ُّي َه ُث ْل ْلم َهأ ْل َه َه َه ُث َه َهخ َه َه ْل ً َهًل‬ . ‫ا ايس ِد ه رد‬ ‫أ‬ ‫ِد أ ِد‬ ‫َّن َه َه َه ْل َه َه ُث ً َه ِّب َّن َه َّن َه َه ْل َه َه َه َه ٌّد َه َه َه ْل َه َه ْل ْل َه ُث ُث َه‬ ‫ت ِدج إِدَل‬ ‫ى‬. ‫ئ ُثه َه َهرد‬ ‫َه إْلِدج َه ِداألخخ َه ل‬ ‫ًل ب ِدايْلل َهِدس ِد َهِإَوج ْل ِد أ ْلالِد ُث ِد ٍذ‬ 5 Lihat Majmu’ Al-Fatawa li Syaikhil Islam, XVI:217, dan Shaid al-Khatir karya Ibn al‫ه َه َه ُث ِد ِد َه ْل َه ُث ُث َه ه َه َه ُث ِد ِد َه َه ْل َه َه ْل ْل‬ ‫ َه ُث ُث‬I:373 ‫جْل َه‬6 ‫ َهَل ُثد‬Jauzi, ‫ت ِدج‬ ‫ِل‬Katsir, ‫ورس‬9/205, ‫ج إِدَل‬Qurthubah ‫ُث ُّياّٰلل ِد ورس ِل َه َه ِده‬ ‫اّٰللِد‬Muassasah Tafsir Al-‘Azhim, ‫و‬ Ibnu ‫ إ ِد‬Al-Qur’an ً ‫ْل َه َه َه ٌه‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫ِإَون‬ . ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫ُث ب ِدص ُث َهه ٍذ أو اًل ْلا َه أة َهح َه َّنو ُث َهه هج َه ُث إَل َه‬ 2 | Tutorial Ramadhan .‫َه َه إ ِد ْل ِد‬ ‫ٍذ‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه ُث ُّي َه ِّب َه ُث ْل َه َه َه ٌه ْل َه َه َه ْل َه َه َه ُث ْل َه ٌه‬ 6

‫َه ْل َه َه َه َه ُث ْل َه َه ُث ُث ٌه َه ْل َه َه َه ٌه َه َه ٌه َّن َه ٌه‬ . ‫ا‬ ‫ و ه‬.‫ا ِد ي اا ِدا ِد‬ ‫ ِد‬. ‫ِدا‬ ‫ِد‬ ‫ِد ٍذ‬ ‫َّن‬ ‫َه ْل َه َه ً َه َه ً ُث ْل َه ْل َه ْل َه َه َه ْل َه‬ ‫" ِد‬Supaya ‫ ِد‬baik‫ را‬amalnya” ‫ َه ٌهم إِدال‬Dia ‫ ْلم َهط‬menguji ‫ي َهس ل ُثه‬kamu, ‫ ا‬. ‫جِد ٍذ‬siapa ‫ ا‬di‫خ ٍذ‬ . lebih ‫صَل‬ antara‫ ِد‬kamu yang (Qs Al-Mulk 2), beliau  mengatakan, “yaitu amalan ‫ َه‬ikhlas dan ‫ َه َه ُث ْل‬yang‫ ُث‬paling ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ shawab (mencocoki ajaran Nabi ).” ‫ ال ِد وال ح ِد ِد‬.‫ِد ٍذي‬ .‫ٍذو‬ ‫ َه ٌه َه َه‬ berkata, amal dilakukan ‫َه ْل‬ ‫ َه ٌه‬Lalu‫ ٌه َّن‬Al-Fudhail ‫ ُث ْل َه‬dengan ‫ َه َه‬ikhlas ‫“ َه ْل َه َه‬Apabila ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ٌه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ . namun ‫ا‬ .‫ ِدا َه‬ajaran ‫ه‬ ‫و‬ . ‫ا‬ ‫اا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ ِد‬mencocoki ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫ ِد‬tidak Nabi , amalan tersebut tidak akan ‫ِد ً ٍذ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ ْل َه‬amalan ‫ ِدَه‬diterima. ‫ َه ْل َه ْل‬dilakukan ‫ُث‬ ‫ ا ِد ًَه َه ُث َهر ِّب‬mengikuti ‫َه‬ ‫َه َه َه َهن َه ْل ُث‬ajaran ‫َه َه َه ْل ْل‬ ‫َه‬ Begitu pula, apabila suatu ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ً ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ِد‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫دة‬beliau ‫ا ب‬‫ْش ٌه‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ِل‬ ‫ا‬ ‫ًل‬ ‫خ‬ ‫ِد‬ ‫ْل‬ ‫ِد‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ً ‫َه‬ ‫ِد‬ ‫ ِدم إِدال ِد‬namun ‫ ِد ِد‬juga. tidak ‫ ِد‬akan ‫ لهم ط‬tidak ‫ايس‬ikhlas, . ‫اجِد ٍذ‬amalan ‫ را‬diterima. ‫ص َهَل‬ ‫خ ٍذ‬tersebut Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan shawab.ً ‫َه‬Amalan ‫ َه‬.. ‫ َه ُث ْل‬karena ‫ ا‬Amalan ‫َهر ِّب َهِد ِد أ‬ dikatakan ikhlas apabila dikerjakan‫ ُث‬semata-mata Allah ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ ِد‬Nabi .‫ ٍذو‬ajaran ‫وال‬. ‫ ال ِد‬.‫ِد ٍذي‬ dikatakan shawab apabila mencocoki ‫ ح ِد‬” ً ‫َه ْل ُث َه ُث ْل َه ُّي ُث ْل َه ْل َه ُث َه َه‬ 2. DALIL ‫َه‬AL-HADITS ‫ْل‬ ً ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ ْل‬syarat ‫ ْل ُثم‬hadits. ‫ال ُث‬diterimanya ‫ َهم َهن َه‬Hadits ‫ِد َه َه ْل‬ ‫ِل َه‬ ‫ ْل َه‬.‫ َهر ِّبخِد َهًل َه‬dalam ‫ َهخ َه‬ditunjukkan ‫أ ا ِد َه َه‬dua ً ‫ًل َها ِد‬amalan ‫ب ِد ِد َه َهدة ِد‬Dua ‫ْشا‬ ‫و‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ pertama dari ‘Umar bin Al-Khattab , Rasulullah  bersabda: ‫َه‬ ‫َه َه َه َه َه ْل َه َه ْل ْل َه ُث ُث َه‬ ‫ ُث ِّب َّن َّن َه ْل‬.‫َّن َهر َهِّب ِد ِد أ َه ْل ً اَه‬ ‫ت ِدج إِدَل‬ ‫ى‬ ‫ئ‬ ‫إِدج األخ ل ب ِد ل ِد ِد ِإَوج الِد ِد ٍذ‬ ‫ه ُث َه َهُث ُث َه ِد ِد َه ْل َه ُث ُث َه ه ً َه َه ُث ِد ِد َه َه ْل َه َه ْل ْل‬ ‫ِدج َه ُث ُث إ َهَل ُثدجْل َه‬ ‫ت‬ ‫اّٰللِد ورس ِل و‬ ‫اّٰللْلِد و َهر ْل‬ ‫ِد‬ ‫سم ُّيِل ُث ِده ْلمجأ ْل َهإ ِد ُثَل َهخ َه‬ ‫ِد َه‬ . ‫ًل‬ ‫ُث ُث َه َه ْل َه َه َه َه َه َّن ُث َه َه ْل َه ُث ُث َه َه َه َه َه ْلَه‬ .‫إ ِد ِد‬ ‫ِدص ه َهأوِد ا أ ٍذة ح و ه ِدهج إِدَل‬ ‫َه َه َه َه َه ْل َه َه ْل ْل َه ُث ُث َه‬ ‫ْل َه ُث‬ ‫َّن‬ ‫ ْل‬pada‫ َه‬niatnya. ‫إ َّنج َه‬ ‫" إِدَل‬Sesungguhnya ‫ ت ِدج‬setiap amalan ‫ ى‬tergantung ‫ئ‬ ‫لِّب ِد َّن ِد ِإَوج‬Dan‫ل ب َهِد‬setiap ‫خ‬orang ‫ َه األ‬akan ‫الِد ِد ٍذ‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan ‫َه‬ ‫ٌّد‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ُث ُث َه ُث ْل‬maka ‫س ُث ِد‬ .‫ ْل ر َهد َه‬adalah ‫ َه َهه‬pada ‫ ه اي‬dan‫ َها‬Rasul-Nya. ‫ أ‬yang ‫ َه أ ْل ِد َه ُث‬Barangsiapa ‫َه ه‬ ‫ ْل‬hijrahnya ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ ‫َه‬Rasul-Nya, ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ Allah ‫ إِدَل دج‬dunia ‫ت ِدج‬ ‫ إِدَل اّٰللِد ورس ِدِلِد و‬yang‫ج‬ingin ‫ِلِد ِده‬ia‫ ِد‬nikahi, ‫اّٰلل ِد ورس‬ hijrah karena yang ia cari-cari atau karena wanita maka ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ َه ْلَه‬apa‫ َه‬yang hijrahnya berarti pada ia tuju (yaitu dunia dan wanita)” . ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه ُث ْل َه ُث َه َه َه َه ْل َه ً َه َه ْل َه َه َّن ُث َه َه َه ْل ْل ْل ُث َه َه ُث ُث َه ُث َه َه َه ٌّد َه‬ .‫ إ ِد ِد‬dari Ummul ‫‘ ه ِد ِدهأج‬Aisyah ‫ ٍذةايحسو‬, ‫ أ‬Rasulullah ‫ ِدص ِده أوِدخا‬ Hadits kedua . ‫ إ ِدهَل رد‬Mukminin, ‫ًل‬ bersabda: ‫ُث َه ُّي ْل َه ْل ْل َه َه َه َه َه َه َه ٌه ْل َه ْل َه َه َه َه َه َه َّن ْل ُث َه َه ْل َه ُث َه َه ً ُث َه َه ٌّد‬ . ‫ رد‬.‫س ِد ه‬ ‫ب أ ٍذ ِدًلاأ ِدِإَون ر ا ا‬ ‫اليا‬ ‫ِد‬ "Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut‫ َه ٌّد‬tertolak” ‫ َه َه َه‬.‫َه َه ْل ُّي َه َه ِّب َه َه َه ُث ً َه ْل َه َه َه َه َه َه ْل َه َه ْل ْلُث‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َش ٌه‬ ‫ِد م ْل‬ ‫ ِد‬. ‫ضر َهيد‬ ‫وا ِد َهسيِدئخ ِد ًل ْلماي أس ِد ِد ٌه أ أن ال ه ِد‬ ‫َه ُث ْل ُّي َه ُث ْل َه ُث َّن َهَه َه ُث َه َّن َه َه ْل َه َه َه َه َه َه ُث ْل َه ُث َه َه َه َه ُث‬ ‫ ٍذ ْل‬Muayyid, ‫‘ح ب‬Ulum ‫ال ِد ا‬ ‫َه ًم‬Ibnu‫كَهت َه‬ ‫ أ َهْسو‬Darul ‫ َهأ ٌهُم‬cetakan ‫ ْل َهم‬pertama, ‫وح‬ 7 Jaami’ul wal‫ؤ‬Hikam, Rajab‫ ُث‬Al-Hambali, ‫ِإَون َهر الَّن ا‬ ‫ب ِد ٍذ ًلا‬ . 1424 H 8 6689 dan‫ َه‬Muslim ‫ُث َه َه ُث َه‬ ‫َه ْل ُث‬no. ‫ ْلم َهت ْل‬no.‫ ل َه‬no.‫ُث‬1718 ‫بُث‬1907 ‫َهب ِّب ُث ْل‬ ‫ْل َه‬Bukhari ‫ ْل‬HR ‫ون َهو َه ِد ه ِد ثِد َه‬ 9 ‫َس‬ HR Bukhari ‫م‬no. ‫ ُث ل‬20‫ ِديَه ُثت‬dan‫ َهو‬Muslim ‫ا‬ ‫ت‬  ‫م‬ ‫ِد‬ ‫ِد ِد‬ ‫َه َه َّن ُث ُّي َه َه ْل ِّب َه ُث َه ْل َه َه َه َّن َه ُث ْل َه ٌه َه َه َه ْل َّن َه َه َه ْل َه ْل َه َهْل َه َّن ُث ُث َهْل َّن َه ْل ْل ٌهَه‬ ‫ض‬ ‫واَّلِدىوا‬ ‫ِس ِد‬ ‫ م ِدا أَلن ِدال ٍذ ِد ِد َه‬Syarat ‫جفسي ِد ِدئ ْل‬Amal ‫م ِد ه ِدأإ‬Diterimanya ‫َشو‬ ‫ِه أي ِد ى ِد ِد ِد ِد ُمم ٍذ أ‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬ |3 ‫َه ْل ْل َه َه ُث ْل َه ُث َّن َه َه َهُث َه َّن َه َه ْل َه َه َه َه َه َه ُث ْل َه ُث َه َه َه َه ُث‬ ‫ ٍذ أْسو كت م ؤال ِد اح ب‬. ‫ُم ٍذ‬ ‫ُثو ح َهم‬ ‫ب أ ًلا‬ ‫فتت ِد ِد ب ِد‬ 7

8

9

.‫إ ِد ِد‬

‫إِدَل‬

‫ِدص ه أوِد ا أ ٍذة ح و ه ِدهج‬ ‫َه ْل َه َه ْل َه َه َه ْل َه َه َه َه َه ْل َه ْل ُث َه‬ ‫ٌّد‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ٌه‬ ‫ َه ٌه َه َه ٌه َّن‬. ‫س َهِد ْل َه ه َه رد‬ ‫َه ْل أ َه َه َه ِد أ ُث‬ ‫ ُثوايُث هٌه‬.‫ي ِدااْل َه ِدا اَه ِد‬ . ‫ا َه‬ . Muslim ‫ِدا‬ ‫ا ِد‬ ‫ ِد‬Dalam‫ ِد‬riwayat ‫ ٍذ‬disebutkan: ‫ِد‬ ‫َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه َه ْل ْل َه َه َه َه ً َه َه َه ً َه َه ً ْل َه ُث ْل َه َه َه ْل ْل َه ْل َه ُث ْل‬ ‫ايْل َهس ل ُثه ْلم َهط َه ٌهم إِدال ِد‬..‫خ َه ٍذ َه ُثَهها َهجِد َه َهر ٍذ ٌّدد‬ ‫صَل ِد راخ ِد‬ ‫س ِد ِد أ‬.‫ًل اي‬ ‫َه َه‬ajaran ‫ َه‬maka amalan ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang ‫ْل‬bukan kami, ‫ٍذ‬ ‫ِد‬ . ‫و‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ال‬ . ‫ي‬ ‫ِد‬ ‫ٍذ‬ tersebut tertolak. ” ً ‫ُث ُّي ِد ْل َه َه َه َه ٌه ْل َه ِد َه َّن ُث َه َه َه‬ ‫“ ال ا‬Hadits ‫ ِإَون ر‬ini‫ًلا‬adalah‫ ٍذ‬hadits . ‫ ب ِد‬yang Ibnu Rajab Al-Hambali  mengatakan, ً ‫ َه َه‬Islam.‫ ْل‬Hadits sangat ‫ َه ُث ْل‬mengenai ‫ ْل‬agung ‫ ِّب‬merupakan ‫ َه‬pokok ‫ِل َه‬ ‫ َه ْل َه ْل َه‬ini ‫ ُث ا ِد َه َه َه‬timbangan ‫ ْل َه َهن َه ْل‬amalan ‫َه َه‬ ً ‫ِد َه َهدة ِد‬zhahir ‫ِد‬ ‫ْشا َه ِدب‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ًل‬ ‫خ‬ ‫ِد‬ hadits a’malu niyat” (sesungguhnya ‫( ُث ِد‬lahir).‫ َه َه‬Sebagaimana ‫“ َه‬innamal ‫ ٌه َه ْل‬timbangan ‫ َه َه َه ِد َه‬bin‫ ْل‬amalan ‫ُث‬ ‫َه ُث ُّي‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َش ٌه‬ ‫ ْل‬amal‫ ْلم‬tergantung dari niatnya) merupakan ‫ض ي ِد‬ ‫ِد أن ال‬ ‫ِد َهئ ِد م أ‬batin. ‫ َهوا َه َهس ً ِّبي‬Apabila ‫ِد‬ ‫ِد‬ ‫َهر ِّب‬ suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah.‫ا‬, pelakunya ‫أ‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ ْل َه َه‬pula ‫ َه ُث َه‬amalan ‫ ُث ْل َه ُث‬ganjaran. ‫ َه ُث‬bukan ‫َهو ْل‬ ‫ ْلم َه أ َّن‬yang tidak‫ ُث‬akan Begitu ‫و َه ك َه‬ ‫َها َه‬mendapatkan ‫ َه‬setiap ‫ح بَه‬ ‫ُم َّن‬ ‫ِد‬ ‫ال‬ ‫ؤ‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ْس‬ ‫أ‬ ‫ح‬ ‫ٍذ‬ ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu ‫ ْل َه‬Rasul-Nya, ً ‫َه َه‬ada ‫َه َه ِّب ْل ُث َه ُث ُث‬ yang diada-adakan tidak dari ‫ َه َه‬izin ‫ َه َه ْل‬Allah ‫ ُث‬dan ‫ُّي‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ َه‬agama ‫ َه ُث ُث َه ْل ُث ْل‬dalam ‫ َه ْل َه‬yang ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ْل‬maka ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ . ‫ًل‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ َس‬perkara‫لم‬tersebut ‫و ِديت‬bukanlah ‫ لم ت‬agama ‫ ِد ثِد ب‬sama ‫و ِد ه‬sekali.” ‫ ت ا ِد ون‬ ‫ِدب ِد ِد م‬ ‫ َه‬Ibnu‫ َّن‬Rajab yang ‫ ْل‬sama, ‫ َه‬‫ ْل‬mengatakan, ‫ َّن ُث‬kitab ‫ َه َه‬kecuali ‫ ْل‬amalan ‫“ َه َّن‬Suatu ‫ َّن َه َه‬tidak ‫ َه‬Dalam ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫ َهأَهوْل‬akan ‫ْل‬ ‫ُم َّن‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ْل‬ sempurna (tidak akan diterima) terpenuhi dua hal: ‫اَّلِدى ج ْلف َه ِد ُث‬ ‫و َّن‬ ‫ِس ِد ِّب َّن ِد ه ِد إ ِد َّن َه م ا ْل َل ِد َه ٍذ َه َه ِدِه أ َه َه ْلى َه ِد َه ْل ِد ِد ْل َه ُث ُث ٍذ‬ ‫َه‬ ‫ إِدَل‬Pertama, ‫ ت ِدج‬amalan tersebut ‫ى‬ ‫ئ‬ ‫ ب ِد ل ِد َه َه ِد ِإَوج‬diniatkan ‫ األخ ل‬ikhlas ‫ ٍذ‬secara ‫ الِد ِد‬batininiyah ‫ إُثِدج ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َه‬ mengharapkan wajah Allah . Hal ini terdapat dalam hadits Umar . ‫فهتت ِد ِد ب ب َه ْلًل ُثا ٍذ‬ ‫ َه ه‬niat…)” ‫ َه َه ْل ْل ُث َه ُث‬amalan ‫(جْل َه‬Sesungguhnya ‫اّٰللِد َهو َهر ُثس ِد‬pada ‫ ِدج َه ُث إِدَل د‬setiap ‫ِلِد َهو َه ْل ت‬tergantung ‫ ِدهج َه ُث إِدَل‬. ‫اّٰلل ِد َهو َهر ُثس ِدِلِدِد‬ Kedua, amalan tersebut secara . ‫ ْل َه‬ajaran ‫ َه َه‬Nabi ‫‘َه‬Aisyah ‫ َه‬dalam ‫ ُث َه َه‬mencocoki ‫ َه‬membuat ‫ َه ُث‬lahiriyah ‫ َه‬hadits ‫( ْل‬Barangsiapa ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫َّن‬ ‫ُث‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫َه‬ Hal ini terdapat suatu perkara ‫ ه أوِد ا أ ٍذة ح و ه ِدهج إِدَل‬tersebut .‫إ ِد ِد‬ ‫ِدص‬ baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tertolak…).” ‫َه ْل َه ْل َه َه َه ْل َه َه َه َه َه ْل َه ْل ُث َه‬ ‫ٌّد‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ 3. PERKATAAN . ‫ رد‬SHAHABAT ‫ا ايس ِد ه‬ ‫أ‬ ‫ِد أ ِد‬ Para shahabat pun memiliki pemahaman bahwa ibadah bukan hanya ‫ َه‬harus dengan niat ikhlas semata, namun . ‫ َه َه‬ada‫ ْل َه‬tuntunan ‫ َه َه ً َه‬dari ‫ ُث َه َه‬juga ‫ َه‬shahabat. ‫ َه ٌّد‬bawakan ‫ ْل‬dua ‫ َه‬Nabi ‫َه‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫َه‬ Sebagai dalilnya, akan kami atsar (riwayat) dari para . ‫ه رد‬ ‫ِد أ‬ ‫ِد خ ًل ايس‬ 10

11

12

Pertama, perkataan Abdullah bin ‘Umar . Beliau berkata:

ً ‫ُث ُّي ْل َه َه َه َه ٌه ْل َه‬ . ‫ب ِد ٍذ ًلا ِإَون َهر الَّن ُثا َه َه َه‬

‫َه ُث ُّي َه ِّب َه ُث ْل َه َه َه َه ٌه َه ْل َه‬ ‫ال َه‬ ‫َش ٌه‬ ‫ض َهي ِد ْل َه َه َه ِد ُث ْلم َه ْل‬ ‫ِد أن‬ ‫وا سيِدئ ِد م أ‬ ‫ِد‬ 10 HR Muslim no. 1718 ‫ َه‬wal‫ َه ُث‬Hikam, 11 ‫َه ُث‬Jami’ul Ulum ‫ ُث‬hal.‫ َه‬77‫َه ْل َه ُث ْل َه ُث َّن َه ُث َه َّن َه َه ْل َه َه َه َه‬ ‫ َها َه‬Ulum 12 Jami’ul ‫ال ِد‬wal ‫حب‬ ‫ ؤ‬Hikam, ‫ ْلم‬hal.‫ك َهت‬20 ‫ْسو‬ ‫و ح م أ ُم ٍذ أ‬ ‫ُث َه َه ُث َه‬ ‫َه ُث‬ ‫ون َهو َه ِد ه ِد ثِد َه بُث ُث ل َه ْلم َهت ْل َه َهو ِديَه ُثت ُث ل َه ْلم ُث ْل َه ْل‬ ‫َس‬ ‫ ت ا ِد‬ ‫ب ِد ِّب ِد ْلم‬ 4 | Tutorial Ramadhan ‫َه َّن َه ْل ْل َه َّن ُث ْل َه َه َه َّن َه َه ْل‬ ‫ْل َّن ُث َه‬ ‫َه‬ ‫ُم َّن أَهوْل‬ ‫واَّلِدى جف ِدِس ِد ِد ه ِد إ ِد م ا َل ِد ٍذ ِدِه أ ى ِد ِد ِد‬ ‫ٍذ‬

‫َه ْل َه ْل َه َه َه ْل َه َه َه َه َه ْل َه ْل ُث َه ُث َه َه ٌّد‬ . ‫ا ايس ِد ه رد‬ ‫أ‬ ‫ِد أ ِد‬ "Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia anggapnya baik.” ‫ َه ْل َه‬meng­ ‫َه‬ ‫َه ْل َه َه‬ ‫َه‬ ‫ٌّد‬ ‫ْل‬ ‫َه‬ ‫ َه َه ً َه ْل‬yang ‫ُث‬ ‫َه‬ ‫َه‬ ‫ُث‬ Kedua, perkataan ‘Abdullah . ‫ رد‬bin ‫ ه‬Mas’ud ‫ ِد أ‬. Terdapat ‫ًل اي َهس‬kisah ‫ ِد خ‬telah 13

14

masyhur dari Ibnu Mas’ud  ketika beliau melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran. ‫ َه َه ٌه‬tidak ‫ ْل‬yang ‫ َه َه‬cara ‫ َه َه‬pernah Mereka bertakbir, bertahlil,ً ‫ َه‬bertasbih dengan ‫ُث ُّي ْل‬ ‫الَّن ُثا َه َه‬ ‫ر‬ ‫ِإَون‬ ‫ا‬ ‫ًل‬ . ‫ٍذ‬ ‫ب ِد‬ diajarkan oleh Rasulullah . Lalu Ibnu Mas’ud  mengingkari mereka dengan mengatakan:

‫َه ُث ُّي َه ِّب َه ُث ْل َه َه َه َه ٌه َه ْل َه‬ ‫ال َه‬ ‫َش ٌه‬ ‫ض َهي ِد ْل َه َه َه ِد ُث ْلم َه ْل‬ ‫ِد أن‬ ‫وا سيِدئ ِد م أ‬ ‫ِد‬ ‫َه‬ ‫َه ْل َه ُث ْل َه ُث َّن َه ُث َه َّن َه ْل َه َه َه َه َه َه ُث ْل َه ُث َه َه َه َه ُث‬ ‫و ح م أ ُم ٍذ أْسو كت م ؤال ِد اح ب‬ ‫ُث َه َه ُث َه‬ ‫َه ُث‬ ‫ون َهو َه ِد ه ِد ثِد َه بُث ُث ل َه ْلم َهت ْل َه َهو ِديَه ُثت ُث ل َه ْلم ُث ْل َه ْل‬ ‫َس‬ ‫ ت ا ِد‬ ‫ب ِد ِّب ِد ْلم‬ ‫َه َّن َه ْل ْل َه َّن ُث ْل َه َه َه َّن َه َه ْل‬ ‫ْل َّن ُث َه‬ ‫َه‬ ‫ُم َّن أَهوْل‬ ‫واَّلِدى جف ِدِس ِد ِد ه ِد إ ِد م ا َل ِد ٍذ ِدِه أ ى ِد ِد ِد‬ ‫ٍذ‬ ‫َه َه َه‬ ‫ُث ْلف َهتت ِد بَه‬ . ‫ب ًلا ٍذ‬ ‫ِد‬ ‫ِد‬

"Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikitpun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka shahabat nabi kalian masih ada. Pakaian beliau  juga belum rusak. Bejananya pun belum pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan (bid’ah)?” Mereka menjawab, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud  berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.15” 13 14

15

Adalah perkara baru yang diada-adakan, tidak ada contoh dari Nabi  dan para shahabatnya radhiyallahu anhum ajma’in Diriwayatkan oleh Ibnu Battah dalam Al-Ibanah ‘an Ushulid Diyanah, 2/212/2 dan Al-Lalika’i dalam As-Sunnah (1/21/1) secara mauquf (sampai pada shahabat) dengan sanad yang shahih. Lihat Ahkamul Janaiz wa Bida’uha, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal. 285, Maktabah Al-Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1412 H HR Ad-Darimi no. 204 (1/79). Dikatakan oleh Husain Salim Asad bahwa sanad hadits ini jayyid. Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (5/11) mengatakan bahwa hadits ini shahih

Syarat Diterimanya Amal |5

Lihatlah kedua shahabat ini yaitu Ibnu Umar dan Ibnu Mas’ud  meyakini bahwa niat baik semata-mata tidaklah cukup. Namun ibadah bisa diterima di sisi Allah  juga harus mencocoki teladan Nabi . Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa seluruh ibadah haruslah memenuhi dua syarat diterimanya ibadah yaitu ikhlas karena Allah  semata dan mencocoki petunjuk Nabi . Sehingga tidaklah tepat perkataan sebagian orang ketika dikritik mengenai ibadah atau amalan yang ia lakukan, lantas ia mengatakan, “Menurut saya, segala sesuatu itu kembali pada niatnya masingmasing.” Ingatlah, tidak cukup seseorang melakukan ibadah dengan dasar karena niat baik, tetapi dia juga harus melakukan ibadah dengan mencocoki ajaran Nabi . Maka, puasa sebagai salah satu bentuk ibadah yang mulia yang menjadi pembahasan inti dalam buku ini, juga memiliki syarat-syarat di atas agar ia diterima di sisi Allah . Sepantasnya ia ditunaikan dengan ikhlas dan benar sesuai aturan dan kehendak Sang Pengatur, Allah  dan pedoman dari utusanNya, Muhammad .

6 | Tutorial Ramadhan

keagungan Bulan Ramadhan Hari-hari yang indah dan didambakan itu kini kembali datang kepada

kita. Hari-hari yang terdapat pada bulan yang sangat istimewa bagi Sang Pemiliknya dan bagi siapapun yang mengetahui keistimewaannya. Tamu nan agung yang selalu dinanti-nanti oleh semua orang yang merindukannya. Dia adalah bulan Ramadhan, bulan penuh rahmah, bulan maghfirah, bulan berkah, bulan sabar, bulan Al-Qur’an, bulan shadaqah, bulan pendidikan dan madrasah bagi orang-orang yang beriman, bulan dilipatgandakannya pahala dari setiap amalan yang dikerjakan di dalamnya dan sebutan-sebutan lainnya yang indah untuknya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, sesuai dengan banyaknya kebaikan dan keutamaan di dalamnya. Beberapa keutamaannya yang mulia itu adalah:

1. Bulan Diturunkannya Al-Qur’an. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan di mana Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana firman Allah :

‫َ ُْ ََ َ َ ذ‬ َ ُْ ُ ْ ُْ ‫آن ٌُ ًدى ل ذ‬ َ ‫اس َو َب ّي‬ ِ ‫ات ن َِو‬ ‫ي‬ ‫ِلي‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ً ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ِي‬ ‫اَّل‬ ‫شٍر رمضان‬ ِ ٍ ِ ِ َ ْ ُْ َ َ ُْ .‫ان‬ ِ ‫الٍدى والفرق‬

َ ْ yangَ ّ ditentukan َ bulan "(Beberapa hari ُ َ ‫ ْ َ ذ‬ituُ ialah) ُ َ َ bulan ْ ْ ّ ‫اان ُف‬ ْ َْ Ramadhan, َ ‫ َذا‬di‫إ‬ ُ َ َ‫اا‬ ‫ذ‬ َ َ َ yang ‫اار‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ْ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ِ ِ dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan ِ ِ penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara‫ ذ‬yang hak dan ُ ‫َو ُص ّف َدت الش َياط‬ yang batil)” (Qs Al-Baqarah 185). .‫ِي‬ ِ ِ ْ َْ ‫القد ِر‬

َُ َ ْ َْ ‫ َلْلث‬.ِ‫القدر‬

ْ َ ْ َ |7 َ ْ َ Ramadhan ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ Keagungan ‫ذ‬ ْ َ ْ Bulan ُ َ ‫ ونا أدراك نا َللث‬.ِ‫إِىا أىز اه ِِف َللثِ القدر‬ ْ َ َْ ْ ٌْ َ

Ibnu Katsir  tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah  memuji bulan puasa dari bulan-bulan lainnya. Allah  memuji demikian karena bulan ini telah Allah  pilih sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah  telah menurunkan kitab ilahiyah ‫َ ُْ ََ َ َ ذ‬ َ ُْ lainnya ‫ ذ‬” 16ً .ُ ُ ْ ُ ْ َ ّ َ para َ Nabi َ pada

ِ ‫شٍر رمضان اَّلِي أى ِزل فِيًِ القرآن ٌدى ل ِلي‬ ‫ات نِو‬ ٍ ‫اس وبيِي‬ 2. Setan-Setan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup َ ْ ُْ َ َ ُْ dan Pintu-Pintu Surga Dibuka .‫ان‬ ِ ‫الٍدى والفرق‬ Rasulullah  bersabda:

َ ْ َُّ َ ‫َ َ َ ُ ُّ َ ْ َْ ُ ْ ذ‬ ْ ُ ‫ذ‬ َ َ ‫ااَ رمضااان فخِْاج أةا‬ َ ‫إ َذا َج‬ َ َ‫اَا‬ ‫اار‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ْ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ‫ا‬ ِ ِ ِ ‫ذ‬ َ ّ ُ ُ ‫الش َياط‬ .‫ِي‬ ‫ت‬ ِ ‫َوص ِفد‬

surga َ dibuka, pintuْ neraka ْ dan َ 17 ْ َ ْ tiba, ُ َ ْ َ pintu ْ َ setan َ ْ ُ َ ْ Ramadhan ‫ذ‬ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ditutup, ْ "Apabila َ َ ُ َ َ َ pun dibelenggu” . ِ‫ َللث القدر‬.ِ‫ ونا أدراك نا َللث القدر‬.ِ‫إِىا أىز اه ِِف َللثِ القدر‬ Al-Qadhi ‘Iyadh  mengatakan, “Hadits di atas dapatْ َ bermakna, َ terbelenggunya ٌ ْ ‫َخ‬ terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahanam .‫ ٍْ ٍر‬dan ‫فش‬ ِ ‫ْي ن ِْو أل‬ setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al-Qadhi ‘Iyadh , “Juga dapat bermakna terbukanya ْ hambaَْ ‫ذ‬ ‫ َ َ َ ذ‬ketaatan pintu surga karena Allah  memudahkan ُ ‫ِف ََلْلَث‬pada ُ َ ‫ا ُك ذيا ُنيْذِر‬berbagai َ َ ‫يو‬ ‫ى‬ ‫إ‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ت‬ ‫ن‬ . ‫اه‬ ‫ز‬ ‫إِىا أى‬ ٍ Halِ ini berbeda ِ ٍ malam. Nya di bulan Ramadhan sepertiِ puasa dan shalat dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan melakukan hal maksiat. Inilahّ ُ sebab mereka ّ ُ ‫ ذ‬kebaikan َ َ َ َ daripada ٰ ‫ذ‬ ْ ‫ َش‬pintunya. ْ َ‫ ّل و‬pintu ‫ا ذ‬Sedangkan َ ‫اَ ن‬ َ ‫ِخْ َق‬tertutupnya dapat memasuki surga dan neraka ‫ِو‬ ‫ت‬ َ ‫لِل‬ ِ ‫إِن‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ٍ ‫ِف‬ ‫ار‬ ‫ِف‬ ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ِإَون‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ inilah yang mengakibatkan seseorang mudah ِdan terbelenggunya setan, ُ ْ‫ُم ْسل ِم َد ْت ََ ًة وَ ْد ُت َْ ة ٍَا َف َي ْس َخجي‬ َُ ‫ب‬ menjauhi maksiat ketika itu” 18. .‫ل‬

ِ

ِ

3. Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ٰ َ ُ ‫َ ُّ َ ْ َ ُ ُ ُ ذ‬ ُ َ ْ Keberkahan

ٍ

ُ َ ٌََ َ ‫َة‬Pada ‫ ودت‬bulan ‫َادِل‬Ramadhan ‫اِإنام ال‬ ‫و‬ ‫ر‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫ّت‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫الص‬ ‫م‬ ٍ ‫ت‬ َ ‫ت‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫ثالثث ال ح‬ ِ ِ terdapat suatu malam ِ yang lebih baik dari seribu ُ َْ bulan yaitu Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah ِ ‫ ْظل‬saat .‫َم‬ ‫اله‬ diturunkannya Al-Qur’an Al-Karim. 16 17 18

Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2/179 HR Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah  Lihat: Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/188

8 | Tutorial Ramadhan

ِ َ ‫القرآن ذٌدى ُ ّل‬ ‫يات نِو‬ ‫شٍر‬ ٍ ُ ِ ‫ِلياس َ ْوب َي‬ ْ ُ َ ًِْ ‫أىزل ْ ف َِي‬ ِ َ ّ ُ ‫رمضان َ اَّل ُِي‬ َ ْ َ َ َ َ ‫ذ‬ َ َ ‫اار‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ْ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ْ ‫خ‬ ‫ف‬ ‫اان‬ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َ‫اا‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ِ ِ ْ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ِ‫إ‬ ِ .‫ان‬ ‫الٍد ّى والف ذرق‬ َ ُ ُ.‫الش َيا ِطِي‬ ‫ت‬ ِ ‫َوص ِفد‬ َ ْ َُّ َ ‫َ َ َ ُ ُّ َ ْ َْ ُ ْ ذ‬ Allah berfirman: ْ ُ ‫ذ‬ َ َ ‫ااَ رمضااان فخِْاج أةا‬ َ ‫إ َذا َ َج‬ َ َ‫اَ َا‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ْ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ‫ا‬ ِ ْ ْ ِ‫اَ ا ْ َا ْاار‬ َ َ َُ ْ َ‫اج أةا َا‬ َ َ ْ َ ُ َ ‫ َو َنا أ ْ ْد َر‬.‫إ ِىذا أى ْ َز ْ َ ُاه ِف ذَلْلثِ ال ُ َق ْد َر‬ ‫ َ ََل ّل َث القد َ ِر‬.ِ‫اك ُ َن ُا ًَلْلث الذقدر‬ ْ ُ َ َ ‫َِ َ ُْ ُ ّ َ َ َ َ ِ ذ‬ ُ ِ ‫ أى ِز ِل فِيًِ الق ْرآن ٌدى ل ِلي‬.‫ِي‬ ‫ات نِو‬ ‫صر ِفدر ِم‬ ٍ‫وش‬ ‫اَّلِي‬ ‫انيا َط‬ ‫ضالش‬ ٍ ‫اس وبيِي‬ ْ َ‫ت‬ َ ْ ْ ْ ٌ .‫ف شٍ ٍر‬ َ ْ ِ ُ ‫ْخ ُ َْي نِوَ أ ْل‬ ِ َ ‫ى ْ َوالُفرق‬ ْ َ ‫ال ذٍد‬ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ .ْ ‫ان‬ َ ‫"د ِر‬Sesungguhnya ‫ َللث الق‬.ِ‫در‬Kami ‫ث الق‬telah ‫ َلل‬menurunkannya ‫(ون ُا ذ أدر ْاك نا‬Al-Qur’an) . ‫ر‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫اه‬ ‫ز‬ ‫إِىذا َأ‬ ْ َ ‫ى‬Qadar ِ َ َ َ ُ ِ pada َ ْ َ ِLailatul ْ ‫ذ‬ ُ ُ َ َ َ ْ Dan ‫ا ُنيذ‬apakah ‫ ْإِىا َ ْكي‬malam ‫ن ُت ّار َك ٍث‬kemuliaan .‫ ِْرِ َ ذيو‬kamu (malam kemuliaan). َ ّ ُ tahukah ُ ْ ‫اه َ َ ْ ِ َِف ََل َل ٍث‬itu? ْ َ ‫إإِى َذاا ْأٌى‬ ُ َ ‫ذ‬ َ َ َ ‫زن ِْو‬Malam ‫اار‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ْ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ‫ا‬ َ‫ا‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫اج‬ ْ ‫خ‬ ‫ف‬ ‫اان‬ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َ‫اا‬ ‫ج‬ ِ ِ . ‫ر‬ ٍ ‫ش‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ِخْي‬ kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (Qs Al-Qadr 1-3). ِ ِ ٍ berfirman: ُ‫ذ‬ ّ ُDan‫ ذ‬Allahَ  َ juga َ ٰ ‫َو ذ ُص ّف‬ ُ ْ ‫الش ّ َيا َط‬ َ ْ .‫ِي‬ َ ْ َ َ ‫ذ‬ َ َ ‫ت‬ ‫د‬ ِ ‫ِك‬ َ ِ ‫لِل ِ ْ َ ِ ُِف‬ ْ ِ َ ‫إ ِ ذن‬ ِ ‫ّل ْ َوَ ٍ ُ َ َتِخَقاَ ذ ن ُِو ذ ا ُ ْارِ ِِفَ شٍ ِر رمضان ِإَون ل‬ َ .‫ِف َل ْل ُ ٍث نتارك َ ٍث إِىا كيا ن َيذِرِيو‬ ِ َ ْ ‫إ ِ ُىا ْ أىز َاه‬ ً َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ‫جي‬ ‫ َا ْفي‬malam ٍْ ِ ‫د ْ َتَ ة‬yang ‫س َل ْ ٍ َِم ْ َد ُت‬dan َ ‫َة و‬diberkahi َ ْ َ َ .َ ‫ب َل‬ ِ َ َ ‫سخ‬suatu َ ْ ُ َ ْ َ ْ Kami َ ْ ُ menurunkannya ‫مذ‬ ْ pada ْ "Sesungguhnya ‫ر‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫َل‬ . ‫ر‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫اك‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬ . ‫ر‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫اه‬ ‫ز‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ِ ِ ِ ّ ُ ‫ ذ‬Kami-lah ِ َ ْ Ad-Dukhan ّ ُ 3). ٰ ‫إِى ذ‬ َ ِ َ َ َ yangْ َ memberi peringatan” sesungguhnya (Qs َ ْ ‫ذ‬ َ َ ‫ ن‬sini َ‫ق ذا‬adalah ‫ َْ ٍ ُ تِخ‬malam ‫ّل َ َو‬ ‫شٍ ِر ر‬yang‫ ْ ِِف‬diberkahi ‫َ ِ ٌلِل ِ ْ َ ِ َِف‬qadr. ‫ِك‬ ِ ُّ َ ْ lailatul ِ‫ ُِو َا ٰ ار‬di ُ ‫م ُض ْ َان‬malam ٌ َْ ‫إ ِ َ َخن‬ dimaksud ْ ‫ِإَونَ َل‬ ْ ُ ُ‫ ََ ِة‬Yang َ ُ ُ َ ُ َ َ . ‫ر‬ ٍ ‫ش‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ْي‬ ِ ‫دت‬pendapat ‫ الَادِل و‬yang ‫اِإنام‬ ‫ ُف ِِر و‬oleh ‫الص‬ ‫الث‬ َ ‫ ُح‬Ibnu ِ dikuatkan Inilah Jarir َ . ‫ث‬Inilah ْ ‫ام َف َي‬Ath-Thabari ْ ‫ث ُم‬ ْ‫س َخان ِجمي‬ َ ٍ‫ ْتح ََر ًةدوَ ْدد ُتت ََْ ٍتة‬‫ال‬ ُ ‫ّت‬ . ‫ل‬ ‫ب‬ ٍ ‫د‬ ‫ِم‬ ‫ل‬ ‫س‬ ِ antaranyaِ Ibnu ‘Abbas .ٍ ُ ْ َ ْ yang menjadi pendapat mayoritas ulama di ِ ْ َ ‫ال ذه َظ ْل‬ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ .‫َم‬ ُ ‫ذ‬ ْ ‫ذ‬ ُ َ َ 4. Waktu Dikabulkannya ‫إ َِىا َأ َى ٌز َاه ُ ِِف ُّ َل َل ْ ٍث ُنتارك ٍث ذإِىا كيا َ ٰني‬ ْ ِ‫ذ ُِر‬Doa ُ‫ام الْ ََاد ُِل َو َد ْت ََة‬ ُ ‫َر َواِإ َن‬.‫يو‬ ِِ ‫ثالثث ال ح َرد دت ََت ٍُ ُم الصان ِ ُم حّت ُف‬ Rasulullah  bersabda: ِ ُّ ُّ ‫َ ْ َ َ َ َ ذ‬ ُٰ ْ َ ‫ْ ذ‬ ‫اَ ن َِو ا ذ‬ َ ‫ّل وَ َْ تِخْ َق‬ ِ ‫لِل‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ٍ ‫ش‬ ‫ِف‬ ‫ار‬ ‫ِف‬ ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ِإَون‬ ِ . ‫َم‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫إ ِالنهظ ِل‬ ِ ِ َ ُ ْ َ ْ ََ َ ْ ُ َْ ًَْ َ ْ ُ .‫ب ُل‬ ‫جي‬ ِ ‫مسل ٍِم دتَة ودتَ ةٍِا فيسخ‬ 19

20

"Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap ََ َ ْ ُ muslim ُ َ ْ َ ُّ َ ُ َ doaٌ maka hari ُ‫ ْت ََة‬di‫ َد‬bulan ‫ ذ‬dia َ ْ‫ال‬21 ‫ام‬ ُ ‫اِإ َن‬dan ٰ ‫ ُم َح‬apabila َ ‫د ُِل‬Ramadhan, َ ‫ َر‬setiap ُ ٍُ memanjatkan ‫و‬ ‫ا‬ َ ‫و‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫ّت‬ ‫ان‬ ‫الص‬ ‫م‬ ‫ت‬ َ ‫ت‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ثالث‬ ِ ِ ِ pasti dikabulkan” . ُ ْ َْ Nabi  juga bersabda:

ِ ‫الهظل‬ .‫َم‬

19 20 21

Tafsir Ath-Thabari, 21/6 Zaadul Masiir, 7/336-337 HR Al-Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perawinya tsiqah (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224

Keagungan Bulan Ramadhan |9

‫ّل وَ ٍ تِخقاَ نِو ا ارِ ِِف‬ ‫ِك‬ ِ ‫إِن ِلِل ِ ِِف‬ ِ ِ ‫شٍر رمضان ِإَون ل‬ َ ُ ْ َ ْ ََ َ ْ ُ َْ ًَْ َ ْ ُ .‫ب ُل‬ ‫جي‬ ِ ‫مسل ٍِم دتَة ودتَ ةٍِا فيسخ‬

ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ٰ َ ُ ‫َ َ َ ٌ َ ُ َ ُّ َ ْ َ ُ ُ ُ ذ‬ ‫ام ال ََادِل َودت ََ ُة‬ ‫اِإن‬ ِ ‫ثالثث ال حرد دتَتٍم الصانِم حّت ُف ِِر و‬ ُ ْ ِ.‫ال َه ْظلَم‬

"Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi” 22. Imam An-Nawawi  menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa dari awal ia berpuasa hingga akhir puasanya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.” Imam An-Nawawi  mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdoa demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”23 ***** Maka, sambutlah Ramadhan dengan penuh kesyukuran. Manfaatkan setiap kesempatan untuk meraih keagungannya. Wahai engkau yang tidak cukup melakukan dosa pada bulan Rajab… Lalu engkau sambung kembali pada bulan Sya’ban… Telah datang bulan puasa kepadamu setelahnya... Janganlah engkau jadikan lagi bulan itu bulan dosa... Bacalah Al-Qur’an dan bersungguh-sungguhlah dalam bertasbih... Karena bulan itu bulan Al-Qur’an dan tasbih... Berapa banyak yang engkau kenal mereka yang berpuasa... Dari keluarga, tetangga dan saudara... Mereka telah dimusnahkan oleh kematian, menyisakan dirimu... Alangkah dekatnya yang sekarang dengan yang terdahulu...

22 23

HR At-Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan Lihat Al-Majmu’, 6/375

10 | Tutorial Ramadhan

Kemuliaan Orang yang Berpuasa

Ibadah

puasa dengan segala keagungan dan kemuliaan­nya, men­ jadikan para hamba yang menunaikannya menjadi mulia di sisi Rabbnya. Begitu banyak kemuliaan mereka karena ganjaran yang akan mereka peroleh di dunia dan akhirat sebagaimana janji dari Allah  dan rasulNya . Dalam hadits riwayat Abu Hurairah , Rasulullah  bersabda:

ُ َ َ َ ُّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َْ َ ‫ُك ع َه ِل اة ْ ِو آد َم يُضاعف اْلسيث عْش أنثال ٍِا إَِل ستعِ ِهائ ِث‬ ُ ََ ْ ْ َ َََ ْ ُ‫َ َ ُٰ َ و َ َ و و و َْ َ و‬ ‫ضع ٍف قال اّلل ع َ ولل إِ َّ الََم إنِىً َِل ونىا أل ِ َى ةًِِ يع‬ ِ ٌ َ ْ ٌ َ ََ َْ ْ َ ْ َُ َ ََ ََُْ َ ‫ِل ل و‬ ْ ‫ان إ ْر َحث عِي َع إ ِْط ِره ِ َوإ ْر َحث‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ان‬ َ‫ِل‬ ‫ل‬ ِِ ِ ِ ‫شٍَحً وطعانً نِو أ‬ ُ ُ َُ َ ّ َ َ َ ْ ٰ َْ ُ َ َْ ْ ‫اّللِ ن ِْو رِ ِ الْه‬ ‫س‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫أ‬ ً ‫ِي‬ ‫ػ‬ ‫َف‬ ‫ وَلل‬.ًِِ‫ِعيع ل ِقاءِ رب‬ .‫ك‬ ِ ِ ِ ِ

‫ و‬oleh ُّ ُ ُ ٰ َ َ "Setiap amalan kebaikan َ َ dilakukan َ ْ akan ّ َّ ُ ‫ىو‬yang َ َ‫ال‬ َ ‫ َع‬dilipatgandakan ُ َ ‫ َم‬manusia ْ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫ُه‬ ‫آد‬ ‫و‬ ‫اة‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫قال‬ . ‫َل‬ ً ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ُك‬ ِ ِ ratus kali dengan sepuluh kebaikan yang hingga tujuh berfirman ِ semisal ِ ِ Allah ‫اّلل‬ ِ lipat. (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Akuَ sendiri yang akan membalasnya. diaْ telah ‫ َ ٌ و‬Disebabkan َ َ ُّ ُ meninggalkan ‫ ٰ ُ َ و َ َ و‬syahwat ‫ َ و‬berpuasa َ makanan ‫و‬ ‫و‬ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ dan karena-Ku. Bagi orang yang akan ‫لل ُك العه ِل لرا ارة إِ َّ الَ َم والَ َم َِل ونى ا‬mendapatkan ‫ال اّلل ع َ و‬dua‫ق‬ kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa ْ َ dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum.ًِdi‫ ة‬sisi Allah ِ ‫أل ِ َى‬ daripada bau minyak kasturi” 24. 24

HR Muslim no. 1151

َْ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ‫وَ َُ و و‬ َ .‫اب‬ ِ ‫إِنها يَّف الَاةِرون ألرٌم ةِغ‬ ٍ ‫ْي حِس‬

Kemuliaan َ ْ َ ْ Orang ُ ْ Berpuasa ْ َ َْ َ َْ ُ ٰ ْ ُ yang ُ ‫|ا ُت َق ّ ِع‬11 ْ ‫ِك‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫َو َن‬ .‫َت ُعوهُ عِي َع اّللِ ٌ ََ خْيا َوأعم َم ألرا‬ ِ ٍ

‫ََ‬ ‫ُ و‬ ‫ع َ َو َلل إ َّ و ْ َ ُ ْ َ‬ ‫عف َ قال ْ اّلل َ َ ُ َ َ ُ ِ‬ ‫َْ‬ ‫الَ ََ َم ُ إن ِ َىً ْ ُ َِل َ ْو َنىا َ َِ‬ ‫ُ ِ ُّ‬ ‫ض ٍَ‬ ‫أل َى َة ِ ًِْ يع َ‬ ‫َ‬ ‫َل ست َعِ َ ِه ْ َائ ٌ ِث‬ ‫ض‬ ‫ْش أنٌثال ٍِ ْا إ ِ‬ ‫ف اْل َس ْي َث َ ع َ‬ ‫َُكْ َ َع ُه َ ِل َ َاة َِو ُ آدم ْ ي ْ‬ ‫ِلاعل و‬ ‫ْ‬ ‫ان إ ْر َحث َ َعِي َ َع ْ إ ِْط ِره ِ وإرح ُث‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫ِلَ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫شٍ َْحً و َط َعان ًٰ ُن َِو وأ َ ِ َ و و‬ ‫ ََّ و‬ ‫َل َونىا أل َ ْى ةًِ يَعَ‬ ‫الَ َْ َم َإنىو ًُ ْ‬ ‫ِ‬ ‫ض ْع َ ٍ‬ ‫ِ ِْ‬ ‫ال ّ اّلل َ َع ُ َُ ُولل إ ِ ْ َ ُ ْ َِ ٰ ِ‬ ‫اّللِ ن ْ‬ ‫ف َِقاق ِء َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ه‬ ‫ال‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ِو‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫أ‬ ‫ً‬ ‫ِي‬ ‫ػ‬ ‫َف‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫ً‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ ِع ْ َ َ ُ َ َ َ ِ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ َ ٌ ِْ َ ْ َ َ ْ َ ٌ‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪Dalam‬حث‬ ‫‪ِ riwayat‬ره ِ وإر‬ ‫‪ِlain‬يع إ ِط‬ ‫‪dikatakan:‬ث ع‬ ‫ان إرح‬ ‫شٍَحً وطعانً نِو أل ِِل ل ِلَان ِ ِم إرحخ ِ‬ ‫َ َ ْ َ ٰ َ ُ ُ ُّ َ ّ َ َ َ َ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ُ َ ْ و‬ ‫ْ‬ ‫ َّ َ ُ ّ‬ ‫الَ َي َْ‬ ‫ام َإَنىو ٰ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪.‬‬ ‫َل‬ ‫ً‬ ‫آدمػِيُهًِ إ ِأطي ِ‬ ‫ك‪.‬‬ ‫اّللا ِءُكربًِِع‪.‬هو ِلَلاةل ِوَف‬ ‫الع ل ِق‬ ‫ق ِعي‬ ‫ب عِيع ِاّللِ ِنِو رِِ ِ ال ِهس ِ‬ ‫‪"Allah‬‬ ‫‪ berfirman (yang artinya),‬‬ ‫‪ َ َ ٌ َ ّ “Setiap‬و‬ ‫‪ َ َ adalah‬و ُ ْ ُّ‬ ‫‪َ .َ َ َ َ ْ manusia‬‬ ‫‪َ ُ amalan‬و و‬ ‫‪ُّ َ ُ ُuntuknya‬‬ ‫‪َ َ َ puasa.‬‬ ‫َ َ ٰ‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪kecuali‬‬ ‫‪Amalan‬‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫”‪untuk-Ku‬‬ ‫الَ َِلَ‪.‬م والَ َم َِل ونى ا‬ ‫را‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫اّلل‬ ‫ُك‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ َ‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫إ‬ ‫ُه‬ ‫م‬ ‫آد‬ ‫و‬ ‫اة‬ ‫ه‬ ‫الَ‬ ‫ َّ‬ ‫قال‬ ‫ارةي إ ِام َّإنِىً‬ ‫ُك‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫‪Dalam riwayat Ahmad dikatakan:‬‬ ‫َ ْ‬ ‫ل ِ َى ٰ ُةًِِ‪ َ .‬و َ َ و ُ ُّ ْ‬ ‫أَ َ‬ ‫َ و ٌَ و و َْ َ و ُْ َََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫قال اّلل ع َ ولل ُك العه ِل لرا ارة إِ َّ الَ َم والَ َم َِل ونى ا‬ ‫َ و ُّ ْ َ ُ َ و و ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫الَاةِر َ َون ُأ َلر ٌَ ُم ة‬ ‫أإ ِ ُنلها َ يَىَ ةّفًِ‪.‬‬ ‫اب‪َ ْ ُ ْ .‬‬ ‫َ‬ ‫ْي َحِس ُ َ‬ ‫فِغ ِ‬ ‫ْش أنثال ٍَِا إَِل َستْ ِع ِهائ ِث‬ ‫اْل َس َيث ٍع‬ ‫ُك ِع َه ِ ِل اة ْ ِو آدم يضاع‬ ‫‪zza‬‬ ‫‪ ّ َ sebagai‬و ُ َ َ‬ ‫‪َ َ wa‬‬ ‫‪ُ "Allah‬‬ ‫‪َ َ َ َ ُ berfirman‬‬ ‫‪ “Setiap‬و ُ ْ َ ْ و َ ْ َ‬ ‫‪ْ َْ Jalla‬‬ ‫‪ artinya),‬و‬ ‫ى َ‪‘A‬ة ًَِ َيَ ْعَ‬ ‫‪َ amalan‬ع َ ُو َ َ ْ َو ْ َ‬ ‫‪َ (yang‬إ ْن َىو ُ‬ ‫‪ adalah‬و ْ ٰ ُ ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪ْ ٰ puasa.‬‬ ‫ض َ ْع ُ‬ ‫َ‬ ‫َ وَ‬ ‫‪ْ adalah‬‬ ‫وهُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪amalan‬ىاخ أْيال‬ ‫َل ٌوَن‬ ‫‪ََ Amalan‬م‬ ‫الَح َْ‬ ‫ َّ‬ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫اّلل‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫‪kafarah/tebusan‬‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪untuk-Ku.‬‬ ‫‪Aku‬‬ ‫‪sendiri‬‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫اب‪ِ ً.‬‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ِك‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫‪َ ِ kecuali‬وأعم ِم ألرا‪.‬‬ ‫ِسعِي ٍ ِع‬ ‫َت ُع‬ ‫اّللِ‬ ‫ِ‬ ‫إ ِو ِنناها يَّف الَاةِرون َألرٌم ة ِ ٍغْيِ‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪َ َ membalasnya‬‬ ‫‪ٌ َ akan‬‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ‪ْ ٌ ”َ .‬‬ ‫َ ََُْ ََ َ َُ ْ ْ‬ ‫ِل ل و‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫حث‬ ‫‪ِkeutamaan‬ط ِره ِ و َإر‬ ‫إ‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ث‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫إ‬ ‫ان‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫ِلَ‬ ‫ل‬ ‫شٍَح ًَ و ُط ُّع‬ ‫ِ‬ ‫‪Beberapa‬‬ ‫‪bagi‬‬ ‫‪orang-orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪berpuasa:‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ان ْ ْ ًُ نِو َُأ ْ َ ِ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫يَ ََْ َم ُ َ‬ ‫ُمْ َ ٰ‬ ‫َضا‪ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ ُ .‬‬ ‫َ‬ ‫َت َ ّ ِ ُعع ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ن‬ ‫ُك‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫اّلل‬ ‫َت‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ِك‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫ق‬ ‫ون ْا ت‬ ‫‪.‬‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٰ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫‪1. Pahala‬‬ ‫ك‪.‬‬ ‫‪Tak‬رِِ ِ ال‬ ‫‪ Terhingga‬نِو‬ ‫ِعي َع ل ِقاءِ ربًِِ‪ .‬وَللَف ػِيًِ ٍأطيب عِيع اّللِ‬ ‫‪ِ yang‬هس ِ‬ ‫‪Dari riwayat pertama di atas, dikatakan‬‬ ‫‪bahwa setiap amalan akan‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫‪ ْ ُ َ ُ ُّ ُ َKemudian‬و ٌ‬ ‫ُ‬ ‫إ َ ون ْ َ َها َ ُّ‬ ‫ْ‬ ‫سَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ج ُّ‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ yang‬‬ ‫ْ‬ ‫سي َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫‪dilipatgandakan 10 kebaikan‬‬ ‫‪hingga‬‬ ‫‪700‬‬ ‫‪kebaikan‬‬ ‫‪semisal.‬‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫ُّ‬ ‫‪.‬‬ ‫ار‬ ‫انل‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬ ‫ة‬ ‫و‬ ‫خ‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الَ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ا‬ ‫َض‬ ‫ُم‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫را‬ ‫ن‬ ‫يََِم‬ ‫ُك‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َت ٰ ُ‬ ‫‪َ ِ puasa‬‬ ‫‪ِ seperti‬‬ ‫‪Amalan‬ى ًُ ِ ْ‬ ‫‪dikecualikan amalan puasa.‬‬ ‫‪ِdilipatgandakan‬و آدم ُُه‬ ‫اّلل ُك ع َه ٍ ِل اة‬ ‫‪tidaklah‬إِ َّ‬ ‫قال‬ ‫َل‪.‬‬ ‫الَي ٍام إن ِ ِ‬ ‫‪tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan‬‬ ‫‪ْ ُّ َ berlipat-lipat‬‬ ‫‪ َ oleh‬و َ ُ ُ‬ ‫‪ ُ ْ ُُ ْ َ َ tanpa‬وُ ٌ َ َ ْ ْ َ‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪akan‬‬ ‫َل ّ‬ ‫‪َhingga‬عتْ‪‬عْ َ َيَ ْ َْ ُ َ‬ ‫‪ُ dilipatgandakan‬‬ ‫الَ َي ُ‬ ‫و‬ ‫ى َ َر ّ‬ ‫ام أَ ْ‬ ‫الَ َ‬ ‫‪Allah‬الْ َقِ َ‬ ‫ام ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ ّada‬‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ِل‬ ‫ل‬ ‫ان‬ ‫ع‬ ‫را‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫ار‬ ‫انل‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬ ‫ة‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫خ‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الَ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ٰ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ٌ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫‪batasan bilangan.‬‬ ‫إقَِال اّلل ع َ ولل ُك العه ل لرا ارة إِ َّ ِ‬ ‫الَ َم والَ َ ُم ِ َْل ونى ا‬ ‫ِ‬ ‫‪ َ َ mengatakan,‬و‬ ‫ُ‬ ‫ُ ْ ُ‬ ‫‪ْ ّ َ َ Rajab‬‬ ‫الط َ‬ ‫َ َن َي ْع ُخ ًُ و‬ ‫‪Mengapa‬آن‬ ‫‪َbisa‬ل َالق ر‬ ‫?‪َ demikian‬و َِق‬ ‫‪Ibnu‬ع ِى ػِي ُ ًِ ُ‪.‬‬ ‫‪ْAl-Hambali‬انلو ٍَارِ إش ْ ِرا‬ ‫ات ة‬ ‫الش َ ٍَ ََ‬ ‫و‬ ‫ام‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪orang‬ى ُ ة ِ ًَِ‪ُ .‬‬ ‫‪ُ ganjaran‬‬ ‫‪َbagian‬ل ّ‬ ‫لّ‬ ‫ان ل ِل َعتْع يَ َْ َ‬ ‫‪”Karena‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫”‪kesabaran.‬‬ ‫‪Mengenai‬‬ ‫الَ َي ُ‬ ‫‪َ dari‬‬ ‫آن ي َ ْشرا َ‬ ‫ى َر ّ‬ ‫‪puasa‬أ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ َ‬ ‫أ‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ام‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الَ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ِ  berfirman:‬‬ ‫‪ِ bersabar, Allah‬‬ ‫َ َ َِ ُ َ و‬ ‫َ َِْ ُ ُ و ْ َ و ْ َ َ ِّ ْ‬ ‫َ‬ ‫‪yang‬‬ ‫ل َإ َش ِراع ِى وػ َِيًِ‪َ .‬ق َال ّإي ْشراع ِ‬ ‫َن َي ْع ُخ ًُ انل وَ َم ة َِ‬ ‫اللي ِ و‬ ‫ان‪ُ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ .‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ش ِراع ِى ػِي ًِ‪ .‬وِق َل الق رآن‬ ‫نوي َعخ ًُ َ والطع وام و ُ َ‬ ‫الشٍَ ْ َِ‬ ‫ات ُ ة ِ ْانل ٍَ ْ‬ ‫ارِ إح َ‬ ‫‪.‬‬ ‫اب‬ ‫ِس‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ون‬ ‫ّف‬ ‫ِ‬ ‫إ ِ َن و َه ْا ُي َُ ْ‬ ‫الَاة ِ ور ُْ َ ُ َ َ َ ُ ّ ْ و و ُ َ ِ ْ َُ ُ َ َ ٍ ْ ُ ُ َ و و َ ُ َ َ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫‪َّ "Sesungguhnya‬‬ ‫انه‪َ.‬ن‬ ‫الَان‬ ‫خل‬ ‫الرِ‬ ‫انليَثِم ةة ِاةا‬ ‫ِفً ال‬ ‫‪ hanya‬يَم القِيان ثِ‬ ‫ال نإِييًشراع‬ ‫انِييًِ‪.‬ع ق‬ ‫ىػ‬ ‫الشُه ِراع‬ ‫‪yang‬إ‬ ‫‪ dicukupkan‬ي ِقل‬ ‫الل‬ ‫إ ِنينع ِخ‬ ‫ِ‬ ‫‪yangَ bersabarlah‬‬ ‫‪pahala‬‬ ‫‪َْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ِ ُ orang-orang‬‬ ‫‪ٰ َ َ ُ ْ 10).‬‬ ‫َ َ ْ ُ ُ َُ ّ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ٌ َ ْ ُ‬ ‫ِكُ ُْم ْن ُِْو َ َ ُ‬ ‫”‪َ batas‬ع ْم ُم ُ ْ‬ ‫‪mereka‬‬ ‫َتو ُعوهُ و‬ ‫‪Az-Zumar‬ق ََ ُ‬ ‫خال ْْي َن ْي َ‬ ‫‪َْ (Qs‬ي‬ ‫َمخ‬ ‫َناّللَِػ َيٌ‬ ‫ونا تق ِعمَا ألنراس‬ ‫الَعان ِِيهع‬ ‫ِ‬ ‫‪tanpa‬أللنراِي‪ًَ ُ .‬‬ ‫َنا و َّأ ي ْعخ‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ٌ‬ ‫ْي‬ ‫َي وعخل ن ْ َِي وً أ َحع ُ َغ ُ َ ُ ُ و و ُ ٍ َ ْ ُ ُ ْ ُ و َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫الَان َِه ٌَن يَم القِيان ثِ َّ‬ ‫الرِ َان َ يَ ْع َخ ْل ُن ِْي‬ ‫اليُثِ ْ ة َاةا َ ي َق َال ُ ُه ْ‬ ‫إ ِ َن ٌ ِ‬ ‫ِف َ ْ‬ ‫لً ِنيْ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ‫ً‬ ‫خ‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ِق‬ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫أ‬ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ٌ‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫‪.‬‬ ‫ُ‬ ‫‪25 HR Bukhari‬‬ ‫‪no.‬‬ ‫‪1904‬‬ ‫ُ‬ ‫أَ َ ْ ْح َ ُع ُ ُ ْ ُ َ َ َ ِْ ٌ َ ْ َ ُ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ و ْ ُ ْ‬ ‫‪ُ ُ Ahmad.‬‬ ‫َضاَ‪ُ َ .‬‬ ‫‪َ ُ Syu’aib‬‬ ‫‪َ َ Al-Arnauth‬‬ ‫‪ْ َ َ Syaikh‬‬ ‫‪HR‬نِيًُْ‬ ‫ ‪26‬‬ ‫‪sanad‬‬ ‫‪ mengatakan‬خ‬ ‫‪hadits‬نحراع ٍ‬ ‫‪ِ shahih‬‬ ‫الَ ٍ‬ ‫‪syarat‬عخل‬ ‫َن َّ ي‬ ‫ْيانِهُمَن ػيقَم‬ ‫ج ننيِوو‬ ‫‪bahwa‬ع ِهيلقال‬ ‫سغ نْياٌم‬ ‫ُكأ‬ ‫َتل‪ini‬عنِيً‬ ‫ييَعمخ‬ ‫‪sesuai‬‬ ‫‪Muslim‬‬ ‫َ َ ٌ َ ُْ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ ََ ْ ُ ْ ْ َ‬ ‫ْي ٌَ ُ ْم إ ُن ِ وذا ٌ د َ ْخ َلَا أ ُّغل َ َِق إ ْل َ ْم ْ يَُعخ َل ِن وي ًُ أ َح ٌع‪.‬‬ ‫أ وحع غ ّ‬ ‫إِن َها ِ‬ ‫جو ةٍِا العتع نِو انلارِ‪12 | Tutorial Ramadhan .‬‬ ‫الَيام ليث يسخ ِ‬ ‫ّ َ ُ َ ُْ ْ ُ َ ْ َ َ‬ ‫َْْ ََْ ْ َ َ َُ ُ ّ َ ُ َ ْ َ ّ‬ ‫‪25‬‬

‫‪26‬‬

Al-Auza’i  mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As-Sa’di  mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga” 27. Sabar itu ada tiga macam yaitu: [1] sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah , [2] sabar dalam meninggalkan yang haram dan [3] sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.

2. Amalan Puasa Khusus untuk Allah  Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah  berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah  khususkan untuk diri-Nya. Allah  menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya. Mengapa Allah  bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya? Pertama, karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Misalnya, dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan suami-istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun, bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan, seperti makan dan minum. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu. Jadi, pada amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan-amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah , padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah , maka ini 27

Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/117, Muassasah Qurthubah

Kemuliaan Orang yang Berpuasa |13

menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan hal semacam ini. Atas dasar hal ini, Ibnu Rajab  mengatakan, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Kedua, puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya mengetahuinya dalam amalan puasa ْ َ Allah ُّ ُ ْ yang ُ َ َ dan َ ْ َ saja َ terdapat َ ْ itu,َ َ Imam َ ُ berbagai ْ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ini‫ث‬ bentuk meninggalkan syahwat. Oleh ‫ُك عه ِل اة ِو‬ ِ ‫آدم يضاعف اْلسيث عْش أنثال ٍِا إَِل ستعِ ِهائ‬karena Ahmad  dan selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat َ َْ ‫َ َ ُٰ َو َ َو و و‬ ُ َ (ingin ْ َ َ َ َ orang ْ ُ ‫نىو‬lain).” َ‫ى ةًِ يع‬ riya’ dilihat/dipuji ْ َ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫َل‬ ً ‫إ‬ َ‫ال‬ َّ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬ َ ‫ع‬ ‫اّلل‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ع‬ َ ُِ ْ ِ ٍ َ ِ َ alasan ُّ‫ض‬ ِ َ inilah, ْ َ ِ ُ ‫َ َم‬menyandarkan ُ َ ْ ُِ Allah َ َ َ Dariْ dua َ َ ْ ‫ل اة‬pada-Nya ُ‫ آد َم َي‬puasa َ ‫اْل‬ َ ‫ُك ع‬ َ ‫ضاعف‬amalan ‫ْش َأ ٌنثال ٍِْا َ إ ِ َْل ستَ َِع ْ ِه َائ ٌ ِث‬ ‫ع‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫َ ْ َ َ ُ َ َِ َ َ ِ ُ ْ ْ ْ و‬ َْ ََ َْ berbeda dengan amalan lainnya.

ُ ‫ان ُإر ْحثَ َ َعِي َع ْإ ِط ِره ِ وإ َر َحث‬ ‫ِو وألَ ِ َِل ول ِلَ وان ِ ِم وإرْ َحخ َ ِ و‬ َ ‫شٍ َْحً و َط َعانً ٰ ُن‬ َ ‫ةًِِ يع‬Kebahagiaan َ‫ال‬ ِ ‫اّلل َ ُع ُ َ ُولل إ‬ 3. Dua ِ Orang َ ٍ ‫ض َع‬ ٰ ً‫َم ْإ َنِى‬yang ِْ ْ ‫اّللَِلنو ْنِوىارِأ ِل ِ َالْهى‬ ُ ‫أ َّ ْط َي‬Berpuasa َ .ًِ‫ال ّب‬ َ ِ‫فِقا قء‬ . ‫ك‬ ‫س‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ً ‫ِي‬ ‫ػ‬ ‫َف‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ع‬ َ ِ ِ ِ ِ َ mendapatkan َ َ hadits َ َ َ “Bagi َ orang ٌ َ Dalam َِ َ َ ْ ‫عي‬ ْ ِ atasٌ َ dikatakan, ْ berpuasa ‫و‬ ْ َ َ ُ ُ ْ di yang akan َ ْ ْ ْ َ ْ ‫ع إ ِط ِره ِ وإرحث‬yaitu ‫ث عِي‬kebahagiaan ‫ان إرح‬ ‫ان ِ ِم إ‬dia َ‫ِل‬berbuka ‫ أل ِِل ل‬dan ‫ نِو‬kebahagiaan ً‫حً وطعان‬ketika ٍَ‫ش‬ ِ ‫رحخ‬ketika dua kebahagiaan َ ‫َ َ ْ َ ٰ َ ُ ُ ُّ َ ّ َ َ َ َ ُ ْ ُ ُ َ َ َ ُ ْو‬ berjumpa dengan ًُٰ ‫ام ْ َإَنىو‬ ّ ُ َ َّ َ ‫الَ َي‬ ْ ‫ ِ الْه‬Rabbnya.” ْ .‫َلن‬ ْ ِ‫اّلل‬ ‫ ِو آد‬berbuka . ‫ك‬ ‫س‬ ِ ‫ر‬ ‫ِو‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫َفمػِيُهًِإ ِأ‬ ‫ه ِولَلاةل‬.ِ‫ع‬ ًِ‫ب‬puasa. ‫اّللاءُِكر‬ ‫ل ِق‬Ketika ‫الع‬ ‫ق ِعي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang

berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan َ َ َ ْsangat ُّ ْ ُ senang ‫ ُّ و َ َ َ َ و‬menjumpai tidak َ ‫ ّ َ ٌ َ َ و‬yaitu ‫ ُ َ و و‬jiwa َ َ menyenangkan َُ ُ ُ ٰ ٰ َ َ َ َ ‫ َم َو و‬ketika ُ‫نىو و‬berpuasa, ْ َ‫ال‬ َ ‫الَ َْ ُم َل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫و‬ َ َّ ‫إ‬ ‫ة‬ ‫ار‬ ‫را‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ال اّلل‬ ‫ال‬ ‫ُك‬ ‫ل‬ ‫و‬ َ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ام‬ ‫ي‬ َ‫ال‬ َّ ‫إ‬ ‫ُه‬ ‫م‬ ‫آد‬ ‫و‬ ‫اة‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫اّلل‬ ‫قق‬ . ‫َل‬ ً ‫إ‬ ‫ُك‬ ِ ِ Jika seseorang makanan,ِ minuman dan dilarang dari ِ menggauli ِ ِ ِ istri. ِ ِ berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal ْ َ . ‫ل‬ ً ‫ة‬ ‫ى‬ َ َ ِ tersebut lagi. ‫و‬ ْ ُّ ُ ‫أ َ َ ِ ٰ ُ ِ َ و َ َ و‬ ‫َو‬ َ َ diperbolehkan ٌ ‫و‬ ‫و‬ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ ‫ى ا‬Kebahagiaan ‫الَ َم َِل ون‬kedua ‫الَ َم و‬ َّ ِ‫إ‬ketika ‫لرا ارة‬seorang ‫العه ِل‬hamba ‫قال‬ ‫ل ُك‬berjumpa ‫اّلل ع َ ول‬ adalah dengan َ Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahalaْ َ amalan puasa dia‫ و‬lakukan ‫َو‬ َ yang ُ ْ ‫و‬ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُ tersimpan di sisi Allah . Itulah ‫ْي حِس‬ َ‫ال‬butuhkan. َ‫لا ِ َ ي‬ ‫إ ِأنه‬ .‫اب‬ ‫ ألر‬sangat ‫اةِرون‬dia .ًِ‫ّف‬ ِ ‫ٌم ة‬yang ِ‫ى ة‬ ِ ‫غ‬besar ٍ ganjaran Allah  berfirman:

ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ٰ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ ْ ‫َ و َ َ ُ َ ُ َّ ُ و و‬ ‫ِكمأ ن‬ .‫اّللِ ٌَ خْيا وأعمم ألرا‬.‫اب‬ ‫ْيعحوهِسعِي ٍع‬ َ‫إوِناهاتقي َِعمّفَاال‬ ‫لرِوٌم‬ ‫سون‬ ‫ألناراةِر‬ ِ ‫ْيغ‬ ِ ‫َت‬ ٍِ ‫خ ة‬

"Dan ُّ ُ ُ ُّ َ َ ُ kamu َْ ُْ kamu ُ ْ َ niscaya َ ْ َ َ ْ َ apaَ ُ sajaٰ َyang ْ ُ َ ُ ْ َ perbuat َ ْ ُ َ dirimu َْ ‫ه ْ َل‬untuk ْ َ kebaikan ْ‫ج‬ َ َ َْ َ َ‫ي‬ ‫َضا‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ن‬ ‫َت‬ ‫م‬ ‫ُك‬ ‫ خْيا وأ‬nya ٌَ .diِ‫اّلل‬ ‫َت‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ِك‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ون‬ .‫(عم َم ألرا‬balasan) ‫ْيعِي‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ِ memperoleh sisi‫ُمع‬ Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang ِ ٍ ِ ِ ٍ ٍ paling besar pahalanya” (Qs Al-Muzammil 20).

َ ‫ام َ ُل ْ وي ٌث ي َ ْسَ َخج َ ُّو َة ٍَ ْا الْ َع ْتْ ُع َ ْن َِو ُ ْانلو‬ ُ ُّ ُ ‫الَ َي‬ ُ ِ ّ ‫إيَ ون َْ َه َما ََت‬ ‫ار‬ .‫ا‬.‫َض‬ ‫ُم‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ن‬ ‫ُك‬ ‫ع‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ٍ

"Pada َ hari ketika ْ mendapati ْ ْ َ ْ segala ُ tiap-tiap ْ َ ٌ ‫َ ْ ُ ُ ْ ُ ُ و‬dihadapkan َ ْ kebajikan ُ َ ‫ َ َ و‬diri ّ ّ‫و‬ َ ُ َ ُ ‫الَا َي‬ َ ّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ِ ّ ‫ام‬ ُّ َ ‫ب‬ ‫ق‬.‫انلثِارِي‬ ‫انول ِلة ِعٍات ِعال يعتَمع النقِِويان‬ ‫الَويالق‬ (dimukanya)” Imran 30). ‫امرل‬ ‫إِن ِ َه‬ ِ Ali‫َل‬ ِ‫ج‬ ِ ‫آنيثي يشسراخع‬ ِ ‫(يام أى ر‬Qsَ‫ال‬ ‫ََُُْ و َ َ َ و‬ ُ ْ ُْ ُ ََُ ْ ّ َ َ َ‫و‬ َ ٍَ ‫الش‬ ‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫َل‬ ‫ق‬ ِ ‫و‬ . ً ‫ِي‬ ‫ػ‬ ‫ى‬ ‫ع‬ ‫را‬ ‫ش‬ ‫إ‬ ‫ار‬ ٍ ‫انل‬ ‫ة‬ ‫ات‬ َ ‫ام ُو‬ ‫ني ّع‬ َ ِ ِ ِ ْ ْ ِ ُ ُ ‫الط ْع‬ ّ ‫انثِ َي ُقَل‬ ُ ‫َي‬Ramadhan َ ِ ‫آن ي َ ْش َرا َعان ل ِل َعتْ ِع ِيَ َْ َم الق َي‬ ُ ً‫الَخ َي‬ ّ |‫ َر‬Tutorial ْ ‫ام أ‬ ْ َ 14‫ب‬ ‫ى‬ َ‫ال‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ام‬ ِ ِ ‫َ َ ِْ ُ ُ و ْ َ و‬ ِ َ ‫ قَ َال إَيُ َش ورا‬.ًِ‫الليْل إَ َش ّرا ِ ْعى ػِي‬ . ‫ان‬ ‫ع‬ ِ ِ ْ ِ َ َ ‫ن َي َع ْخ ًُ ُ انل وَم َ ة ِ َ َ ِ و‬ ُ ُ ُ ُ ْ ّ َ َ ‫ َو َِق َل الق ْرآن‬.ًِ ‫ات ةِانلو ٍَارِ إش ِراع ِى ػِي‬ ِ ٍَ‫نيعخً الطعام والش‬

‫اةو آدم يضاعف اْلسيث عْش أنثال ٍِا إَِل ست ِع ِهائ ِث‬ ‫ُك‬ ِ ِ ‫عهل‬ ُ ََ ْ َ ََ ْ ُ‫َ َ ُٰ َ و َ َ و و و َْ َ و‬ ْ ‫َل َونىا أل ِ َى ةًِِ يع‬ ِ ِ ً‫ضع ٍف قال اّلل ع َ ولل إِ َّ الََم إنِى‬ َ ٌ َ ْ ٌ َ ََ َْ ْ ْ َُ َ ََ ََُْ َ ‫ِل ل و‬ ِْ‫ل‬ ‫ان إ ْر َحث عِي َع إ ِْط ِره ِ َوإ ْر َحث‬ ‫ِلَان ِ ِم إرحخ‬ ‫شٍَحً وطعانً نِو أ‬ ِ 4. Bau Mulut Orang Berpuasa Wangi di Sisi Allah  َ ُ ُ َُ َ ّ َ َ َ ْ ٰ berpuasa ْ ْ ‫ ن ِْو ر‬yang ْ ‫ِيًِ أ‬disebutkan َ ْ‫ب عِي‬ ُ ‫ َي‬yang Ganjaran ِ‫ل ِقاء‬hadits .‫ك‬ ‫اّلل‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ػ‬ ‫َف‬ ‫وَلل‬pula .ًِِ‫رب‬dalam ‫ِعيع‬ ِ ِ ‫ال ِهس‬bagiِ ِorang ِ di atas, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” ‫َ َ ٰ ُ ُ ُّ َ َ ْ َ َ َ ُ و‬ ّ َّ َ ‫ َي‬bahwa ُ ‫ام إَنىو‬ ْ bersama Seperti kita ketahui bau ‫اة ِو آدم‬orang ‫عه ِل‬yang َ‫ال‬ ‫قال اّلل‬ .‫َل‬ ً ‫ ُك‬berpuasa ِ ِ ‫ ُه إ‬mulut ِ ِ apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan. Namun, bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah  karena bau ini ‫ و‬danٌ َ mengharap ُّ Allah ُ ‫ َ و‬. ‫َو‬ َ َ َ dari ‫َ َم َو و‬ketaatan ‫ َّ و‬ ُ َْ َ‫ال‬ َ ْ‫ُك ال‬ ْ َ‫ال‬ ُ ٰ ‫قَ َال‬ ‫اّلل َع و‬ َ ridha َ َ Sebagaimana dihasilkan amalan ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫َل‬ ‫م‬ ‫إ‬ ‫ة‬ ‫ار‬ ‫را‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬ ِ ِ orang yang mati syahid pada hariِ kiamat nanti, warnanya adalah pula darah warna darah, namun baunya adalah bau minyak kasturi. ْ َ

5. Puasa Mendekatkan ke Surga

.ًِِ‫أل ِ َى ة‬

‫ ُ َ و‬yang Kita telah mengetahui bahwa puasa ْ َ ْ ُ menjauhkan ْ َ َ ُ ‫ و‬orang َ َ ‫إ ون‬ َ ‫اب‬ ‫ِس‬ ‫ح‬ َ‫ال‬ ‫ّف‬ َ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ه‬ . ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ة‬ ‫م‬ ٌ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ا‬ ِ ِ mengamalkannya dari neraka, yang ٍ jugaِ berarti mendekatkannya ke surga.ِ Cukuplah sebuah hadits yang diriwayatkan dari shahabat Abu Umamah  untuk َُ  ُ ْ Rasulullah َ ْ َ َ ْ َ َ hal ٰ َyaitu ْ ُ ketika ْ َ َ menyatakan ُ ini, ْ َ ْ berkata, ُ ‫ْي ََت‬beliau ْ ُ ‫“س‬Ya ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ َ ٌ ‫اّلل‬ ‫ ُمَا ألن‬beliau ‫َنا تق ّ ِع‬‫َو‬ . ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ِ ِ ٍ ‫ نِو خ‬ke‫ِكم‬ tunjukkan kepadaku amalan yang bisa memasukkanku surga?‫را‬Maka menjawab: “Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu” 28. ُ

َ

ُّ ُ

َ

َ ْ ْ َ Pembebas ْ ‫ َعهل‬dari َ ‫ُك َن ْرا‬ 6. Puasa Adalah Perisai .‫ُمَضا‬dan ‫ج ن ِْو خْي‬ ‫يَ َْ َم َت ُع‬ ِ ‫س نا‬Api ٍ Neraka Rasulullah  bersabda:

ٍ

ِ

ْ َ ْ َ ٌ ‫إ ون َها ّ َ ُ ُ و‬ .ِ‫ج ُّو ة ِ ٍَا ال َعتْ ُع ن َِو انلوار‬ ِ ِ ِ ‫الَيام ليث يسخ‬

"Puasaَ adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka” . ُ َُ َ َ ْ ََْ َْْ ْ َ seorang ُ ْ ُ ْ hamba ّ juga ّ ُ ‫ َي‬ َ ‫َرا‬ada ُ ‫ َي‬yang ّ‫ب‬Rasulullah ْ ‫ام أ‬ َ ‫ى‬ bersabda, artinya: “Tidaklah ‫ر‬ َ‫ال‬ ‫َل‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫م‬ َ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ِل‬ ‫ل‬ ‫ان‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫آن‬ ‫ام َوالقر‬ َ‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka ُ ََُ ‫ََُُْ و َ َ و‬ ُ ُ ْ puluh ْ ّ َ َ sejauh ‫ ْرآن‬tujuh ‫ق َل الق‬musim ِ‫ و‬.ًِ ‫ ػ“ِي‬. ‫ات ةِانلو ٍَارِ إش ِراع ِى‬ ً‫نيعخ‬ ِ ََ ٍَ ‫الطعام َوالش‬ Dalam riwayat yang lainnya, Rasulullah  bersabda:‫“ و‬70 musim yakni ‫َ َ َُ َ و‬ ْ ّ َ َ ْ perjalanan 70 tahun” ..‫شرا َعان‬ ‫ قال إي‬.ًِ‫َن َيع ُخ ًُ انلو َْ َم ةِالليْ ِل إش ِراع ِى ػِي‬ ِ 29

30

31

ْ di jalan ْ َ ْ َ bersabda, َ ُ berpuasa َ Rasulullah َ ُ َ sehari ‫و‬ َ ُ ‫ و‬artinya: ْ ُ “Barangsiapa ُ ْ َ ُ ‫ و و‬yang ‫و‬ َ ُ َ ُ َ َّ ِ‫إِن ِِف اليثِ ةاةا يقال ُه الرِان يعخل نِيً الَانِهَن يَم القِيان ث‬ َ ُ ْ sanadnya 28 HR Nasa’iَ (4/165), Ibnuَ Hibban (hal. 232 َ Mawarid), ُُ َْ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ َ َ ُ ‫ ْ ُ َ ُ ْ َ و‬Al-Hakim ُ ُ ْ َ ٌ َ(1/421) ًُْ‫نِي‬Shahih. ‫الَانِهَن ػيقَمَن َّ يعخل‬oleh‫و‬Syaikh ‫قال ني‬Al-Albani ‫ْيٌم ي‬dalam ‫حع غ‬Shahihul ‫ل نِيً أ‬Jami’ ‫يعخ‬ 29 HR Ahmad dan Baihaqi, dihasankan َ ْ(1153)ْ ُ dariْ َ Abuْ َ Sa’id َ 30 HR Bukhari (6/35), Muslim ْ ُ ُ َ iniَ adalah َ َ lafadz َ Al-Khudri, ُ ُ ْ َ Muslim. 31 Demikian dikatakan ‫“ي ًُ أ َح‬Fathul ‫خل ِن‬Bari” ‫(م يع‬6/48). ‫ْيٌ ْم إنِذا دخلَا أغل َِق إل‬ ‫أ َح ٌع غ‬ .‫ ٌع‬dalam Kemuliaan Orang yang Berpuasa |15

‫قال ُ َاّلل ُك عهل اةو آدم ُه إ َّ الَيام إنىً َل‪.‬‬ ‫ْ ُ ِ ُ ِْ ْ َ ْ ِ َ ُ ِ ُ ْ َ ِ ٰ ِ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ‬ ‫َو َنا تق ّ ِع ُ‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ِك‬ ‫س‬ ‫را‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫َتعوه عِي وع اّللِ ٌَ خْيا وأعمم ألَرا‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫َ ََ ٰ ُ َ و َ َ و ُُ ُُّّ‬ ‫َ‬ ‫ َّ وو‬ ‫الَ َْْ ََم ََو وو ْ ُ‬ ‫ُك الْْ ََع ََه ل ََل وورا ََ‬ ‫ارةٌٌ إ ِ و‬ ‫اّلل َع و َ َو َ و‬ ‫قَ‬ ‫َل ََوو َننىىَ اا‬ ‫ال ٰ ُ‬ ‫الَ ََْ ُمم َِلِ‬ ‫ل ُك الع َه ِِل لرا ارة إ ِ ُ َّ ْ الَ َم والَ‬ ‫ال‬ ‫لل‬ ‫اّلل ُعُّ َ َو ْل‬ ‫َق ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ْ َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َيَ ْْ‬ ‫‪َneraka‬ضا‪.‬‬ ‫ْي ُم‬ ‫‪ِparit‬و خ‬ ‫جن‬ ‫‪luasnya‬ع ِهل‬ ‫‪seperti‬س نا‬ ‫َت‬ ‫لم‬ ‫ُك نرا ٍ‬ ‫‪ِ langit‬‬ ‫‪Allah maka di antara dia dan‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪antara‬‬ ‫ىعةة ًًِِِ‪..‬‬ ‫ َ‬ ‫أ‬ ‫‪ٍ ada‬‬ ‫ِ‬ ‫أل ِ َى ِ‬ ‫‪dengan bumi” .‬‬ ‫ج َ ُّو ُ ة ْ ٍَا َالْ ْ َعتْ‬ ‫الَ َي ُ‬ ‫‪ُ Berpuasa‬ع َن َ‬ ‫إ ِ وون ََها ُ َ ّ ِ وو‬ ‫ام وو ُل وي ُ ٌث ي َ ََ ْسخََ ْْ‬ ‫‪7. Syafaat bagi Orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫انلوارِ‪.‬‬ ‫ِو‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ِس‬ ‫ح‬ ‫الَ‬ ‫ّف‬ ‫إ ِ ون َها يُ ََ‬ ‫اب‪..‬‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ُِ‬ ‫َ ِ‬ ‫ْيِ حِس ٍٍ‬ ‫إِنها يَّف الَاةِرون ألرٌم ةِغ ِ‬ ‫اب ‪Rasulullah  bersabda:‬‬ ‫َ َ ّ َُ َ ُ ّ ُ َ ْ ُ ْ ْ ُ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ ْ َ َ َ ٰ َ ُ ُ ُ َ ْ ّ َ ََ َ ْ ُ َ َ َ ْ ََ‬ ‫ى ْ َربّ‬ ‫ان ِْو ل ِل َخع ْت‬ ‫الَ ُيت َقام ّ ِع ُموَاالقر‬ ‫اّللِيق ٌُ ََََل َخ ْْي ِ‬ ‫ِكرا ْمع ن ِ‬ ‫َتي ُعَموهُالعقِِيْي َعانثِ ٰ‬ ‫الَ َوأي ْعام َمأ َم أ ْ‬ ‫آنسيش ُ‬ ‫ا‬ ‫ألنْ ُرارا‬ ‫َوو َنن ِاا‬ ‫لرراا ِ‪..‬‬ ‫ْي ِع َ ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫اّلل‬ ‫َت‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ِك‬ ‫س‬ ‫ألن‬ ‫َا‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ََُُْ و َ َ و‬ ‫ُ ُ ُْ ُ‬ ‫ٍ َ َ ّ ْ‬ ‫ات َةِانلو ٍَارِ إش ِراع ِى ػِي ًِ‪َ .‬و َِق َل الق ْرآن‬ ‫ام َوالش ٍَ ََ‬ ‫نيعخً الطع‬ ‫ِ‬ ‫َ ْ ََ ََ ُُ ُُ ُُّّ ََ ْْ و ََ َ ََ َ ْْ ْ َ ََ َ ْْ َ ُُ ْْ ََ‬ ‫َض َا‪.‬‬ ‫ْي ُم َ و‬ ‫َتععانلو َْ َ‬ ‫ُكم ةننراراالل ٍٍيْ‬ ‫يي َن ََْ َيمم ْع ُخ ًُ ِِ‬ ‫خال ٍٍ‬ ‫ِو‪ .‬قخ‬ ‫جػِيننًِ ِْو‬ ‫عّ ِرا ِِهه ْعلل ِىج‬ ‫س ِل ننإاا َشع‬ ‫س‬ ‫َت‬ ‫ان‪.‬‬ ‫ْي إيُُمشرا‬ ‫َضعا‪ِ .‬‬ ‫ُك ِ‬ ‫‪ّّ kepada‬‬ ‫‪akan‬ا‪itu‬الْْ ََعتْْ‬ ‫الَْ ََي ُُ‬ ‫ُ‬ ‫‪ُُّّ memberikan‬‬ ‫إ ون و ََ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫س ََخ َ‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪amalan‬‬ ‫‪Al-Qur’an‬‬ ‫‪َ "Amalan‬‬ ‫‪ُُ َ syafa’at‬ل ووي ٌٌثُ َي ََ ْْ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫‪.‬‬ ‫ه‬ ‫ار‬ ‫انل‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ام‬ ‫ا‬ ‫و وةة ِو ٍٍََا ُ ال َع ْتع ن َِو ْ ُانلو‬ ‫ارِ‪َ ُ .‬‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫جو‬ ‫‪“Wahai‬ايثي يقس‬ ‫ل‬ ‫الَ‬ ‫إ ِِننها ِِف ِ‬ ‫‪ hamba‬ثِ َّ‬ ‫‪pada‬القِيان‬ ‫‪hari‬يَم‬ ‫‪َkiamat‬ن‬ ‫الَانِه‬ ‫‪ Amalan‬نِيً‬ ‫‪ puasa‬يعخل‬ ‫‪akan‬الر ِِان‬ ‫‪berkata,‬خ ُِه‬ ‫ال‬ ‫ام ةاة‬ ‫الييثِ‬ ‫‪seorang‬‬ ‫‪Tuhanku,‬‬ ‫‪ِ nanti.‬‬ ‫‪َ ُ ْ َ ُ karenanya‬‬ ‫‪َ ْ ُ ْ ُ ُ aku‬‬ ‫‪saya telahُ menahannya‬‬ ‫‪makan‬‬ ‫‪nafsu syahwat,‬‬ ‫‪َ َ ُ ٌ perkenankan‬‬ ‫‪ََ ْ ُ َ َ َ ّ َ ُ dari‬‬ ‫‪َ َ َ َُ dan‬‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪ُُ pula‬‬ ‫يَ ْع ّّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ُُ berkata,‬‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫امن ََ‬ ‫الَخ ََ‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪Dan‬‬ ‫‪amalan‬‬ ‫‪Al-Qur’an‬‬ ‫انيقل ِلْ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ memberikan‬رنِي ّ ًِ‬ ‫ىل‬ ‫امع أخ‬ ‫الَ َّ َيي‬ ‫‪َsyafa’at‬ن‬ ‫َم‬ ‫َن‬ ‫الَالْانقِ َيه‬ ‫الَعتْنيِعو‬ ‫م‬ ‫ٌ‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ‫ً‬ ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫”‪kepadanya.‬ػ َيي ُقق ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ب‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫را‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ِِ ُ karenanya‬‬ ‫ب‬ ‫ام أى‬ ‫الَ ي‬ ‫‪tidur‬ثِ ي َق‬ ‫‪pada‬قِ ْيان‬ ‫‪malam‬م ال‬ ‫‪hari,‬عت َ ِع َ يَ‬ ‫ان ْل ِل‬ ‫آن يشرا ُع‬ ‫ام‬ ‫‪“Saya‬‬ ‫‪melarangnya‬‬ ‫‪perkenankan‬‬ ‫‪َdari‬ل ِ‬ ‫َ‪ِaku‬‬ ‫‪ telah‬ر ِ‬ ‫الٌَ ُي ُ َ‬ ‫‪ُ ْ keduanya‬و و ُال َ ْقر َ‬ ‫ْ‬ ‫‪ َ َ َ syafa’at‬و َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫‪ُُ ْ ُ syafa’at‬‬ ‫”‪ُُ َ َ .kepadanya.‬‬ ‫‪ُُ ْ memberi‬‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪Beliau‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪bersabda,‬‬ ‫‪“Maka‬‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ىًػأِيحًِع‬ ‫انلو ٍَإلارم يإَ َعشخ ّ ِرال ْع ِني‬ ‫اتغة ِل ِق‬ ‫الشخ ٍَل َََا أ‬ ‫امنِذ َوا د‬ ‫الط َعم إ‬ ‫أ ََن َََيح ْعع ُخ ًُغْي وٌ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫َل‬ ‫ق‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫“‪diperkenankan‬‬ ‫ات ةِانلٍارِِ إش ِراع ِِى ػِي ًِ‪ .‬وِ‪.‬ق َل الق رآن‬ ‫نيعخً الطعام والشٍَ ِ‬ ‫ََ ََ ََ ُ ََ وو‬ ‫َ َ ْ ُ ُ و ْ َ وو ْ ََ ََ ّّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪8. Disediakan Pintu‬‬ ‫‪Surga‬‬ ‫‪Khusus‬‬ ‫‪Ar-Rayyan‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ان‪..‬‬ ‫ع‬ ‫را‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫‪.‬‬ ‫ً‬ ‫ِي‬ ‫ػ‬ ‫ى‬ ‫ع‬ ‫را‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ش ِراع ِى ػِيًِ‪ .‬قال إيشراع ِِ‬ ‫ان‬ ‫ل إإش‬ ‫اللييْ ِِل‬ ‫انلو ََْ َمم ةة ِِالل‬ ‫َنن َييعع ُخخ ًًُ انل‬ ‫ِ‬ ‫‪Sahl bin Sa’d  berkata, Rasulullah  bersabda:‬‬ ‫ََ‬ ‫وو‬ ‫ْْ َ و َ ُ ََ ُُ ََ ُ و و ُُ َ ْْ ُُ ُُ ْْ ُ و ُ ََ‬ ‫َن يََ َْْ ََم الْْق ََي ََ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ َّ‬ ‫ث‬ ‫ان‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫الَ‬ ‫ً‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ان‬ ‫ِ‬ ‫الر‬ ‫ُه‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫اة‬ ‫ة‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫إإ ِِن ِِف اليثِ َةاةا يقال ُه الرِانَ يعخل نِيً الَانِهَن يَم القِيان ثِ َّ‬ ‫َ ْْ ُُ ُُ ْْ ُُ َ ََ ٌ ََ ْْ ُ ُُ ْ ُ ََ ُُ َ ْْ َ وو ُ ََ ََ َ ُُ ُُ ََ ََ َ ْْ ُُ ُُ ْ‬ ‫ل ننِيِيْ ًًُُ‬ ‫خل‬ ‫ َّ ييَععخ‬ ‫َن َّ‬ ‫الَانان ِ ُههَن‬ ‫و الَ‬ ‫ال ننيي َو‬ ‫ْيٌٌ ْمم ُييققال‬ ‫غ ُ‬ ‫ْي‬ ‫ح ٌعع غ‬ ‫ل ننِيِيًً أأح‬ ‫خل‬ ‫َييَععخ‬ ‫َمَن‬ ‫َن ػػ َ َييققَم‬ ‫ِْ‬ ‫ُ‬ ‫َ ََ ٌ ََ ْْ ُ ُُ ْ ََ ََ ََ ََ ُُ ُ ْْ ََ ََ ََ ْ َ ْْ ُُ ْ ْ‬ ‫ل ِِننييْ ًًُُ أأَ ََح‬ ‫خل‬ ‫خللَاَا أأغغلل ِقِق إإلل ْمم ييَععخ‬ ‫ْيٌٌ ْمم إإننِذذاا ددخ‬ ‫ْي‬ ‫ح ٌعع غ‬ ‫أأح‬ ‫ح ٌٌعع‪..‬‬ ‫غ ُ‬ ‫ِ‬ ‫‪32‬‬

‫‪33‬‬

‫‪"Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Rayyan. Pada hari‬‬ ‫‪kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan‬‬ ‫‪tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan‬‬ ‫‪kepada mereka, “Di mana orang-orang yang berpuasa?” Maka orang-orang yang‬‬ ‫‪berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut‬‬ ‫‪HR Tirmidzi (no. 1624) dari hadits Abu Umamah ‬‬ ‫‪HR Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al‬‬‫‪Haytsami dalam Majma’ Zawaid‬‬

‫ ‪32‬‬ ‫ ‪33‬‬

‫‪16 | Tutorial Ramadhan‬‬

kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut” 34.

9. Termasuk Kafilah Shiddiqin dan Syuhada Dari shahabat Amr bin Murrah Al-Juhani , ia berkata, “Datang seorang pria yang datang kepada Nabi  kemudian berkata: “Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, engkau adalah Rasulullah , aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku lakukan puasa Ramadhan dan shalat tarawih di malam harinya, termasuk orang yang manakah aku? Beliau  menjawab: “Termasuk dari shiddiqin dan syuhada” 35.

34 35

HR Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152 HR Ibnu Hibban, sanadnya Shahih (lihat: Shifatu Shaumin Nabi)

Kemuliaan Orang yang Berpuasa |17

“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian” HR. An-Nasa’i _________________________________________________________

18 | Tutorial Ramadhan

menyongsong Bulan Ramadhan

Sebelum bulan Ramadhan datang, kita disyariatkan untuk menen­tukan

awal Ramadhan. Bagaimanakah tuntunan Islam dalam menentukan awal Ramadhan? Menentukan awal Ramadhan dilakukan dengan salah satu dari dua cara: 1. Melihat hilal Ramadhan. 2. Menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Dasar dari hal ini adalah firman Allah :

ْ َ َّ َ ْ ََ ُ ْ .ًُْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬ ْ ‫ذه‬

tempat ُ barangsiapa َ َ ْ َ َ ُ ْ (diَ negeri ْ َ ُ ْ َ َ diَّ َ antaraُ kamu َّ َ َ menyaksikan ُ ْ َ َdiitu, ْ ُ ْْ‫" ْم‬Karena َّ ُ ٍْ ‫الش‬ tinggalnya) bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut” (Qs ‫نْد ْمْغلييس‬ ْ ِ ‫ّتْحروْهْفإ‬ ْ ‫لْ ُح ْص َُمَاْح‬ َْ ْ ‫ونْ ََّل ْل َثْْ َف‬ ْ ُ ‫ِْش‬ ‫غ‬ ‫و‬ ْ ‫ع‬ ْ ‫ِس‬ ‫ت‬ ْ ْ ‫ر‬ ُ ْ َ َ ْ َ al-َ Baqarah 185). .ًْ ‫الشٍ ْرْفليصه‬ َْ ‫سَ ْم‬ ْ ‫َذ َه‬ َ َّ ‫و ْْش ُ ٍِ ْدْ ْنِي‬ َ.‫ِي‬ Nabi  bersabda: ْ ‫فأز ِهلَاْالػِد ْةْثلث‬

ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ ْْ‫س ْم‬ ‫ن َْ َد ْمْ َغ ُل‬ ْ ُ ِ ‫ّتْْ ّحرو َهْْْفُإ‬ ‫ل ْح‬ ُْ ْ ‫ونْ ََل َل ْثْْ َف‬ َْ َ ‫َالشٍ ْرْت ِس ْعُْوغ ِْْش‬ َ ‫يي‬ َ ‫َمَاْ ِّح‬ َ ‫ص‬ َ ُ َ َ َ َ ‫ح َ َر‬ َْ‫ير‬ ْ ‫َلْاّللِْْأ ِنْْرأحخ ًْْفصيان ًْْوأم‬ ْ ‫تْرس‬ ْ ‫اس َّْ َال ٍِْ َل َ ْلْ َفأخَب‬ ْ ْ َّ‫اء ْىْ ُانل‬ َ .‫ِي‬ ْ ‫ز ِهلَاْالػِدةْْثلث‬ ‫أ‬ ‫ف‬ .ًِْ ‫اسْة ِ ِص َيا ِن‬ ْ َ َّ‫انل‬ َ َ ُ َ bulan َ َ ّ َ kedua ْ bulan َ ُ َ sembilan َ َ َ (dari ْ َ malam "Apabila ِّ puluh ُ ‫َب‬ ُ َّ‫انل‬Sya’ban). َْ‫خ‬ َ َ‫ف‬telah ُ ‫أ ْح ُخ‬masuk َ ‫حَ َر‬ ْMaka َْ ُ ‫وأ َم‬janganlah ‫ير‬ ْْ ًَْ ‫يان‬ ‫ص‬ ْ ْ ً ‫ر‬ ْ ْ ‫ن‬ ‫أ‬ ْ ْ ‫اّلل‬ ْ ْ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ْ ْ ‫ت‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫ل‬ ‫ل‬ ْ ٍ ‫ال‬ ْ ْ ‫اس‬ ْ ‫ى‬ ‫اء‬ ِ َ ِ ِ َ ْ kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, ُ ْ ُ ْ ُ ُ َ َْ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ْ‫يمْغلييس ْْم‬ ْ bulan ‫نْد‬ ْ Sya’ban ْ‫ ُسيَُا‬tiga‫ َوان‬puluh ًِْْ ِ ‫ؤ َيخ‬hari” ‫رواْل ِر‬.‫َمَاْل ِرؤيخ ِ ًِْْوأف ِط‬ ‫ص‬ sempurnakanlah ِ ‫لٍياْفيإ‬menjadi ْ ْ َ َّ‫انل‬ ََ َْ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ .ًِْ ‫اسْ ُة ِ ِص َ َياَ ِن‬ ُ ِْ 1080, ‫شاٌِد‬ ْ‫‘ْد‬Abdullah ٍِ ‫نْش‬ ْ ِ ‫فإ‬binْ‫ِي‬ ْ ‘Umar ‫فأز ِهلَاْثلث‬ ‫روا‬1907 ‫وأف ِط‬dan ْ‫َا‬Muslim ‫فصَم‬no. ْ‫ان‬ 36 HR Bukhari.no. dari َ ُ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ‫يمْغلييْس ْْم‬ َْ َ ‫نْ َد‬ ْ ِ ‫يُ َْاْلٍ َياَْف َيإ‬ ًِْْْ َِ ‫َمَاْ ُل ِّرؤيخ ِ ًَِْْ َوأف ْ ِط ُرواْل ِرؤَيخ‬ ‫َّص‬ ُ |19 َّ ‫وان ُس‬Menyongsong َّ ُ َّ َ َ Bulan Ramadhan ُ َ .‫الش ٍُر ٌُُْ َذ ْاْوٌُُذا‬ ْ َ ‫الْ ََنس‬ ‫إ ِ َى َاْأن ْثْأ ُنِيثَْْ َالْى َسَخ ْب َْو‬ َ ْ‫ِب‬ َ .‫انْفصَمَاْوأف ِطروا‬ ِْ ‫نْش ٍِ ْدْشاٌِد‬ ْ ِ ‫ِيْفإ‬ ْ ‫فأز ِهلَاْثلث‬ َ 36

ْ َ َّ َ ْ ََ ُ ْ .ًُْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬ ْ ‫ذه‬

ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ ْ‫س ْْم‬ ‫ليي‬yang ‫د ْمْغ‬ ْ‫ن‬ ْ ِ ‫ْحروْهْفإ‬untuk ْ ‫َاْح‬melihat ‫ّت‬ ‫ْحصَم‬hilal? ْ ‫ثْْف‬Menurut ‫ل‬ ‫ونَْلل‬ ْ ‫ِْش‬mayoritas ‫ْت ِسعْْوغ‬ulama, ‫الشٍ ْر‬ Siapa disyariatkan ْ Ramadhan, َ َ َ hilal ُ ْ ََ jika ada seorang yang ‘adl (shalih) dan terpercaya melihat َّ َ ْ ْ َّ dijadikan ‫ػِ ْد ْةُْث ُلث‬sebagai ‫ز َِهلَاْال‬ ‫َفأ‬ .ْ ‫ِي‬ maka beritanya (kesaksiannya) dapat ُ diterima ُ ‫ْ َفل َي‬dan .ًْ ‫ص ْه‬hadits ‫َْر‬Ibnu ٍ‫الش‬ ْ‫ِيس ْم‬: ‫ْش ٍِ َْدْن‬dasar ْْ ‫ذ َه‬ ‫و‬ penentuan awal Ramadhan. Berdasarkan ‘Umar َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ّ َ ِّ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َّ َ َّ ‫حَ َر‬ ْ‫َل‬ ْ ُ ‫ت َْ ُرس‬ ْ َ ‫اسْ ْال ٍِْ ُل َ ْلْ َف ْأ َخ ََب‬ ْ َ ‫اءْ ُىْ ْانل‬ ْ‫ير‬ َْْ ُ ‫يان ًَُْْ ْ َوأ َم‬ َ َّ ‫اّللَِّْْأ ِ َنْ َْ ْر ُأح َخ ًْ ْْف ُص‬ َ ْ‫نْد ْمْغلييس ْم‬ ْ ِ ‫ّتْحروْهْفإ‬ ْ ‫لْحصَمَاْح‬ ْ ‫ونَْللثْْف‬ ْ ‫الشٍ ْرْت ِسعْْوغِْش‬ َ َ َ َ .َ ًِْ َّ ‫اسْْ ُة ِ ِص َْيا ِن‬ َ ْ َّ‫انل‬ َ.‫ِي‬ ْ ‫فأز ِهلَاْالػِد ْةْثلث‬ "Orang-orang untuk kemudian َ ُ melihat َ َ َّ ُ berusaha ْ َ hilal, ْ َ َ akuَ ْ beritahukan َ ْ ْ ُ َ Rasulullah ُ dan ْ َ ْkepada َ ُ ُ ُ َ َ ْ ًِْْ ِ ‫ؤ ُيخ‬berpuasa melihatnya. ْ‫س َْم‬ ‫يمْ َغلُيي‬ ْ َ ‫ َد‬ُْ ‫ن‬ ْ ُ bahwa ‫ ّياْ َفي ْإ‬aku ٍ‫َاْل‬telah ‫ِر َؤ ْيخ ِ ُ ًِْْ َو ُان‬Kemudian ‫َمَاْل َُِّر‬ ‫َ َُص‬ ْ ‫وأف َ ِطَر َواْل‬beliau ِّ ُ‫س َي‬ َ ِ َ َ ْ‫ير‬ ْ ‫صيان ًْْوأم‬ ‫نْْرأ َح ْخ ًْْف‬ ْ‫َل‬ ْ ‫تْرس‬ ْ ‫اسْال ٍْل ْلْفأخَب‬ ْ ‫حراءىْانل‬ memerintahkan orang-orang agar berpuasa” ِ ‫اّللِْْأ‬ َ َ . َ َ َ ْ َ َِ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ َ ُ Adapun hilal .‫روا‬untuk ‫َاْوأف ِط‬bulan ‫فصَم‬Syawal, ْ‫ان‬ ِْ ‫شاٌِد‬maka ْ‫ش ٍِ ْد‬berita ْ‫ن‬ ْ ِ ‫ِيْفإ‬ ْtersebut ‫لَاْثلث‬haruslah ‫ز ِه‬ ‫فأ‬ َ َّ‫انل‬ .ًِْ ‫اسْة ِ ِص َيا ِن‬ ْulama (dikuatkan) dengan dua orang saksi. Inilah pendapat mayoritas berdasarkan hadits: َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ّ ُ َّ ُ َّ َ ُ ْ‫ِب‬ ْ ‫إ ِ ُىاْأ ُنثْأنِي ْثْْالْى‬ ْ ْ ‫سخبْو ْالَْنس‬ ْ ‫الشٍ َرٌُْ َذ‬ ُ َ .‫اْوٌ ُُ َّذا‬ ْ‫يمْْغلييْس ْْم‬ ‫نْد‬ ْ ِ ‫َمَاْل ُِرؤ َيخ ِ ًِْْ َوأف ِط ُرواْل ُِرؤ َيخ ِ ًِْْ َوان ُسيَُاْل ٍَياْفيإ‬ ‫ص‬ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َّ ْ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َُّ ُ ْ ْ َ َ َ .‫َمَاْ َوأف ِط ُروا‬ ‫انْف‬ ِْ‫زش ِه ٍِل ْدَاْْشالا ِػٌدِدْةْث‬ ْْ‫ِيْمْْففإ ِأن‬ ْ‫س‬ ‫زدِهلْمَْاْغثليلث‬ .‫ِي‬ ْ ‫لثص‬ ْ‫ن‬ ْ ِ ‫ففأإ‬ ُ َّ ُ danَّ "Berpuasalahَ kalian berbukalah karena َ ْ َ َ َ kalian َْ melihatnya َ َ َ karena َ َ َ melihatnya, َّ ْ َ ْ ّ ْ ُ ُ ُ َّ ُ َّ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ‫إِى َذ‬ ُ َ sembelihlah kurban itu‫خ‬tertutup dari .‫ٌُذا‬karena ‫ُذاْو‬melihatnya ٌْ‫الشٍر‬pula. ْ‫ِب‬ ًْْ ‫صه‬ ‫س‬Jika ‫َن‬ ْ-hilal‫الشٍْوْرْال‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫الْى‬ ْْْ‫ن ٍِِي ْدث‬pandangan ‫وْث َْأ‬ ‫اْأ ْن‬ . ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫ش‬ ْ ‫ه‬ kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian” . َ َ ْ َ ُ َّ َ ْ ُْ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ ََ َّ ُُ ْ َّ َ َْ ‫لث‬ َ ُّ َ hadits ْ َ َ .‫ِي‬ ُ َ ْ َ iniَ dipersyaratkan Dalam saksi ُ ‫زال ِِفهلط‬ ُ ‫يَال َْػِْمْد‬orang ْ‫سَمْم‬ ْ ِ ‫فإ‬ ‫ن‬ ْ‫فأ‬ketika ‫يص‬melihat ‫دْْميَْ َْ ْمغْلح‬ ‫ْ َْ ْم‬hilal ‫الص‬ .‫َن‬ ْ ‫حْيَ ْمْحضح‬ ْ ‫ونْواألض‬ ْ ‫تْةْفث ِطر‬dua ْْ‫َاْر‬ ‫َنْ َو‬ Ramadhan dan Syawal. Namun untuk hilal Ramadhan cukup dengan satu 37

38

saksi karena makna hadits ini yang bersifat umum, dikhususkan dengan ْ hadits Ibnu ‘Umar yang telah lewat 39ُ .ُ ْ ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َّ َّ ُ ُ ُ ُ ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ

..ًًْْ‫صهه‬ ْ‫و‬ ‫الشٍٍْرْرْْففللييص‬ ‫سْمْمْْالش‬ ‫وْْشش ٍِ ٍِ ْدْدْْننِيِيس‬ ْ ‫ذذهه‬

1. Menentukan Awal Ramadhan dengan Ru’yah Bukan َ dengan ُّ َ ُ َ Hisab ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ ْ ُ َ ََّ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ُْ َ

َّ ْ َ َ ْ‫الصَ ْم َْي ََ ْم‬ َّ ‫ِيجْرل‬ ُ ‫هْْي َمَ ََْماْرتف‬ َ ِ‫ل ِفْط‬ .Perlu ْ ‫ضح‬ ‫َن‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ح‬ ْ ‫ض‬ ‫األ‬ ‫و‬ ْ ْ ‫ون‬ ‫ط‬ ْ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫و‬ ْ ْ ‫َن‬ ‫َم‬ ‫ص‬ ‫ح‬ ِ ِ . ْ ‫اس‬ ‫ِلي‬ ْ ْ ْ ‫ق‬ ْ ‫ث‬ ْ ‫ِل‬ ٌ ‫األ‬ ْ ْ ‫و‬ ‫غ‬ ْ ْ ‫ك‬ ‫َى‬ ‫ل‬ ‫أ‬ ‫س‬ ِ diketahui bahwasanya mengenal hilal adalah bukan ِ dengan cara‫ي‬ hisab (perhitungan). Namun yang lebih tepat dan sesuai dengan petunjuk َ Nabi  dalam mengenal hilal adalahُ dengan ُ َ ْ ْ َ ru’yah ْ ُ َ َُ ْ‫ِي‬melihat َ ْ َّ ُ (yaitu ْ َ َ bulan .ًْ ‫ ْه‬.‫ص‬ ُْ ‫و‬ ْْ ‫ص‬ ‫ذ ُ َه‬ ًِْ ِ ‫الشواٍْلْرُِْرفؤل َييخ‬ ‫سأ ْمفْ ِطر‬ ‫شْ ٍِل ُِرْدْؤ َينخ ِ ًِْْو‬ ‫َمَا‬ 37 HR Abu Daud no. 2342. Syaikh Al-Albani  mengatakan: shahih َّ َ َ ْ َ َ َ َ ُّ َ َ َ ُ َ َ َْ َ َmengatakan: ْ ْ ُ َ shahih 38 HR An-Nasa’i no. 2116. Syaikh Al-Albani  َّ َّ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َْْ‫ك‬ َ ْ ‫ ِْر‬2/‫ال‬92 ‫يْلْإ ِِلي‬ ْ ‫هْ ٍمْْأموَاْيرَن‬ ِْ َ‫صق‬ ِْْ‫وْضاألانٌِْلة ِث‬ ْ‫اْر ِم‬ ‫غ‬ ْ ‫يالسأْتلقَىدن‬ 39 Sunnah, َِ ‫لمْْي‬ ْ‫يَنا‬Lihat ‫مْص‬Shahih َ‫ْيصي‬Fiqh ‫ْان‬ ‫يل‬.‫اسج‬ ِ ‫ِيج‬ ُ ‫فَلْ َي ُص ْه‬ َ ْ ْ ً . ْ ْ ُ ‫ُص‬ 20 | Tutorial Ramadhan .ًِْ ِ ‫َمَاْل ُِرؤ َيخ ِ ًِْْ َوأف ِط ُرواْل ُِرؤ َيخ‬ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ِّ ْ َ ُْ

َّ ُ ْ ُ َ َُ ْ َ ْ َُ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ُ ُ .ْ ًُْ ‫الش ٍْ َْر ُْ َف ْلْ َ َي ُص َ ْه‬ ْْ‫س ْم‬ ْ‫و‬ ْ‫ص‬ ‫ذه‬ ‫يمْغليي‬ ْ ‫نْد‬ ْ ِ ‫سأ ْمفْ ِطرواْل ِرؤيخ ِ ًِْْوانسيَُاْلٍياْفيإ‬ ‫شْ ٍِل ِرْدْؤينخِي ِ ًِْْو‬ ‫َمَا‬ ََْ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ ََ ُ ْ ََ ُ . ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ْ‫ْف َص ََّم ََا‬Nabi ِْ ُ ‫ ٌُِد‬kita, ‫ان‬ َْ ِ ‫ِيْف َإ‬ ُْ ْ , ‫ َلث‬yang ‫لَاْث‬menjadi ‫فأ َّز ِه‬ langsung dengan mata ِ َ ٍِ ‫نْ َش‬ َ‫ْدْ َشا‬Muhammad ُ َ َ َّ ُ ْ َ ‫و ُأف‬telanjang). ْcontoh ‫ييْس ْْم‬dalam ‫ ْمْغل‬kita ‫ن ْد‬ ْ beragama ‫ّتْح َر ْوْهْف ِإ‬ ْ telah ‫َاْح‬bersabda: ‫لْحصَم‬ ْ ‫ونَْلْلثْْف‬ ْ ‫ِْش‬ ‫الش ٍْ ُْرْت ِْسعْْوغ‬ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ ُ ْ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ ْ َّ ّ ُ ُ َّ ْ ُ َ َّ َ ْ ‫سثخ‬ ‫ِي‬ ‫زن ِهثلْأَانِْيالثْْ ِػدالْةْْىثل‬ ْ ‫ْوالَْنس‬.‫ب‬ ‫إفِىأاْأ‬ .‫ِبْالشٍرٌُْذاْوٌُذا‬

َ َ ُ َ َ َ kami َ َ adalah "Sesungguhnya ّ َ َ ِّumatَ َ ummiyah. ْ ُ ْ َ ُ Kami َ ُ َ َّ َّ ُ kitabah ْ َ ْ َ َ َ tidak َ َ ْ ituُ ْ mengenal ْ َ ْ َ ُ ُ ُ َ َ َ‫ن‬ َّ َ ْ (tulis-menulis) mengenal hisab . Bulan seperti ْ‫ير‬ ْ ‫فصيان ًْْوأم‬dan ًْْ ‫خ‬tidak ‫نْْرأح‬pula ‫أ‬ ْ ‫اّلل‬ ْ ْ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ْ ْ ‫ت‬ ‫َب‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫ل‬ ‫ل‬ ْ ٍ ‫ال‬ ْ ْ ‫اس‬ ِ . ْ ‫ِي‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ْ ْ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ػ‬ ‫ال‬ ْ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ز‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫ي‬ ْini ‫(ىدْ ْم‬beliau ْ‫اء‬ ْ ِ‫حف َإر‬ ِ ِ ِ ِ ‫انلغل‬ berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan َ َّ‫انل‬ َ ‫اسْة ِص‬ 30). ” ِ . ْ ً ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ْ ِ ِ ْ َ َ ْ َّ –yang َ ُ ْ َ َ diْ masa Ibnu Hajar  menerangkan, “Tidaklah .ًُْ ‫فل َي ُص ْه‬mereka ْ‫نِيس ُْمْالشٍ ْر‬hidup ْ‫وْش ٍِ ْد‬ ْ ‫ذ َه‬ Nabi  - mengenal hisab kecuali hanya sedikit dan itu ْ َ puasa ْ َ َ tidak ُ ْ mengaitkan َ َ َ ُ hukum ْ ُ danُ ibadah ْ teranggap. ُ ْ َ َ beliau ُ ‫ُص‬ َ َ ْْ‫س ْم‬ ُ َّ ُ ‫َاْل‬dengan Karenanya, lainnya ‫يي‬ ‫ل‬ ْ ْ ‫يم‬ ‫د‬ ْ ْ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ْ ‫ا‬ ‫ي‬ ٍ ‫ل‬ ْ ‫َا‬ ُ‫ي‬ ‫س‬ ‫ان‬ ‫و‬ ْ ْ ً ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ؤ‬ ‫ِر‬ ‫ل‬ ْ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫أ‬ ‫و‬ ْ ْ ً ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ؤ‬ ‫ِر‬ ‫َم‬ ‫غ‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ menggunakan َ ُ َ ْ َ َ َ َ kesulitan َّ ُ ‫ص‬ ُ َ‫َْ َْمْح‬astronomi َ‫الص َْ ُْمْي‬ ru’yah untuk ilmu .‫َن‬ ْ ‫ْحض ُّح‬menghilangkan ‫حْيَ ْم‬ ْ ْ ‫األ َض‬itu. ‫ونْ ُو‬ ْSeterusnya ‫ َتف ِط ُ َر‬dalam ْ‫َ ْم‬hukum ‫ال َ ِف ْط َ ْرْ َي‬puasa ‫َنْ ْ َو‬ ْ َ pun ‫َم‬ َ َ dikaitkan ُ ْ ََ َ ُ pada orang-orang ُ di masa selalu .‫انْفصَمَاْوأف ِطروا‬ ِْ ‫ِد‬setelah ٌ‫ْدْشا‬generasi ٍِ ‫نْش‬ ْ ِ ‫فإ‬terbaik ْ‫ِي‬ ْ ‫لث‬membuat ‫ز ِهلَاْث‬hal ‫فأ‬ dengan ru’yah walaupun orang-orang baru (bid’ah) dalam masalah ini. Jika kita َّ ُ ُ yang ْ dibicarakan َ ٍُ ‫وْ َش‬ ُ ‫ ُص ْه‬melihat ْ ُ ‫َذ َه‬ ََ ْ‫ ٍْ َْرْ َفل‬konteks . ْ ً ‫ي‬ ‫الش‬ ْ ‫س‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ‫د‬ ْ ْ ‫م‬ ْ َ َ َ َ nampak َ َ dalam hadits, َ akan jelas bahwa hukum sama sekali tidak dikaitkan ِ َّ ْ َ ْ َ ُ ‫إىَّاْأ َّنثْأ ّن َِّيثْْالْىس ُخ‬ َ ‫ِبْالش ٍْ ُرٌُْذ‬ َ ‫ب‬ .‫ذا‬Bahkan ٌُ‫اْو‬ ْ ُ ‫س‬terang ‫ْوالَْن‬ dengan hisab. hal ini semakin dengan penjelasan dalamِ َ hadits: ْ ُ َّ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ ُ َ َ .‫اس‬ ْ ِ َ ‫ِيجْل ِلي‬ َْ َ َ ‫لْ ُ ِهْْ ْمَار‬ ْ ْ ‫وْ ُاألٌ َِل َثِْْق‬ ْ ‫كْ َ َغ‬ ْ ‫ي َس ْأل َُى‬ ْ ِ ‫فإ‬ .‫ِي‬ ْ ‫نْد َّْمْغليْ ِس ْْمْفأز ِهلَاْالػِ َّد ْةْثلث‬ ْ ُ ُ ََْ َْ ُ ُ ُ َ .ًِْmelihat ‫ ِطر َّوا‬maka ‫ ًِْْْو ُأف‬sempurnakanlah ‫َص‬ ِ ‫ْل ِرؤ َي ْخ‬hilal), ِ ‫َمَا َْل ِرؤيخ‬ "Jika mendung (sehingga kalian tidakُ bisa .ًْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬ ْْ ‫ذ َه‬ bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” Di َّ ْ َ ْ َ ْ َ “Tanyakanlah َ tidakُ mengatakan, ََ َ َ pada َ َ َ ahli َ hisab.” َ sini‫يَ ُم‬ ُ َ‫ْا َنْي‬ ْ َ‫َ ْ ِمْي‬adalah ْ ‫انْة َص‬ ْ ‫ ُّن‬terdapat ْ ‫ْص‬ ْ Nabi َ ‫ال‬ َ ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫ْي‬ ‫و‬ ‫ْأ‬ ‫م‬ َ ‫ض‬ ‫م‬ ‫اْر‬ َ ‫د‬ ‫ق‬ ْ‫يَنا‬ ‫ص‬ ‫يل‬ ‫ج‬ ‫ْر‬ ‫إ‬ ْ Hikmah mengapa mesti menggenapkan 30 hari agar tidak َ ُّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ِ ُ ِ ْ ُ َ ْ َ ٍ ُ ْ َ ِ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ‫ال َّْت‬ . ْ ‫َن‬ ‫حضح‬diْ‫َ ْم‬tengah-tengah ‫حْي‬ ْ ‫ونْواألض‬ ْmereka. ‫َنْوال ِفط ْرْيَ ْمْتف ِطر‬ ْ ‫الصَ ْمْيَ ْمْحصَم‬ perselisihan ُ ‫فَلْ َي ُص ْه‬ ْ ً . Sebagian kelompok memang ada yang sering merujuk pada ahli astronom dalam berpatokan pada ilmu hisabْ yaitu kaum َّ ُ Rafidhah َ ْ ََ ُ ْ َ (Syi’ah). ُ ‫ْ َفل َي ُص ْه‬dengan َ ٍْ ‫الش‬ . ْ ً ْ ‫ر‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫وْ َش ْ ٍِ ْد‬ ْ Al‫ذُ ْه‬ Sebagian ahli fiqih pun ada yang satu pendapat mereka. ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ِّ ‫ْنِي‬Namun Baaji  mengatakan, “Cukup kesepakatan (ijma’) ulama salaf (yang berpedoman ْ .‫َا‬ ْ ‫قلْةِفض ِلْاّللْ ِْورِرَمخًِِْفتِذل ِكْفليفرح‬ dengan ru’yah (bukan hisab) sebagai sanggahan untuk meruntuhkan َ ْ َ َ pendapat َُ َْ ْ (yang ُ َّ berpegang َ hisab) َّ َ ُ َ َ mereka.” Ibnu Bazizah  pun mengatakan, “Mazhab pada .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ‫هْْم ََار‬ ْ ‫األ ٌَ َِّلثِْْ ُق‬ َِْ ‫ك ُْغ‬ ْ ‫ي َسألَى‬ ِ َ ْ‫ل‬ َ ْْ ‫و‬ ْ ُ ْ ْ َ َ .ْ‫ارك‬ ْ ‫ظ ْيمْْ ْن ْت‬ ِْ ‫غ‬ ْ ْْ‫ش ٍْر‬ ْ ْ‫س ْم‬ ْ ‫ظ ْل‬ ْ ‫اسْ ْق ْدْْأ‬ ْ َّ‫اْانل‬ ْ ٍَْ ‫ْأ ُّْح‬ 40 Maksudnya, dulu kitabah (tulis-menulis) amatlah jarang ditemukan. (Lihat Fathul ْ ُ ُ ََْ َْ ُ ُ ُ Bari, 4/127) .ًِْ ِ ‫ؤ َيخ‬ilmu ‫واْل ِر‬ ‫(ف َ ِط ْر‬perbintangan) ‫َاْل ِرؤي َخ ِ ًِْْ ُوأ‬dan ‫ص‬ 41 Yang dimaksud hisab di sini adalah hisab dalam nujum ََ ُ ‫َم‬ilmu َ ُ ْ َ َ َ tas-yir (astronomi). (Lihat Fathul Bari, 4/127) ْ . ‫ك‬ ْ ‫ار‬ ‫ت‬ ‫ْن‬ ‫ر‬ ٍ ‫ْش‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ْر‬ ‫م‬ ‫از‬ ‫أح‬ 42 HR Bukhari no. 1913 dan Muslim no. 1080, dari ‘Abdullah bin ‘Umar  َ َ ُ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ َ ‫يَ ُم‬ ْ ‫ْص‬ ْ ‫ْا َنْيَ ُص‬ ‫الْتقد َن َْاْر ُمض‬ ْ‫يَنا‬ ‫يْإِالْرجيل‬ ِ ‫ان َّْةِصَ ِمْيَ ٍمْأوْيَن‬ َ ْ ‫إ َّج‬ ّ Menyongsong Bulan .‫ات‬ ِْ ‫ْةِانل ِي‬Ramadhan ‫اْاأل ُخ َهال‬ ‫|ه‬21 َِ ُ ْ .ًْ ‫فل َيصه‬ 40

42

41

adalah mazhab batil. Sungguh syariat Islam telah melarang seseorang untuk terjun dalam ilmu nujum. Karena ilmu ini hanya sekedar perkiraan (dzan) dan bukanlah ilmu yang pasti (qath’i) bahkan bukan sangkaan kuat. Seandainya suatu perkara dikaitkan dengan ilmu hisab, sungguh akan mempersempit karena tidak ada yang menguasai ilmu ini kecuali sedikit” 43.

2. Apabila pada Malam Ketigapuluh Sya’ban Tidak Terlihat Hilal Apabila pada malam ketigapuluh Sya’ban belum juga terlihat hilal karena terhalangi oleh awan atau mendung maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari. Salah seorang ulama Syafi’i, Al-Mawardi , mengatakan, “Allah  memerintahkan kita untuk berpuasa ketika diketahui telah masuk awal bulan. Untuk mengetahuinya adalah dengan salah satu dari dua perkara. Boleh jadi dengan ru’yah hilal untuk menunjukkan masuknya awal Ramadhan. Atau boleh jadi pula dengan menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Karena Allah  menetapkan bulan tidak pernah lebih dari 30 hari dan tidak pernah kurang dari 29 hari. Jika terjadi keragu-raguan pada hari keduapuluh sembilan, maka berpeganglah dengan yang yakin yaitu hari ketigapuluh dan buang jauh-jauh keraguan yang ada.44”

3. Puasa dan Hari Raya Bersama Pemimpin dan Mayoritas Manusia Di depan, kita sudah membahas bahwa awal Ramadhan (salah satunya) ditentukan dengan hasil ru’yah hilal Ramadhan oleh seseorang yang ‘adl (shalih). Namun, bagaimana jika seseorang atau sebuah organisasi telah melihat hilal Ramadhan atau Syawal, lalu persaksiannya ditolak oleh penguasa (pemerintah), apakah yang melihat tersebut mesti puasa atau mesti berbuka? Ataukah keputusannya diserahkan kepada pemerintah atau penguasa? Dalam masalah ini ada perselisihan pendapat di antara para ulama. Pendapat pertama, menyatakan bahwa ia mesti puasa jika ia melihat hilal Ramadhan dan ia mesti berbuka jika ia melihat hilal Syawal. Namun keduanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi 45 agar tidak menyelisihi 43 44 45

Fathul Bari, 4/127 Al-Hawi Al-Kabir, 3/877 Bukan terang-terangan sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang atau sebagian organisasi Islam di negeri ini ketika mereka telah menyaksikan adanya hilal namun berbeda dengan pemerintah.

22 | Tutorial Ramadhan

.ْ‫فأز ِهلَاْال ِػدةْْثلثِي‬ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ ّ ُ َّ ُ َّ ََ َ ُ َ .‫اْو ُ ٌَ َُ َذا‬ َ ‫ِبْ َالشٍِّر ٌَْ ُّ َذ‬ ْ ُ َ ‫َنس‬ ْ‫ال‬ ْ ‫إِىَ َاْأ َنثْأن َِّيثُْْالْى ْس َخ َب َ َْو‬ ُ ْ ْ ُ َ َْ‫ير‬ ْ ‫َلْاّللِْْأ ِنْْرأحخ ًْْفصيان ًْْوأم‬ ْ ‫تْرس‬ ْ ‫اسْال ٍِْل ْلْفأخَب‬ ْ ‫حراءىْانل‬ َ ْ ُ pendapat َ َ َ َّ Inilah mayoritas masyarakat di negeri ْ َ ْ َ ْ yang ُ ْ َ َ dipilih َ َّ ُ َ oleh َ tersebut. . ْ ‫ِي‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ْ ْ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ػ‬ ‫ال‬ ْ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ز‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫ِْ ِغ‬pendapat َّْ‫فإ ِانل‬ . ْ‫يا ِن‬dan ‫صلي‬ ‫اس ْمة‬ ْ‫نْد‬ ِ ِ Imam Asy-Syafi’i , salah satu pendapat dari Imam Ahmadًِ Ibnu Hazm . Dalilnya adalah firman Allah :

َّ ُ ُْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ُ .ُ ًُْْ ‫الش ٍْ َْر ُْ ْفَ َلْ َي ُص َ ْه‬ ْْ‫س ْم‬ ْ ‫ذصه‬ ‫و‬ ‫يمْغليي‬ ْ ‫نْد‬ ْ ِ ‫سأفْمْ ِطرواْل ِرؤيخ ِ ًِْْوانسيَُاْلٍياْفيإ‬ ‫َمَْاشْل ٍِِرْدؤْينخ ِِيًِْْو‬ َْ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ُ ‫َمَا َْوأف ِط‬di‫ص‬antara "Karena itu,.‫وا‬barangsiapa tempat ‫ر‬ ِْ ْ ‫ُِد‬kamu ٌَ ‫ْدْ َشْا‬menyaksikan ٍِ ْ ‫نْ ْش‬ ْ ‫ِيْ َفإ‬ ْ ُ (di ‫ ُلث‬negeri ‫ز ِه َل ْ ََاْ َث‬ َ ْ hendaklah َ ‫ان ُْف‬ ُ َ ُّ َّ ‫فأ‬ َ ُ َْ ‫الص‬ َ ْ َ ُ tinggalnya) di bulan itu,َ maka ia berpuasa padaَ ِ bulan tersebut” (Qs Al. ْ ‫َن‬ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫األ‬ ‫و‬ ْ ْ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫و‬ ْ ْ ‫َن‬ ‫َم‬ ‫ص‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫م‬ ِ ِ Baqarah 185) َ َ َ ُ ُ ْ orang َ َ َ َ menyatakan َ َ َ ُ ْ َّ bahwa َ َ yang َّ ُ ‫إىَّاْأ‬ ُ ‫َنْس‬hendaklah َّ ‫ْأ ُ ّن‬melihat Pendapat kedua, . ‫ا‬ ‫ذ‬ ُ ٌ ‫اْو‬ ‫ذ‬ ُ ٌْ ‫ر‬ ٍ ‫الش‬ ْ ْ ‫ِب‬ ْ ‫ال‬ ‫ْو‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫س‬ ‫ْى‬ ‫ال‬ ْ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ْ ‫ِي‬ َّ yangُ ُ ia lihat. َ ْ َ َِ ْ َ Namun ُ ‫ َفلْ َي ُص ْه‬hilal hilal sendiri hendaklah berbuka berdasarkan َ ٍْ ‫الش‬ . ْ ً ْ ْ ‫ر‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ْ ‫د‬ ٍ ‫ش‬ ْ‫و‬ ْ ‫ذه‬ ِ Inilah hendaklah ia berhari raya bersama masyarakat yang ada di negerinya. َ ْ dan َ َ َ َّ Malik ُ ْ pendapat َ ْ ُ yang ْ َ pendapat Imam Abu Hanifah, َ ‫ث‬Imam ْ‫ْ َغلَي‬masyhur َّ ‫نْ ُد‬ َ . ْ ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ْ ْ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ػ‬ ‫ال‬ ْ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ز‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ْ ‫م‬ ْ ِ ِ ْ َّ ُ ْ dari Imam Ahmad. ُ َ َ َ ِ ‫َف ْإ‬ َ َّ َ ُ َ َ .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ‫هْمَار‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫وْاألٌِلثِْْق‬ ْ ‫كْغ‬ ْ ‫يسألَى‬ Pendapat ketiga, menyatakan bahwa orang tersebut ِ tidak boleh ْ َ َ ْ dan mengamalkan hasil ru’yahnya, ia harus berpuasa َّ berhari ُ َ ْ raya َ ٍ‫َش‬bersama ْ ‫َذ َه‬ ًُْ ‫ ُص ْه‬dari ‫ ْْ َفل َي‬pendapat ‫س ُْمْ ُالشٍ ُ ْر‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ْ ‫د‬ ْ ْ ‫و‬ masyarakat yang ada di negerinya. .Dalil terakhir ini adalah ْ ِْ ُ ُ .ًِْ ِ ‫َمَاْل ُِرؤ َيخ ِ ًِْْ َوأف ِطرواْل ِرؤيخ‬ ‫ص‬ sabda Nabi : َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ َ ُ ْ ْ ‫حْ َيَ َُْ َْمْح ْ ُض َ ُّح‬ َْ َ َ ‫ون َْ َو ُاألض‬ ْ َّ ‫َن َْو ْال ِف َ ْط ْرْ َي َْ ْم َْ ْت َف ْ ِطر‬ ْ ‫َم‬ ‫ص‬ ‫الص ََ َْمُّْي َْ ْم َْح‬ .‫َن‬ َ َ َ َ َ ِ ‫ن‬ َ ‫ْي‬ ‫و‬ ‫ْأ‬ ‫م‬ َ ‫ْي‬ ‫م‬ َ ‫ص‬ ‫ة‬ ْ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫اْر‬ َ ‫ن‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ْت‬ ‫ال‬ ْ‫يْإِالْرجيلْانْيصيَمْصيَنا‬ ٍ ِ ِ "Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian َْ َ ْ َ َ berpuasa, َّ ُIdulْ Fitriَ ditetapkan ُ َ ‫صْ ْه‬ tatkala mayoritas kalian beridul fitri, dan ًْ‫ش‬ .ًُْ Idul ‫َي ُص ْه‬Adha ‫ ْرْفل‬ditetapkan ٍْ ‫س ُْمْالش‬tatkala ‫ ٍِ ْدْنِي‬.mayoritas ُْْ ‫فذليَه‬ ‫و‬ kalian beridul adha.46” Ketika menyebutkan haditsْ tersebut, َ At-Tirmidzi َ ْ ُ َ َّْ َ َ ْ َ ِّ َ menyatakan, ْ َ ْ َ Abu َ Isa َ ْ َ َ ُ َ dan َّ ْ ْ َ ‫قُي‬ َ ُ ُ َ َ َ ”Sebagian ulama menafsirkan hadits ini dengan mengatakan, “Puasa ‫ْاّلل ِْْور‬ ْ‫ح‬ ْ‫كلْغ ِو‬ .‫اس‬ ْ ِْ .‫َاِلي‬ ‫ِيجْل‬ ْ‫ْفلريفر‬ ‫ِكَا‬ ‫هْم‬ ْ‫لِْفْتِ ِذل‬ ْ ً‫األِرٌِلَمثِْخِْق‬ ِْ ‫لسْأة ِلفَىض‬ hari raya hendaknya dilakukan bersama jamaah (yaitu pemerintah kaum muslimin) dan mayoritas manusia (masyarakat).” َّ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َّ ُ َ ُ ُّ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ Islam Pendapat terakhir ini menjadi .ْ‫ارك‬ َْ ‫ُْن َْت‬pendapat ْْ‫ظ ْيْم‬ ِْ .‫غ‬ ًِْْ ِْ‫ َيرْخ‬Syaikhul ْ ‫سواْمْل‬ ْ‫ظفْل ِطر‬ ْ‫ْدًِْْأوأ‬Ibnu ْ‫ ِر‬Taimiyah ْ ‫ْأ ْحصٍَْم‬ ‫شِر ٍْؤ‬ ‫اْانلَاْل‬ ِ ‫اسؤْيْقخ‬ dan juga merupakan salah satu pendapat dari Imam Ahmad 47. Pendapat inilah pendapat yang rajih (kuat). Wallahu a’lam. َ َ

َ ُ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُّ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ‫يَ ُم‬ ْ ‫ْص‬ ْ ‫ْا َنْيَ ُص‬ ‫ان‬ َ‫ْأْوْي‬.‫كْ ٍم‬Apakah َ‫ار‬ ‫ْشٍْة ِرصْنَ ِتمْي‬ ‫ان‬ ‫ْرَماْرضمض‬Bagi ‫ازدمن‬ ‫أحالْتق‬ ْ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ي‬ ‫جيل‬Melihat ‫يْإِالْر‬ ِ ‫ن‬Hilal, 4. Jika Satu Negeri Berlaku Negeri Lainnya? ُ َ‫فَلْ َي ُص ْه‬ ْ ً . ْ َّ ّ‫ ُالْةانل‬di‫ َه‬Indonesia Misalnya, ketika di Saudi sudah melihat hilal, apakah .‫ات‬ ِْ ‫ َِّي‬mesti ‫إِج َهاْاألخ‬ ِ ْ ُ َ ْ َ ْ َ hadits ْ َ ْ ُ 46 HR Tirmidzi no. 697. Beliau mengatakan Syaikh ِّ Al-Albani َ َ ini َ hasanَ ْ gharib. َ ِ ‫ْاّلل‬ .‫َا‬ ‫ْور ِ َر‬ ْshahih ‫َمخًِِْفتِذل ِكْفليفرح‬ ْ ‫قلْةِفض ِل‬ mengatakan bahwa haditsْ ini 47 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/ 92 dan Majmu’ Al-Fatawa, 25/114-115 َ ُ َّ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ َ ِْ Menyongsong ْ ْْ‫ش ٍْْر‬ ‫غ‬ ْ ْ‫س ْْم‬ ْ Bulan ‫ظ ْل‬ ْ ‫ ْدْْأ‬Ramadhan ‫اسْ ْق‬ ْ ‫اْانل‬ ْ |23 ٍْ ‫ْأ ْح‬ .ْ‫ارك‬ َْ ‫ظ ْيْمْْ ُْن َْت‬ َ َُ ْ َ ُ َ ََ ْ ُ

ََ

ْ َ َّ َ ْ ََ ُ ْ .ًُْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬ ْ ‫ذه‬

juga berlaku hilal yang sama? Ataukah masing-masing negeri berlaku hilal sendiri-sendiri? ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ ْ‫س ْْم‬ ‫نْد ْمْغليي‬ ْ ِ ‫ْهْفإ‬persoalan ‫ّتْحرو‬ ْ ‫ْح‬ini, ‫َمَا‬berikut ‫لْحص‬ ْ ini ‫ثْْف‬kami ‫ونَْلل‬ ْ nukilkan ‫عْْوغِْش‬keterangan ‫الشٍ ْرْت ِس‬ Untuk menjawab َ َ َ َّ ْ lil-Buhuts ُ ْ ََ atau fatwa dari para ulama yang duduk di Al-Lajnahَ Ad-Daimah ْ ‫ِي‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ْ ْ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ػ‬ ‫ال‬ ْ ‫َا‬ ‫فأ‬ . ِ ‫ز ِهل‬ Al-‘Ilmiyyah wal-Ifta’ (Komisi Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) terhadap pertanyaan yang masuk berkaitan dengan hal tersebut. َ َ ُ َ َ “Bagaimana َ ُ ُ ْ َ َ ّ َ menurut Pertanyaan: mengenai kaum ْ َ َ َ َ ْperbedaan ِّ َ ُ َ Islam ُ ْ َ َ َ ‫حَ َر‬ َْ‫ير‬ ْ ‫يان ًْْوأم‬ ‫ْفص‬berhari ًْ ‫ِنْْرأحخ‬raya ‫اّللِْْأ‬Idul ْ‫َل‬ ْ Fitri ‫تْرس‬ ْdan‫خَب‬ ‫ْفأ‬Adha? ‫ْال ٍِْل ْل‬Mengingat ْ ُ َّ‫اءىْانل‬ ‫اس‬ muslimin dalam Idul jika salah dalam menentukan hal ini, kita akan berpuasa pada hari yang terlarang َ َّ‫انل‬ .ًِْ ‫اسْة ِ ِص َيا ِن‬ ْ wajib (yaitu hari ‘ied) atau akan berhari raya pada hari yang sebenarnya untuk berpuasa. Kami mengharapkan jawaban yang memuaskan mengenai masalah yang sehingga hujjah (argumen) bagi kami di َ ُ bisa َ َ َّ krusial ْ jadi ُ ْ iniَ dalam ْ ُ raya ُ atauْ َ puasa ْ ُ terdapat ُ ْ Allah. ُ ‫ُص‬ َ َ ْْ‫س ْم‬ َ ُ َ َ hadapan Apabila penentuan hari ‫يمْغليي‬ ْ ‫نْد‬ ْ ِ ‫ؤيخ ِ ًِْْوأف ِطرواْل ِرؤيخ ِ ًِْْوانسيَُاْلٍياْفيإ‬ini ‫َمَاْل ِر‬ perselisihan, ini bisa terjadi dua sampai tiga hari. Jika agama َ َ ُ adaُ perbedaan ََ َ َ yang ُ ْ tepat ْ َ َ َ keluar َ َ ْ jalan َ َ ُ Islam ini ingin.‫وا‬ menyelesaikan perselisihan ini, apa ‫انْفصَمَاْوأف ِطر‬ ْ ‫نْشٍ ْدْشاٌِد‬ ْ ِ ‫ِيْفإ‬ ْ ‫فأز ِهلَاْثلث‬ untuk menyatukan hari raya kaum ِ muslimin? ِ Jawaban: Para ulama telah sepakat bahwa terbitnya hilal di setiap ُ tempat ُ َّ َ َ َ inderawi َ logika. َ َ َ َ dan َ َ َhalُ ini َّ terbukti ْ َ dan ْ secara ّ َّ Akan ْ ُ ُ ُ َّ itu bisa berbeda-beda . ‫ا‬ ‫ذ‬ ُ ٌ ‫اْو‬ ‫ذ‬ ُ ٌْ ‫ر‬ ٍ ‫الش‬ ْ ْ ‫ِب‬ ‫س‬ ‫َن‬ ْ ‫ال‬ ‫ْو‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫س‬ ‫ْى‬ ‫ال‬ ْ ‫ن‬ ‫ْأ‬ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫إىاْأ‬ ‫ث‬ ْ ‫ِي‬ tetapi, para ulama berselisih pendapat mengenai teranggapnya atau tidakِ hilal di tempat lain dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan. Dalam َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ masalah ini ada dua pendapat.َ .‫ِي‬ ْ ‫ْمْفأز ِهلَاْالػد ْةْثلث‬hilal ‫س‬di ‫غلي‬tempat ْ‫نْد ْم‬ ْlain ِ ‫فإ‬ Pendapat pertama, menyatakan bahwaِ teranggapnya dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan walaupun berbeda mathali’ (wilayah terbitnya hilal) 48. َّ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ ُ ‫الش ٍْ َْرْفَلْ َي ُص ْه‬ . ْ ً ْ‫س ْم‬ ‫ ٍِ ْدْنِي‬lain ‫وْش‬ ْ 49‫ه‬. ‫ذ‬ Pendapat kedua, menyatakan tidak teranggapnya hilal di tempat Masing-masing dari dua kubu ini memiliki dalil dari Al-Kitab, Asْ ُ َ digunakan َ ُّ dan ْ َ َ َ dalilُ yang َ kedua Sunnah Terkadang َ ُ qiyas. َ‫ض‬ َّ َ َْ َ‫حْي‬ ُ adalah ُ ‫ْحَ ُص‬kubu َ‫ َوالْ ِف ْط ُْرْي‬oleh ْ . ْ ‫َن‬ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ ْ ‫األ‬ ‫و‬ ْ ْ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ْ ْ ‫م‬ َ ْ‫َن‬ ْ ‫َم‬ ‫ْمْيَ َْ َْم‬firman َْ ‫الص‬ ِ sama-sama berdalil dalil yang sama. Sebagaimana mereka dengan Allah :

ْ َ َّ َ ْ ََ ُ ْ ْ ‫ذه‬ .ًُْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬

48 49

ْ ُ َّ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ ُ َ َ .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ‫هْمَار‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫وْاألٌِلثِْْق‬ ِْ ‫كْغ‬ ْ ‫يسألَى‬

Dalam istilah syariat disebut dengan Wihdatul Mathali’, yaitu ketika suatu negeri telah melihat hilal maka kesaksian tersebut berlaku untuk seluruh negeri di dunia Dalam istilah syariat disebut dengan Ikhtilaful Mathali’, yaitu masing-masing negeri memiliki dan menetapkan tempat terbit hilal sendiri-sendiri (berbeda antara satu negeri dengan negeri lainnya).

َْ ْ ْ ُ ‫ُص‬ .ًِْ ِ ‫َمَاْل ُِرؤ َيخ ِ ًِْْ َوأف ِط ُرواْل ُِرؤ َيخ‬

َ َ ُ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ِ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ ْ ْ‫يَ|نا‬Tutorial ‫يَمْص‬Ramadhan ‫يْإِالْرجيلْانْيص‬ ِ ‫الْتقدنَاْرمضانْةِصَمْيَ ٍمْأوْيَن‬ 24 َْ .ًُْ ‫فل َي ُص ْه‬

ْ ْ‫ِيسم‬ َ ْ‫الشٍ َْر‬ َ .ًَُْ ‫فلي ْ ُص ْه‬ ُْ ُ ‫و ُْش ٍِ ََْد َْن‬ ْْ ‫ذه‬ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ .‫ِي‬ َْ ‫نْد َّْمْغليْس ْْمْفأز ِهلَاْال ِػ َّد ْةْثلث‬ ْ ِ ‫فإ‬ َ ُّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ .‫َن‬ ْ ‫حْيَ ْمْحضح‬ ْ ‫ونْواألض‬ ْ ‫َنْو َّال ِفط َْرْْيَ ْمْتف ِطر‬ ْ ُ ‫صَم‬ ‫الصَ ْمْ َيَ ْمْح‬ ْ ْ َ ٍ‫وْش‬ ُ ُ ْ ْ ‫َذ َه‬ َ ُ َ "Karena itu, barangsiapa di antara kamu .ًْ ‫صه‬menyaksikan ‫ْمْالشٍ ْرْفلي‬bulan ‫(ِيس‬di ‫ْدْن‬negeri ِ ْtempat tinggalnya), maka hendaklah ia berpuasa pada bulan َّ ُ ُ (Qs ْ Al-Baqarah َ ٍ‫وْ َش‬ ُ.ًْ ‫ ٍْ َْرْ َفلْ َي ُص ْه‬tersebut” ْ ‫َذ َه‬ 185). ‫الش‬ ْ ْ ‫م‬ ‫س‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ْ ‫د‬ ْ َ ِ َ ْ َ :َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ َ ُ َ ْ firman .Begitu ْ ‫ض ُّح‬juga ‫َن‬ ‫حْيََ ْمْح‬ ْ َ ‫ض‬Allah ‫ونْواأل‬ ْ ‫َنْوال ِفط ْرْيَ ْمْتف ِطر‬ ْ ‫الصَ ْمْيَ ْمْحصَم‬ ْ ُ َّ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ ‫ِيجْل‬ ْ ُ ‫هْ َم ََار‬ ْ ِ ‫ِلي‬ ْْ َ َ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫األٌِلثَِّْْق‬ ْْ ِ ‫كْغ‬ ْ َ ‫ي َسألَى‬ .‫اس‬ ُ ْ‫و‬ َ ُ.ًْ ‫س ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬ ‫وْش ٍِ ْدْنِي‬ ْْ ‫ذ َه‬ "Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan ْ َ Katakanlah: ْ ُ sabit). ْ ُ “Hilal ُ ‫ُص‬ َ ُ ًْ ِ ‫ؤيخ‬manusia ‫ َّ ِطر ُوا ْْل ِر‬dan ‫( ْ َوأ َف‬bagi ًِْْ ِ ‫ؤ َ َيخ‬ibadat) ‫َم ََاْلَ ِر‬ ِ َ َْ (bulan sabit) itu adalah tanda-tanda waktu .bagi ُ haji” َّ َ ُ َ َ (Qs Al-Baqarah 189). .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ‫هْمَار‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫وْاألٌِلثِْْق‬ ِْ ‫كْغ‬ ْ ‫يسألَى‬ َ Mereka sama-sama َّ ْ dengan َ َ َ َ ْ َ ْ hadits َ َ :َ َ َ َْ ‫ال َْت َق َد ُّن‬ َ ‫يَ ُم‬ ْ َ ْ Nabi ْ ‫ْص‬ ْ juga َ berdalil ْ‫يَنا‬ ‫ْر ُجيلْانْيَ ُص‬ ‫يْإِال‬ ِ ‫اْر َمض َ َانْْة ِ ُصَ ِم ُْي َْ َ ٍمْأوْيَن‬ ْ ُ ‫ص‬ .ًِْ ِ ‫َم َْاُْل ُِرؤيخ ِ ًِْْوأف ِطرواْل ِرؤيخ‬ ُْ َ ُ َ .ًْ ‫فليصه‬ َّ hilal, "Berpuasalah ََ َ َ َ rayalah َ َ melihat ْ َ ْ َ begitu َ ‫اْر‬ َ ‫يَ ُم‬ ُ ‫ْر‬ ْ َ‫ْيَ َْمْأ‬pula ْ ‫ َص‬berhari ْ ‫ْص‬ ْ ‫ْيَ ُص‬karena َ َْ ‫ َد ُّن‬karena َ ْ ‫ال‬ ِ ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫ْي‬ ‫و‬ ‫م‬ َ ‫ة‬ ْ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ق‬ ْ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ْا‬ ‫يل‬ ‫ج‬ ‫إ‬ ْ ْ ِ ُ َ ِ ْ َ َ َ ٍ َ َ َ ْ ِ َ َ ِّ melihatnya.” ْ َ ‫ُال ْْت‬ ْ . ‫َم‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ْو‬ ْ ‫َا‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ْف‬ ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ت‬ ‫ِْف‬ ً ‫خ‬ ْ ‫ْاّلل‬ ‫ل‬ ‫ض‬ ِ ِ ِ ِ ُ‫َق ْلَْة‬ ِ ُ ْ ‫ف‬terjadi Perbedaan pendapat menjadi dua kubu semacam iniِ sebenarnya ‫فليص‬ .ًْ ‫ه‬bahwa karena adanya perbedaan dalam memahami dalil. Kesimpulannya َ َ َّ َ ْ karena dalam masalah ini masih ada ruang untuk para َ ُ itu, َ ْ ُ Oleh َ berijtihad. ْ ُ ْ ُّ َ َ َ َّ .ْ‫ار ْك‬ ْ ‫ْ ْن ْت‬dalam َِْ ‫غ‬ ْ masalah ْْ‫ش ٍَْر‬ ْ َ ْ‫ ْم‬ini ْ ْdari ‫س‬ ‫ظ ْل‬ ْ dahulu ‫اسْ ْق ِّ ْدْْأ‬ ْ hingga ْ َ ٍْsaat ‫اْانل‬ pakar fikih terus berselisih pendapat ْ ‫ْأ ُ ْح‬ ْ ْ‫ظ ْْي َم‬ ْ َ َ ُ َ َ َ ini. ْ .‫َا‬ ْ ‫قلْةِفض ِلْاّللْ ِْورِرَمخًِِْفتِذل ِكْفليفرح‬ Olehnya, tidak mengapa jika penduduk suatu negeri melihat َ yang ُ َ tidak ُ ََ ْ َ ُ ْ َ َ َ .ْ‫ َارك‬ru’yah ‫ٍر ُْنت‬negeri ‫مْرم‬berbeda ‫َأحاز‬ hilal pada malam ke-30, mereka mengambil َ ْ‫ض‬ َّ‫ان َْش‬ َ yang َ ْ Namun, ُ ْ ُ ْ ْ َ َ َّ mathali’ (beda wilayah terbitnya hilal). jika di negeri tersebut .ْ‫ارك‬ ْ ‫ظ ْيمْْ ْن ْت‬ ِْ ‫غ‬ ْ ْْ‫ش ٍْر‬ ْ ْ‫س ْم‬ ْ ‫ظ ْل‬ ْ ‫اسْ ْق ْدْْأ‬ ْ ‫اْانل‬ ْ ٍَْ ‫ْأ ُّْح‬ terjadi perselisihan pendapat, maka hendaklah dikembalikan pada ُ َ keputusan ْ َ suatu َّ َ ‫إ َّج‬ ّ penguasa muslim di negeri tersebut. Jika penguasa.‫ات‬ ْtersebut ‫ْة ِ ُانل َِي‬memilih ‫ال‬ ‫ه‬ ‫خ‬ ‫اْاأل‬ ‫ه‬ ِ َ َ َ ْ tersebut ُ َ َِ ُ muslim َ ‫ْن َت‬ pendapat, hilanglah perselisihan yang ada dan setiap negeri ْ .ْ‫ارك‬ ‫انْش ٍْر‬di‫ض‬ ‫أحازمْرم‬ 50

wajib mengikuti pendapatnya. Namun, jika penguasa di negeri tersebut bukanlah muslim, hendaklah dia mengambil pendapat majelis ulama di ُ َ ْ َ kaum negeri tersebut. Hal ini semua dilakukan dalam rangkaَّ menyatukan َّ ّ .‫ات‬ ِْ ‫ِي‬shalat ‫‘الْةِانل‬ied. ‫إِج َهاْاألخه‬ muslimin dalam berpuasa Ramadhan dan melaksanakan Hanya Allah yang memberi taufik. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad , keluarga dan shahabatnya.51 50 51

HR Bukhari dan Muslim Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah lil-Buhuts Al-‘Ilmiyah wal Ifta’no. 388, 10/101-103. Yang menandatangani fatwa ini: Syaikh ‘Abdur Razaq ‘Afifi selaku wakil ketua; Syaikh Abdullah bin Mani’ dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota.

Menyongsong Bulan Ramadhan |25

.ْ‫الصَمْْيَمْْحصَمَنْْوال ِفطرْْيَمْْتف ِطرونْْواألضحْْيَمْْحضحَن‬ ْ َ َّ َ ْ ََ ُ ْ ْ ‫ذه‬ .ًُْ ‫وْش ٍِ َْدْنِيس ُْمْالش ٍْ َْرْفل َي ُص ْه‬

5. Berpuasa Pada Hari Syak/Ragu-Ragu Dalam ْ ُ َّ َ ْ َRangka َ َ َُ َْ َّ َ ُ َ َ Ihtiyath .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ‫هْمَار‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫وْاألٌِلثِْْق‬ ْ ‫كْغ‬ ْ ‫يسألَى‬

ِ

Terkadang sebagian kita di bulan Sya’ban, berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan karena keraguan atau hati-hati ََْ َْ ُ ُ ُ ْ ُ (ihtiyath). َ ُ ْterlarang. ‫ِرؤيخ ِ ًِْْوأف ِطر‬hadits ‫َمَاْل‬dari ‫ص‬ ِ ‫واْل ِرؤيخ‬Berdasarkan Tetapi, dalam syariat kita hal ini adalah.ًِ Abu Hurairah , Rasulullah  bersabda:

َ ُ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ َ ‫يَ ُم‬ ْ ‫ْص‬ ْ ‫ْا َنْيَ ُص‬ ْ‫يَنا‬ ‫يْإِالْرجيل‬ ِ ‫الْتقدنَاْرمضانْةِصَ ِمْيَ ٍمْأوْيَن‬ َْ .ًُْ ‫فل َي ُص ْه‬

"Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa ْ َ َ َ َ berpuasalah” ْ ُ َ ْ َ berpuasa, َ ْ َ َ ِّ 52 ْ َ ْ ُ kecuali jika seseorang memilikiْ kebiasaan .‫َا‬ ْ ‫ذل ِكْفليفرح‬maka ِ‫ ِلْاّللْ ِْورِرَمخًِِْفت‬. ‫قلْةِفض‬ Berkata Imam Ash-Shan’any , “Ini menunjukkan haramnya berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dalam rangka untuk ihtiyath َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ ُ ْ َ َ (berjaga-jaga)” 53. .ْ‫ارك‬ ْ ‫ظ ْيمْْ ْن ْت‬ ِْ ‫غ‬ ْ ْْ‫ش ٍْر‬ ْ ْ‫س ْم‬ ْ ‫ظ ْل‬ ْ ‫اسْ ْق ْدْْأ‬ ْ ‫اْانل‬ ْ ٍْ ‫ْأ ْح‬ Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar , “… karena menentukan puasa haruslah dengan hilal, tidak sebaliknya -yakni dengan dugaan-” 54. َ sehari ُ َ َ َ ْduaُ hari ََ ُ ‫ْش ٍْر‬ َ berpuasa Berkata Imam An-Nawawy , “Hukum ْ .ْ‫ارك‬ ‫ْن َت‬ ‫ضان‬atau ‫ازمْرم‬55‫أح‬ sebelum Ramadhan adalah haram apabila bukan karena kebiasaan puasa sunnah” . Ibnu Rajab  berkata, berpuasa di akhir bulan Sya’ban ada tiga model: ُ َ ْ َ َ َّ َّ ّ Pertama, jika berniat dalam rangka berhati-hati dalam perhitungan puasa .‫ات‬ ِْ ‫انل ِي‬ ‫إِجه‬ ِ ‫اْاألخهالْة‬ Ramadhan sehingga dia berpuasa terlebih dahulu, maka seperti ini jelas terlarang. Kedua, jika berniat untuk berpuasa nadzar atau mengqadha’ (mengganti) puasa Ramadhan yang belum dikerjakan, atau membayar kaffarah (tebusan) 56 , maka mayoritas ulama membolehkannya. Ketiga, jika berniat berpuasa sunnah semata, maka di antara ulama ada yang mengatakan, harus ada pemisah antara puasa Sya’ban dan Ramadhan, walaupun itu mencocoki kebiasaan dia berpuasa. Pendapat ini di antaranya disebutkan oleh Al-Hasan Al-Bashri . 52 53 54 55 56

HR Muslim no. 1082 Lihat Subulus Salam 2/239 Lihat Fathul Bary (4/160) Lihat Syarh Shahîh Muslim 7/158. Seperti puasa kaffarah (tebusan) sebagaimana yang disebutkan dalam Qs AlMa’idah ayat 89

26 | Tutorial Ramadhan

Namun yang tepat, dilihat apakah puasa tersebut adalah puasa yang biasa dia lakukan ataukah tidak sebagaimana makna tekstual dari hadits. Jadi jika satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah kebiasaan dia berpuasa – seperti puasa Senin-Kamis-, maka itu dibolehkan. Namun jika tidak, itulah yang terlarang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad dan Al-Auza’i 57. Maka dari penjelasan para ulama di atas, dapat disimpulkan haramnya puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dalam rangka ihtiyath. Adapun kalau ia mempunyai kebiasaan berpuasa, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, lalu bertepatan dengan sehari atau dua hari sebelum Ramadhan, maka itu tidak apa-apa. Wallahu A’lam.

6. Hukum Mengucapkan Selamat Datang Ramadhan Tanya: Sering kita mendengar, banyak kaum muslimin yang mengucapkan selamat dengan datangnya bulan Ramadhan. Misalnya mengucapkan “Ramadhan Mubarak.” Apakah perbuatan ini boleh dalam syariat?

Jawab: Pertanyaan ini telah dijawab oleh dua ‘ulama besar masa ini:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz : Ramadhan merupakan bulan yang agung. Bulan penuh berkah yang kaum muslimin bergembira dengannya. Dan dulu Nabi  dan para shahabatnya  bergembira dengan datangnya Ramadhan. Dulu Nabi  juga memberikan kabar gembira kepada para shahabatnya tentang datangnya Ramadhan. Apabila kaum muslimin bergembira dengan datangnya Ramadhan, dan memberikan kabar gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, satu sama lain saling mengucapkan selamat dengan datangnya Ramadhan, maka hal ini tidak mengapa, sebagaimana hal ini juga biasa dilakukan oleh para salafush shalih. Karena memang bulan ini adalah bulan yang agung, penuh berkah, dan muslimin gembira dengannya, sebab bulan ini bulan penghapusan kesalahan, pemaafan dosa, dan bulan untuk berlomba dalam kebaikan dan amal shalih. 57

Lihat Lathaa’if Al-Ma’arif, 257-258

Menyongsong Bulan Ramadhan |27

َ ُّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ .‫َن‬ ْ ‫حْيَ ْمْحضح‬ ْ ‫ونْواألض‬ ْ ‫َنْو َّال ْ ِف َط َْرْْي ََ ُْمْ ْت ُف ِطر‬ ْ ُ ُ َ‫صَم‬ ْ ‫الص َْ ْمْ َيَ ْم َ ْْح‬ َ ‫ُ َذ‬ ْ‫س‬ .ًْ ‫صه‬.ًِْ‫الشْلٍ ُِرْرْ ْؤف َيلخي‬ ْ ْ ‫م‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ْ ‫د‬ ٍ ‫ش‬ ْ ْ ‫و‬ ‫ه‬ ُ َ َ ُ ُ ‫صَمَاْل ِِرؤيخ ِ ًِْْوأف ِطروا‬ ِ ْ َّ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ ُ ‫الش ٍْ َْرْ َفل َي ُص ْه‬ َ ْ َّ ‫ذه‬ . ْ ً ْ ْ َ ْ َ َ ْ‫و َ ْْ ُش َ ٍِ ْ َْدْ َنِي ُسُ َْم‬ ُ ُ َ َ َُّ ‫ض‬ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ُ ُ َّ Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafizhahullah: َ َ َ َ ْ َ ُّ . ْ ‫َن‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫األ‬ ‫و‬ ْ ْ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫و‬ ْ ْ ‫َن‬ ‫َم‬ ‫ص‬ ‫ح‬ ْ ْ ‫م‬ َ ‫ي‬ ْ ْ ‫م‬ َ ْ ‫يَ ُمْص‬ ْ ‫ْر ُجيلْانْيَ ُص‬ َ َْ ‫الصْتق َدن‬ َ ‫اْر َمضانْة َص َْ ِم ِْيَ َْمْأ ْوْيَ َْ َن ِيْإال‬ ‫ال‬ ْ‫نا‬Mengucapkan َ‫ي‬ ِ ٍ ِ ِ َ selamat datangnya bulan Ramadhan tidak mengapa. َ ْ َّ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ ُ َ ْ َ َ َّ ‫ِيجْل‬ َ ْ‫ه‬ Karena dulu Nabi  memberikan para .‫اس‬ ْ ِ ‫ِلي‬ ْ ُ berita ‫ُم ََا ْر‬gembira ْْ َ َ ِ َْ ‫ل‬ ْ ْ ‫ق‬kepada ِْْ‫األ ٌُِلث‬ ْ‫و‬ ْْ ِ ‫غ‬shahabatnya ْ‫ك‬ ْ ‫سيأ ْلصَى َه‬ َ‫ي‬ َّ ُ ُ َ akan datangnya bulan Ramadhan, memberikan ‫س ْمْالش‬kepada ‫ َْدْنِي‬.ٍِ ًْ‫ش‬mereka ْ‫و‬ ْ ‫فذل َه‬ .ًْ ‫ٍ ْرْفليصه‬semangat untuk memperbanyak amal shalih padanya. Allah  telah َ berfirman: ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ .ًَِْ ِ ‫َم ََا ْْل ُِر ْؤ َيخ ِ ِّ ًِْْ ْ َ َوأ َفْ َ َّ ِط ْ ُ َروا ْْل َ ُِر ْؤ َ َيخ‬ ُْ ُ ِ‫صل َْة ُِف َضَ ِل َْاّللْ ِْورِرَمخ‬ َّ ْ َ ُ ْ . ْ ‫َا‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ْف‬ ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ت‬ ‫ِْف‬ ً َ َ ِ ْ ‫هْمَار‬ .‫اس‬ ْ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫وْاألٌِلثِْْق‬ ِْ ‫كْغ‬ ْ ‫ي َقسألَى‬ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ َ َّ Allah َ َ keutamaan ْ َ ْ ْ َ َ ْ dan َ ‫يَ ُم‬ ُ ‫ْر‬ ْ ‫ْص‬ ْ ‫ْيَ ُص‬dengan َ ‫ال‬ “Katakanlah rahmat-Nya maka َ ‫ص‬ ُ ِ ‫ض َ َانَّْْة‬ ْ َ ْ ُ dengan ُ َ َ ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫ْي‬ ‫و‬ ‫ ٍَْْت ُق‬itu ‫ال‬ ْ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ْا‬ ‫يل‬ ‫ج‬ ‫إ‬ ْ ِ ‫ظ ْيمْْ ِْن ْت‬ .ْ‫ارك‬ ْ 58). ِْ ‫غ‬ ْ.ًِْ‫ش َْؤٍْْ َي ٍمرْخ ِْْأ‬ ْ‫سواَْْمِْملْ ُِرْي‬ ْ ‫ط ُر‬ ِْ ‫ظف‬ ‫ل‬ ْ‫اْرْ َي ْقخمِ ًِْْدْْْأوأ‬ ْ‫اْانلَّْنلَ ُِرؤ‬ ‫اس‬ ْ‫َمدَا‬ ‫ْأ ُُّْح‬ bergembiralah kalian” (Qs Yunus ‫ص‬ ُ ‫فَلْ َي ُص ْه‬ Jadi ucapan selamat dan kegembiraan dengan datangnya bulan Ramadhan ْ ً . menunjukkan semangat yang besar terhadap َ َ Dulu ُ َ ََ para َ ْ kebaikan. ُ َ َ ََ َ ْ ‫ْش‬ َ ‫ْر‬ ُ ْ ‫ر‬lain ْ َ ‫از‬ َ ‫ْن‬ َsama َ ْ ُّ ‫م‬salafush َ َ ُ َ َّ selamat ْ َ ْ َ ْْ satu َ َ ُ ُ َ َ ْ ْ shalih juga biasa mengucapkan dengan datangnya َ ‫ك‬ ْ ‫ار‬ ‫ت‬ . ٍ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫أح‬ ِ ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫ْي‬ ‫و‬ ‫ْأ‬ ‫م‬ َ ‫ْي‬ ‫م‬ َ ‫ص‬ ‫ة‬ ْ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫اْر‬ َ ‫ن‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ْت‬ ‫ال‬ ْ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ي‬ ‫ْص‬ ‫م‬ َ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ْي‬ ‫ن‬ ‫ْا‬ ‫يل‬ ‫ج‬ ‫ْر‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ْ ِ ٍ ِ ِ ْ ْ ْ َ َ َ ْ bulan Ramadhan dalam rangka ُ mencontoh َ ُ ْ dalam َ Nabi . َ ْ ‫ َر‬Sebagaimana َ ِّ ‫ضل‬ ْ .‫َا‬ ْ dalam ‫ْفل َيف َرح‬kisah ‫ذل ِك‬yang ‫َق ْلَْةُِف‬ ِ‫َمخًِِْفت‬ hadits dari shahabat Salman panjang, di ِ dalamnya ِ ‫ْاّللْ ِْور‬ ُ ْ َ ُ .ْ ًْ ‫ف َّل َيصه‬ Rasulullah  bersabda: .‫ات‬ ِْ ‫خ َهالْة ِ َانلّ َِّي‬ ‫إَِجهاْاأل‬ َّ َ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َ ُّ َْ ُ‫ظ ْْيْ َمْ ْْ َُْن َْت‬ َِْ ‫غ‬ ْ َ ْْ‫ش ٍَْْر‬ ْ َ ْ‫س ْْم‬ ْ َ ْ ‫ظ َْل‬ ْ َ ‫اسْ ْق ِّ ْدْْأ‬ ْ ْ ‫اْانل‬ ْ َ ٍْ ْ ‫ْأ ُ ْح‬ .ْ‫ار ْك‬ ْ .‫َا‬ ْ ‫ْاّلل ِْورِرَمخًِِْفتِذل ِكْفليفرح‬ ْ ‫قلْةِفض ِل‬ “Wahai umat manusia, telah datang kepada kalian bulan َ َ ُ agung َ ََ َ َ yang ُ penuh ُ ‫ْش ٍْر‬ َ ‫ْن َت‬ َ ‫از ْم‬ berkah...” ْ . ‫ك‬ ْ ‫ار‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ْر‬ َّ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ‫أح‬ َ .ْ‫ارك‬ َْ ‫ظ ْيْمْْ ُْن َْت‬ ِْ ‫غ‬ ْ ْْ‫ش ٍْْر‬ ْ ْ‫س ْْم‬ ْ ‫ظ ْل‬ ْ ‫اسْ ْق ْدْْأ‬ ْ ‫اْانل‬ ْ ٍْ ‫ْأ ْح‬ Namun terdapat hadits lain dengan lafaz: ُ َ ْ َ َ َّ َّ ّ .‫ات‬ ِْ ْ َ ‫الْة ِ ُانل ِي‬ َ َ ‫اْاألخ َه‬ ُ ‫إَِجَه‬ ُ ْ َ َ ْ .ْ‫أحازمْرمضانْشٍرْنتارك‬ 58

ُ َ ْ َ َ َّ َّ ّ .‫ات‬ ِْ ‫إِجهاْاألخهالْةِانل ِي‬

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, syahrun Mubarak”59

58 59

HR Al-Baihaqi. Hadits dengan lafaz ini dha’if, bahkan dalam kitab Dha’if At-Targhib wa At-Tarhib, Syaikh Al-Albani  menyatakannya sebagai hadits munkar. HR An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani  dalam Shahih Sunan AnNasa`i.

28 | Tutorial Ramadhan

Memulai Puasa Ramadhan

1. Memulai dengan Niat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, niat adalah termasuk syarat sahnya puasa. Seorang yang tidak berniat, maka puasanya tidak sah. Niat puasa ini harus dilakukan untuk membedakan dengan menahan lapar biasa. Menahan lapar bisa jadi hanya sekadar kebiasaan, dalam rangka diet, atau karena sakit sehingga harus dibedakan dengan puasa yang merupakan ibadah. Namun, satu hal yang perlu ketahui bahwasanya niat tersebut bukanlah diucapkan (dilafadzkan). Karena yang dimaksud niat adalah kehendak untuk melakukan sesuatu dan niat letaknya di hati 60. Semoga Allah  merahmati Imam An-Nawawi ulama besar dalam Syafi’iyah yang mengatakan, “Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama” 61. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  mengatakan, “Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafazkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan kesepakatan para ulama” 62. 60 61 62

Niat tidak perlu dilafazkan dengan “nawaitu shauma ghadin...” Jika seseorang makan sahur, pasti ia sudah niat dalam hatinya bahwa ia akan puasa. Agama ini sungguh tidak mempersulit umatnya Rawdhatuth Thalibin, 1/268 Majmu’ Al-Fatawa, 18/262.

Memulai Puasa Ramadhan |29

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  menjelaskan pula, “Siapa saja yang menginginkan melakukan sesuatu, maka secara pasti ia telah berniat. Semisal di hadapannya disodorkan makanan, lalu ia punya keinginan untuk menyantapnya, maka ketika itu pasti ia telah berniat. Demikian ketika ia ingin berkendaraan atau melakukan perbuatan lainnya. Bahkan jika seseorang dibebani suatu amalan lantas dikatakan tidak berniat, maka sungguh ini adalah pembebanan yang mustahil dilakukan. Karena setiap orang yang hendak melakukan suatu amalan yang disyariatkan atau tidak disyariatkan pasti ilmunya telah mendahuluinya dalam hatinya, inilah yang namanya niat.”63

2. Wajib Berniat sebelum Fajar Dalilnya adalah hadits dari Ibnu Umar  dari Hafshah , Nabi  bersabda:

َ َ َ َ َ ْ َْ َْ َ َ َ ْ‫َ َ ج‬ .‫ام جل‬ ‫صي‬ ِ ‫الصيام قبل امفج ِر فال‬ ِ ِ‫و ْي ل ْه ُي ِىع‬

"Barangsiapa berniat fajar, maka puasanya tidak sah.” َ َّ yang tidak ُّ َ َ sebelum ْ ‫ج َ َ ْ ٌ ج‬siapa ْ َ َ ْ َSyafi’iyah ‫ َرمج‬Syarat ‫ج‬ َ ْ َّ َ ْ‫ج ٌر جُي‬ ‫َ ْج‬ ini‫وف‬adalah syaratِ‫ه‬puasa wajib Malikiyah, ‫جر َت‬ ‫الصالة‬ ‫َتِل فِي‬ ‫ام و‬menurut ‫ر جم امطع‬ulama ‫ان ف‬ ِ ‫امفجر فجر‬ dan Hambali. Yang dimaksud dengan berniat di setiap َ ‫ج‬adalah َ َّ mulai ُّ َ َfajar. ْ ُّ ‫ َ َ ج‬malam ‫ج‬.‫امط َعام‬ َّ hingga ِْ‫ فِيه‬terbit ْ ْ dari tenggelam matahari ‫دل‬ ِ ‫فِيهِ الصالة (أي صالة الصبحِ ) وي‬ 64

65

Adapun dalam puasa sunnah boleh berniat setelah terbit fajar menurut mayoritas ulama. Hal ini dapat dilihat dari perbuatanْ Nabi . Dalil masalah َ َ suatu ْ َhari, َ berkata, َ َ “Pada َ َ َ Nabi َّ ‫ج‬ َ َ ْ ْ ini adalah hadits ‘Aisyah ketika beliau  .‫َو ْي أراد أن يصوم فنيتسدر بَِشء‬  menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?”, kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau  berkata, “Kalau begitu, saya akan َّ َ dan‫ َّ ج‬kami ‫الس ج‬ َ‫ور ب‬hari َّ yang َ َ‫ت‬ berpuasa.” Kemudian beliau  datang lagiَ َ pada lain . ‫ة‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ِف‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫س‬ ِ ِ berupa haisِ (makanan berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah yang terbuat dari kurma, samin dan keju).” Maka beliau  pun berkata, 66 ْ pagi “Bawalah kemari, sesungguhnya berpuasa.” ‫ َ َ ْ َ ج‬sejak ْ َ aku َ َ َ ْ ‫فَ ْص جل َوا َب‬ َّ َ َ َ ِ . ‫ر‬ ‫د‬ ‫الس‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫اب‬ ‫ِت‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ِن‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ْي‬ ِ ِ ِ ِ ِ “Ini adalah dalil bagi mayoritas Imam An-Nawawi  mengatakan, ulama, bahwa boleh berniat di siang hari sebelum waktu zawal (matahari َ َ puasaْ َ sunnah” bergeser ْ َ ْ َ َ 67‫ ج‬. ‫َّ ج ج َ ْ ج ج َ َ َ ٌ َ َ َ َ ج‬ ‫ ج ج‬pada َ ْ َ keْ barat) َ َ ‫ أخردك‬bolehnya َ‫ن ُيرر‬niat ‫رة‬Di‫رع‬sini ‫ه‬disyaratkan ‫لو أ‬di ‫وه و‬ ‫دع‬hari ‫ال ت‬yaitu ‫ركة ف‬sebelum ‫كنه ب‬melakukan ‫السدور أ‬ siang

َ ‫ْ َ َ َّ ِّ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ ج ج َ ُّ َ َ َ ج‬ َ َ ‫در‬ ‫س‬ .‫يي‬ ِ ِ ‫وِي واء فإِن اّلل ع َ و ل ولالكِكته يصنون ىَل الىت‬

63 Idem. 64 HR Abu Daud no. 2454, Tirmidzi no. 730, dan Nasa’i no. 2333. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Irwaul Ghalil 914 (4/26). 65 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9919 66 HR Muslim no. 1154 67 Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/35

‫َ ج ج َ ْ َ ج َ َّ َ َ َ َّ َ َ ج‬ ْ ‫اْليْط‬ َ ْ ‫اْليْ جط األبْ َي جض و َِي‬ َ ْ ‫ل جه‬ ِ‫األس َود‬ ‫وُكوا واْشبوا خَّت يتبْي م‬ ِ َ َّ ‫َ ْ َ ْ ج‬ َّ َ َ َ ْ ُّ .‫الصيام إَِل الني ِل‬ ِ ‫وِي امفج ِر ثه أت ِىوا‬ 30 | Tutorial Ramadhan َ ‫َ َ َ ج َ َّ ج‬ ُّ ‫ِب ْْي َوا َع َّجنجوا اَمْفِ ْط َر َوأ َ َّخ جر ْوا‬ َ.‫الس جد ْور‬ ِ ‫َل ي َال انلاس‬

pembatal puasa. Jika ia sudah melakukan pembatal sebelum niat (di siang hari), maka puasanya tidak sah. Hal ini tidak ada perselisihan di dalamnya 68.

3. Niat Cukup Sekali di Awal atau Tiap Hari? Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama kita. Pendapat pertama, menyatakan bahwa niat cukup sekali di awal bulan. Ini adalah pendapat ulama Malikiyah. Pendapat ini juga dipilih Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin . Beliau  berkata, “Cukup dalam seluruh bulan Ramadhan kita berniat sekali di awal bulan, karena walaupun seseorang tidak berniat puasa setiap hari pada malam harinya, semua itu sudah masuk dalam niatnya di awal bulan. Tetapi jika puasanya terputus di tengah bulan, baik karena bepergian, sakit dan sebagainya, maka dia harus berniat lagi, karena dia telah memutus bulan Ramadhan itu dengan meninggakan puasa karena perjalanan, sakit dan sebagainya” 69. Pendapat kedua, niat ini harus diperbaharui setiap harinya. Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Alasannya, karena puasa setiap hari di bulan Ramadhan masing-masing hari berdiri sendiri, tidak berkaitan satu dan lainnya, dan tidak pula puasa di satu hari merusak puasa hari lainnya. Hal ini berbeda dengan rakaat dalam shalat.70 Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullah berkata, “Puasa bulan Ramadhan wajib di lakukan dengan berniat pada malam harinya, yaitu seseorang harus telah berniat puasa untuk hari itu sebelum terbit fajar. Bangunnya seseorang pada akhir malam kemudian makan sahur menunjukkan telah ada niat pada dirinya (untuk berpuasa). Seseorang tidaklah di tuntut melafadzkan niatnya dengan berucap: “Aku berniat puasa (hari ini)”, karena yang seperti ini adalah bid’ah, tidak boleh dikerjakan! Berniat puasa selama bulan Ramadhan haruslah dilakukan setiap hari, karena (puasa pada) tiap-tiap hari (di bulan itu) adalah ibadah yang berdiri sendiri yang membutuhkan niat. Jadi, orang yang berpuasa harus berniat dalam hatinya pada masing-masing hari (dalam bulan itu) sejak malam harinya. Kalau misalnya dia telah berniat puasa pada malam harinya kemudian dia tertidur pulas hingga baru terbangun setelah terbitnya fajar, maka puasanya sah, karena dia telah berniat sebelumnya. Wallahu a’lam” 71. 68 69 70 71

Lihat Kasyaful Qana’ ‘an Matan Al-Iqna’, 6/32 Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9922 Al-Muntaqa min Fatawa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan (5/109).

Memulai Puasa Ramadhan |31

4. Niat Harus Tegas Niat puasa Ramadhan harus ditegaskan (jazm) bahwa akan berniat puasa Ramadhan. Jadi, tidak boleh seseorang berniat dalam keadaan ragu-ragu, semisal ia katakan, “Jika besok tanggal 1 Ramadhan, berarti saya tunaikan puasa wajib. Jika bukan 1 Ramadhan, saya niatkan puasa sunnah.” Niat semacam ini tidak dibolehkan karena ia tidak menegaskan niat puasanya 72.

5. Benang Putih dan Benang Hitam Di atas telah dijelaskan wajibnya berniat sebelum fajar. Setelah itu diperbolehkan makan dan minum hingga terbitnya fajar. Allah  berfirman, artinya: “Dan makan minumlah sehingga terang kepadamu benang putih dari benang hitam yaitu fajar” [Qs Al-Baqarah 187]. Ketika turun ayat tersebut sebagian shahabat Nabi  sengaja mengambil iqal (tali) hitam dan putih 73 kemudian mereka letakkan di bawah bantalbantal mereka, atau mereka ikatkan di kaki mereka. Dan mereka terus makan dan minum hingga jelas dalam melihat kedua iqal tersebut (yakni dapat membedakan antara yang putih dari yang hitam). Dari Adi bin Hatim  berkata: “Ketika turun ayat, artinya: “Hingga terang kepadamu benang putih dari benang hitam yaitu fajar” [Qs Al-Baqarah 187], aku mengambil iqal hitam digabungkan dengan iqal putih, aku letakkan di bawah bantalku, kalau malam aku terus melihatnya hingga jelas bagiku, pagi harinya aku pergi menemui Rasulullah  dan kuceritakan padanya perbuatanku tersebut. Beliau  pun bersabda: “Maksud ayat tersebut adalah hitamnya malam dan putihnya siang 74“ Setelah adanya penjelasan Al-Qur’an dan keterangan Rabbani tersebut, Rasulullah  berusaha menjelaskan batas pembedaan hitam dan putih tersebut kepada para shahabatnya sehingga tidak ada lagi ruang untuk ragu atau tidak mengetahuinya.

6. Dua Macam Fajar Di antara hukum yang dijelaskan oleh Rasulullah  dengan penjelasan yang rinci, bahwasanya fajar itu ada dua. 1. Fajar Kadzib: Tidak dibolehkan ketika itu shalat shubuh dan belum diharamkan bagi yang berpuasa untuk makan dan minum. 72 73 74

Inilah pendapat ulama Syafi’iyah dan Hanabilah. Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9918 Yaitu tali yang dipakai untuk mengikat unta. Mashabih 2/422 HR Bukhari 4/113 dan Muslim 1090.

32 | Tutorial Ramadhan

َ َ َ َ َ makan َ َ 2. Fajar Shadiq: Yang mengharamkan َ ْ َ yang ْ ‫ ج‬sudah ْ َ ْ bagi َ puasa,ِ‫ىع‬dan ‫ام جل‬ ‫صي‬ ِ ‫الص َيام قبل امفج ِر فال‬ ِ ِ ‫و ْي ل ْه ُي‬ boleh melaksanakan.shalat shubuh. Berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas  Rasulullah  bersabda, ُّ َ ‫َ ْ ج َ ْ َ َ ْ ٌ ج ْ َ ج َّ َ ج‬ ْ ‫َّ َ َ ْ ج‬ ‫الصالةج َوفج ٌر َت َر جم‬ ‫ان فجر ُيرم امطع‬ ِ‫ام َوَتِل فِيْه‬ ِ ‫امفجر فجر‬ َ َ ْ َ ‫ْ َّ َ ج‬ ُّ ‫الةج‬ ‫امط َع ج‬ َّ ِ‫الصبْحِ ) َو َيد ُّل فِيْه‬ .‫ام‬ ‫فِيهِ الصالة (أي ص‬ ِ

"Fajar itu ada dua, yang pertama tidak mengharamkan makan (bagi yang َ َ puasa), َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ‫ج‬ َ َ ْ َ َ tidak halal shalat ketika itu, yang kedua mengharamkan makan dan telah dibolehkan ْ .‫وي أراد أن يصوم فنيتسدر بَِشء‬ shalat ketika terbit fajar tersebut.75” Dan ketahuilah bahwa: َ َّ َ َّ ‫ت َ َس‬ ‫الس ج‬ َّ ‫ ِف‬panjang 1. Fajar Kadzib adalah warna putih .yang ‫ بَ َركة‬memancar ‫دور‬ ِ ‫د جروا فإِن‬yang ِ menjulang seperti ekor binatang gembalaan. 2. Fajar Shadiq adalah warna yang memerah bersinar dan tampak ْ ْ َ َ yang ‫َ ْ َ ج‬dan gunung-gunung, ‫َ ْ ج‬ َ َ َ َ ْ ‫ َب‬di‫ َوا‬jalanan َّ َ َ‫ص‬ di atas puncak bukit dan tersebar ِ . ‫ر‬ ‫د‬ ‫الس‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫اب‬ ‫ِت‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ِن‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ْي‬ ‫ل‬ ‫فص‬ ِ ِ ِ ِ ِ dan di jalan raya serta di atap-atap rumah. Fajar inilah yang berkaitan dengan hukum-hukum puasa dan shalat. َ َRasulullah ‫ ج َ ْ ج‬kalian َ ٌ َ َ َ ”Janganlah ْ َ ْ َ ْ َ َ bersabda, َ َ artinya: ‫ ج ج‬, َ ْ َ Samurah ‫ج‬ َ َ ‫ج‬ ‫الس ج‬ Dari َّ ْ ‫ج‬ َ ‫دور أكنه بركة فال تدعوه ولو أن ُيررَ أخردكه رعرة‬ tertipu oleh azannya Bilal dan jangan pula tertipu oleh warna putih yang memancar ke atas sampai melintang” َ ‫ َ َ ج‬76 َ ُّ َ ‫ْ َ َ َّ ِّ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ ج ج‬ َ َ.‫دريي‬ ‫الىت‬Ali ‫“اء فإِن‬Makan ‫وِي و‬ ‫ىَل‬,‫ون‬bahwasanya ‫كِكته يصن‬Nabi ‫ولال‬‫ ل‬bersabda, ‫اّلل ع َ و‬ ِ ِ ‫س‬bin Dari Thalq artinya: dan minumlah, jangan kalian tertipu oleh fajar yang memancar ke atas. Makan dan minumlah sampai merah ‫ ْ َ ج‬membentang” ‫ ج‬. َ َ َّ َ َ َ َّ َ ‫َ ج ج َ ْ َ ج‬ ْ ‫ط‬ َ ْ warna َ ْ ‫ جه‬77‫ل‬ ْ‫اْلي‬ ْ‫اْلي‬ ‫ج‬ َ ِ‫َود‬Ketahuilah ‫واْش‬sesuai ‫وُكوا‬ ‫بوا خ‬yang ‫األس‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫ض‬ ‫ي‬ ‫األب‬ ‫ط‬ ‫َّت يتبْي‬ ِ bahwasanya sifat-sifat fajar ‫م‬shadiq adalah َ benang َّ َ jelasَ bagi dengan ayat yang mulia, artinya: ”Hingga kalian ‫ ْ ج‬putih َ ْ dari ْ ُّ َ .‫الني ِل‬fajar ‫إَِل‬jika ‫يام‬membentang ‫الص‬ ‫ امف‬atas ‫و َِي‬ ِ ‫ ث َّه أت ِىوا‬di‫ج ِر‬ufuk benang hitam yaitu fajar.” Karena cahaya lembah dan gunung-gunung akan tampak seperti benang putih, dan akan tampak di atasnya benang hitam ْ َ ‫ َّ ج‬kegelapan َ ‫ َ ج‬pergi َ َ ْ َ malam ‫ َّ ج‬yang َ َ َ ْ ‫ َ َّ ْ ُّ ج‬yakni َ ْ sisa-sisa menghilang. .‫َل ي َال انلاس ِِبْي وا عجنوا امفِط َر وأخ جروا السدور‬ 75

76 77

HR Ibnu Khuzaimah 3/210, Al-Hakim 1/191 dan 495, Daraquthni 2/165, Baihaqi 4/261 dari jalan Sufyan dari Ibnu Juraij dari Atha dari Ibnu Abbas, Sanadnya Shahih. Juga ada riwayat penguat dari Jabir, diriwayatkan oleh Hakim 1/191, Baihaqi 4/215, Daraquthni 2/165, Diikhtilafkan maushul atau mursal, dan syahid dari Tsauban, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 3/27 HR Muslim No. 1094 HR Tirmidzi 3/76, Abu Daud 2/304, Ahmad 4/66, Ibnu Khuzaimah 3/211 dari jalan Abdullah bin Nu'man dari Qais bin Thalaq dari bapaknya, sanadnya Shahih. Abdullah bin Nu'man dianggap tsiqah oleh Ibnu Ma'in, Ibnu Hibban dan Al-Ajali. Ibnu Khuzaimah tidak tahu keadilannya. Ibnu Hajar berkata Maqbul (diterima).

Memulai Puasa Ramadhan |33

Jika telah jelas hal tersebut maka berhentilah dari makan, minum dan berjima’ (berhubungan suami dan istri). Kalau di tanganmu ada gelas berisi air atau minuman, minumlah dengan tenang, karena itu merupakan rukhshah (keringanan) yang besar dari Dzat Yang Paling Pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang puasa. Minumlah walaupun engkau telah mendengar azan. Rasulullah  bersabda, artinya: “Jika salah seorang dari kalian mendengar azan padahal gelas ada di tangannya, janganlah ia letakkan hingga memenuhi hajatnya”78 Yang dimaksud azan dalam hadits di atas adalah azan subuh yang kedua karena telah terbitnya Fajar Shadiq. Makna ini diperkuat dengan riwayat dari Abu Umamah , dia berkata: Telah dikumandangkan iqamah shalat, ketika itu di tangan Umar masih ada gelas, dia berkata: ‘Boleh aku meminumnya ya Rasulullah?’ Rasulullah  bersabda: “Ya, minumlah”79 Sehingga, jelaslah bahwa menghentikan makan sebelum terbit Fajar Shadiq dengan dalih hati-hati adalah perbuatan bid’ah yang diadaadakan. Ibnu Hajar  berkata dalam Al-Fath 4/199: “Termasuk perbuatan bid’ah yang mungkar adalah yang diada-adakan pada zaman ini, yaitu mengumandangkan azan kedua sepertiga jam sebelum waktunya di bulan Ramadhan, serta memadamkan lampu-lampu yang dijadikan sebagai tanda telah haramnya makan dan minum bagi orang yang mau puasa... Allahul ْ‫َ ْ َْ ج‬ Musta’an.” ‫َ َ َ َْ َْ ْ َ َ َ َ َج‬

7. Makan Sahur

.‫صيام ل‬ ِ ‫الصيام قبل امفج ِر فال‬ ِ ِ‫وي له ُي ِىع‬

َ َّ yangْ disebutkan ُّ َ َ ‫ َ ج‬diَّ atas‫ ج‬hingga َ َ minum َ adalah ْ ‫ ج‬terbitnya ْ dan ْ َ َ ْ fajar ْ َ ‫الةج‬ ‫ر ج‬Makan َ ْ‫ج ٌر جَت‬ ‫م‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫الص‬ ‫ه‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِل‬ ‫امطعام و‬ ‫ج ٌر ُي َرم‬ ‫ان ف‬ ‫امفج جر ف‬ ِ ِ ‫جر‬karena makan sahur, khususnya di akhir‫َت‬malam. Dinamakan demikian hal َ َ Subuh). َ َّ ْ  itu dilakukan pada wahtu ُّ َ َ menjelang ‫الةج‬ ُّ ‫الةج‬ ‫امط َع ج‬ َ ‫ي‬ َّ sahar ْ‫( فِي‬waktu ْ ‫أ‬Al-Khattabi .‫ام‬ ‫دل‬ ‫الصبْحِ ) وي‬ ( agama ‫الص‬Islam ِ‫فِيه‬ ِ merupakan mengatakan bahwa makanِ‫ه‬sahur tanda‫ص‬ bahwa selalu mendatangkan kemudahan dan tidak mempersulit. Nabi  bersabda:

َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ‫َ ْ َ َ َ َ ْ َ ج‬ ْ .‫وي أراد أن يصوم فنيتسدر بَِشء‬

78

79

َ ‫الس ج‬ َّ ‫ت َ َس َّد جروا فَإ َّن ِف‬ .‫دورِ بَ َركة‬ ِ ِ

Hadits Riwayat Abu Daud 235, Ibnu Jarir 3115. Al-Hakim 1/426, Al-Baihaqi 2/218, Ahmad 3/423 dari jalan Hamad dari Muhammad bin Amir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, sanadnya Hasan. Ada jalan lain diriwayatkan oleh Ahmad 2/510, Hakim 1/203,205 dari jalan Hammad dari Amr bin Abi Amaran dari Abu Hurairah, sanadnya Shahih. HR Ibnu Jarir 2/102 dari dua jalan dari Abu Umamah 

ْ َ َ ْ َْ ِ َ َ َ َ ََْ َ ‫َ ْ ج‬ َ ‫الس‬ َّ ‫كنَ جة‬ .‫د ِر‬ ‫اب أ‬ ِ ‫صياوِنا و‬ ِ ‫فصل وا بْي‬ ِ ‫صيام أو ِل امكِت‬

َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ‫َّ ج ج َ ْ ج ج َ َ َ ٌ َ َ َ َ ج ج‬ َ ‫السدور أكنه بركة فال تدعوه ولو أن ُيررَ أخردكه رعرة‬ َ َ ‫ْ َ َ َّ ِّ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ ج ج َ ُّ َ َ َ ج‬ َ

34 | َ Tutorial ‫َ َ ج‬ ْ َ ْ ‫ ج‬Ramadhan

‫َ ْ ج َ ْ َ َ ْ ٌ ج ْ َ ج َّ َ ج َ ُّ‬ ‫َّ َ َ ْ ج ْ‬ ‫ان فجر ُيرم امطع‬ ‫الصالةج َوفج ٌر َت َر جم‬ ‫ام َوَتِل فِيْهِ‬ ‫امفجر فجر ِ‬ ‫ْ َّ َ ج َ ْ َ َ‬ ‫الةج َ ُّ‬ ‫امط َع ج‬ ‫الص َبْحِ ْ ) َ َو َي َد ُّل فِيْ َهِ َ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ام‪.‬‬ ‫ص‬ ‫َفِي ْهِ َ ْالصج ْالة (أي‬ ‫الص َي َ‬ ‫ام َقبْل امفجر فال ِ‬ ‫ص َيام ج‬ ‫‪.‬‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫وي له ُي ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪"Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah‬‬ ‫ىعِ ” ِ ‪dia bersahur.‬‬ ‫‪َ َ terdapat‬‬ ‫َ ْ َ‬ ‫‪Nabi  memerintahkan demikianَ karena di‬‬ ‫‪ْ dalam‬‬ ‫‪ sahur‬ج َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫‪keberkahan.‬‬ ‫َّ ج َ َ ْ‬ ‫و َي ْأ جراد َ أ ْن َ يص َوم ْ‬ ‫َش ج‬ ‫امط َ‬ ‫امء‪َ .‬وَت ُِّل فِيْ‬ ‫ج ٌر َتْ َ‬ ‫جف ٌرني جتُيْ َ‬ ‫سر جمدر ب َّ ِ‬ ‫‪Dari‬ر جم‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ال‬ ‫الص‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ان ف‬ ‫ِ‬ ‫امفجر فجر ِ‬ ‫‪Anas bin Malik , Rasulullah  bersabda:‬‬ ‫َ ْ َّ َ َ ج َ ْ َ َ‬ ‫الةج َ ُّ‬ ‫امط َع ج‬ ‫الص َبْحِ ) َو َيد ُّل فِيْهِ َّ‬ ‫الس ج‬ ‫الإة َّن(أِفي َّ‬ ‫َ‬ ‫ام‪.‬‬ ‫ص‬ ‫الص‬ ‫ِ‬ ‫تف َِيسهِ َّد جر‬ ‫دورِ بركة‪.‬‬ ‫وا ف ِ ِ‬ ‫‪"Makan sahurlah karena sesungguhnya‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪ْ terdapat‬‬ ‫”‪ berkah‬ج َ َ‬ ‫ََ ْْ ج َ‪ْ َ َ َ َ .‬‬ ‫‪َ َ ْ sahur‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َشء ْ‪َ ْ َ َ .‬‬ ‫‪ْ pada‬‬ ‫ج‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ص َيد ِر‬ ‫س‬ ‫‪َ sahur‬بن ي‬ ‫‪akan‬ألروادا أ‬ ‫فوي‬ ‫‪Imam An-Nawawi‬‬ ‫‪ mengatakan,‬‬ ‫كنة السد ِر‪.‬‬ ‫اب أ‬ ‫‪ِ “Karena‬ل امكِت‬ ‫ام بأ ِو‬ ‫وماوفِننايت َو‬ ‫‪َ makan‬ي‬ ‫ص‬ ‫ص‬ ‫‪ِ dengan‬‬ ‫ْيص ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪semakin kuat melaksanakan puasa” .‬‬ ‫َ َ َ ْ َ ْ ََ ْ َ َ‬ ‫ََ ْ َ ْ ج‬ ‫‪ْmuslimin‬‬ ‫‪َ pembeda‬ص َي َ‬ ‫ام َ ج‬ ‫‪Makan sahur jugaَ merupakan‬‬ ‫‪antara‬‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪kaum‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫‪.‬‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫ام‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الص‬ ‫ى‬ ‫ُي‬ ‫د ج جه‬ ‫تو َسَّي َّل‬ ‫عِ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ِ .Kitab).‬‬ ‫الس ٌ‬ ‫‪َ َ ْ ْ (Ahlul‬‬ ‫‪bin‬ن ْ‬ ‫‪Dari‬ورِ ب َ‬ ‫‪ Yahudi-Nasrani‬ج‬ ‫‪َ ْ َ puasa‬‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ِف‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ِ‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪Amr‬‬ ‫‪‘Ash‬‬ ‫‪,‬‬ ‫ِ‬ ‫السدور أكنه بركة فال تدعوه ولو أن ُيررَ أخردكه رعرة‬ ‫‪Rasulullah  bersabda:‬‬ ‫َ َ ْ جْ َ ج َ َ ْ ْ َّ َ ِّ َ َ ْ َ ٌ َّ َ ج ْ َ َ َّ ج َ َ َّ َ ْ ََ ج َ َْ َ ج َ ج ُّ َ ُّ َ ْ َ ْ َ َ َ ج َّ َج ج َ َ َ َ ْ ٌ َ ج ْ‬ ‫ونِ ىَل‬ ‫امطالعك ِامكتوه َي‬ ‫اناّللف َجعرَ َ و َُيرلم َ وِل‬ ‫وْ‬ ‫يي‪َ.‬ت َر جم‬ ‫دج ِرر‬ ‫صنفِيه‬ ‫َتِل‬ ‫اءففإجر‬ ‫الىةت َ‬ ‫نَ‬ ‫امفِيجور َ‬ ‫دسورف‪ِ.‬‬ ‫الصال َّ‬ ‫ام أو ِل ام‬ ‫صي‬ ‫صياوِنا و ِ‬ ‫فصل وا َب ِْي َِ ِ‬ ‫كِت ِ‬ ‫اب أكنة الس ِ‬ ‫ْ َّ َ ج ْ َ َ‬ ‫الةج ُّ‬ ‫امط َع ج‬ ‫الصبْحِ ) َو َيد ُّل فِيْهِ َّ‬ ‫‪.‬‬ ‫ام‬ ‫ي َّص‬ ‫الة ج (أ‬ ‫َفِيج جهِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ َ puasa‬‬ ‫الص ْ‬ ‫‪َ ٌ َ ahlul‬‬ ‫‪ َ kita‬ج‬ ‫ج‬ ‫َّ‬ ‫األسْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪antara‬‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪(umat‬‬ ‫)‪Islam‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪kitab‬‬ ‫‪terletak‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪"Perbedaan‬ودَِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اْل ْيط ْ‬ ‫و َُّكوا ج و جاْشب ْوا خَّت يتبْي م َله‬ ‫اْل جي ِْط َ َ‬ ‫ض أو َخِي ج‬ ‫األبي َ‬ ‫‪makan‬‬ ‫رد ‪.‬كه‬ ‫ررَ‬ ‫”‪ْ sahur‬رعرة‬ ‫ور َأكن َجه بَ َركة فال ت َد جعوهج َولو أن ُي‬ ‫الس َد‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪At-Turbasyti  mengatakan,‬‬ ‫‪“Perbedaan‬‬ ‫‪makan‬‬ ‫‪sahur‬‬ ‫‪kaum‬‬ ‫‪muslimin‬‬ ‫َل َ ْ‬ ‫َشيَء َ‪.‬ل ج‪ .‬ج َ ُّ َ َ َ‬ ‫‪ adalah‬ج َ‬ ‫الن‬ ‫س َّام‬ ‫الص َي‬ ‫‪ِumat‬ى‬ ‫صت‬ ‫‪َّ Islam‬ثيه ِّأ‬ ‫د َإر ِ َب‬ ‫‪pada‬ي َت‬ ‫وم َواف َّن‬ ‫‪untuk‬امرفادجأَ ِرن‬ ‫ِي أ‬ ‫َو َْْي‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ahlul‬يي‪َ.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪kitab‬‬ ‫‪Allah‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪membolehkan‬‬ ‫د ِر‬ ‫وِي واء فإِن اّلل ع َ و ل ولالكِكته يصنون ىَل الىتس ِ‬ ‫‪makan sahur hingga shubuh, yang sebelumnya hal ini dilarang pula di awal‬‬‫‪ْ َ Islam,‬‬ ‫‪ َ َّ َ َ jika‬جَ‬ ‫‪awal Islam. Bagi‬‬ ‫‪ahli‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪telah‬‬ ‫‪َّ diَ َ masa‬‬ ‫‪ْ َ tertidur,‬‬ ‫‪(ketika‬ر جالواا َْفَنلَّإ َّنج‬ ‫‪awal‬ف ْ‬ ‫ت ََلَ جس جيَ َّ‬ ‫الس َ‬ ‫‪ kitab‬ج‬ ‫ُّ‬ ‫ْ‬ ‫ج‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫ج‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫‪.‬‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫الس‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ْي‬ ‫ِب‬ ‫اس‬ ‫ َ‬ ‫ج‬ ‫َّ‬ ‫‪.‬‬ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ور‬ ‫د‬ ‫ِف‬ ‫د‬ ‫‪ْ tidak‬‬ ‫‪َ diperkenankan‬‬ ‫‪َuntuk‬‬ ‫ل جه ِ‬ ‫‪َ sahur.‬ب ِ َ‬ ‫‪ِ َ Perbedaan‬‬ ‫‪َ puasa‬و َ‬ ‫اْش ِ جبوا ِ‬ ‫)‪bangun‬‬ ‫‪makan‬‬ ‫األس َودِ‬ ‫َوُكوا‬ ‫اْليْ ِط‬ ‫‪ lagi‬األبْ َيض و َِي‬ ‫اْليْ جط‬ ‫ْي م‬ ‫خ ََّّت يَت‬ ‫‪umat Islam (saat ini) yang menyelisihi ahli kitab patut disyukuri karena‬‬ ‫َ َْ ج ْ َ َ ْ َ ْ ج َ َّ َ َُّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ ْ‪َ َ .‬‬ ‫‪sungguh ini adalah suatu‬‬ ‫”‪ َ ْ nikmat‬ج‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْيه أ ِت‬ ‫صلامفواج ب ِر ث‬ ‫فوِي‬ ‫ام إ ِ‬ ‫‪ِ hendaknya‬ر‪.‬‬ ‫كنة السد‬ ‫اب أ‬ ‫النيام ِل‪.‬كِت‬ ‫‪walaupun‬أَلو ِل‬ ‫ام‬ ‫صي‬ ‫‪ِhanya‬نا ِو‬ ‫صيِىاواو‬ ‫الصي ِ‬ ‫‪Sahur ini‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪seteguk‬‬ ‫‪ِ ditinggalkan‬‬ ‫‪air sebagaimana sabda Nabi :‬‬ ‫َ َ َ ج َ َ َّ ج ْ ج َ‬ ‫الس َ ج‬ ‫ج َنجوا ج اَمْجفِ َ ْطَ َْر َ َوأَْ َّخ َ جر ْ ْوا َ َ ُّ‬ ‫ِبَ َْ َ‬ ‫ْي ٌ َوا َ َع َ َّ َ‬ ‫د ْو جَر‪ .‬ج ْ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫السي َج‬ ‫َل َّ‬ ‫دال ج‬ ‫اس جه ِ بركة فال تدعوه ولو أن ُيررَ أخردكه رعرة‬ ‫ورا أنلكن‬ ‫ْ َ َ َّ ِّ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ ج ج َ ُّ َ َ َ ج َ‬ ‫در َ‬ ‫يي‪.‬‬ ‫وِي واء فإِن اّلل ع َ و ل ولالكِكته يصنون ىَل‬ ‫الىت َس ِِ‬ ‫‪80‬‬

‫‪81‬‬

‫‪82‬‬

‫‪83‬‬

‫‪84‬‬

‫جج‬ ‫‪ َ ْ Syu’aib‬ج‬ ‫‪ َ َ mengatakan‬ج‬ ‫‪َّ َ َ َ َّ َ bahwa‬‬ ‫‪ْ HR Ahmad‬‬ ‫‪َ ْ 3/367.‬‬ ‫‪َ ْ Al-Arnauth‬‬ ‫‪َ ْ hadits‬‬ ‫‪Syaikh‬‬ ‫األس َودِ‬ ‫اْليْ ِط‬ ‫ض و َِي‬ ‫اْليْ جط األبي‬ ‫ْي مل جه‬ ‫اْش جبوا خَّت يتب‬ ‫َو‪ُini‬كوا َو‬ ‫‪derajatnya hasan dilihat dari jalur lainnya, yaitu hasan lighairihi.‬‬ ‫َ ْ َ ْ ج َّ َ‬ ‫َ َ َ َّ‬ ‫‪81 HR Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095‬‬ ‫ْ‬ ‫ُّ‬ ‫‪82 Al-Majmu’, 6/359‬‬ ‫الصيام إَِل الني ِل‪.‬‬ ‫وِي امفج ِر ثه أت ِىوا ِ‬ ‫‪83 HR Muslim No. 1096‬‬ ‫‪84 Aunul Ma’bud, 6/336‬‬ ‫َ َ َ ج َ َّ ج َ‬ ‫ِب ْْي َوا َع َّجنجوا اَمْفِ ْط َر َوأ َ َّخ جر ْوا ُّ‬ ‫الس جد ْو َر‪.‬‬ ‫َل ي َال انلاس ِ‬ ‫ ‪80‬‬

‫‪Memulai Puasa Ramadhan |35‬‬

َ َ َ َ َ ْ َْ َْ َ َ َ ْ‫َ َ ج‬ .‫ام جل‬ ‫صي‬ ِ ‫الصيام قبل امفج ِر فال‬ ِ ِ‫و ْي ل ْه ُي ِىع‬

"Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya seteguk air. Karena َ َ ‫ ج‬minum ‫ ج َ َ ْ ٌ ج‬sekalipun َ َّ hanya ُّ dengan َ َ sesungguhnya ْ ‫ ج‬yang ْ َ 85ْ . َ ْ makan ‫َتْ َرمج‬dan َ ‫ج‬ ْ َّ َ ٌ Allah para malaikat bershalawat kepada orang-orang ‫ان فجر ُيرم امطعام وَتِل فِيهِ الصالة وفجر‬ ‫ج جر فج‬ ‫امف‬ ِ ‫ر‬sahur” َ Beberapa penjelasan dan hadits di atas, dapat dikatakan bahwa perintah َ َ ْ ‫ْ َّ َ ج‬ ُّ ‫الةج‬ ْ ‫الص‬ ‫ َع ج‬penekanan َّ ِ‫ ُّل فِيْه‬sekaligus َ Nabi  di sini bersifat Hal ini‫أ‬dilihat dariِ‫ه‬tiga .‫ام‬ ‫امط‬ ‫د‬ ‫يص‬ ( ‫الصالة‬ ‫فِي‬ ِ ‫بحِ ) َوي‬anjuran. sisi: a. Hal itu memang diperintahkan. َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ‫َ ْ َ َ َ َ ْ َ ج‬ ْ . ‫ء‬ ‫َش‬ ‫نيت‬pembeda ‫ يصوم ف‬antara ‫راد أن‬puasa ‫وي أ‬ b. Sahur sebagai syi’ar puasa kaum muslimin dan ِ ‫سدر ب‬ mereka dengan puasa pemeluk agama lain. c. Larangan untuk meninggalkannya. َ ‫الس ج‬ َّ ‫ت َ َس َّد جروا فَإ َّن ِف‬ َ َ‫دور ب‬ . ‫ة‬ ‫ك‬ ‫ر‬ Ketiga sisi ini merupakan keterikatan yang ِ sangat kuatِ sekaligus dalil ِ yang sangat jelas. ْ kitab Berdasarkan itu semua, Bari (IV/139), ‫ َ ْ َ ج‬di dalam ْ َ Fathul َ َ َ ْ al-Hafizh َ ‫فَ ْ ج‬ َّ ِ ‫ص َي‬ ‫د ِر‬menukil ‫كنة الس‬ ‫اب أ‬ ‫ام‬ ‫او َِنا‬menganjurkan ‫ص َي‬ ِ ‫ َو‬yang ِ ‫صل وا َبْي‬ Ibnu Hajar . ’ijma (kesepakatan dan ِ ‫أو ِل امكِت‬ualama) mensunnahkan sahur. Wallahu a’lam 86. Terkait kita َ َ ‫ ج‬ini, ‫ َ ْ ج‬sering َ ٌ َ َ َ ‫ ج‬yang َ َ makan ْ َ ْ َ sahur َ َ fenomena ‫ ج ج‬sunnah َ ْ َ ْ dengan ‫ َد ج‬ada َ َ‫َ أ‬ ‫الس ج‬ َّ ْ ‫ج‬ ‫ه‬ ‫ك‬ ‫رد‬ ‫خ‬ ‫رر‬ ‫رة‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ُي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫ور‬ ‫د‬ jumpai berupa jadwal imsak sahur beberapa menit sebelum subuh. Apakah hal ini dibenarkan? َ َ َ ُّ َ ‫ْ َ َ َّ ِّ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َ َ َ ج ج‬ َ‫ج‬ َ ‫در‬ ‫ن اّلل‬makan ‫وِي‬ .‫يي‬ ‫ىَل‬87,‫ون‬ ‫يصن‬memberikan ‫ل ولالكِكته‬batasan ‫ع َ و‬waktu ِ ‫الىت َس‬ Dalam ini syariat ِ ‫واء فإ‬sahur ِ masalah adalah azan subuh. Hal ini berdasarkan firman Allah ,

‫َ ج ج َ ْ َ ج َ َّ َ َ َ َّ َ َ ج‬ ْ ‫اْليْط‬ َ ْ ‫اْليْ جط األبْ َي جض و َِي‬ َ ْ ‫ل جه‬ ِ‫األس َود‬ ‫وُكوا واْشبوا خَّت يتبْي م‬ ِ َ َّ ‫َ ْ َ ْ ج‬ َّ َ َ َ ْ ُّ .‫الصيام إَِل الني ِل‬ ِ ‫وِي امفج ِر ثه أت ِىوا‬ “Dan makan minumlah hinggaَ terang bagimu putih benang َ َ ‫ ج‬hitam, َ (datang) ْ َ dari َّ‫ج‬benang ‫ج‬ ْ‫اَمْفط‬itu‫نجوا‬sampai َ ُّ‫ َر َوأ َّخ جر ْوا الس‬puasa َ.‫ جد ْور‬sempurnakanlah َّ yaitu ajar. Kemudian malam” (Qs ‫ال انلاس ِِبْي وا ع‬ َ َ َ‫ي‬Al‫َل‬ ِ

Baqarah 187). Dan syariat menganjurkan untuk mengakhirkan sahur, berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit  berkata, “Kami sahur bersama Nabi, kemudian beliau berdiri untuk shalat Subuh.” Anas, bertanya, “Berapa lama jarak antara selesai 85 86 87

HR Ahmad 3/12, dari Abu Sa’id Al-Khudri. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya Sifat Shaum Nabi, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali Abdul Hamid. Penjelasan disalin dari Majalah al-Furqon no. 127 Ed. 1 Thn ke-12 1433H/2012M dalam Rubrik Soal-Jawab

36 | Tutorial Ramadhan

.‫د ِريي‬ ِ ‫وِي واء فإِن اّلل ع َ و ل ولالكِكته يصنون ىَل الىتس‬

‫َ ج ج َ ْ َ ج َ َّ َ َ َ َّ َ َ ج‬ ْ ‫اْليْط‬ َ ْ ‫اْليْ جط األبْ َي جض و َِي‬ َ ْ ‫ل جه‬ ِ‫األس َود‬ ‫وُكوا واْشبوا خَّت يتبْي م‬ ِ َ َّ ‫ ج‬lima sahurnya dengan azan?” Zaid menjawab, َ َ َ sekitarُّ bacaan َّ “Lamanya ْ َ ْ puluh ْ .‫الصيام إَِل الني ِل‬ ayat.” ِ ‫و َِي امفج ِر ثه أت ِىوا‬ Rasulullah  bersabda, َ ‫َ َ َ ج َ َّ ج‬ ُّ ‫ِب ْْي َوا َع َّجنجوا اَمْ ِف ْط َر َوأَ َّخ جر ْوا‬ .‫الس جد ْو َر‬ ِ ‫َل ي َال انلاس‬ 88

“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan makan sahur.”89 Imsak (yang ada) telah melarang kita dari apa yang dibolehkan syariat dan memalingkan kita dari menghidupkan sunnah mengakhirkan sahur. Kami memahami bahwa maksud para pencetus imsak adalah sebagai bentuk kehati-hatian agar jangan sampai masuk waktu subuh, sedangkan orang-orang masih makan atau minum. Akan tetapi, ini adalah urusan ibadah sehingga harus berdasarkan dalil yang shahih. Jika kita hidup di zaman Nabi , apakah kita berani membuat-buat waktu imsak, melarang Rasulullah  makan sahur jauh-jauh sebelum waktu subuh tiba? Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i  mengatakan, “Termasuk bid’ah yang mungkar yang telah tersebar pada zaman sekarang adalah mengumandangkan azan kedua sebelum subuh sekitar 15 menit pada bulan Ramadhan, dan mematikan lampu-lampu sebagai tanda peringatan haramnya makan dan minum bagi orang yang hendak puasa. Mereka mengklaim bahwa hal itu sebagai bentuk kehati-hatian dalam ibadah. Mereka mengakhirkan berbuka dan menyegerakan sahur, mereka menyelisihi sunnah. Oleh karenanya, sedikit sekali kebaikan yang mereka terima, bahkan mereka malah tertimpa petaka yang banyak, Allahul musta’an.”90 Syaikh al-Albani  berkata, “Dan termasuk faedah hadits ini adalah batilnya bid’ah imsak sebelum fajar sekitar seperempat jam, karena mereka melakukan hal itu dengan alasan khawatir azan subuh dikumandangkan sedangkan mereka tengah makan sahur. Seandainya saja mereka mengetahui keringanan ini, niscaya mereka tidak akan terjatuh dalam kebid’ahan tersebut.”91 Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu imsak sebelum subuh adalah bukan patokan yang menghalangi sahur, bahkan hal itu adalah 88 89 90 91

HR Bukhari: 1921 dan Muslim: 1097 HR Bukhari: 1957 dan Muslim: 1098 Fathul Bari 4/199 Tamamul Minnah hlm. 417-418

Memulai Puasa Ramadhan |37

perbuatan baru dalam Islam yang menjadikan kita jauh dari sunnah Nabi . Wallahu a’lam.

8. Menyempurnakan Puasa Hingga Malam Jika telah datang malam dari arah timur, menghilangkan siang dari arah barat dan matahari telah terbenam bebukalah orang yang puasa. Dari Umar , ia berkata Rasulullah  bersabda, artinya: “Jika malam datang dari sini, siang menghilang dari sini dan terbenam matahari, telah berbukalah orang yang puasa” 92. Hal ini terwujud setelah terbenamnya matahari, walaupun sinarnya masih ada. Termasuk petunjuk Nabi  jika beliau puasa menyuruh seseorang untuk naik ke satu ketinggian, jika orang itu berkata: “Matahari telah terbenam”, beliaupun langsung berbuka 93. Sebagian orang menyangka malam itu tidak terwujud langsung setelah terbenamnya matahari, tapi masuknya malam setelah kegelapan menyebar di timur dan di barat. Sangkaan seperti ini pernah terjadi pada shahabat Rasulullah , kemudian mereka diberi pemahaman bahwa cukup dengan adanya awal gelap dari timur setelah hilangnya bundaran matahari. Dari Abdulah bin Abi Aufa , ia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah  dalam suatu safar (perjalanan), ketika itu kami sedang berpuasa (di bulan Ramadhan). Ketika terbenam matahari, Rasulullah  bersabda kepada sebagian kaum: “Wahai Fulan (dalam riwayat Abu Daud: Wahai Bilal) berdirilah, ambilkan kami air.” Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau engkau tunggu hingga sore”, (dalam riwayat lain: matahari). Rasulullah  bersabda, “Turun, ambilkan air.” Bilal pun turun, kemudian Nabi  minum. Beliau bersabda, artinya: “Kalau kalian melihatnya niscaya akan kalian lihat dari atas onta, yakni matahari.” Kemudian beliau melemparkan (dalam riwayat lain: berisyarat dengan tanganya) 94, kemudian berkata: “Jika kalian melihat malam telah datang dari sini maka telah berbuka orang yang puasa.” 95 Telah ada riwayat yang menegaskan bahwa 92 93 94 95

Hadits Riwayat Bukhari 4/171, Muslim 1100. Sabda beliau "Telah berbuka orang yang puasa" yakni dari sisi hukum bukan kenyataan karena telah masuk waktu berbuka. HR Al-Hakim 1/434, Ibnu Khuzaimah 2061, dishahihkan oleh Al-Hakim menurut syarat Bukhari-Muslim. Dalam riwayat Bukhari- Muslim: berisyarat dengan telunjuknya ke arah kiblat HR Bukhari 4/199, Muslim 1101, Ahmad 4/381, Abu Daud 2352. Tambahan pertama dalam riwayat Muslim 1101. Tambahan kedua dalam riwayat Abdur-Razaq 4/226. Perkataan beliau : "Ambilkan segelas air" yakni: siapkan untuk kami minuman dan makanan.

38 | Tutorial Ramadhan

para shahabat Nabi mengikuti perkataannya, dan perbuatan mereka sesuai dengan perkataan Rasulullah . Abu Said Al-Khudri  berbuka ketika tenggelam (hilangnya) bundaran matahari 96.



96

HR Bukhari dengan mu'allaq 4/196 dan dimaushulkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 3/12 dan Said bin Manshur sebagaimana dalam Al-Fath 4/196, Umdatul Qari 9/130, lihat Taghliqut Ta'liq 3/195.

Memulai Puasa Ramadhan |39

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” Qs Al-Baqarah 183 _____________________________________________

40 | Tutorial Ramadhan

‫‪Hukum‬‬ ‫‪Puasa Ramadhan‬‬ ‫‪Puasa pada bulan Ramadhan merupakan sebuah kewajiban, Allah ‬‬ ‫‪berfirman:‬‬

‫َ َ ُّ َ ذ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ُ ّ َ ُ َ َ ُ َ َ َ‬ ‫َع ٱ ذَّلِيبوَ‬ ‫لصيام كها كتِبب‬ ‫يَٰأيها ٱَّلِيو ءاننوا كتِب عليكم ٱ ِ‬ ‫َ َ ذ ُ ْ َ َ ذ ُْ ْ ُ َ ذ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ذ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ن‬ ‫ِك َم ل َعلَ ُكم تت َقو‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َنِو قتل ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫لص َيام ك َها كتِبب َع ٱَّل َ‬ ‫ِيبو‬ ‫يَٰأ ُّي َها ٱَّلِيو ءاننوا كت ِ‬ ‫ب عليك ُم ٱ ِ‬ ‫‪ َ َ ْ sebagaimana‬ذ‬ ‫‪ orang-orang‬ذ‪"Hai‬‬ ‫‪diwajibkan‬‬ ‫‪ُ berpuasa‬‬ ‫َ َ َ َ ُّ ْ ََ َ ذ ُ‬ ‫ك ْ ْم ُ ذ َت ذ‬ ‫‪َ َ َ ُ yangَ َberiman,‬‬ ‫‪َ atas‬ن َ‪َ َ .‬‬ ‫‪ُ kamu‬ق َ ْو َ‬ ‫‪ْ Al-Baqarah‬م َ ل ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ِك‬ ‫نفيَٰأِوهيق‬ ‫‪diwajibkan‬‬ ‫‪atas‬‬ ‫‪orang-orang‬‬ ‫‪sebelum‬‬ ‫‪kamu‬‬ ‫‪agar‬‬ ‫‪kamu‬‬ ‫”‪bertakwa‬‬ ‫‪(Qs‬‬ ‫ب فعليلصه‬ ‫لشت ِهر‬ ‫كنمواٱ ك‬ ‫وهاتلشٱ ِهَّلدِي نوِنءان‬ ‫لصيام كها كتِبب َع ٱَّلِيبو‬ ‫يكه‪.‬م ٱ ِ‬ ‫‪183).‬‬ ‫َ َ َ ُ ْ َ َ ذ ُ ْ ذ َ ذ ُ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َٰ‬ ‫َ‬ ‫ذ‬ ‫كٱملشتهت َرق َوف َليص ْه َ‬ ‫ُفن َه َِو ْوق ْتشل ْه َد َ‬ ‫ُٰ َ ذ َُ‬ ‫ِك ُمنِنْل َعَلُ ُ َ ْ‬ ‫ُم ذه ا‬ ‫بدا ََتْ ُ‬ ‫بدهُ‬ ‫الش ِ‬ ‫نه‪.‬ال إ ِ َل إِال اّلل وأن‬ ‫كمْم شس شها ة ِ أ‬ ‫َم َع‬ ‫ة ِِن ِ‬ ‫‪"Maka‬‬ ‫‪melihat bulan‬‬ ‫‪ َ ْ َ hendaklah‬ذُ َ‬ ‫‪ (Ramadhan),‬ذ‬ ‫َ‪َ ُ ُ ْ ْ ُ َ َ َ ia‬‬ ‫‪َ barangsiapa‬‬ ‫‪ َ َ diَ antara‬ذ ْ ِ ُ َ َ َ‬ ‫‪َ َ itu‬‬ ‫‪ْ kamu‬اْلَيْ‬ ‫ِإَويت َافَءِ َ َ‬ ‫لي ذ َ‬ ‫الزُص ََْك ْهة ِ ُه َ‪َ .‬و َح َٰ َ ِ ّج ذ‬ ‫ش ِه َ َ‬ ‫امِن َ‬ ‫ِإَوق ُنِ‬ ‫الص َ ُم َْٱة ِ‬ ‫‪َ (Qs‬‬ ‫‪ٰ 185).‬‬ ‫‪َ al-Baqarah‬م اض‬ ‫ت َوصوم ذر‬ ‫ُوفرَهشوول‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫لش‬ ‫ك‬ ‫د‬ ‫ْ‬ ‫”‪berpuasa‬‬ ‫ِ‬ ‫انتْ‪ُ .‬‬ ‫ُ‬ ‫بدهُ‬ ‫الشَم َع ْم شس شها ة ِ أن ال إِل إِال اّلل وأن ُمهبدا َ‬ ‫ة ِِن ِ‬ ‫‪Rasulullah  bersabda:‬‬ ‫َ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ َْ َ ََ ُ ِ َ َ َ ذ ذ َ َ َ ْ َ ذ َ َ َ َ َ ذ ْ َ َ ا ْ َ َ َٰ ّ َ ذ ْ َ ْ ٰ ُ َ َ َ ذ ْ ِ ُ َ َ ذ َ َا َ‬ ‫انََ‪.‬تْ ُ‬ ‫بدهُ‬ ‫ةوشر َش َ‬ ‫ت‬ ‫ح ِلج إ ِاْل‬ ‫نة ِ‪ .‬و‬ ‫َمام‬ ‫ولمشِإَوق‬ ‫الي ِ‬ ‫الزأئَكا‬ ‫ِإَويتشاهع ِءا شة ِي‬ ‫سط ذو‬ ‫َنة ِشت‬ ‫َعال‬ ‫ض‬ ‫الر‬ ‫ضا‬ ‫اّللووأصنومُمرهمبد‬ ‫الص أْم‬ ‫ان إ ِ‬ ‫ال إ ِ‬ ‫ِنهر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َُ ُ َ ذ ذ َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َة ِ َ َ‬ ‫ِإَويتا َءِ َ ْ ذ َ َ‬ ‫وَرشول َِإَوق َ ِ‬ ‫ام الص ْ‬ ‫ت َو َص ْو ِم َر َمضان‪.‬‬ ‫الز ائاَك‪.‬ة ِ َوح ِ ّج اْلَيْ ِ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ش ْه َر َر َمضان إِال أن تطوع شي‬ ‫‪"Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi‬‬ ‫‪ sesembahan‬ذ‪ْ َ ada‬‬ ‫‪ َ tidak‬ذ ذ َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ َ َ َ yang‬‬ ‫‪ْ َ bahwa‬‬ ‫ا‬ ‫‪Allah,‬شيئا‪.‬‬ ‫‪mendirikan‬طوع‬ ‫‪ shalat,‬إِال أن ت‬ ‫‪membayar‬مضان‬ ‫ش ْهر ر‬ ‫‪haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan‬‬ ‫‪zakat, menunaikan haji dan puasa pada bulan Ramadhan” 97.‬‬ ‫‪HR Muslim 1: 34/122‬‬

‫‪Hukum Puasa Ramadhan |41‬‬

‫ ‪97‬‬

‫ََ ْ َ َ ْ ُ ُ ذ‬ َ َ‫لشه َر ف‬ .‫لي ُص ْه ُه‬ ‫فهو ش ِهد نِنكم ٱ‬

َ ُ ‫َ َ َ َ ْ َ َٰ َ ذ ٰ ُ َ َ ذ‬ َْ ََ َُ ْ ْ َ ُ ‫ُم ذه ا‬ ُ ْ‫بدا ََت‬ ُ‫بده‬ ِ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫س‬ ‫ة ِِن‬ ‫ْم‬Arab ‫اّلل‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ َع‬Baduy ‫الشَم‬ ِ ِ ‫ش‬ ِ pernah Dalam hadits yang lain, diriwayatkan bahwa seorang َ kusut, datang َ menemui Nabi ْ dalam kemudian َ ‫ ذ‬berambut َ ُ ُ ُ dia َ ‫ام ذ‬ َ ِ ‫َة‬ َ‫ َح ِ ّج ْاْل‬keadaan ِ ‫ َو َص ْو‬, ِ ‫ِإَوق‬ ِ‫اء‬mengenai .‫ان‬kepada ‫م َر َمض‬beliau ‫ت‬ ‫الزَكة ِ َو‬ ‫ِإَويت‬ ‫الص‬ ‫ول‬Allah ‫َو َرش‬ ِ ‫”ي‬Beritahukan berkata aku puasa yang wajibkan padaku.” Kemudian Rasulullah  bersabda:

ْ َ َ ‫َ َْ ََ َ َ ذ َْ َذ ذ‬ ‫ا‬ .‫شهر رمضان إِال أن تطوع شيئا‬

"(Puasa yang wajib bagimu adalah) puasa Ramadhan. Jika engkau menghendaki untuk melakukan puasa sunnah (maka lakukanlah).98” Para ulama kaum muslimin juga telah sepakat tentang wajibnya puasa ini dan seseorang akan kafir jika mengingkari wajibnya hal ini. Puasa Ramadhan ini tidak gugur bagi orang yang telah dibebani syariat kecuali apabila terdapat ‘udzur (halangan). Rincian syarat dan halangan serta keringanan bagi orang yang berpuasa akan dijelaskan dalam Bab selanjutnya.

Jangan Sepelekan Kewajiban Ini Di akhir zaman saat ini, kita sering melihat banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban yang agung ini. Di jalan-jalan ataupun tempat-tempat umum, banyak orang yang mengaku muslim tetapi tidak melakukan kewajiban ini atau sengaja membatalkannya. Mereka secara terang-terangan makan dan minum di tengah-tengah saudara mereka yang sedang berpuasa tanpa merasa berdosa sama sekali. Padahal mereka adalah orang-orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan tidak memiliki udzur. Sebagai peringatan bagi mereka, semoga Allah  memberikan hidayahNya, kami bawakan sebuah kisah dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili . Beliau menuturkan bahwa beliau mendengar Rasulullah  bersabda, artinya: “Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata,”Naiklah.” Lalu kukatakan,”Sesungguhnya aku tidak mampu.” Kemudian keduanya berkata,”Kami akan memudahkanmu.” Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras. Lalu aku bertanya, ”Suara apa itu?” Mereka menjawab, ”Itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.” Kemudian dibawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (Abu 98

HR Bukhari 9/29: 6956

42 | Tutorial Ramadhan

Umamah) bertanya,”Siapakah mereka itu?” Rasulullah  menjawab,”Mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya.99” Lihatlah, siksaan bagi orang yang membatalkan puasa dengan sengaja dalam hadits ini. Sungguh begitu dahsyat dan menghinakan, karena mereka sengaja berbuka (membatalkan puasanya) sebelum tiba waktunya. Nah, kira-kira, bagaimana dengan orang yang (dengan sengaja) enggan berpuasa sejak awal Ramadhan (hingga akhir) atau bahkan tidak pernah berpuasa sama sekali? Wallahul musta’an. Renungkanlah hal ini, wahai saudaraku!!



99

HR An-Nasa’i dalam Al-Kubra, sanadnya shahih. Lihat Shifat Shaum Nabi, hal. 25.

Hukum Puasa Ramadhan |43

“Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah yang lain” __________________________________

44 | Tutorial Ramadhan

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan

Apakah yang dimaksud dengan “syarat”?

Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum menjalankan ibadah dan keberadaannya harus kontinyu (terus menerus) sampai selesainya ibadah tersebut. Dalam pembahasan syarat puasa, para ulama kita membaginya dalam beberapa rincian, yakni: syarat wajib puasa, syarat wajib penunaian puasa dan syarat sahnya puasa. Berikut penjelasannya:

1. Syarat Wajib Puasa100 Syarat wajibnya puasa yaitu: (1) Islam, (2) berakal, (3) sudah baligh 101, dan (4) mengetahui akan wajibnya puasa.102 Syarat Wajibnya Penunaian Puasa103 Syarat wajib penunaian puasa, artinya ketika ia mendapati waktu tertentu, maka ia dikenakan kewajiban puasa. Syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut: 100 Disebut dengan syarat Wujub Shaum. 101 Tanda baligh adalah: (1) Ihtilam, yaitu keluarnya mani dalam keadaan sadar atau saat mimpi; (2) Tumbuhnya bulu kemaluan; atau (3) Dua tanda yang khusus pada wanita adalah haid dan hamil; (4) Jumhur ulama memilih umur 15 tahun adalah awal baligh bagi seseorang (Lihat Al-Mawsua’ah Al-Fiqhiyah, 2/3005-3008). Namun demikian sebagian fuqaha’ menyatakan bahwa diperintahkan bagi anak yang sudah menginjak usia tujuh tahun untuk berpuasa jika ia mampu sebagaimana mereka diperintahkan untuk shalat. Jika ia sudah berusia 10 tahun dan meninggalkannya –padahal mampu-, maka hendaklah ia dipukul. (Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916). 102 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916 103 Disebut dengan syarat Wujubul Adaa’ Shaum

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan |45

ََ َ ْ ُ ْ ََ ُ َ َ ُ ْ َ .‫ِي‬ َْ ‫نْد َّْمْغليْس ْْمْفأز ِهلَاْال ِػ َّد ْةْثلث‬ ْ ِ ‫فإ‬ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ

ُ ْ

َ َ ْ ََ

(1) Sehat, tidak .ًْ ‫ه‬dalam ‫ْفليص‬keadaan ‫ُْمْالشٍ َْر‬sakit. ‫وْش ٍِ ْدْنِيس‬ ْ ‫ذه‬ (2) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. Dalil kedua syarat ini adalah firman Allah , artinya: “Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit ْ َ berbuka), َ ُ ْ perjalanan ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ atau َّ ُ ‫َْمْحَ ُص‬maka baginya berpuasa), ‫حْيَ ْمْحض‬ ْ ‫ونْ َواألض‬ ْ dalam ‫( ْط ُْرْيَ َْ َْمْتف ِطر‬lalu ‫ْ َوال ِف‬ia‫َن‬ ْ ‫َم‬ َْ َ‫( َْ ُْمْي‬wajiblah ‫الص‬ sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (Qs AlBaqarah 185). َ َ ْ َّ dalam ُ ْ syarat َ ٍ‫ َش‬wajib ُ ‫ص ْه‬ ُ ‫لْ َي‬termasuk ْ ‫ َذ َه‬penunaian puasa dan ُ‫س‬ Kedua syarat ini ْ ‫ر‬ ٍ ‫الش‬ ْ ْ ‫م‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ْ ْ ‫د‬ ْ ْ ‫و‬ . ْ ً ‫ف‬ ْ ِ bukan syarat sahnya puasa dan bukan syarat wajibnya qadha’ puasa. Karena syarat wajib penunaian puasa di sini gugur pada orang yang sakit َّ َ ْ mereka ْ ُ Ketika dan َّ orang yang bersafar. saat itu, barulah َ ُ َ berpuasa َ tidak َ َ ُ َ َ ِ ‫ِيجْل ِلي‬ ْqadha’ .‫اس‬ ْmereka ‫َار‬berdasarkan ‫هْم‬ ْ ِ ْ‫ل‬ ْ ‫ثِْْق‬kesepakatan ‫وْاألٌِل‬ ِْ ‫كْغ‬ ْpara ‫لَى‬ulama. ‫ ي َ ْسأ‬Namun jika mereka tetap berpuasa dalam keadaan demikian, puasa mereka tetap sah. ْ َ َ َ ْ adalah (3) Suci dari haid dan Dalilnya dari Mu’adzah , ْ nifas. ُ hadits َ ُ ُ .ًِْ ِ ‫ؤيخ‬bertanya ‫ ِطرواْل ِر‬kepada ‫ؤيخ ِ ًِْْوأف‬Aisyah ‫َمَاْل ُِر‬ ‫ ُص‬berkata, “Mengapa dia berkata, “Saya seraya gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ َ Aisyah َّ ْMaka َ kamu dari golongan َ ُshalat?” َ َ َ َ ْ “Apakah ُّ ‫ال َْت َق َد‬ َ َْ َ‫ ْوْي‬Aku ْ َmenjawab, ْ ‫ة َص‬menjawab, ْ ‫ْا َنْيَ ُص‬ َ ‫ال‬ ِ “Aku bukan Haruriyah, akan tetapi ‫ن‬ ‫ْأ‬ ‫م‬ َ ‫ْي‬ ‫م‬ َ ْ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫اْر‬ َ ‫ن‬ ‫يَم‬ ‫جيل‬Haruriyah?.” ‫ْر‬ ‫يْ ِإ‬ ٍ ِ ِ aku hanya bertanya.” Dia menjawab, “Kami ْ dahulu juga mengalami ُ ‫فَل َي‬ haid, maka kami diperintahkan untuk.ً puasa dan tidak ُْ mengqadha’ ‫ص ْه‬ 104 diperintahkan untuk mengqadha’ shalat” . Berdasarkan para ulama pula, wanita yang dalam keadaan ْ َ kesepakatan ْ nifas َ َ puasa ْ َ tidak ْ َ َ wajib ْ َ ُْ ِّ َ wajib َ ُ َ haid ْdan .‫َا‬ ‫لْاّللِْْور‬mengqadha’ ْ ‫رَمخًِِْفتذل ِكْفليفرح‬dan ‫ قلْةفض‬puasanya 105.

ِ

2. Syarat Sahnya Puasa

ِ

َ

ِ

ِ

َ

َ ْ dua, َ ْ 106َ : ُ َّ َ ُّ َ ْ ada ُ َّ yaitu Syarat puasa ُ ْْ‫ظ ْيْم‬ َ ‫َْت‬sahnya . ‫ك‬ ْ ْ ‫ار‬ ْ ‫ن‬ ْ ْ ‫غ‬ ْ ‫ر‬ ْ ْ ٍ ْ ‫ش‬ ْ ْ ‫م‬ ْ ‫س‬ ْ ‫ل‬ ‫ظ‬ ْ ‫اسْ ْق ْدْْأ‬ ْ ‫اْانل‬ ْ ٍْ ‫ْأ ْح‬ ِ (1) Dalam keadaan suci dari haid dan nifas. Syarat ini adalah syarat terkena kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa. َ ُ sahَ puasa (2) Berniat. Niat merupakan َ َ puasa adalah ibadah ُ karena ْ ‫ْش‬ َ ‫ْر‬ ُ ‫ر‬syarat َ ‫ْن َت‬ َ ‫از ْم‬ ‫ك‬ ْ ‫ار‬ ْ . ٍ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ أح‬niat sebagaimana sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi : ُ َ ْ َ َ َّ َّ ّ ِْ ‫إِجهاْاألخهالْةِانل ِي‬ .‫ات‬

"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.107” Niat puasa ini akan dijelaskan lebih rinci pada bab selanjutnya. 104 105 106 107

HR Muslim no. 335 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916-9917 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/ 97 dan Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9917 HR Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al-Khattab 

46 | Tutorial Ramadhan

3. Rukun Puasa Ramadhan Apa pula yang dimaksud dengan “rukun”? Rukun adalah sesuatu yang harus ada di dalam ibadah karena ia bagian darinya dan tidak harus kontinyu menjalani sesuatu tersebut sampai selesainya suatu ibadah. Berdasarkan kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar (fajar shadiq) hingga terbenamnya matahari 108. Hal ini berdasarkan firman Allah :

َ ‫َ لل َ ر َ ل َ ى َََى َ َ ل‬ َ ‫اْلير لط راْلَبر َي لض ن َِو ر‬ َ ‫ك لم ر‬ َ‫اْلير ِط راْل رسو ِد‬ ‫وُكوا واْشبوا حَّت يتبَّي ل‬ َ ‫َ رَ ر ل ى‬ ‫َ َ َ ى‬ ‫ر‬ ُّ .‫الصيام إَِل اللي ِل‬ ِ ‫نِو الفج ِر ثم أت ِهوا‬

"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” (Qs AlBaqarah 187) 109.

108 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9915 109 Yang dimaksud dari ayat adalah terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang dimaksud benang secara hakiki. Pembahasan tentang fajar secara rinci akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan |47

“Nabi  lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al-Qur’an, shalat, zikir dan i’tikaf” Ibnul Qayyim  __________________________________________________________

48 | Tutorial Ramadhan

Sunnah-Sunnah Puasa

Di antara sunnah-sunnah dalam menjalankan ibadah puasa adalah: 1. Mengakhirkan Sahur Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, disunnahkan bagi orang yang hendak berpuasa untuk makan sahur. Dalam makan sahur, disunnahkan untuk mengakhirkannya hingga menjelang fajar. Hal ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Nabi . Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ”Berapa lama jarak antara azan shubuh 110 dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitar membaca 50 ayat” 111. Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.” Ibnu Hajar  mengatakan, “Maksud sekitar membaca 50 ayat artinya waktu makan sahur tersebut tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu cepat.” Al-Qurthubi  mengatakan, “Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur adalah sebelum terbit fajar.” 110 111

Yang dimaksudkan dengan azan di sini adalah azan kedua yang dilakukan oleh Ibnu Ummi Maktum, sebagai tanda masuk waktu shubuh atau terbit fajar (shadiq). (Lihat Fathul Bari, 2/54) HR Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097

Sunnah-sunnah Puasa |49

Bolehkah Makan Sahur Setelah Waktu Imsak (10 Menit Sebelum Azan Shubuh)? Dalam hal ini Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz  pernah ditanya: “Beberapa organisasi dan yayasan membagi-bagikan Jadwal Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadwal ini khusus berisi waktuwaktu shalat. Namun dalam jadwal tersebut ditetapkan bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum) adalah 15 menit sebelum azan shubuh. Apakah seperti ini memiliki dasar dalam ajaran Islam?” Syaikh  menjawab: Saya tidak mengetahui adanya dalil tentang penetapan waktu imsak 15 menit sebelum azan shubuh. Bahkan yang sesuai dengan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, imsak (yaitu menahan diri dari makan dan minum) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya waktu shubuh). Dasarnya firman Allah ,

َْ ُ َ َ ‫َ ُُ َ ْ َ ُ َ ى َََى‬ َ ْ ‫اْليْ ُط ْاْلَبْ َي ُض ن َِو‬ َ ْ ‫ك ُم‬ ِ‫اْليْ ِط اْل ْس ََد‬ ‫وُكَا واْشبَا خَّت يتتَّي ل‬ ْ َْ َ . ‫ر‬ ‫ج‬ َْ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ‫َن ُ ُِو ال َف ْ َِ ُ َ ى َ َ َ ى‬ َ ْ ‫ك ُم‬ َِ‫اْليْ ُط ْاْلبْ َي ُض نِو اْلي ِط اْلسَد‬ ‫وُكَا واْشبَا خَّت يتتَّي ل‬ "Dan makan minumlah hingga terang bagimu ُ ٌ ْ َ َ ُ َ ‫ ى َ ُ َ َ ُّ ْ ى‬benang ُ putih َ dari benang َ َ ُ ْ hitam, ْ ْ ْ ْ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َ ٌ yaitu ‫الرم‬fajar” ‫(الر َت‬Qs ‫فج‬Al-Baqarah ‫ الصالَ و‬187). ًِ‫ان فجر ُيرم الطعام وَتِل فِي‬ ِ ‫ر‬.‫نالفِوجالرف فججِر‬ Juga dasarnya adalah sabda Nabi َ َ ْ َ َُ ‫ْ ى‬ ُّ ُ َ ُ.‫الط َعام‬ ‫د ُّل فِيًِْ ى‬: َ‫الصتْحِ ) َوي‬ َ ُ ْ ٌ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ََ ‫ص َ َُ َ ْ ى َ َ ُ َ ى ُ َ ُ َ ْ َ َ ِ ْ ُ ُّ ْ ْ َ ْ َ ُ ى‬ َ َ ‫َ َ ُ (أ‬ ْ‫ي ى‬ ْ ْ َ ‫الص‬ ْ ًُِ َ ‫َف ُِي‬ ُ‫الرم‬ َ ْ ْ‫َت‬ ُ ٌ َ ُ َ ‫الَِو وف‬ ‫اْلًِبيالص‬ ‫ط فِي‬ ‫اْليَتِل‬ ‫كعمام و‬ ‫َّي لالط‬ ‫ُيرم‬ ‫خج‬ ‫ان ف‬ ‫جرو فج‬ ِ ‫اْشبرَا‬ ِ‫الراْلسَد‬ ‫والفُكَا‬ ‫اْليج ِط‬ ‫ضن‬ ‫َّتر يتت‬ ُ َ ْ ُّٰ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ُّ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ّ ُ َ َ ُ ْ ً ‫ى ْ َ ْ َ َ ى‬ ُ ‫الطابْ َع ُو‬ ‫َّت فيُِيَْؤًِ ّذ َِن ى‬ ‫صل ف‬ .ٍٍ َ‫ ِ ّم َنْ ُخ‬.‫امأ‬ ‫خ‬ ‫دل‬ ِ‫َُكَاالصوتح‬ ِ ‫اْش)ب وَاي‬ ِ ‫ؤذ(أِن ة‬.َ ‫الصالج ي ِر‬ ‫إ ِفنِينِوًِة ِالَف‬ ٍ ‫يلي‬ "Fajar ada dua [Pertama] fajar dihalalkan ْ ُ َ َ ْ ُ َ ‫ ُ َ ُ ى‬untuk ْ َ َ َ macam: ً َ َُ َ ْ َ َ ‫َى‬ ُ ْ َُ ٌ ْ makan َ َ ُ ُّ dan َ ْ َ diharamkan َ ّ ْ َ fajar ُ ٌ (yaitu َ ُ ُ shadiq, َ ‫انلى‬ ّ ْ ُ ٰ ْ ُ ُ ُّ ْ ْ ُ ‫ى‬ ُ‫الرم‬ ُ ‫ى‬ َ ْ‫َت‬ َ َ ِ untuk shalat fajar masuknya waktu shubuh) dan [Kedua] . ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ْي‬ ‫ِب‬ ‫اس‬ ٍ َ ‫خ‬ ْ ‫ن‬ ‫اْش‬ ‫و‬ ‫َا‬ ‫ُك‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ِن‬ ‫ذ‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫إ ِالن‬ .‫الر‬ ‫الصو أ‬ ‫َّت يفؤِيذًِِن اب‬ ٍ ‫الَم وفج‬ ‫ان ف ِج ٍر ُيرم الطع بام َِاوخَتِل‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫َالف‬ ‫ية ِجز ُر‬fajar ‫الف‬ ِ (yaitu yang diharamkan untuk shalat shubuh dan dihalalkan untuk makan fajar َ َ ْ َ َُ ُ ‫ْ ى‬ ُّ shadiq).” ُّ ُ َ ُ ‫الط َع‬ ‫فِيًِْ ى‬fajar َ ‫الص َ ُتْحِ ) ْ ْ َو‬ kadzib, fajar yang muncul sebelum َ َ ‫َ ُ(أ‬ ُ َ َ ًِ‫َف َِي‬ .َ ‫ام‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫ي‬ َ‫ي‬ َ َ ْ َ ِ ْ: ‫الصأ ى‬ َ ‫صنى ََّت‬ ُ ُ‫انل‬sabda ُ ْ ‫ِب‬ ‫انلى‬ Dasarnya lagi adalah ‫ ِرٌا‬Nabi ‫فِط‬.ِ ‫عنا ىجلل ْمَاحنال َخفِ ِظ ْطررة‬ .‫ج َْم‬ ‫لَع‬ ‫َّت‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ال يحز‬ ‫س ن ِا‬ ‫ْي‬ ‫اس‬ ِ ِ ٍ ْ َ ّ ُ ُ ْ َ ّ َ ُ ٰ َ ُ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ُ ّ َ ُ ًُ َ ‫ى‬ ُ َْ ُ َ ‫ال ىيُ َؤ ُّذِنَ َ َة ِْل َي ُ ٍُلُ ى ُفُكَا َ و‬ َ ٌَُ َ ‫إ ِ َن َة‬ ْ ‫اْش َْب ََا ُ ْخ ََّت ْ ىيؤ َذ ُِن ُاب ُو ْأَ ِم ن‬ ُ َ‫ال‬ َ ‫و َد ْع‬.َ ٍٍ ‫الر‬ َُ‫ْطخ‬ ‫َّت دع‬ ‫ثالَحَث ِ َزثالالأ حن ِرد‬ َ‫الص ِرائٌ ِام انلخج‬ ‫اإلَنان لام ْم حالنعخادِظِلر ة ِوفِط‬ ِ ‫ ُُف‬.‫ِالَّي َم‬ ِ ‫لَعَتسٍنم َِّت‬ ْ ُ ‫ْ َ َ َْ َ ُ ُ ِ ى ُ َ ْ َ َ ى‬ ْ َ ‫ْي ُ ُنا ع َج ُل‬ ُّ َ ‫انل‬ ُ .َ ‫َالاله َي َظز ٌلالَم‬ ُ َ‫ال‬ ‫و ى‬.َ ‫امَاالْ َعالافِد ُطِلر‬ َ ‫الصائ ُم خ‬ َ ‫الر َو َد ْع‬ ٍ ‫اس َد ِْعِب ََ ُت‬ ُ ‫ِالَّي ُُ ْف ِط‬ ‫ن‬ ‫اإل‬ ‫م‬ ٍ ‫د‬ ‫ر‬ ‫ثَثث ال ح‬ ِ ِ 50 | Tutorial Ramadhan ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ َ ُ ْ ‫َ َ ْ َ َ ْ ََ ُ ُ ِ ُ ى ى َ ُ َ َ ْ َ َ ى ُ ى‬ ُ ٰ َ ْ‫اء‬ َ ُ ‫ج ُر َإ ْن ُ َش‬ .‫اّلل‬ ‫ج ِال‬ ‫َّت وابخ‬ ‫الظنه ِأ‬ .‫بالَمأ‬ ‫الذالهٌحظزل‬ ‫َّتعنرا ل‬ ‫لَعلس ِن‬ .‫اْلط ِرٌ ِا انلجَم‬ ِ‫وقم حونثخت ِظجر ةِف‬

ْ ُ َ َ ‫َ ُُ َ ْ َ ُ َ ى َََى‬ َ ْ ‫اْليْ ُط ْاْلبْ َي ُض ن َِو‬ َ ْ ‫ك ُم‬ ِ‫اْليْ ِط اْل ْس ََد‬ ‫وُكَا واْشبَا خَّت يتتَّي ل‬ ْ َْ َ . ‫ر‬ ‫ج‬ ‫نِو الف‬ َ ُ َ َ ‫َ ُ ُ َ ْ َِ ُ َ ى َ َ َ ى‬ َ ْ ‫اْليْ ُط ْاْلَبْ َي ُض ن َِو‬ َ ْ ‫ك ُم‬ َِ‫اْليْ ِط ْاْل ْسَد‬ ‫وُكَا و‬ ‫َّي ل‬hari. ‫ يتت‬Makan ‫َا خَّت‬dan ‫اْشب‬ "Bilal biasa mengumandangkan azan di malam minumlah َ ُ َ ُّ ُ َ َ َ ْ mendengar ْ ْ ْ َ ُ ْ ْ ََ ‫ًِ ى‬Ibnu ُ Maktum. ْ‫ِل فِي‬Ummi ‫ج ٌر ”ُيْ َر ُم ى‬ sampai azan َ ْ‫َت‬kalian ٌ ‫ج‬ ‫الر ُم‬ ‫الر‬ ‫الصالَ ُ َوف‬ ‫ام َوَت‬ ‫الط َع‬ ‫ان ف‬ ‫ َر‬.‫ججِر‬ ‫نالفِوجالرف ف‬ ِ Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa Ibnu Ummi Maktum َ َ َ ْ ُ َ ‫ ى‬azan ُّ َ َ tidaklah ُ ُّ ْ ُ.‫عام‬buta َ ‫الط‬ ‫ ى‬dan ًِْ‫ فِي‬beliau ْ‫فِي‬ adalah seorang yang mengumandangkan ‫ل‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫و‬ ) ‫ت‬ ‫الص‬ َ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ( َ ‫الص‬ ً ِ ِ‫ح‬ ِ َ ُ sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh telah tiba, َ ْ ََ ُ ْ َ َْ َ ُْ َ ‫ام َوَت ُِّل فِيًِْ ى‬ ُ ‫الط َع‬ ‫ج ٌر ُُيْ َر ُم ى‬ َ ْ‫َت‬shubuh ٌ ‫ج‬ ‫الر ُم‬ ‫الر‬ ‫ف‬telah ‫الَ و‬tiba. ‫الص‬ ‫ان ف‬ waktu ” ِ ‫الفجر فجر‬ ُ ْ َ ّ َ ُّٰ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ُّ ُ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ّ ُ َ َ ُ ً ‫ى ْ َ ى‬ ُ ‫الطابْ َع ُو‬ ‫ى‬Berbuka 2. Menyegerakan ‫صل ف‬ ‫الصال ي‬ َِ‫إ ِفِينًِة‬ .ٍٍ َ‫ ِ ّم َنْ ُخ‬.‫امأ‬ ‫َّت فيُِيْؤًِذِن‬ ‫خ‬ ِ ‫َؤذ(أِن ة‬ ‫دل‬ ِ‫َُكَاالصوتح‬ ِ ‫اْش)ب وَاي‬ ٍ ‫يلي‬ 112

113

Rasulullah  bersabda:

َ ُ ُ ّ َ ‫َى َ َ َُ ً ُ ى‬ ْ َ ّ ُ ُ ْ َ ّ َ ُ .ٰ ‫ِب ْ ْْي َنا ُ ُ َع ىجَلُ َْا َ ُالْف ْط َر‬ ُ ِ ‫انلؤذ‬ ‫إ ِالن ية ِزَالال ي‬ .ٍٍ َ‫اسِن ة ِِلي ٍ ٍل فُكَا واْشبَا خَّت يؤذِن ابو أ ِم نْخ‬

ُ ُُ َ َ َ َ َ َ menyegerakan "Manusia akan senantiasa ْ َ ْ ُ َ ‫ َ ى‬selama ‫ ْ ُ ى‬mereka َ ْ dalam ْ kebaikan ‫ى‬ َ.‫ج َْم‬ َ ُ ُ‫ا انل‬berada ْ َ ُ ْ َ ‫ى‬ َ 114 ٌ‫فِط ِر‬.ِ ‫َّتعناجللمَاحنالخفِ ِظطررة‬ ‫ال حَ َزال أنَّت لَع‬ berbuka. ” ‫سنن ِا‬ ‫ْي‬ ٍ ‫ال يزال انل ِاس ِِب‬ Dalam hadits yang lain disebutkan:

َ ٌََُ َ ُ َ‫ال‬ ‫ام ْ الَْ َْع َاد ُ ِْل َو ْ ى‬ َْ ُ ‫خ‬ ُ َ َ ‫ال ُ ىحُ َر ُّد َد َ َ ْع ََ ُت ُ ٍُ ى ُم‬ ُ ‫الص َائ‬ َ ‫الر َو َد ْع‬ ُ ‫ِالَّي َ ُُ ْف ِط‬ ُ ‫م‬ ِ ‫ثالَحَث َزثال أن َِّت لَع سن َِّت‬ .‫اإلَنان لم حنخ ِظر ةِفِط ِرٌ ِا انلجَم‬ ُ ْ َْ ِ . ‫َم‬ ‫اله َظل‬ "Umatku berada diُ atas (ajaranku) ْ sunnahku َ ْ ُ senantiasa ْ َ َ ُ akan ُ َ ْ َ ُّ َ selama ُ َ ٌ َtidak ُ َ‫ال‬ ‫ى‬ َ َ ُ َ ُ َ ُ ُ َ ‫ودع‬munculnya ‫ِالَّي ُف ِطالر‬ ‫ِم خ‬untuk ‫والصائ‬berbuka ‫عادِل‬puasa. ‫اإلنام ال‬ ‫م‬ ٍ ‫ت‬ َ ‫ع‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ‫ث‬ َ ‫ث‬ menunggu bintang ” ِ َ ُ ْ ‫ى‬ َ ْ ُ ْ Rafidhah ُ ُ mereka ‫ ى‬Yahudi Dan inilah yang َ ْ‫واب‬meniru ُ َ ْ ٌَ َ ْ ‫َذ‬ َ ‫( َو َث َت‬Syi’ah), ُ ٰ ‫اء‬ َ ‫الظ َهأ‬ َ ditiru .‫اّلل‬ ‫ن ش‬oleh ‫اْلجر‬Mereka ‫ج‬ ‫ ُروق‬berbuka ‫ج الع‬ ِ ‫خل‬ketika ِ ‫ إ‬puasa. ِ ‫ب‬ .‫َم‬ ‫الهظل‬ dan Nasrani dalam berbuka baru munculnya 115

bintang. Semoga Allah  melindungi kita dari kesesatan mereka.116 َ ‫َ َٰ ُ ى‬ َ ُ َ ْ sebelum ُ ُ َ ‫ َ ى‬maghrib ْ َ َ َ ُ menunaikan Nabi kita  biasa ْ ُ ُ ْ َ َ َ ‫ْ َ ُْ َ ى‬shalat َ َ َ ْ ُ ْ puasa ٰ َ berbuka َ ُ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫أ‬ ‫ِك‬ ‫ق‬ ‫ز‬ ‫ر‬ . ‫لَع‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ه‬ ‫ص‬ ‫ك‬ ‫ذاللٌٍ َم‬ ‫ن شاء اّلل‬hingga ‫ثتج‬maghrib ‫ ِعروق و‬selesai ‫ج ال‬ ‫ب لالظهأ واب‬ dan bukanlah .menunggu Inilah ِ ‫خل‬dikerjakan. ِ ‫اْلجر إ‬shalat contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita . Sebagaimana Anas bin Malik َ َ ْ berbuka  berkata, “Rasulullah َ َ ْ َ َ َ ُ dengan ٰٰ ْ biasanya ْ ْ َ َ َ َ ruthab ُ ‫ ْر‬ ََ ‫ل‬basah) ُُ ‫ك‬ ْْ (kurma ُُ beliau ‫الل ٍُُ ى‬ ََ ‫ج‬ ََ berbuka ُ‫لَع ْر ر‬ َ ‫ى‬ ‫ِك أف َط‬ ‫ق‬.‫تز‬ ‫م‬ .‫ت‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫آن‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ص‬ sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthab, maka ِ ‫اللٍم لك صهج و ِلَع رِزق ِك أفط‬ dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau 117 berbuka dengan َ seteguk air.” َ َ ََ َ

‫ْي ْ أىى َ ًُ ال ْ َ َُيْ ْ ُق ُ ُص ن ِْو أ ْجر ى‬ َ ْ ‫َن ٰ ْو ُ ى َف ى َط َر َ َص ُائ ْ ًها ُ ََك َ َن َ َُل ن َِثْ ُْل ُأ ْج َر َه ِ َ َغ‬ ‫الصائ ِ ِم‬ ‫اللٍم لك‬ .‫ج و ِلَع رزق ِك أفطرت‬sebelum ‫بِك آني‬shubuh” ‫ص ِهج و‬ ِ 112 HR Bukhari no. 623 dalam Azan, ِ Bab “Azan dan Muslim no. 1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa mulainya berpuasa adalah mulaiً ْ dari َ terbitnya fajar” . ‫ا‬ ‫ئ‬ ‫ي‬ ‫ش‬ َ َ َ َ ُ ‫َ ْ َ ى َ َ ً َ َ َُ ُْ ْ َ َْ ى‬ 113 Majmu’ ُ ْ َ 15/281-282 ‫ ْجر ى‬Fatawa ْno.‫ ن‬Ibnu ُ Baz, ‫الصائ ِ ِم‬ ‫أ‬ ‫ِو‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ُ ‫ال‬ ً‫ أى‬no. ‫غْي‬1098, ‫ نِث‬bin‫ َل‬Sa’ad ‫نو فطر صائِها َكن‬ ِ ‫ج ِره‬dari‫ل أ‬Sahl 114 HR Bukhari 1957 dan Muslim ِ 115 HR Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih ْ َ .‫شي ًئا‬ 116 Sifat Shaum Nabi 117 HR Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa

Sunnah-sunnah Puasa |51

.‫الفجر‬ ‫نِو‬ ِ

ْ َ َ ُ َ ‫َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ٌ ُ ْ َ ُ ى َ ُ َ َ ُّ ْ ى‬ َ ْ‫الر َُت‬ ٌ ‫ج‬ ‫الر ُم‬ ‫ان فجر ُيرم الطعام وَتِل فِيًِ الصالَ وف‬ ِ ‫الفجر فجر‬ َ ُ َ ْ ‫ُْ ُ ى‬ َ ْ ْ َ ْ dengan َ ْ ْ ُُّ ْ Jika ْ َ َ ُ Mudah َ ُّ َ ‫َ َ َ ُ ى‬Diperoleh. ْ‫الصت‬ ُ‫ َ ى‬Kurma ُ ‫الط َع‬ َ ‫يى‬ ُ ْ 3. َ ْ Berbuka ْ َ َ َ َ َ ‫الص‬ . ‫ام‬ ً ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫و‬ ) َ ‫ص‬ َ ِ ِ‫ح‬ ِ‫اْشب (َاأ خَّت يتتَّي لكم اْل ِيط اْلبيض نِو اْلي ِط اْلسَد‬ ‫َفوِيُكًَِا َو‬ Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari Anas . Hadits ْ َ ْ َ untuk tersebut menunjukkan bahwa ketika berbuka disunnahkan .pula ُ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫ن ىِو‬ ْ ً َ َ ُ ُ ّ ّ ْ َ tidak َmendapati ِ ُ ‫ ال‬bisa َ َ dengan ّ ِ ‫ابْ ُو أ‬atau ُ ْ‫ َن‬kurma ْ‫ َؤذ ُِن ةلي‬kurma, ُ ‫اْش‬ ُ‫ َخ َّٰت ي‬air. َ Jika berbuka .dengan ٍ َ ‫خ‬ ‫َا‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫َا‬ ‫ُك‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ال‬ َ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ِن‬ ‫ذ‬ ‫ؤ‬ ٍ ِ ‫إِن‬ ٍ ِ ulama ada yang digantikan dengan makan yang manis-manis. Di antara ُّ َ yang َ َ ُ َ dengan َ َ ْ َ kurma) menjelaskan ْ bahwa ْ (semacam ْ َ ‫ِيًِْ ى‬makan ُ ‫الر‬ ُ ‫ َع‬manis-manis ‫ج ٌر ُُيْ َر ُم ى‬ َ ْ‫الر َُت‬ ُ‫ج‬ ٌ ‫ج‬ ‫م‬ ‫ف‬ ‫و‬ َ‫ال‬ ‫الص‬ ‫ف‬ ‫ِل‬ ‫ َ ْو ََت‬kekuatan, ‫ام‬ ‫ف‬ ‫ان‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫الف‬ ْ ‫الط‬ َ ُ ُ ‫ َ ى‬sedangkan ِ َ ketika berbuka itu akan memulihkan meminum air ْ ُ َ َ ‫ى‬ َ . ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫َا‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ْي‬ ‫ِب‬ ‫اس‬ ‫انل‬ ‫ال‬ ‫ز‬ ‫ي‬ ‫ال‬ َ ِ ِ akan menyucikan. ُ َ ‫ى‬ ُّ َ َ ْ ُّ ُ َ ٍ َ ْ ُ َ ‫ْ ى‬ .‫دل فِيًِْ الطعام‬ ِ ‫فِيًِ الصَ (أي صَ الصتحِ ) وي‬ 4. Berdoa Ketika Berbuka ََ ‫َ ََ ُ ُى‬ َ َْ ‫ج‬ ُ ُ‫لَع ُسنىَّت َنا ل َ ْم حَنْ َخظ ْر ةف ْطر ٌَا انل‬ ‫م‬ . ‫َّت‬ ‫ز َال ًأ‬satu ‫ال ح‬ ُ ِ ِ Perlu diketahui berbuka ْ َ ّ bersama َ adalah ِ َ ُ ِٰ َ ketika ّ ِ َ ‫ ُن‬salah ّ bahwa ْ َ ُ ُ ِ َ puasa ‫ى‬ َ ُ ْ ُ ْ ُ ُ َ .ٍٍ َ‫ ِم نْخ‬doa. ‫ابو أ‬Nabi ‫ؤذِن‬‫َّت ي‬ ‫إِن ةَِال يؤذِن ةِلي ٍل فُكَا واْشبَا خ‬ waktu terkabulnya bersabda: َ ٌََ َ ُ َ‫ال‬ ‫ام الْ َعاد ُِل َو ى‬ َ ‫الصائ ُم خ‬ ُ ‫ال حُ َر ُّد َد ْع ََ ُت ٍُ ُم اإل َن‬ َ ‫الر َو َد ْع‬ ُ ‫ِالَّي ُُ ْف ِط‬ ِ َ ُ ‫ث ََ َث َث ُ ى‬ َ.‫ِب ْْي َنا ِ َع ىجلَُا الْفِ ْطر‬ ٍ ِ ‫ْال َ ي ْز ُال ِ انلاس‬ .‫الهظلَم‬ ََ ‫َ ََ ُ ُى‬ َ َْ ‫ج‬ ُ ُ‫لَع ُسنىَّت َنا ل َ ْم حَنْ َخظ ْر ةف َ ْطر ٌَا انل‬ ُ ِ َ ‫(أ ىن‬2)‫ال‬Orang ‫م‬ . ‫َّت‬ ‫َال َ ح َز‬ ِ ِ ْ ِ ‫ ى‬yang "Ada tiga orang doanya adil, َ َ (1)ُ Pemimpin َ ْ ُِ tidak ٰ yang ْ ِ ditolak: َ ْ ُ َ َ ُ.‫اّلل‬ َ َ ُ ‫شاء‬berbuka, ‫(جر إِن‬3)‫اْل‬Doa ‫ج‬orang ‫وق وثت‬ ‫عر‬terdzalimi. ‫ج ال‬ ِ ‫ذٌب الظهأ”وابخل‬ yang berpuasa ketika dia yang َ orang ُ َ ْ ُ َ doa karena ْ َ adalahُ waktu ٌََ َ ْ َ َ berbuka ُ َ ْ ketika َ ُّ َ ُ itu ُ َ‫ال‬ ‫ َو ى‬terkabulnya ُ َ ٍُ keadaan َ Ketika ُ ‫ ِط‬telah َ ‫ع‬berpuasa ‫الر ود‬ ‫ِالَّي ُُف‬ ‫الصائِم خ‬ ‫ِل‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫اإل‬ ‫م‬ ‫ت‬ َ ‫ع‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ث‬ َٰ ‫ث‬ yang menyelesaikan ibadahnya dalam tunduk َ َ ‫ ُث ى‬dan ُ ‫ج َو َلَع ر ِ ْزق َِك أ ْف َط ْر‬ ُ ‫ك ُص ْه‬ .‫ت‬ ‫ل‬ ‫م‬ ٍ merendahkan diri. ُ ْ َ‫ْالل‬ ِ ِ ‫ظل‬doa .‫َم‬ ‫اله‬ Dari Ibnu Umar , Rasulullah  ketika berbuka beliau membaca َ berikut ini: ََ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ‫ُٰ ى‬ ُ ‫لَع ر ْزق َِك أ ْف َط ْر‬ ‫ت‬ . ‫صه‬ َ َُ ‫ك‬ ُ ‫جَ ىوبِك ْ ُآنُي‬ ‫َالل ٍَ َم ل ى‬ ٰ َ َ ْ ُ ْ ِ َ َ َ ‫ج َو‬ ْ ُ.‫اّلل‬ َ ‫ج العروق وثتج اْلجر إِن شاء‬ ِ ‫ذٌب الظهأ وابخل‬ َ َ َ َ ُ ‫َ ْ َ ى َ َ ً َ َ َُ ُْ ْ َ َْ ى‬ ‫ال َُيْ ُق ُص ن ِْو أ ْجر ى‬ ‫“ ِ ِم‬Dzahabazh ‫الصائ‬ ً‫ْي أى‬ ‫َل نِث ْل‬ajru ‫ائ ِ ْها‬Allah ‫(ر َ ص‬artinya: ‫ن ٰو ف َط‬ َ ‫ َأج‬tsabatal zhoma’u wabtallatil ‘uruqu َ َ ‫َك َن‬insya ِ ُ ‫ ِْرفه ِ َط ْرغ‬wa ُ telah ‫زق ِك أ‬dan ‫لَع ِر‬ .‫ت‬ ‫جو‬ ‫ ُصه‬ditetapkan ‫َالل ْ ٍُ ً ىم لك‬ Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, pahala insya Allah)” .‫شيئا‬ َ ََ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ‫ُٰ ى‬ ُ ‫لَع ر ْزق َِك أ ْف َط ْر‬ .‫ت‬ ‫اللٍم لك صهج وبِك آنيج و‬ ِ hadits ini َhasan shahih َ ُ Hibban ُ ْ Al-Albani ‫ َ ْ َ َ ى‬16/396. ْ َ Ibnu ْ ْno. 2526ُ ُ dan ْ َ Syaikh ‫ى‬ ً ‫َف ىط َر َصائ‬bahwa ُ َ ‫ا ََك َن‬mengatakan 118 HR Tirmidzi ‫الصائ ِ ِم‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ُ ‫ال‬ ً ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ِث‬ ‫ن‬ ‫َل‬ ‫ه‬ ‫َن ْو‬ ِ ِ hadits‫ر‬ ini shahih ِ ِ 119 Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194 120 HR Abu Daud no. 2357. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan ً ْ َ .‫شيئا‬ 118

119

120

52 | Tutorial Ramadhan

َ ‫فِي‬ .‫دل فِيًِ الطعام‬ ِ ‫الصَ (أي صَ الصتحِ ) وي‬ ِ ًِ‫اله‬ .‫ظلَم‬ َ ٌََ َ ُ َ‫ال‬ ‫ام الْ َعاد ُِل َو َ ى‬ ُ ‫الً حُ َر ُ ُّدّ َد ْع َ ََ ُت ٍُ ُم ُ ُاإل َن‬ ُ ّ‫الصائ‬ َ ‫الر َو َد ْع‬ ُ ‫ِالَّي ُُ ْف ْ ِط‬ َُ ُ ‫خ‬ َ ‫َث َث‬ ‫م‬ َ ْ َ ُ َ َ ْ ّ ‫ى‬ ْ ُ َ ٰ َ ْ ِ ُ ُ ُ ِ َ َ َ ُ ‫َال ى ي َؤذ َِن ْة َليل فُك ُ َُا و‬ َ ‫إ ِث َ ىن‬ ْ ‫اْش َب ََا َخَّت‬ ُ ‫اءأ ِم ٰن‬ َ ‫ج ُؤرذإِن ْن اب َشو‬ .ٍٍ َ‫ْخ‬.‫اّلل‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ِ ِ ‫اْل‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫و‬ ‫وق‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫اب‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫الظ‬ ‫ب‬ ٌ ِ ٍ ِ ُ ْ َ ْ‫ذ‬ ِ .‫الهظلَم‬ Adapun doa berbuka: ْ َ ُ َ َ ُ ُ ‫ال َانلى‬ َ ُ ‫ال ٰ ُيَ َ ىز‬ َ ُ ‫اس ُ ِِب َْْي َ َ َنا َع ْ ىج َلَا ْال َفِ ْ ْط‬ ْ . ‫ر‬ َُ ‫ك‬ ‫َالل ٍَ َم ل ى‬ ْ َ .‫جَ ىو ٍلَع ْ ُرِ ُزق ُِك أ َف َ َطرَت‬ ْ‫صهَواب‬ ُ ٰ ‫اء‬ َ ‫ج ُر إ ْن َش‬ .‫اّلل‬ ‫اْل‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫و‬ ‫وق‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫الظ‬ ‫ذٌب‬ ِ ِ ُ َ ‫ َ ُ َ ُ ى‬kepada-Mu “Allahumma lakaَ shumtu َ ْ ُ َ ْ َ َ (Yaَ Allah, َ ‘ala ٰ ‫َال‬ ‫ال َأ ى‬ َ ُ ‫ ُحَ َىز‬aku ُ ُ‫انل‬ ْ‫ج‬ ْwa ْ ‫نْ َخ َ ِظ‬afthortu َ ْ ‫ة ِْ ِف‬rizqika ُ ْ َ ْ َ ‫م‬ َ ‫ا‬ ٌ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫َّت‬ ‫ن‬ ‫س‬ . ‫لَع‬ ‫َّت‬ ‫ن‬ ‫ِك ِأف‬ ‫لَع ْ رُِزق‬ ‫ك‬ ٍُ ‫الل‬ .‫طرت‬aku ‫آن ْي‬ini‫ك‬ ‫ ِ ُص ْه‬hadits ِ berasal berpuasa dan kepada-Mu berbuka)” Doa dari َ َِ ‫ج َوب‬ ٰ َ ‫ ىم ل‬dhaif ْ ‫ج َو‬ َ َ َ ُ (lemah). .‫اللٍم لك صهج ولَع رِزق ِك أفطرت‬ َ ‫ََ ْ َ َ َ ٌ ى‬ ْ ُ َ berbuka: ْ ‫ َ َ ى‬pula ُ َ‫ال‬ ‫ام َ ْالْ َعاد َ ُِل ْ َ َو َ ى ى‬ ُ ‫ال حُ َ َر ُّد ً َد ْع ََ ُت َ ٍُ َُم ُ اإل ْ َ ُن‬ َ Begitu ُ ْ َ ‫ْف ِط‬doa ُ ْ َ ‫الصائ َ ُم‬ ُ ُ ‫ع‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫الر‬ ُ ‫ِالَّي‬ ‫خ‬ ِ َ ًَ ‫َ ُث ىفث َط َر َ ص ُائ ِ ْها ُ َك َن ََل ن ِ َِث ْل ُأج َ ِر َه ِ َغْي ْ أى‬ ‫ال ْ َُي ْق ُص نِو أج ِر الصائ ِ ِم‬ ‫ثن ٰو‬ .‫َ ْاللَ ٍْ ْ ًم ُ لك صهج وبِك آنيج ولَع رِزق ِك أفطرت‬ ِ .‫الشهيئظال‬ .‫َم‬ َ ‘ala “Allahumma shumtu َ bika َ afthortu” َ ُ ْ rizqika ‫َ َ َ ى‬aamantu ُ ْ َ wa ْ َ laka ْ َ ْ wa ‫ى‬ َ (Ya ُ ‫ ى‬Allah, ْ ُ ً dengan ُ َ ‫َك َن‬ َ‫ط ى‬rezekiُ ْ ‫ى‬ ‫ج ِر الصائ ِ ِم‬aku ‫ ُِو أ‬berpuasa ‫ص ٰن‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ُ ‫ال‬ ً ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ِث‬ ‫ن‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ائ‬ ‫ص‬ ‫ر‬ ‫َ َن َْو َف‬ ِ َ kepada-Mu dan kepada-Mu aku beriman, dan ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ِ َ َ َ َ َ َ ِ ُ ُ .‫ج العروق وثتج اْلجر إِن شاء اّلل‬ ِ ‫ذٌب الظهأ وابخل‬ Mu aku berbuka). ْ َ .‫شي ًئا‬ Mala ‘Ali Al-Qari  mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah َ ‫ُٰ ى‬ tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun َ ْ َ َ makna َ tersebut ُ ‫ِك أَ ْف َط ْر‬ ُ ‫ُص ْه‬doa‫ك‬ ‫ت‬ ‫لَع رِزق‬ ‫الل‬ . ‫ج َو‬ ‫ل‬di‫ٍم‬atas shahih. Sehingga cukuplah doa shahih yang kami sebutkan (dzahabazh zhama’...) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan. ََ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ‫ُٰ ى‬ ْ َ َ ْ yang ُ َ ْ 5. Memberi Makan Orang .‫ َولَع رِزق ِك أفطرت‬Berbuka. ‫اللٍم لك صهج وبِك آنيج‬ Rasulullah  bersabda: ْ َ ْ ُ ُْ َ َ ُ ‫َ ْ َ ى َ َ ً َ َ َُ ُْ َ ْ َ َْ َى‬ ‫ى‬ ‫نو فطر صائِها َكن َل نِثل أج ِره ِ غْي أىً ال ُيقص نِو أج ِر الصائ ِ ِم‬ ْ َ .‫شي ًئا‬ 121

122

"Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”123 121 HR Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al-Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dha’if. (Lihat Irwaul Ghalil, 4/38). Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45). 122 Mirqotul Mafatih, 6/304 123 HR Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al-Juhani. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Sunnah-sunnah Puasa |53

6. Lebih Banyak Berderma dan Beribadah di Bulan Ramadhan Dari Ibnu ‘Abbas , ia berkata, “Nabi  adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan (kebaikan) yang beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril menemui beliau. Jibril datang menemui beliau pada setiap malam bulan Ramadhan (untuk membacakan Al-Qur’an) hingga Al-Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi . Apabila Jibril a datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus.”124 Ibnul Qayyim  mengatakan, “Nabi  lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al-Qur’an, shalat, zikir dan i’tikaf.”125 Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dan sedekah sunnah dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.126 Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi  bersabda, artinya: “Sesungguhnya di surga terdapat kamarkamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang Arab Baduy berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasulullah?” Nabi  menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.127”

124 125 126 127

HR Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2308 Zaadul Ma’ad, 2/25 Lihat Lathaa’if Al-Ma’arif, 298 HR Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan

54 | Tutorial Ramadhan

Enam Pembatal Puasa

Sebagaimana ibadah yang lainnya, puasa pun dapat menjadi batal karena suatu hal. Apa saja yang termasuk pembatal puasa? Berikut ini adalah rincian beberapa hal yang dapat membatalkan puasa.

1. Makan dan Minum dengan Sengaja. Hal ini merupakan pembatal puasa berdasarkan kesepakatan para ulama.128 Makan dan minum yang dimaksudkan adalah dengan memasukkan apa saja ke dalam tubuh melalui mulut, baik yang dimasukkan adalah sesuatu yang bermanfaat (seperti roti dan makanan lainnya), sesuatu yang membahayakan atau diharamkan (seperti khamr, rokok,129 racun dan lainnya) atau sesuatu yang tidak ada nilai manfaat (seperti potongan kayu, kertas dan lainnya).130 Dalilnya adalah firman Allah :

َ ْ ْ َْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ ُ ُ َ َ ‫َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ٰ َ َ َ ن‬ ْ َ َِِ ْْ٘‫ّتََََََََُُّاَُْْاََُِِْْْْاْْ َُِا‬ َ ‫َوُك٘اَواْشب٘اَح‬ َ ‫َ َْ ْ ُ ن‬ ‫ّ َ َ َ ن‬ ْ ُّ ِّ ‫َِِْاَفج ِرَثَُأث‬ .‫ل‬ َِ ْ‫٘اَالصْامَإَِلَالل‬ ِ َ benang "Danَ makanٰ minumlahَ hingga ْ َ benang َ َ dari َ َ َ hitam, َ putih َ malam” َ bagimu َُِٕ puasa َْ‫َاّللََ َو‬ َ ُ ُٕ sempurnakanlah ْ٘‫َص‬ ُ.‫ق َاه‬Kemudian ‫ُن‬ituِ ‫ ُْج‬sampai َّ‫َفَإ نج َّاَأ ْط َع‬terang َ yaitu fajar. (datang) (Qs Al‫ْشبَفل‬ ‫َو‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫َف‬ ‫ِس‬ ‫اَن‬ ‫ذ‬ ِ ِ‫إ‬ ِ ِ Baqarah 187). َ َ َ ْ keliru,‫ ُ ن‬atau Namun,َ jika orang ْ ْ yangَ َ berpuasa ‫ن‬ َ ّ lupa, َ dipaksa َ ُ puasanya ْْ‫٘اَلل‬ ْ ‫َخ‬ َ ٰ untuk َ ‫ َع‬hadits َ ‫اّلل‬ makan dan.ِٕ ini‫ّت‬ berdasarkan yang َminum, ٖ‫اَاْ ُجر ِر‬ ِtidaklah ‫ ْي َْانَو‬batal. ‫َاْأ‬ ِ ‫َأ‬ ْ ‫َو‬ َ َ‫ن‬ َ ِ‫إ‬ ِ َِ‫أ ََوا‬Hal ِ diriwayatkan dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda:

َ َْ َ َ َ ‫ن َ َْ َ َ ن‬ .‫ج‬ ََ ‫اَخ ََر‬ َ َّ‫سَ َِم ن‬ َ َ ‫لَ ََوَ َي‬ َ‫خ‬ َ ِ َ‫ا‬ َ َّ ‫أ َرَ َِم‬ َ ‫اَاَ َف‬ َ َّ ‫َإ ِ َج‬

128 Lihat Bidayatul Mujtahid, hal. 267 129 Merokok termasuk pembatal puasa. Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin di Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibnu ‘Utsaimin, Bab Ash-Shiyam, 17/148 130 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/47-48

ً ُ ْ ََ ً ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ َ .‫ال‬ َ ‫ك‬ َ ‫َو َِ َأ‬ َ ‫كال‬ َ ‫امََأ‬ َ ‫أ َع‬ َ َ‫تَ َا‬ َ ‫ك َل‬ َ ‫َأ‬

Enam Pembatal Puasa |55

ْ َ َ ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ‫ل‬ َِ َ‫سََب َِأك‬ َ ‫ص َاةَََ َي‬ َ َ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََال‬ َ ‫امَ َْ َع َدَ َم‬ َ ‫حقَِ َْ َقة ََب َل ََ َاَ َأ َع‬ َ َ‫ل‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ‫ََا‬

َِِ ْْ٘‫َِْاَُْْا‬ َُِْْْ‫وَُك٘اَواْشب٘اَحّتَََََََََُُّاَُْْا‬ ِ َ ‫َ َْ ْ ُ ن‬ ‫ّ َ َ َ ن‬ ْ ُّ .‫ل‬ َ ْ‫َِِْاَفجرَثَُأث ِّ٘اَالصْامَإَلَالل‬ َ ْ ْ َْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ِ َ ْ ُ ُ ِ َ َ ‫َ ُ ُ َ ْ َِ ُ َ ٰ َ َ َ ِ ن‬ ْ َ َِِ ْْ٘‫ّتََََََََُُّاَُْْاََُِِْْْْاْْ َُِا‬ َ ‫َوُك٘اَواْشب٘اَح‬ َ ْ َ ُ ٰ ُ َ َ ْ َ ‫َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ن َ َ َ ُّ َ َ ّ َ َ َ َ ُ َ ن َ ن ْ ْ َ ُ َ ن‬ .ُ‫َاّللََ َو َْق َاه‬ ّٕ‫َٕفإِجّاَأطع‬.ِ‫ل‬ َِ ْ٘‫َص‬ ‫بَْفاملَْإ ِج َِلَُالل‬ ‫٘اَالص‬ ُ‫ِسجَفِرأَث‬ ‫إ ِِذِْاَنَاَ ِف‬ ِ ‫ْش‬ ِ ‫كَأثلَِّو‬ ُ ْ َ hendaklah ْ َlupa, "Apabila seseorang minum ْ ُْ َ ْ dan َ ُ َ ٰ ُ ُ makan ّ ‫ْ ُ َ َ ن‬keadaan ‫ن‬ َ ُ َ َ ْ ْ َ dalam َ َ َ َ َ َ َ diaٰ َ tetap ‫ن‬ َ َ ْ َ َ َ َ َ ‫ن‬ َ َ َ ُ َ َ َ َ . َ ٕ ْ ‫ل‬ ‫٘اَل‬ ٖ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ْ‫اَا‬ ِ ‫َو‬ ‫ان‬ ْ ‫ي‬ َِ‫ا‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ْ‫َا‬ ‫ّت‬ ِ ‫َأ‬ ْ ‫َخ‬ ‫َو‬ َِ ‫نَذَاَن‬ ‫اّلل‬ َ ِ ‫”إ ِإ‬ ِ menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan ِ .‫ْشبَفلْجَُِصَِٕ٘فإِجّاَأطع َِّٕاّللََوْق َاه‬ ‫عأ‬ ‫َف‬minum. ‫ِس‬ ِِ ‫كلَو‬dan Beliau  juga bersabda: َ َ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ّ ‫ن َ ٰ َْ َ َ َ َ َ ن َ ْ َ ُ َ ن َ َ َ ْ َ َ َ َ ن‬ .‫ج‬ َ‫اَخْ َران‬ َ‫سََوَِم َّاَِِي‬ َ‫َاْأأ‬ ‫ّت َوَ َي‬ َ‫ل‬ َِ ِ‫خ‬ َ ‫اَ َِأ‬ َْ‫َخ‬ َّ ‫عَ َِم‬ ‫أ َر‬ َ‫اّللَفَو‬ َ َّ‫ن‬ .َِٕ ْْ‫اَاْ ُجر ِرٖ٘اَلل‬ ِ‫َو‬ ََ‫اَا‬ َ‫َإ ِ َج‬ ْ َ َ dosa َ ُ keliru, َ "Sesungguhnya Allah menghilangkan dari ْ َ lupa, ً ‫ُ ن‬umatku ًَ َْ karena ْ ْ َ َatau َ َ ُ َ َ ‫ن‬ َ َ َ ْ َ ‫ن‬ َ َ َ َ َّ ‫ك‬ َ‫سَ ِم‬ َ َ‫لَالَو‬ َ‫خ‬ ‫امََأ‬ َ َّ‫أَِمَع‬ ََ‫أ َاََر‬ َ‫اَاَ َف‬ َ َّ ‫َأإ ِ َج‬ dipaksa. ” .‫ج‬ َ ‫اَخ َر‬ َ .‫ال‬ َ ‫َوي َِ َأ‬ َ‫ك‬ َ ِ َ‫ا‬ ََ‫ت‬ َ ‫ك َل‬ 131

132

Yang juga termasuk kategori makan dan minum (yang dapat membatalkan َ َ ْinjeksi َ َْ ْ ُ ْ َ َ melalui puasa) ْ ْ ُ ْ َ َ ُ ً ََ ْdiinfus َ ُ َ makanan ْ َ ُ ُ ْ dalam ْ adalah ْ ً ُ infus. ً َ seseorang ْ َ ْ ُ َ Jika َ َ َ َ ُ َ َ َ‫ل‬ َِ َ‫َب َِأك‬puasa, َ‫س‬ َ ‫َ َي‬batallah ََ‫ص َاة‬ َ َ‫ال‬puasanya ََ ‫غَِ ََِٕ َفَ َل‬karena َ .‫كَدَالَم‬ ‫ض‬ َْ ‫امَأ‬ َِ‫َو‬ َ‫كَا‬ َْ‫حَاَقَِأ‬dihukumi َ‫ك‬ ‫ل‬ َ‫كل‬ َ ‫ََاَأ‬ keadaan َ ‫َع‬injeksi َ‫الَأ َع‬semacam َََ ‫امََبَأَل‬ َ‫عَقة‬ini ََ‫ت‬ َْ sama dengan makan dan minum.133 ً َْ َ َ . َ ‫ة‬ َْ Siapaَ saja yang batal puasanya karena makan dan minum dengan sengaja, ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ ْ َ ُ ‫ح ََق َْ َْق‬ َ ُ َ َ ْ mengqadha’ ْ ia punya ْ kewajiban ُ َ maka puasanya, tanpa ada kaffarah. Inilah َ‫ل‬ َِ َ‫سََب َِأك‬ َ ‫ص َاةَََ َي‬ َ َ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََال‬ َ ‫امَ َْ َع َدَ َم‬ َ ‫حقَِ َْ َقة ََب َل ََ َاَ َأ َع‬ َ َ‫ل‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ‫ََا‬ pendapat mayoritas ulama.134 َ َْ ْ ُ

Catatan Penting:

َ ًُ َْ ْ َ َ .َُِ ‫أ ََع‬ َْ َُّ ‫او َلَ َال‬ ََ ََٔ ‫لَ َت‬ َ.‫ك َة‬ َ‫َْق َْق‬ َ‫ح‬ َ ‫َا‬

Meskipun telah disinggung di atas, dalam beberapa referensi disebutkan َ َََْ َ َ ‫َط َع‬ ُ َْ‫اب‬sesuatu ُ َ masuk َ ُ َ ُٕ ِ‫ا‬ َ ْ َ ‫َو‬ ْ‫ع‬ َ pembahasan dan pedebatan para ulama terkait dengan yang ُ . َ ٕ ‫ْش‬ .َُ ‫أ َع‬ َ َّ ‫او َلَ َال‬ َ َٔ ‫لَ َت‬ َ‫ك‬ َ ْ َ‫اَد‬ ke dalam tubuh melalui mulut, kerongkongan danِ lambung saat berpuasa. Apakah sesuatu yang masuk ke dalam lambung otomatis membatalkan َ َ َ adalah َ masuk َ ْ masuk ْ َ ْ َ َ dipersyaratkan ََْ ْ َ َ ٌ makanan puasa ataukah َ ُ َ َ٘ َُٖ ‫َو‬ َ sehingga َْ َ ٌ ‫ َض‬yang ٌَ ‫ََق‬ ْ َُ َ ُٕ ‫َذ َ َر ََل‬ . َ ُ ‫ق‬ ْ ‫ل‬ ‫َف‬ ‫اء‬ ‫ق‬ ‫ج‬ ْ‫َا‬ ‫َِإَون‬ ‫اء‬ ‫َِق‬ ٕ ْ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ُ ‫ان‬ ‫َص‬ ‫ء‬ ِ ِ . َ ٕ ‫اب‬ ‫ْش‬ ‫َو‬ ٕ ِ‫ا‬ ‫ع‬ ‫َط‬ ‫ََِ َدْع‬ ِ dalam kategori pembatal puasa? Para ulama dalam masalah ini berselisih pendapat. Sebab perselisihan َ َ َ َ َ َ ْ َ qiyas َ َ ٌ makanan yang َ ْ ََ َ ْ َ َ ّ selain َ ٌ ْ َ Yang ْ ُ َ ‫اع‬ َ dapat ْ ِada َْ َmakanan. ْ َ َ ِ ْ ‫ل‬mengenai َ ْ ْ‫أَََي‬ َ َ ْ‫َ َقُل‬.َُْ َ ‫ َ ُص‬dengan ُ ‫سََرإ ِ َل َذ‬ ٌ َ ‫َصَثُان‬ َ‫ت‬ َdipahami َِْ َ ‫َل‬ ‫َف‬ ‫َال‬ ‫ق‬ َ . َ َ ‫َب‬ ْ ‫َث‬ ُ ‫ل‬ ‫َو‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ُ ‫َل‬ ‫اَح‬ .ُ َ ِ ‫لْق‬secara ‫جقاءَف‬tekstual ْ‫َِإَونَا‬ ‫اء‬ ‫ض‬ ‫َِق‬ ٕ ْ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ُ ٘ ٖ ‫َو‬ ‫ء‬ ‫ََق‬ ٕ ‫َذ‬ ِْ dari dalil hanyalah masuknya makanan ke dalam ِ ِ ِ perut yang bisa membatalkan puasa. َ َِِٔ َ‫ُج ْق َصان‬ ‫ا‬ ِٗ Jika dilogikakan ْ ُ tidak َ َ diqiyaskan ّ َ ُ ْ َ makanan َ ِ dengan َ َ َ maka َ bisa َ َ َ َ (ma’qul), َ َ tadi َْ ْ ُ ْselain ْ ْ َ ِ ‫َالَفَلل‬ َََِِْmakanan. ‫َق‬.َ َjika ‫َْب‬ada ‫َقل‬.yang َُ ‫َثص‬menganggap ُ‫َُثص ِلَول‬bahwa ‫اعتَل‬ ‫ي َسَإِذاَح‬ini َ‫أ‬ Namun pembahasan َْ maka tidak bisa dilogikakan (ghairu ma’qul), yang dimaksud larangan makan َ َ َ ‫ْت َ ُك‬ ْ َُِٕ َ‫َو َش ْٗ َ٘ث‬ َ ُٕ َ‫ْشاب‬ َ keَُٕ dalam ُ ْ َُ َ َ ‫َو‬ .َ ِ dari ‫َِْأج‬ ketika puasa adalah menahan diri sesuatu yang masuk ‫َطَع َِِأِ ِٗا‬ ‫ان‬ ‫جحقص‬ ِ tubuh HR Bukhari no. 1933 dan Muslim no. 1155 َ Majah ُ ْ hadits َ َ shahih َ ْ ْ َ mengatakan ْ َ ْ َ no.ْ َ 2045. Syaikh bahwa ini ُ ْ َ Al-Albani َ Ibnu ‫ن‬ ‫ن‬ َLihat َ َ َ ْ ْ.َُ ‫ ََكن‬HR َ َ َ ٰ ُ ُ ‫َإ ْ نن‬ َ َ َ‫ََج‬ َ َ َ ‫اوُ َز‬ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ ‫َخ‬ ‫وَتج‬Shifat ‫ّلَأ‬Shaum ‫اَلَُتع‬Nabi, َِ‫ٗا‬hal. ‫في‬72.‫اَحَٕدِتِْتَأَب ِجٕ َِِنَج‬ َ‫َاّلل‬ ‫ّتشَِٗ٘ث‬ ‫ْشْابََإِٔ َِو‬ ‫إَِو‬ ‫َطع‬ ‫ح ِْتك‬

131 132 133 134

Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/105

‫ن ن َ ٰ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ن َ َ َ َ ن َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ن‬ ْ ‫ِك‬ ََ‫ِإَوجّا‬ ٍ ‫َامز ِر‬ 56.ُ َ|‫َك‬Tutorial ‫لَأوَتج‬Ramadhan ّ‫اَحدتتَبَِِٕنجفيٗاَِاَلَُتع‬.َِ‫آَ ِّ٘تى‬ ِ‫ََِأ‬ ْ‫ئ‬ ‫َخ‬ ‫ََجاو‬ ‫إِن‬ ِ َ‫َاّلل‬ َ َ

ْ ُّ

‫ن‬

baik yang masuk berupa makanan atau benda lainnya. Demikian penjelasan Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid. Dari penjelasan di atas, untuk permasalahan ini intinya ada dua pendapat ulama: Pendapat pertama, mayoritas ulama terdahulu dan saat ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam perut membatalkan puasa walaupun yang masuk bukan berupa makanan, tidak bisa larut dan tidak bisa mencair. Seandainya ada sepotong besi atau batu masuk dengan sengaja ke dalam tubuh, maka puasanya batal. Demikian pendapat mazhab Abu Hanifah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hambali. َ ْ mereka, ْ َ bahwa: Alasan ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ ُ ُ َ َ ‫َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ٰ َ َ َ ن‬ ْ َ ْ َ َِِ ٘Nabi ْْ‫َا‬ ُِ ْmemerintahkan ْ‫َاََُِِْْْْا‬untuk ُْْ‫َا‬menghindari َََََََُُّcelak ‫٘اَو‬bisa ‫َوُك‬ َ ‫٘اَح‬ ‫ّت‬ ‫اْشب‬yang 1. mata َ ‫ ّ َ َ َ ن‬Padahal masuk melalui mata hingga ْ kerongkongan. ُ celak ْ َ ْ mata ُّ ‫َث نَُأث‬ . َ ‫ل‬ ْ ‫َالل‬ ‫َل‬ ‫إ‬ َ ‫ام‬ ْ ‫٘اَالص‬ ِّ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ِ ََِْاَف‬ ِ ِ bukanlah makanan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ِ disyaratkan ِ yang masuk ke dalam tubuh berupa makanan yang dianggap sebagai pembatal puasa. َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ُ‫َفلْ ُْج ن‬ ُ ٰ ُٕ َّ ‫َص ْ٘ َِ َُٕفَإ نج َّاَأ َ ْط َع‬ ُ.‫َاّللََ َو َْ َق َاه‬ ‫ْشب‬ ‫ِسَفأ‬ ِ memasukkan ِ ‫إِذاَن‬ 2. Puasa adalah menahan diri sesuatu ِ (imsak) dari ِ ‫كلَو‬segala ke dalam tubuh. Jika seseorang memasukkan non makanan, itu berarti tidak (imsak).ّ Oleh َ َ karena ُ ْ dapat َ َ kita ٰ ‫ن‬ َ katakan َ menahan ُ ْ ُ ْ diriَ َ tanah ‫ن‬itu َ ْ tetap َْْ‫٘اَلل‬ bahwa.ِٕ yang َorang ٖ‫ر ِر‬makan ‫ ْي َْانَوِاَاْج‬atau ‫َاْأأ‬ ‫ِ ِّت‬disebut ‫ َ َخَْأ‬makan. ‫اّلل ََوع‬ ََ َ‫ن‬ َ ِ‫إ‬ ِ َِ‫ ََوا‬batu 3. Ibnu ‘Abbas  pernah berkata,

َ َْ َ َ َ ‫ن َ َْ َ َ ن‬ .‫ج‬ ََ ‫اَخ ََر‬ َ َّ‫سَ َِم ن‬ َ َ ‫لَ ََوَ َي‬ َ‫خ‬ َ ِ َ‫ا‬ َ َّ ‫أ َرَ َِم‬ َ ‫اَاَ َف‬ َ َّ ‫َإ ِ َج‬

“Pembatal puasa adalah segala sesuatu yang ْ keluar. ْ 135َ ” َ ً masuk ً bukan ْ َ ُ yang ُ ْ َ َ dan َ َ ُ .‫ال‬ َ ‫ك‬ َ ‫َِ َأ‬oleh َ ‫ال‬ulama ‫َو‬ َ ‫امََأ‬ ‫ك‬ َ lainnya, ‫أ َع‬ َ َ‫تَ َا‬ َ dengan ‫ك َل‬ َ ‫َأ‬ Namun, ketiga alasan di atas disanggah sanggahan bahwa: َْ 1. Hadits ْ َ َ masalah ْ ُ ْ َ ً pembatal َ َ ُ ْ puasa ْ َ yang ْ َ ْ َcelak ُ‫ص َاة‬ َ َ‫ال‬ ُ ‫ََأ ََع‬sebagai َ ْ‫ََََ َي‬membicarakan َ ْ ََُ (lemah). َ‫ل‬ َِ َadalah ‫سََب َِأك‬ َ hadits َdhaif ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل‬ َ ‫َُم‬Ibnu َ‫امَ َْ َع َد‬ َTaimiyah َ‫ََب َل ََ َا‬‫َْْ َقة‬menjelaskan, َِ‫حق‬ َ َ‫ل‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ََ‫ا‬ “Pendapat yang lebih kuat adalah (di antaranya) celak mata tidaklah ًَ ََ membatalkan puasa. Karena puasa adalah bagian dari agama .‫َْْ َق َة‬yang ‫ح َق‬ َ perlu sekali kita mengetahui dalil khusus dan dalil umum. Seandainya perkara ini adalah perkara yang Allah haramkan ketika berpuasa dan ْ ُ َ َ ُ ْ َ َْ dapat membatalkan puasa, tentu Rasulullah َ ْ ُ akanَ menjelaskan .َُِ ‫أ َع‬ َ َّ ‫او َلَ َال‬ َ َٔ ‫لَ َت‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ‫َا‬ kepada kita. Seandainya hal ini disebutkan oleh beliau , tentu para shahabat akan menyampaikannya pada kita sebagaimana ajaran

َ ََ َ ‫َط َع‬ َ ‫ع‬ َ ُٕ ِ‫ا‬ َ َ ‫َو‬ .َُٕ َ‫ْشاب‬ ‫َد‬

135 HR Al-Baihaqi dan dihasankan oleh An-Nawawi dalam Al-Majmu’ 6: 327

ْ َْ َ ََْ َ َ ْ َ َ ٌ Enam ُ َ ٌ ْ َ ُ Puasa َ َ |57 َ َ٘ Pembatal ٌ ‫َللََِْْٕقَ َض‬ .ُ َ ِ ‫اءَفل َْق‬ ‫َِإَونَاْجق‬ ‫اء‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ُ ‫ان‬ ‫َص‬ ٖ ‫َِ َْْذ َرلََٕقءَو‬ ِ ِ

‫َْ‬ ‫َ ُ ُ َ ْ َ ُ َ ٰ َ َ َ ن َ َ ُ ُ َْ ْ ُ ْ‬ ‫َاَْْْ َْ َُُِ َِْ ْ َ‬ ‫َاْْْ َُِاْ ْْ َ٘ َِِ‬ ‫ّتََََََََُُّاُْْ‬ ‫َوُك٘اَواْشب٘اَح َ‬ ‫َ َْ ْ ْ َ‬ ‫َ ُ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ُ ن َ َ ُّ ٰ َ َ َ ّ ن َ َ َ َ ُ ُ ن ْ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َاَِْ‬ ‫َلَُاللْ‬ ‫٘اَالصْ‬ ‫اْشبَثَُأث‬ ‫٘اَوج ِر‬ ‫َوُِكَِْاَف‬ ‫لْ‪َُ.‬اََُِِْْْْاْْ َُِاْْ٘ َِِ‬ ‫َّامَََإ ُِ‬ ‫٘اَحِّ َ‬ ‫ّتََََ ِ‬ ‫‪Islam lainnya sampai pada kita.‬‬ ‫‪Karena tidak ada satu‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫َ‬ ‫‪َ hadits‬‬ ‫‪ْ ulama‬‬ ‫‪ baik‬ن‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُّ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫‪pun‬‬ ‫‪hal‬‬ ‫‪ini‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪beliau‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪shahih,‬‬ ‫‪dhaif,‬‬ ‫‪musnad‬‬ ‫‪َْ ْ menukil‬‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫٘اَالص َْ َامَ َْإ ِ َُل َُاللْ ْ‬ ‫ل ْ‪ْ َ ُ .‬‬ ‫َِ ُ َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫ث‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َث‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫َاَ‬ ‫ِْ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫‪(bersambung‬‬ ‫‪sampai‬‬ ‫)‪Nabi‬‬ ‫‪ataupun‬‬ ‫‪mursal‬‬ ‫‪(sanad‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪atas‬‬ ‫‪tabi’in‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫َاْْ٘ َِِ‬ ‫ُعَ َِِّْٕ‬ ‫ّتَََ‬ ‫٘اَحل ََ‬ ‫اْشأب‬ ‫٘اَو َ‬ ‫ُق َاه‪.‬‬ ‫َاَْْ َو ِْ‬ ‫َاّللَ‬ ‫َاَّْْْاَأط‬ ‫ُفإِج‬ ‫َإَِْْ‬ ‫‪٘bahwa‬‬ ‫َُُُص‬ ‫ََّفََل‬ ‫ْشَب‬ ‫‪menyebutkan‬ك‬ ‫ِسَف‬ ‫‪ُْ beliau‬ج ِ‬ ‫إَوِذُكاَن ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪terputus),‬‬ ‫‪dapat‬‬ ‫‪disimpulkan‬‬ ‫َو ‪‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫َ‬ ‫‪ َ ْ َ َ َ ّhadits‬ن‬ ‫‪ُ َ menyatakan‬‬ ‫َ ََْ ْ‬ ‫‪perkara‬‬ ‫‪pembatal).‬‬ ‫‪Sedangkan‬‬ ‫َث نُ ََأ َ‬ ‫جَ‬ ‫‪َ َ ُِّّ yang‬‬ ‫‪ٰ (sebagai‬‬ ‫َصْْ ْ٘ ِ َ‬ ‫بَْفاملَ ُْإَِجَلنُ َ‬ ‫اَأ َ ْط َع َُّٕ‬ ‫َ‬ ‫َاّللََُ‬ ‫‪َ ini‬و َْ َق َاه‪َُ.‬‬ ‫لِ‪َُٕ .‬فَإ نج ََّ‬ ‫َ‬ ‫َالل‬ ‫٘اَالص‬ ‫ث‬ ‫ر‬ ‫إ ِِذِْاَنَاَ ِف‬ ‫ِ‬ ‫‪َ (lemah).‬‬ ‫ْش‬ ‫ك َ ْل‬ ‫ِس َْفِأ‬ ‫‪ِ َ َ ْ َ hadits‬‬ ‫‪ْ ْ ّ ُ adalah‬‬ ‫‪ْ bercelak‬‬ ‫‪bahwa‬‬ ‫‪ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ِ َ َُ ْ puasa‬‬ ‫‪َ َ ْ َ َ ُ membatalkan‬‬ ‫‪َُ yang‬و ن َ َ ِ‬ ‫‪َ dhaif‬‬ ‫َ نُ ُ ٰ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫اّللَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.ِ َٕtersebut‬‬ ‫َاْلْ‬ ‫‪ِ dikeluarkan‬رِِْٖ٘اَل‬ ‫انَُوِ‬ ‫‪Abu‬يْ‬ ‫َاََْأأ‬ ‫َْأ‬ ‫عب َخ‬ ‫٘اَوَو‬ ‫‪َnamun‬‬ ‫نُكَ‬ ‫إ َِو َ‬ ‫َوُاَِ ِ‬ ‫ْ٘ َِِ‬ ‫َُاْ‬ ‫رَ‬ ‫اَاْجُ‬ ‫َاْْْ‬ ‫َاْْ‬ ‫ُ‬ ‫‪َّdalam‬‬ ‫ّتَ‬ ‫ّتََِ َِ‬ ‫اْش‬ ‫َ‬ ‫٘اَح‬ ‫‪Hadits‬‬ ‫‪oleh‬‬ ‫‪Daud‬‬ ‫‪Sunannya,‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪selain‬‬ ‫‪beliau‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪ada‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪mengeluarkannya.‬‬ ‫‪Hadits‬‬ ‫‪tersebut‬‬ ‫‪juga‬‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫اَأ ُْط َْع َّ ُ ُٕ ٰ َ ُ‬ ‫ك َ ْل ُّ َ‬ ‫َو نْش ّ َب َ ْ ََف َل ُْجَِ َ نُ ّ َ ن‬ ‫‪َُٕ َِAhmad‬‬ ‫”‪lainnya.‬أ َ ُ ن َ َ‬ ‫ِس ْ َ‬ ‫إ ِ نذ َاَن ٰ ْ ِ َ‬ ‫‪ْ musnad‬‬ ‫ي ْ٘ َ‬ ‫اّللف َ َ‬ ‫َص ْْْ‬ ‫‪.terdapat‬ق َاهُ‪.‬‬ ‫َاّللََلََْْو َِٕ َْ‬ ‫انَف ََوإ ِ َِج َّ‬ ‫َف‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪kitab‬‬ ‫‪referensi‬‬ ‫ِ‬ ‫‪٘dalam‬اَل‬ ‫اَاْجر ِرٖ‬ ‫ْ‬ ‫اَِ‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫َاْ‬ ‫ّت‬ ‫ِ‬ ‫َأ‬ ‫ْ‬ ‫َخ‬ ‫ع‬ ‫َو‬ ‫َ‬ ‫ن ََ‬ ‫إ ِِ نَ‬ ‫ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َالل‬ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫َ‬ ‫ام‬ ‫ْ‬ ‫٘اَالص‬ ‫ِّ‬ ‫ث‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َث‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ِ‬ ‫َِْاَ ْ َ َ َِ ن َ َ َ ِ َ َ ْ َ ِ ن َ‬ ‫اَخ ِ ََر َ‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫س‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫خ‬ ‫َ‬ ‫اَ ِ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫َ‬ ‫اَاَ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َإ ِ َج‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪2. Penyebutan makan disebutkan oleh mayoritas pakar bahasa dikaitkan‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ َ ُ seperti‬‬ ‫‪dengan ْ makanan‬‬ ‫‪ َ ْ ‘Aَ َ َ َrab‬ن ّ‬ ‫‪َ ُ َ َ َ َْ Lisanul‬‬ ‫‪ َ dalam‬ن َ ْ َ‬ ‫ن ن َ َ َ ٰ َْ َ َ َ َ َ َ َ ن َ َ‬ ‫اَِ َ ْ‬ ‫اَاْ ُ‬ ‫ان َ َ َ‬ ‫َخ َ ْْ ََأ َ َ نِ َ‬ ‫‪ْ َ َ َ disebutkan,‬‬ ‫ر َ ِر ُٖ ٰ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫٘اَلُ‬ ‫َاّللََلَْو َِٕ َْ‪َ .‬ق َاه‪ُ.‬‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫ج‬ ‫ِ‬ ‫َو‬ ‫ْ‬ ‫ي‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫َاْ‬ ‫ّت‬ ‫اَاََ‬ ‫إَإَِِإ َِجَ‬ ‫ِ‬ ‫اّللَف َ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫اَخَِرََٕ‬ ‫َصَ٘‬ ‫ب ََي ََفلَْ‬ ‫ْش ًَوَ‬ ‫خ َْ‬ ‫اَ َِوَ‬ ‫ك ُلَ‬ ‫عأ ََ َِم َ َّ‬ ‫أَفَْر‬ ‫َوَ‬ ‫نذََّ َاَن ْ َِ‬ ‫جف‪.‬إِجّاَأطعّٕ‬ ‫ِس‬ ‫سَج ِ َُِمُ َّ ً‬ ‫لَ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ال‪.‬‬ ‫ك َ‬ ‫َو َِ َأ َ‬ ‫كال َ‬ ‫امََأ َ‬ ‫أ َع َ‬ ‫تَ َاَ َ‬ ‫َأكَ َل َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ن ن َ َ ْ ٰ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ن َ ُ ْ َ ُ َ ن َْ ًَ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ن ّ ً ْ َ‬ ‫اَخَ ََر َ َ‬ ‫ج َ‪َ َ ُ ْ ُ ْ َ .‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ َِadalah‬أأأَ‬ ‫َوَي‬ ‫ل َْ‬ ‫كَ‬ ‫اَ ِ َْأ َ‬ ‫امََْأَ‬ ‫عَََِم َّ‬ ‫أ َاََر‬ ‫تَوََ‬ ‫كَ َل َ‬ ‫إَأَإِِ َْجََّ‬ ‫‪ “Akuَ benar-benar‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫ال‪.‬‬ ‫ك َّاَِ َُِ‬ ‫سَ َْوَِمََ‬ ‫الَوََ َ‬ ‫َخَ‬ ‫اّللَفَ‬ ‫اَاْج ْ َر‬ ‫‪dimakan‬يْْان‬ ‫َاْ‬ ‫ّت‬ ‫خِ‬ ‫اَاَ َُ‬ ‫‪ََ yang‬و َِ ْ‬ ‫‪ِ makan‬رٖ ُ َ‬ ‫أ ْ ََع ً‬ ‫”‪ِ َmakanan.‬‬ ‫٘اَلْل َْ َِٕ‪ْ .‬‬ ‫نََ ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫لَ‬ ‫‪َِ َAr-Ramaani‬‬ ‫سََب َِأك‬ ‫‪َ َdalam‬ي َ‬ ‫ص َاةََ‬ ‫‪َ Al-Mishbahul‬‬ ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََالَ‬ ‫‪َMunir‬‬ ‫‪َberkata,‬ع َدَ َم‬ ‫امَ َْ‬ ‫حقَِ َْ َقة ََب َل ََ َاَ َأ َع َ‬ ‫لَ َ‬ ‫كَ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََا َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ َن َ َ َ ْ َ ْ ْ ً ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ن ً ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ال‪ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ .‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫سعَ َِمَ‬ ‫َوَي َِ‬ ‫كلاَََالأَوَعََ‬ ‫خََ‬ ‫أََِْمَعقََّةَ‬ ‫حَاََرقََِ‬ ‫اَاََةل‪َ.‬فَ‬ ‫لَ‬ ‫صاةََََيَسَََب ِأَكَ َِ‬ ‫ال َ‬ ‫جفَ‪َ.‬لَ ََ َ‬ ‫أَ‬ ‫حَ‬ ‫كََْ َلق‬ ‫َّْق‬ ‫ََاَأَإ ِجَ‬ ‫اَخغَِر َِٕ َ‬ ‫كدَ َّ ََمضَ‬ ‫امَََأَْ‬ ‫اَ َِل َ‬ ‫امََبََأَ‬ ‫تَََ‬ ‫كََ‬ ‫َْ َ َ ً‬ ‫َ َْ‬ ‫ح ََقَ ََْْ ْ ْقَ ُةَُ ُ‪ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ً ُ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ ً َ ْ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ َْ ُ ً ُ ََ َْ َ َْ َ َ .‬‬ ‫لَ‬ ‫سََب َِأكَ َِ‬ ‫ص َاةَََ َي َ‬ ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََالَ َ‬ ‫الَم‪َ .‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫د‬ ‫َ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ام‬ ‫َ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫اَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫َب‬ ‫ة‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ق‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ك‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫او‬ ‫َ‬ ‫ٔ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ك‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ك َ‬ ‫َو َِ َأ َ‬ ‫ام َأك ِال َ‬ ‫أ َع َ‬ ‫تَاَ َ‬ ‫اَاََأكَ َل َ‬ ‫‪“Makan hakikatnya adalah memasukkan makanan setelah dikunyah. Jika‬‬ ‫َ َْ َ‬ ‫‪ََ َْْ yang‬قْ ًَةُ‪ْ ُ َ َ َ .‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪dimasukkan adalah batu, maka itu sebenarnya tidak disebut‬‬ ‫”‪makan.‬‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫َا َْ‬ ‫او َ ََل ًَ ََال َ َ َّْ ََ‬ ‫ل ََ َت َََٔ ُ َْ‬ ‫ك َُ َ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫ح َ ََ‬ ‫أ ُ َع ْ ِ ََُ‪َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ .‬‬ ‫‪ْDalam‬‬ ‫َ‬ ‫‪َ Al-Ashfahani‬‬ ‫لَ‬ ‫‪ََAl-Mufrodhaat‬ب َِأكَ َِ‬ ‫ص َاةَََ َي َ‬ ‫س‬ ‫الَ َ‬ ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََ‬ ‫‪َ disebutkan,‬‬ ‫امَ َْ َع َدَ َم‬ ‫ْشَل ُابَ َٕ‪َ.‬اَ َأ َع َ‬ ‫حاِقََِْٕ َقَوة ََب‬ ‫لَع َ‬ ‫كَطَ‬ ‫ْع َ‬ ‫اَََدَ‬ ‫َ ْ َ َ ْ ًُ َ َ َ ُ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ل ََع َت ََٔ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫كَ‬ ‫او َ‬ ‫َاََ َ‬ ‫َوَلَ َال َ‬ ‫إََٔع‪.َُِ .‬‬ ‫ْشَّابَ‬ ‫اِ َُٕ‬ ‫َط‪َ.‬‬ ‫ََْق َْْعََقَ‬ ‫ح َدَ‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ََ َ َ َْ ْ‬ ‫َ ْ َ َُ ٌْ ََُ َ ٌ َْ َ‬ ‫َللَِْْٕق َض ٌ‬ ‫‪.“Makan‬‬ ‫‪َadalah‬فلْق ِ َ‬ ‫ُ‬ ‫َاْجقاء‬ ‫َِإَون‬ ‫اء‬ ‫َِْذرلََٕقءَوَٖ٘صانَُِفليس‬ ‫ِ‬ ‫”‪mencerna makanan.‬‬ ‫َ َْ َ َ ْ َ‬ ‫َط ََع َ ُ ََ‬ ‫اِ َُ‬ ‫‪َ ُ bahwa‬‬ ‫ع َْ‬ ‫ْشُ َابَْ َُٕ َ‪َ ٌ .‬‬ ‫‪ْ َ ْ َ َ َ َ ْ pakarٌ bahasa‬‬ ‫‪ُ َ makan‬‬ ‫‪َ َ ْ َ diَ atas‬‬ ‫‪ْ َ menunjukkan‬‬ ‫َو َ َ ْ َُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪Nukilan-nukilan‬‬ ‫ٕ‬ ‫‪dimaksudkan‬لْ َق ِ َ‬ ‫‪ْ yang‬ضَاء‬ ‫َذ‬ ‫َاَ َِ‬ ‫أ َ َع‬ ‫‪َ َّْ٘ ٖmakanan.‬‬ ‫ََقءَل َََوَال‬ ‫لَل ََتَٕٔ ََ‬ ‫او‬ ‫‪Hal‬رَ‬ ‫ْْْ َ َ‬ ‫ك‬ ‫‪ini‬دَ‬ ‫‪ِ َ َ jika‬‬ ‫َصَُِ ُ‪.‬ان ِ َُ َّفلي َ َ‬ ‫َِإَون ََاْج َق َاءَف َ‬ ‫َلُلْ َِْٕقُ‬ ‫سَ‬ ‫ُ‪ََِْْ.‬‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪hanyalah‬‬ ‫‪dimasukkan‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫أَيسَإِذاَحاعتَلَُثص ِلَولَُثص َُ‪َ.‬قلَْبَ َ‪َ.‬قَالَفَلل ِ َِ‬ ‫‪dikuatkanْ pula dengan sabda Nabi :‬‬ ‫ُ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ٌ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ٌ ّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ ْ َُ ْ َ َ ٌ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ‬ ‫ُ‪ََِْْ.‬‬ ‫صَذ َ‬ ‫َللل ِ َْ َق َ َِِ‬ ‫َالقَفاءَف‬ ‫َِإَونَقَاْج‬ ‫َصَثانُِ‬ ‫اعَو َٖ‬ ‫ََقِٗا َء‬ ‫لذ َِِٕ‬ ‫سَثَلصلَُْ‪ََِٕ.‬ققلضْاءَبَ َ ِ‪.‬‬ ‫صَفِلليَولُ‬ ‫ت٘ابََلَُٕ‪ُ.‬‬ ‫اَح‬ ‫َطإ‬ ‫ْش‬ ‫َو‬ ‫أِ ُٕ‬ ‫انَِع‬ ‫ََجأَِقديْع‬ ‫سَرِ‬ ‫ُج َ ْق َصانَ َ َِِٔ َ‬ ‫‪minuman.‬‬ ‫َ”‬ ‫‪ْ َُ ْ َdan‬‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ meninggalkan‬‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ َ َ ْ َ َ َ makanan‬‬ ‫ا‬ ‫ِٗ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪َْ َ ْ itu‬‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫سَ َ ِإ َذَ ُ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫‪ََِْْ“Puasa‬‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اع َ َ‬ ‫َأََ ْيْ ُ ْ َ ُ َ‬ ‫صْ َِل َُْول َُ َْث َص ْ‬ ‫اَحُ‬ ‫َص َ‬ ‫ََق ٌء َ‬ ‫َو ُٖ َ‬ ‫َالقَف َ‬ ‫َوَثان َش ٌ‬ ‫جَُْْ‪َِ.ََٕ.‬ققل َضْ ٌ‬ ‫اءَبَ َ‪.‬‬ ‫ت َ٘ابََل ُٕ َُ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َأ‬ ‫ِْ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ٕ‬ ‫ث‬ ‫٘‬ ‫ٗ‬ ‫ْش‬ ‫َو‬ ‫ٕ‬ ‫اِ‬ ‫ع‬ ‫َط‬ ‫حِْتْك‬ ‫ُ‪.‬‬ ‫َللل ِْق َ َِِ‬ ‫اءَف‬ ‫َِإَونَقَاْج‬ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ‫ُ‬ ‫ٕ‬ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫َذ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫‪136 Majmu’ Al-Fatawa, 25: 234‬‬ ‫انَ َ َِِ َٔ ُ َِٗا َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ ْ‬ ‫ْت َ ُ‬ ‫صك َ‬ ‫َُجح ْْق ُ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ج‬ ‫َأ‬ ‫ِْ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ٕ‬ ‫ث‬ ‫٘‬ ‫ٗ‬ ‫ش‬ ‫َو‬ ‫ٕ‬ ‫اب‬ ‫ْش‬ ‫َو‬ ‫ٕ‬ ‫اِ‬ ‫ع‬ ‫َط‬ ‫‪ َ HR Bukhari‬ن ‪137‬‬ ‫‪no.‬‬ ‫‪1903‬‬ ‫َ نْ َ ٰ َ َ َ َ َ َ َ َ‬ ‫ت َُبْٕ َِِنجْ ُ ُف ْ َي َٗ َاَ َِاَل َ َُْ ََت َ ْع َّ َ ْلَأ َ ْ َ َ‬ ‫اَحَ نَ َ َْ‬ ‫َِ ّ َ‬ ‫َخ َْْأ َ نِ ْ ُ َ‬ ‫َك َُْ ْ‪.‬‬ ‫َاّللَإِذََجاو‬ ‫ََِْ‬ ‫َللوَِتجَِ‬ ‫َولد ْتَُث َص ِ َُ‪َ.‬قلَْبَ َ‪َ.‬قَالَف‬ ‫ّت َص ِل‬ ‫اَحزاعتَلُ َِث‬ ‫إ ِأَينسَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ ْ ْ ن ُ َ ُ ٰ ََ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ن َ َ ْ َ َ ُ ن َ ْ ْ ْ‬ ‫ج َ ْ‪ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ .‬‬ ‫‪َ َ َ ْ Ramadhan‬‬ ‫‪ Tutorial‬ن| ْ ‪58‬‬ ‫ّتشَِٗ٘ث‬ ‫ََجَِأِاوِٕٗزاَوَخْشْابَإَِٔو‬ ‫َطع‬ ‫ْتك‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫اَحَٕدِتِْتَأَبِٕ َِِنجفيٗاَِاَلَُتعّلَأوَتجَك َُ‪.‬‬ ‫َاّللَ‬ ‫ص ِ‬ ‫َ َ َِ‬ ‫جإ ِق ن‬ ‫ان َُ ّ ِ ْ‬ ‫َ‬ ‫ئَِآَ٘ى‪.‬‬ ‫ِكَام ِر ٍ‬ ‫ِإَوجّاََ َ ِ‬ ‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ َن‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫‪136‬‬

‫‪137‬‬

3. Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa mengenai hal ini terdapat khilaf (perselisihan pendapat) apakah setiap yang masuk ke dalam tubuh itu membatalkan puasa atau hanyalah dikhususkan makanan. Lagi pula tidak setiap yang keluar itu tidak membatalkan puasa. Buktinya saja, darah haid jika keluar dan muntah dengan sengaja membatalkan puasa padahal itu adalah sesuatu yang keluar. Sehingga perkataan Ibnu ‘Abbas di atas sebenarnya tidak bisa jadi dalil pendukung. Pendapat kedua, yang membatalkan puasa adalah jika yang masuk ke dalam perut berupa makanan atau minuman. Pendapat ini dipilih oleh AlHasan bin Shalih, sebagian ulama Malikiyah dan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah berkata, “Pendapat yang kuat, puasa tidaklah batal dengan menggunakan celak mata, injeksi pada saluran kemaluan dan tidak batal pula dengan memasukkan sesuatu yang bukan makanan.” 138 Alasan mereka, bahwa: 1. Yang dimaksud makan dan minum dalam berbagai dalil adalah makan yang sudah ma’ruf di tengah-tengah kita, bukan dengan memakan batu dan uang dirham. Memakan seperti itu tidak dianggap makan sebagaimana maksud dalil. Oleh karenanya ketika pakar bahasa Arab mendefiniskan apa itu makan, mereka berkata, “Yang namanya makan itu sudah ma’ruf.” 2. Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya menjadikan makan dan minum sebagai pembatal puasa karena keduanya bisa menguatkan dan mengenyangkan, bukan hanya sekedar memasukkan sesuatu ke perut. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Orang yang berpuasa dilarang makan dan minum karena keduanya dapat menguatkan tubuh. Padahal maksud meninggalkan makan dan minum di mana kedua aktivitas ini yang mengalirkan darah di dalam tubuh, di mana darah ini adalah tempat mengalirnya setan, dan bukanlah disebabkan karena melakukan injeksi atau bercelak” 139 . Jika demikian sebabnya, maka memasukkan sesuatu yang bukan makanan ke dalam perut tidaklah merusak puasa.

138 Majmu’ Al-Fatawa, 20: 528 139 Majmu’ Al-Fatawa, 25: 245

Enam Pembatal Puasa |59

ِ ِ ْ َ َ ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ‫ل‬ َِ َ‫سََب َِأك‬ َ َ ‫ص َاةَََ َي‬ َ َ‫ضغَِ ََِٕ َفَ َل ََال‬ َ ‫امَ َْ َع َدَ َم‬ َ ‫حقَِ َْ َقة ََب َل ََُ َاَ َأ َع‬ َ َ‫ل‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ََ‫ا‬ َ َ َ َ َٰ ‫ن‬ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ّ َ َ َ َْ ‫ن‬ ْ ْ .َِٕ ْ‫اّللَوع َخَْأِ ِّتَاْأأَواَِِيْانَوِاَاْجر ِرٖ٘اَلل‬ ًَ َ ََ ‫ن‬ َ َ ِ‫إ‬ .‫ح َق َْْ َق َة‬ َ

َ ‫َ ْن َ َ ْ َ َ َ ُ ن ْ َ َ َ َ َ ْ َ ن‬ َ ‫اَخ ََر‬ . َ ‫ج‬ َ َّ ‫َِم‬adalah َ‫س‬ َ ‫َ َي‬pendapat ‫لَ َو‬ ََ ‫خ‬ َْ ُ ِ َ‫ا‬ َ َّkedua. ‫أ ََرَ ََِم‬ ََ ‫َف‬Namun َ ْ َّ ‫َإ ِ َج‬ ُ َ‫اَا‬ Pendapat yang lebih mendekati dalil . َ ُ َ ‫ع‬ َ ‫أ‬ َ ّ َ ‫ال‬ َ َ ‫ل‬ َ ‫او‬ َ ٔ َ ‫ت‬ َ َ ‫ل‬ َ ْ ‫ك‬ َ ‫َا‬ ِ karena memperhatikan khilaf (mura’atul khilaf), maka kami memilih pendapat pertama karena kehati-hatian.ً Wallahu ً ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ a’lam. .‫ال‬ َ ‫ك‬ َ ‫َو َِ َأ‬ َ ‫كال‬ َ ‫امَ ََأ‬ ََ َ ‫أ َع‬ َ َ‫تََ ََا‬ َ َ ‫كَ َل‬ َ ‫َأ‬ 2. Muntah dengan Sengaja. .َُٕ َ‫ْشاب‬ ‫اِ َُٕو‬ ‫َطع‬ ‫ََ َدع‬ Dariَ Abu Hurairah ْ Nabi ْ َ َ  bersabda: ْ ْ َ ْ َ ُ َ َ , ْ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ ْ َ َ ُ َْ َ ْ ُ َ‫ل‬ َِ َ‫سََبَ َِأ ْك‬ ََ َ ‫ص َْاةَ ََ ََ َي‬ َ َ‫ض َِْغ ََِٕ ََفَ َ َل َ ٌَال‬ ََ َ ‫امََ َََْ َْع َ ََدَ َُم‬ َ ٌ ‫ح َِق َْ ْ َق ٌة َ ََب َُل َ ََ ََاَ َأ َع‬ َُ ََ ‫ل‬ َ‫ك‬ َ ْ َ ََ‫ا‬ .ُ َ ِ ‫َِإَونَاْجقاءَفلْق‬ ٕ‫َِ َْْذ َرل‬ ِ ‫ََقءَوَٖ٘صانَُِفليسَللَِْٕقضاء‬ ًَ ََ .‫ح َق َْْ َق َة‬ َ "Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka ْ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ََْ ّ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ َْ َ َ َ baginya ْ ِada tidak maka ِ ‫َقَالَفَلل‬.َ َ.َ‫َب‬Namun ََِْ َ qadha’ ْ‫َقل‬.َُapabila ‫لَُثص‬dia ‫ِلَو‬muntah ‫(َلَُثص‬dengan ‫ ُاع ْت‬sengaja), ‫سَإِذاَح‬ ‫أَي‬ َ ُ ْ َ َْ ْ َ wajib baginya membayar qadha’. ” َ َ ُ .َُِ ‫أ َع‬ َ َّ ‫او َلَ َال‬ ََ َٔ ‫لَ َت‬ َ‫ك‬ ََْ َْ ُ ‫َا‬ ‫ا‬ ِٗ ٔ َِ ِ َ ‫ان‬ ‫ص‬ ‫جق‬ ِ 3. Haid dan Nifas. َ ََ َ َ tengah-tengah Apabila seorang wanita mengalami atau nifas َ ‫َط َع‬ ُ َ‫ْشاب‬ ُ ِ‫ا‬ َ ‫ع‬ َ di َ ْ haid . َ ٕ ‫َو‬ ٕ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ puasanya َ ٕbatal. ُ ‫َحَ ْد‬ َ ٗ‫َوش‬ َ ‫َو‬ berpuasa baik di awal atau akhir hari puasa, maka Apabila . َ ‫ج‬ ‫َأ‬ ِْ ِ َ ٕ ‫ث‬ ٘ ٕ ‫اب‬ ‫ْش‬ ِ‫ا‬ ‫ع‬ ‫َط‬ ‫ك‬ ‫ْت‬ ِ dia tetap berpuasa, puasanya tidaklah sah. Ibnu Taimiyah  mengatakan, “Keluarnya َ َ membatalkan ْ َ ْ َ َ َ darah َ َ ْ َhaid ٌ danَ َ nifas ْ َ َ ٌ َ ُ َ puasa ُ َ ٌ ْ َ berdasarkan َ َ ْ َ ْ َ َ ‫ن‬ َ ْ . َ ُ ‫ق‬ ْ ‫ل‬ ‫َف‬ ‫اء‬ ‫ق‬ ‫ج‬ ْ‫َا‬ ‫َِإَون‬ ‫اء‬ ‫ض‬ ‫َِق‬ ٕ ْ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ُ ‫ان‬ ‫َص‬ ٘ ٖ ‫ََق َء ََو‬ ُٕ َ ‫َذ َ َرل‬ َ ْ kesepakatan َ ْ ِ َ َ. َ ُ ٰ ْ‫ِ ن‬ ْ ulama” َ ‫ن‬ ‫ن‬ ْ َ َ ْ.َُ ‫َأ ْو ََت َج َِك‬para ْ َ َ ِ َ ‫ََج‬ ‫ل‬ ّ ‫ع‬ ‫َت‬ ُ ‫اَل‬ ِ ‫ا‬ ٗ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ج‬ ‫َِن‬ ٕ ‫ب‬ َ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫د‬ ‫اَح‬ َِ ‫ّت‬ ِ ‫َأ‬ ْ ‫َخ‬ ‫ز‬ ‫او‬ َ ‫َاّلل‬ ‫إِن‬ ِ Dari Abu Sa’id Al-Khudri , Nabi  bersabda:ِ َ َ َ َ َ َ َُْ ْ ُ َ ََْ ّ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ َْ ْ َِ َ ِ ‫َلل‬ ‫أَي ن َسَإ ِ ُذ ّاَح ْاع‬ ََِْ ‫َقَالَف‬.َ َ‫َقلَْب‬.َُ ‫تَل َُ ََثص ِلَولَُثص‬ َ ‫ئ‬ .‫َِآَ٘ى‬ ََ‫ِإَوجّا‬ ٍ ‫ِكَام ِر‬ َ‫ُج ْق َصانَ ِ َِِٔ ِٗا‬ ِ Pendapat Terkuat

140

141

142

"Bukankah kalau wanita tersebut َ haid, dia tidak shalat dan juga tidak َbeliau َ َ ْ َ َ Lalu ْ ْ ُ “Betul.” َ ‫َط َع‬ ُ ُ ِ‫ا‬ َ َ ‫ْت ُك‬ َ ُ ْ ‫َح‬ َ menunaikan puasa?” Para wanita.َmenjawab, bersabda, ‫ج‬ ‫َأ‬ ِْ ِ َ ٕ ‫ث‬ ٘ ٗ ‫ش‬ ‫َو‬ ٕ ‫اب‬ ‫ْش‬ ‫َو‬ ٕ ِ “Itulah kekurangan agama wanita.143” harus mengqadha’ ُ َ َ َ َ puasanya ‫ َ َ ن‬wanita َ nifas tidak ‫ن‬ ُ ْ َ berpuasa, َ َ ْ haid ْ َ ْ dan ْ َ‫‘ت‬Aisyah َ ia َِ َ radhiyallahu ْ Jika َ ٰ “Kami di.ُ anha, َhari ‫َاّللَََج‬ ‫جَك‬lainnya. ‫ع َّلَأ ْوَت‬Berdasarkan ‫ َي َٗاَ َِاَلَُت‬perkataan ‫تَبَِِٕنجف‬ ‫اَح ند‬ ‫او َزَخ َْْأ نِ ِّت‬ ‫إِن‬ dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat 144.” Berdasarkan 140 141 142 143 144

ْ ُّ َ ‫ن‬ َ ‫َامرئ‬ َ ََٓ‫َِا‬ ‫ى‬ ٘ . ‫ِك‬ ٍ ِ mengqadha’ ِ ََ‫ِإَوجّا‬ Maksudnya, tidak menjadikan puasanya batal sehingga tidak wajib HR Abu Daud no. 2380. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih Majmu’ Al-Fatawa, 25/266 HR Bukhari no. 304 HR Muslim no. 335

60 | Tutorial Ramadhan

ْ َ ََ َ‫َإ ِ َجَ ََّاَا َْ ُف‬ ْ ََُِّ َ‫اوَِم ُنََّلَاَال‬ .‫ج‬ ََ ‫سَ َِم نَّاَخَ ََر‬ َ َ ‫َ َي‬.‫أ َلََعََََُِو‬ ََ‫خ‬ ََ َ‫أَت َََٔر‬ َ‫ل‬ َ‫ك‬ َ َْ‫َا‬

ً ُ ْ َ َ ً ُْ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ‫إٔ َع‬ َ ‫امََأ‬ .‫ال‬ َ ‫ك‬ َ ‫َو َِ َأ‬ َ ‫ال‬.‫ك‬ ََٕ ‫ْشاب‬ َ ‫َو‬ َ ِ‫تعَ َاَا‬ َ‫كَعَلَط‬ ‫َأَد‬

kesepakatan para ulama pula, wanita yang dalam keadaan haid dan nifas wajib mengqadha’ ia suci.145 َ َْ ْ ketika ْ ْ ْ َ puasanya

ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ٌ ُ َ َ ََ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ ُ ٌ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ً ٌ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ4.‫ل‬ َِ . َُ ‫ك‬ َ ‫َاََْجَقَياء‬ ‫س‬ ‫َاة‬Mani َ‫َِإَون‬ ‫ص‬ ََ ‫ض‬ ‫لغَِْ َََِِٕٕقَفَ َل‬Sengaja. َ‫س َمَل‬ ‫ض‬ َ‫امَفَلَْيَع َد‬ َ ُ‫َص َأان َِع‬ َ‫ََقَقءةَوََب َلََٖ٘ َا‬ َْ َِ‫حق‬ َٕ‫لرَل‬ َ ‫كَذ‬ َ ْْ َِ ََ‫ا‬ َ Keluarnya ‫اء‬ ِ ‫َفَلَب َِْأق‬ ِ َ‫ال‬dengan ً َ jima’ َ َْْ ‫ح ََق‬ Artinya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa hubungan . َ ‫ة‬ َ ‫ق‬ َ ْ َ َ َ َ ّ َ ُ ْ caraْ menggesek-gesek َ mani َ َ َdengan ُ ْ tangan, َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َ‫َول َُْث‬ ْ َِ mengeluarkan seperti َ dengan ِ ‫َفَلل‬pada َkemaluannya َِْ ‫قَال‬perut َ.َ َatau ‫لَْب‬paha, ‫َق‬.َُ ‫ص‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫َث‬ ُ ‫َل‬ ‫ت‬ ‫اع‬ ‫سَإِذاَح‬dan ‫أَي‬ ِ dengan cara disentuh atau dicium َ َْ ْ ُ َ َ َ ُ ْ tanpa ْ َ ُ lainnya. Hal ini menyebabkan puasanya batal dan wajib mengqadha’, َ َ .َُِ ‫أ َع‬ َ َّ ‫اوِٗ َلَ َال‬ َ ََِِٔٔ ‫انََ َت‬ َِ ‫ك‬ ‫ل‬ َ‫ص‬dan َ‫َا ُج ْق‬ ْ menunaikan kaffarah. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, ‫ا‬Syafi’iyah Hanabilah. Dalil hal ini adalah sabda Nabi :

َ ُ ْ َ ََ َ َ ‫َط‬ َ ُ ُٕ َ ِ‫ا‬ َ َ َ َ ‫َو‬ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ .ُ ََُٕ َ‫ْش َاب‬ َ َ ‫ع ُك‬ .َ ِ ‫َوْشابَٕوشٗ٘ثََِِْٕأج‬ ِٕ‫َطع َعا‬ ‫َحدْت‬ َ ْ َ َ ْ iaَ ‫ َن‬meninggalkan َ ْ dan َ ْ ْ َ َ ketika ‫َ ْ ْ َ ْ ن‬َْ berfirman): َْ َ َ َ ٌ َ ‫ ُ ْ َ ُ ن‬makan, ُ َ ‫َذ ٰ َر َل‬ َ ‫ََق َ ٌء‬ ٌ َ َ ‫َِْقَ ُ َض‬berpuasa ‫َن‬ ْ َ َ َ ٕminum ْ.َُ."(Allah َ‫ََتق َج ِ ََك‬karena-Ku” ُ ْ‫َاْ ََت َج ْعق َّاءلَفَألو‬ ‫َِإَون‬ ‫اء‬ ٕ ْ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫َف‬ ُ ‫ان‬ ‫َص‬ ٘ ٖ ‫َو‬ ِ syahwat . ُ‫إ ِِنَْاّللَََجاوزَخَْأِ ِّت َِِاَحدتتَبَِِٕنجفيٗاَِاَل‬ Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga termasuk َ َ َ َpuasaَ sebagaimana َ ْ َ ّ َُ َ َ ‫َ ْ ن‬ ْ ‫اع‬ َ ُ‫ ََث‬minum. َ‫َقُلْ ََْب‬.َُْ ‫َثَ ُص‬makan ْ َِ َ ِ pembatal ْ َ ‫َول‬ َ ‫ ّل‬dan َ ْ َ ‫ت ََل‬ ََِْ ‫ل‬ ‫َل‬ ‫َف‬ ‫َال‬ ‫ق‬ َ . َ َ ُ ‫ص‬ ُ ‫ِكاَح‬ ‫أَي‬ ‫ى‬ ٘ َٓ‫ا‬ َِ ‫ئ‬ . َََ‫سا‬ ّ‫ِإَوج‬ ٍ ِ puasanya‫َام ِر‬ Jika seseorang mencium istri dan keluar mani, batal. ِ ‫إِذ‬Namun jika tidak keluar mani, puasanya tidak batal. Adapun jika sekaliَ memandang َ ُْ ‫َ َِِٔ ِٗا‬berulang ‫ان‬ istri, lalu keluar mani, puasanya tidak batal. Sedangkan jika sampai ِ ‫جقص‬ 146

147

kali memandangnya lalu keluar mani, maka puasanya batal.148 Lalu bagaimana jika sekedar membayangkan َ َ 149ُ berkhayal َ ْ atau ْ َ َ (berfantasi) َ ‫ْت ُك‬ َ ُٕ ِ‫ا‬ ُ ْ ‫َح‬ َ َ ‫َو‬ .َ ِ ‫ َِْْأج‬tidak َُِٕ ‫َ٘ث‬batal ٗ‫َوش‬ ٕ.َ‫اب‬Alasannya, ‫ْش‬ ‫َط َع‬ lalu keluar mani? Jawabnya, puasanya Nabi bersabda:

َ َ َ ََ َٰ ‫ن‬ ْ َ‫اَح ندت‬ َ َِ َ ‫َخ َْْأُ نِّت‬ ْ.َُ ‫تَبٕ ََِنجْ ُف َي َٗاَ َِاَل َ ُْ ََت ْع َّ ْلَأَ ْو ََت َج ََكن‬ ‫َاّللََجاوز‬ َ ‫إِن‬ ِ ِ

"Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang terbayang ّ ُ mereka, ‫ن‬ َ َ dalam ْ hati selama tidak melakukan atau pun mengungkapnya.”.Wallahu A’lam. ‫َِآَ َ٘ى‬ ‫ئ‬ ‫ر‬ ‫َام‬ ‫ِك‬ ٍ ِ ِ ََ‫ِإَوج َّا‬

5. Berniat Membatalkan Puasa.

Jika seseorang berniat membatalkan puasa sedangkan ia dalam keadaan berpuasa, ia telah bertekad bulat dengan sengaja untuk membatalkan puasa 145 146 147 148 149

Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9917 HR Bukhari no. 1894 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/52 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/53-54 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/54

Enam Pembatal Puasa |61

َ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ ْ َ .َ ِ ‫َوش ْٗ َ٘ث َُِٕ َِْْأج‬ ٕ‫حْتكَطعإَِوْشاب‬

َ َ َ ََ َٰ ‫ن‬ ْ َ‫اَح ندت‬ َ َِ َ ‫َخ َْْأُ نِّت‬ ْ.َُ ‫تَبٕ ََِنجْ ُف َي َٗاَ َِاَل َ ُْ ََت ْع َّ ْلَأَ ْو ََت َج ََكن‬ ‫ََجاوز‬walaupun َ‫إِنَاّلل‬ ِ dan dalam keadaan ingat sedang berpuasa, maka puasanya batal, ِ ketika itu ia tidak makan dan minum. Karena Nabi  bersabda:

َ َ ْ ُّ َ ‫ن‬ .‫َِآَ َ٘ى‬ ‫ئ‬ ٍ ‫ِكَام ِر‬ ِ ََ‫ِإَوجّا‬

"Setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan” 150. Ibnu Hazm  mengatakan, “Barangsiapa berniat membatalkan puasa sedangkan ia dalam keadaan berpuasa, maka puasanya batal.”151 Ketika puasa batal dalam keadaan seperti ini, maka ia harus mengqadha’ puasanya di hari lainnya.152

6. Jima’ (Bersetubuh) di Siang Hari. Berjima’ dengan pasangan di siang hari bulan Ramadhan membatalkan puasa, wajib mengqadha’ dan menunaikan kaffarah. Namun hal ini berlaku jika memenuhi dua syarat: (1) yang melakukan adalah orang yang dikenai kewajiban untuk berpuasa, dan (2) bukan termasuk orang yang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Jika seseorang termasuk orang yang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa seperti orang yang sakit dan sebenarnya ia berat untuk berpuasa namun tetap berpuasa, lalu ia menyetubuhi istrinya di siang hari, maka ia hanya punya kewajiban qadha’ dan tidak ada kaffarah.153

Kaffarah Apakah kaffarah atau tebusan yang harus dibayarkan oleh orang seperti ini? Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah , ia berkata: “Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi  kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau . Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi  berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah  bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak.” Lantas Nabi  bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak.” Lantas 150 151 152 153

HR Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari Umar bin Al-Khattab Al-Muhalla, 6/174 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/106 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/68.

62 | Tutorial Ramadhan

beliau  bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak.” Abu Hurairah berkata, Nabi  lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi . Kemudian beliau  berkata, “Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau  mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku.” Nabi  lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau  berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.”154 Berdasarkan hadits di atas, maka kaffarah dalam hal ini adalah sebagai berikut: a. Membebaskan seorang budak mukmin yang bebas dari cacat. b. Jika tidak mampu, berpuasa dua bulan berturut-turut c. Jika tidak mampu, memberi makan kepada 60 orang miskin. Setiap orang miskin mendapatkan satu mud makanan.155 Menurut mayoritas ulama, jima’ (hubungan badan dengan bertemunya dua kemaluan dan tenggelamnya ujung kemaluan di kemaluan atau dubur) bagi orang yang berpuasa di siang hari bulan Ramadhan (di waktu berpuasa) dengan sengaja156 dan atas kehendak sendiri (bukan paksaan), mengakibatkan puasanya batal, wajib menunaikan qadha’, ditambah dengan menunaikan kaffarah. Apakah ketika itu keluar mani ataukah tidak. Wanita yang diajak hubungan jima’ oleh pasangannya (tanpa dipaksa), puasanya pun batal, tanpa ada perselisihan di antara para ulama mengenai hal ini. Namun yang jadi perbedaan di antara para ulama, apakah kaffarah ini dibebankan kepada laki-laki dan perempuan secara bersama-sama, atau hanya dibebankan kepada laki-laki saja. 154 HR Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111 155 Lihat Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, 4/97, Asy-Syamilah. 156 Tidak termasuk di dalamnya jika dalam keadaan lupa. Khusus untuk hal ini yakni hukum orang yang berjima’ namun terlupa bahwa ia sedang berpuasa, Syaikul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dalam hal ini terdapat tiga pendapat: pertama, tidak ada kewajiban qadha’ ataupun kaffarah. Ini adalah pendapat Asy-Syafi’i, Abu Hanifah dan jumhur ulama. Kedua, wajib atasnya qadha’ tanpa ada kewajiban membayar kaffarah. Ini pendapat Malik. Ketiga, wajib mengqadha’ dan membayar kaffarah. Ini pendapat yang paling popular dari Imam Ahmad. Maka pendapat yang paling tepat adalah pendapat yang pertama.” (Lihat Kitab Haqiqatu Ash-Shiyam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Wallahu a’lam.

Enam Pembatal Puasa |63

Pendapat yang tepat adalah pendapat yang dipilih oleh ulama Syafi’iyah dan Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, bahwa wanita yang diajak bersetubuh di bulan Ramadhan tidak punya kewajiban kaffarah dan yang menanggung kaffarah adalah si pria. Alasannya, dalam hadits di atas, Nabi  tidak memerintahkan wanita yang bersetubuh di siang hari untuk membayar kaffarah sebagaimana suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa seandainya wanita memiliki kewajiban kaffarah, maka Nabi  tentu akan mewajibkannya dan tidak mendiamkannya. Selain itu, kaffarah adalah hak harta. Oleh karena itu, kaffarah dibebankan pada laki-laki sebagaimana mahar.157 Jika orang yang melakukan jima’ di siang hari bulan Ramadhan tidak mampu melaksanakan kaffarah di atas, kaffarah tersebut tidaklah gugur, namun tetap wajib baginya sampai dia mampu. Hal ini diqiyaskan (dianalogikan) dengan bentuk utang-piutang dan hak-hak yang lain. Demikian keterangan dari An- Nawawi .158 Adapun hadits di atas tidaklah menafikan adanya kaffarah. Bahkan dalam hadits tersebut menunjukkan masih tetap ada kewajiban kaffarah bagi laki-laki tersebut. Dalam hadits tersebut, Nabi  hanya memberitakan bahwa orang tersebut tidak dapat memenuhi ketiga bentuk kaffarah di atas. Lalu beliau  mendapat hadiah kurma dan memerintahkan kepada orang tadi untuk menggunakannya sebagai kaffarah. Seandainya kaffarah tersebut gugur karena tidak mampu, maka tentu saja orang tadi tidak memiliki kewajiban apa-apa dan tentu Nabi  tidak memerintahkan untuk bersedekah dengan kurma tersebut. Hal ini menunjukkan tentang masih adanya kewajiban kaffarah bagi orang tersebut.159

157 Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah 2/9957 dan Shahih Fiqih Sunnah, 2/108 158 Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/224 159 Inilah yang dikatakan oleh An-Nawawi dalam Syarh Muslim, 4/97- Pendapat inilah yang dipilih oleh An-Nawawi sebagaimana judul bab yang beliau bawakan dalam Shahih Muslim

64 | Tutorial Ramadhan

Hal-hal yang Boleh Dilakukan ketika Berpuasa Berikut ini beberapa hal yang boleh dilakukan atau terjadi pada saat berpuasa:

1. Memasuki waktu Fajar dalam Keadaan Junub. Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah , mereka berkata, “Nabi  pernah mendapati waktu fajar (waktu shubuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau  mandi dan tetap berpuasa.”160

2. Bersiwak ketika Berpuasa. Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda, artinya: “Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.161” Penulis Tuhfatul Ahwadzi  mengatakan, “Hadits-hadits yang semakna dengan di atas yang membicarakan keutamaan bersiwak adalah hadits mutlak yang menunjukkan bahwa siwak dibolehkan setiap saat. Inilah pendapat yang lebih tepat.” 162 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin  mengatakan, “Yang benar adalah siwak dianjurkan bagi orang yang berpuasa mulai dari awal hingga sore hari.163” 160 HR Bukhari no. 1926 161 Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya secara mu’allaq (tanpa sanad). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Khuzaimah 1: 73 dengan sanad lebih lengkap. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. 162 Tuhfatul Ahwadzi, 3: 345 163 Majmu’ Fatwa wa Rasa’il Ibnu ‘Utsaimin, 17: 259

Hal-hal yang Boleh Dilakukan ketika Berpuasa |65

Syaikh Utsaimin  juga berpendapat: Adapun pasta gigi lebih baik tidak digunakan ketika berpuasa karena pasta gigi memiliki pengaruh sangat kuat hingga bisa mempengaruhi bagian dalam tubuh dan kadang seseorang tidak merasakannya. Waktu untuk menyikat gigi sebenarnya masih lapang. Jika seseorang mengakhirkan untuk menyikat gigi hingga waktu berbuka, maka dia berarti telah menjaga diri dari perkara yang dapat merusak puasanya.164

3. Berkumur-kumur dan Memasukkan Air ke dalam Hidung Asal tidak Berlebihan. Nabi  bersabda,

ْ ََ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ .‫اق إِال أن تكين ضانِه‬ ِ ‫وبام ِغ ِِف االِستِنش‬

َ ْ َ َ bersungguh-sungguhlah ْ َ ٌ ْ ُ َ ْ َ َ َ dalam ْ beristinsyaq َ ْ ‫اب‬dalam َ ‫اح‬ َ ‫اح َت‬ َ ‫ َع‬air َ‫( َن انل‬memasukkan َ “Dan َ ‫وي‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ُم‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ت‬  ‫ب‬ ‫أ‬  ‫اس‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ٍ hidung ketika wudhu) ِkecuali jika engkau berpuasa. ِ ‫ع ِي‬ ِ ” Ibnu Taimiyah  menjelaskan, “Adapun berkumur-kumurٌ dan .‫َضانِه‬ beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung ketika berwudhu) dibolehkan 165

bagi orang yang berpuasa dan hal ini disepakati oleh para ulama. Nabi  ْ berkumur-kumur dan َ para juga ketika َ َ َُ ْ ُ َ shahabat َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ danَ beristinsyaq َ ‫او َة ل‬ ْ‫ ُس ب‬berpuasa. َ َ َ َ 166 ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫اْل‬ ‫ِج‬ ‫ين‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫أ‬  ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫يسأل أن‬ Akan tetapi, ِ ِ dilarang untuk berlebih-lebihan ketika itu.ٍ ”

َ

َ

َ

ْ َ ْ 4. Bercumbu dan Mencium Istri selama .‫ ِف‬Aman ‫ ِل الضع‬dari ‫ال إِال و ِْي أج‬ Keluarnya Mani.

Orang yang berpuasa dibolehkan dengan istrinya selama ْ َ bercumbu ْ َ َ ‫ ُقبْنَ ِة ل‬pada َ ‫اْل َِج‬ ُّ َ‫انل‬terlarang. tidak di kemaluan dan terhindar dari hal yang ‫ ِه و‬terjerumus ‫ان‬ ‫ِنط‬  ‫ب‬ ‫َرخ َص‬ .ِ‫اوة‬ ‫ام‬ ‫ِف‬ ِ ِ ِ Puasanya tidak batal selama tidak keluar mani.167 Imam ْ ada َ َ An-Nawawi َ mengatakan, َ َ َ ُ ْ َ َ “Tidak ََ َ َ ُْ َُّ  ٰ diَ antara َ perselisihan ُ puasa َ ‫أَ َن‬ para‫ى‬ ulama istri‫ي‬ tidak membatalkan ‫اْل َِجاوةِ وال‬ ‫ع‬ ‫َه‬ ‫ن‬  ‫اّلل‬ ‫يل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫بْقوا‬bahwa ‫مىىوا ِإ‬bercumbu ‫نةِ َول ْه ُي ِر‬atau ‫ىياض‬mencium ِ ِ selama tidak keluar mani.168” ْ َ .ِ‫أض َحابِه‬ Dari ‘Aisyah , beliau berkata, “Nabi  biasa mencium dan mencumbu istrinya sedangkan beliau  dalam keadaan berpuasa. Beliau  melakukan demikian karena beliau syahwatnya.169َ ” َ adalah ْ َ َ orang َ yang paling kuat menahan

َ َ ُ َ ْ َ ْ ُْ ُ ْ َ ْ َ ‫او َة ل‬ َ ‫ين اْل َِج‬ .‫ِنطان ِ ِه قال ال إِال و ِْي أج ِل الضع ِف‬ ‫أكنته تكرو‬

164 Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu ‘Utsaimin, 17: 261-262 165 HR Abu Daud no. 142, Tirmidzi no. 788, An-Nasa’i no. 87, Ibnu Majah no. 407, dari Laqith bin Shobroh. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih 166 Majmu’ Al-Fatawa, 25: 266 167 Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 36: 52-53 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2/110-111. 168 Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7: 215 169 HR Bukhari no. 1927 dan Muslim no. 1106

َ َْ ََ َ ْ َُ ْ َ ََْ َ ٌ.‫الَّش َ َوا ل َ ْه يَ ْد ُخ ْل َحنْ َق ُه َو ُو َي َضانه‬ ْ ‫ال بأس أن يذوق اخلل أو‬ ِ

ُْ َُ ُُ َ ْ َ ٌ َ ََُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ََُْ َ ُ ُ ْ ْ ِ‫رأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا ووي ضانِه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي فِيوه‬ 66 | Tutorial Ramadhan َ ‫يَ َض َع ُه ِف فَه‬ .‫الط ِب‬ ِ ِ

Dari Jabir bin ‘Abdillah , dari ‘Umar bin Al-Khaththab , beliau berkata, “Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku mendatangi Nabi  dan aku berkata, “Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa” Rasulullah  bertanya, “Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumurkumur?” Aku menjawab, “Seperti itu tidak mengapa.” Kemudian Rasulullah  bersabda, “Lalu apa masalahnya?”170 Masyruq pernah bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang dibolehkan bagi seseorang terhadap istrinya ketika puasa? ‘Aisyah menjawab, ‘Segala sesuatu selain jima’ (bersetubuh)’.171”

5. Bekam dan Donor Darah jika tidak َ Membuat Lemas.

َ َ ُ َ ْ

َ

َ ْ ْ

ْ َ

Dalil-dalil berikut menunjukkan .‫ ضانِه‬dibolehkannya ‫إِال أن تكين‬bekam ‫اق‬ ‫الِس‬orang ‫ِغ ِِف ا‬yang ‫َوبام‬ ِ ‫تِنش‬bagi berpuasa.

ْ َ ُ َ ْ َ ََ َ َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ْ ْ َ ٌ .‫اق إِال أ َن َتكين ْ َض َان ِ َه‬ ‫َوَ َبام ِغ ْ ِِف ا َ َالِستِنش‬ َ ‫اح َت‬ َ َ‫ج َه َوووي‬ َ ِ ‫ احتجه ووي ُم ِرم و‬ ‫ أن انل ِب‬ ‫اس‬ ٍ ‫ع ِي اب ِي عب‬ َ ْ َ ٌ ُْ َْ َ َ َ َْ ََ َ ‫اح َت‬ َ ‫ي َع‬.ْ ‫ضيان ِ ٌهاب‬ َ ‫ج َه َو ْو‬ َ َ‫ أ َن انل‬ ‫اس‬ ‫وي‬ ‫ احتجه ووي ُم ِرم و‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ٍ ِ ِ ِ َُ َ َ .‫ض َان ُ ٌه‬ ْ َ bahwa "Dari dalam keadaan َ َ Ibnuَ ‘Abbas َ berihram َ َ َ berkata َ ْ ُ ْ ُ berbekam ُ َ ْ Nabi ْ ْ َ َ ُ ِ ‫ أكنته تكروين اْل ِجاوة ل”ِنطان ِ ِه ق‬ ‫يسأل أنس بي وال ٍِك‬ dan‫ال‬ berpuasa. َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ‫اوة ل‬ ْ‫س ب‬ َ ‫ أكن ُت ْه تك َروين اْل َِج‬ .‫ِك ِف‬ ‫الض ٍع‬ ‫ج َ ِل‬ ‫ي ُال ْسإ ِأ ُالل أون َ ُِي أ‬ ‫ِنطان ِ ِه قال‬ ‫ي َوال‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ُ . ‫ف‬ ‫ع‬ ‫الض‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫َال إ ِ َال‬ َ ‫ ِف ام ِقبْن ِة ل‬ َ ‫ِنطانه َواْل َِج‬ ُّ ‫ص وانلَِي أ‬ .ِ‫اوة‬ ‫رخ‬ ِِ ِ ِ ‫ب‬ ِ ْ َ kalianَ tidak menyukai َْ ُْ "Anas bin Malik  ditanya,َ “Apakah berbekam َ َ ‫اْل‬ َ orang َ‫انل‬bagi ْ َ ُّ ْ َ َ َ ُ َ َ َ َ ٰ ْ َ . ‫ة‬ ‫او‬ ‫ِج‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ام‬ ‫ِف‬  ‫ب‬ ‫ص‬ ‫َ َر َ”خ‬ ِ ِ َ ْ َ َ َ ِ ْ ُ ُ َ َ َ َ ُ ّ َ ِ yang‫ى‬ berpuasa?” Beliau berkata, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah. ِ ِ ‫ نَه ع ِي اْل ِجاوةِ والىياضنةِ وله ُي ِرمىىوا إِبقوا‬ ِ‫أن رسيل اّلل‬ َ َ ْ َ ْ ََ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ْ jumhur َ ٰ ْ َ َ Menurut (mayoritas ulama) yaitu Imam Abu Hanifah, Malik, َ َ َ .ِ‫ض َرح ُاسبِه‬ ‫أأن‬ ‫ نَه ع ِي اْل ِجاوةِ َوال ُى َياضنةِ َول ْه ُي ّ ِرم ُى َىوا إِبقوا ى‬ ِ‫يل اّلل‬ 170 HR Ahmad 1: 21. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits َ ُ ‫ ْض‬iniَ‫َأ‬ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ . ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ِ َ َ َ ُ ْ ْ shahih sesuai syarat Muslim ‫ال وِي أج‬dalam ‫ ِه قال‬Bari ‫ِجاوة‬ ‫وين اْل‬oleh ‫‘ك َر‬Abdur ‫نت ِه ت‬Razaq ‫أك‬ ِ ‫الضع‬ini‫ ِل‬disebutkan ِ ‫ ال إ‬Fathul 171 .‫ف‬ Riwayat (4: ‫ل‬149), dikeluarkan ِ ‫ِنطان‬ dengan sanad yang shahih َ َ َ َ 172 HR ْ Bukhari َ َ َ َ َ ْ َ ُ َُ ْ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ َ َ no. ْ َ1938 َ ْ ْ َ ْ 173 .‫ف‬ HR Bukhari no. 1940 َ ‫أكنته ت ْكرو‬ َ َ ‫اْل ِج ْاوة ل ِْنطانه قال ْال ُإال وِي أج ُل الضع‬ َ ‫ين‬ .‫الَّش َ ِ َو ِا ل ْه يَدخ ِل َحنق ُه َو ِو َي َضان ِ ِ ٌه‬ ‫اخلل أو‬ ‫ال بَأ َس أن يَذ ْوق‬ َ َ َ ketika َ َ Boleh ََ ْ ُ ْ َ ْ yang ْ َ َ ْ َ |67 َ ْ ُ َBerpuasa َ Dilakukan َ ‫ل ُ َحنْ َقُ ُْه َو ُو َي‬Hal-hal ْ ٌ.ْ ‫ضانه‬ َ ْ ُ ُ َ َ ُ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫الَّش‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫اخل‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫س‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ال‬ َ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ ُ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ ِ‫َرأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا وو َي ضان ِ ٌه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي ِفِيوه‬ َ 172

173

ْ ََ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ .‫اق إِال أن تكين ضانِه‬ ِ ‫وبام ِغ ِِف االِستِنش‬

Asy-Syafi’i, berbekam tidaklah membatalkan puasa. Pendapat ini juga dipilihْ oleh Ibnu Mas’ud, Abu ْ ُ َ ْ Ibnu َ َ Anas binَ َMalik, ْ dan ْ Ibnuَ ‘Abbas, َ ْ ‫ي اب‬ َ ‫اح َت‬ َ ‘Umar, َ ‫و‬Al-Khudri Sa’id ‫وي‬ ‫ج َه َو‬ ‫ ِر ٌم َو‬sebagian ‫ َووي ُم‬ulama ‫ج َه‬ ‫اح َت‬salaf.  ‫ أن انلَ ِب‬ ‫اس‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ٍ ِ ِ Imam Asy-Syafi’i  dalam kitab Al-Umm mengatakan, “Jika seseorang ٌ ‫َضان‬ meninggalkan bekam ketika puasa dalam rangka kehati-hatian,.‫ه‬maka ِ itu lebih aku sukai. Namun jika ia tetap melakukan bekam, aku tidak menganggap puasanya ْ batal.174” َ َ َ َ َُ ْ ُ ََ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُْ ُ َ َ ْ َ َ ُ ‫ال‬Di‫ ق‬antara ‫ِنطان ِ ِه‬alasan ‫ِجاوة ل‬bahwa ‫ين اْل‬ ‫كرو‬tidaklah ‫كنت ه ت‬ ‫ أ‬ ‫وال ٍِك‬puasa: ‫يسأل أنس بي‬ bekam membatalkan Pertama, boleh jadi hadits yang menjelaskan batalnyaْ orang َ َ َ yang ْ َ melakukan .‫(الضع ِف‬dihapus) ‫و ِْي أج ِل‬dengan ‫ال إِال‬ bekam dan di bekam adalah hadits yang telah dimansukh hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri  berikut:

ْ َ َ ‫ ِف امْ ُقبْنَ ِة ل‬ ‫ب‬ َ ‫اْل َِج‬ ُّ َ‫َر َخ َص انل‬ .ِ‫اوة‬ ‫ِنطان ِ ِه و‬ ِ ِ َ

ْ orang ََ  ْ َ َ َ bagi َ َ َ َ َ (rukhsah) َ ْ memberi َ berpuasa ٰ َ ُ untuk ْ ّ َ ُ keringanan َ َ yang "Nabi ْ ُ َ ‫أ َن‬ َ ُ  ‫اّلل‬ ‫يل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫وا‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ُي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫اض‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫او‬ ‫ِج‬ ‫اْل‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫َه‬ ‫ن‬ ِ ِ ِ ِ 175 ِ mencium istrinya dan ِ berbekam. ” َ ْ َ

Ibnu Hazm  mengatakan, “Hadits yang menyatakan bahwa.ِ‫ه‬batalnya ِ ‫أضحاب‬ puasa orang yang melakukan bekam dan orang yang dibekam adalah hadits yang shahihَ –tanpa sama sekali-. tetapi, kami ْ َ Akan َ ada َ َ keraguan َ Sa’id: ََ َ  َ ْ ُْ ُ َ ْ َ sebuah ْ ْ hadits ُ َ ْ keringanan َ menemukan dari Abu “Nabi memberi .‫أكنته تكروين اْل ِجاوة ل ِنطان ِ ِه قال ال إِال وِي أجل الضع ِف‬ (rukhsah) bagiِ orang yang berpuasa untuk berbekam.” Sanad hadits ini shahih. Maka wajib bagi kita untuk menerimanya. Yang namanya rukhsah ْ َ setelah َ َ َ ‘azimah ْ ُ ْ َ adanya َ َ َ ْ ُ َ sebelumnya. ْ َ ََْ َ َ ْ َ (pelarangan) ُ َ ُ َ ada ْ (keringanan) ٌ.‫و َي َضانه‬pasti ْ ‫ال بأس أن يذوق اخلل أو الَّش وا له يدخل حنقه و‬ Hadits ِ ini menunjukkan bahwa hadits yang menyatakan batalnya puasa dengan berbekam (baik orang yang melakukan bekam atau orang yang 176 ْ ُ َ ُ yang dibekam) adalah hadits dinaskh ”َ ُ َ telah ُ َ ْ َ ُ ََُْ ُ (dihapus). َ َ ُ ُ ُ ْ ْ ْ َ َ َ ٌ َ ‫ضانِه يىض‬Ibnu ‫ووي‬Hazm ‫طعاوا‬di ‫ب‬ ‫ضغ ل‬Al-Albani ‫رأيته يى‬ ‫وِي فِيو‬membawakan ‫غه ثه ُي ِرجه‬pernyataan ِ‫ه‬Setelah ِ ‫ِنط‬Syaikh atas,  mengatakan, “Hadits semacam ini dari berbagai jalur adalah َ َ َ ‫فَه‬hadits ُ َ yang ‫ب‬ ‫الط‬ . ِ ‫يضعه ِِف‬ shahih –tanpa ada keraguan sedikitpun-. Hadits-haditsِ ini menunjukkan bahwa hadits yang menyatakan batalnya puasa karena bekam adalah hadits

َْ َ ْ ُ ْ َ ‫حل ل‬ .‫ِنطان ِ ِه‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ب‬ ‫س‬ ِ ‫ال بأ‬ ِ

174 Al-Umm, 2/106 175 HR Ad-Daruquthni 2/183 dan Ibnu Khuzaimah 7/247. Ad-Daruqutni mengatakan bahwa semua periwayat dalam hadits ini tsiqah/terpercaya kecuali Mu’tamar yang meriwayatkan secara mauquf -yaitu hanya sampai pada shahabat-. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ (4/74) mengatakan bahwa semua periwayat hadits ini tsiqah/terpercaya, akan tetapi dipersilihkan apakah riwayatnya marfu’ -sampai pada Nabi- atau mawquf -sampai shahabat-. 176 Dinukil dari Al-Irwa’, 4/74

ْ َْ َ َ ْ ََ ٌ َ َ َْ َ َ ََْ ُ َْْ ُ َ ََ ْ َ .‫اس َتقا َ ع ْىدا فن َيق ِظ‬ ‫وي ذرعه امَق فنيس عنيهِ قضا وو ِي‬

68 | Tutorial Ramadhan

َ ْ َ ٌ ُْ َْ َ َ َ َْ َ ‫اح َت‬ َ ‫َعي ابْي َع‬ َ ‫ج َه َو ْو‬ َ َ‫ أ َ َن َانل‬ ‫اس‬ ‫وي‬ ‫ َاحتجه ووي ُم ِرم و‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ٍ ِ ْ ََِ َ ْ ْ ُ َ ِْ .‫اق إِال أن تكين َضانِه‬ ِ ‫و َبام ٌِغ ِِف االِستِنش‬ .‫ضانِه‬ yang telah karena itu, wajib ْ ُ َ ْ َ Oleh َ َ bagi kitaَ َmengambil ْ َ َ َdihapus ْ َ ٌ (dinaskh). ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫ه و َو َوي‬ini‫ت َج‬sebagaimana ‫ي ُْم َ ِرم َو َاح‬yang ‫ه ُ و َو‬dinyatakan ‫ ْ َاحت ْج‬ ‫انل ِب‬Ibnu ‫ أن‬ ‫اس‬ ‫عب‬diُ atas.” ٍ pendapat Hazm َ ‫ُع ْ ِيَ ُاب َ ِي‬ ْ ُ oleh ْ ُ َ َ َ ‫ال‬ ‫ِنطان ِ ِه ق‬ ‫اْل ِجاوة ل‬ ‫كروين‬ ‫نته ت‬puasa ‫ أك‬ ‫ أنس بي وال‬dalam ‫يسأل‬ ٍ dimaksudkan Kedua, pelarangan berbekam ketika yang‫ِك‬ ٌ.‫َ َضان َه‬ َ hadits adalah bukan pengharaman. Maka hadits: “Orang ِ ْ َ yang ْ melakukan ‫الضع ِف‬majas. ‫أج ِل‬Jadi ‫و ِْي‬maksud ‫ال إِال‬ bekam dan yang dibekam batal puasanya” adalah.kalimat َ hadits َ َ tersebut َ َ َ ْ bahwa َ ُ orang ْ membatalkan َ yang ُ membekam َ ‫ ل‬adalah ْ ُ‫ي‬ َdan ْ ‫كنْ ُت‬ َ ْ‫ب‬dibekam ُ َ ‫أَ ُل َأن‬bisa َbisa terjerumus dalam perkara puasa. Yang menguatkan ْ ‫ِنطان ِ ِه قال‬ ‫اوة‬ ‫ اْل ِج‬yang ‫ين‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫أ‬  ‫ِك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫س‬ ْ َ ٍ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُّ َ َ‫انل‬Abi‫ص‬Layla hal ini adalah hadits yang.ِ‫ة‬ diriwayatkan bin ‫ان ِ ِه َواْل ِجاو‬oleh ‫‘ ِنط‬Abdur ‫امقبن ِة ل‬Rahman ‫ ِ َِف‬ ْ ‫ب‬ َ ‫َرخ‬ ِ ْ ْ dari salah seorang shahabat: .‫ال إِال وِي أج ِل الضع ِف‬ ْ ََ َْ َ ُ ْ َُّ َْ َ َ َ َ ُْ َ َ َ ٰ َ َُ ََ َ ََ ‫ نَه ْ ُع ِي َ اْل ِجاوةِ والىي ْاضنةِ وله ُي ِرمىىوا إِبقوا ى‬ ِ‫أن َ رسيل اّلل‬ َ ‫ ِف امقبْن ِة ل‬ ‫ب‬ َ ‫ِنطانه َواْل َِج‬ ُّ َ‫َ َرخ َص انل‬ .‫او ِة‬ ِِ ِ ِ .ِ‫أ ْض َحابه‬ ِ ََ َ َُ ََ َ ْ َ ُ َْ ّ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ٰ ‫اْل ِج‬ ‫َه ْع َ ِي‬-namun ‫س‬sampai ‫ى‬ ‫ةِ ول َه ُي ْ ِر‬berbekam ِ‫اوَة‬puasa "Rasulullah َ ‫والى َي َاضن‬dan َ َ wishal َ‫ ن‬ َ ‫يل‬ ْ ‫أ َن ُر‬ ْ‫ىوا إِب َقوا‬ْ ‫مى‬melarang ُ َ ِْ‫اّلل‬tidak ُ ْ .‫ل الضع ِف‬-,ِ ‫ج‬ini‫ أ‬masih ‫ال وِي‬berlaku ‫ ِه ق‬shahabatnya.” mengharamkan ِ ‫ال ال إ‬bagi ِ ‫أَ ْك َنته تكروين اْل ِجاوة ل ِنطان‬ ‫أض‬ .ِ‫حابِه‬jelas Jika kita melihat dalam hadits Anas  yang telah disebutkan, terlihat ْ َ َ ْ bahwaٌ bekam َ membuat َ ْ ُ ketika َ َ َ Anas ْ ditanya: َ ُ itu terlarang ْ akan َ ‫ال بَأ‬ ْ ‫ يَ ُذ‬ ْ َ ‫ أ ْو‬lemah. .‫الَّش َ َوا ل َ ْه َ يَد َخل َ َحنق َ ُه ْ َوو َي َ َض ْانِه‬ ‫ل‬ ‫اخل‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫س‬ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُْ ُ َ َ ‫او َة ل‬ َ ‫ين اْل َِج‬ .‫ِنطان ِ ِه قال ال إِال و ِْي أج ِل الضع ِف‬ ‫أكنته تكرو‬ ُْ َُ ُُ َ ْ َ ٌ َ ََُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ََُْ َ ُ ُ ْ ْ ‫ر َأي‬ ِ‫ِنط ِب َطع َاوا و َوي ضان ِ َه يى ْض ُغ ْه ثه ْ َُي ِرجُه وِي فِيوه‬ ُ ‫ض َغ‬ ْ َ ‫ت ْه َ يى‬Anas َ ْ ‫ل‬berpuasa?” َ َ َ َ َ ْ "Apakah menyukai berbekam bagiْ orang yang ٌ.‫ َضانه‬kalian َ‫ ُه َووي‬tidak َ ْ ‫ل حنق‬ ‫َال َ ب َأ ُس أ َن يذو َق اخلل أو الَّش وا له يدخ‬ ِ “Tidak, kecuali menjawab, jika bisa menyebabkan lemah.” .‫يضعه ِِف ف ِه الط ِب‬ Dengan dua alasan di atas, maka pendapat mayoritas ulama kami nilai ْ ُ َ ُ tidaklah ُ َ ْ َ membatalkan ُ َ ْ َ bekam ُ َ َ َ ُ ُ ُ ُ ْ ‫َ َر َأ ْي ُت‬ ْ َ lebihْ kuat yaitu bekam puasa. Akan ٌ ‫غ ل ِنطب طعاوا َوو َي ضان‬tetapi, ‫ه‬ ‫و‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ُي‬ ‫ه‬ ‫ث‬ ‫ه‬ ‫غ‬ ‫ض‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ِ ْ ِ lemas. Termasuk ِ orang yang bisa jadi ْ ُ pembahasan َ ِ ‫ ل‬dalam َ‫ال ب‬ dimakruhkan bagi . ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫أ‬ ِ ِ ِ ِ bekam ini adalah hukum donor darah karena keduanya َ ‫فَه‬sama-sama َُ َ َ .‫الط ِب‬ ِ ‫يضعه ِِف‬ mengeluarkan darah sehingga hukumnya pun disamakan. ْ َْ َ َ ْ ََ ٌ َ َ َْ َ َ ََْ ُ َْْ ُ َ ََ ْ َ ‫َوي ْذرعه ْام َُق ْ فنيس عنيهِ قضا وو ِي‬ .‫اس َتقا َ ع ْىدا فن َيق ِظ‬ َ ‫ال بَأس بامكحل ل‬ .‫ِنطان ِ ِه‬ ِ ِ 177

178

179

ْ َْ َ َ ْ ََ ٌ َ َ َْ َ َ ََْ ُ َْْ ُ َ ََ ْ َ .‫اس َتقا َ ع ْىدا فن َيق ِظ‬ ‫وي ذرعه امَق فنيس عنيهِ قضا وو ِي‬

177 Al-Irwa’, 4/75 178 HR Abu Daud na 2374. Hadits ini tidaklah cacat, walaupun nama shahabat tidak disebutkan. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih 179 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/113-114

Hal-hal yang Boleh Dilakukan ketika Berpuasa |69

ْ َ ْ ٌ َ ُْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ‫اح َت‬ َ ٰ ‫َ َعَي َ ُاب ْ َي َع‬ َ َ َ ‫ج َ َه َو ْو‬ ‫وي‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ُم‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫اح‬  ‫ب‬ ‫انل‬ ‫أن‬  ‫اس‬ ‫ب‬ ْ ُ َ َ َ ُ ٍ ّ َ ِ ‫أن ِرس‬ ِ ‫ نَه ع ِي‬ ِ‫يل اّلل‬ ‫اْل ِجاوةِ والىياضنةِ وله ُي ِ ِرمىىوا إِبقوا ى‬ ٌ ‫ض‬ َْ َ ‫أ‬ .ِ‫ِه‬.‫ضان َِحاهب‬ َ Masuk dalam 6. َ Mencicipi tidak ْ َ ُ selama َ َ ُ َ ْ َُ َ َ َMakanan ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ‫يسأُ ْل ُأ ْن َس‬ َ ‫ َأكن َته تكروين اْل ِْجاو ْة ل ِنط‬ ‫ال‬.‫ف‬ ‫الضان ِ ْع ِه ِق‬ ‫ين ٍِك‬ ‫كب َري ُو وا َل‬ Kerongkongan. ‫اْل َِجاوة ل ِنطان ِ ِه قال ال إِال وِي أج ِل‬ ‫أكنته ت‬ Dari Ibnu ‘Abbas , ia mengatakan, ْ َ ْ َ ْ َ َ .َ ‫ال إ ِ ْال و َِي أج ِل الضع ِف‬ ْ َ ْ ََ َ ْ َُ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َ ْ ْ ْ ‫اخلل أو‬ ‫ال بأس أن يذوق‬ .‫الَّش َ وا له يدخل حنقه َوو َي ضان ِ ٌه‬ ْ ْ َ ُ َ ْ َ ‫ ِف امقبن ِة ل ِنطانه َواْل َِج‬ ‫ب‬ ُّ َ‫َر َخ َص انل‬ .ِ‫اوة‬ ِِ ِ ََ ْ ُ seseorang ُ ُ ُ َ yang ُ ِatau َ ْ َ sesuatu, ُ َ َ mencicipi َ ْ َ ُ ُ ُ ُ ْ ْ ْ َ َ َ ٌ َ "Tidak mengapa sedang berpuasa cuka ِ‫َرأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا ووي ضانِه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي فِيوه‬ selama َ َ tidakَ ْ masukَ ُ sampai َ َ َ ُ ْ َ َ َ” ْ َ َ َ َٰ َ ُ َ َ َ ْ ّ َ ُ ْ َkeَ kerangkangan. َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫او‬ ‫ِج‬ ‫اْل‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫َه‬ ‫ن‬  ‫اّلل‬ ‫ى‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫وا‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ُي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫اض‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ِ ِ ِ ِ Syaikhul Islamِ Ibnu Taimiyah  mengatakan, makanan ِ .“Mencicipi ‫يلِف ف ِه الط ِب‬ ‫أَيَنضر َعس ُه‬ ِ dimakruhkan jika tidak ada hajat, namun tidak membatalkan puasa. َ ‫أ ْض‬ .ِ‫حابِه‬ Sedangkan jika ada hajat, maka dibolehkan sebagaimana berkumur-kumur ْ ْ ُ ْ َ ‫حل ل‬ َ‫َال ب‬ ketika berpuasa. ” . ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫أ‬ ِ ِ ِ ْ ِ makanan َ mencicipi َ َ َ adalah Yangْ termasuk َ mengunyah َ ُ َ ْ َ ْ ُ untuk َ ْ ُ َ ْ َ dalam َ َ َ ْ . ‫ف‬ ‫ع‬ ‫الض‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫ال‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫او‬ ‫ِج‬ ‫اْل‬ ‫ين‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫أكن‬ ِ ِ ِ suatu kebutuhan membantu mengunyah makanan untuk si kecil. ِ َْ َ ِ seperti ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ Mushannaf-nya َ ‫اس َتقا‬ ْ ‫ام‬Bab‫‘ع ُه‬Seorang ‘Abdur .‫يق ِظ‬Razaq ‫ ْىدا فن‬‫ ع‬dalam ‫نيْهِ قضا ٌ َو َو ِي‬membawakan ‫َق ُ فني َس َع‬ ‫َو ْي ْذ َر‬ َ َ َ َ sedangkan َ wanitaٌ mengunyah َ َ dalam ُ ْ berpuasa َ keadaan َ ْ ْ untuk ُ makanan ُ ْ anaknya ْ َ ْ ‫ل أ‬dia .‫انِه‬mencicipi ‫ َوو َي َض‬sesuatu ‫ َحنق ُه‬darinya‘. ‫‘ ْه يَدخل‬Abdur ‫الَّش وا ل‬ ‫ أن يَذ ْوق اخل‬beberapa ‫ال بَأ َس‬ dan dia Razaq‫و‬ membawakan 180

181

riwayat di antaranya dari Yunus, dari Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata,

ُْ َُ ُُ َ ْ َ ٌ َ ََُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ََُْ َ ُ ُ ْ ْ ِ‫رأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا ووي ضانِه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي فِيوه‬ َ ‫يَ َض َع ُه ِف فَه‬ .‫الط ِب‬ ِ ِ ْ beliau "Aku melihat Yunus mengunyah makanan untuk anak ُ ْ ْ -sedangkan َ kecil َ‫َال ب‬ . ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ِنط‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫أ‬ ِِ dalam keadaan berpuasa-. Beliau mengunyah kemudian beliau mengeluarkan ِ ِ hasil kunyahannya tersebut dari mulutnya, lalu diberikan pada mulut anak kecil tersebut.182”ْ ْ َ ْ ََ َ َ َ

َ َ ْ ََ ٌ َ ْ َ َ ْ ُ َْ َُ َ ْ َ .‫اس َتقا َ ع ْىدا فن َيق ِظ‬ ‫وي ذرعه امَق فنيس عنيهِ قضا وو ِي‬

7. Memakai Celak dan Tetes Mata.

Bercelak dan tetes mata tidaklah membatalkan puasa 183. Ibnu Taimiyah  menjelaskan, “Pendapat yang lebih kuat adalah hal-hal ini tidaklah 180 HR Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 2/304. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no. 937 mengatakan bahwa riwayat ini hasan 181 Majmu’ Al-Fatawa, 25/266-267 182 HR ‘Abdur Razaq dalam Mushannafnya (4/207). 183 Lihat Shifat Shaum Nabi, hal. 56 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2/115.

70 | Tutorial Ramadhan

ْ َ َ ‫ ِف امْ ُقبْنَ ِة ل‬ ‫ب‬ َ ‫اْل َِج‬ ُّ َ‫َر َخ َص انل‬ ‫ِنطان ِ ِه و‬ .ِ‫اوة‬ ِ ِ

ََ ََ َ ٰ َ ْ ُ َ َ َ َ ُْ َ َ َ ْ َ َ َ ‫اضنةِ َول ْه ُيَ ّ ِرم ُى َىوا إِبْقوا ى‬ ‫ نَه ع ِي اْل ِجاوةِ والىي‬ ِ‫أن َر ُسيل اّلل‬ membatalkan puasa. Karena puasa adalah bagian dari agama yang perlu sekali َ ‫أَ ْض‬ kita mengetahui dalil khusus dan dalil umum. Seandainya perkara ini adalah ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ . ِ ِ perkara yang Allah  haramkan ketika berpuasa dan dapat membatalkan

puasa, tentu Rasulullah  akan menjelaskan kepada kita. Seandainya hal ْ َ menyampaikannya َ ,َ tentu َ َ paraَ shahabat َ َ َ akan ْ َ oleh ْ َ beliau ُ َ ْ َ ْ ُْ ُ َ ini disebutkan ْ ‫ وِي أج ِل‬syariat ‫ ال إِال‬lainnya ‫ِنطان ِ ِه قال‬ ‫اوة ل‬pada ‫اْل ِج‬kita. ‫ين‬Karena ‫ تكرو‬tidak ‫كنت ه‬ ‫أ‬ ِ ‫الضع‬ pada.‫ف‬ kita sebagaimana sampai ada satu orang ulama pun menukil hal ini dari beliau  baik hadits shahih, َ َ َ mursal َ dhaif, ٌmusnad ) ْ َ َ diْ َ atas َ ْ ُ َ (sanad َ ْ َ ْ ُ sampai َ ataupun ُ (bersambung ْ َ ْ َ Nabi َ َ ُ ْ َ َ َ ْ . ‫ه‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫الَّش‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫اخل‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫س‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ال‬ tabi’in ِ terputus), dapat disimpulkan bahwa beliau  tidak menyebutkan perkara ini (sebagai pembatal). Sedangkan hadits yang menyatakan bahwa ََ bercelak membatalkan adalah hadits yang dhaif (lemah). ْ ُ َ ُ ُpuasa ُAbu ُ selain َ ْ Daud َ ْ َ Hadits ُ َ Sunannya, َ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ ْ ْ َ َ ٌ َ tersebut dikeluarkan oleh dalam namun beliau ِ‫رأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا ووي ضانِه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي فِيوه‬ tidak ada yang mengeluarkannya. Hadits tersebut juga tidak terdapat dalam َ ‫يَ َض َع ُه ِف فَه‬ musnad Ahmad dan kitab referensi lainnya.184” .‫الط ِب‬ ِ ِ Al-Hasan Al-Bashri  mengatakan,

َْ َ ْ ُ ْ َ .‫ال بأس بِامكح ِل ل ِنطان ِ ِه‬

"Tidak mengapa orang yang َ َ 185َ ”ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ bercelak َ َ 186َ untuk َ َ berpuasa. َ ْ َ ْ َ ٌ .‫يق ِظ‬tetes ‫ىدا فن‬mata ‫تقا ع‬, ‫اس‬ ‫و ِي‬masa ‫ضا و‬silam ‫نيهِ ق‬para ‫س ع‬ulama ‫َق فني‬ ‫ه ام‬berselisih ‫وي ذرع‬ Adapun sejak telah pendapat mengenai sesuatu yang dikenakan atau ditetesi pada mata. Perselisihan ini berasal dari masalah apakah mata adalah saluran seperti mulut, atau antara mata dan perut terdapat suatu saluran, atau sesuatu yang diteteskan pada mata bisa masuk perut melalui pori-pori. Ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa tidak ada saluran yang menghubungkan antara mata dan perut atau mata ke otak. Sehingga mereka menganggap sesuatu yang diteteskan ke mata tidaklah membatalkan puasa. Ulama Malikiyah dan Hambali berpendapat bahwa mata adalah rongga sebagaimana mulut dan hidung. Sehingga jika seseorang bercelak dan terasa ada zat makanan dalam kerongkongan, puasanya batal. Kalau kita meninjau pendapat para dokter saat ini, mereka menyatakan bahwa terdapat saluran antara mata dan hidung, kemudian akan bersambung 184 Majmu’ Al-Fatawa, 25/234 185 Dikeluarkan oleh ‘Abdur Razaq dengan sanad yang shahih. Lihat Fathul Bari, 4/154 186 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambil dari: www.rumaysho.com

Hal-hal yang Boleh Dilakukan ketika Berpuasa |71

ke kerongkongan. Bagaimana pun, baik ada saluran atau tidak masih ada tinjauan lain yang mesti dilihat. Adapun ulama belakangan, berselisih pendapat mengenai tetes mata apakah membatalkan puasa ataukah tidak. Pendapat pertama, inilah pendapat kebanyakan ulama belakangan bahwa tetes mata tidak membatalkan puasa. Yang berpendapat seperti ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dan Dr. Wahbah Az Zuhaili. Alasan mereka, bahwa: 1. Tetes mata yang masuk pada lubang mata hanyalah sedikit, cuma satu atau dua tetes. Jika hanya sedikit, berarti dimaafkan sebagaimana berkumur-kumur ketika puasa. 2. Tetes mata ketika masuk dalam saluran maka ia langsung terserap dan tidak mengalir terus hingga kerongkongan. 3. Tetes mata tidaklah membatalkan puasa karena tidak ada nash (dalil tegas) yang menyatakannya sebagai pembatal. Ditambah lagi mata bukanlah saluran tempat masuknya zat makanan dan minuman. Pendapat kedua, tetes mata membatalkan puasa. Ulama belakangan yang berpandangan seperti ini adalah Syaikh Muhammad Al-Mukhtar AsSulami dan Dr. Muhammad Alfiy. Alasan mereka, bahwa: 1. Diqiyaskan (dianalogikan) dengan celak mata karena pengaruhnya sampai ke kerongkongan. 2. Allah sendiri telah menetapkan bahwa ada saluran yang menghubungkan mata dan hidung hingga ke kerongkongan. Akan tetapi, pendapat kedua ini disanggah oleh ulama lainnya dengan sanggahan, bahwa: 1. Mengenai celak sebagaimana disebutkan sebelumnya terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Yang tepat, celak mata tidaklah membatalkan puasa. Maka tidak tepat jika tetes mata diqiyaskan dengan celak mata. 2. Tetes mata yang masuk pada lubang mata hanyalah sedikit dan jika hanya sedikit, berarti dimaafkan sebagaimana berkumur-kumur ketika puasa. Pendapat yang tepat, tetes mata tidaklah membatalkan puasa karena melihat beberapa alasan yang dikemukakan di atas. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

72 | Tutorial Ramadhan

8. Mandi dan Menyiramkan Air di Kepala untuk Menyegarkan Badan. Imam Bukhari  membawakan Bab dalam kitab shahihnya ‘Mandi untuk orang yang berpuasa. ’ Ibnu Hajar  berkata, “Maksudnya adalah dibolehkannya mandi untuk orang yang berpuasa. Az-Zain Ibnul Munayyir  berkata bahwa mandi di sini bersifat mutlak mencakup mandi yang dianjurkan, diwajibkan dan mandi yang sifatnya mubah. Seakan-akan beliau mengisyaratkan tentang lemahnya pendapat yang diriwayatkan dari ‘Ali  mengenai larangan orang yang berpuasa untuk memasuki kamar mandi. Riwayat ini dikeluarkan oleh ‘Abdur Razaq , namun dengan sanad dhaif (lemah). Hanafiyah bersandar dengan hadits ini sehingga mereka melarang (memakruhkan) mandi untuk orang yang berpuasa.”187 Hal ini juga dikuatkan oleh sebuah riwayat dari Abu Bakr bin ‘Abdirrahman, beliau berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah  di Al‘Araj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.”188 Penulis Aunul Ma’bud mengatakan, “Hadits ini merupakan dalil bolehnya orang yang berpuasa untuk menyegarkan badan dari cuaca yang cukup terik dengan mengguyur air pada sebagian atau seluruh badannya. Inilah pendapat mayoritas ulama dan mereka tidak membedakan antara mandi wajib, sunnah atau mubah.”189

9. Menelan Dahak. Menurut mazhab Hanafiyah dan Malikiyah, menelan dahak 190 tidak membatalkan puasa karena ia dianggap sama seperti air ludah dan bukan sesuatu yang asalnya dari luar.

10. Menelan Sesuatu yang Sulit Dihindari. Seperti masih ada sisa makanan yang ikut pada air ludah dan itu jumlahnya sedikit serta sulit dihindari dan juga seperti darah pada gigi yang ikut bersama air ludah dan jumlahnya sedikit, maka seperti ini tidak mengapa jika tertelan. Namun jika darah atau makanan lebih banyak dari air ludah yang tertelan, lalu tertelan, puasanya jadi batal.191 187 188 189 190 191

Fathul Bari, 4/153 HR Abu Daud no. 2365 ‘Aunul Ma’bud, 6/352 Dahak adalah sesuatu yang keluar dari hidung atau lendir yang naik dari dada. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/118.

Hal-hal yang Boleh Dilakukan ketika Berpuasa |73

.‫ال بأس أن يذوق اخلل أو الَّش وا له يدخل حنقه ووي ضانِه‬

ُْ َُ ُُ َ ْ َ ٌ َ ََُ َ َ ُ َ ْ َ ُ ََُْ َ ُ ُ ْ ْ ِ‫رأيته يىضغ ل ِنط ِب طعاوا ووي ضانِه يىضغه ثه ُي ِرجه وِي فِيوه‬ َ َ َ Keadaan 11. Makan, Minum, Jima’ (bersetubuh) dalam .‫الط ِب‬ ‫يَض َع ُه ِِف ف ِه‬ Lupa 192 َْ َ ْ ُ ْ َ ‫حل ل‬ 12. Muntah yang tidak Sengaja. .‫ِنطان ِ ِه‬ ‫ك‬ ‫ام‬ ‫ب‬ ‫س‬ ِ ‫ال بأ‬ ِ

Abu Hurairah  meriwayatkan dari Rasulullah , beliau  bersabda:

ْ َْ َ َ ْ ََ ٌ َ َ َْ َ َ ََْ ُ َْْ ُ َ ََ ْ َ .‫اس َتقا َ ع ْىدا فن َيق ِظ‬ ‫وي ذرعه امَق فنيس عنيهِ قضا وو ِي‬

"Barangsiapa yang muntah maka tidak harus mengganti puasanya dan barangsiapa yang sengaja muntah maka dia harus mengganti puasanya”193

192 Sebagaimana penjelasan pada Bab sebelumnya 193 HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, sanadnya shahih sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah di Haqiqah Ash-Shiyam (hal 14)

74 | Tutorial Ramadhan

Jangan Biarkan Puasamu Sia-Sia

Ada

di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar di perutnya dan dahaga yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi  yang jujur lagi membawa berita yang benar:

ُ َ َ ُ ُْ َ ُ ُّ َ .‫الع َطش‬ ‫ص َيا ِنهِ اجلوع و‬ ِ ‫ُر َّب صائ ِ ٍم حظه ن ِْو‬

"Betapaَ banyak orang yang berpuasa namun ْ َ dia ُّtidakَ ْ mendapatkan َ dari ََ َ َ ْ ْ tersebutِ kecuali َpuasanya ِّ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ‫ حاةيف ِأ ْن ييدع‬rasa ‫يْس‬dan ‫ فل‬dahaga” ِ‫العهل بِه‬.‫نو لم يدع قول الزورِ و‬ ِ‫ ِل‬lapar Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap dan dihitung, َ hingga ُ َ‫َشاب‬ َ َ fajar padahal dia telah susah payah menahan dahaga mulai dari.‫ه‬terbit ‫ان ُه َو‬ ‫َط َع‬ 194

terbenamnya matahari? Berikut beberapa poin yang dapat mengurangi kesempurnaan pahala puasa kita, selayaknya untukَ kita perhatikan dengan َ َّ َ ْ َّ َ ُ َ ّ َ َّ َ َّ َ ْ ّ ‫لَْْ َس‬ ُ ‫الص َي‬ baik. ِ‫الرفي‬ ‫ام ن َِو األكل والَّشب إنها الصيام نِو اللغيو و‬

ِ

ِ ِ ِ ِ َ َ ّ ِ (Qaula ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ ْ ِ ُ َ ُّ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ ُ 1. Berkata َ ‫ َ إ ُ ّّن‬:‫ل‬ ِ ‫ َصائ‬Dusta َ Az-Suur). . ‫م‬ ‫ّن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ائ‬ ‫ص‬ ‫فعلتوق‬puasa ْ ‫ ٍمك‬sia-sia ‫بنصشائ ِاب‬ ‫رف‬ ِ ِ ِ ِ . ‫ش‬ ‫ط‬ ‫الع‬ ‫لياجلكو‬seorang ‫ل ِنه‬ ‫صهيا‬ ‫حهد ْنوِو‬ ‫ظ‬bisa ‫ح‬ ِ‫ع‬ ِ ‫ة‬muslim ِ ‫إ‬dan Inilahِ perkataanِ yang membuat ِ

ِ

hanya merasakan lapar dan dahaga saja. Rasulullah  bersabda:

َ ْ ْ ََ َْ َ َ َ ْ َ ِ َ َ ِّ َ ْ َ َ ُّ ‫ع قَ ْو َل‬ ‫الزورِ َوال َع َهل بِهِ فليْس ِل ِ حاةيف ِأ ْن ييدع‬ ‫نو لم يد‬ َ ‫َط َع‬ َ َ ‫ان ُه َو‬ .‫َشابَ ُه‬

َ َّ َ ْ َّ َ ُ َ ّ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ ُ َ ّ َْ ِ‫ي‬ ِ ‫الصيام نِو اللغيوِ والرف‬ ِ ‫ب إِنها‬ ِ ‫لْ َس‬ ِ ‫الصيام نِو األك ِل والَّش‬ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ِ َ َ َ َّ َ ْ َ ِ.‫ إ ّّن َصائ ِم إ ّّن َصائم‬:‫ك فَلْ َت ُق ْل‬ ‫فإِن شابك ْحد ْو ةهل علي‬ ِِ ِ ِِ ِ Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia |75

194 HR Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi yaitu shahih (kuat) dilihat dari jalur lainnya.

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, 195ُّ ُ ُ yangَ dia tahan. ُ َ َ dan maka Allah tidak butuh dari rasa .‫ َطش‬lapar ‫ ْوع والع‬haus ‫صيا ِنهِ اجل‬ ‫ُر َّب َصائ ِ ٍم َح”ظ ُه ن ِْو‬ ِ Apa yang dimaksud dengan az-zuur? Imam As-Suyuthi  mengatakan bahwa az-zuur adalah berkata dusta dan memfitnah (buhtan). Sedangkan َ ْ َ ْ merupakan َ َ َ ْ َ keji َ َ َ ْ َ ِ َ berarti mengamalkannya َ ِ ‫ ِ ِّل‬melakukan َ َ‫نو ل َ ْم ي‬ ُّ ‫ل‬yang َ ْْ‫بهِ فَلَي‬perbuatan ‫ع‬ ‫يد‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ْ ‫أ‬ ‫يف‬ ‫اة‬ ‫ح‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ور‬ ‫الز‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫د‬ 196 ِ ِ ِ konsekuensinya yang telah Allah  larang.

َ ‫َط َع‬ ُ َ َ َ ‫ان ُه‬

َ ‫و‬ 2. Lagwu (Sia-sia) dan Rafats (Porno/Mesum)..‫َشابه‬ Sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah  bersabda:

َ َّ َ ْ َّ َ ُ َ ّ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ ُ َ ّ َ َْْ‫ل‬ ‫الص‬ ‫س‬ ِ‫ي‬ ‫الَّش‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫األ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ِ ‫الصيام نِو اللغيوِ والرف‬ ِ ‫ب إِنها‬ ِ ِ ِ ْ ّ ّ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ِ َ َ َ َّ َ ْ َ ِ.‫ إّن َصائ ِم إّن َصائم‬:‫ك فَل َت ُق ْل‬ ‫فإِن شابك ْحد ْو ةهل علي‬ ِِ ِ ِِ ِ

"Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rafats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.197” Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari (3/346), AlAkhfasy  mengatakan, “Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.” Lalu apa yang dimaksudkan dengan rafats? Dalam Fathul Bari (5/157), Ibnu Hajar  mengatakan, “Istilah rafats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji. Istilah rafats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.” Atau dengan kata lain rafats adalah kata-kata porno. Itulah di antara perkara yang bisa membuat amalan seseorang menjadi sia-sia. Betapa banyak orang yang masih melakukan seperti ini, begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing orang lain. Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram. Ibnu Rajab Al-Hambali  berikut berkata, “Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah  dengan meninggalkan berbagai 195 HR Bukhari no. 1903 196 Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121 197 HR Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shahih

76 | Tutorial Ramadhan

syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah  dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zalim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.”198 Jabir bin ‘Abdillah  menyampaikan petuah yang bagus: “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”199 Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilakukan. Ibnu Rajab  mengatakan: “Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.” Meskipun demikian, apakah dengan berkata dusta dan melakukan maksiat, puasa seseorang menjadi batal? Untuk menjelaskan hal ini, perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab  berikut: “Mendekatkan diri kepada Allah  dengan meninggalkan perkara yang mubah tidaklah akan sempurna sampai seseorang menyempurnakannya dengan meninggalkan perbuatan haram. Barangsiapa yang melakukan yang haram (seperti berdusta) lalu dia mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan yang mubah (seperti makan di bulan Ramadhan), maka ini sama halnya dengan seseorang meninggalkan yang wajib lalu dia mengerjakan yang sunnah. Walaupun puasa orang semacam ini tetap dianggap sah menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama) yaitu orang yang melakukan semacam ini tidak diperintahkan untuk mengulangi (mengqadha’) puasanya. Alasannya karena amalan itu batal jika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.” Ibnu Hajar  dalam Al-Fath (6/129) juga mengatakan mengenai hadits perkataan zuur (dusta) dan mengamalkannya: “Mayoritas ulama membawa makna larangan ini pada makna pengharaman, sedangkan batalnya hanya dikhususkan dengan makan, minum dan jima’ (berhubungan suami istri).” Mala ‘Ali Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih (6/308) 198 Lathaa’if Al-Ma’arif, 1/168 199 Lathaa’if Al-Ma’arif, 1/168

Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia |77

berkata: “Orang yang berpuasa seperti ini sama keadaannya dengan orang yang haji yaitu pahala pokoknya (ashlu) tidak batal, tetapi kesempurnaan pahala yang tidak dia peroleh. Orang semacam ini akan mendapatkan ganjaran puasa sekaligus dosa karena maksiat yang dia lakukan.” Kesimpulannya: Seseorang yang masih gemar melakukan maksiat di bulan Ramadhan seperti berkata dusta, memfitnah, dan bentuk maksiat lainnya yang bukan pembatal puasa, maka puasanya tetap sah, namun dia tidak mendapatkan ganjaran yang sempurna di sisi Allah . Semoga kita dijauhkan dari hal-hal semacam ini.



78 | Tutorial Ramadhan

Orang Yang Mendapat Keringanan (Rukhsah)

Beberapa orang yang mendapat keringanan (rukhshah) untuk tidak berpuasa:

1. Orang sakit ketika sulit berpuasa. Untuk orang sakit, terdapat tiga kondisi 200: Kondisi pertama, apabila sakitnya ringan dan tidak berpengaruh apa-apa jika tetap berpuasa. Contohnya adalah pilek, pusing atau sakit kepala yang ringan. Untuk kondisi pertama ini tetap diharuskan untuk berpuasa. Kondisi kedua, apabila sakitnya bisa bertambah parah atau akan menjadi lama sembuhnya dan menjadi berat jika berpuasa, namun hal ini tidak membahayakan. Untuk kondisi ini dianjurkan untuk tidak berpuasa dan dimakruhkan jika tetap ingin berpuasa. Kondisi ketiga, apabila tetap berpuasa akan menyusahkan dirinya bahkan bisa mengantarkan pada kematian. Untuk kondisi ini diharamkan untuk berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah , artinya: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu” (Qs An-Nisa’ 29).

2. Musafir ketika sulit berpuasa. Musafir yang melakukan perjalanan jauh sehingga mendapatkan 200 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 118-120

Orang yang Mendapat Keringanan (Rukhsah) |79

keringanan untuk mengqashar shalat dibolehkan untuk tidak berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah :

َ َ ُ ُ ٰ ُ ُ َ َ ُ َّ َ ْ ِ ّ ٌ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ً ُ‫م‬ ‫َو َمن َكن َم ِريضا أو لَع سف ٍر فعِدة من أيا ٍم أخر ي ِريد اّلل ِك‬ ُ ُ ُ َ َ َ ْ ُْ َ ْ ‫م ُ الْ ُع‬ .‫ْس‬ ِ ‫اليْس وال ي ِريد ك‬ "…dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan ia berbuka), ْ َ َ (lalu َ َ (wajiblah ْ ْ ُ maka ْ ْ ْ lain. َ ْ baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya .‫ِئت فأف ِطر‬itu, ‫ ش‬pada ‫ ِإَون‬hari-hari ‫ت فص‬yang ‫إِن شِئ‬ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Qs Al-Baqarah 185) َ َّ َ َ ُ َ َ ّ ً ّ ْ َ َ َ ْ َ ُ َّ َ ْ mendapatkan Meskipun tersebut, َ keringanan َ musafir .َ ‫السف ِر‬ ‫الصي ْام ِِف‬ ‫ م َِن ا‬syariat ‫ليس‬ ُ ُ ٰ ُ seorang ٌ ّ َّ ُ ُ‫م‬ َ ِ‫لب‬ ‫ َسف ٍر ف ِعد‬bin ‫يا ٍم أخر‬Syaikh ‫ة ِمن أ‬Abdullah ‫لَع‬ ‫يضا ِ أو‬ ‫ َمن َكن َم ِ ِر‬201‫َو‬ ِ ‫ ي ِريد اّلل ك‬pilihan. tetap memberikan Jibrin  menyatakan ْ ُ ُ bahwa ْ bahwa diriwayatkan pada hadits Hamzah bin ia selalu َ َ puasa َ ْ Amar ًNabi ُ ُ Apakah َ‫مر‬: ْ‫َفال َيُم ْن‬ .‫ْس‬ ‫ع‬.ُ ‫يضالا‬ ‫م‬ ‫م ْك‬ ‫يد‬ ‫َك َو َنالميُِوْ ِر‬iaَ ‫ْس‬ dan banyak melakukan safar. Ia bertanya kepada puasa ِ dalam perjalanan? Beliau  bersabda kepadanya: ِ

َ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ْ ْ َ ْ .ْ ‫ت فَ َأفْ ِط َ ْر‬ َ َ َ ‫ت َف َص‬ ٰ ‫إِن ش َِّئ‬ َ َ َّ َ ِ َ ّ َّ ‫ِإَون ْط َرشِئ‬ ِ ‫الن‬ َ ‫المم‬ ‫الص‬ ‫و‬ ‫ة‬ َ‫ال‬ ‫الص‬ ‫ف‬ ‫ِص‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ة‬ َ ‫الص‬ ‫ش‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫اّلل‬ ‫…إِن‬ ِ ْ َ ْ ُ ْ dan َ ِ ُjika ْ engkau ُ ْ ‫ ََنّ ال‬menghendaki "Jika engkau menghendaki maka engkau puasa ْ ‫َال ْ ُم َ َساف ِِر َ َو‬ َ ‫ل‬ ‫ب‬ . ‫اْل‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫م‬ ّ ِ َّ َ ِ ِ ‫ليس مِن ا‬ maka engkau berbuka. ” .‫الصيام ِِف السف ِر‬ ِ ِ‫لب‬ Seperti inilah Nabi  memberikan pilihan kepadanya. Hadits َ َ َ musafir ْ َ َ mampu َ َ َ puasa ُ َ ada َ َ َ ْ apabila َ ‫َوأَ ْع َع َم‬bahwa َ ‫اف‬ ini menunjukkan dan tidak ْ َ‫لَع أ‬ ُ ْ َ ُ َ َ َ ً ْ ِ ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ِم‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫اْل‬ . ‫ا‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫الم‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ا‬ ِ ِ puasa ْ‫م‬ kesulitan atasnya, ia boleh puasa, baik puasa.‫ا‬wajib ‫ ِ َم ِريض‬atau ‫ن مِو‬sunnah. ‫ف َم ْن َك‬ Karena sesungguhnya berbuka dalam safar penyebabnya adalah karena memberatkan dan begitulah biasanya dalam َ َ perjalanan. َ ّ َ َ َ َ orang َJika َ demikian ْ َّ َّ utama ْ َ ٰ ‫إ َّن‬yang َ ِ ‫الصالَة‬manakah ‫الن‬ َ ‫ و الصالمم‬-halnya, ‫و ه ِصف‬yang ‫أ‬- ِ ‫َة‬lebih ‫الص‬ ‫ َ ش ْط َر‬bagi ‫اّلل وع‬ ِ… ِ bersafar, berpuasa ataukah tidak? ْ َ َ ْ َ ُ ْ Namun Para ulama dalam hal ini berselisih pendapat. .‫اْلبْل‬ ‫ع ِ َو‬ ‫ ِن ال ُم‬lebih َ‫ ِِر و‬tepatnya ‫ال ُم َساف‬ ِ ‫ ْر‬yang kita melihat dari kondisi musafir berikut ini: Kondisi pertama, jika berat َ َ َ َ atau َ berpuasa ْ َ untuk َ melakukan َ َ sulit ُ hal-hal َ َ َ lebih َ.‫ع َع َماا‬itu, ْ َ‫ َوأ‬maka ْ ُ َ ْ َ ُ َْ yang baik ketika utama untuk tidak berpuasa. Sebagaimana ‫ع إِاا خافاا لَع أوالهِمِما أفطراا‬ ِ ‫اْلا ِم والمر‬ 202

sabda Nabi :

201 Syaikh Abdullah bin Jibrin – Fatwa yang beliau tanda tangani pada tanggal 2/11/1423 H 202 HR Bukhari 1943 dan Muslim 1121

80 | Tutorial Ramadhan

ََْ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ْ ْ .‫ت فأف ِط ْر‬ ‫إِن شِئت فص ِإَون شِئ‬ َ َّ ّ ّ ْ ‫لَيْ َس م َِن ا‬ ُ ‫الص َي‬ .‫السف ِر‬ ‫ام ِِف‬ ِ ِ‫لب‬ ِ

"Tidak termasuk kebaikan berpuasa di saat safar.”203 ً ُ ْ َ َ ْ ََ ْ‫م‬ ‫ َم ِريضا‬berpuasa ‫ن مِو‬ ‫ َك‬tidak ‫فمن‬ Kondisi kedua, jika tidak memberatkan .untuk dan menyulitkan untuk melakukan berbagai hal kebaikan, maka pada saat ini lebih utama untuk berpuasa. terlepasnya َ karena َ ّ Alasannya َ َّ lebih َ ْ hal َ cepat َّ َ َ kewajiban َّ َ ْ ْ َ ٰ karena َ َ َ َ beban puasa. Begitu pula ini lebih mudah dilakukan ‫الن‬ َ ‫ و الصالمم‬-ِ ‫أو ه ِصف الصالَة‬- ِ ‫اّلل وع شطر الصَة‬ ‫…إِن‬ ِ berpuasa dengan orang banyak itu lebih mudah daripada mengqadha’ puasa ْ َ ْ َ ُ ْ berpuasa. sendiri di saat orang-orang tidak banyak yang .‫اْلبْل‬ ‫ع ِ َو‬ ِ ‫ال ُم َساف ِِر َوَ ِن ال ُم ْر‬ Kondisi ketiga, jika berpuasa akan mendapati kesulitan yang berat bahkan dapat mengantarkan pada kematian, maka َ َ pada saat ini wajib tidak berpuasa َ َ َ untuk ْ َ َ َ berpuasa. dan diharamkan َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ُ َْ

.‫ع إِاا خافاا لَع أوالهِمِما أفطراا وأععماا‬ ِ ‫اْلا ِم والمر‬

3. Orang tua renta yang lemah dan orang sakit yang tidak kunjung sembuh.

Para ulama sepakat bahwa orang tua yang tidak mampu berpuasa, boleh baginya untuk tidak berpuasa dan tidak ada qadha baginya. Menurut mayoritas ulama, cukup bagi mereka untuk memberi fidyah yaitu memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang ditinggalkan. Hal ini berdasarkan firman Allah , artinya: “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin” (Qs Al-Baqarah 184). Begitu pula orang sakit yang tidak kunjung sembuh, dia disamakan dengan orang tua renta yang tidak mampu melakukan puasa sehingga dia diharuskan mengeluarkan fidyah (memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang ditinggalkan, akan dijelaskan pada bab selanjutnya).

4. Wanita hamil dan menyusui. Dalam hal ini, rincian hukum bagi mereka adalah sebagai berikut: 1. Untuk wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan keadaan dirinya saja bila berpuasa. Bagi wanita, untuk keadaan ini boleh tidak berpuasa dan wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain ketika telah sanggup berpuasa. Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat, artinya: “Maka 203 HR Bukhari 1946, ini adalah lafaznya dan Muslim 1115

Orang yang Mendapat Keringanan (Rukhsah) |81

jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain” (Qs Al- Baqarah 184). Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah  mengatakan, “Kami tidak mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.” 204 . Imam Nawawi  mengatakan, “Para shahabat kami (ulama Syafi’iyah) mengatakan, ‘Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua َ َ َ 205َ .َ ْ َ ً َ َ ٰ perselisihan َ ُ (diَّ َ antara ُ tidakُ ada ٌ ّ َّ ُ ini Syafi’iyah) ُ ْ ُ‫م‬ َ ‫َو َمن َكن َم ِريضا أو لَع سف ٍر فعِدة ِمن أيا ٍم أخر ي ِريد اّلل ك‬ ِ 2. Untuk wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan keadaan ُ ُ ُ َ َ َ ْ ُْ dirinya dan buah hati. َ ْ ‫م ُ الْ ُع‬ .‫ْس‬ ‫اليْس وال‬ ِ ‫ ي ِريد ك‬ini Sebagaimana keadaan pertama, sang wanita dalam keadaan juga boleh tidak berpuasa dan tidak ada kewajiban atas wanita hamil atau menyusui َ َ َ ْ fidyah), ْ ْ baik kecuali mengqadha` secara mutlak disebabkan ُ ‫ت َف‬ َ ْ‫إ ْن شِئ‬ ْ ‫(فْ ِط‬tanpa . ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ‫ِئ‬ ‫ش‬ ‫ِإَون‬ ‫ص‬ ِ ketidakmampuan atau kekhawatiran terhadap diri sendiri jika bershaum pada bulan Ramadhan, maupun disebabkan kehawatiran terhadap janin atau anak susuannya. َ َّ ّ ‫لب‬ ُ ‫الص َي‬ ّ ْ ‫لَيْ َس م َِن ا‬ . ‫ر‬ ‫ف‬ ‫الس‬ ‫ِف‬ ‫ام‬ ِ ِ ِِ ِ Di antara dalilnya adalah: 1. Firman Allah :

َ ً ُ ْ َ َ .‫ف َم ْن َكن مِوم ْ َم ِريضا‬

"…Barangsiapa dalam kondisi sakit...”َ َ ّ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ٰ َّ َ ْ adalah َ َ َّpendalilan ْ ‫أ‬- bahwa َ -ِ ‫الَة‬ Bentuk dari ayat ini ِ ‫الن‬ َ ‫المم‬ ‫الص‬ ‫و‬ ‫الص‬ ‫ف‬ ‫ِص‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ة‬ َ ‫الص‬wanita ‫شطر‬hamil ‫وع‬atau ‫اّلل‬menyusui ‫…إِن‬ ِ yang tidak mampu untuk berpuasa sama dengan orang yang tidak mampu ْ َ ْ yangَ berlaku ْ َ ْbahwa َ ْ َ ُ ُ ُ berpuasa karena sakit. Telah kita ketahui hukum bagi .‫ع ِ و اْلبل‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ن‬ َ ‫و‬ ‫ِر‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ ِ ِ ِ Maka seorang yang tidak bershaum karena sakit adalah wajib mengqadha`. atas dasar itu berlaku pula hukum ini bagi wanita hamil atau menyusui. َ َ َ َْ ََ ََ َ َ ُ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ kedua َ.‫ َوأَ ْع َع َماا‬yang 2. Dalil mereka adalah hadits yang diriwayatkan َ dari ‫ع إِاا خافاا لَع أو‬ ‫ال ِهمِما أفطراا‬ ِ ‫اْلا ِم والمر‬ shahabat Anas bin Malik Al-Ka’bi  bahwa Rasulullah  berkata:

204 al-Mughni: 4/394 205 al-Majmu’: 6/177

82 | Tutorial Ramadhan

َ ً ُ ْ َ َ .‫ف َم ْن َكن مِوم ْ َم ِريضا‬

َ ْ ْ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ٰ َّ َ َ َّ َ ِ َ ّ ‫الن‬ ِ َ ‫ و الصالمم‬-‫أو ه ِصف الصالَة‬- ِ ‫…إِن اّلل وع شطر الصَة‬ ْ ْ َ َ ُْ َ .‫اْلبْل‬ ‫عِو‬ ِ ‫ال ُم َساف ِِر َوَ ِن ال ُم ْر‬ "Sesungguhnya َ Allah memberikan dari kewajiban shalat َ َ َ keringanan َ َ َ َ َsetengah ْ َ ُ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ‫ع‬ َ َ ِْ ‫الم‬ ُ musafir َ (yakni dengan ‫طراا وأعع‬dan ‫ا أف‬kewajiban ‫ أوالهِمِم‬bershaum ‫اْل‬ .‫ماا‬mengqashar) ‫افاا لَع‬kepada ‫ إِاا خ‬seorang ‫ر‬ ‫ا ِم َو‬serta

wanita hamil dan menyusui.”206 Sisi pendalilan dari hadits ini, bahwa Allah  mengaitkan hukum bagi musafir sama dengan wanita hamil atau menyusui. Hukum bagi seorang musafir yang berbuka (tidak bershaum) di wajibkan baginya qadha`, maka wanita hamil atau menyusui yang berbuka (tidak bershaum) terkenai pada keduanya kewajiban qadha` saja tanpa fidyah sebagaimana musafir. Imam Nawawi  mengatakan, “...Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara Syafi’iyah).” Pendapat ini adalah pendapat yang ditarjih (dikuatkan) oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz 207, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin 208, dan Al-Lajnah Ad-Da`imah 209. 3. Untuk wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan keadaan si buah hati saja. Dalam keadaan ini, sebenarnya sang wanita mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah, kekhawatiran bahwa jika sang wanita berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang wanita akan membahayakan. Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya -bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti kurang akal atau sakit -210. Untuk kondisi ketiga ini, juga dibolehkan tidak berpuasa. Tetapi para 206 HR Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa’i dan Al-Imam Ahmad]. (Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaani dalam Shahih Sunan Abu Daud no. 2409 dan Asy-Syaikh Muqbil dalam kitab beliau Al-Jaami’ush Shahih jilid 2 hal. 390 menyatakan sebagai hadits hasan 207 Dalam kitabnya Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibah Muhimmah Tata’alaqu bi Arkanil Islam hal. 171 208 Majmu‘ Fatawa wa Rasa`il Ibni ‘Utsaimin 209 Fatawa Al-Lajnah no. 1453 210 Majalah Al-Furqon, edisi 1 tahun 8

Orang yang Mendapat Keringanan (Rukhsah) |83

ََْ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ْ ْ .‫ت فأف ِط ْر‬ ‫إِن شِئت فص ِإَون شِئ‬ َ َّ

ُ

ّ

ّ ْ

َْ

ulama berbeda pendapat tentang proses .‫ف ِر‬pembayaran ‫الص َيام ِِف الس‬ ‫م َِن ا‬wanita. ‫لي َس‬ ِpuasaِ‫لب‬ ِ sang Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut. Pertama, mewajibkan sang wanita untuk membayar qadha saja. َ ً َ ْ ُ ْ َ ْ ََ .‫م ِريضا‬kondisi ‫ِوم‬pertama ‫ن َكن م‬dan ‫فم‬ Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. iniَ dipilih Syaikh Bin Baz dan َ ّ Pendapat َ َّ oleh َ َ َ َ َ َ ٰ َّ َ ْ َّ َ ْ ْ َ َ Syaikh As-Sa’di . ِ ِ ‫الن‬ َ ‫المم‬ ‫الص‬ ‫و‬ ‫ة‬ َ‫ال‬ ‫الص‬ ‫ف‬ ‫ِص‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ة‬ َ ‫الص‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ش‬ ‫…إِن اّلل و‬ ِ Kedua, mewajibkan sang Wanita untuk membayar fidyah‫ع‬saja. ْ َ ْ َ ْ ُْ َ Di antara dalil mereka yaitu: .‫ع ِ و اْلبل‬ ِ ‫ال ُم َساف ِِر َوَ ِن ال ُم ْر‬ 1. Atsar (riwayat) dari Ibnu ‘Abbas  bahwa beliau berkata:

َ َ َْ َ َ ََ َ َ َ ُ ‫اْلا ِم ُ َو‬ َْ .‫ع ُ إِاا خاف َاا لَع أ ْوالهِم َِما أف َط َراا َوأ ْع َع َم َاا‬ ِ ‫الم ْر‬

"Wanita hamil atau menyusui dalam keadaan keduanya takut terhadap anaknya boleh bagi keduanya berbuka (tidak bershaum) dan wajib bagi keduanya membayar fidyah.211” 2. Juga atsar (riwayat) Ibnu Abbas , ketika ditanya: “jika wanita hamil khawatir terhadap dirinya dan wanita menyusui khawatir terhadap anaknya berbuka di bulan Ramadhan”, beliau berkata: “keduanya boleh berifthar (berbuka) dan wajib keduanya membaya fidyah pada setiap harinya seorang miskin dan tidak ada qadha’ bagi keduanya.” Juga masih dari shahabat Ibnu ‘Abbas , beliau berkata kepada seorang wanita hamil atau menyusui: “Engkau posisinya seperti orang yang tidak mampu (bershaum). Wajib atasmu memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari (yang engkau tidak bershaum), dan tidak ada kewajiban qadha` atasmu.”212 Semakna dengan atsar di atas, juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas  oleh Al-Imam Ad-Daraquthni (no. 250). 3. Atsar (riwayat) dari shahabat Ibnu ‘Umar , beliau berkata: “Wanita hamil dan menyusui berbuka (boleh tidak bershaum pada bulan Ramadhan) dan tidak ada (kewajiban) untuk mengqadha` atasnya.” Dan ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanya membayar fidyah adalah, “Dan wajib bagi orang yang berat 211 HR Abu Dawud no. 2318. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani  dalam Al-Irwa` no. 912 212 Tafsir Ath-Thabari no. 2758. atsar ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani  dalam Al-Irwa` IV/19

84 | Tutorial Ramadhan

menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin” (Qs Al-Baqarah 184). Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini. Pendapat ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani 213. Juga pendapat ini dipilih oleh murid beliau Syaikh Salim dan Syaikh Ali Hasan hafidzahumallah. Ketiga, mewajibkan sang Wanita untuk mengqadha dengan disertai membayar fidyah. Dalil sang wanita wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syariat yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya. Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para Wanita pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat: “…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs Al-Baqarah 184). Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas : “Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.214” Begitu pula jawaban Ibnu ‘Umar  ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, “Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.” Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar  yang hanya menyatakan untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan. Di antara ‘ulama masa kini yang mentarjih pendapat ini adalah AsySyaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah dalam Al-Muntaqa jilid 3 hal. 147.215 Maka, sebagaimana permasalahan lainnya yang di dalamnya para ulama kita berbeda pendapat, maka ketika saudara kita menjalankan salah satu pendapat ulama tersebut dan berbeda dengan pendapat yang kita pilih, 213 Lihat pembahasan lebih luas dalam kitab beliau Irwa`ul Ghalil jilid IV hal. 17-25 214 HR Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Albani  dalam Irwa’ul Ghalil 215 Lihat Fatwa Ramadhan hal. 324-326

Orang yang Mendapat Keringanan (Rukhsah) |85

kita tidak berhak memaksakan atau menganggap saudara kita tersebut melakukan suatu kesalahan. Semoga Allah  memberikan kesabaran dan kekuatan bagi para Wanita untuk tetap melaksanakan puasa ataupun ketika membayar puasa dan membayar fidyah tersebut di hari-hari lain sambil merawat para buah hati tercinta. Wallahu a’lam.

5. Wanita haid dan nifas Para ulama sepakat bahwa wanita yang tengah menjalani masa haid dan nifas tidak boleh berpuasa. Keduanya dibolehkan berbuka, tetapi harus menggantinya pada hari-hari yang lain. Dan jika keduanya tetap berpuasa, maka puasanya tidak sah.

86 | Tutorial Ramadhan

Tunaikan Qadha (Pengganti)Puasa dengan Segera

Di

antara amalan yang disunnahkan di bulan Sya’ban sebelum Ramadhan tiba adalah memperbanyak puasa sunnah. Namun bagi yang masih memiliki utang puasa selama beberapa hari, lebih utama baginya untuk menunaikan qadha’ (pengganti) puasa karena masih tersisanya kesempatan untuk menunaikan utang tersebut.

1. Qadha’ Ramadhan Wajib Ditunaikan Sebagian orang sering menganggap remeh penunaian qadha’ puasa ini. Sampai-sampai utang puasanya menumpuk bertahun-tahun karena rasa malas untuk menunaikannya, padahal ia mampu. Berbeda halnya jika ia tidak mampu yang mungkin disebabkan karena kondisi hamil atau menyusui selama beberapa tahun sehingga ia mesti menunaikan utang puasa pada dua atau tiga tahun berikutnya. Hal ini dimaklumi dan memang ada udzur. Namun yang kita permasalahkan adalah mereka yang dalam keadaan sehat dan mampu menunaikan qadha’ puasa tetapi tidak melaksanakannya. Qadha’ puasa adalah wajib ditunaikan berdasarkan firman Allah , artinya: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (Qs Al-Baqarah 185). Juga berdasarkan hadits dari ‘Aisyah :

Tunaikan Qadha (Pengganti) Puasa dengan Segera |87

‫َّ ا‬ ْ ُ ‫َّ ْ ِ ا ا‬ ْ ‫ا ا ُ ُا ا ا ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬ َ.ِ ‫الصال َة‬ ‫ل نؤ ام َُر بِقضا َِء‬ َ ‫ِك ف ُنؤ ام َُر بِقضا َِء الصو َم و‬ َ ‫ن ي ِصيبنا ذل‬ َ ‫َك‬

"Kami dulu mengalami haid. Kami diperintahkan untuk mengqadha’ ُ ‫ ْ ا ّا‬puasaَّ dan ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ 216 kami tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.” .‫ِن أيامَ أخ َر‬ َ ‫فعِ َدةَ م‬ Oleh karenanya, bagi yang dahulunya haid atau alasan lainnya dan belum melunasi utang puasanya sampai saat ini selama bertahun-tahun, maka segeralah tunaikan. Jangan sampai menunda-nunda.

2. Hukum Mengakhirkan Qadha’ Ramadhan Hingga Ramadhan Berikutnya Sebagian ulama mengatakan bahwa bagi orang yang sengaja mengakhirkan qadha’ Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya, maka dia cukup mengqadha’ puasa tersebut disertai dengan taubat. Pendapat ini adalah pendapat Abu Hanifah dan Ibnu Hazm. Namun, Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa jika dia meninggalkan qadha’ puasa dengan sengaja, maka di samping mengqadha’ puasa, dia juga memiliki kewajiban memberi makan orang miskin bagi setiap hari yang belum diqadha’. Pendapat inilah yang lebih kuat sebagaimana difatwakan oleh beberapa shahabat seperti Ibnu ‘Abbas . Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz  pernah ditanya: “Apa hukum seseorang yang meninggalkan qadha’ puasa Ramadhan hingga masuk Ramadhan berikutnya dan dia tidak memiliki udzur untuk menunaikan qadha’ tersebut. Apakah cukup baginya bertaubat dan menunaikan qadha’ atau dia memiliki kewajiban kaffarah?” Beliau  menjawab: “Dia wajib bertaubat kepada Allah  dan dia wajib memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang ditinggalkan disertai dengan qadha’ puasanya. Ukuran makanan untuk orang miskin adalah setengah sha’ Nabawi dari makanan pokok negeri tersebut (kurma, gandum, beras atau semacamnya) dan ukurannya adalah sekitar 1,5 kg sebagai ukuran pendekatan. Dan tidak ada kaffarah (tebusan) selain itu. Hal inilah yang difatwakan oleh beberapa shahabat  seperti Ibnu ‘Abbas . Namun apabila dia menunda qadha’nya karena ada udzur seperti sakit atau bersafar, atau pada wanita karena hamil atau menyusui dan sulit untuk berpuasa, maka tidak ada kewajiban bagi mereka selain mengqadha’ puasanya 217 .” 216 HR Muslim no. 335 217 Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, no. 15 hal. 347, Mawqi’ Al-Ifta’

88 | Tutorial Ramadhan

Kesimpulan: Bagi seseorang yang dengan sengaja menunda qadha’ puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya tanpa ada udzur218 , maka dia memiliki kewajiban: (1) Bertaubat kepada Allah , (2) mengqadha’ puasa, dan (3) wajib memberi makan (fidyah) kepada orang miskin sebesar setengah sha’ (1,5 kg), bagi setiap hari puasa yang belum ia qadha’. Sedangkan untuk orang yang memiliki udzur (seperti karena sakit), sehingga dia menunda qadha’ Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya (atau hingga bertahuntahun karena ia terhalang hamil dan menyusui), maka dia tidak memiliki kewajiban kecuali mengqadha’ puasanya saja di saat ia mampu. Bagaimana jika seseorang karena uzur seperti sakit, saat bulan Ramadhan tiba, ia tidak berpuasa, kemudian ia wafat setelah Ramadhan. Jelas, ia tidak sempat membayar qadha’ atas puasa yang ditinggalkannya. Apakah ia dipuasakan oleh orang lain atau puasa dibayarkan dengan memberi makan orang miskin atas nama si mayit? Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz  menjawab, “Jika seorang muslim wafat pada saat ia sakit setelah Ramadhan, maka tidak ada kewajiban qadha’ atasnya dan tidak ada pula kewajiban memberi makan, karena ia berhalangan secara syara’. Demikian pula seorang musafir, jika ia wafat dalam perjalanannya atau setelah ia tiba secara langsung, maka tidak ada kewajiban qadha’ atasnya dan tidak ada pula kewajiban memberi makan, karena ia berhalangan secara syara’. Adapun yang telah sembuh dari penyakitnya lalu ia menunda-nunda qadha’ puasanya sampai ia wafat, atau orang yang telah tiba dari perjalanan, lalu menunda-nunda qadha’ puasanya, sampai ia wafat, maka disyariatkan bagi walinya yaitu para kerabatnya untuk mengqadha’kan mereka berdua. Berdasarkan sabda Rasulullah , artinya: “Barangsiapa yang wafat sedang ia mempunyai tanggungan puasa, maka ia dipuasakan oleh walinya” 219. Jika tidak ada orang yang dapat mengqadha’kan puasanya, maka diambil warisan keduanya untuk memberi makan atas nama keduanya, seorang miskin setiap hari tanggungan puasanya, sebanyak satu sha’ yang ukurannya sekitar 1 ½ kg. Sama dengan bayaran tanggungan puasa dan orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya” 220. 218 Perinciannya akan perbedaan pendapat ulama di dalam permasalahan ini juga disebutkan dalam Bab selanjutnya (Bab: Fidyah Puasa). 219 HR Bukhari dan Muslim 220 Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin Muhammatin Tata’allaqu bi Arkanil Islam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz

Tunaikan Qadha (Pengganti) Puasa dengan Segera |89

3. Qadha’ Ramadhan Tidak Harus Berturut-turut Sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah (terbitan kementerian agama Kuwait), menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama), ketika puasa. ‫ا‬ ‫ َّ ا‬tidak disyaratkan ْ ‫ ا ا ا‬qadha’ ‫ا ا‬ ‫ ُ ا ا‬menunaikan ‫ ُ ْ ا ُ ا ا‬berturut-turut َّ ‫ضا َِء‬ Alasannya karena َ ‫ او‬ayat: ‫الص ْو َِم‬ ‫ِك ف ُنؤ ام َر بِق‬ َ ‫ن يُ ِصيبُ انا ذل‬ َ ‫َك‬ ‫بِقضا َِء‬keumuman ‫ل نؤم َر‬ َ.ِ ‫الصال َة‬

ُ ‫ا َّ ْ ا‬ ‫ا‬.‫ِن أيّاامَ أ اخ َر‬ َ ‫فعِ َدةَ م‬

"maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” Jadi boleh saja mengqadha’ sebagian puasa di bulan Syawal, sebagiannya lagi di bulan Dzulhijjah, dan sebagiannya sebelum Ramadhan yaitu di bulan Rajab dan Sya’ban. Artinya, ada keluasan dalam hal ini.

4. Mengqadha’ Puasa Tapi Lupa Jumlahnya Misalnya, ada seorang Muslim yang tidak pernah berpuasa pada usianya yang telah lewat. Maksudnya, dia tidak berpuasa tanpa alasan syar’i. Sekarang dia menyesal dan bertaubat, tapi dia tidak ingat jumlah puasa yang telah ditinggalkan. Apa yang wajib atas dirinya? Menjawab hal ini, Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata 221, “Puasa pada bulan Ramadhan merupakan rukun Islam yang ketiga. Seorang Muslim tidak boleh meninggalkan ataupun meremehkannya. Orang yang berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadhan tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat, berarti dia telah melakukan perbuatan yang diharamkan, dan (juga) meninggalkan kewajiban yang agung. Orang seperti ini wajib bertaubat kepada Allah  dan mengqadha’ puasa yang ditinggalkannya. Jika ia terlambat mengqadha’ (sampai masuk Ramadhan berikutnya-pent), maka terkena kafarat (denda), satu hari pelanggaran, dendanya memberikan makan kepada satu orang miskin dengan (ukuran) setengah sha’ makanan (dikalikan) hari-hari yang ditinggalkannya. Jika pernah melakukan hubungan suami istri pada siang hari bulan Ramadhan, maka dia wajib membayar denda berat, yaitu membebaskan budak. Jika tidak bisa, maka dia 221 Lihat Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Shalih al-Fauzan, 3/138. Disalin dari Majalah As-Sunnah, Edisi Khusus No. 04-05/ Th. XIV 1431/2010, hal. 78

90 | Tutorial Ramadhan

wajib berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka dengan memberikan makan kepada enam puluh fakir miskin. Jumlah denda ini dikalikan dengan banyaknya hari yang digunakan untuk berhubungan (dengan istrinya) pada siang hari bulan Ramadhan, karena masalah ini sangatlah penting. Jika tidak mengetahui jumlah hari yang dilanggar, maka ia harus berusaha keras untuk memperkirakan, dan semaksimal mungkin, dia berhati-hati dalam masalah ini. Jika tetap tidak bisa mengetahui jumlah hari dan juga tidak bisa memperkirakannya, maka dia wajib bertaubat kepada Allah , senantiasa menjaga puasa pada sisa usianya dan memperbanyak perbuatan taat. Semoga Allah  menerima taubatnya.

5. Segerakan Qadha’ Puasa Jangan sampai menunda-nunda lagi. Yang mampu dilakukan saat ini, segeralah dilakukan apalagi itu kebaikan. Allah  berfirman, artinya: “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orangorang yang segera memperolehnya” (Qs Al-Mu’minun 61).

Tunaikan Qadha (Pengganti) Puasa dengan Segera |91

“Barangsiapa yang menegakkan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) dengan dasar iman dan ikhlas (mengharapkan pahala) maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” HR. Bukhari dan Muslim _________________________________________________________

92 | Tutorial Ramadhan

Shalat Tarawih

Salah satu amalan yang dianjurkan pada bulan Ramadhan adalah shalat

tarawih atau shalat lail. Allah  berfirman: “Hai orang-orang berselimut, laksanakanlah qiyamullail di malam hari kecuali sedikit dari padanya” (Qs Al- Muzzammil 1-2).

1. Definisi Shalat tarawih adalah shalat lail atau tahajjud yang dikerjakan pada bulan Ramadhan. Shalat lail mempunyai banyak nama yang disebutkan para ulama berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antaranya adalah qiyamullail, shalat tahajjud, shalat witir, qiyam Ramadhan dan shalat tarawih. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar  ketika menjelaskan perkataan Imam Bukhari: Kitab Shalat At-Tarawih dalam kitab shahihnya, “At-Tarawih adalah bentuk jama dari Tarwihah ( ‫ ) حرويحث‬yang berarti istirahat yang satu kali seperti salam yang satu َّ َ kali َ ْ ْ َ shalat.” َ dalam َّ ‫أَفْ َض ُو‬ .‫الصالة ِ َبع َد اىف ِريضثِ َصالةُ الييْ ِو‬ Tidak didapatkan seorang pun dari ulama salaf yang mempermasalahkan ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َ ُ ً َ ْ َ ً َ َ َ َ َ َ َ ْ َ penamaan shalat ditinjau dari segi bahasa. Hal ini .ِِّ‫ ل ٌا تلدم ٌَِ ذُت‬atau ‫ِساةا غفِر‬istilah ‫ان إِيٍاُا واحت‬ ‫َ كام رمض‬tersebut ٌ disebabkan kaidah yang dikenal di antara mereka (tidak ada pertentangan atau َ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ .‫ام َلْيث‬ ‫ِب ل قِي‬ ‫َصف نخ‬ ‫ حّت ي‬istilah). ‫اْلٌ ِام‬ ٌ ِ ‫َ كام ٌع‬Karenanya, ِ ِhal perdebatan dalam sangatlah mengherankan apabila َ orang ُ akhir mempermasalahkan dan menggugat َ ْ ْ َ َ zaman َ ْ ada َ َ ُ َ mencoba َ ْ ‫ َْا فِيْ ٍَا َب‬di َ ِّ ‫إ َّن‬ ِ‫ي َصالةَ اىعِشاء‬ ْٔ ‫ه الِٔح ُر ف َصي‬ ِ ‫اّلل َزادك ًْ َصالة و‬ ِ istilah shalat tarawih, padahal dahulu telah menamakannya demikian. ٰ ْ َ ْ َ ulama .‫إ ِل َصالة ِ اىفج ِر‬ Wallahul Musta’an. َّ َ ْ ْ .‫َصالةُ الييْ ِو ٌَث ٰن ٌَث ٰن‬

2. Hukum dan Fadhilah Shalat Tarawih

ْ َّ ُ ِّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ‫اْد‬ َ َ ْ َ َ ْ ٍَ ْ‫ِن فِي‬ ْ ‫حَ َٔ َّى‬Shalat ْ merupakan َْ ٍَ ْ‫ن فِي‬ ًٓ‫لي‬satu ‫ا‬ salah di antara shalat sunnah yang hukumnya ِ ِ ‫َ َعفيج و‬lail ِ ‫ِِن فِيٍَ ْديج وَعف‬ َ َّ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ْ ْ ِ ‫تل‬sunnah ْ ‫ٍا أعطيج وك‬yang sangat ditekankan untuk dilaksanakan, dan dia ‫ِض‬ ‫ كضيج فإ ُِم‬muakkadah ‫ِن َش ٌا‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫َل‬ ٔ ‫ح‬ ِ ِ ِ ُّ َ َ sunnah َ َ َ ْ َ َ shalat ْ ُ َ َ paling afdhal. Rasulullah  bersabda, َّ َ ْ َ َ َ yang َ merupakan ْ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ ُّ )‫وال يلِض عييم إُِّ ال يذِل ٌَ واَلج (وال يعِز ٌَ َعديج‬ َْ ََ َ َ artinya: .‫ارك َج َر َّب َِا َوت َعاَلْ َج‬ ‫تت‬

ُ ُ ْ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ّ َّ ُ ِّ َ َ ‫ِخَ عل ْٔ َبخ ِخم‬ ٌ ‫اليًٓ إ ِ ِِن أعٔذ ةِرِضاك ٌَِ سخَطِم وبٍِعافاح ِخم‬ ََ َ ََْْ َ َ َ َْ َ َْ َ َ ََ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ََ ‫وأعٔذ ةِم ٌِِم ال أح ِِصخ َِخاء عييخم ُْخج نٍخا ْْجيخج‬ َ َْ .‫نفسِم‬ ْ ُ َْ ُ َْ َ

َ َْ َ َ

ُ ُ ََْ ّ َ ُ َ ََ َُُْ َ

َّ ُ ِّ َ

Shalat Tarawih |93

‫حرويحث‬

َّ َ َ َ ْ ْ َ َّ ُ َ ْ َ ‫أفضو‬ .‫الصالة ِ َبع َد اىف ِريضثِ َصالةُ الييْ ِو‬

"Shalat yang afdhal َ َ shalat ُ ً wajib ْ َ paling َ َ sesudah ً shalat َ lail”َ 222 ْ adalah َّ َ َ َ‫ٌَ َْ ك‬ َ َ ‫ َر‬. ‫ام‬ ْ َ َ َ ُ . ّ ‫ت‬ ُ ‫ذ‬ َِ ٌ ‫م‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ٌ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫غ‬ ‫ا‬ ‫اة‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫اح‬ ‫و‬ ‫ا‬ ُ‫ا‬ ٍ‫ي‬ ‫إ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ِ ِ ِ ِ Karenaِ itu shalat lail pada bulan Ramadhan yang dikenal dengan shalat ‫حرويحث‬ tarawih, lebih dianjurkan dan dikuatkan hukumnya dari bulan-bulan lainnya karena dikerjakan ْ َ َ َ َ ْ َ َ bulan َ ْ َ ُ َ pada ُ yang َ paling ْ َ afdhal. َ ِّ َ َ َ ُ ْ ِ َّ َ َ ‫(ام ٌَّع‬untuk .‫ث‬ ‫َلي‬berkata ‫ل قِيام‬bahwa ‫ب‬ ‫َص َف‬ َِ ‫ّت ي‬ ُ‫ٌ َْ َ ك‬ َ ‫ح‬menganjurkan َ ‫اْل َبٌ ْعام‬ Abu Hurairah Rasulullah  ْ‫الةُنخ ِاليي‬ ِ ِ ‫الة‬ ِ ِ‫يضث‬ . ‫و‬ ‫ص‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫د‬ ‫الص‬ ‫و‬ ‫أف‬ ِ tidak mewajibkan‫ض‬atas ِ melaksanakan) qiyam Ramadhan namun beliau kaum ْ َ beliau َ ُ َ ْ ْ َ muslimin, َّ ْ  bersabda:

َ َ ُ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ ِ ‫ك ًَْ َصالًةَ َو‬ ِ‫الةَ اىعِشاء‬ َ ْ ‫إ ِ َن‬ ْ َ ‫ه َالِٔحً ُر فُص َي َْٔ ُْا َ فِيْ َ ٍََا َّ َب َي ْص‬ َ ‫اّلل َ زاد‬ َ َ .ِِّ‫ام َر َم ْضان إِيٍاُا واحتِساةا غفِر ل ٌا تلدم ٌَِ ذُت‬ ‫ٌَ ك‬ ْ َ ِ َ َ ٰ .‫إ ِل صالة اىفج ِر‬ "Barangsiapa yang qiyam Ramadhan/shalat َ َ ْ َmenegakkan ُ َ َ ْ َ ِّ َ tarawih َ َ‫ ك‬dasar ُ ‫ ُل ق َِي‬pahala) َ ‫ ْاْل‬dosa َ yang ْ ٌَ َ ِ ‫ نخ‬maka َ dengan ِ iman dan ikhlas (mengharapkan diampuni baginya telah .‫ام َليث‬ ‫ب‬ ‫َصف‬ ِ ‫ي‬ ‫ّت‬ ‫ح‬ ‫ام‬ ٌ ‫ع‬ ٌ ‫ام‬ َ ِ ِ َّ َ ْ ْ lampau” . .‫َصالةُ الييْ ِو ٌَث ٰن ٌَث ٰن‬ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ Shalat َ ُ ْ ْ َ Berjamaah َ ْ ُ َ Tarawih ُ َ َ َ ِّ َّ 3. َ Disyariatkannya َ َ‫ك ًْ َص َالة‬ ِ‫الةَ اىعِشاء‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ٍ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ْ ٔ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ٔ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫إَِ ِّن اّلل زاد‬ ِ ِ ِ َّ َ َ dalil َ َ ْ tentang khusus keutamaan shalat dikerjakan ْ َ َّ ُ ٰ َ ْ َ tarawih َ ْ َ ْ ْ ْ ٍَْSalah َ َ َ ْ‫ن فِي‬ َ َ َ ْ ْ satu ْ ْ ‫ى‬ ٔ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫َع‬ َ ٍ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِن‬ ‫ف‬ ‫َع‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫د‬ ْ َ ٍ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِِن‬ ‫د‬ ْ‫ا‬ َ ْ ِ َ ًٓ‫اإليل‬ secara berjamaah adalah qaul (perkataan) dari Rasulullah  sebagaimana ِ ِ ِ . ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫ال‬ ‫ص‬ ِ ْ “Kami َّ َ َِ yang disebutkan , beliau berkata: telah ‫حرويحث‬ َ َ َّ Abu ْ َ َ َّ َ َ oleh َ ْ Dzar ْ َ  َ hadits ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْberpuasa ‫م تل ِِض‬ ُِ ‫ فإ‬bulan ‫ضيج‬Ramadhan) ‫ِِن َش ٌا ك‬dan ‫ وك‬Rasulullah ‫ٍا أعطيج‬‫فِي‬belum ‫ارِك ِل‬ ‫ج وب‬shalat ‫حَٔل‬ (pada pernah َّ َ bersama kami, hinggaَ tersisa tujuh malam dari bulan Ramadhan lalu beliau ْ ْ ُّ َ َ .‫ن َ ٌَ ْث َّ َ ُٰن‬ ََ ََْ َ َ ْ ُ ُ beliau َّ َ َ sepertiga َ ْ ٰ ْ َ‫الي َّيْو َ َ ٌَ َث‬ َ ْ ‫ ََع َدي‬bersama َ ْ‫ ْ َاَل‬lewat ُ ‫ال‬  shalat )‫ج‬ َْ ٌَ ‫َعِ ُّز‬kami ‫( َوال ي‬hingga ‫ج‬ ‫الةُ َْ َو‬ ٌ‫ص‬ ‫يضيَثِذ َِل‬ ‫ِر ال‬malam, ّ‫م إ ِاىُف‬ ‫الي‬ ِ ‫ِض ِالة‬ .‫اليي ِو‬ ‫يعد‬kemudian ‫عيب‬ ‫وةلالص‬ ‫أفوصض‬  tidak shalat bersama kami pada malam berikutnyaَ dan beliau ْ shalat َ َ َ َّ َ َ hingga َ ْ‫ت َعاَل‬Ramadhan َ ِّ ‫َ َت َت‬ bersama kami saat lima malam terakhir pada bulan َّ َ َ pada . ‫ج‬ ‫و‬ ‫ا‬ ِ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ك‬ ‫ار‬ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ ْ ْlewat ْ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ lalu َ‫ِِن ف‬ َ ِ ‫ َد‬seandainya ْ Wahai َ ‫َعلف َّدي‬ َ ًَ‫اٌَليَْ ُٓك‬ ٍَ‫ِي‬pertengahan ‫ ف‬.‫ن‬ ٌََ ٍ‫ِي ُل‬kami ‫ ِ ُغِنفِ َرف‬berkata: ‫جت ِ َسواةًَعاف‬ ‫اًُاْ َدوي‬Rasulullah ََ ٍ‫انِي إ‬ َ ْ‫اما‬ ِ ِ ‫جٌ َِْوح َذُٔ ْىت‬malam, ّ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫اح‬ ٍ‫ي‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ِ ِ engkau menambah (shalatmu) kepada kami dari seperdua َّ ini, ََ ْ ُ َ ُ َّ ْ َ bersabda: ْْ ُ َ َ malam َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ sisa ّ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ْmaka َ‫ ْل ِِض‬beliau َ َ ْ ِ ِ ‫احَ َٔ ِّلي َُٓل ًَّجإ‬ ‫جف‬ ‫َشٍعٌاافاحكضي‬ ‫خَو ِطك ِِن‬ ‫اك أٌعَِطيسج‬ ‫لرفضِيٍا‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫و‬ ِ ِ ‫ملٔتبخِخم‬ ‫ِخَإ ُِع‬ ٌ ‫ِخم‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ٔ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫ِن‬ َ َ ُ َ َ ُ ِ َ َ َ ُ َ ُّ َ ْ َ َ ِّ َ ِ ِ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ‫ام‬ ْ ُ ُ ْ ‫ٌ َََ ُ ك‬ ِ ْ ٌَ ‫اْل‬ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُّ .َ ‫ام َ ََلْ َي َث‬ ‫ام ٌَ َع‬ َ ‫باَلْ َل‬ َ ِ ‫َص َِلف ٌَ َ ْنَ َخ‬ َ ‫ّت يال ِْ يَذ‬ ْ َ ‫ِض‬ ُْ َُّ‫ح‬ ِ ِ ْ )‫خجيج‬ ‫خج ين ِعٍزخاٌَْْجيَعد‬ ‫جقِْيُ ْ( َوال‬ ‫و‬ ّ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ِ ‫ووأالعٔيذ ةِم ٌِِم ال أح ِِصخ َِخاء عييخم‬ ْ َ َْ ََ َ ‫ َِا ُ َو ْ َت‬dicatat َّ َ ‫ج َ َر‬ َ ْ‫اَل‬ َ ََ baginya َ َ َ ‫ع‬maka "Barangsiapa bersama selesai ُ َ Imam َ ُ ْ ْ hingga َ ْ َ َ َ yang ْ َ shalat ِّ َ َ َ ْ . ‫ج‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫نفار‬ ‫إنت َّت‬ ْ َ َ َ ِ‫ ِعشاء‬dia ‫ة اى‬shalat ‫صال‬tarawih ‫ٍا بي‬semalam ‫ئْا فِي‬penuh” ‫ِٔحر فص‬.‫زادكً صالة و ِه ال‬.‫ِم‬ ‫ساّلل‬ (seperti) ِ ٰ ْ Dalil ini menunjukkan kepada kita bahwa shalat tarawih ْ afdhal َ َ dilakukan َّ‫ص‬ ِِّّ ََ ِ ‫إ‬ َْ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ّ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُ .‫جُ ْ ُِر‬ ُ ِ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫ال‬ ْ ََّ َّ ُٓ ُ ‫ل‬ ْ َ َ َّ ‫خم‬ ‫خ‬ ‫ب‬ ٔ ‫ل‬ ‫ع‬ َ‫ِخ‬ ٌ ‫ِخم‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫اف‬ ‫ع‬ ٍ ‫ب‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ط‬ َ‫خ‬ ‫س‬ َِ ٌ ‫اك‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ٔ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫ِن‬ ‫إ‬ ً ‫لي‬ ِ ِ ْ ِ ‫االيًٓ ِ ِإيخاك نعت ِد ِ ولم ُص‬ ٔ‫رج‬HR ُ ‫د‬Muslim ‫م نس‬dari ‫ ِِإَوَل‬Abu‫جد‬ ‫ ونس‬. ‫ّل‬ ِ‫وَنف‬3:‫َع‬ 222 169/2812, Hurairah 223 HR Bukhari Muslim 759 َ806,dan ْ َ َ َmenurut َ َ Syaikh ْ َ ٰ ُْ َ َ َ َ ٰ َ ْ َْ َ ْ َ َْ َ َّ َ ُ ُ ْ َ َُ ْ َ َ َ ْ no.ْ‫ع َيَي‬ َ ُ ِّ Tirmidzi َ shahih َْ‫َخا َْْْجَي‬no. َْ ‫ن‬37 َ َ َ َِ ََ Al-Albani َّ َ َ HR َّ ‫ِصخ‬ ْ َِ ‫ح‬ 224 no. ْ ُ َّ َ ‫ورأ‬ ‫خج‬ ٍ ‫خج‬ ُ ْ ‫خم‬ ‫خاء‬ ‫الٔةذمة ِالييو‬ ‫صْحعخ‬ ‫ اليًٓ إُِا‬.‫م إِن عذاةم ةِاىَكف ِِريَ ميحق‬ ‫منع‬ ‫َش‬ ‫م ِو‬ .‫الٌ أذثاةن‬ ‫َنٌٌِِث‬ َ ْْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ .‫ِم‬ َ ُ ْ ُ َ Ramadhan ‫ننف‬ 94‫ة ِ|م‬Tutorial ٌَِ‫ْي َوال َُلف ُر َك َّوُؤ‬ ‫س َخس ِعيْ ُِم ونسخغ ِفرك وُث ِن عييم اْل‬ ْ َ ْ‫ِن فِيْ ٍَ َْ ََعفي‬ َ ْ ‫ِِن َفِيْ َ ٍَ َْ َْ َدي‬ ْ ِ ‫ا َ ِّلي َ ُٓ ْ ًَّ اْ َد‬ ْ ‫ج َوحَ َٔى‬ ْ ‫ج ُ َو َََعف‬ َْ ٍَ ْ‫ن فِي‬ ْ ْ َ ْ َ ُ َ َ ‫َ َو َِّن َض ُع ل‬ ِ ِ ُ َ َ ُ ‫م و َ َْن ُي ُع ٌَ ََ َ َي‬ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ .َ ‫لف ّرك‬ َّ ُ َّ 223

224

‫حرويحث‬

secara berjamaah di masjid, adapun yang menyebabkan Rasulullah  kadang meninggalkannya itu disebabkan َّ ُ َ َ kekhawatiran َ َّ jikaُ akan َ َ ْ َ ْ beliau َ َْ diwajibkan kepada umatnya .yang ‫الييْ ِو‬akan ‫الة‬memberatkan ‫د اىف ِريضثِ ص‬mereka ‫الة ِ َبع‬sebagaimana ‫أفضو الص‬ disebutkan dalam hadits, artinya: “Akan tetapi (yang menyebabkan saya tidak mengerjakan shalat tarawih berjamaah secara terus menerus) karena saya khawatir َ ُ ً berjamaah) َ َْ ً َ kalian َ َ َ َ َ sanggup ْ َ ‫ َت َل َّد‬shalat akan diwajibkan .ِِّ‫ َِْ ذُت‬atas ٌ225‫م‬kalian ‫ ُل ٌَا‬lail‫(فِ َر‬secara ‫اُا َواحت ِ َساةا غ‬lalu ٍ‫مضان إِي‬tidak ‫ٌَ َْ كام ر‬ melaksanakannya” .

ُ َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ِ Isya ‫َصف‬ ‫ام ح‬ . ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ام‬ ‫ِي‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫ن‬ ٌ‫اْل‬ ‫حرويحث ٌع‬ ‫كام‬terbit ٌَ ِ ِ hingga ِ ِ‫ّت ي‬shalat Waktu shalat tarawih atau lail adalah sesudah

َ ْ َ ُTarawih 4. Waktu Shalat َ َُ َ fajar. Rasulullah  bersabda:

َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َّ َ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َْ ُ َ َ َّ َ َ ِّ ُ َ َّ ْ َ ِ‫ي َصالةَ اى ِعشاء‬ ‫اّلل ز‬ ‫ا فِيٍا ب‬.ْ‫الييئ ِو‬ ‫صحرالةفص‬ ِ ‫الفة ِرو‬ ِ ‫الصادالة‬ ‫يض‬ ‫ص اى‬ ‫ك بًعد‬ ‫أإ ِفنضو‬ ِٔ‫هثِ ال‬ ْ َْ ِ َ َ ٰ . ‫ر‬ ‫ج‬ ِ‫إ‬ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َ ُ ً َ ْ َ ً َ ِ َ ‫ل َص َال َة َاى َف‬ َ ْ .ِِّ‫ٌَ كام رمضان إِيٍاُا واحتِساةا غ ِفر ل ٌا تلدم ٌَِ ذُت‬ "Sesungguhnya Allah  menambah untuk kalian satu shalat yaitu witir, َّ ُ َ maka ْ َ shalat ْ َ subuh” ٰ ٰ َ ْ shalat witirlah antara (sesudah) shalat isya hingga (masuknya) َ ْ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ .‫ال َة َالي َي َ ِو ٌْث َن ٌ َث ِّن‬.ْ ‫َص‬ Dan afdhalnya Namun ِ ٌ‫اْل‬ ‫ام حّت‬ .‫يث‬jika ‫ام َل‬dikerjakan ‫خِب ل قِي‬pada ‫ف ن‬akhir ‫َص‬ ‫ي‬malam. ‫ام‬terjadi ‫ٌَ ك‬ ِ ‫ٌع‬jikashalat ِ ِberjamaah masalah antara shalat di awal malam secara ataukah di َّ ِّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ‫ٔى‬secara ْ ‫وَعف‬di ‫ج‬ akhir sendiri, maka shalat awal malam secara berjamaah ٍََ ‫ِي‬malam ‫ن ْف‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫َع‬ َ ٍ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِن‬ ‫ي‬ ‫د‬ ْ َ ٍ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِِن‬ ‫د‬ ْ‫ا‬ ً ٓ ‫لي‬ ِ ْ َ َ . ِ َ demikian َ Wallahu ُ َ Imam َ ِ ُ ْ Ahmad َّ ‫ا‬ ْ َ َ pendapat ِّ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ lebih afdhal, A’lam. َ ِ‫ص َّال َة اى َعِْشاء‬ َّْ َٔ ‫ه ْال َِٔحر َ فصي‬ ِ ْ ‫الة و‬ ْ ‫اّلل َز َاد‬ َ‫َشا ٌَفِايٍَكا َضبيْي‬ َ‫ع‬ َ ْ‫إ ِحَ َٔن ََّل‬ َ ْ‫صِي‬ ْ ً‫ك‬ ْ ِ ‫ج فَإ ُِم تل‬ ْ ‫ِض‬ ‫ِن‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ٍ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ج‬ ِ 5. Jumlah Rakaat Shalat Tarawih ِ ْ َ ِْ ِ َ َ ٰ . ‫ر‬ ‫ج‬ ‫الة اىف‬ َ ُّ َ َ َ ‫ل‬َ ِ ‫إ‬ Jumlah َ ْ‫ص‬ َ ِ ْ َ َ Rasulullah َ ‫يَع ُّز‬shalat ُ َُّ‫م إ‬ َ‫ال ي‬batasannya. ْ ٌَ ‫ِل‬ada َ ْ ‫َْ ََع َدي‬rakaat َ ْ‫ َواَل‬tidak ُ ‫ال‬ َ ( tarawih ) ‫ج‬ ٌ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ج‬ َ ‫ذ‬ ّ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ِض‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫و‬ ِ ِ bersabda: َ َ ٰ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ٰ َ ْ‫اَلْث‬ ‫ج‬ ‫صارالكةجالييرب ِوِاٌوثتع‬ ‫تت‬ ..‫ن‬ ٌَ ‫ن‬ "Shalat lail itu dua rakaat, dua rakaat...” َ ّ َّ ُ ِّ َ ُ ْ ْ ُ malam َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ “Sesungguhnya ُْ ُ َّ َ ْ َ َ Barrَ َ ْ َ mengatakan, َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ shalat َ Ibnu َِ ‫‘ل ْٔبخ‬Abdil َ ْ ْ ْ‫خم‬ ْ ْ‫ً إ ِ ِا‬tidak َ َ ٌَِ‫اكدي‬ ‫ِندأ ِع‬ ٓ‫الي‬ ٍَ‫عن فِي‬ ‫ِخَٔى‬ ‫ِخمجٌ وح‬ ‫خَف ِِطِنمفِيوب ٍٍَِعافاَعحفي‬ ‫ج سوَع‬ ْ‫ض‬ َ‫ِِنٔذفِية ٍِ ِر‬ ِ memiliki batasan jumlah rakaat tertentu. Shalat malam adalah shalat nafilah َ َ ُ َ َ َ ْ dianjurkan), َ ْ َ Siapa َّ ََ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ baik. ُ َ ْboleh ْ َ saja ََّ amalan ُ َ ْ‫خاء َع ْيَي‬ َ‫ ْ َن ٍَخا َْْ َّْجَ َيْخج‬termasuk َ َ ْ َُْ ‫خم‬ َ ‫خج‬ َ َ (yang danَ َِperbuatan ْ ْ‫ِض‬ ‫حوأٔعَلٔذ‬ ِ‫ح أ‬ ‫يج‬juga ‫ِصخط‬ ‫ع‬boleh ‫الفِيأٍا‬mengerjakan ‫مل‬ ‫ج ة ِوب‬ ِ ‫وك ِِن َش ٌا كضيج فإُم تل‬mau ِ ‫مارٌِِِك‬ mengerjakan ِ sedikit rakaat. Siapa yang dengan َ َ ُ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ََ jumlah yang banyak.” َ ْ ‫ َدي‬rakaat َ ْ‫ال يَذ ُِّل ٌَ َْ َو َاَل‬ )‫ج‬ ‫ج ( َوال يَعِ ُّز ٌَ َْ ََع‬ ُِّ‫ِض عييم إ‬.‫ِم‬ ‫نوفالسيل‬ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ 225 HR Bukhari dan Muslim َ ْ . ‫ج‬ ‫اَل‬ َ 226 HR Ahmad 6: 7/ 23902, dari Abu Bashrah al-Ghifari . َ Bukhari َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ْ ّ َ ُ َ َ َ ‫َتت ِّ ُار َّكج َّ ر َبِا َ ْو ُت ُع‬ ْ َ‫م ن‬ ُ ‫ َوَنْف‬dan َ ْ ‫ ْر ُج‬HR 227 Muslim ٔ ُ ‫د‬ ‫َع‬ ‫س‬ ‫اليًٓ إيخاك نعتد ولم ُص ِّل ونسجد ِإَوَل‬ ِ 228 At-Tamhid, 21/70 َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ّ َ َّ َ َُ ْ ِّ َ َ‫ ُا َ ُ ِّلي ْ ُٓ َ ًَّ إَُّا‬.‫م ْإ َّن َ َع َذاةَ َ ةَاىْ ُ ََكَف َِريْ ََ َ ُميْ َح ْق‬ ‫َشة ِ ِرعضذاة‬ ‫خم‬ ‫م ِِنو أَنعٔذ‬ ِ ِ ‫اك ٌ َِِ سخَ ِطم ِوبٍِعاف ِاح ِخم ٌِخَ علٔبخ‬ ِ ‫ارليْحٓخً إ‬ Shalat Tarawih َ ََ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َْ َ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ َ َُ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ ْ َُ |95 ْ ‫خج ةِم‬ ٌَِ‫خجلنفٍرخاك ْْوجُيؤ‬ ُ ‫خموُْال‬ ‫اْلْي‬ ‫ن َعِيي‬ ‫ععِٔيذِة ِممونٌِِسخ‬ ‫نوأسخ‬ ‫خاءمعيي‬ ‫ِصخ‬ ِ ‫مغفِالر أكحوُِث‬ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َْ َ 226

227

228

Namun afdhal dengan sebelas rakaat dengan tetap memperbanyak bacaan tiap rakaat dan jika tidak mampu, maka afdhal memperbanyak rakaat. Aisyah  berkata: “Adalah Rasulullah  tidak pernah menambah di bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya dari 11 rakaat.229" Namun harus dipahami bahwa informasi dari Aisyah radhiyallahu anha ini tidaklah menjadi batasan maksimal shalat tarawih yang tidak boleh ditambah, karena kabar tersebut sekedar menceritakan tentang jumlah rakaat yang selalu dikerjakan oleh Nabi  dan beliau  jika mengerjakan suatu shalat selalu melaksanakannya secara dawam (kontinyu) sebagaimana yang disebutkan oleh Aisyah . Nabi  sendiri tidak pernah membuat batasan tertentu tentang jumlah rakaat shalat tarawih, karenanya tidak kita dapati dari kalangan ulama salaf yang membatasi jumlah rakaat. Berkata Imam Syafii , “Saya mendapati penduduk Madinah melaksanakan sebanyak 39 rakaat dan di Mekkah 23 rakaat dan tidak ada kesempitan (pembatasan) dalam hal tersebut (yaitu jumlah rakaat shalat tarawih).”

6. Tata Cara (Kaifiyat) Pelaksanaan Shalat Tarawih 1. Shalat 13 rakaat, dimulai dengan dua rakaat yang ringan kemudian dua rakaat yang panjang sekali kemudian dua rakaat yang lebih ringkas dari sebelumnya dan demikian seterusnya hingga jumlah 12 rakaat lalu witir. 2. Shalat 13 rakaat, dimulai dengan delapan rakaat dan bersalam setiap dua rakaat kemudian witir dengan 5 rakaat dan tidak duduk dan tidak pula salam kecuali pada rakaat ke-5. 3. Shalat 11 rakaat, bersalam setiap dua rakaat kemudian witir dengan satu rakaat. 4. Shalat 11 rakaat, mengerjakan 4 rakaat lalu salam kemudian 4 rakaat lalu salam kemudian witir dengan 3 rakaat. 5. Shalat 11 rakaat, yaitu mengerjakan 8 rakaat dengan tidak duduk kecuali pada rakaat ke-8 lalu membaca tasyahud dan shalawat kepada nabi  kemudian berdiri tanpa salam lalu witir dengan satu rakaat kemudian salam maka jumlahnya sembilan lalu ditambah 2 rakaat dalam keadaan duduk. 6. Shalat 9 rakaat, yaitu 6 rakaat dan tidak duduk kecuali pada rakaat 229 HR Bukhari dan Muslim

96 | Tutorial Ramadhan

ke-6 lalu membaca tasyahud dan membaca shalawat lalu berdiri tanpa salam lalu witir dengan satu rakaat kemudian salam, maka jumlahnya tujuh lalu ditambah dua rakaat dalam keadaan duduk. 7. Adapun witir yang dikerjakan dengan 3 rakaat, maka tidak boleh duduk pada rakaat ke dua lalu salam pada rakaat ke-3, karena cara tersebut sama dengan shalat Maghrib, padahal Nabi  bersabda, artinya: “Dan jangan kalian serupakan (shalat witir) dengan shalat maghrib.”230 Karena itu barangsiapa yang berwitir dengan tiga rakaat boleh dilakukan dengan dua cara: 1. Bersalam antara rakaat ke-2 dan rakaat ke-3. 2. Tidak duduk kecuali pada rakaat ke-3. Adapun yang melaksanakannya lebih dari 11 atau 13 rakaat, maka caranya dua-dua rakaat lalu menutupnya dengan witir. Jadi, shalat tarawih boleh dikerjakan dengan berbagai cara sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi  dan cara yang paling umum adalah mengerjakannya dengan dua rakaat dua rakaat kemudian ditutup dengan witir.

7. Empat Hal Tentang Witir yang Harus Diperhatikan 1. Bagi yang melaksanakan witir sebanyak 3 rakaat, maka sunnah baginya membaca surah Al-A’la (sabbihisma rabbik…) pada rakaat pertama, surah Al-Kafirun pada rakaat ke-2 dan surah Al-Ikhlas pada rakaat ke-3. Terkadang kita dapat menambah pada rakaat ke-3 dengan surah Al-Falaq dan surah An-Naas (setelah membaca surah AlIkhlas). Namun, bacaan-bacaan ini tidaklah wajib karena Rasulullah  pernah membaca 100 ayat dari surah An-Nisaa pada rakaat shalat witir. 2. Sunnah membaca qunut pada rakaat terakhir dari shalat witir sebelum atau sesudah ruku dengan bacaan yang ma’tsur (yang berdasarkan dalil). Di antara doa qunut witir:

230 HR Ath-Thahawy

Shalat Tarawih |97

َ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ ِّٰ ْ َ َ ٰ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ َ ‫حن‬ ‫ام ٌث‬ ‫ن‬ ِ ٌ‫اْلث‬ .‫ام َلْيث‬ ‫َصف نخِب ل قِي‬ ِ ٌ ‫ٌصَالكةاماليٌيع ِو‬ ِ ِ‫ي‬.‫ّت‬

َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ِّ َّ ُ ِّ َّ َ ْ ٍَ َ ْ‫ن ْفِي‬ َ ْ َ ِ ‫اإ ِلينًٓاّللاْزداد ِِِنكفًِيٍصَالْةدوي‬ ‫ى‬ ‫ي وح‬ ‫َعرف ِفِنصفيِئٍْاَ فِيَعٍافيبج‬ ‫ج‬ َ ِ‫صٔال ِة اىعِشاء‬ ‫ه الؤِح‬ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ َٰ َ ْ ِ ‫م َت ْل‬ ‫ِض‬ ُِ ‫ فِيٍا أعطيج وك ِِن َش ٌا كضيج فإ‬.‫ارِفكج ِ ِرل‬ ‫جالوة ِب اى‬ ‫إ ِحٔلَلص‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُّ َ َ ُ َّ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ‫ال يَ ِع ُّز ٌَ َْ ََع َدي‬ )‫ج‬ ‫ِض عي ْي ٰم إ ِ ُْ ّٰ ال يذِل ٌَ واَلج (و‬ َّ ‫و َال َي ُل‬ َ َ ْ .‫ن ٌَْث َن‬ َ ‫ص َال ْة َالي َي َّ ِو َ ٌ َث‬ َ َ .‫ت َتاركج ربِا وتعاَلج‬ ِّ َ َ َ petunjuk ْ َّ ُ beri َ ‫ج َو‬ َ َْ َyang ْ ٍَ ْ‫ِن فِي‬ ْ ٍَ ْ‫فِي‬telah َ ْ‫ي‬aku َ ْ ‫ي‬orang َ ْ‫ فِي‬Allah! َ ‫ج‬ ْ ُْ ‫حَ َٔ َّى‬Berilah ْ sebagaimana Engkau َ َْ َ ٍ“Ya ‫ن‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫َع‬ َ ‫ف‬ ‫َع‬ ‫د‬ ‫ِِن‬ ‫د‬ ْ‫ا‬ ً ٓ ‫لي‬ ّ ُ ْ ُ ِ ْ َّ ُ ِّ َ ‫ا‬ َ َ ُ َ َ(dari ِ ُ ْ akuَ perlindungan ِ َ penyakit َ yang َ ‫ض‬ َ َِْ ٌdan petunjuk, apa ‫ل ْٔ َ َب ْخِخم‬berilah ‫ع‬ َ‫ِخ‬ ٌ ‫ِخم‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫اف‬ ‫ع‬ ٍ ‫ب‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ط‬ َ‫خ‬ ‫س‬ ‫اك‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ْٔ ‫ع‬tidak ‫إ ِ ِِن أ‬disukai) ًَّٓ ‫ا َلي‬ ِ ِ َ ْ lindungi, ِ ِْ sebagaimana َ ََ Engkau َّ َ َ َ yang ْ َ َ ُ ْ aku َ telah َ orang ْ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ‫ح َََٔل‬ sebagaimana sayangilah ْ‫ِض‬ ٌ ‫َش‬ ‫ع‬ ‫ج و َبارِ ْك َ ِل َفِيٍ ْا أ‬ َ َ ِ ‫م ت َل‬ َ ‫ ْا ك َضي‬Berilah َ‫ج َوك َِِن‬ َ ‫طي‬yang ُ ْ orang َ ُِْ ‫ج فإ‬ َ ْ berkah ُ ‫َوأ‬ َ ْ َ ْ yang telah Engkau sayangi. apa Eng-kau berikan kepadaku, ‫ال‬ ‫م‬ ِِ ٌ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ٔ ‫ع‬ ‫خج‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ْ ْ ‫خا‬ ٍ ‫ن‬ ‫خج‬ ُ ْ ‫خم‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫خاء‬ ِ َ ‫خ‬ ‫ِص‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ِ ِ َ ُّ َ َ َ َّ َ ْ َ Engkau َ ْ ُ َ yang َ َdari َ‫ ُّ ال ي‬sesungguhnya jauhkan aku yang ْ ٌَ kejelekan َ ْ ‫َع َدي‬ َ ْ‫واَل‬Engkau ُّ ِ‫ َوال يَع‬apa َ َْ ٌَ ‫ِل‬takdirkan, ) ‫ج‬ ‫ز‬ ( ‫ج‬ ‫ذ‬ ُ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ِض‬ ‫ََو ْال ي َل‬ ِ hukuman kepadaMu. menjatuh-kan qadha, dan tidak ada orang yang memberikan .‫ِم‬Engkau ْ ‫َن َف َس‬ َ danَ َ orang Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, yang َ َّ َ َ َ َ ْ .‫اَلج‬kami ‫ وتع‬dan ‫ربِا‬Maha ‫كج‬Tinggi ‫تتار‬ musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan َ َ َ َ ّ َ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ ُ ِّ َ Engkau.” َ َْ ْ ِ ‫اك نعتد ولم ُص‬ ْٔ َ ‫ّل َوَن ْس َ ُج ُد ِإَوَلْ َم ن َْس ََع َوَن ُفِ ُ ُد ُ ْر ُج‬ َ ُ ْ ُ َ ْ‫ا َليِّ ُٓ ًَّ ّإيخ‬ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ‫خم‬ َ َ ‫ا َليْ َٓ ًَ َإ ِ ِِن َ أ َ ْع َٔذ ة ِ ِر َض َاك ٌََِ َّس‬ َّ ِ ‫خَ ِط َم وب ِ ٍْ َعافاح ِخم ٌِْخَ ع َل ِّٔبخ‬ ‫ ْ َ الي ُٓ ًَّ َإ ِ َُا‬.‫َش عَذُاةَ ْم إِن َ عذاةَ َم َ ةِاى ََك َف ْ ِِريْ ََ ُ َمي َح َق‬ َ ‫َر‬ َ ْ ‫ْحخ ْ ُم َوَن‬ ُ َ‫خج ن ٍَخا ْْجيْخج‬ َ َ ُْ ‫خاء عييْْخم‬ َ َ َِ َ ‫ِصخ‬ ْ َِِ ٌ ‫َوأعٔذ ة ِ َم‬ ُْ َ ُْ َ َ ْ َ ْ ْ ُِ َ ‫م ْ الُ أَح‬ َ ‫م‬ َ ْ ‫اْل‬ ‫ْي َوال ُلف ُر َك َوُؤٌ َُِ ةِم‬ ‫ن َ ْْس َخعِيْ َ ُِم َون ْس َخغفِرك وُث ِن عيي‬ َ ْ َ َ َ .‫نف َ ْس َِم‬ ُْ .‫َوَنض ُع لم َوَني ُع ٌَ َْ يَلف ُر َك‬ 231

“Ya, Allah, sesungguhnya aku ber-lindung dengan dari ِّ َ َ َ ُ ُ ْ kerelaanMu َ َ ْ َ keselamatanMu َ َ ّ َdari َ Akuَ َّ berlindung ُ َ siksaMu. ْ ُ ُ َ‫ ْسَع‬dengan ْٔ‫ َو ََنْفِ ُد َُ ْر ُج‬dan ُ َّ kemarahanMu, ْ ‫اك نعت ْدُ ُّو ْلم ُص ِّل ونسجد ِإَوَلم ن‬ َْ ‫ا ُلي ْٓ ًَ َإيخ‬ kepadaMu dari ancamanMu. Aku mampu menghitung )‫صٔحّ َ ِّيلٔل‬ ‫ويٍد ةٓا‬ ‫ ْةٓا‬tidak ‫جيٓر‬ (3 kali) .َ ‫ل َد َو ِس‬pujian ‫ ْي َ ِِم اى‬dan ٍ‫ ال‬sanjungan ‫س ْت َح َان‬ َ ْ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ ‫َرْح‬ َ ُ َ َ ُ َّ َ َ kepadaMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu ‫َن‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ُ ‫إ‬ ً ٓ ‫لي‬ ‫ا‬ . ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫م‬ َ ‫ي‬ ‫ِر‬ ‫ف‬ ‫َك‬ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫اة‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫اة‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫َش‬ ْ َ َ ِ ِ ِ 232 ِ ْ َ َ ُّ sendiri.” ]‫[ َر ّب الٍالنهثِ والرو ِح‬

ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َِ َ ُ ْ ِ َ ْ َ ُْ َ ‫ْي َوال ُلف ُر َك َوُؤٌ َُِ ةِم‬ ‫نسخعِيِم ونسخغفِرك وُث ِن عييم اْل‬ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َْ ْ َ َ َ ُْ ‫ِف وَلي‬ ‫انل ِم‬ .‫ ُع ٌَ َْ يَلف ُر َك‬.‫َنثي‬ ِ ‫والَنوِحضرع‬

231 HR Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad, Ad- Darimi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Sedang doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi. Lihat Shahih At-Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh Al-Albani (3 kali) 2/172. 232 HR Empat peenyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/180 dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta kitab Irwa’ul Ghalil 2/175.

)‫جيٓر ةٓا ويٍد ةٓا صٔحّ يلٔل‬

98 | Tutorial Ramadhan

ْ َ ُْ .‫ُستْ َحان ال ٍَي ِِم اىل ُّد ْو ِس‬ َ َ َْ ّ َ ُّ ‫هثِ َو‬ ]‫الر ْو ِح‬ ِ ‫[ر‬ ِ ‫ب الٍالن‬

َ َ َْ َ .‫ان ِِف َلْيث‬ ِ ‫ال وِحر‬

ْ ‫عييمال إُِّ ِال‬ )‫َعديج‬ ٌَ‫نٍخا‬ ‫ُْخج ي ِعز‬ ‫واَلج (وال‬ ‫أحِص يخذِل‬ ‫وال‬ ‫يلِض ٌِِم‬ ‫وأعٔذ ةِم‬ ‫ْْجيخج‬ ‫َِخاءٌَعييخم‬ َ ْ‫ج َر َّب َِا َو َت َع َاَل‬ َ َ ‫ار ْك‬ َ َْ َ .‫ج‬ .‫نتتفسِم‬

َ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ّ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َّ ّ َّ ُ ِّ َ ْ‫خم‬ ٌ ‫ِخم‬ ‫ِإَوَلافا‬ ‫مدوبٍِع‬ ‫ِن أاكعٔنذعتة ِد ِرضولاك‬ ْ ‫م ٌَُِص ِس‬ ٔ‫ِخََنعفِلدٔبُخ ِرج‬ ‫َع و‬ ‫مح نس‬ ‫خَن ِطسج‬ ‫ّل و‬ ‫اليًٓ إ ِ ِإيخ‬ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َُ ْ َ َ َ ُ ِّ َْ‫خج ُ َن ٍَْ َخا ْْْجَي‬ َ ْ ْ ُْ َ ‫خم‬ َّ َ َ َّ ‫خج‬ َ ِ ‫ال أذاةح‬ ‫روأْحعخٔذمة ِ و‬ ‫ اليًٓ إُِا‬.‫خاءاةعميي ةِاىَكف ِِريَ ميحق‬ ‫ِصإ ِخنَِعذ‬ ‫م‬ ‫مع‬ ‫مَنٌَِِش‬ َ ْْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ .‫ِم‬ ُْ َ ‫ننف‬ ‫ْي َوال ُلف ُر َك َوُؤٌ َُِ ةِم‬ ‫س َخسعِيْ ُِم ونسخغفِرك وُث ِن عييم اْل‬ ْ َ ْ َ ََُْ َ َ َ ُ َ َْ َ َ ‫ل ُف ُر‬ َ َ ِّ ‫َو‬ ‫َن َّضع َّل‬ ‫ك‬ ‫م و َ َْن ُي ُع ٌَ ََ َ ي‬ . َ َ ّ َ ْ َ َ ‫إيخ‬ ْ ِ ‫م ُُ َص‬ ْٔ ‫ّل َون ْس ُج ُد ِإَوَلْم ن ْس ََع َوَنفِ ُد ُ ْر ُج‬ ‫اك نعتد ول‬ ًُٓ ‫الي‬ ْ َ َ َ َ UntukMu َ menyembah. ْ َُ َّ “Yaَّ Allah! َّ َ َ kami ْ َ ْ َ َ ْ َ shalat َ ْ dan َ ْ‫يْ ََ ُمي‬kami ُ ‫ ا َ ِّلي‬.KepadaMu َ َ ‫ْح َخ‬ ْ ‫ ُل َع ُّد َذ‬melakukan ‫َن‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ا‬ ُ ‫إ‬ ً ٓ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫ِر‬ ‫ف‬ ‫َك‬ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫اة‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫اة‬ ‫َش‬ ِ ِ ِ ِ ) ‫يلٔل‬ ّ‫صٔح‬ ‫ةٓا‬ ‫ويٍد‬ ‫ةٓا‬ ‫جيٓر‬ (3 kali) . ‫س‬ ‫و‬ ‫اى‬ ‫ِم‬ ‫ي‬ ٍ ‫ال‬ ‫ان‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫رس‬ ِ rahmatMu, ِ sujud. KepadaMu kami ber-usaha dan melayani. Kami mengharapkan َ َ ْ ْ ُ َ akan ْ َ َ ْ َ َ َ َ pada kami ْ َ َ Sesungguhnya ُ َ َ siksaanMu. َ takut َ ْ siksaanMu َ َ ْ ُ ْ orangَ ْ ‫ف ُّ ُر‬menimpa َْ ‫م‬ َ ‫ن َ َْس‬ َ ْ ‫اْل‬ َ ‫ْي‬ ُ ٌ‫ ْؤ‬pada ُ ‫ل ُف‬ ّ ‫م‬ ‫ة‬ َِ ُ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ُ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ُ ‫و‬ ‫ك‬ ‫غ‬ ‫خ‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫م‬ ِ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫خ‬ ِ ِ ِ ]‫وح‬ampun ‫ثِ والر‬kepadaMu, ‫ب الٍالنِه‬ ‫[ر‬ orangِ kafir. Ya, Allah! Kami minta pertolongan danِ minta ِ kami َ َ memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami beriman kepadaMu, َ َ ْ ْ ُْ َ ْ َ ُ َ َ ُ َ َ ‫لف‬kufur ‫ٌَ ي‬kepadaMu. ‫َنيع‬ .‫ ُر َك‬yang kami tunduk padaMu dan berpisah pada orang َ ْ ‫و ََن ْض َع”لم َو‬ .‫يث‬shalat ‫ ِِف َل‬witir: ‫ان‬ 3. Termasuk sunnah membaca doa setelah salam pada ِ ‫ال وِحر‬ ْ َ ُْ )‫( جيٓر ةٓا ويٍد ةٓا صٔحّ يلٔل‬3 kali) .‫ُستْ َحان ال ٍَي ِِم اىل ُّد ْو ِس‬ َ َ َْ ّ َ ُّ ‫هثِ َو‬ ]‫الر ْو ِح‬ ِ ‫[ر‬ ِ ‫ب الٍالن‬ 233

َ ْ َ membacanya Subhaanal malikil qudduusi tiga kali, sedang yang ketiga, beliau ْ َ َ 234 . ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫ان‬ ‫ر‬ dengan suara keras dan panjang. Kemudian ditambah: rabbulِ malaaikati ِ ‫ال وِح‬ warruh. 4. Bagi yang telah melaksanakan shalat witir pada awal malam kemudian terbangun pada akhir malam (seperti pada sepertiga malam terakhir), dibolehkan baginya melaksanakan shalat sunnah namun hendaknya tidak mengulangi witir karena tidak ada dua witir dalam satu malam, di mana Nabi  melarang mengerjakan dua witir dalam satu malam. 235 Rasulullah  bersabda:

233 HR Al-Baihaqi dalam As- Kubra, sanadnya menurut pendapat Al-Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya shahih dan mauquf pada Umar. 234 HR An-Nasa’i 3/244, Ad-Daruquthni dan beberapa imam hadits yang lain. Sedang kalimat antara dua tanda kurung adalah tambahan menurut riwayatnya 2/31. Sanadnya shahih, lihat Zadul Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-Arnauth 1/337. 235 Sebagaimana fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, Dalam Al-Muntaqo min Fatawa Al-Fauzan no. 41, 65/19

Shalat Tarawih |99

ِ )‫( جيٓر ةٓا ويٍد ةٓا صٔحّ يلٔل‬3 kali) .‫اىلدوس‬ ‫ستحان الٍي ِِم‬ َ َ َْ ّ َ ُّ ‫هثِ َو‬ ]‫الر ْو ِح‬ ِ ‫[ر‬ ِ ‫ب الٍالن‬

"Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.”236

َ َ َ َ ْ ‫ال وح‬ .‫ان ِِف َلْيث‬ ‫ر‬ ِ ِ

8. Beberapa Kekeliruan yang Patut Diluruskan Berikut beberapa kekeliruan saat pelaksanaan shalat tarawih berjamaah yang tidak ada dasarnya dari Nabi .

a. Zikir berjamaah di antara (sela-sela) shalat tarawih. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz  berkata, “Tidak diperbolehkan para jamaah membaca zikir secara berjamaah. Akan tetapi yang tepat adalah setiap orang membaca zikir sendiri-sendiri tanpa dikomandoi oleh yang lain. Karena zikir secara berjamaah (bersama-sama) adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya dalam syariat Islam yang suci ini.”237

b. Melafazkan niat puasa (untuk esok harinya) selepas shalat tarawih. Imam Nawawi  berkata, “Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.”238

c. Memanggil jamaah dengan ‘ash-shalaatul jaami’ah’. Dalam hal ini, tidak ada tuntunan untuk memanggil jamaah dengan ucapan ‘ash-shalaatul jaami’ah’. Ini termasuk perkara yang diada-adakan.239

d. Mengkhususkan zikir atau doa tertentu di antara (selasela) duduk shalat tarawih, apalagi dibaca secara berjamaah. Karena ini jelas tidak ada tuntunannya.240 Semoga Allah  memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk menghidupkan malam-malam kita dengan shalat tarawih. Wallahu waliyyut taufiq.

236 HR Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An-Nasa-i no. 1679. Syaikh Al=Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih 237 Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11:190 238 Rawdhatuth Thalibin, 1:268 239 Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 27:140 240 Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 27:144

100 | Tutorial Ramadhan

Fidyah Puasa

Allah  telah menurunkan kewajiban puasa kepada Nabi-Nya yang

mulia pada tahun kedua Hijriyah. Puasa pertama kali diwajibkan dengan takhyir (bersifat pilihan). Barangsiapa yang mau, maka dia berpuasa. Dan barangsiapa yang berkehendak, maka dia tidak berpuasa, akan tetapi dia wajib membayar fidyah. Kemudian hukum tersebut dihapus, dan bagi seluruh orang beriman yang menjumpai bulan Ramadhan diperintahkan untuk berpuasa. Pada zaman sekarang ini, ada sebagian orang yang beranggapan, bahwa seseorang boleh tidak berpuasa meskipun sama sekali tidak ada uzur, asalkan dia mengganti dengan membayar fidyah. Jelas hal ini tidak dibenarkan dalam agama kita. Untuk memperjelas tentang fidyah, dalam tulisan ini akan kami uraikan beberapa hal berkaitan dengan fidyah tersebut. Semoga Allah  memberikan taufikNya kepada kita untuk ilmu yang bermanfa’at, serta amal shalih yang Dia ridhai.

1. Definisi Fidyah

‫ ) فدية (فدى فداء‬atau fidaa ‫فدية)فدى (فداء‬ ‫ فدية‬satu makna. Yang Fidyah atau fida` (‫فدى) فداء‬ adalah artinya apabila dia memberikan tebusan kepada seseorang, maka orang َ َ َ َ َ َ ً َ ُْ َّ ْ ّ َّ ٌ ُ َّ ً َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ً َ ُ َّ ْ َّ ُ ً 241 َ َ ُ ْ َّ ً َّ َ ُ َّ َ َ َ َ َ tersebut ‫ن ٍرنفعِد‬ ‫لَع َكسف‬ ‫يفعاناِد‬menyelamatkannya ‫ِيك ٌةم ّن َّن ِْو ِري‬ ‫اتأ ْوف َهو‬ ‫ِوِرود‬ ‫ند‬akan ‫ِيكةمننع‬ ‫لَعَكسنف ٍرنأ‬ ‫ات أوفهو‬ ‫ِيكمنعند ِرود‬ ‫نأيَّانا‬. ‫ات ف َهو َكن‬ ٍ ‫يضا‬ ٍ‫يضا‬ ٍ ‫أيانا نعدود‬ ُ َ َّ َ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ dalam َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ fidyah, َ ُ ْ َ َ ُ َ ُ َ ْ َّ Di َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ُ kitab-kitab َ َ َُ ُ َ ْ َّ ُ fiqih, ُ ‫لَع‬ “ith’am”, yang ‫يق َهوىو ًُ تف َطِد َّيوَةع ط‬ ‫ِني ِط ف‬ ‫ام م‬ ‫خو َةرع َوطع‬ ‫يق َهأوىيَّاوً ٍمتفأطِدي‬ ‫ِنيِط ف‬ ‫لَعام م‬ ‫وىا ًُ ٍم فأِدخيرة وطع‬ ‫لَع اَّلِيو ي‬dengan ‫ ِطيق أي‬dikenal ‫ا ٍم أخ َر و‬istilah ‫أي‬ ٍ ‫اَّلِسِيوك ي‬ ٍ ‫اَّلِسِيوك ي‬ َ َ َ artinya memberi makan. Adapun fidyah yang akan kita bahas di sini ialah َّ ٌ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َُ ُ َّ ٌ ْ َ ُ َ َّ ُ َ ٌ ْ ًَ ْ َ َ ُ َ ْ َُ َ ْ ُ ُ َ ُ َّ ٌ ْ َُ َ َّ ُ ٌ َ ْ َ ً ْ َ ُ ُ َ َ ُ َّ ٌ ْ َ َ ُ َ ً ْ َ ‫ْي لك‬ ‫خ‬.‫ون‬ ‫وموا‬ ‫يتنمت تصعله‬ ‫كخمْيإِنَّل كوأ‬ ‫خاْيفهلو‬ ‫ْي‬ .‫ون‬ ‫ تصعلومهواخ‬diberikan ‫نمت‬ ‫َّل وكأيت‬ ‫خمْيإِن‬ ‫ك‬kepada ‫ْيهلو‬ ‫خف‬ ‫خْيا‬ ‫وموا‬ ‫وأن تص‬miskin, ‫هو خْي َّل‬berupa ‫ خْيا ف‬makanan, sebagai sesuatu yang harus orang pengganti karena dia meninggalkan puasa. ْ ُ َ َ ٌَْ ْ ُ َ َ ٌَْ ْ ُ َ َ ٌَْ .‫ِني‬ .‫ِني‬ .‫ِني‬ ٍ ‫ف ِدية طعام مِسك‬ ٍ ‫ف ِدية طعام مِسك‬ ٍ ‫ف ِدية طعام مِسك‬ 241 Lihat Mukhtar Ash-Shihah, Imam Muhammad Ar Razi. Cet. Maktabah Lubnan, hlm. 435

Fidyah Puasa |101

Dalil tentang Fidyah

‫فدية فدى‬ Allah  telah menyebutkan tentang fidyah dalam‫فداء‬ Kitab-Nya Yang Mulia. Sebagaimana Allah  berfirman: َ َ ْ َ ً َّ ُ َ َ ََ َ ُ ْ َّ ً َّ َ ْ‫لَع َس َفر فَعِ َّد ٌة ّنِو‬ ‫ات فهو َكن نِيكم ن ِريضا أو‬ ٍ ‫أيانا نعدود‬ ٍ ُ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َّ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ‫ِني فهو تطوع‬ ٍ ‫أيا ٍم أخر ولَع اَّلِيو ي ِطيقوىً ف ِدية طعام مِسك‬ َ ََْ ُ ُ ُ َّ ٌ ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ َّ ٌ ْ َ َ ُ َ ً ْ َ .‫يت ْم تعل ُهون‬ ‫ْي لك ْم إِن ك‬ ‫خْيا فهو خْي َّل وأن تصوموا خ‬

"Beberapa hari yang telah ditentukan, maka barangsiapa di antara kalian yang ْ ْ ‫ام م‬ ُ ‫ َع‬yang َ ‫يَ ٌة‬lain. sakit atau dalam bepergian, wajib baginya untuk mengganti.‫ِني‬ pada hari-hari ‫ك‬ ‫ِس‬ ‫ط‬ ‫ف ِد‬ ٍ Dan wajib bagi orang yang mampu berpuasa (tapi tidak mengerjakannya), untuk membayar fidyah dengan memberi makan kepada seorang miskin. Barangsiapa yang berbuat baik ketika membayar fidyah (kepada miskin yang lain) maka itu lebih baik baginya, dan apabila kalian berpuasa itu lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” [Qs Al-Baqarah 184].

2. Orang-orang yang Diwajibkan untuk Membayar Fidyah 1. Orang yang tua (jompo) laki-laki dan wanita yang merasa berat apabila berpuasa. Maka ia diperbolehkan untuk berbuka, dan wajib bagi mereka untuk memberi makan setiap hari kepada satu orang miskin. Ini merupakan pendapat Ali, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Anas, Sa’id bin Jubair, Abu Hanifah, Ats Tsauri dan Auza’i.242 2. Orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya. Seperti penyakit yang menahun atau penyakit ganas, seperti kanker dan yang semisalnya. Telah gugur kewajiban untuk berpuasa dari dua kelompok ini, berdasarkan dua hal. Pertama, karena mereka tidak mampu untuk mengerjakannya. Kedua, apa yang telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dalam menafsirkan ayat fidyah seperti yang telah dijelaskan di muka. Masalah: Apabila orang sakit yang tidak diharapkan sembuh ini, setelah dia membayar fidyah kemudian Allah  menakdirkannya sembuh kembali, apa yang harus dia lakukan? Jawab: Tidak wajib baginya untuk mengqadha puasa yang telah ia tinggalkan, karena kewajiban baginya ketika itu adalah membayar fidyah, 242 Lihat Al-Mughni (3/141).

102 | Tutorial Ramadhan

sedangkan dia telah melaksanakannya. Oleh karena itu, dia telah terbebas dari kewajibannya, sehingga menjadi gugur kewajibannya untuk berpuasa.243 Ada beberapa orang yang diperselisihkan oleh para ulama, apakah mereka membayar fidyah atau tidak. Mereka, di antaranya ialah: 1. Wanita hamil dan wanita yang menyusui. Penjelasan rinci masalah ini telah disebutkan dalam Bab sebelumnya (Bab: Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa). 2. Orang yang mempunyai kewajiban untuk mengqadha’ puasa, akan tetapi dia tidak mengerjakannya tanpa uzur hingga Ramadhan berikutnya. Terhadap orang seperti ini, terdapat perbedaan di kalangan para ulama: Pendapat pertama, wajib baginya untuk mengqadha’ dan membayar fidyah. Hal ini merupakan pendapat jumhur (Malik, Syafi’i, dan Ahmad). Bahkan menurut mazhab Syafi’i, wajib baginya untuk membayar fidyah dari jumlah Ramadhan-ramadhan yang dia lewati (yakni jika dia belum mengqadha’ puasa hingga dua Ramadhan berikutnya, maka wajib baginya fidyah dua kali). Dalil dari pendapat ini adalah: hadits Abu Hurairah , bahwa Nabi  memerintahkan untuk memberi makan dan mengqadha’ bagi orang yang mengakhirkan hingga Ramadhan berikutnya.244 Akan tetapi, hadits ini dha’if (lemah), sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Ibnu Abbas dan Abu Hurairah  meriwayatkan tentang orang yang mengakhirkan qadha’ hingga datang Ramadhan berikutnya, mereka mengatakan, agar (orang tersebut, red) memberi makan untuk setiap hari kepada seorang miskin.245 Pendapat kedua, tidak wajib baginya membayar fidyah, akan tetapi dia berdosa, sebab mengakhirkan dalam mengqadha’ puasanya. Ini merupakan mazhab Abu Hanifah, dan merupakan pendapat Al-Hasan dan Ibrahim An Nakha’i. Karena hal itu merupakan puasa wajib, ketika dia mengakhirkannya, maka tidak wajib membayar denda berupa fidyah, seperti dia mengakhirkan ibadah yang harus dikerjakan sekarang atau menunda nadzarnya.246 Berkata Imam Asy-Syaukani , “Maka yang dhahir (pendapat yang kuat) adalah tidak wajib (untuk membayar fidyah).”247 Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin , “Adapun atsar 243 244 245 246 247

Lihat Asy-Syarhul Mumti' (6/453). HR Ad-Daraquthni dan Al-Baihaqi Lihat Nailul Authar (3/175). Lihat Al-Mughni (3/145). Nailul Authar (3/177).

Fidyah Puasa |103

(riwayat) yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah, mungkin bisa kita bawa hukumnya menjadi sunnah, sehingga tidak wajib untuk membayar fidyah. Sehingga, pendapat yang benar dalam masalah ini (ialah), tidak wajib baginya kecuali untuk berpuasa, meskipun dia berdosa karena mengakhirkan dalam mengqadha.”248 Hal ini (berlaku) bagi orang yang mengakhirkan tanpa uzur. Berarti, (bagi) orang yang mengakhirkan mengqadha’ hingga Ramadhan berikutnya karena uzur, seperti karena sakit atau bepergian, atau waktu yang sangat sempit, maka tidak wajib juga untuk membayar fidyah.

3. Jenis dan Kadar Fidyah Tidak disebutkan di dalam nash Al-Qur`an atau As-Sunnah tentang kadar dan jenis fidyah yang harus dikeluarkan. Sesuatu yang tidak ditentukan oleh nash maka kita kembalikan kepada ‘urf (kebiasaan yang lazim). Oleh karena itu, dikatakan sah dalam membayar fidyah, apabila kita sudah memberikan makan kepada seorang miskin, baik berupa makan siang atau makan malam, ataupun memberikan kepada mereka bahan makanan sehingga mereka memilikinya. Pendapat Ulama Tentang Kadar dan Jenis Fidyah Berkata Imam An Nawawi : Pendapat pertama, kadar (fidyah) ialah satu mud dari makanan untuk setiap hari. Jenisnya, seperti jenis makanan pada zakat fithrah. Maka yang dijadikan pedoman ialah keumuman makanan penduduk di negerinya. Demikian ini pendapat yang paling kuat. Pendapat yang kedua, yaitu mengeluarkan seperti makanan yang biasa dia makan setiap hari. Dan pendapat yang ketiga, diperbolehkan untuk memilih di antara jenis makanan yang ada.” Imam An-Nawawi  juga berkata: “Tidak sah apabila membayar fidyah dengan tepung, sawiq (tepung yang sangat halus), atau biji-bijian yang sudah rusak, atau (tidak sah) jika membayar fidyah dengan nilainya (uang, red), dan tidak sah juga (membayar fidyah) dengan yang lainnya, sebagaimana yang telah dijelaskan. Fidyah tersebut dibayarkan hanya kepada orang fakir dan miskin. Setiap 248 Syarhul Mumti' (6/451).

104 | Tutorial Ramadhan

satu mud terpisah dari satu mud yang lainnya. Maka boleh memberikan beberapa mud dari satu orang dan dari fidyah satu bulan untuk seorang fakir saja.”249

4. Ukuran Satu Mud Satu mud adalah seperempat sha’. Dan sha’ yang dimaksud ialah sha’ nabawi, yaitu sha’-nya Nabi . Satu sha’ nabawi sebanding dengan 480 (empat ratus delapan puluh) mitsqal dari biji gandum yang bagus. Satu mitsqal, sama dengan 4,25 gram. Jadi 480 mitsqal seimbang dengan 2040 gram. Berarti satu mud adalah 510 gram.250 Menurut pendapat Syaikh Abdullah Al-Bassam hafizhahullah, satu sha’ nabawi adalah empat mud. Satu mud, sama dengan 625 gram, karena satu sha’ nabawi sama dengan 3000 gram.251 Berdasarkan ukuran yang telah disebutkan, maka kita bisa memperkirakan bahwa satu mud dari biji gandum bekisar antara 510 hingga 625 gram. Para ulama telah menjelaskan, fidyah dari selain biji gandum, seperti beras, jagung dan yang lainnya adalah setengah sha’ (dua mud) 252. Dan kita kembali kepada ayat, bahwa orang yang melebihkan di dalam memberi makan kepada orang miskin, yaitu dengan memberikan kepada orang miskin lainnya, maka itu adalah lebih baik baginya.

Cara Membayar Fidyah Cara membayar fidyah bisa dilakukan dengan dua hal: Pertama, dengan cara memasak atau membuat makanan, kemudian memanggil orang-orang miskin sejumlah hari-hari yang dia tidak berpuasa, sebagaimana hal ini dikerjakan oleh shahabat Anas bin Malik  ketika beliau tua. Disebutkan dari Anas bin Malik, bahwasanya beliau lemah dan tidak mampu untuk berpuasa pada satu tahun. Maka beliau membuatkan satu piring besar dari tsarid (roti). Kemudian beliau memanggil tigapuluh orang miskin, dan mempersilahkan mereka makan hingga kenyang.253 249 250 251 252

Al-Majmu' Syarh Al-Muhadz-dzab (6/420). Majalisu Syahri Ramadhan, 162 dan Syarhul Mumti' (6/176). Taudhih Al-Ahkam (3/178). Berarti untuk kasus di daerah kita (Indonesia), dengan makanan pokok berupa beras (secara umum), maka kadar fidyah untuk satu orang mewakili satu hari (puasa yang ditinggalkan) adalah sebesar ½ sha’ = 2 mud = berkisar antara 1020 gram sampai 1250 gram. Wallahu a’lam 253 Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil

Fidyah Puasa |105

Kedua, dengan memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Para ulama berkata: “Dengan satu mud dari burr (biji gandum), atau setengah sha’ dari selainnya. Akan tetapi, sebaiknya diberikan sesuatu untuk dijadikan sebagai lauknya dari daging, atau selainnya, sehingga sempurna pengamalan terhadap firman Allah  yang telah disebutkan.

5. Waktu Membayar Fidyah Adapun waktu membayar fidyah terdapat pilihan. Jika dia mau, maka membayar fidyah untuk seorang miskin pada hari itu juga. Atau jika dia berkehendak, maka mengakhirkan hingga hari terakhir dari bulan Ramadhan sebagaimana dikerjakan shahabat Anas  ketika beliau tua. Dan tidak boleh mendahulukan fidyah sebelum Ramadhan, itu ‫فداء‬karena ‫ فدى‬hal ‫فدية‬ seperti mendahulukan puasa Ramadhan pada bulan Sya’ban.

6. ْ ّ Fidyah َ َ Uang ٌ َّ َ َTidak َّ ُ dengan ْ َ ً Diganti َ َ َ Boleh ََ

َ ُ ْ َّ ً َّ َ ‫دة ن‬sebagian ‫ِو‬Ada ‫و لَع‬yang ‫يضا أ‬mendapat ‫ِيكم ن ِر‬kewajiban ‫هو َكن ن‬menunaikan ‫ات ف‬ ‫أيانا‬ ِ‫ سف ٍر فع‬orang ٍ ‫ نعدود‬fidyah َ ُ َّ jalani َ َ َ puasa. ُ َ ْ di usia َ َّ َ َ uangَ َkarena iaْ sudah ُ ُ danَ sulit َ senja dengan berada َ ُ َ َّ ُ َ َ ‫ع‬Perlu ‫ تطو‬diketahui ‫ِني فهو‬ ‫ام مِس‬tidak ‫ طع‬boleh ‫ ف ِدية‬fidyah ً‫ِطيقوى‬yang ‫ِيو ي‬diwajibkan ‫ ولَع اَّل‬bagi ‫ أخر‬orang ‫أيا ٍم‬ ٍ ‫ك‬bahwa َ ُ َ ًْ َ َ berpuasa َ ُ yangُ َ senilai ُ َّ ٌ ْ uang yang berat ُ diganti ْ dengan ٌ ْ ‫ َو َخ‬makanan َ ‫َّ َُّل‬dengan ُ َ‫يت ْم َت ْعل‬ . ‫ون‬ ‫ه‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫وا‬ ‫وم‬ ‫ص‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ْي‬ ‫ ُه‬Allah ‫ْيا ف‬ ‫خ‬ ِ dikatakan harus dengan makanan. karena dalam ayat dengan tegas berfirman:

ْ ‫ام م‬ ُ ‫ف ِْديَ ٌة َط َع‬ .‫ِني‬ ‫ك‬ ‫ِس‬ ٍ

"Membayar fidyah dengan memberi makan pada orang miskin.” Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah ketika ditanya mengenai bolehkah fidyah dengan uang, beliau menjawab, “Mengeluarkan fidyah tidak bisa digantikan dengan uang sebagaimana yang penanya sebutkan. Fidyah hanya boleh dengan menyerahkan makanan yang menjadi makanan pokok di daerah tersebut. Kadarnya adalah setengah sho’ dari makanan pokok yang ada yang dikeluarkan bagi setiap hari yang ditinggalkan. Setengah sho’ kirakira 1½ kg. Jadi, tetap harus menyerahkan berupa makanan sebagaimana ukuran yang kami sebut. Sehingga sama sekali tidak boleh dengan uang. Karena Allah  berfirman (yang artinya), “Membayar fidyah dengan memberi makan pada orang miskin.” Dalam ayat ini sangat jelas memerintah dengan makanan.” 254Wallahu A’lam. 254 Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan, 3/140. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 66886.

106 | Tutorial Ramadhan

Waspadai Hadits-hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan

Ramadhan

adalah bulan yang mulia, momen yang tepat untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya dari Rabb Yang Maha Pemurah. Pada bulan ini jiwa dan hati para hamba Allah  menjadi tunduk dan lembut untuk melakukan berbagai macam ibadah yang disyariatkan. Karena itu sepatutnya para ustadz, dai, mubaligh dan setiap kita memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini. Namun demikian, ada fenomena sangat menyedihkan yang sering terjadi di bulan suci ini yaitu tersebarnya hadits-hadits yang lemah melalui mimbar-mimbar mesjid dan majelis-majelis taklim. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan para dai akan kelemahan hadits-hadits tersebut. Sebagai catatan penting bahwa di antara hadits yang kami sebutkan ini ada yang kandungan matannya memiliki makna yang benar, namun hal itu tidak menjadi alasan untuk mengatasnamakan perkataan tersebut kepada Rasulullah , karena beliau  pernah bersabda:

ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ َّ .ِ‫نو يلل لَع نا لم أكل فليتتَأ نلعده نِو انلار‬

َ ْ َ "Barangsiapa aku َ katakan ُ ُ ْberkata َّ َ yang tidak pernah َ َ َ َ ِ ْ yang َ َ namakuَّ sesuatu ْ َ atas ُ ْ َ َّ 255 ‫ان‬hendaknya ‫َغ رمض‬dia ‫ةِتل‬mempersiapkan َ‫ َكن يدع‬ ‫ ِِب‬duduknya ‫ أن انل‬di neraka.” ‫عو أن ِس ة ِو نال ٍِم‬ maka tempat ِّ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ‫الل ٍُ َّم ةَار ْك َنلَا ِف َر‬ ‫ب َوشع َتان‬ ‫ج‬ :‫ب كال‬ ِ ِ ٍ ٍ ‫فَكن إِذا دخل شٍر رج‬ ّْ َ َ . ‫َو َبل ِغ َيا َر َمضان‬

255 HR Bukhari dalam Shahihnya; Kitab Al-'Ilm, Bab Itsmu Man Kadzaba 'alan Nabi, no

Waspadai Hadits-hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan |107

َ ْ َ َ ْ َ ِّ ُ َ َ َ ‫ ِِف آخ ِِر يَ َْ ٍم ن ِْو شع َتان‬ ِ‫ خ َط َت َيا َر ُش َْل اّلل‬:‫ كال‬ ‫ع ْو َشل َهان‬

Berikut ini beberapa contoh hadits-hadits lemah yang sering kita dengarkan dalam bulan Ramadhan:

ْ ْ

َْ َُْ َ

ََ ْ

ََ َّ ‫َن ْو َي ُلل‬ 1. Berkahilah di .Bulan ‫ ِْو انلَّار‬Rajab ‫ل َع َدهُ ن‬dan ‫ َت ََّأ َن‬Sya'ban, ‫ ْم أكل فليت‬Pertemukan ‫لَع َنا ل‬ ِ dengan Ramadhan ََ ْ َ َّ َ َ َ ََ ِ ُُْ ُْ َْ َ َ ْ َ َّ َّ ‫ َكن يدعَ ةِتلَغ رمضان‬ ‫ أن انل ِِب‬ ‫عو أن ِس ة ِو نال ٍِم‬ ِّ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ‫الل ٍُ َّم ةَار ْك َنلَا ِف َر‬ ‫ب َوشع َتان‬ ‫ج‬ :‫ب كال‬ ِ ِ ٍ ٍ ‫فَكن إِذا دخل شٍر رج‬ ّْ َ َ . ‫َو َبل ِغ َيا َر َمضان‬

Dari Anas  adalah Nabi  berdoa diperjumpakan ْ َ bulan َ َ dengan ُ ْ agar َ َ َ َ ِّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ Ramadhan, Rajab, ‫ِو شعتان‬maka ‫يَ ٍم ن‬jika ‫خ ِِر‬beliau ‫ ِِف آ‬sudah ‫ رشَل‬di ‫تيا‬bulan ‫ خط‬:‫ال‬ ‫ ك‬beliau ‫لهان‬berdoa: ‫ع ْو ش‬ ِ‫ اّلل‬berada “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta perjumpakanlah kami ُ َّ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ 256 ْ ‫ َش‬Ramadhan” ٌ ‫ار‬ َ ‫ك ْم َش ٍْ ٌر َع ِظيْ ٌم ُن َت‬ ُُُ ‫أَ َّو‬bulan ََ‫ َو ٌُو‬...‫ك‬ ٌ‫وٍر‬ dengan ‫ أيٍا انلاس كد أظل‬:‫كال‬

َ ْ ‫َر‬ َّ‫ْح ٌث َوأَ ْو َش ُط ًُ َن ْغفِ َرةٌ َوآخ ُِرهُ عِخْ ٌق ن َِو انل‬ ‫ار‬ ... ِ Dalam sanad hadits ini ada dua perawi (periwayat) yang lemah; Pertama: Zaidah bin Abu Ruqad Al-Bahili; dia seorang yang munkarul hadits َ ْ َ َ dikatakan َ ُ ُ َ oleh Imam (haditsnya َ َ َ sebagaimana ُ َ َ َ mungkar) ِّ ُ yang َ َ ْ َ ُ Bukhari, ُ َ ‫وان‬dan ‫رمض‬Al-Hafizh ‫ إِذا َكن‬Ibnu : ِHajar. ‫وَل اّلل‬ ‫وال رش‬ ‫وَل ك‬  ‫ريرة‬Anٌ Numairi ‫عو أ ِِب‬ Nasa’i Kedua: Ziyad bin‫يل‬Abdullah َ َ dia seorang oleh Imam Ma’in, َّ dinilai ُّ َ ْ ‫الر‬ ْ ‫ح‬ ْ َ‫لْصل‬lemah ْ ‫ ُغ ّل َِل‬Bin َ dan ُ ‫ َياط‬yang ُ ََ ْ ‫ة‬Daud ُ ََ ْ ‫ أة‬Yahya َّ Abu .‫ِي‬ ‫جأ‬ ‫ الش‬Hajar. ‫ج‬ ‫ َو ُش‬Hatim ‫ َج ٍَ َّي َم‬berkata: ‫اب‬ ‫ج‬ ‫ْحثِ َو‬ ِ Abu ِ ‫ػخ‬ Al-Hafizh Ibnu Haditsnya boleh‫اب‬ ditulis namun Penjelasan:

tidak dijadikan sebagai hujjah. Namun berarti َ َ kitaِّ tidak َ ُ boleh َّ َ berdoa ً َ َ demikian َ َ َ َ َ َ bukan َ َ ْ kepada ُ َ Allah َ ْ َ َ ‫ إِيهاىا‬diperjumpakan ‫و كام رمضان‬dengan ‫ ن‬:‫ كال‬bulan  ِ‫اّلل‬ ‫ن رشَل‬Bahkan ‫ أ‬ ‫رة‬Ibnu ‫ٌري‬Rajab ‫ ْو أ ِِب‬Al‫ع‬  untuk Ramadhan. Hanbali menukil dari Mu’alla bin Fadhl kaum َ ُ bahwa ْ َ yangَ َّ menyebutkan ََ َ َ  ْ َ ‫ص‬ َ ‫ َن ْو‬:selama salaf berdoa ‫ان‬terdahulu ‫ام َر َمض‬ ‫ روايث‬enam ‫ًِِ ويف‬bulan ‫ ِْو ذىت‬sebelumnya ‫ ُُ َنا تلدم ن‬agar‫فِ َر‬dipertemukan ‫َواحت ِ َصاةًا غ‬ dengan bulan Ramadhan, kemudian pada enam َ َ bulan ُ ً berikutnya ْ َ ْberdoa َ َ mereka ْ َ ً 257agar َّ َ َ َ َ ‫إ‬ ُ Allah Azza wa Jalla menerima.ِamalan-amalan di bulan tersebut. ًِ‫يهاىا واحتِصاةا غفِر ُ نا تلدم نِو ذىت‬ ِ

َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ِّ ُ َ ُ َ َ ‫ إِذا َكن أ َّول َلْل ٍث ن ِْو‬: ِ ‫ كال َر ُشَل اّلل‬:‫ كال‬ ‫ع ْو أ ِِب ٌ َريْ َرة‬ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ ْ َ ّ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ‫اْل ّو َو ُغ ّل َِل‬ ُ ََ ْ ‫ج َأة‬ َّ‫اب انل‬ ‫ار‬ ‫شٍ ِر رمضان ص ِفدت الشياطِي ومر‬ ِ 109 ِ ِ ‫دة‬dalam 256 HR Ahmad (2342) dan Thobrani (4/149/no. 3939); lafal َ ْ َ ّ alُ َAwsath ْ ََ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ْ ُ َ ْAl-Mu'jam ْ ْ َ beliau َ‫ ٍَا ة‬iniْ‫نِي‬bagi َ ٌ‫اب‬hadits ٌ ‫لق‬Al-Ma'aarif, ‫ ِث فلم يغ‬hal ‫اْلي‬280‫فل ْم ُيف َخ ْح نِي ٍَا ةاب وػخِحج أةَاب‬ 257 Lihat: Lathaa’if َ َْ ْ ِ ْ‫الّش أَك‬ ّ َّ ‫اِغ‬ ُ ‫ِص َو ِ ِّّللِ ُع َخ َلا‬ َ ِ َ‫اْل ْْي أكْت ِ ْل َو َيا ة‬ َ ِ َ‫َو ُي َيادِي ُن َيا ٍد يَا ة‬ ‫اِغ‬ ِ ِ 108 | Tutorial Ramadhan َ َ ُّ ُ َ َ .‫ن ِْو انلَّارِ َوذلم ُك َلْل ٍث‬

ُ َّ َ َ ْ َ َ َ ‫َع ْو أنَس ةْو‬ َّ َّ‫أن انل‬ ‫ َكن يَد ُع َْ ة ِ ُتل َْ ِغ َر َمضان‬ ‫ِب‬  ‫ِم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ٍ ِ ِ ِ ِّ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ‫الل ٍُ َّم ةَار ْك َنلَا ِف َر‬ ‫ب َوشع َتان‬ ‫ج‬ :‫ب كال‬ ِ ِ ٍ ٍ ‫فَكن إِذا دخل شٍر رج‬ َ َ َ َ َََّْ 2. Awalnya Rahmah, Petengahnya Ampunan,. ‫ان‬ Akhirnya ‫وبل ِغيا رمض‬ Pembebasan Api Neraka

َ ْ َ َ ْ َ ِّ ُ َ َ َ ‫ ِِف آخ ِِر يَ َْ ٍم ن ِْو شع َتان‬ ِ‫ خ َط َت َيا َر ُش َْل اّلل‬:‫ كال‬ ‫ع ْو َشل َهان‬ ُ َ ْ َ َ ُ َ ٌ َ َ ُ ٌ ْ َ ٌ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ ُُ ‫وٍ ٌر أ َّو‬ ‫ وٌوَ ش‬...‫ أيٍا انلاس كد أظلكم شٍر ع ِظيم نتارك‬:‫كال‬ ْ ُُ َ ٌَ ْ َ ُ ُ َ ََْ ٌَْ َ ٌ َّ َ ...ِ‫رْحث وأوشطً نغفِرة وآخِره عِخق نِو انلار‬ Dalam panjang Salman َ َ ُ ُ oleh َ َ َ hadits ُ َ َ sebuah َ ِّ ُ yangُ َ diriwayatkan َ َ ْ َ ُ  َ beliau berkata: pada ‫ضوان‬Rasulullah ‫ذا َكن َرم‬ِ ‫ إ‬:berkhutbah  ِ‫وَل اّلل‬ ‫رش‬hari ‫وال‬terakhir ‫لوَل ك‬di‫ َي‬bulan  ‫رة‬Sya’ban, ‫أ ِِب ٌري‬beliau ‫ع ْو‬ bersabda: “Wahai sekalian kalianَ telahّ dinaungi bulan agung nan َ ْ ُ َ manusia َّ ْ yang ْ ‫ َأة‬magfirah ُّ َّ ٍَ ‫ َج‬adalah ْ ‫ة‬rahmat, َِ ْ ‫الر‬ ْ ‫ح‬ ْ ‫ ُغل َِل‬pertengahannya َ ُ ‫الش َياط‬ ُ ُ َ َ َّ َ َ diberkahi...,bulan awalnya .‫ِي‬ ‫ْح‬ ‫اب‬ َ ‫ج‬ ‫صلج‬ ‫ل‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫اب‬ َ ‫أ‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ث‬ ِ ِ ‫ػخ‬ (pengampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka….”258

ْ َ َُ ْ َُ َ ْ ْ ََ َ .‫ار‬ َّ‫لَعْ َ َنا ل َ ْم أَ َكُ َّْل َفَلُْ َيتَ َت ََّأ َِّن ْل َع َدهُ نَ ْ َِو انل‬ َ َ َ ْ َّ َ ‫ ن ِو كام رمضان إِيهاىا‬:‫ كال‬ ِ‫ أن رشَل اّلل‬ ‫نعوو يألِِبل ٌ َريرة‬ Hadits ini lemah, Ibnu Khuzaimah sendiri telah mengisyaratkan hal itu, ُ ً َ َ ْ jikaَ َ ْ “Keutamaan ْ ini: َ َ َ َbeliau َ ‫ َص‬memberi َ َ ‫ َنا َت َل َّد‬bulan ْ ‫ َن‬:‫روايث‬ ُ َ ‫فِ َر‬Ramadhan karenanya judul‫ويف‬ hadits ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ام‬ ‫و‬ ً ‫ت‬ ‫ى‬ ‫ذ‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ ُ ‫غ‬ ‫صاةا‬ ِ ُ ِ ‫احت‬ َ Dalam َ َّ ِ َّ َّ diriwayatkan olehَ Baihaqi. َ َ َ ِ ْ (kuat).” ْ َ ini juga ْ‫س ة‬ ْ ‫و َع‬ haditsnya ‫ر َمضان‬shahih ‫َد ُع َْ ة ِ ُتلَغ‬Hadits ‫ ْ َكن ي‬ ‫ِب‬ ‫انل‬ ‫ن‬ ‫أ‬  ‫ِم‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ِ ٍ ِ َ ْ binَ Ju’dan ِ َ َّ َ Hasan ُ ً Zaid َ َ ُ َ Ali ً َ ْ ِّ ‫ن‬Abul isnadnya ada kelemahan, padanyaَ ada َ ِ‫غف‬bin َ . ً ‫ت‬ ‫ى‬ ‫ذ‬ ‫ِو‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ُ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫اة‬ ‫ص‬ ‫إ ِ َ َيه َاى‬ ِ َ َ ‫ا و‬hadits َ َ َ َ ِ َ َ ْ dan ْ َ yang َ ِ ‫اح َت‬ahli ْ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ At-Taymi dia adalah seorang lemah menurut para Imam ‫ب وشعتان‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫نل‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ة‬ ‫م‬ ٍ ‫الل‬ : ‫ال‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ٍ ‫ش‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ن‬ ‫فَك‬ ِ ِ ٍ seperti Imamٍ Ahmad, Yahyaِ bin Ma’in dan Yahya bin Said Al-Qaththan َ َ َ َ bahwa َ َ ْ َ َ َُ hadits ُ ُ َ mengatakan َ rahimahumullohu Abu َ ‫َب ّلْ ِْغ َ َيا‬ini َ َ jami’an. ََ ِّ Hatim ْ ‫ أَ َّو ُل ََلْلَث ن‬ta’ala ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ . ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ :  ‫اّلل‬ ‫ل‬ َ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ك‬ : ‫ال‬ ‫ك‬  ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ٌ ‫وعو أ ِِب‬ ِ ٍ sebagaimana yang ِ dinukil oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits mungkar ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ ْ َ ّ ُ َ َ َ َ ْ َ Adh-Dho’ifah ْ ‫ج َأة‬ ْ ‫اْل ّو َو ُغ ّل َِل‬ ُ ََ (871). َّ‫اب انل‬ ‫ار‬ ‫ر ِّدة‬ini ‫ ُوم‬pun ‫الشَيَا‬ ‫ِف َدت‬karena ‫َشٍ ْ ِر َر ْم َض‬ َ ‫ َان ص‬seolah-olah َ َ ْ َsegiْ matan, ِ‫ان‬ َ ‫ َخ‬tepat Dari hadits ْ َ‫ِر ي‬makna ْ ‫ِي‬ ُ ‫ط َر‬tidak ِ ِ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫ِو‬ ‫ن‬ ‫م‬ َ ‫خ‬ ‫آ‬ ‫ِف‬ ‫اّلل‬ ‫ل‬ َ ‫ش‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ط‬ : ‫ال‬ ‫ك‬  ‫ان‬ ‫ ش ْله‬awal ‫َع َو‬ ِ َ ْ hanya ْ ُ Allah َ َ ِ َّ rahmat memberi pengertian ُ َ terkhusus ْ ٍْ َ ْ ُ ِ bahwa ْ padaْ َ 1/3 ْ ّ َ َ َ ْ َ َ ُ ٌ‫اب‬ ٌ َ َ َ َ َ ‫قَ َنِيٍ ْا ٌ ة‬maghfirah ‫ َ ِث َف ٌلم ي َغ ُل‬pada ‫ ْ ٌاْل ُي‬1/3 ‫ َاب‬pertengahan ٌَ ‫و َّػخِ ُح ْج َ ْأة‬dan ‫ ْم ي‬api ‫فل‬ َ ‫ ُّفخَح َّنِي ٍُا ة‬dari dariُ ُ Ramadhan, َ ‫ ْاب‬pembebasan َّ ‫كال‬ ٍ ‫ي‬ ‫أ‬ ُ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ٍ‫و‬ ‫ش‬ َ‫و‬ ٌ ‫و‬ ... ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ٍ ‫ش‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ظ‬ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ك‬ ‫اس‬ ‫انل‬ ‫ا‬ : ِ nerakaَ َ hanya bertentangan ْ َ ّ pada ْ ْ َ makna َّ َ 1/3َ akhir ِّ terkhusus ْ َ ْ hadits َ ُ َ ‫َو ُي َياد‬ َ yang َbahwa َ‫ا ة‬ini ْ ِ hadits َ ‫ل‬dan ُ ‫ ُعخلا‬beberapa َ ِ ِ ‫الّش أك‬ ‫اِغ‬ ‫ة‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ْي‬ ‫اْل‬ ‫اِغ‬ ِ‫ِص َو ِّلل‬ dengan shahih menunjukkan rahmat, ٍ َ ْ ‫َر‬ ِ ...‫ِي ْو َنشي ُاط ًُ َن ْغف َرةٌ َوآخ ُِرهُ ِعِخْ ِ ٌق ن َِو انلَّار‬ َ ‫ْح ٌث‬ ‫أ‬ ‫و‬ ِ maghfirah dan pembebasan dari bulan ِ api neraka terdapatَ ْ dalam َ ُّ ُ sepanjang َ َ ْ Ramadhan. Perhatikan hadits-hadits berikut: .‫نِو انلَّارِ َوذلم ُك َلل ٍث‬ َ َ َ ُ َ ِّ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ َََُْ َ ْ َ ‫ إِذا َ َْكن َر َمضوان‬: ِ‫شوَل اّلل‬ ‫ر‬ ‫وال‬ ‫ك‬ ‫وَل‬ ‫ل‬ ‫ي‬  ‫عو أِب ٌريرة‬ ِّ ُ ُ ََ َ َ َ َ َ َْ َ ُ َ َِ ْ ْ‫و أػ َط َر يَ َْ ًنا نِو‬ َْ ‫ ْ َن‬: ِ ‫اّلل‬ ‫َل‬ ‫ال‬ َّ ْ ْ َّ ‫عو َ أ ِِْب ٌْ َري ُرة‬ َ ّ ‫ُػ‬ ْ ‫ ّل َكِل‬:‫ال ُغ‬ ُ ‫الش َياط‬ ُ ‫اب َج ٍَ َّي َم َو‬ ُ ََ ‫ج أرة ْش‬ َ ‫ْحثِك‬ ‫خ‬ .ّ ُ ‫ِي‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ل‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫الر‬ ‫اب‬ َ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ِ ِ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ََ ْ َّ ُ ْ َ ُ ْ َ ‫ْي ُرخ َص ٍث َوَل َم َر ٍض ل ْم َيل ِض عيً صَم‬ ًِِ‫ادلٌ ِر ك‬ ِ ‫رمض َان نِو غ‬ 258 HR Ibnu Khuzaimah (3/191 no. 1887) َ َ َ َ َ ً َ َ َ ََ َ ْ َ ِّ َ ْ َُ َ ْ َ ُ َ َّ ‫يهاىا‬ ‫و أ ِصِب‬ ‫ع‬ ِ ‫ نو كام رمضان إ‬:‫ كال‬ ِ‫ أن رشَل اّلل‬ ‫ي َرة‬.‫انٌ ًُ َر‬ ‫ِإَون‬ ُ ْ َ ْ Lemah َ َ َ ُ َ Ramadhan َ َ َ َ َ ْ Hadits-hadits ْ ‫ َمضان‬Waspadai ‫ َن َو ُصام ر‬:‫ويف روايث‬Palsu ًِ‫ذىت‬dan ‫تل َّ َد َمَ نِو‬Seputar ‫|ت ِ َصاةًا غفِ َر ُ َنا‬109 ‫َواح‬ ِ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ‫ " َرأي‬:‫ كال‬ َّ ْ َّ‫ج َانل‬ ‫ َنا َل أح ِِص يَت َص ََّ ُك‬ ‫ِب‬ َ َ َ ُ َ َ ‫ع َو ًَع َم ِِر ْ ة ِ َو رًبِيعُث‬ َّ َ ْ ِ .ًِ‫إيهاىا واحتصاةا غفر ُ نا تلدم نِو ذىت‬ ً َ َ َ Penjelasan:

‫ََوب ْلَ ٌِغياَ َ َ ْر‬ ‫مضان ْ‪ْ ُ ُ َ ٌ َ .‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫رْحث وأوشطً نغفِرة وآخِره عِخق نِو انلارِ‪...‬‬ ‫َ َ‬ ‫َْ ْ َ َْ َ‬ ‫َ ْ ََ ْ َ َ‬ ‫ُ ِّ‬ ‫‪ ‬كال َ‪َ ُ :‬خ َ ُط َت َي َا َر َ ُش َْ َ ُل ُ‬ ‫ان‬ ‫َع ْو شل‬ ‫‪ِِ ‬ف آخ ِِر َيَ َ ٍم َن َِو َش َعت ُ‬ ‫اّللِ ِّ‬ ‫ان ْ َ َ‬ ‫ِبه ٌُ َ‬ ‫وان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫‪:‬‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫وَل‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫وال‬ ‫ك‬ ‫وَل‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫‪‬‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫عو‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ bulan‬أ َ ِ‬ ‫‪ُ َّ ٌ Abu‬‬ ‫‪َّ َ ْ َ “Jika‬‬ ‫‪berkata:‬‬ ‫‪Rasulullah‬‬ ‫‪datang‬‬ ‫‪َ Hurairah‬‬ ‫‪ُ َ َ ْ‬‬ ‫‪َ ٌ ْ ََ ْ ‬‬ ‫‪ُ ّ bersabda:‬‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ُُ"Dari‬‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫كال َ‪ :‬أ ْي‬ ‫‪terbukalah‬وٍر أُو‬ ‫‪َrahmat,‬ي َم َّنَت َار ُك‬ ‫‪َ ٍْ tertutup‬ر ُع ِظ‬ ‫كم ْ ش‬ ‫‪neraka‬اس َّك ْ َد أ َظل ُ‬ ‫‪ ...‬و ٌْوَ َّ‬ ‫‪َ pintu-pintu‬‬ ‫ُػ ّ‬ ‫‪Ramadhan‬‬ ‫‪pintu-pintu‬‬ ‫‪para‬‬ ‫‪َ ٍdan‬أاة ْ ََانل ُ‬ ‫الشش َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ْح‬ ‫الر‬ ‫اب‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫خ‬ ‫ِي‬ ‫ط‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ل‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬ ‫ج‬ ‫اب‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫ج‬ ‫ِل‬ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫و‬ ‫ث‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫”‪syaitan terbelenggu‬‬ ‫َ ٌَْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ر‬ ‫ْحث َوأ ْو َش ُط ًُ َنغفِ َرةٌ َوآخ ُِرهُ عِخ ٌق ن َِو انلَّارِ‪...‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ْ َ ََ َ َ َ ً‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫ُ َ‬ ‫يهاىا‬ ‫ع ْو أَ ِِب ٌ َريْ َرة ‪ ‬أن َر ُ ُش ََل َاّللِ ‪ ُ ‬كال‪ :‬نو كامَ ر َمضان إ‬ ‫ِ‬ ‫َُ‬ ‫َ ََ َ ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َ َع ْ ْو أ ِ َِب ً ٌُ َر ُيْ َرةَ َ َ‬ ‫وان‬ ‫وال َ َر ْ ُشوَل اّللِ ‪َ :‬إِذ ْا‬ ‫وَل َك‬ ‫‪َ ‬يل َ َ‬ ‫َكن َر َم َض َ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُواحتِصاةَا غفِر ُ ْنا تل ُ ّدم نِوَ ذىتًِِ ويف روايث ْ‪ :‬ن َو ص َّام رمضان‬ ‫ج أة ْ ََ ُ َّ َ‬ ‫ّ َ ْ‬ ‫اب َج ٍَ َّي َم َو ُشلصل ْ‬ ‫ج الش َياط ُ‬ ‫ْحثِ َ َوغل َِل ْ ْ َ ُ‬ ‫ِي‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ج َّأة ََ ْ َ ْ‬ ‫اب ًالر ُ َ ُ َ َ َ‬ ‫ػخ ِ َح ً َ ْ‬ ‫َ‬ ‫إِيهاىا واحتِصاةا غفِر ُ نا تلدم نِو ذىتًِِ‪.‬‬ ‫َ َ َ ْ َ َ َ ََ َ َ َ ً‬ ‫َ َّ َ ُ َ ِّ‬ ‫َ ْ ََ ُ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫‪"Dari‬ا‬ ‫اى‬ ‫يه‬ ‫إ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ام‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫‪:‬‬ ‫ال‬ ‫ك‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫َل‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫‪‬‬ ‫‪“Barangsiapa‬ر ْي َر َة‬ ‫َع ْو أ ِِب ٌُ‬ ‫ِ‬ ‫‪َ berkata ِّbahwa Rasulullah‬‬ ‫‪Abu‬ل ِث ن ْ‬ ‫‪‬ا ََك َن أ َّ‬ ‫‪ bersabda:‬كَ‪‬ال‪ :‬كَال َر ُ‬ ‫‪Hurairah‬ل َلْ‬ ‫َ‬ ‫ِو‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫‪:‬‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ش‬ ‫‪‬‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫‪ِ Ramadhan (shalat‬‬ ‫‪yangَ mengerjakan‬‬ ‫‪dilandasi‬‬ ‫‪َ َ keimanan‬‬ ‫‪ْ dan‬و أ ِ َِب ًٌ ُ‬ ‫)‪َ ْ tarawih‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ َ َ َ َ qiyam‬‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫‪ْ maka‬‬ ‫ويف‬ ‫‪ُّ ُ yang‬‬ ‫‪telah‬غ َ ِفر‬ ‫احت ِ َص‬ ‫‪ْpahala‬امَ ر ُمض َّان‬ ‫‪ّ sisi‬ن‪َdi‬و ْص‬ ‫‪baginya‬م َ نِو ُذى َتِ ًَِ‬ ‫‪mengharapkan‬‬ ‫‪Allah‬‬ ‫روايث َ‪ُ :‬‬ ‫‪dosa‬نا ْ تلدَّ‬ ‫وَ‬ ‫‪َ َ diampunkan‬‬ ‫‪َ lampau”,‬اةا َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫‪َyang‬اب‬ ‫‪lain:‬ج أة‬ ‫‪“Barangsiapa‬غل ِل‬ ‫اْل ِو و‬ ‫ِي وم‬ ‫ت َ الشياط‬ ‫ص ِف ُد‬ ‫‪Ramadhan‬ضان‬ ‫شٍ ِر رم‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪mengerjakan‬‬ ‫‪puasa‬‬ ‫‪di bulan‬‬ ‫‪yang‬ر َد ْة ِ‬ ‫‪riwayat‬انلارِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ً‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪dilandasi keimanan‬‬ ‫‪pahala‬ذىت ِ ًَِْ‪َ َ َّ .‬‬ ‫إِ َ َ‬ ‫‪َ Allah‬ت‪sisi‬ل ْد‪di‬م ْ َنِو‬ ‫‪ّ ُ َُ maka‬نا‬ ‫‪َ diampunkan‬غفِ ٌر‬ ‫احتِص ْ َاةا‬ ‫‪َ ْ baginya‬و‬ ‫يه ْاىا‬ ‫‪ْ ُ mengharapkan‬‬ ‫‪ْ ْ َ dan‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫‪telah‬ا ة‬ ‫”‪lampau‬نِيٍ‬ ‫فلم يفخح نِيٍا ةاب وػخِحج أةَاب اْلي ِث فلم يغلق‬ ‫اب‪dosa‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫َ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ِ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ِّ َ ِ َ َّ َّ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ ِّ َ‬ ‫ّللِ ْ َ ُع َخ َلا ْ ُ‬ ‫اّللِاِغ‬ ‫ْيالأكرت ِشلَ وليا ة‬ ‫ِي نٌيراي ٍدرةيا ة‬ ‫ِصأوو ِل َلل ٍث نِو‬ ‫الّشا أكَك ِن‬ ‫اِغال‪:‬‬ ‫‪‬ك‬ ‫وعييوادأ ِِب‬ ‫‪ :‬إِذ ِ‬ ‫اْلك ِ‬ ‫َ ْ ََّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ّ ُّ َ َ ْ َ َّ َ ُ َ َ َ ُ ْ ّ َ ُ ّ َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُكدَل‬ ‫ِو ِرانلرمارِضوذانلمص ِف‬ ‫نشٍ‬ ‫تل ٍث‪.‬الشياطِي ومردة ِ‬ ‫اْل ِو وغل ِلج أةَاب انلارِ‬ ‫حَ ْ‬ ‫اب َ َو ُػ ّخ َ‬ ‫ج َأة ْ ََ ُ ُ‬ ‫اْل َّي ِث فَلَ ْم ُي ْغ َلَ ْ ْق نِيْ ٍَا ةَابٌ‬ ‫فَلَ ْم َ ُي ْف َخ ْح نِيْ ٍَا ةَ ٌ‬ ‫اب ْ َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ال ْ َر ْ ُشَل اّلل ِ ‪َ :‬ن َ ْْو أػ َط َر يَ َْ ًنا ن ِْو‬ ‫عو أ ِِب ٌ َريْ َرة ‪ ‬كال‪ ْ:‬ك‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ََُ‬ ‫اِغ َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ِص َو ِ ِّّللِ ُع َخ ُلاّ ُ‬ ‫اْل ْْي َ أكتِل َو َيا َ ةَ ِ ْ َ‬ ‫ِي ُن َيا ٍد َيَا ةَ ِ ْ َ‬ ‫الّش ْأ ُك ِ َ ْ ُ َّ ْ‬ ‫اِغ َ‬ ‫َوي َيا َد َ ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْي ُّر َخ َص ٍث وَل مر ٍض لم يل ِض عيً صَم ادلٌ ِر كًِِ‬ ‫رمْض َّان ن َ َِو َغ ُِ‬ ‫ْ‬ ‫انلارِ َ ُوذلم ُك َلل ٍث‪.‬‬ ‫نِو ْ‬ ‫ِإَون َصانً‪.‬‬ ‫‪"Dari‬‬ ‫‪telah َ masuk‬‬ ‫‪َ َ bersabda:‬‬ ‫‪َ َ “Apabila‬‬ ‫‪ُ َُ َ ‬‬ ‫‪ِّ Rasulullah‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪ً Abu‬نا نِوْ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ :berkata:‬ن َ ْو أَ ُ ْػطَ‬ ‫‪َ Hurairah‬ر يََْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اّلل ِ َّ ‪‬‬ ‫َل‬ ‫‪syaitan‬ش‬ ‫‪dan‬ك َال ر‬ ‫‪‬‬ ‫عو أ َ ِِب‬ ‫‪ pengganggu‬ك‪jin‬ال‪َ :‬‬ ‫‪ْ ٌterbelenggu,‬ريرة َ َ َ‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪maka‬‬ ‫‪َ َ diْ bulan Ramadhan‬‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ pertama‬ص ََّكُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫‪tertutup‬أح ِِص‬ ‫‪ tidak‬نا َل‬ ‫ِب ‪‬‬ ‫انل‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫"‬ ‫‪:‬‬ ‫ال‬ ‫ك‬ ‫‪‬‬ ‫ث‬ ‫يع‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ِر‬ ‫م‬ ‫َع‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫‪pintu-pintu‬‬ ‫‪satupun‬‬ ‫‪terbuka‬‬ ‫‪darinya,‬‬ ‫‪pintu-pintu‬‬ ‫‪surga‬‬ ‫‪terbuka‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫‪ neraka‬ي ْت ُ ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ ْ ْ ْ‬ ‫‪ْ َ adaْ malaikat‬‬ ‫‪َّ tertutup‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪akan‬‬ ‫َل َم َر‬ ‫‪ٍ menyeru:‬ث َو‬ ‫ْي ُرخ َص‬ ‫ادلٌ ِر‬ ‫‪َ darinya,‬ص َْ ُم‬ ‫ض عي ًُ‬ ‫‪ٌpara‬نِو غ‬ ‫‪pencari‬ان‬ ‫َر ُم َض‬ ‫‪satupun‬كًِِ‬ ‫‪ٍ yang‬ض ل ْم َيل ِ‬ ‫‪ِ “Wahai‬‬ ‫وٌ َْ‬ ‫‪َ (dari‬صانِم"‪.‬‬ ‫‪kebaikan menujulah (kebaikan tsb), wahai para pencari kejahatan berhentilah‬‬ ‫ِإَون َص َ‬ ‫انً‪ُ.‬‬ ‫‪َ ُ ْ no.‬‬ ‫‪ْ Ash-Shiyam,‬‬ ‫‪259 ْ ُّHR Muslim‬‬ ‫‪Fadhl‬‬ ‫‪Ramadhan‬‬ ‫‪َ dalam‬‬ ‫‪َ َ Syahri‬‬ ‫‪َBab‬م ْرفُ َْ ً‬ ‫ِب ٌُ َريْ‬ ‫َ‬ ‫‪َ Shahihnya,‬و ُ‬ ‫‪ْ Kitab‬وا َت ْغ َي ُه ْ‬ ‫اغ ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪1079‬حَا‬ ‫ص َْ ُم َْا ح ِص‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ز‬ ‫[‬ ‫‪:‬‬ ‫َع‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ dan Muslim‬‬ ‫‪َ َ َ dalam‬‬ ‫ََ‬ ‫‪ْ Shahihnya,‬‬ ‫‪Shahihnya‬مِر ة ْ‬ ‫َع ْو َ‬ ‫ال‪َ "no.:‬رأي ْ ُ‬ ‫‪ Al-Iman‬انلَّ‬ ‫‪260 ُ َّ HR‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪37,38‬‬ ‫‪َّ Kitab‬‬ ‫)‪َ(760‬ك‬ ‫‪Bukhori‬ت َص‬ ‫ح ِِص ي‬ ‫ِب ‪َ ‬نا َل أ‬ ‫ج‬ ‫ك‬ ‫‪‬‬ ‫ث‬ ‫يع‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫َع‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َو َشاف ُِروا تص ِخغيَا ]‬ ‫ُ‬ ‫َوٌ ََ َصان ِ ٌم"‪.‬‬ ‫‪110 ُ | Tutorial‬‬ ‫‪Ramadhan‬‬ ‫َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ْ َّ‬ ‫َُ‬ ‫َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ِّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫عو أ ِِب َمصعَ ِد الغِفارِي ُ‪ ‬كال‪ْ :‬ش ِهعج ْ رشَل اّلل ‪ ‬يلَل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ُ ْ َََُْ‬ ‫َ ًْ‬ ‫َع َ‪ [َ :‬اغ ُز َ ْو ْا َت ْغ ََي ُُه َْا ْ َو َ ُص ُ َْ ُم َ َْا َح َ ِص َ ُّح َُْا‬ ‫‪َ ‬م ْرف ََ َ‬ ‫د ْ أ ِِب َ َ ٌْر َي ْرة َ َ َ‬ ‫َح ِدَي َ‬ ‫‪259‬‬

‫‪260‬‬

َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ِّ ُ َ ُ َ َ ‫ إِذا َكن أ َّول َلْل ٍث ن ِْو‬: ِ ‫ كال َر ُشَل اّلل‬:‫ كال‬ ‫ع ْو أ ِِب ٌ َريْ َرة‬ َ ْ َ ّ ُ َ ّ ْ ُ َ َ َ ُ َ َّ ْ َ ّ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ِ ‫شٍ ِر رمضان ص ِفدت الشياطِي ومردة‬ ِ‫اْل ِو وغل ِلج أةَاب انلار‬ ْ ُ َ ْ َ yang َ َ hamba-hamba ََ kejahatan) ْ Allah ْ َ ْ ُmemiliki َّ ّ ‫اب َو ُػ‬ ْ ‫ح‬ َ ‫ ْم ُي ْف‬dan َ dibebaskan ْ َ ْ‫نِي‬api‫ ْح‬neraka ٌ‫ ٍَا ةَاب‬dan ٌ َ‫ ة‬dari َ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫اْل‬ ‫اب‬ َ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫ج‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ٍ ‫خ‬ ‫فل‬ ِ ِ ini terjadi di setiap malam bulan Ramadhan.” َ َ َ َ ُ hadits rahmat, ِّ َ ْ di ْ atasّ َّ secara ْ َ ْ َ ِ َ َ bahwa َ‫أكْت ْل َو َيا ة‬menunjukkan ُ Ketiga َ ِ gamblang ‫ّلل‬ ِ ‫و‬ ‫ِص‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫دِي ُن َيا ٍد ي‬bulan ‫َو ُي َيا‬ ‫الّش‬ ‫اِغ‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫ع‬ ‫ْي‬ ‫اِغ اْل‬di‫ا ة‬sepanjang ِ ِ ِ ِ berlaku ِ maghfirah dan pembebasan dari api neraka َ َ ُّ ُ َ َ Ramadhan. Wallahu A’lam. .‫ن ِْو انلَّارِ َوذلم ُك َلْل ٍث‬ 3. Berbuka Puasa Tanpa Uzur Tidak Bisa Diqadha َ َ َ َ َْ ِّ ُ َ ُ َ ْ ‫ َن ْو أػ َط َر يَ َْ ًنا ن ِْو‬: ِ ‫ كال َر ُشَل اّلل‬:‫ كال‬ ‫عو أ ِِب ٌ َريْ َرة‬ َ ّ ُ ْ َّ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ََ ‫ْي ُرخ َص ٍث َوَل َم َر ٍض ل ْم َيل ِض عيً صَم‬ ًِِ‫ادلٌ ِر ك‬ ِ ‫رمضان نِو غ‬ ْ َ ‫ِإَون َص‬ .ًُ ‫ان‬ 261

Dari Abu Hurairah  berkata: Rasulullah َ َ َ َ  bersabda: َ َ َ “Barangsiapa َ ْ ُ di َ bulan ْ ُ‫َك‬berbuka َ ُ َّ ‫ِص يَتَ َص‬ َّ َّ yang sehari Ramadhan tanpa adanya rukhshah ‫ع ْو ََعم ِِر ة ْ ِو‬ ِ ‫ نا َل أح‬ ‫ "رأيج انل ِِب‬:‫ كال‬ ‫(ربِيعث‬keringanan/uzur yang dibenarkan syariat) dan tidak pula karena sakit maka dia tidak bisa mengqadha ُ (mengganti utang puasa tersebut) walaupun dia berpuasa setahun penuh” ."‫ ٌم‬262‫َوٌ ََ َصان‬

Penjelasan:

ِ

ُ ْ َ ْ ُ ْ telah meriwayatkannya َ ُ ْ ُ َ Imam ُ َ ُ ْ َ mu’allaq ‫ا‬Hadits َْ ‫ح ِص ُّح‬ini‫ َْا‬lemah; ‫غ َي ُه َْا وصَم‬Bukhari ‫ [ اغزوا ت‬:‫ َم ْرف َْ ًَع‬ ‫ٌ َريْ َرة‬secara ‫َح ِدي ْد أ ِِب‬ dengan sighah tamridh (bentuk periwayatan yang menunjukkan adanya ْ َ ْ ُ ََ kelemahan pada hadits). Imam Tirmidzi mengatakan: Sayaْ telah ] ‫ ْص َخغ ُيَا‬mendengar ‫وشاف ِروا ت‬

Muhammad (yaitu Imam Bukhari) berkata: Abul Muthawwis namanya adalah Yazid bin Al-Muthawwis, dan saya tidak mengenalinya kecuali pada َ ْ َ َ َ tidak ُ ْ ُ ini. ُ ْ Hibban َّ ْ berhujjah hadits Imamِّ Ibnu boleh dengan ْ mengatakan ْ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ِ ‫ يلَل‬ ‫اّلل‬dia‫ل‬bersendirian َ‫ش ِهعج رش‬padanya. :‫ كال‬ ‫عو أ ِِب مصعَدِ الغِفارِي‬ riwayatnya yang َ َ َ sebagai َ َ ْ َ ْ menilainya َ ْ َ ْ yang َ َ ْ layyinul َ َ َ َ seorang ُ َ َ َ َ Ibnu َ َ ُ َ ْHajar Al-Hafizh َ‫ات ي‬ ُ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ػ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ٌ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫م‬ َ ‫ذ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫اد‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ [ : ِ ٍ hadits (haditsnya lembek), beliau menyebutkan dua ‘illah (cacat) lain dari hadits yang ْ َ ْ periwayatan َ ini َ َ yaitu ُ َ dalam َّ ُ‫ج أ‬ ْ ‫ََلَ َه َّي‬ َّ ‫َت‬ َّ ‫ َن‬banyak َ َ َ‫ َّي َث ل‬ikhtilaf َ َّ‫الص َي َث ُك‬ ْ‫ك‬ َ ‫ ُو ل‬adanya َ ْ ‫(إ ِ َّن‬perbedaan) ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ِر‬ ‫ي‬ ‫اْل‬ ... ‫ا‬ ٍ َ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ِت‬ ‫ن‬ Habib bin Abu Tsabit berarti haditsnya mudhtharib (guncang) kemudian ِ ْ ْ ْْ َ َ ْ mendengarkan َْ ‘illah yang ketiga para ulama meragukan apakah Muthawwis ِ [ ... ‫ل‬ َ ‫اْل‬ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ل‬ َ ‫اْل‬ ‫س‬ ‫ َرأ‬pula ‫نِو‬ langsung dari Abu Hurairah  atau tidak. Hadits ِ ِ dilemahkan ِ ini telah oleh Al-’Allamah Al-Albani  dalam beberapa kitab beliau di antaranya:

َ َّ ‫ىَ َْ ُم‬ .ٌ‫الصان ِ ِم ع َِتادة‬

261 HR Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Ash-Shaum 'an Rasulillah, Bab Maa Jaa Fi Fadhli Syahri Ramadhan, no 683 262 HR Tirmidzi (723), Abu Daud (2396), Ibnu Majah (1672), Ahmad (8787) dan Darimi (1666)

Waspadai Hadits-hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan |111

ِ ‫شٍر رمضان صفِدت الشياطِي ومردة ا‬ ِ‫ْل ِو وغل ِلج أةَاب انلار‬ ِ َ ْ َ َ َ ُ ْ ْ ْ ‫ح‬ َ ‫اب َوػ ّخ‬ ُ ََ ْ ‫ج أة‬ ٌ َ‫فَلَ ْم ُيف َخ ْح نِيْ ٍَا ة‬ ٌ َ‫اْل َّي ِث فل ْم ُيغل ْق نِيْ ٍَا ة‬ َ ‫اب‬ ‫اب‬ ِ َ َْ ْ ِ ْ‫الّش أَك‬ ّ َّ ‫اِغ‬ ُ ‫ِص َو ِ ِّّللِ ُع َخ َلا‬ َ ِ َ‫اْل ْْي أكْت ِ ْل َو َيا ة‬ َ ِ َ‫َو ُي َيادِي ُن َيا ٍد يَا ة‬ ‫اِغ‬ ِ ِ Dhoif Sunan Abi Daud (517), Dhoif Al-Jami’ Ash-Shagir (5642) dan dalam َ َ ُّ ُ َ َ takhrij Al-Misykah (1/626 no. 2013). .‫ن ِْو انلَّارِ َوذلم ُك َلْل ٍث‬ Adapun makna dari hadits ini maka sebagian ulama berpegang padanya seperti Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abu Hurairah  di َ ْ ُ ُ yang َ َ َ dengan َ َ ْ sengaja ً َْ َ‫ َر ي‬mengatakan mana bahwaِّ orang ْ ‫ن‬mereka َ ‫ َن ْو أَ ْػ‬: َ ‫ َال‬berbuka َ ٌُ ‫ أِب‬tidak ‫ِو‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ط‬ ‫اّلل‬ ‫َل‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ك‬ : ‫ال‬ ‫ك‬  ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫عو‬ ِ diterima puasa qadha’nya walaupun dia membayarnya sepanjang ِ tahun, ّ ُ salaf ulama Saidْ َ bin Qatadah ْ Jubair ْ َّ lainnya َ َ ََ ْ َ dan َ bin ُ َْ ‫ َص‬seperti ُ ْ‫ض َعي‬ ْ َ ‫ ل‬Musayyib, َ ‫ َو ََل َم‬Said ‫ل‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ص ٍث‬ ‫ْي ُرخ‬ ً ‫ك‬ ‫ر‬ ٌ ‫ادل‬ ‫م‬ ً ‫ ن ِْو غ‬hari ‫ضان‬yang ‫رم‬ ِ ِ ِ ٍ tetap membolehkan mengqadha’ puasanya sesuai dengan ِ jumlah ِ ditinggalkannya tentu saja diiringi dengan taubat nasuha. Wallahu ْ . َ A’lam .ًُ ‫ان‬ ‫ِإَون َص‬ 263

4. Aku Melihat Nabi Bersiwak Tak Terhitung Jumlahnya

ََ َ َ ََ َ ْ َ ْ َ ْ ُ‫ َنا ََل أُ ْحِص يَتَ َص ََّك‬ ‫ِب‬ ُ َّ َّ ‫انل‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ر‬ " : ‫ال‬ ‫ك‬  ‫ث‬ ‫عو َعم ِِر ة ِو ربِيع‬ ِ ِ ُ ."‫َوٌ ََ َصان ِ ٌم‬ ْ

ْ

ُ

َ

َ ُْ َ ْ ُ bin ُ َ َ ْ Nabi ُ ْ  bersiwak melihat ‫ا‬Dari َْ ‫‘ ِص ُّح‬Amir ‫ ُص َْمَا ح‬Rabi’ah ‫غ َي ُه َْا َو‬ ‫وا ت‬berkata: ‫“ [ اغز‬Saya :‫ ْرف َْ ًَع‬telah ‫ َم‬ ‫ِب ٌ َريرة‬ ‫َح ِدي ْد أ‬264 ِ dalam jumlah yang tidak mampu saya hitung padahal beliau sementara berpuasa.” Penjelasan:

ْ َ ] ‫َو َشاف ُِر ْوا ت ْص َخغ ُي َْا‬

Hadits ini lemah sanadnya; diriwayatkan olehْ para imamَ yang َ َ ُ ُ َّ ُ َ ِّ ْ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ َ ْ ‫ ْو أ‬bin disebutkan atas ‫ل‬ dari Ubaidullah ِ‫ ُع َْد‬Abdullah ‫ يلَل‬diِ ‫اّلل‬ َ‫رش‬jalur ‫‘عج‬Ashim ‫ ش ِه‬:‫ال‬bin ‫ك‬ ‫ال ِغفارِي‬dari ‫ِب َم ْص‬ ‫ع‬ ِ ‘Amir bin Rabi’ah dari ayahnya. Imam Ad-Daraquthni berkata: Ashim bin ْ ُ َ ْ lebih َ kuat darinya. َ َ َ َ Baihaqi ْ َ ْ َ َ Diaْ َ bukan ُ َ َ َ dan َ َ َ َ berkata: ُ selainnya َ َ َ َ َ ْ Ubaidullah ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫اد‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ [ : ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ػ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ل‬ ٌ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫م‬ َ ‫ي‬ ‫ات‬ ‫ذ‬ ِ ٍ seorang yang kuat. Ulama-ulama lain seperti Ahmad bin Hanbal, Yahya bin َ َ َّ membicarakannya. َ َ dan َ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ ُ Bukhari ْ ‫ََلَ َه َّي‬ َ ‫ َِر‬Muhammad Ma’in juga َ َّ‫ ُك‬telah َ َ َ‫اْل َّي َث ل‬ ُ ‫َت َّي‬ َ ْ bin‫ َّن‬Sa’ad ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ... ‫ا‬ ٍ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫الص‬ ‫ن‬ َ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ِت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫إ‬ ِ ِ Hajar juga berkata: Munkarul hadits (haditsnya mungkar). Al-Hafizh Ibnu ْ ْ ْ ْ َ menilainya sebagai seorang yang dhaif. ْ ‫اْل‬ ْ ‫اْل‬ َ َ ِ [ ... ‫ل‬ َ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ل‬ َ ‫س‬ ‫ َرأ‬siwak ‫نِو‬ ِ ِ Namun hal ini tidaklah berarti bahwa tidakِ boleh menggunakan pada saat berpuasa. Imam Abu Isa At-Tirmidzi berkata setelah menyebutkan hadits ini: “Makna hadits ini telah diamalkan oleh para َ َ ulama, dimana ٌ‫ادة‬ َّ ‫ىَ َْ ُم‬ . ‫ِت‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫الص‬ ِ ِ mereka memandang tidak mengapa seorang yang berpuasa untuk bersiwak namun demikian ada sebagian ulama yang memakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa dengan menggunakan siwak yang beraroma dan siwak yang basah pada siang hari. Adapun Imam Syafi’i beliau memandang tidak 263 Lihat: Tuhfatul Ahwadzi (3/341) dan Aunul Ma'bud (7/21) 264 HR Tirmidzi (116), Abu Daud (2634), Daraquthni dan Baihaqi (4/272)

112 | Tutorial Ramadhan

ْ َ ‫ِإَون َص‬ .ًُ ‫ان‬

ُ ََّ ‫ َنا ََل أُ ْحِص يَتَ َص‬ ‫ِب‬ َ ‫َع ْو ََعمِر ةْو َرب‬ ُ ْ ‫ " َر َأي‬:‫ كَ َال‬ ‫يع َث‬ َّ َّ‫ج انل‬ ‫ك‬ ِ ِ Imam ِ hari. ِ mengapa bersiwak baik itu pada pagi hari maupun pada ِ siang Ahmad dan Ishaq telah memakruhkan bersiwak pada waktu siang.” ُ ."‫َوٌ ََ َصان ِ ٌم‬ 5. Berpuasalah Niscaya Kamu Sehat

ْ ُْ َ َََُْ ْ َ ُ ْ َ ً ْ‫اغ ُز ْوا َت ْغ َي ُه َْا َو ُص َْ ُم َْا حَ ِص ُّحَا‬ ْ [ :‫ مرفََع‬ ‫ح ِديد أ ِِب ٌريرة‬ ْ َ ] ‫َو َشاف ُِر ْوا ت ْص َخغ ُي َْا‬

Dari Abu Hurairah  secara marfu’: “Berperanglah (berjihad) niscayaَ kalian َ َ ُ َُ َّ ْ sehat ِّ ُ ْ ُ َ ُ puasalah ْ َ niscaya ْ ‫ َم‬bersafarlah ُ dan ْ ‫ار‬akan ْ ‫َع ْو أ‬ akan ‫ َْل‬mendapatkan ‫ يل‬ ِ ‫اّلل‬ghanimah, ‫عج رشَل‬265 ‫ ش ِه‬:‫ كال‬kalian ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ِب‬ ِ‫صع َْدِ الغ‬ ِ ِ niscaya kalian akan berkecukupan. ” َ

َ ََ َ َ ََ َْ ََْ َْ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َْ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫اد‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ [ : ‫ل‬ ‫ذات يَ ٍم وكد أٌل رمضان ػلا‬ ِ Penjelasan: ُ ْ َّ َ َ َ َّ ُ َ َ َّ dalam ْ َ ْ َّ Al-Awsath َ َ َ َّ َ ْ َّ oleh Thabrani َ Hadits َ ْ ُAl-Mu’jam َ َ َ iniُ diriwayatkan َّ َ َ َ ‫ إِن اْليث لَتيو ل ِرمضان‬...‫َلهيج أنِت أن يكَن الصيث كٍا‬ (8/174 no. 8312) dan Abu Nu’aim dalam Ath Thib An ِNabawidari ْ ْbin ْ َ dari ْ Zuhair Muhammad bin Sulaiman bin Abu Daud Al-Harrani ْ ْ َ َ ِ ‫نِو َرأ‬ [ ...‫إَِل اْلَ ِل‬dari ‫َ ِل‬Abu ‫س اْل‬ Muhammad dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya Hurairah

. Thabrani berkata: Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dengan lafaz seperti ini kecuali Zuhair” َ َ ٌ‫ادة‬ َّ ‫ىَ َْ ُم‬ . ‫ِت‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫الص‬ ِ ِ Zuhair yang beliau maksudkan adalah Abul Mundzir Al-Khurasani; Abu Bakar bin Al-Atsram berkata: Saya telah mendengar Abu Abdillah (yakni Imam Ahmad-pen) dan dia menyebutkan riwayat penduduk Syam dari Zuhair bin Muhammad, beliau berkata: “Mereka meriwayatkan darinya hadits-hadits mungkar.” Al-Hafizh Ibnu Hajar  berkata: “Dia telah bermukim di Syam kemudian Hijaz, dia seorang yang tsiqoh (terpercaya) akan tetapi riwayat penduduk Syam darinya tidak mustaqimah (lurus) maka dia dilemahkan disebabkan hal tersebut.” Imam Ash-Shaghani menilai hadits ini sebagai hadits palsu, karena itu beliau memasukkannya dalam kitab beliau Al-Maudhu’at (72). Namun penilaian ini dianggap berlebihan oleh Syaikh Al-Albani, yang tepat kita katakan hadits ini lemah namun tidak sampai derajat maudhu’ (palsu) 266. Wallahu A’lam. 265 HR Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Awsath (8/174 no. 8312) dan Abu Nu'aim dalam Ath Thib An-Nabawi sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Maqashid Al-Hasanah (hal 282) 266 Lihat: Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho'ifah (1/420 no. 253).

Waspadai Hadits-hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan |113

َ ْ َ ّ ُ َ ّ ْ ُ َ َ َ ُ َ َّ ْ َ ّ ُ َ َ ِ َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ِ ‫شٍ ِر رم َضان ص ِفدت الشياطِي ومردة‬ ِ‫اْل ِو وغل ِلج أةَاب انلار‬ ْ ْ َ ً ْ ْ َُ ْ ّ َ ُ ُ ْ ََ ْ ْ ‫د ْ َأ‬ ُْ ُ‫اغ ُز ْوا ْ َ ََّت ْغ َي َُه َ َْا ْ َو‬ ُ ََ [‫أة‬:‫َع‬ ٌَْ ‫صلَ َْ ْقُم َْانِيْحَ ٍَا ِص ةَ ُّح‬ ٌ َ‫ِب ن ُِيٌْ ٍََرايْ َرةَة‬ ‫ابا‬ ‫ َوػمخ ِرف‬ ‫اب اْلي ِث فلم يغ‬ ‫حَج‬ ‫اب‬ ‫فحل ِد ْمي ُيفخ ِح‬ َ ْ َْ ْ ُ َ ‫َو َ َ ُشاَف ُِر ْوا ت‬ ْ َ ‫ص َخ ْغ ُي‬ َّ َ َ َ َ ْ ْ Ramadhan َ َ‫ ِ ِّّللِ ُعخ‬Umatku َ ْ ِ ْ‫الّش أَك‬ َ‫ِص و‬ ّ Menginginkan 6. ُ ‫ َلا‬Maka Sepanjang َ ] ‫ا‬ َ ِ ‫ْي أكتِل ويا ة‬ ِ ‫وييادِي نيا ٍد يا ة‬ ‫اِغ‬ ِ ِ ‫اِغ اْل‬ Tahun َ َ ُّ ُ َ َ َ َّ َ ْ ْ ‫َن ِْو انل ْار وذلم‬ ُْ َُ ُْ ُ َ ُ ْ َ َ َ .‫ُك ََّلْل ٍث‬ ِّ ْ ‫ يلَل‬ ِ ‫ ش ِهعج رشَل اّلل‬:‫ كال‬ ‫ِب ِ َم ْص ُع َْدِ الغِفارِي‬ ِ ‫عو أ‬ ُ َ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ِّ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َْ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َْ َ ْ‫اد ْػ َط َن َار يَ َر َْ َم ًنا َضن ُِو‬ ‫ان‬ ‫اّلل َِ يع‬ ‫َل [ ل‬ :‫ض كانال ػرلاشل‬:‫ال‬ ‫ل كرم‬ َ‫ات أي‬ ‫م نالعِوت أ‬:‫ل‬ ٌ‫ِب ٍمٌوركيردة أ‬ ‫ذعو‬ ِ َ ّ ُ َ َْ َ َّ ُ ُ ْ َّ َ َ َ َ ُ َ ْ َّ َ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َّ َ َ َ َْ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َّ ُ َ ْ َ َّ ََ َ َ َ ‫الصيمثر ٍك‬ ‫ِت أغن‬ ‫ان‬ ‫ضٍالم‬ ‫نث وَل‬ ‫ْييرخ‬ ‫ يإ ِلن ِضاْلعييثً لص‬... ‫َلرهميضجانأنن ِِو‬ ًِِ‫َتيَمو لادلِرمٌ ِرضك‬ ٍ ‫كَص‬ ِ ْ ْ ْ َ ْ َْ ْ َ ْ ‫نِو‬ َ َ ُ ِ ‫ِإَون َرأ‬ [ ...‫اْلَ ِل إَِل اْلَ ِل‬ .ً‫صسان‬

َ َ berkata: ُ َ َ Al-Ghifari َ َ َ ْ mendengar  َّ َ ْ ‫ىَ ََْ ُم‬ َ َ Sayaَ .َ ٌ‫ة‬telah َ َ Abu ْ Mas’ud ْ ُ‫ك‬Dari َ ُ َّ َّ ‫اد‬ ‫ِت‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫الص‬ َّ ِ ِ َ‫ِص يتص‬ ‫ نا َل أ‬ ‫ ِِب‬suatu ‫يج انل‬hari ‫ "رأ‬:ketika ‫ كال‬bulan ‫بِيعث‬Ramadhan ‫ َعم ِِر ة ِو ر‬telah ‫عو‬ ِ ‫ح‬bersabda Rasulullah  pada datang: “Seandainya para hamba mengetahui apa (hakikat) bulan Ramadhan ُ maka tentu umatku menginginkan Ramadhan itu sepanjang ‫َوٌ ََ َص‬ ."‫ان ِ ٌم‬tahun,… sesungguhnya surga berhias untuk bulan Ramadhan di setiap penghujung tahun ke tahun berikutnya…..”267 َ

ْ ُ َْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ‫ [ اغ ُز ْوا تغ َي ُه َْا َو ُص َْ ُم َْا ح ِص ُّح َْا‬:‫ َم ْرف َْ ًَع‬ ‫ِب ٌ َريْ َرة‬ ِ ‫ح ِديد أ‬ Penjelasan: ْ َ ْ ُ ََ Para Imam tersebut meriwayatkan hadits ini dari jalur ] ‫ ُي َْا‬Jarir ‫ت ْص َخغ‬bin ‫ِروا‬Ayyub ‫وشاف‬

Al-Bajali dari Sya’bi dari Nafi’ bin Burdah dari Abu Mas’ud Al-Ghifari. َ Ibnu Kedudukan palsu, adalahَّ Jarir ْ ْbin َ َ ُ َُ ُ ini ِّ hadits ْ penyebabnya َ ‫ِب‬ ُ ‫ ْص‬Ayyub; ْ ‫ار‬ ْ َ ُ ‫ع‬Lisanul ْ Hajar 101) bahwa dia terkenal ِ ‫ل َْل‬menyebutkan ‫ ي‬ ِ ‫ َْل اّلل‬dalam ‫ج َر ُش‬ ‫ َش ِه‬:‫ال‬Mizan ‫ ك‬ (2‫ي‬ ‫ف‬ ‫غ‬ ‫ال‬ ‫د‬ َ ‫ع‬ ‫م‬ ِ ‫عو أ‬ ِ ِ akan kelemahannya,ْ kemudian Nu’aim َ َ menukil َ ْ َ beliau َ َhadits. َ ْ َ ْ َ Abu ُ َ َ perkataan ُ َ َ َ‫ات ي‬ tentangnya ‫ َر َمضان‬bahwa ‫ َتاد َنا‬dia ‫ ال ِع‬pernah ‫ َْ َيعل ُم‬memalsukan ‫ [ ل‬:‫ان ػلال‬ ‫ َر َمض‬Imam ‫ أٌل‬Bukhari ‫ َْ ٍم َوكد‬berkata: ‫ذ‬ Munkarul Hadits dan ْ Nasa’i mengatakan: Matruk (ditinggalkan). Ibnu َ َّ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ iniَّ sebagaiَ َّ ُ hadits َ َّ yang َ juga َ ُ َ ْ Ibnu َ َ َ menilai َ َ َ‫ ل‬hadits ْ Khuzaimah Jauzi ‫ضان‬ ‫َت َّي ُو ل ِرم‬ ‫اْل َّيث‬ ‫ إِن‬...‫الص َيث كٍا‬ ‫ َْن‬palsu. ‫ِت أن يك‬ ‫َلهيج أن‬ sendiri meragukannya sehingga beliau berkata: “Jika hadits ini ِ benarْ karena ْ َ ْ َْ َ ْ hati ini meragukan Jarir bin Ayyub Al-Bajali.” ْ َ

[ ...‫نِو رأ ِس اْلَ ِل إَِل اْلَ ِل‬

7. Tidurnya Orang Puasa adalah Ibadah

َ َّ ‫ىَ َْ ُم‬ .ٌ‫الصان ِ ِم ع َِتادة‬

”Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah “ 267 HR Ibnu Khuzaimah (1886), Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Maudhu'at (2/547) dan Abu Ya'la dalam Musnadnya sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Mathalib Al-Aliyah

114 | Tutorial Ramadhan

Penjelasan: Hadits ini dilemahkan oleh Imam Al-Iraqi dalam kitab beliau AlMughni ‘An Hamli Al-Asfar fii Takhrij Maa fil Ihyaa minal Akhbaar (buku yang mentakhrij hadits-hadits yang termuat dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali), beliau berkata: “Hadits ini kami riwayatkan dari kitab Amali Ibnu Mandah dari riwayat Ibnu Mughirah Al-Qawwas dari Abdullah bin Umar dengan sanad yang lemah. Mungkin yang dimaksud (oleh Ibnu Mandah) adalah Abdullah bin ‘Amr bukan Ibnu Umar, karena para ulama menyebutkan bahwa riwayat Ibnul Mughirah hanyalah dari Abdullah bin ‘Amru. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari hadits Abdullah bin Abu Awfa dan pada sanadnya ada Sulaiman bin ‘Amr An Nakha’i salah seorang pendusta “ 268. Matan hadits ini juga telah disalahgunakan oleh banyak masyarakat awam sehingga pada waktu berpuasa kebanyakan mereka hanya isi dengan tidur, bahkan di antara mereka ada yang tidak melaksanakan beberapa shalat wajib dan nanti terjaga saat menjelang buka puasa. Wallahu Musta’an.

268 Al-Mughni 'an Hamlil Asfar 1/182

Waspadai Hadits-hadits Palsu dan Lemah Seputar Ramadhan |115

“Adalah Nabi  biasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, beliau beri'tikaf selama dua puluh hari” HR. Bukhari dan Muslim _____________________________________________________

116 | Tutorial Ramadhan

I’tikaf Sepuluh Hari Terakhir Salah satu sunnah yang senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah  di

bulan Ramadhan adalah i’tikaf. Bagaimanakah tuntunan Islam dalam menjalankan i’tikaf di bulan Ramadhan? Berikut panduan ringkas i’tikaf, semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.269

1. Dalil Disyariatkannya I’tikaf Ibnul Mundzir  mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf.”270 Dari Abu Hurairah , ia berkata:

ُ ‫ا ْا‬ ‫ُل ا ا ا ا‬ ُ‫ْشةا اأيَّام افنا َّىا اَك ان امْ اعام‬ َّ‫اَك ان انل‬ ‫ان اع ْ ا‬ ُّ ‫ك رمض‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬  ‫ِب‬ ‫ى‬ ٍ ‫ى‬ ‫ى‬ َّ ‫ا‬ ْ ‫ُ ا‬ ‫او اتك اف ع ْىْش ا‬ ‫ه‬ ‫ىي‬ ‫ف‬ ‫ض‬ .‫يي يا ْو ًوا‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ىى‬ ‫اَّل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ ا‬pada bulan hari. ‫ ا‬sepuluh َّ ‫ َّ ا ا‬Nabi ْ ‫ ْ ا‬Ramadhan ُ ‫ ا ا ْ ا‬selama َّ ‫ا‬ ‫ ا‬‫ ا ا‬biasa ‫ان ا‬ ْ beri’tikaf ُ‫"اه‬Adalah ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫َّت‬ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ىي‬ ‫و‬ ‫ىر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫ام‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫َك‬  ‫ِب‬ ‫انل‬ ‫ن‬ ‫أ‬ Namun pada tahun wafatnya, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” ‫ى‬ ‫( ْ ا ا ا ا‬10 Waktu i’tikaf yang lebih afdhal adalah di ُ ُhari ِّ ْ ‫ ا‬akhir-akhir ُ ‫ ْز او‬Ramadhan ْ ‫اج ُه و‬ . ‫ه‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ىي‬ ‫فأ‬ ‫اّلل م َّه اوتك‬ ‫ى‬ ‫ى‬ terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah , ia berkata: 271

ْ ‫ا ا ُ ا ُ ُ َّ ا ا ْ ُ ْ ا ُ ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اِشوهي وأنته َعكىفون ىِف الىسا‬ .‫ج ىد‬ ‫وَل تب ى‬ ‫ ى‬2/1699 Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah,

269 270 Al-Mughni, 4/456 271 HR Bukhari no. 2044

‫ااُْ ْ ا ُ ا‬ ‫ون ِف ال ْ اى ا‬ .‫ج ىد‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫وأنته َعكىف ى‬ ‫ى‬

I'tikaf Sepuluh Hari Ramadhan |117

‫ُل‬ ‫ا ا ا‬ ُ ‫ا ْا‬ ِّ ُ ُ ‫ا ا ا‬ ‫َّ ْ ا ا‬ ‫ك ار امضان ِإَوذا اصَّل امغ اداة‬ ‫ هعتكىف ىِف ى‬ ‫َكن رسول اّللى‬

‫ا‬ ُّ َّ‫َكن انل‬ ‫عْشة أيا ٍم فنىا َكن امعام‬ ‫ك ارمضان‬ ‫ هعتكىف ىِف ى‬ ‫ِب‬ ‫ى‬ َّ ‫ا‬ ْ ‫ُ ا‬ ‫او اتك اف ع ْىْش ا‬ .‫يي يا ْو ًوا‬ ‫ه‬ ‫ىي‬ ‫ف‬ ‫ض‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ىى‬ ‫اَّل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬

َّ ‫ا‬ ‫ا ا ا ْا ُ ْا ْ ا اا ا ْ ا ا ا ا‬ ُ‫ان اح ََّّت تا او َّفاه‬ َّ َّ ‫ َكن هعتكىف امعْش األواخىر وىي رمض‬ ‫أن انل ىِب‬ ْ ‫ِّ ُ ُ َّ ْ ا ا ا ا ْ ا ُ ُ ْ ا‬ .‫اّلل مه اوتكف أزواجه وىي بع ىده ى‬

‫ ُ ُ ل‬dari‫ ا‬Ramadhan ُ ْ ُ ْ ‫ َّ ا ا ْ ا ا‬hingga ‫اا ا‬ ‫ ا ا‬beri’tikaf ‫ْ ا ا ا ا‬yang ُ "Nabi ‫ن امْ ا‬ َّ‫ةا اأي‬sepuluh ‫ ار ا‬akhir َّ ‫م افنا‬pada ‫ان اع ْ ا‬ hari wafatnya ‫ا‬ ُ ُ‫ِب‬ ُّ ‫انلَّ ى‬ ‫َكَل ان ُت ا‬ ‫ام‬ ‫ع‬ ‫َك‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ْش‬ ‫ض‬ ‫م‬  ‫ك‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ى‬ ٍ ‫د‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ون‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫وه‬ . ‫اِش‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ kemudian istri-istri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau .” َّ ‫ا‬ ‫ ا‬dengan ْ ‫ ُ ا‬untuk ‫او ا‬ ً ‫يي يا ْو‬ ‫ ْىْش ا‬terakhir Nabi  beri’tikaf pada sepuluh hari tujuan . ‫ا‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ىي‬ ‫ف‬ ‫ض‬ ‫ااَّل ْىى‬ ‫ى‬ ‫ْ ق اب ى‬segala ‫ى‬ ْ mendapatkan malam Lailatul Qadar, untuk menghilangkan ‫ ُ ا‬dari ‫ا‬ ‫ا‬ .‫ج ىد‬ ‫ ىِف الىس‬Rabbnya, ‫َعكىفون‬banyak ‫اوأن ُته‬ ‫ا ى‬dengan kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat ‫ ا‬itu. ْ ‫ا ا ا ْ ا ُ ْ ا‬ َّ ‫ا‬ ‫ ا ا‬berzikir berdoa ketika َّ‫احَّت‬banyak ‫ا‬ ْ ُ‫تا او َّفاه‬dan ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ‫ا‬ ‫ا‬ َّ ‫ َكن هعتكىف امعْش األواخىر وىي رمضان‬ُ ‫أ ان انل ىِب‬ ُ ‫ا ْا‬ ِّ ‫ُ ل ا ا ا ا ا ا َّ ْ ا ا ا‬ ُ‫ا ا‬ ‫صَّل امغ‬ ‫ِإَوذا‬Dilakukan ‫ك رمضان‬ 2. ‫داة‬I’tikaf Harus ‫ىف ى‬ ‫ول ا ا‬ ْ ‫َك ِّ ُن ُرَّس‬ ْ ‫ ُ ُهعت ْك ا‬ ْ ‫اّللى ا‬ ‫ ى‬di‫ِف‬Masjid ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اّلل امه ااوتك َّف أزو‬ ‫ ا ْ ا ْ ا‬Allah‫ ا‬: ‫ ا‬.‫اج اه اوىي بع ىده ى‬ ُ ‫ ا ْ ُ ا ا‬firman ْ ‫ا‬ Hal ini berdasarkan ‫ا ا‬ ‫ا‬ .‫ فاستأذنته َعنىشة‬- ‫ قال‬- ‫دخل اوَكً ُه اَّلىى اوتكف فىيهى‬ ْ ‫ا ا ُ ا ُ ُ َّ ا ا ْ ُ ْ ا ُ ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ .‫اِشوهي وأنته َعكىفون ِف الىساجد‬ ‫او ََّل تب ى‬ ‫ا ا ا ْ ا ُ ْ ا ىْ ا ا ا ى ا ى ْ ا ا ا ا‬ ُ‫ان اح ََّّت تا او َّفاه‬ َّ َّ‫أن انل‬ ‫ َكن هعتكىف امعْش األواخىر وىي رمض‬ ‫ِب‬ ‫ا ى‬ ْ kamu ‫ا‬ ُ ‫ا‬ "(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka beri’tikaf ‫ا‬ ‫ا‬ ُ ُْ‫اوأِّن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ْ ْ ‫ ا‬.ْ ‫ ىد‬sedang ْ ‫ا‬ ُ ُ ‫ ُم ْه َّهَعاوكتىفكونف ىِفأزال ا‬dalam ‫ج‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ى‬ ‫ت‬ ‫ى‬ . ‫ه‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ىي‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫اج‬ ‫و‬ ‫اّلل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ masjid”(Qs Al-Baqarah 187). 272

273

Demikian juga dikarenakan Rasulullah  begitu juga istri-istri beliau ُ ُ ‫ ا‬Ibnu ‫ ُ ل‬pernah ُ ‫ ا‬diْ ‫ ا‬rumah sama ‫ ا‬274‫ ا‬, ‫ ا‬dan ‫ا ا‬ melakukannya tidak ِّ sekali. ‫ ا َّ ْ ا ا ا‬di‫ ا‬masjid ‫ك ا‬ ‫اة‬ ‫د‬ ‫غ‬ ‫ام‬ ‫َّل‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫ِإَوذ‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬  ‫اّلل‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ ى‬bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf Hajar  berkata, “Para ulama sepakat ْ َّ ‫ ا ا ا‬laki‫ ا ا‬melakukan di masjid.” Termasuk ُ ‫ ْ ُ ا ا‬wanita, ‫ ا ا‬i’tikaf ْ sebagaimana ‫ ا ْ ا ا‬ia boleh ‫ا ا‬ .‫شة‬ ‫َع ىن‬dilakukan ‫اس اتأذنته‬ ‫ ف‬- ‫ال‬ - ‫فىيهى‬275‫دخل اوَكً ُه اَّلىى او اتكف‬ laki, tidak sah jika selain di‫ق‬masjid.

3. َّ I’tikaf Boleh ْ ْ Mana ُ ‫ ْ ا‬Saja ‫ ا ا‬Dilakukan‫ ا‬di Masjid ‫ا ا‬ ‫ا‬

‫ا‬ ْ ‫ْش األ اواخ اىر و‬ ‫ َكن اهعتكىف ام اع ا‬ ‫ِب‬ َّ َّ‫أ َّن انل‬ ‫ ُاه‬Menurut ‫ اح ََّّت ت اوف‬mayoritas ‫ىي ار امضان‬ulama, i’tikaf disyariatkan di semua masjid‫ ى‬karena ُ ُ ِّ keumuman firman Allah  di atas, yang ْ beri’tikaf ْ artinya:ُ “Sedang ْ ‫ ا ا ا‬kamu .‫اج ُه و ْىي ابع ىده ى‬ ‫اّلل م َّه او اتكف أز او‬

dalam masjid.”276 Imam Bukhari membawakan Bab dalam kitab Shahihnya, “I’tikaf pada ُ i’tikafُ di‫ ا‬seluruh َّ ‫ ا‬bulan ‫ ا‬Ramadhan 10 ‫ ا‬hari masjid.” ‫ ل ا ا ا ا‬dan ‫ا ا‬ ِّ ُ Ibnu ْ ‫ا‬ ‫ْ ا ا‬terakhir ُ ‫ ا‬Hajar

‫ك رمضان ِإَوذا صَّل امغداة‬ ‫ هعتكىف ىِف ى‬ ‫َكن رسول اّللى‬ ْ َّ ُ ‫ا ا ا ا ا ا‬ ‫ ا‬1172. ‫ ا ا‬Muslim ‫ا‬ ُ ‫ ا‬no.‫ ا‬2026 ‫ْا ا ا‬ ْ ‫ فا‬- no. ُ ْ‫ انت‬dan 272 HR Bukhari . ‫ة‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫َع‬ ‫ه‬ ‫ذ‬ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫اس‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫او‬ ‫ىى‬ ‫اَّل‬ ‫دخل وَكًه‬ ‫ه‬ ‫ىي‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫ى‬ 273 Latho-if Al-Ma’arif, hal. 338 274 Fathul Bari, 4/271 275 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/13775 276 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151

118 | Tutorial Ramadhan

ُ ‫ا ْا‬ ‫ُ اا ا ا‬ ُ ‫امع‬ ‫نىا اَك ان ا‬ َّ ‫ْشةا أيَّام اف‬ ‫ان اع ْ ا‬ ُّ َّ‫اَك ان انل‬ ‫ام‬ ‫ك رمض‬ ٍ ‫ هعتكىف ىِف ى‬ ‫ِب‬ ‫ى‬ َّ ‫ا‬ ْ ‫ُ ا‬ ‫او اتك اف ع ْىْش ا‬ .‫يي يا ْو ًوا‬ ‫ه‬ ‫ىي‬ ‫ف‬ ‫ض‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ىى‬ ‫اَّل‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬

‫ ا‬Al-Baqarah  menyatakan, (surat ‫ ا‬277menyebutkan َّ ‫“ ا ا َّ ا ا‬Ayat ْ ‫ ا ُ ْ ا‬ayat َّ ‫ا‬ ‫ ا ا ا‬tersebut ْ ‫ ا ا‬187) ْ ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ 278 َّ َّ ‫ان حَّت توفاه‬masjid, ‫ رمض‬tanpa ‫ىر وىي‬dikhususkan ‫امعْش األواخ‬masjid ‫كىف‬tertentu” ‫ َكن هعت‬ disyaratkannya . ‫أن انل ىِب‬ ‫ا‬ Para ulama selanjutnya berselisih pendapat masjid apakah yang ْ ‫ ْ ا ا ا ْ ا ُ ُ ْ ا‬dimaksud. ُ ِّ َّ ‫اّلل ُم‬ ‫ىي بع ىد‬jamaah ‫واجه و‬lima ‫ف أز‬ ‫اوتك‬279 ‫ه‬ataukah Apakah masjid biasa di mana dijalankan.‫ه ى‬shalat waktu masjid jaami’ yang diadakan juga shalat jum’at di sana? ‫ ُ َّ ا ا‬di ‫ ا‬masjid Imam Malik  mengatakan ‫ ا‬bahwa ْ i’tikaf ْ dilakukan ‫ ُ ا‬boleh ‫ا‬ ُ ْ ‫ا‬ ُ ‫او اَل ُتب ى‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ون‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫وه‬ .‫ج ىد‬ ‫اِش‬ mana saja (asal ditegakkan shalat lima waktu di sana, red) karena keumuman ‫ى‬ ‫ى‬ firman Allah , ‫ااُْ ْ ا ُ ا‬ ‫ون ِف ال ْ اى ا‬ .‫ج ىد‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫وأنته َعكىف ى‬ ‫ى‬

ُ ‫ا ْا‬ ِّ ُ ُ ‫ا ا ا‬ ‫ُ ل ا ا ا ا ا ا َّ ْ ا ا ا‬ ‫اة‬Ini ‫غد‬juga ‫َّل ام‬menjadi ‫ِإَوذا ص‬pendapat ‫رمضان‬Imam  ‫اّلل‬ ‫ول‬Asy ‫رس‬Syafi’i ‫َكن‬ ‫ك‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ى‬ ‫ى‬ Asy Syafi’i. Namun Imam ‫ى‬ ْ  menambahkan ‫ ا ا‬tersebut diadakan ‫ ا‬masjid ‫ا اا‬ ُ ‫ ا‬syarat, ‫ ْ ا ا‬jugaَّ shalat ‫ ا ا‬Jum’at. ْ ‫ ا ا‬yaitu ْ agar .‫شة‬di‫ اَعن ى‬sini‫ت ُه‬adalah ‫اس اتأذن‬ ‫ ف‬- ‫ال‬ ‫ ق‬- ‫هى‬pelaksanaan ‫او اتكف فىي‬shalat ‫اَّلىى‬Jum’at, ‫ل اوَكً ُه‬orang ‫دخ‬ Tujuannya ketika "sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(Qs Al-Baqarah 187).

280

yang beri’tikaf tidak perlu keluar dari masjid. ‫ ا‬yang Mengapa Ibnu َّ ‫ ا ا‬disyaratkan ُ ‫ ا ْ ا‬shalat َّ ‫ا‬ ‫ ْ ا ا ا ا‬di ‫ ا‬masjid ‫ ا ا‬jamaah? ‫ْ اع ْ ا‬ditegakkan َّ َّ‫ انل‬Jika ‫ح ََّّت ت اوف ُاه‬ ‫“ىر وىي رمض‬Shalat ‫األ اواخ‬jamaah ‫ْش‬ ‫ ام‬itu ‫كىف‬ ‫( هعت‬bagi ‫ َكن‬laki-laki).  ‫ِب‬ ‫ن‬ Qudamah  ‫ان‬ mengatakan, wajib ‫ ى‬masjid‫أ‬ seorang laki-laki yang hendak melaksanakan i’tikaf tidak berdiam di ‫( ِّ ُ ُ َّ ْ ا ا‬1) ْ ‫ ْ ا‬terjadi ُ ‫و‬dua ‫ أ ا ْز ا‬dampak yang tidak ditegakkan shalat jamaah, maka .‫ع ىده ى‬bisa ‫اج ُه وىي ب‬ ‫او اتكف‬negatif: ‫اّلل مه‬ meninggalkan shalat jamaah yang hukumnya wajib, dan (2) terus menerus keluar dari tempat i’tikaf padahal seperti ini bisa saja dihindari. Jika semacam ُ ُ ‫ ا‬adalah ‫ ُ ل‬tidak i’tikaf. ‫ ا ا‬sama ُ ْ ‫ا‬ ‫ ا َّ ْ ا‬maka ‫ا ا‬ ِّ i’tikaf ‫ا‬ ‫ ا‬yang ini‫اة‬ ‫امغ اد‬terjadi, ‫ ِإَوذا صَّل‬ini ‫ ار امضان‬saja‫ك‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ اتكىف ىِف‬Padahal ‫ هع‬maksud ‫ول اّللى‬ ‫ى‬ 281 untuk menetap dalam rangka ْ melaksanakan ibadah kepada Allah.”

َّ ‫ا ا ا ا ا‬ ُ ‫ا‬ ‫ْ ا ا‬ ْ‫ا ا ا ْ اا‬ .‫اس اتأذنت ُه اَعنىشة‬ ‫ ف‬- ‫ قال‬- ‫دخل اوَكً ُه اَّلىى او اتكف فىيهى‬

277 Fathul Bari, 4/271 278 Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah  yang mengatakan, ”Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha”; perlu diketahui, hadits ini masih diperselisihkan statusnya, apakah marfu’ (sabda Nabi  atau sampai kepada Nabi ) atau mauquf (hayalah perkataan shahabat). (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151). Jika melihat perkataan Ibnu Hajar Al-Asqalani , beliau lebih memilih bahwa hadits tersebut hanyalah perkataan Hudzaifah ibnul Yaman  (mauquf). Lihat Fathul Bari, 4/272 279 Walaupun namanya beraneka ragam di tempat kita, baik dengan sebutan masjid, mushallah, langgar, maka itu dinamakan masjid menurut istilah para ulama selama diadakan shalat jamaah lima waktu di sana untuk kaum muslimin. Ini berarti jika itu mushallah rumahan yang bukan tempat ditegakkan shalat lima waktu bagi kaum muslimin lainnya, maka ini tidak masuk dalam istilah masjid. Sedangkan dinamakan masjid Jaami’ jika ditegakkan shalat Jum’at di sana. Lihat penjelasan tentang masjid di Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/13754 280 Lihat Al-Mughni, 4/462 281 Al-Mugni, 4/461

I'tikaf Sepuluh Hari Ramadhan |119

.‫اّلل مه ىاوتكف أزواجه وىي بع ى ىده ى‬

‫اا ا َّ ُ َّا َّ ُ ُ َّ ا ا ا ا ْ ُ ا ْ ْ ا ا ُ ُ ا ْ ا ْ ا ْ ا ا ا ا ا ْ ا ا ا ا‬ ُ‫ان اح ََّّت تا او َّفاه‬ ‫ وىي رمض‬.‫جخ ىدىر‬ ‫ىف ام‬ ‫اِش‬ ‫ِب‬ ‫وهيَكوأننتههعتَعككىف‬ ‫أونَل تانلب ى ى‬ ‫ونع ىِفْشالىاألساوا ى‬ ‫ا‬ ْ َّ ُ ُ ِّ ْ ُ ‫او ات اك اف أ ْز او‬ 4. Wanita Boleh Beri’tikaf .‫ده ى‬ ‫اج ُه و ْىي ابع ى‬ ْ ْ‫اا‬ ‫اّلل ُ ْمه ا ُ ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ . ‫د‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ون‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫وأن‬ ‫ ى ى‬untuk‫ ى‬beri’tikaf. ‘Aisyah Sebagaimana Nabi  mengizinkan istri beliau  berkata: ‫ا ا ُ ا ُ ُ َّ ا ا ْ ُ ْ ا ُ ا‬ ‫ون ِف ال ْ اى ا‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫س‬ . ‫ى‬ ُ ‫او اَل ت اب ُ ى‬ ‫اِشوه ِّي وأنته اَع ْ اكىف ُ ى ُ ل ا ى ا ا ا ا ا َّ ْ ا ا ا‬ ‫ك رمضان ِإَوذا صَّل امغداة‬ ‫ هعتكىف ىِف ى‬ ‫َكن رسول اّللى‬ ْ ُ ‫ا ا ا ْ ا ااُْ ا ا‬ ‫ا ا ا ْ ا ُ ْ ا ا ا ا ُ ُ َّ ا‬ ‫ْْ ا ا ا ا‬ ‫ج‬ ‫اوىتس‬ ‫ىىِف ال‬ .‫ فاستأذنته َعنىشة‬- ‫ قال‬- ‫ىيهى‬.‫ف ىدف‬ ‫دوأخنتلهوَعَكًكهىف اَّل‬ ‫ون ى‬ ‫كا ى‬

Ramadhan. ُ dari ‫ ا ُ ل‬bulan َّ ‫ ا ا َّ َّ ْ ا‬‫ا ا‬biasa ُ ْ ‫ ْ ا ا ُ ْ ا‬Apabila ‫ ا ا ا ا ْ ا‬pada ‫ا ا َّ ا‬ ‫ ِّ ا ا‬selesai ‫" ا‬Rasulullah ‫ ا‬beri’tikaf ُ َّ ‫ ار‬berkata: َّ‫انل‬shalat ‫ىف ْ ا‬ ‫كخر‬ ‫امتاغوف اد ُاهاة‬beliau ‫ِبسول‬ ‫ن‬ ‫ْشىِف‬ ‫عت‬Dia ‫(تكه‬Yahya ‫صحَّلَّت‬masuk ‫ِإَوذاان‬ ‫ض‬ke‫ان ار ام‬ ‫ىرم وضىي‬khusus ‫األ اوىا‬i’tikaf ‫ىفكام اع‬ ‫ع‬ ‫اّللىن اه‬ ‫َك‬bin ‫أَكن‬ shubuh, tempat beliau. Sa’id) ‫ى‬ ْ Kemudian ‘Aisyah izin‫ ا‬untuk ‫ ا‬beri’tikaf ‫ ا‬meminta ‫ ْ ا ْ ا ُ ا‬bisa ‫ ا‬282 ‫ا‬ ُ ‫ ا‬radhiyallahu ُ ‫ا ِّ ُا ا‬ ‫َّ ا ا ْ ا ا َّ ا‬bersama ْ ‫‘ ْ ا ا‬anha beliau, maka.beliau ‫ اَعنىشة‬mengizinkannya.” ‫اس اتأذنت ُه‬ ‫ ف‬- ‫قال‬.‫ه ى‬-‫ف ْىيف اىيب ْهعى ىد‬ ‫اوت‬ ‫اوً ات ُهكاَّل‬ ‫خ ملهوَك‬ ‫اجكُه و‬ ‫فىىأزو‬ ‫داّلل‬ Dari ‘Aisyah , ia berkata:

‫اا َّ ا َّا ُ َّ ُ ِّ ا ا ا ْ ا ا ْ ُ ا ُ ْ ا ْ ا ُ ا ل ا ا ا ا ْ ا ا ا ا ا‬ ُ‫ان اص َّ احَّل ََّّتامْتاغ او اد َّف ااةاه‬ ‫ضىي‬ ‫خمىر و‬ ‫ْش‬ ‫ىفكامع‬ ‫اّللىَكن ه‬‫ِبول‬ ‫ضا‬ ‫انرمِإَوذ‬ ‫كوا ر‬ ‫أَكننانلر ىس‬ ‫عت هكعت‬ ‫ىف ى‬ ‫ِف األ ى‬ ‫ا‬ ْ ‫ا ِّ ا ُ ا ُ َّا ا اْ ُ ا ا َّ ا ْ ْ ُ ا‬ ُ ‫ا‬ ْ ‫ ا ا ْ ا ا‬.‫اج ُ اه و ْىي اب ْع ىده ىا‬ ‫اوهتكاَّلف‬ ً‫اّلللمهوَك‬ ‫دخ‬ .‫اس اتأذنت ُه اَعنىشة‬ ‫ ف‬- ‫ قال‬- ‫ىى أزاواو اتكف فىيهى‬

ُ ُ wafatnya ‫ ُ ل‬yang akhir ‫ ا‬pada ُ ‫ ا‬dari ‫ ْ ا‬َّ beri’tikaf ‫ ا‬sepuluh ِّ hingga ‫ ا ا ا‬hari ‫" ا‬Nabi ْ ‫ ا‬Ramadhan ‫ا ا ا‬ 283 ‫َكن رسول‬ ‫ امغ اداة‬istri-istri ‫ِإَوذا اصَّل‬ ‫ض‬beri’tikaf ‫ك رم‬  ‫اّلل‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ى‬ kemudian beliau‫ان‬ pun setelah kepergian beliau.” ‫ى‬ ‫ى‬ ْ َّ ‫ ا‬2‫ ا‬syarat: ‫ ا ا‬masjid asalkan Namun wanita beri’tikaf di ‫ا‬ ‫ا‬ ‫( ا ا‬1) ُ ‫ ا ا‬boleh ‫ ا ا ا‬memenuhi ْ ْ‫ْا ا‬ ‫ا‬ .‫شة‬suami ‫ ُه َع ىن‬dan ‫(أذنت‬2) ‫است‬Tidak ‫ ف‬- ‫ال‬menimbulkan ‫ ق‬- ‫كف فىيهى‬fitnah ‫(ىى اوت‬godaan ‫َكً ُه اَّل‬bagi ‫ل او‬laki‫دخ‬ Meminta izin laki) sehingga wanita yang i’tikaf harus benar-benar menutup aurat dengan sempurna dan juga tidak memakai wewangian.284 5. Lama Waktu Berdiam di Masjid Para ulama sepakat bahwa i’tikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya. Namun mereka berselisih pendapat berapa waktu minimal untuk dikatakan sudah beri’tikaf.285 Bagi ulama yang mensyaratkan i’tikaf harus disertai dengan puasa, maka waktu minimalnya adalah sehari. Ulama lainnya mengatakan dibolehkan kurang dari sehari, namun tetap disyaratkan puasa. Imam Malik mensyaratkan minimal sepuluh hari. Imam Malik juga memiliki pendapat 282 283 284 285

HR Bukhari no. 2041 HR Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/151-152 Lihat Fathul Bari, 4/272

120 | Tutorial Ramadhan

lainnya, minimal satu atau dua hari. Sedangkan bagi ulama yang tidak mensyaratkan puasa, maka waktu minimal dikatakan telah beri’tikaf adalah selama ia sudah berdiam di masjid dan di sini tanpa dipersyaratkan harus duduk.286 Yang tepat dalam masalah ini, i’tikaf tidak dipersyaratkan untuk puasa, hanya disunnahkan 287. Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari. 288 Al-Mardawi  mengatakan, “Waktu minimal dikatakan i’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak 289 adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”290

6. Hal-hal yang Membatalkan I’tikaf 1. Keluar masjid tanpa alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak. 2. Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 187. Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa yang dimaksud mubasyaroh dalam surat Al-Baqarah ayat 187 adalah jima’ (hubungan intim) 291.

7. Hal-hal yang Diperbolehkan Ketika I’tikaf 1. Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid. 2. Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap dengan orang lain. 3. Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya. 4. Mandi dan berwudhu di masjid. 5. Membawa kasur untuk tidur di masjid.

8. Mulai Masuk dan Keluar Masjid Jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka 286 Idem 287 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/153 288 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/154 289 I’tikaf mutlak, maksudnya adalah i’tikaf tanpa disebutkan syarat berapa lama 290 Al-Inshof, 6/17 291 Fathul Bari, 4/272

I'tikaf Sepuluh Hari Ramadhan |121

َّ ‫ا ا ا ا ا‬ ُ ‫ا ا ا ْ اْااُْ ا ا‬ ‫ْ ا ا‬ .‫ فاستأذنته َعنىشة‬- ‫ قال‬- ‫دخل اوَكً ُه اَّلىى او اتكف فىيهى‬

‫ا‬ ‫ا ا ا ْا ُ ْا ْ ا اا ا ْ ا ا ا ا‬ ُ ‫ان اح ََّّت تا او َّف‬ َّ َّ‫أ َّن انل‬ ‫اه‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ىي‬ ‫و‬ ‫ىر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫ام‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫َك‬  ‫ِب‬ seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat shubuh ‫ ى‬pada ‫ا‬ ‫ا‬ hari ke-21 dan keluar setelah shalat shubuh hari ‘Idul Fitri menuju ‫ا‬ ْ ْ ‫ ْ ا‬pada ْ ُ ‫اّلل ُم َّه او اتكف أز او‬ ُ ِّ .‫اج ُه وىي بع ىده ى‬ lapangan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:

‫ُل‬ ‫ا ا ا‬ ُ ‫ا ْا‬ ِّ ُ ُ ‫ا ا ا‬ ‫َّ ْ ا ا‬ ‫ك ار امضان ِإَوذا اصَّل امغ اداة‬ ‫ِف‬ ‫ىف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ه‬  ‫اّلل‬ ‫َكن رسول‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ْ َّ ‫ا ا ا ا ا‬ ُ ‫ا‬ ‫ْ ا ا‬ ْ‫ا ا ا ْ اا‬ .‫اس اتأذنت ُه اَعنىشة‬ ‫ ف‬- ‫ قال‬- ‫دخل اوَكً ُه اَّلىى او اتكف فىيهى‬

"Rasulullah  biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari shalat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus i’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya.” 292 Namun para ulama mazhab menganjurkan untuk memasuki masjid menjelang matahari tenggelam pada hari ke-20 Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa yang namanya 10 hari yang dimaksudkan adalah jumlah bilangan malam sehingga seharusnya dimulai dari awal malam.

9. Adab-adab I’tikaf Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan seperti berdoa, zikir, bershalawat pada Nabi , mengkaji Al-Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.293

292 HR Bukhari no. 2041 293 Lihat pembahasan I’tikaf di Shahih Fiqh Sunnah, 2/150-158

122 | Tutorial Ramadhan

Memburu Malam Seribu Bulan (Lailatul QAdar)

Malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Demikian makna nama

yang diberikan oleh Penciptanya untuk malam ini. Lazimnya, malam ini disebut juga dengan nama Lailatul Qadar. Mengapa disebut “Lailatul Qadar”? Di antara penjelasan para ulama: Ada yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan. Ada pula yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang penuh sesak karena ketika itu banyak malaikat turun ke dunia. Ada pula yang mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam penetapan takdir. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang mulia, turun rahmat dan turun malaikat yang mulia.294 Semua makna Lailatul Qadar yang sudah disebutkan ini adalah benar.

1. Keutamaan Lailatul Qadar Pertama, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah  berfirman:

294 Lihat Zaadul Masiir, 9/182

Memburu Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadar) |123

‫َ ْ ُ ُ ُّ َ ْ‬ ‫إَُّا َأُ ْ َز ْْلَاهُ ِف ََلْيَ ٍث ٌُ َت َ‬ ‫ار َك ٍث إَُّا ُن َِّا ٌُِْذِر َ‬ ‫ِيٓا ُيف َرق ُك أم ٍر‬ ‫يَ‪ ,‬ػ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِيم‪.‬‬ ‫خه ٍ‬

‫‪"Sesungguhnya‬‬ ‫‪menurunkannya‬‬ ‫‪ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ yang‬‬ ‫‪ْ َ ْ َ َ suatu‬‬ ‫‪َ ُmalam‬‬ ‫‪َّ َ َ َْ ُ َ pada‬‬ ‫َّ‬ ‫)‪ْ ُ َّ ُ (Al-Qur’an‬‬ ‫‪ْ َ ُّ ُ ُ َ ْ ُ Kami‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫‪,‬‬ ‫يَ‬ ‫ِر‬ ‫ذ‬ ‫ِ‬ ‫ٌ‬ ‫ا‬ ‫ِ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ُ‬ ‫إ‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ‫ار‬ ‫ت‬ ‫ٌ‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫اه‬ ‫ْل‬ ‫ز‬ ‫ُ‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫إُِ‬ ‫ُك‬ ‫ق‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ِيٓ‬ ‫ػ‬ ‫‪diberkahi.‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪sesungguhnya‬‬ ‫‪Kami-lah‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪memberi‬‬ ‫‪peringatan.‬‬ ‫‪Pada‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫‪.‬‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫اه‬ ‫ْل‬ ‫ز‬ ‫ُ‬ ‫أ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫‪dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Qs Ad-Dukhan 3-4).‬‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ِيم‬ ‫ه‬ ‫خ‬ ‫َ‬ ‫‪Malam‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪diberkahi‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪ayat‬‬ ‫‪ini‬‬ ‫‪adalah‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪Qadar‬‬ ‫ٍ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َ ُّ ُ َ ْ‬ ‫‪َ Allah‬ش ْٓر‪َ ,‬ت َ َّ‬ ‫ْي ٌ ْ‬ ‫ََلْي ُث اى َل ْدر َخ ْ ٌ‬ ‫‪sebagaimana‬‬ ‫‪َِberfirman:‬‬ ‫ِيٓا بِإ ِ َذ ِن‬ ‫‪ditafsirkan‬ػ‬ ‫‪pada‬ث والروح‬ ‫‪َsurat‬لنِه‬ ‫‪Al-Qadar.‬ل ال ٍَ‬ ‫َن‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ََّّ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ُ ُ ُ ّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َْ َ َ َّ ٍ ُ َّ ُ َ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ُ ُّ ْ‬ ‫جر‪.‬ػِيٓا يفرق ُك أم ٍر‬ ‫خ ََّّتنِ َاٌ ْطٌيِذِرِاىفيَ‪,‬‬ ‫ِه إُِ َا‬ ‫إإ ِِ َرُُ ّباآأأًُُْززٌْلَْل َِْاهاه ِ ِ‬ ‫ار‪.‬ك ِ ٍث َ‬ ‫ِف‬ ‫ُكِفأَلميَل ٍر ِيث‪ٍ ,‬ثاى َشلٌتد‬ ‫َل ٌرِم‬ ‫عِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ِيم‬ ‫ه‬ ‫خ‬ ‫ٍ‬ ‫‪ْ َ َ ْ ْ ٌ َ ْ َ َ pada‬‬ ‫‪َ َ َ ْ menurunkannya‬‬ ‫‪َ telah‬‬ ‫‪ْ َ ْ َ ْ ُ َُّ Kami‬‬ ‫‪َ ْ ْ َ َ َ ْ malam‬‬ ‫)‪ُ ُ َّ ًَ َ َ ْ َ َ ً (Al-Qur’an‬‬ ‫‪"Sesungguhnya‬‬ ‫َ َ ْ َْ ُ َ‬ ‫ه ُث َ َ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ِيٓ‬ ‫ػ‬ ‫وح‬ ‫الر‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫َل‬ ‫ٍ‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫َن‬ ‫ت‬ ‫‪,‬‬ ‫ر‬ ‫ٓ‬ ‫ش‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ِ‬ ‫‪ َِAl-Qadar‬ذ‬ ‫)‪1‬ا تلدم ٌ‬ ‫ٌَليَ َثكام َل ِيث اىلدرِ إِيٍاُا واخ ٍتِصاةا غفِر َل ٌِ‬ ‫‪ُ(Qs‬تِِّ‪ِ ِ ِ .‬‬ ‫”‪kemuliaan‬‬ ‫َّ‬ ‫‪ْ disebutkan‬‬ ‫‪ayat‬أُْ ْ َز ْْلَ ْاهُ‬ ‫‪ِّ ِ ُ dalam‬ف َََلْ ْيَ ِث اىَْ َل َ‬ ‫‪ْ َ ْ َ yang‬‬ ‫‪Keberkahan dan kemuliaan‬‬ ‫‪dimaksud‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ٌ‬ ‫‪.‬‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫إ ِ َُ‬ ‫َ‬ ‫َل ِم ْ ِِه َخَّت ٌطيعِ اىف َجر َ‪.‬‬ ‫َر َب ِ َّ ِٓ ًْ ٌَ ََِْ َ ِ‬ ‫ُكْ َأ ْم ٍر‪ ,‬ش ْ‬ ‫‪selanjutnya,‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َتروا َليث اىلدر ِف اىعْش األواخِر ٌَِ رمضان‪.‬‬ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ٌ ِ ِ ْ َ ْ ِ َ ْ َ َ َِّ ُ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ ُّ ُ َ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْي ٌَِْ أ َى ً‬ ‫َلن َهث َ َو َّ َ‬ ‫ٌََل ْيَثكاى َ‬ ‫الر ْ‬ ‫ِيٓاِّ‪.‬بِإِذ ِن‬ ‫وح ػ‬ ‫ف َوش ْٓر‪ َ ,‬ت ًَنل ال ٍَ ُ‬ ‫يٍ ِاُْا‬ ‫امل َدَلْ َرِيث ْخَ َاى ْلدرِ إ‬ ‫ِ‬ ‫اخ ٍت ِ ْصَاةْا غ َفِ َر َ َْل ٌِا ت ْلد َم َ ٌََِ َذُت ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َتَ َّر ْ ْوا َلْ ْيث ُ ا ّىل ْدر ِفَ َالٔ ٌحر ٌَ َ‬ ‫ْش ْ األوا َخ ِِر ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫جرٌ‪ َِ.‬رمضان‪.‬‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫َِ‬ ‫ُك أم ٍرِ‪ِ ,‬شَل ِم ِ ِِه َخَّت ٌ ِطيعِ اىف‬ ‫َرب ِ ًِٓ ٌَِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ ََ َ َ‬ ‫ََتَ َّر ْوا ََلْيَ َث اىْ َل ْدر ِف اىَْ َع ْْش األ َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ْ َ ُ َ َ َ ْ ْ َ ِْ ِ َ ِ ْ َ َ ِ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ‬ ‫‪َ ْ َ َ ْ َkemuliaan‬‬ ‫‪َ ْ َ َّ ْ َ َitu‬‬ ‫ْٔا ْ ِِفَ‬ ‫َ‬ ‫األوا ً‬ ‫‪"Malam‬‬ ‫‪seribu‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫‪malam‬اى َع ْ‬ ‫‪turun‬كَص َ‬ ‫‪َ baik‬ر َل َُليثَ‬ ‫‪ Pada‬إ َ‬ ‫ِفَِحاذشُِعت ٍثِّ‪.‬تتق‬ ‫ان‬ ‫‪dari‬ض‬ ‫َِ َصراةًم‬ ‫‪bulan.‬خ َو ِِر ٌْ‬ ‫ْش‬ ‫ٌَاْل َْ ٍِ‬ ‫‪ٌlebih‬ااىتللددرِم ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٌ‬ ‫ف‬ ‫غ‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫اخ‬ ‫ا‬ ‫اُ‬ ‫يٍ‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ام‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪malaikat-malaikat dan malaikat َ Jibril dengan‬‬ ‫‪izin‬‬ ‫‪Tuhannya‬‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪mengatur‬‬ ‫ََ َ‬ ‫‪ْ َ ْ َ ْ َ sampai‬‬ ‫ْ ْ‬ ‫‪َ َ َ َ itu‬‬ ‫‪ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ (Qs‬‬ ‫‪segala urusan.‬‬ ‫‪Malam‬ان‪.‬‬ ‫)‪ َِْ ٌ (penuh‬رمض‬ ‫‪kesejahteraan‬األ َواخ ِِر‬ ‫ْش‬ ‫قَ‪.‬اىع‬ ‫‪َ ِ terbit‬خِفامال َِِٔصح ٍث ِر تٌتَِ‬ ‫”‪fajar‬قلدِِفر‬ ‫‪َّ Al‬ر َش ْواةِعَل ٍثيثتتاى‬‫َت‬ ‫ِِف‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫‪Qadar 3-5).‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ْ ََ َ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫‪.‬‬ ‫َت‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪Sebagaimana kata Abu‬‬ ‫‪malaikat‬‬ ‫‪َ ْ َ َ ّ َ َ ِ َ ,‬‬ ‫‪ُ turun‬‬ ‫‪َ Hurairah‬‬ ‫‪ِْ َ ٌّ ْ ُ َ pada‬‬ ‫‪َ ْ َ Qadar‬‬ ‫‪َ dengan‬‬ ‫‪َ َ ْ َ ْ َ َakan‬‬ ‫‪َ َّ malam‬‬ ‫‪ْ َ ْ jumlah‬‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪ُturun‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ا َ ْاْلَِّلي ُ ٍِٓ َّ‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪tak‬‬ ‫‪terhingga‬‬ ‫‪.‬‬ ‫‪Malaikat‬‬ ‫‪akan‬‬ ‫ن‪َ.‬ليث اىلدرِ ِِف حاشِع ٍث تتق‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ْٔ‬ ‫ص‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ‫ٔ‬ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِب‬ ‫َت‬ ‫ٔ‬ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫إُ‬ ‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ِ ْ waktu‬‬ ‫‪َ ِ sampai‬‬ ‫‪membawa kebaikan‬‬ ‫‪keberkahan‬‬ ‫َ َ َّ ْ َ ْ َ َ‬ ‫‪ْ َ ْ َ َ terbitnya‬‬ ‫ْ‬ ‫‪َ َ َ َ dan‬‬ ‫‪ْ َ ْfajar.‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ٔ‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ث‬ ‫َتر َشوااة َعَل ٍثي‬ ‫‪ِ dari‬‬ ‫‪ِ Imam‬خام ِ‬ ‫‪An-Nakha’i‬ت َق َ ِِف ِ‬ ‫‪ٍ bulan.‬ث ِ‬ ‫‪Kedua, Lailatul Qadarِ lebih‬‬ ‫‪baik‬‬ ‫‪1000‬‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ِص‬ ‫ت‬ ‫‪.‬‬ ‫َِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِف َ ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ diِ 1000‬‬ ‫‪ْ ُ ً َ diَ Lailatul‬‬ ‫‪ً َ Qadar‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪mengatakan,‬‬ ‫‪“Amalan‬‬ ‫‪lebih‬‬ ‫‪baik‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪amalan‬‬ ‫َليث اىلدرِ َليث شٍ َدث طيلث َل خارة وَل ةارِدة حصتِح الشٍس‬ ‫‪ْ bahwa‬‬ ‫‪bulan‬‬ ‫‪berpendapat‬‬ ‫‪َ َ .” Mujahid,‬‬ ‫‪َ ْ َ َ ْ َ dan‬‬ ‫‪َ َ ulama‬‬ ‫َ‬ ‫‪َ َ َ ُ ْ ْ lainnya‬‬ ‫‪َ َّ ُ َّ yang‬‬ ‫‪ْ Qatadah‬‬ ‫‪َْ ٌّ dan‬ع َ ْ ُ‬ ‫َ ْ َاْلَِّ‬ ‫‪ِِ َ adalah‬ر َ‬ ‫األ َ ْوا َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪َِ dengan‬ع ٍث تتْق‬ ‫‪ِِ lebih‬ف حاش‬ ‫‪dari‬يث‪baik‬اىلد ِر‬ ‫ن‪َ.‬ل‬ ‫‪ّseribu‬ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫خ‬ ‫ْش‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ْٔ‬ ‫ص‬ ‫ٍ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫‪dimaksud‬‬ ‫‪bulan‬‬ ‫‪shalat‬‬ ‫‪amalan‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫َ‬ ‫ضفعِئفثَت ِِب‬ ‫مع‬ ‫الي‬ ‫صت ِٓيًدإُخٓا‬ ‫َحراىاءع‪.‬فٔ فاعف ع ِ‬ ‫َ َ ََْ‬ ‫َ َ ََْ‬ ‫ِف شاةعث تتق ِف خامِصث تتق‪.‬‬ ‫‪295 Lihat Zaadul Masiir,‬‬ ‫‪ًَ َ 9/192‬‬ ‫َ ِ ُ ْ َ ْ ُ َ َِ َ َ ٍ َ َ َ ْ َْ ِ َ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ ٌُ ٍ ُ َ َ َّ َ ٌ ْ ُ َ َ َُ ً َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫‪Lihat‬س ‪296‬‬ ‫‪9/194‬دنأة َُّـح‬ ‫‪341‬واعَل‬ ‫الشثٍ َل‬ ‫ديثعطيل‬ ‫َل‬ ‫الشٍخَّت‬ ‫‪Zaadul‬ج‬ ‫صتِطحص‬ ‫‪Masiir,‬ا‬ ‫‪ٓAl-Ma’arif,‬‬ ‫خارشةع‬ ‫س َل‬ ‫صيتثدثاىلَلد ْـرِيثَِلاىيلثدرِشٍتط‬ ‫‪hal.‬ل ةٓاارِ‬ ‫‪297 Lihat Lathaa-if‬‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ ِّ َ ُ ْ َّ َ َُّ َ َ َ َ ُ ٌّ ْ َ ُ ٌ َُّ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ‬ ‫ّ‬ ‫َح َراىاءع‪.‬فٔ فاعف ع ِن‪.‬‬ ‫ضفعِئفثَتِب‬ ‫مع‬ ‫اح ْرلي‬ ‫دإُخٓا‬ ‫صحت ِٓفِيً َع‪.‬‬ ‫‪124 | Tutorial Ramadhan‬‬ ‫َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َْ َ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ ٌُ َ َ َ َّ َْ َ ٌ َ َ َُ ً ْ َُ َ َ َ َ ََ ًَ ْ ُ ْ ُ ْ َ‬ ‫الش ٍْ َخ َُّتَّ‬ ‫خ َارشة َع واعَلل َةٓ ّاارِدن َأة َّ َ َ‬ ‫صتِ َطحص ٌ‬ ‫اىلَل ْد ْـرِ َيثَِلاىي ُلثدرشٍتط ُ‬ ‫الش ْثٍ َ ُ َُل ُ‬ ‫صيتث ُّ َدث ُ‬ ‫س‬ ‫َُل‬ ‫ج‬ ‫ُـحِ ٍٓثا‪.‬‬ ‫س َوَْلٔ ٌِثو ش ِِق جف‬ ‫د َيطثيع َعطياىللٍر‬ ‫كً ذنر خ ِِني‬ ‫األيـ‬ ‫‪295‬‬

‫‪296‬‬

‫‪297‬‬

‫َّ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ‬ ‫إَُِّا أ َُ ْز َ ْْل َاه ُ ِِف َل َي ْ َِث اىلُ َدرِ َ‪ْ ُ َّ ُ َّ َ .‬‬ ‫َ ُ ْ َ ُ ُ ُّ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫إُِا أُزْلاه ِِف َلي ٍث ٌتارك ٍث إُِا نِا ٌِذِرِيَ‪ ,‬ػِيٓا يفرق ُك أم ٍر‬ ‫َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ُ َ ُّ ُ َ ْ‬ ‫ن‬ ‫وح ػِيٓا‬ ‫‪baik‬والر‬ ‫‪dari‬هث‬ ‫‪َdan‬نل ال‬ ‫‪ٍ puasa‬ر‪ ,‬ت‬ ‫‪1000‬أى‪ِ di‬ف شٓ‬ ‫ْي ٌَِ‬ ‫‪yang‬رِ خ‬ ‫ِيمل‪.‬د‬ ‫‪ٍ tidak‬اى‬ ‫خيهث‬ ‫َل‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪lebih‬‬ ‫‪bulan‬‬ ‫‪ Qadar‬بِإِذ ِ‬ ‫‪ٍَshalat‬لن ِ‬ ‫‪terdapat‬‬ ‫َْ ‪.‬‬ ‫َ َّ ّ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ّ َ َْ ْ َ َ ُ َ َ ٌ َ َ َ َّ َ َّ ُ‬ ‫‪ُّ ُ ُ َ ْ Qadar‬‬ ‫‪ْ َ Lailatul‬‬ ‫يَ‪ْ,‬‬ ‫جرػ‪َ .‬‬ ‫ِيٓا ُ‬ ‫َّت َِّا ٌَ ْطٌُيَِْعِذِراىف َ‬ ‫‪Ketiga,‬ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫‪ٍ ِQadar‬ث‬ ‫ارك‬ ‫ُكِف أَمَلَ ٍري‪ٍ ,‬ث‬ ‫‪akan‬أ ًُْز ٌْْلَِاه‬ ‫ُك‬ ‫ق‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫َلم‬ ‫ِهإُِاخ‬ ‫إُِر َّاب ِ ِٓ َ‬ ‫‪menghidupkan malam‬‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪ِ shalat‬‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫‪ْ dengan‬ش ٌَت ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪ِ Nabi‬ث‪,‬اىلدرِ‪.‬‬ ‫‪bersabda:‬اه‪ِِ ‬ف َلي‬ ‫إ ِ َُا أُزْل‬ ‫‪mendapatkan pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah‬‬ ‫َخ ْه َ ٍ‬ ‫ِيم َ‪ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َ ُ ً َ ْ َ ً َ ْ َ ْ َ َ ْ َ .‬‬ ‫اختِص َاة َا َّ ُغفِ ْر َ ََل ٌ َا ُتل َد ُّم ٌ َُِ ذُ َتِِّ‪ْ .‬‬ ‫ٌَ ْ ََ َ ُك ْام َ َْليث َاى ْ ٌلدرِ ْ إ ِ َيٍْاُا و َ‬ ‫ِيٓا بِإِذ ِن‬ ‫َِ َأ ْى ِف ش ْٓ ٍر‪ ,‬تَنل الٍَلنِهث والروح ػ‬ ‫ََّليث ْ َاى ْلَدُرِ خ َ ْْي َ ٌ ْ‬ ‫‪َ Lailatul‬‬ ‫‪ََ َkarena‬ل ْي ِث‬ ‫إ ِ َُا‬ ‫‪ْiman‬ل ْ ْ َاه َ ُ ِ ِّف ْ‬ ‫‪َّ dan‬أُْز َ‬ ‫‪ْ َ ْ َ pada‬‬ ‫‪"Barangsiapa melaksanakan‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪Qadar‬اى َل َ ْد َرٌِ‪ْ .‬‬ ‫‪َ ْ َ َ َ shalat‬‬ ‫َتَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫‪.‬‬ ‫ِه‬ ‫م‬ ‫َل‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ٌ‬ ‫َّت‬ ‫خ‬ ‫‪,‬‬ ‫ُك‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫ب‬ ‫”‪ِ ِ ٍ akanِ diampuni.‬‬ ‫‪dosa-dosanya‬عِ ‪mengharap pahala dari Allah, maka‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪ِ ِ telah lalu‬‬ ‫رِِ‬ ‫ِ‬ ‫َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ ُ َ ُّ ُ َ ْ‬ ‫ن ‪2.‬‬ ‫وح‬ ‫‪Qadar‬ث َ ْ َو‬ ‫?‪Terjadi‬ال ٍَ َ ََلن ِ َه‬ ‫‪Kapan‬ذ ِ‬ ‫‪َ Lailatul‬ػ َ ِْيٓا بِإ ِ‬ ‫ف َش َْٓ ٍر‪َ َ ْ ,‬ت ًَْنل ُ‬ ‫ْي ٌَِْ أ ْىَ ِ ْ‬ ‫الر َ َ‬ ‫َ ََل َي ْ َّث ْ َاى ََل ْ َد ْ َرِ َ َ ْخ َ َ ْ ْ َ‬ ‫ً‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪ٌterjadi‬تَِل‪itu‬درمم ٌضَِان‬ ‫اخت ِاىصع‬ ‫‪malam‬ا ِر وٌَِ‬ ‫‪Qadar‬ذ‪ُ.‬تِِّ‪.‬‬ ‫األروا َْلَخ ِِرٌْا‬ ‫‪bulan‬اامَل‪ْ di‬يَلث ُي ّاثىلاى ْدلرِدرِفإ الئٍحاُ‬ ‫َتَر ْوك‬ ‫ْشغ َفِ‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫‪sepuluh‬اةا ِ‬ ‫َرٌ ّ‬ ‫‪َ ِ ,terakhir‬ش ِ ََل ِ ٌم ِ َ‬ ‫‪sabda‬ر‪.‬‬ ‫ُك أم ٍر‬ ‫‪ Nabi‬اىفج‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫ب‬ ‫ِه َخ ََّّت‪ْ ٌَ :‬طيعِ‬ ‫‪Ramadhan, sebagaimana‬‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ْ َ َ َ َ ْ َ َ َْ َ َ َ ْ‬ ‫انل َ‪.‬دَّرِ َ ِِف ْحا َش ْ َِع ٍث تتْق‬ ‫ض َاى‬ ‫انَ ر ََل ُمي َث‬ ‫ْش ِِر ٌْ‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫األَِو َا رخ ًم ِِرض ٌَُِ‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ص ََل‬ ‫اْل ْ ِرٍ َوا‬ ‫ََت‬ ‫ْٔ َاي ْث َ ِ َ‬ ‫ِفاىلاىْ َعد ْرِ ِ َ ً َ ِ‬ ‫اختِصاةا غفِر َل ٌا تلدم ٌَِ ذُتِِّ‪.‬‬ ‫ٌَ َكام َ َل َي ْث َ اىلدرِ َ إِيٍ َاُا َو ْ َ‬ ‫‪"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫ق‬ ‫‪dari‬م ِْص ْ ٍث تت‬ ‫‪bulan‬خا‬ ‫ق ْ ِِف‬ ‫ِ َِف َ ش ْاة ِ َع ٍث َ َتت‬ ‫‪.‬‬ ‫َ‬ ‫‪ْ َ ْ َ َ terakhir‬‬ ‫”‪َ ْ Ramadhan.‬‬ ‫ْ ََ َ َ‬ ‫َ‬ ‫‪ َِLailatul‬رمضان‪.‬‬ ‫ْش‬ ‫‪ْ ganjil‬ى َل ْدرِ ِِف ال ْ َِٔح ْ ِر ٌ‬ ‫‪lebih‬وا َ َْلْ َي َث ا‬ ‫َت َّ َّر‬ ‫‪Dan terjadinya‬‬ ‫‪Qadar‬‬ ‫‪diَ َِmalam-malam‬اىع ِ‬ ‫األوَا َخ َ ِِر ٌ َ‬ ‫ََتَ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ضان‪.‬‬ ‫‪genap,‬و ْا ُخ ِِر ٌَ َِّ رم‬ ‫ْش َ َاأل‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫‪memungkinkan daripada‬‬ ‫‪malam-malam‬‬ ‫‪sebagaimana‬‬ ‫‪sabda‬‬ ‫‪Nabi‬‬ ‫ِ‬ ‫َ ِّ ُ َّ َّ َ َ ُ ٌّ ِ ُ ُّ ْ َ ْ ِ‬ ‫‪:‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ‫ٔ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ََْ‬ ‫ا ْ َليٓ ًُ إُ َم عف ْ َٔ َْتِب َ َاىعف ْ َ َ َ ِ ََ ْ َ َ ْ‬ ‫ِف حا َشِع ٍث تتق‬ ‫ْش ْ‬ ‫اْل َّ ٍِ ْص َ‬ ‫ْٔ َا َ ِِف ْ َاى ْع ِ‬ ‫األو ْاخ ِِر ٌََِْ َر ْمضان َ َليث اى ْلد َرِ َ ِ َ‬ ‫ََتَ‬ ‫ْ‬ ‫‪.‬‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ٔ‬ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ ِ ِ َ َ ْ َ َِ ٌ ِ َ ْ َ َ َ ٌ َ ِ َ َ ً َ ِ َ ً ُ ْ‬ ‫ارة َوَل ةَارِدة حصتِ ُح الش ٍْ ُس‬ ‫قي ِثِف شخاٍمدِصث ٍث تطتيلقث‪َ .‬ل خ‬ ‫اىل ٍثدترِت َل‬ ‫َِل‬ ‫ِفيثشاةِع‬ ‫َ‬ ‫‪"Carilah‬‬ ‫‪Lailatul‬‬ ‫‪Qadar‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪ganjil‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪sepuluh‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪terakhir‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪bulan‬‬ ‫ْ َ َ ْ ُ َ َُ َ َ ْ َْ َ ْ ٌ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ َ َ َ ََ َْ ْ‬ ‫ْش ََحْاأل َر َ‬ ‫”‪Ramadhan.‬‬ ‫ان َلْيث اىلدرِ ِِف حاش َِع ٍث تتْق‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫اء‬ ‫ث‬ ‫ص ٍُِتيصد َّخ‬ ‫َاْل ِّ‬ ‫ض ُاىعِ ٌّيعف ُ ِ ُّ ْ َ ْ َِ َ ْ ُ َ‬ ‫ْٔآ َا ِِف َ‬ ‫ّ‬ ‫َّ‬ ‫‪Lalu kapan tanggal pasti Lailatul‬‬ ‫‪Qadar‬ع ِن‪.‬‬ ‫?‪terjadi‬اعف‬ ‫‪َ Ibnu‬اىعف َٔ ْ َف‬ ‫‪َHajar‬ت َِب‬ ‫‪َ ْ Al-Asqalani‬عفٔ‬ ‫اليٓ ًَ َإُمَ‬ ‫َ‬ ‫‪ telah menyebutkan‬‬ ‫‪empat‬‬ ‫‪puluhan‬‬ ‫‪pendapat‬‬ ‫‪ulama‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِص‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ِف‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ِف ْش َاة ِ َع‬ ‫‪.‬‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫‪ٍَ masalah‬ث ْ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َّ ْ ُ َ‬ ‫‪َ paling‬‬ ‫ج َخ َّ‬ ‫َل ُش َ‬ ‫ُِ‬ ‫‪َ yang‬نأ َُّـ َٓا َ‬ ‫اع ل َ َ‬ ‫‪ْ pendapat‬ص ٌ‬ ‫َّت‪ini.‬‬ ‫‪Namun‬‬ ‫‪kuat‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪berbagai‬‬ ‫‪pendapat‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪ada‬‬ ‫ط‬ ‫ا‬ ‫ٓ‬ ‫ع‬ ‫س‬ ‫ٍ‬ ‫الش‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫د‬ ‫ت‬ ‫ص‬ ‫ِ‬ ‫َ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ٌ َِ ْ َ ٌ َ َ َ ٌ َ‬ ‫َ‬ ‫‪ْ ُ ً َ َ َ beliau‬‬ ‫‪ً َ َ adalah‬‬ ‫‪sebagaimana‬‬ ‫‪ُ dikatakan‬ح الش ٍْ ُس‬ ‫‪oleh‬ارِدة حص ِت‬ ‫ارة َوَل ة‬ ‫خ‬ ‫َل‬ ‫‪َLailatul‬لث‬ ‫‪Qadar‬د ْث َ ْ َطي‬ ‫‪ٌّ itu‬يث ُ ش ٍُّ‬ ‫‪terjadi‬رِ َ َُل‬ ‫اىل َد‬ ‫‪pada‬ث‬ ‫َ ََل ْ ِّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫لييحَ ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫‪malam ganjil dari sepuluh malam‬‬ ‫‪terakhir‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪waktunya‬‬ ‫ع ِن‪.‬‬ ‫‪bulan‬اعف‬ ‫‪Ramadhan‬عفٔ ف‬ ‫ِب ْ اى‬ ‫َت‬ ‫ٔ‬ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫إُ‬ ‫ً‬ ‫ٓ‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ر‬ ‫‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫اح َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ٌ َ‬ ‫َ‬ ‫‪berpindah-pindah dari tahun ke tahun .‬‬ ‫صتِيدخٓا ضعِيفث َحراء‪.‬‬ ‫‪Mungkin pada tahun tertentu‬‬ ‫‪terjadi‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪َ ُ َ ْ ً َ َ َُ َ ُ َ َ ٌ َ ْ َ َ َ َ ٌ َ َ َ ْ ke-27‬‬ ‫‪َ ْ َ ْ َ mungkin‬‬ ‫ََُْ‬ ‫‪ٌ ُ َ ُ ْ atau‬‬ ‫‪َ tahun‬‬ ‫‪َ semua‬‬ ‫‪ُ ْ ً َ َ berikutnya‬‬ ‫‪ْ yang‬‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫الشٍْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫صتحُ‬ ‫‪ُpada‬‬ ‫ُّ‬ ‫س‪juga‬‬ ‫‪terjadi‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫‪malam‬‬ ‫‪ke-25,‬‬ ‫‪itu‬‬ ‫كدًريذَلنيرث خشٍ‬ ‫األثيـ اىل‬ ‫َلي‬ ‫خَٔارُةٌ َِثوو ََلشةِقاردجةفحِث‪.‬‬ ‫طي َّاىللث ٍْرَل وْ‬ ‫ِنيدثطيع‬ ‫ج َخ َّ‬ ‫اع ل َ َٓ ِا ِ َنأَ َُّـ َ ٍٓا ِ َط ْص ٌ‬ ‫ُصتْ َد َث ََل ْـ ِيَثِ اىْ َل ْدر َت ْطيُ ُع الشٍ ُ‬ ‫َّت‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫‪298 Zaadul Masiir, 9/191‬‬ ‫َ ْ َ‬ ‫د ُخ َٓا َضعِيْ َف ٌث ِ ََحْ َ‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫اء‬ ‫ر‬ ‫‪299 HR Bukhari no.‬‬ ‫‪1901‬‬ ‫ْ‬ ‫ص َتِي َ َ ْ َ ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫حَػ ْ‬ ‫م‪300 HR.‬‬ ‫‪Bukhari‬‬ ‫‪no.‬‬ ‫‪2020‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪Muslim‬‬ ‫‪no.‬‬ ‫‪1169‬‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ػ‬ ‫ا‬ ‫ْ‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ر‬ ‫ٓ‬ ‫ش‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫أ‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ّ‬ ‫ِي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫‪301 HR Bukhari no. 2017‬‬ ‫‪302 َّ Fathul‬‬ ‫ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ َّ ْ ُ َ ُ َ َ‬ ‫‪َ 4/262-266‬ط ْ‬ ‫ج َ‬ ‫اع ل َ َٓا َنأَ َُّـ َ‬ ‫‪ٌ Bari,‬‬ ‫خَّت‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫ٓ‬ ‫الش ٍَ ْ‬ ‫َص َت َ ُّد َث ُ َُل ْ ُـي َثِ ْ ِّ ُاى ُلدرِ ت ََ ْط َيعَ ُ َ ْ‬ ‫س ْ َ َُل َش َ َع ْ ُ َّ َ َ ْ ََ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫األَنيـ َرش‬ ‫ََك‬ ‫ْيه ِ‪.‬‬ ‫ْشْٔاألٌوِثاوخ ِِرش ٌِ‬ ‫اّلل ِر خ‬ ‫ٔليذن‬ ‫كً‬ ‫ِقا جَلفَِيٍثخ‪ِٓ .‬د ِِف غ ِ‬ ‫‪ِ‬نيَيخط ِٓيدع ِِفاىلاىٍعر و ِ‬ ‫)‪Memburu Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadar‬‬ ‫‪|125‬ع‪.‬‬ ‫ح ْرحفِ‬ ‫َ َ َ َ ْ َّ َ ُ ُّ ْ َ ْ َ َ َْ ٌ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ‬ ‫خ َي َا ْ َ ََلْ َيَ ُّ َ َو َ َأي ْ َل َ ُظ أَ َ ْْيَّ‪ُ.‬‬ ‫ْش شٓدرٌٌِْئَرهخوأرم خْيْا ػلد خرم‪.‬‬ ‫ف‬ ‫‪‬د ُرإِذاخدْيخٌوَِ َاىأعى ِ ْ‬ ‫ػَكِيِّن َلاْليثِباىل ْ‬ ‫‪298‬‬

‫‪299‬‬

‫‪300‬‬

‫‪301‬‬

‫‪302‬‬

ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ََ ْ َْ َْ ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ََ ْ .‫ْش األواخ ِِر ٌَِ رمضان‬ ‫َتخرو‬ ِ ‫يث اىلدرِ ِِف اىع‬.‫ِيمَل‬ ٍ ‫ها‬ ٍ

َ َ ََ ْ

ََ

ْ َْ َ

ْ ْ َْ ْ

َ ْ َ َ ْ َ َ ْْ َ ْ َ ْ َّ َّ َ َ

‫َِ رمضان‬dan ٌ ‫ ِِر‬hikmah ‫ األواخ‬Allah ‫ْش‬ ٌ .‫دحر ِر‬ini ‫ثاهُ ا ِىِفلدَلْرِيث ِِف‬oleh ‫اُ َزَلْلَي‬sabda ‫إ َِتُار أو‬ tergantung .kehendak ِ ‫اىع‬.َِHal ِٔ‫اىالل‬dikuatkan Rasulullah : ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ُّ َ ْ َُ ْ َ َ َ َ ْ ََ ْ َ ُ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ْ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ‫َلثنِهاىثلدورِالر ِِف ح‬ ‫رتمَنضلانالٍَلي‬,‫ف ِِرشٌٍَِٓر‬ ‫ْشٌَِاألأىوا ِخ‬ ‫ِف اى‬ ‫وحا ػشِعِيٍٓثا تب ِتإِذق ِن‬ ِ ‫خعْي‬ ِ‫اْلَل ٍِيثص اىْٔلاد ِر‬ ََ ْ َ ٌ َ َ َ َ ْ َ ّ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ّ َ ْ َْ َ ‫َل ٍثم ت ِت‬ ‫خاشمِص‬,‫ِف ٍر‬ .‫ َخ ََّّت ٌَ ْطيعِ اىفجر‬.‫ِهق‬ ‫ق أ ِم‬ ‫ُك‬ ِ ‫ِِفرب ِ ِٓشاًةِعٌ ٍثَِتت‬

"Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada َ yang ُ ْ 303ْ َ َ َ ْ ً َ ْ َ ُّ ْ ُ َ ْ ٌّ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َّ ْ ُ ِّ َ َ ّ ُ ‫ َع‬tersisa.” ْ َ ْ danَ lima َ َ malam َّ َ ً َ sembilan, tujuh, ُ َ . ‫ن‬ ‫ف‬ ‫َترِبإِ اى‬ .ِِّ‫اعصاةا غ ِفِر َل ٌا تلدم ٌَِ ذُت‬ ‫ا ٌليًَٓكإُاممَليعثفاىٔلد‬ ِ ‫يٍعاُافٔوفاخت‬ Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allahِ menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya Lailatul adalah agar orang َ َ berbeda َ ٌ َ َ َ ْ Qadar ُ ََ َ ْ َ ٌ jika ْ َ ْ Lailatul َ untuk َ ْ sudah ْ ُ mencarinya. ً َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ً Hal َ ْ َ َ ‫اىل ْ َد‬ َ ُ َ ُ ٌْ َ‫ َ َْلْ َي‬Qadar َ bersemangat ini َّ ‫ة حصتِح الشٍس‬.‫اند‬ ‫ار‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ار‬ ‫خ‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ث‬ ‫د‬ ٍ ‫ش‬ ‫ث‬ ‫ر‬ ‫ث‬ ‫َلي‬ ‫ٌَِ ر‬nanti ‫واخ ِِر‬malah ‫ْش األ‬ ‫لدرِ ِِف اىع‬akan ‫ي ِث اى‬bermalas‫َتروا َل‬ ِ ‫مض‬justru ِ orang-orang ditentukan tanggal pastinya, malasan.304 ََْ ٌ َْ َ َُ َ ْ َ

َ َ ْ َ ْ َ .ْ ‫ص َت ِ َّي ْدخ َْٓا َ َض ْعِ َي ْفث َحر ْاء‬ َ َ ََ ْ َ ‫ رمضان‬Qadar ٌَِ ‫ْش األواخ ِِر‬ ‫ع‬ ‫اى‬ َِ ٌ ‫ر‬ ‫ح‬ ٔ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫َت‬ ‫ا‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ 3. Doa .Malam ِ ِ ِ ِ ِ َ َ َ َ َ ْ َ َ lebihُ ْ َ Lailatul َّ َ ْ َ ْ Qadar, ْ ‫أ َُّـ َٓا َط‬untuk َّ ‫ج َخ‬ َ ‫الش ٍْ ُس َل ُش‬ َ ْ‫ُصت‬ َ ‫اع ل‬ ٌ dianjurkan Sangat memperbanyak doaُ pada ‫َّت‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ٓ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫د‬ ِ َ ِ ْ ْ َ َ lebih doa yang dianjurkan oleh suri tauladan kita Nabi Muhammad َ ََْ َ َ َ َ ََ ْ َ ُ َ ْ ْ َ َ ‫ْٔا ِف اى َع ْْش األ‬ ْ‫ان َل‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِع‬ ‫ش‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َِ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫اْل ٍِ َص‬ ٍ ِ ِ ََْ sebagaimana terdapat ِ dalam hadits dari Aisyah. ِ Beliauِ  berkata: ”Katakan ‫ع‬ ‫ف‬ . ِ padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu ََْ َ َ َ ْ َ َ َ ‫حرح‬ ‫خامِص ٍث ت‬di ‫ِف‬ ‫ِِف ش‬ .‫تق‬katakan malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang aku dalamnya?” ِ ‫اةِع ٍث تتق‬Beliau ْ َ ُ  menjawab,”Katakanlah: ْ ُْ ُ ْ َ ُ ُّ َ َ ‫ك ًْ يَذن ُر خ‬ .‫ِني َط ْي َ ْع اى َل ٍَ ْ ُر ُ َوْ َٔ ٌِثو ش ّ ِِق َجف َِ ٍث‬ ُ ٌّ ُ َ َ َّ َّ ‫َاأل ِّ ُيـ‬ َ ّ َ ُّ َ .‫اليًٓ إُم عفٔ َتِب اىعفٔ فاعف ع ِن‬ ْ ََ َ َْ َ َ ُ ْ َ ْ َ َْ ْ ٌْ َ ْ َْ ََُْ َ ُ ‫‘خْيْا ػ‬afuwwun ‫ٌَ خ ِر َم‬tuhibbul ‫فَ ٌشٓر‬ ‫ٌَِ ٌ أى‬fa’fu .َ ‫لد خ ِرم‬innaka ‫ َ ٌخْي‬anni’ ‘Allahumma Allah ِ‫( َاىلد َ ْر‬Ya َ ِ ‘afwa ُ َ ِّْ ‫ػ َِي‬ َ ‫َليث‬maaf, ْ ُ ً َ Maha ً َ َ ٍ َ yang َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ُ sesungguhnya Engkau Pemaaf menyukai permintaan ‫َليث اىلدرِ َليث شٍدث طيلث َل خارة وَل ةارِدة حصتِح الشٍس‬ maafkanlah aku).” َ َ ْ َْ َْ ِّ َ َُ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ َٓ ‫ َََيْ َخ‬ ٌ َ ْ ِ ‫اّلل‬ َ ‫ه‬ ‫َكصنتِيرش‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ِف‬ ‫د‬ ٓ ‫خ‬ ‫َي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫د‬ . ِ ِ ِ .‫ٔلا ضعيفث َحر ِاء‬ ٓ‫دخ‬ ِ ِ ِ 4. ِ Tanda Malam Qadar 305

Berkata Bari: “Telahْ disebutkan dalam beberapa َ Hajar َ َFathul َ َ ْ َ dalam َ ْ ٌَ Ibnu ْ َ َ َُّ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ tanda-tanda َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُّ tersebut ْ ْ ُ ُ َ ُ َ َ ُ ْ َّ َ َ َ َ َ riwayat tanda-tanda qadr namun .ّ‫جْيخ‬ ‫ظأ‬ ‫يأّ َُّـٓوأايل‬lailatul ‫اعخليٓاا َل‬ ‫ِْئرشهعوأ‬ ٌ‫س‬ ‫ ٍْش ُ َّد‬kebanyakan ‫ إ ِاىذ َلا ْددرِختوطياىععْش‬ ‫َك ُصنتْ َداْلَّ َث ِِب‬ ‫َّت‬ ‫ص‬ ‫ط‬ ‫ن‬ ‫َل‬ ‫الش‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫َل‬ ِ tidak nampak kecuali setelah lewat malam tersebut.”

َ َ .‫ح ْرحفِ َع‬

303 HR Bukhari no. 2021 304 Fathul Bari, 4/266 305 HR Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6/171. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adapun tambahan kata “kariim” setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun...” tidak terdapat dalam satu manuskrip pun. Lihat Tarooju’at hal. 39

ُْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُّ َ .‫ِني َطي َع اىل ٍَ ُر َوْ َٔ ٌِثو ش ّ ِِق َجف َِ ٍث‬ ‫األيـكً يذنر خ‬

َ.‫ْي َْا َػ َل ْد ُخرم‬ َ ْ ‫ْي ٌ َِْ َأىْ ِف َش ْٓر ٌَ َْ ُخر َم َخ‬ ٌ ْ ‫ػِيِّ ََلْيَ ُث اىْ َل ْدر َخ‬ ِ ِ Ramadhan ِ 126 | Tutorial ٍ ْ َْ ِّ ُ ُ َ َ َ ْ َ ُ ََْ َ َ ُ ََْ ََ

ْ َ ْ َ ْ ُ َُّ َّ َ َ َ ُْ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ َّ ًَ َ َ ْ َ َ ً ْ َ َ ْ ْ ٌ َ ْ ْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ َْ ْ َ َ َ‫ب ِ َإ ِ ْذ ِن‬.ِّ‫ِيٓ ِا‬ َ ‫وح‬ َ ‫ٌَل َيَث ُكاىامل‬ ٓ‫ف وش‬ ‫ْشَِِإ ِ أى‬ ٌ ‫الر‬ ‫هثت َلوْدم‬ ‫َلن ٌَا‬ ‫ص َتاة َاَن َلغفِ َالرٍ َل‬,ْ ِ‫اختر‬ ‫يٍ َ ِاُا‬ ‫ْي ْدٌر‬ ‫ْٔادَلرِيِفثخاىاى َعل‬ ‫َِاػذشُ َِعت ٍث تتق‬ ‫ِف ح‬ ‫اْل ٍِص‬ ِ ِ‫األواخ ِِر ٌ ٍَِ رمض َان َْلْي ِث اىلدر‬ ِ ِ َ َ َ ْ ُّ ْ ْ َّ ْ َ ْ َ َّ َ ٌ َ .َ ‫ ََّت ٌطي ْعِ َاى َف َجر‬.‫ِه َقَخ‬ ْ‫ِصمثْ ِ َتت‬ َ ‫َل‬ ْ ‫ َخاشم‬,‫ِفر‬ ْ َ ِ ْ‫ِ َرِف َب ِ َّ ِٓ َش ًْاةٌَع ْ ٍثََِ َ َتت‬ َ ‫ُك‬ ٍ ِ ‫قأ ْم‬ َ ٍ ِ ‫َتروا‬ .‫واخ ِِر ٌَِ رمضان‬beberapa ‫ْش األ‬ ‫َليث اىلدرِ ِِف‬tersebut, ِ ‫اىع‬tanda-tanda Para ulama telah menyebutkan ُ ً diَ antaranya: ْ َ hadits-hadits berdasarkan ْ َ َ ْ ً ْ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ ِّ َ َ َ ‫ َر َ َُل‬shahih ْ ٌ ‫ٌا َت َل َّد َم‬yang ُ ْ َ َ ّ . ّ ‫ت‬ ُ ‫ذ‬ َِ ‫ف‬ ‫غ‬ ‫ا‬ ‫اة‬ ‫ص‬ ‫ت‬ ‫اخ‬ ‫يٍاىاُْ َعاف َو‬ ‫ ََل‬dari ‫ام‬ ٌَ ‫ا‬ ِ ِ ِ َُ ِ ‫ع َفاى ٌّ ْٔلدَترِ ُّإ‬ ْ Sebagaimana ْ ‫ف‬tenang. ْ ‫مَيث‬ َ ً‫ ْ َّك‬Ibnu ِ udara ْ َ ‫اع‬ َ َ َ dan َ ْ Pertama, angin sekitar terasa َ َ َ . ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ٔ ‫ِب‬ ُ‫إ‬ ٓ ‫لي‬ َّ ْ ِ .‫ْش األواخ ِِر ٌَِ رمضان‬ ِ ‫َتروا َليث اىلدرِ ِِف الِٔح ِر ٌَِ اىع‬ Abbas , Rasulullah  bersabda: َ ْ ٌَ ْ َ َ ََ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َ ٌ ٌ َ َ ُ َ َ ْ ً ً . ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َِ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫َتَيرثو ُا ََل‬ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ُ ْ‫َل‬ ِ ْ َ َ َ َ ‫خار َة و َْل َ ةارَِد ْة حصت ِ َح‬ َ ِ َ ْ ‫اىلي َدثرِاىَلْل ْي َث ِْ شٍد َث ِطيلث‬ ‫س‬ ‫الش تٍتْق‬ ‫َل َمضان َليث اىلدرِ ِِف حاشِع ٍث‬ ‫ْش األواخ ِِر ٌَِ ر‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ْٔ ‫ص‬ ٍ ‫اْل‬ ِ ِ ِ َ ْ َ َ ْ ْ‫ص َّت َي‬ ََ َ ْ ْ ْ َ َ ْ َ ‫د َ َ ُخ ْ َٓ َا‬ ْ َ َ ْ َ .‫ض َ ِع ْيْ َف ٌث ََحر َ ْاء‬ َ َ ََ ْ َ‫َت‬ َ ِ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِص‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ِف‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ع‬ ‫ة‬ ‫ش‬ ‫ِف‬ . .‫ْش األواخ ِِر ٌَِ رمضان‬ ‫ع‬ ‫اى‬ َِ ٌ ‫ر‬ ‫ح‬ ٔ ‫ال‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ٍ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ َ malam "Lailatul adalah kemudahan َ َ َ َ yang َ penuh َ ْ َ َ َ tidak ُ ْ َ ْ َ ُْ dan َ َ ْ ْ ُ kebaikan, َْ ‫ص‬qadar َّ‫خ ََّت‬ َْ َ ‫ج‬ َ‫ُـ َٓا ط‬ ٌ ُ ْ ْ ٍْ ‫الش‬ َِّ ُ ْ َ َّ َ َّ hari ْ ‫ َ ُع‬matahari ْ ُ pagi َ ْ ‫ َ َلٓا‬dingin, َ ‫ َ ُ ّش‬pada َ َ َ‫َل‬tidak َ َ‫س‬ َ َّ ‫ َّ ُدث‬begitu ْ ‫ن‬begitu ُّ ُِ ْ‫صت‬ َ َ ٌّ َ ‫أ‬ ‫اع‬ ‫ع‬ ‫َل‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ِ ْ begitu panas, juga tidak bersinar ِ . ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ٔ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِب‬ ‫َت‬ ٔ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫م‬ ُ‫إ‬ ً ٓ ‫لي‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِع‬ ‫ش‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ِف‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َِ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ْٔ ‫ص‬ ٍ ‫ااْل‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ 306 ِ cerah dan nampak kemerah-merahan.” ْ َ‫ح‬ َ ْ ketenangan َ ْ َ manusia َ َ َ sehingga َ .‫ِفرحَ َفِشاَعة‬ Kedua, malaikat turun dengan membawa ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِص‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ِف‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ع‬ . َ ً َ َ merasakan َ ٌ َ َ ٍ ٌ َ ْ َ ٌ ِ dalam َ َ ٍ َ ِ ُ َ ْ َِ َ ُ ْ ُ ً َ tersebut merasakan ‫الش ٍْ ُس‬ketenangan ‫ة َوَل ةَارِدة حصتِح‬dan ‫ َطيلث َل خار‬kelezatan ‫ َدرِ َلْيث شٍدث‬beribadah ‫َل َيث اىل‬ yang tidak didapatkan hari-hari lain. ْ َ ُ ْ ُ ْ ََ ُ yang ْ َ pada َ ُ َُّ َ َّ ُّْ ُ ِّ َ َ ّ َ َ َ َْ َ ‫ك‬ َ ‫ِني َ َ ْط َي ْ َع َ اى َل ٍَْ ُر‬ ٌ ُ َ ‫ي َذ ُن ٌّ ْ ُر‬jernih, ْ َُّ ‫خ‬ .‫ِ ٍث‬akan ‫ ِِق جف‬terbit ‫و ش‬.pada ‫نِث‬ ٌّ ‫ع‬ ْٔpagi ‫فو‬ ً Ketiga, matahari harinya dalam keadaan ‫فٔ فاع‬.‫َحراىاءع‬ ‫ضفعِئفثَتِب‬ ‫مع‬ ِٓ ‫األت‬ ‫الي‬ ‫يـًدإُخٓا‬ ‫ي‬tidak ‫ص‬ ِ ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab , Rasulullah  bersabda: َ ْ َ ُ َ ً ََ ْ َ َ َ َ ُ َ ً ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ٌ َ َّ َ ْ َ ٌُْ َ ْ َ ٌ ْ َ ْ ٌ َ َْ ْ َ َ َ ْ َ َُ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َّ‫َّت‬ َ ْ َ ‫ارَشةع‬ َ ٌ‫خ‬ ‫جم‬ ‫صلت َدط ُحصخ ٌ ِر‬ ‫خو ِرم َخْيْا َػ‬ ٓ‫ف ْثٍ ُشَل‬ ‫صيتِّثدَلثي‬ ‫ػ َُلِْي‬ ‫ٍخ ُس‬.‫الش‬ ‫َِ ُعأ َىطي ِل‬ ‫ديث‬ ‫س ٍرَل‬ ‫الش‬ ‫خ َرِشْي ٍْتٌط‬ ‫اىلثَلد ْـاىرِيلثِدَلْاىيرِلثد‬ ِ ‫اعَلل ةٓاارِدنأة َُّـحٓا‬ َ ‫صحَ َتفيْ َع‬ َ ْ َ َ َ‫ح‬ َ ْ ْ‫َح‬ َ َ ‫د ُ ُخ َٓ ُا َض ِّعِيْ َف ٌث‬ ْ َْ َْ َ َ ْ َ . ‫ر‬ . ‫اء‬ ‫ر‬ َ َ ُ ُ ِ َ َ ِ .ِ ‫ْيه‬ ِ ‫ْش األواخ ِِر ٌا َل َيخ ِٓد ِِف غ‬ ِ ‫ َيخ ِٓد ِِف اىع‬ ِ ‫َكن رشٔل اّلل‬ "Pagi hariْ dari malam matahari menyengat َ َ َ ُ ْ َ qadr َ َ ُّ ْ َ ُ َ َْ َ َ َ َ ّlailatul َ ْ َّ ْ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْtidak َ ُ ْ ُ ْ ََ ْ ْ َ ُ bagaikan ُ ْ َ َ ُ terbit ْ َ َ َّ‫ج ْ ََخ َُّت‬ ْ َ َ َ َ َ ٌ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ْ ‫اع ل‬ ‫ش‬ ‫ِنيطويطيعاى َعع اى‬ ‫ِبًـيثِذ‬ َّ ‫ْشلٍٍشر‬ ‫خٓ َي ِا‬ ‫ك َُّل‬ ‫األتَنيـدث‬ ‫ص‬ ُ ‫جأيف‬ bejana, sampai َ ٔ‫سدوٌَْل‬ َ ‫ِْئش ٌَرع ُِثه‬ َّ‫اْل‬ ُ ‫الش‬ ْ‫ِقا نَل‬ .ّ‫طلصظ أْي‬meninggi” ‫أ ْي‬.‫ُـِّ ٍٓث َاو‬ ‫ووأ‬ ‫ناىإ ِرلذادخرِد تخ‬ ‫َك‬ ِ Keempat, bulan sabit. Dari Abu Hurairah , ia berkata: “Kami َ َ َْ َ ْ ٌ ْlailatul bermudzakarah kapan َ .ْ ‫حرحفِ َع‬ َ َ َ َ ْ َ َ ُ tentang َ ْ malam َ ْ ُ bersama َ ْ qadr َ.‫( ْد ُخرم‬bertanya-tanya) ْ َ ْ ‫ا ػل‬, ْ‫ْي‬maka ‫ ِرم خ‬beliau ‫ٌَ خ‬bersabda: ‫ػِيِّ َليث اىلدرِ خْي ٌَِ أى ِف شٓ ٍر‬ dengan Rasulullah ِ ْ َ ّ ُ ْ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُّ َ َ .َ ‫ِني ْ َطي ُع اىل ٍْ َر ْؤْ ٌَ َِثو ش َ ِِق ج َف َِ ٍْث‬ ‫َاأل َيـ‬ َ ‫كًُ يذ ِّنر خ‬ ْ َ ُ ُ َ .ِ ‫ْش األواخ ِِر ٌا َل َيخ ِٓد ِِف غْيِه‬ ِ ‫ َيخ ِٓد ِِف اىع‬ ِ ‫َكن رشٔل اّلل‬ ْ َ terbit "Siapaَ saja ketika َ َ َ kalian ْ َ َ َ yang ْ َ dan ْ َ ْ saatُ َ ituْ َ bulan َ ‫ف َش ْٓر‬ ُ ‫د‬diْ َ ‫ َل‬antara ُ َْ mengingat ْ ٌ ‫ْي‬ ٌ bulan َ . ‫م‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫ػ‬ ‫ا‬ ْ ‫ْي‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ٌ ‫ى‬ ‫أ‬ َِ ‫خ‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ػَِي َِّ َل َّيث اىل‬ ِ ْ َ bagaikan piring (bulan sabit).” َُ ْ belahan َ ْ ِ َ ِ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ِ َ ُ َ َ ٍ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ُّ ‫َكن اْل‬ .ّ‫ إِذا دخو اىعْش شد ٌِْئره وأخيا َليّ وأيلظ أْي‬ ‫ِب‬ ِ 306 HR Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi َdalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18/361. ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ini shahih. ِّ ْ Syaikh Al-Albani hadits Shahihul Jaami’ no. َ ‫ َواخِر‬bahwa ُ ٓ‫ َيْ َخ‬mengatakan ُ ٓ‫َيْ َخ‬Lihat ُ ‫َك َن َر‬  ‫اّلل‬ ‫ٔل‬ ‫ش‬ ‫غ‬ ‫ِف‬ ‫د‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ٌ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫د‬ .ِ ‫ْيه‬ ِ ِ ِ 5475 ِ ِ ِ ِ ِ 307

308

307 HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud 308 HR Muslim

َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ُّ َّ‫ََك َن اْل‬ .ُّ ‫ِْئ َر ُه َوأخ َيا َلْي ُّ َوأ ْيلظ أْي‬ ٌ ‫ إِذا دخو اىعْش شد‬ ‫ِب‬ ِ

Memburu Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadar) |127

َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َْ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ‫ْٔا َ َِف ْ َ َاىْ َ ْ َع ٌ ْْش‬ ْ َ ْ ‫شِع ٍث َ ت ْت ُق‬.‫ان‬ ‫ض ح ُا‬ ‫خثِر ٌَاىلَِ َد ً َررِ ُم ِ ِْف‬ ‫ان َوا ََلي‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ َِ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ٌ ٌ َ ِ ً َ َ َ َ ‫ْشخ‬ ْ‫َل‬ ‫َت‬ ‫ص ََل‬ ‫اْلي ِرٍ ُثوا‬ ِ ‫َِثاىعَل‬ ‫األ وَل ِ ةارِدة حصتِح الشٍس‬ ‫ارة‬ ‫اىليدثرِاىَلْليدثرِ َِِشِف ٍْالدِٔحث ِر َط ٌِيل‬ ََْ َ َ ََْ َ َ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ِص‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫خ‬ ‫ِف‬ ‫ق‬ ‫ِ ْ َِف‬ . ٌ ٍ َ ِ َ ْ ِ َ‫صتيْشاة‬ ْ َ ِْ‫دع ُخ َ ٍ َثٓاتت َضع‬ . ‫اء‬ ‫ر‬ ‫َح‬ ‫ث‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ْ َNamun َ ْ َ َ ْ َ َ bagiَ َ yang َ َ tidak َ adaْ halangan ْ َ ْ ُ ِ َ َ َ ‫ٌَِ رمضان َليث اىلدرِ ِِف حاشِع ٍث تتق‬tidak ‫اخ ِِر‬melihat ‫ْش األو‬ ‫ِف اىع‬mengetahui ‫اْل ٍِصْٔا‬ ِ selama ِ ُ atau tanda-tandanya untuk mendapatkan keutamaan dan pahalanya ْ ِّ َ َ ْ ُ ْ َّ َ َّ َ ُ dia ُ َ َ َ ّ َ ُّ ٌّ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ُ . ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ٔ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِب‬ ‫َت‬ ٔ ‫ف‬ ‫ع‬ ‫م‬ ُ‫إ‬ ً ٓ ‫لي‬ menghidupkan pada sepuluh malam terakhir dengan ibadah karena iman َ َّ َ َّ ‫ج َخ‬ ٌ ‫ ُس َل ُ ِش َعاع ل َٓا نأ َُّـ َٓا َط ْص‬.ٍْ ‫دة ِثع ٍثَل ْـتيتثِقاى ِ َلِف ْدرخا َتم ْطِصي ٍثُع تتالشق‬ ‫صتْش َا‬ ‫ا ِ ُِف‬ dan‫َّت‬mengharapkan pahala dari Allah . ِ ٌ ََ َ َ ْ َ ٌ ْ َ Qadar َ ُ ْ ُ ً َ َ َ َ Malam َ َّ .‫َحَ ْْر ِّحَ ُ ُفِ َّ َع‬ ً ّ َ َ َ ُ َ ْ Lailatul ْ ُّ ‫اىل ََدر َ َ َُلْيَ ٌّ ٌث ُ َش‬ ُ Cara 5. ‫س‬ َ ٍْ ‫ الش‬Menghidupkan ‫وَل ةارِدة حصتِح‬.‫ن‬ ‫ارة‬ ‫خ‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ث‬ ‫د‬ ٍ ‫اَللييٓثً إُم ِعفٔ َتِب اىعفٔ فاعف ع‬ Lailatul qadar adalah malamِ yang penuh berkah. Barangsiapa yang ٌ َ ْ َ yang ْ َ kebaikan َ besar. ْ‫َص َتي‬ َ dari terluput dari Lailatul maka terluput ْ َ ُِ‫ضع‬ ْ َ ‫د ُخُ َٓ ْا‬ . ‫اء‬ ‫ر‬ ‫َح‬ ‫ث‬ ‫ف‬ ‫ي‬ َُ ْ dia ْ Qadar, َ َُ telah ّ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ ُّ ُ ِ َ ‫األ‬ ٌ ‫ َاىَل‬malam ٌ‫يذ َ ْن َر‬Seharusnya .ْ ‫ُِ ٍث‬seseorang ‫و ش َ ِِق َج ًف‬yang ‫ٔ َ ًٌِث‬luput ْ‫ٍ َر و‬dari ‫ِني َ ٌطي َع‬ ‫خ‬ ًَ ‫ك‬ َ merugi َ ‫يـ‬ Sungguh tersebut. َ ْ ْ َ ُ َ ُ ْ‫ََل‬ ‫س‬ ٍ ‫الش‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫ص‬ ‫ح‬ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ار‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ار‬ ‫خ‬ ‫َل‬ ‫ث‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ث‬ ‫د‬ ٍ ‫ش‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫اىل‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ِ ِ ِ setiap muslim mengecamkan baik-baik sabda Nabi : َ َ ُ َ ُ ْ َّ ْ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ٌ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ َُ َّ‫ج َخَّت‬ ٌ ‫اع ل َ َٓا َنأَ َُّـ ََٓا َ َط ْص‬ ِ‫صتدث َ َُلـي َث‬ َ ٍ‫ض ْ ِعاىيلف َدث ْرِ ٌت َطيع الش‬ َ َ ْ َ َ ُ ‫س َل َ ْشع‬ ْ .‫ْيْا ػلد ُخ ِر َم‬ ‫أى ِف ش ْٓ ٍر ٌَ خ ِرم خ‬.‫ْيَحٌر َِْاء‬ ‫صتِّيَلْديخثٓااىلدرِ خ‬ ‫ػِي‬ َ.‫حَ ْرحَفِع‬ َ ْ ُ َ dariَ َ 1000 َّ Qadar َ ََ َ ُ َ Lailatul َ ْ ِّ baik "Di َّ‫ َ َْخَّت‬bulan َُ َ َ‫ا َن َأَ َُّـَ َ ْٓا‬ini َ َ ‫ ل‬terdapat ٌ‫طُ ْصج‬Ramadhan ُ ُ‫ْْط َي‬yang َ‫ ْدر َت‬lebih ْ ‫الش ٍْ ْ ُ َس‬ َ ُ ُ ‫صتَْند َرث‬ ٓ ‫اع‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫َل‬ ِ ِ  ‫اّلل‬ ‫ٔل‬ ‫ش‬ ‫َك‬ ‫غ‬ ‫ِف‬ ‫د‬ ٓ ‫خ‬ ‫َي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ٌ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫األ‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫د‬ ٓ ‫خ‬ .ِ ‫ْيه‬ ‫َي‬ ِ bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia ِ ِ ِ َ ْ َ ّ ِ ُ ْ ُِ ِ َ ْ َ ِ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ َ ُّ َ َ َ akan luput dari seluruh ْ‫ح‬ .‫جفِ ٍث‬kebaikan.” ‫ِني َطي َع اىل ٍَ ُر َوْ َٔ ٌِثو ش ِِق‬ ‫كً يذنر خ‬ ‫األحفِيـ‬ ‫ع‬ ‫ر‬ . َ َ َ Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ‫ اْل‬Allah ُّ sisi .ُّ ‫ي‬itu ْ‫ أ‬dengan ‫ وأيلظ‬dasar ّ‫ َلي‬iman ‫وأخيا‬dan ‫ِْئره‬tamak ٌ ‫شد‬akan ‫ْش‬pahala ‫خو اى َ ْع‬melimpah ‫ إِذا د‬ْ di‫ِب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ketika ِ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ْ َ ٌ ْ ْ َ ُ ُ ْ َ ٌُ Nabinya . Seharusnya mencontoh giat َ ِ yang ُ ‫ي‬sepuluh َ ‫خْي‬ibadah َ‫كث ًْاىي‬ .‫د خ ِرم‬dia ‫ل‬.‫ َِ ٍثػ‬dapat ‫خْيَجْ ْفا‬ ‫ل ْذدنرِ ُرخ‬pada ‫يـَل‬ ‫ػِي‬ ُّ ِّ‫األ‬ ‫‘ِثخو ِرمش ّ ِِق‬Aٌَisyah ْٔ‫ٓ َ ٍور‬ ‫ ٍَش ُر‬menceritakan: ‫فل‬ ‫ِنيٌ َطَِيأ َعى اى‬ hari terakhir bulan Ramadhan. ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ٌ ْ َ ِّ ْ َ ْ ُ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ .ِ ‫ْيه‬ ‫فاىع‬ ‫ْيَيٌخَِِٓ أدى ِ ِِف‬ ِ ‫غ‬ ِ ‫شٓ ٍر‬ .‫األواخخ ِرمِِر ٌخاْيَلْاَيػخل ِٓدد ِخِف ِرم‬ ٌَ‫ْش‬ ‫اّللِرِ خ‬ ‫ػَكِيِّن رَليشثٔلاىلد‬ َ َ sangat َ َ ُ َ َ َ ْ َّ َ ْ pada "Rasulullah bulan ْ sepuluh َ َْ َ َ َ ْ  َ َ ْ َ َbersungguh-sungguh َ ْ َ َ َ َ hariِّ terakhir ْ َ ُ ُ َّ ُ ْ ُ َ ُّ ْ ََ ‫َََك‬ ْ ْ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ َ Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di‫د‬waktu yang lainnya.” ..ِ ‫غيْيّه‬ ْ‫ِف أ‬ ‫ظ‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫و‬ ّ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ِْئ‬ ٌ ‫ش‬ ‫ْش‬ ‫ع‬ ‫اى‬ ‫و‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬  ‫ِب‬ ‫اْل‬ ‫ن‬ ِ ِ ‫ْش األواخ ِِر ٌا َل َيخ ِٓد‬ ِ ِ ‫ َيخ ِٓد ِِف اىع‬ ِ ‫َكن رش ِٔل اّلل‬ ‘Aisyah  juga mengatakan: 309

310

ْ َ َ ُ َ َ ْ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ.َّ‫خ َيا ََلْيَ ُّ َو َأ ْي َل َظ أَ ْْي‬ ُّ َّ‫ََك َن اْل‬ ‫ إِذا دخو اىعْش شد ٌِْئره وأ‬ ‫ِب‬ ِ

"Apabila Nabi  memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’) 311, menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”312 309 HR Ahmad 2/385, dari Abu Hurairah. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih 310 HR Muslim no. 1175 311 Inilah pendapat yang dipilih oleh para salaf dan ulama masa silam mengenai maksud hadits tersebut. Lihat Lathoif Al-Ma’arif, hal. 332 312 HR Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174

128 | Tutorial Ramadhan

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan malam Lailatul Qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy-Syafi’i dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan shalat shubuh di malam qadar, maka ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut” 313 . Menghidupkan malam Lailatul Qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan zikir dan tilawah Al-Qur’an 314. Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam Lailatul Qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”315

6. Bagaimana Wanita Haid Menghidupkan Malam Lailatul Qadar? Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada AdhDhahak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haid, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar?” Adh-Dhahak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”316 Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haid, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian Lailatul Qadar. Namun karena wanita haid dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya, di antaranya membaca AlQur’an tanpa menyentuh mushaf 317, berzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan zikir lainnya, memperbanyak istigfar, memperbanyak doa 318 dan amalan lain yang disyariatkan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin  pernah ditanya tentang hukum menyentuh mushaf Al-Qur’an bagi wanita yang sedang haid dan 313 314 315 316 317

Lathaa-if Al-Ma’arif, hal. 329 ‘Aunul Ma’bud, 4/176 HR Bukhari no. 1901 Lathaa-if Al-Ma’arif, hal. 341 Dalam At-Tamhid (17/397), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para pakar fiqih dari berbagai kota baik Madinah, Iraq dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artian berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah para pakar fiqih dan hadits di masanya.” 318 Lihat Fatwa Al-Islam Su-al wa Jawab no. 26753

Memburu Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadar) |129

nifas, beliau menjawab: “Orang-orang yang berhadats baik janabah, haid atau nifas, tidak boleh memegang mushaf, hal ini berdasarkan sabda nabi  dalam hadits Amr bin Hazm , artinya: “Tidak boleh memegang kecuali orang yang suci.” Hal ini menurut kesepakatan para imam empat. Oleh karena itu, orang yang berhadats besar tidak boleh memegang mushaf kecuali ada penghalang antara ia dengan mushaf tersebut, baik dengan kantong, sampul atau dari belakang penghalang. Adapun memegangnya langsung maka itu tidak diperbolehkan. Lain halnya jika memegang kitab tafsir yang di dalamnya terdapat ayat-ayat Al-Qur’an, maka hal itu tidak apa-apa, karena ia tidak dinamakan mushaf. Oleh karena itu, orang yang berhadats boleh memegang kitab tafsir dan boleh membacanya, karena ia bukanlah mushaf akan tetapi hanya kitab tafsir.” 319

319 Lihat Fatawa Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fayiz Musa Abu Syaikhah. Maktabah Ibnu Taimiyah.

130 | Tutorial Ramadhan

‫‪Zakat Fitri‬‬

‫‪Zakat fitri merupakan salah satu syariat yang telah ditetapkan oleh Allah‬‬ ‫‪ dan Rasul-Nya pada akhir bulan Ramadhan.‬‬ ‫‪Berkata Ibnu Umar :‬‬

‫َ َ ََ‬ ‫َ َ َ ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ ٰ‬ ‫أن َر ُشول اّللِ ‪ ‬ف َرض َزَكةَ امفِ ْع ِر و ِْي َر َمضان َع انلَّ ِ‬ ‫اس‪.‬‬

‫َْ‬ ‫‪320‬‬ ‫”‪"Rasulullah  mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan kepada manusia‬‬ ‫امفِ ْعر‬ ‫‪Dan tuntunan Rasulullah  tentang masalah ini telah sempurna baik‬‬ ‫‪dari segi hukum, waktu, ukuran, batasan, siapa yang harus mengeluarkan‬‬ ‫‪ّ ُ َ َ menerimanya‬‬ ‫‪ْ َ berhak‬‬ ‫‪َ َ َ َ ْ serta‬‬ ‫ََ َ‬ ‫َ َّ َ ُ َ ٰ‬ ‫‪َ َ َ disyariatkannya.‬‬ ‫‪ْ ْ hikmah‬‬ ‫‪danْ siapa yang‬‬ ‫اس‪.‬نف ٍس وِي‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ان َ َ َ‬ ‫ر َ‬ ‫أن رشول اّلل ِ ‪ ‬فر َّ‬ ‫وِي ْ رمض َ‬ ‫ضَر ُشز َولَكة ٰاّللِام‪ِ ‬ف فَ َرع َ ِ‬ ‫ض َزَكةَ امف ِْعرِ و ِْي َر َمضان َع انلَّ ِِ‬ ‫أن‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ‪1. Definisi‬‬ ‫ْ ُ ْ َ ُ ّ َ ْ َ َ ْْ ْ َ ُ ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ري أو كتِري‪.‬‬ ‫ــتف ٍْدِعرأ “و رج ٍل أو امرأ ٍة‬ ‫ني ح ٍر أو ع‬ ‫الىصن ِ ِى‬ ‫صغِ ٍ‬ ‫)‪ ” (berbuka‬ام‬ ‫‪Zakat fitri ٍdisandarkan‬‬ ‫‪pada kata al-Fithri‬‬ ‫‪karena dia‬‬ ‫‪diwajibkan pada‬‬ ‫‪berbukaٰ dari‬‬ ‫‪Ramadhan dan dia‬‬ ‫‪َ َ َ dibolehkannya‬‬ ‫‪َ ُ َ puasa‬‬ ‫‪ْ َ ّ ُ saat‬‬ ‫َ َّ‬ ‫َ َ َ ََ َ ْ ْ َْ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ول‬ ‫ُ ْ َ ُ َ َ َ ْ ْ أن رش‬ ‫ض‬ ‫‪badan‬رم‬ ‫‪dan‬ام َفِع ِر وِي‬ ‫ض َ زَكة‬ ‫اّلل ِ ْ‪ ‬ف ْر‬ ‫ك ْنف ٍ‬ ‫ان اَع ِ‬ ‫َ‬ ‫‪merupakan‬‬ ‫‪bagi‬‬ ‫‪jiwa.‬‬ ‫ا‬ ‫ُك َّ َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪sedekah‬سَشوعِِيري أَوْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫و َ َص َ‬ ‫ــعا َ َمْ َ ْأ َ‬ ‫اًع َ ْو ْ َِي ْظ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫اًع‬ ‫ص‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ام‬ ‫ة‬ ‫َك‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ُن‬ ‫ـا‬ ‫ٌ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫انلتِ ٍري‪ِ .‬‬ ‫ع ِر وِي رم ٍض َان‬ ‫ضصنِز ِىَك‬ ‫أن رشول ِ اّللِ ‪ ‬فر الى ِ‬ ‫اس‪ٍ .‬‬ ‫َعأو ك‬ ‫ِري‬ ‫ام أفِو ع‬ ‫نيةح ٍر‬ ‫ــت ٍد أو رج ٍل أو امرأ ٍة صغ ٍ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ا ْ َْ َ‬ ‫‪2. Orang yang Wajib Mengeluarkan‬‬ ‫‪Zakat‬‬ ‫‪Fitri‬‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫يب‪.‬ا ْ َ‬ ‫اًع وِي ُأق َ ٍ َ‬ ‫ص ا‬ ‫اًع ِْيو َظِي َ‬ ‫‪ anak-anak,‬تى ٍر أو‬ ‫َ ْصاًع وِي‬ ‫ِري‬ ‫صاًع وِي‬ ‫اًع‬ ‫ورِ َص‬ ‫‪ِْmuslim‬ع‬ ‫ِطامأف‬ ‫ُنرِج زَكة‬ ‫ص ك ٌَّـا‬ ‫ــعا ٍزمب ِأ ْو ٍَ‬ ‫‪ fitri‬أو‪Zakat‬‬ ‫‪setiap‬و‪bagi‬‬ ‫‪dewasa‬‬ ‫‪maupun‬‬ ‫‪ diwajibkan‬شع ٍ‬ ‫امف ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ atau‬أق ِط أ ْو َص ا‬ ‫ص ا‬ ‫َص ا‬ ‫‪merdeka‬و ِْي َ‬ ‫‪ِْ sahaya,‬ي َت ْىر أ ْو َ‬ ‫اًع و ْ‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫‪laki-laki, perempuan,‬‬ ‫‪hamba‬‬ ‫‪hal‬‬ ‫‪ini‬‬ ‫‪berdasarkan‬‬ ‫يب‪.‬‬ ‫ب‬ ‫ز‬ ‫اًع‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫اًع‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪hadits Abdullah‬‬ ‫‪bin‬‬ ‫‪Umar‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬ ‫ى ُ َ َّقتْ َ‬ ‫ع َ َر َأ َن ْت ْؤد َ ْ‬ ‫َّ‬ ‫ٰ‬ ‫لْ َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫وجانلَّ ِاسانلَّ ِ‬ ‫خخُ ُر ُّر ِوج ِْ‬ ‫اس‬ ‫ف‬ ‫ام‬ ‫ة‬ ‫َك‬ ‫ز‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫ول‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ِ‬ ‫َ أ َن ر ِش َول اّللِ ْ ِ‬ ‫‪ ‬أمر ِ ةِزَكة ِ امفِع ِر أن تؤدى َقت َل‬ ‫ْ ََ َ َ‬ ‫َ َ َّ َ ُ َ َ ٰ‬ ‫َ َ َّ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َع ك َنفس وِيْ‬ ‫ضالصزالَكة ِ‪.‬ة ام ِفع ِر وِي رمضان‬ ‫أن‬ ‫ِ ٍ‬ ‫شول اّلل ِ ‪ ‬فر إَِل‬ ‫َل ر َّ‬ ‫ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫ة‬ ‫ال‬ ‫الص‬ ‫إِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫الىصنىني حر أو عــتد أ ْ ُو ُر َ َ ْ‬ ‫امرأَّ‬ ‫ري َ ٰ‬ ‫كنت ِ َ‬ ‫رين‪ُِ ِ .‬ع ِعي‬ ‫الص ٍةغِريِ َو‬ ‫ل ِعأيوع ْي‬ ‫ج ُيع‬ ‫ِِ‬ ‫ري أحوّت إِ‬ ‫صامغِكت ِ ٍ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫فَك ٍن ابي عىر ٍ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ْ ُ َْ‬ ‫َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ ُ‬ ‫ُْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ ‬يع ِعيها اَّلِيي َ ي ٰقت‬ ‫ُ َ َ ُ ْ عي ة ِِن ْ وَكن َّاب‬ ‫الصي َغِعىرير َ‬ ‫فَ ََك َن ابْ ُ‬ ‫ّتنونإِهانوَكًَوا ينعع ِ ُِونع ِع َي‬ ‫ري َ ح‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ُ َّ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ْ َقتْ َل امف َ ِْع ِر بِا َي ْـو ٍم أ ْو ْ َيـ ِ ْو َ َو ْ ِ َّني‪ َ ْ ِ ِ َ .‬ا ْ َ‬ ‫‪Bukhari‬ري ْ‬ ‫اًع َ‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫‪ HR‬أ َو ‪320‬‬ ‫‪Muslim‬‬ ‫ِ‬ ‫اًع ْوِي َ ظــعا َ ٍم َأ ْو َ ُص َ‬ ‫‪dan‬و ُِي ْ‬ ‫َعكٌ ْيـاةَ‬ ‫عَى َ ِرر ص ُ‬ ‫ُن ِر َو َجَك َنزَكابْة ُيامفِ ُع َ‬ ‫َّ‬ ‫ع َيه َاَ َ ْ‬ ‫ون َهوا ِْي َو َّالنَك ْـغًو َووا َّالر ُفَي ِعث ُعٍون‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ِن‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫‪َ ُ ‬ي ٰ‬ ‫اَّل ِْيي ُ ْي َ ا‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ا ِ ْ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫ِنصان ِ ِه‬ ‫ِ‬ ‫ْ َ َ ف ارض ر ْشول اّللِ ‪ ْ ‬زَكة َ امفِع ارِ‬ ‫اًع ظوهرةِْي ل َ‬ ‫ْ‬ ‫‪.‬‬ ‫يب‬ ‫ب‬ ‫ز‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ِط‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫اًع‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫‪ِْ Fitri‬ي تى َر ْأ‬ ‫ص َاًع ْ و‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ـوم أ ْو َو َُ ْْ َ َ‬ ‫ني َ‪.‬صاك ٍ ِِني رواه أةو داود واةي واجٍ ِ ٍ‬ ‫وادلارقعِن واحلاكه‪.‬‬ ‫وث لْ ِن َى‬ ‫‪ |131‬ام ِفع ِر بِي‬ ‫قتْل‬ ‫‪ٍ ٍZakat‬‬ ‫يـظعوى ِ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ‬ ‫َ َّ َ ُ َ ُ ٰ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫وج انل َ ِ‬ ‫أَن رشول اّللِ ‪ ‬أمر َ ةزَكة ام ِفعر أن تؤدى قتل خر ْ ِ‬ ‫اس‬

"Rasulullah  telah mewajibkan zakat fitri di bulan Ramadhan atas seluruh kaum muslimin baik ia adalah orang yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki, perempuan, anak kecil atau orang dewasa.”321 Sebagian ahli fiqih berpendapat bahwa kewajiban zakat juga ditujukan kepada janin yang masih ada di dalam rahim ibunya, namun tidak ada riwayat yang shahih dari Rasulullah  yang menjelaskan tentang hal tersebut, lagi pula janin tidak bisa dikategorikan sebagai anak kecil baik menurut adat masyarakat maupun istilah syariat. Wallahu a’lam. Syaikh Ibn ‘Utsaimain  berkata: “Zakat fitri tidak wajib atas janin yang dikandung di perut ibu. Adapun jika ingin menfitrahinya, maka tidaklah mengapa, tetapi hal ini tidak wajib. Adalah Amirul Mukminin ‘Utsman Bin Affan  mengeluarkan zakat fitri atas janin yang masih ada di dalam kandungan.” Zakat ini wajib dikeluarkan atas diri sendiri dan atas orang yang menjadi tanggungannya, seperti istri atau anaknya. Atau kerabat jika mereka tidak mampu mengeluarkannya dari harta mereka sendiri. Namun jika mereka punya harta sendiri, maka yang lebih utama adalah mengeluarkannya dari َ merekalah ْ َ َ َ َ mendapatkan َ َ َ َ َ pada َ ٰ َ ُ َ َّ َّ‫َع انل‬ harta sendiri, ِkarena .‫اس‬ ‫أن رش‬ ‫ ِر و ِْي رمضان‬asalnya ‫َكة امفِ ْع‬yang ‫ ف َرض ز‬ ِ‫ول اّلل‬perintah untuk melakukannya masing-masing. Yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitri adalah orang yang َْ mempunyai kelebihan dari apa yang dibutuhkannya untuk menafkahi ‫ام ِف ْعر‬ kebutuhan sehari semalam di hari raya.

َ ُ َ َّ َ ‫ِي‬Ukuran ‫ف ٍس و‬zakat ‫كن‬ ‫ رش‬sha’ ‫أن‬ ‫َع‬dari ‫ضان‬ ‫ وِي رم‬yang ‫ ِفع ِر‬mesti ‫زَكة ام‬dikeluarkan ‫ فرض‬ adalah ِ ‫ول اّلل‬satu ِ fitri makanan َ َ َ َ َ َ dengan yang nilainya sama empat ْ dariْ beras, ْ ‫ال ْ ُى‬ َ ‫ام َرأة‬ َ ‫ى‬kering, ُ ‫ َر‬gandum, ْ ‫صغِري أ‬ ْ ‫ َعــتْد أ‬kurma, ْ ‫ ُح ّر أ‬keju . ‫ري‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ني‬ ‫ن‬ ‫ص‬ ِ ٍ ِ ٍ atau lainnya dari , ia ٍ ِ jenis ٍ makanan pokok,ٍ dari Abu Sa’id Al-Khudri ٍ berkata: َ َ ْ ‫ُ َّ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ْ َ ا ْ َ َ َ ْ َ ا‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫كٌـا ُن ِرج زَكة امفِع ِر صاًع وِي ظــعا ٍم أو صاًع وِي‬ ‫ري أ ْو‬ ِ ٍ ‫اًع و ِْي أَق ِط أ َ ْو َص ا‬ ‫اًع و ِْي َت ْىر أ َ ْو َص ا‬ ‫َص ا‬ َ ‫اًع و ِْي‬ .‫يب‬ ‫ز‬ ‫ب‬ ٍ ٍ ِ ٍ ْ َ َ َ Zakat ُ َ َ Jenis 3. ْ Ukuran ْ َ ّ dan َ َ Makanan َ َ َ Fitriٰ ْ untuk ََ ْ

َ "Kami mengeluarkan korma, susu ْ َ َ gandum, َ ُ kering َ ْ َ zakatَّ satu ْ َ dariْ makanan, َّ َ ٰ َ ُ sha’ ُ َ َ َّ َ ُ 322 ِ ‫وج انل‬ ِ ‫ل خر‬. ‫ أمر ةِزَكة ِ ام ِفع ِر أن تؤدى قت‬ ِ‫أن رشول اّلل‬ atau‫اس‬ anggur kering” 321 HR Bukhari dan Muslim 322 HR Bukhari dan Muslim

َ َّ َ .ِ ‫الصالة‬ ‫إَِل‬

َ ْ َ ْ َ َ ْ ُْ ََ ُ ُْ َ ََ َّ ْ َ ‫ري َح ّٰت إِن َن ِ ُِع ِعي‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ِ ِ ‫ري وام‬ ِ ِ‫فَكن ابي عىر يع ِعي عي الصغ‬ 132 | Tutorial Ramadhan َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َّ َ ْ ُ َ َ َّ َ ْ َ ُ ‫ِيي َيق َتنون َها َوَكًوا ُيع ُعون‬ ‫ يع ِعيها اَّل‬ ‫ِن َوَكن ابْ ُي ع َى َر‬ ِ ‫عي ة‬ َ ْ َ َ

Adapun jika ukuran ini dikonversikan ke dalam satuan ukuran kilogram (kg), maka hal ini hanya bisa diukur dengan perkiraan. Oleh karenanya para ulama berbeda pendapat. Lajnah Ad-Da`imah yang diketuai Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, memperkirakan setara dengan 3 kg.323 Adapun Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin  berpendapat sekitar 2,040 kg 324, dan Syaikh Salim Al-Hilali hafizhahullah memperkirakannya setara dengan 2,42 Kg atau kurang lebih 3,5 liter.

ََ

ْ

َ

َ

َ

َّ َ َ َ ٰ َ 4. Tidak.‫اس‬ Boleh ِ َّ‫َع انل‬dengan ‫َر َمضان‬Uang ‫ ف َرض َزَكة ام ِف ْعر و ِْي‬ ِ‫أن َر ُشول اّلل‬ ِ

Adapun anggapan sebagian orang bahwa pembayaran zakat fitri bisa dengan uang sebagai ganti dari harga makanan adalah pendapat keliru dan َْ tidak dikenal oleh para pendahulu yang shalih, para shahabat dan‫ر‬ulama ‫امفِ ْع‬ kita. Karena seandainya cara ini dibolehkan maka pasti Rasulullah  telah menyampaikan dan mengajarkannya kepada para shahabat-shahabat beliau ْ َ َ َ pada ُ َ َ َ oleh ْ َ ّ dinukil َّ َ َ َ َ zaman tersebut ٰ َ ُ َ telah َ َ ulama ْ ‫ف‬karena َ ‫ و ِْي‬kita, ,ْ serta sudah ‫ِي‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ن‬  ‫اّلل‬ ‫ول‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫َع‬ ‫ان‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ام‬ ‫ة‬ ‫َك‬ ‫ز‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ِ ِ ِ akan tetapi hal itu tidak dilakukan‫أ‬ ada mata ٍ uangِ yaitu dinar dan dirham, َ ُ Taqiyuddin َ ْ َ di dalam oleh Nabi , bahkan ْ ْ َ Kifayatul ْ‫ْو َعــت‬Imam َ ‫ َرأَة‬kitab َ ‫ال ْ ُى ْصنِى‬ ُ ‫ أَ ْو َر‬Akhyar, ّ . ‫ري‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ري‬ ‫غ‬ ‫ص‬ ‫ام‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫د‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ني‬ ِ ٍ ٍ nominalٍ (uang)ِ dan para ٍ ِ sah membayar ٍ  berkata: “Tidak zakat fitriٍ dengan nilai ‘ulama tidak berbeda pendapat tentangnya”325

َْ

‫َْ َ ا‬

‫ُك ٌَّـا ُُنْر ُج َز ََكةَ امْف ْعر َ ا‬ ِ ِ ِ َ َ َ Waktu wajib membayar zakat fitri ialah sejak terbenamnya matahari pada َ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ َ َ ْ ْ ْ ْ ْ ْ malam hari raya ‘Idul untuk .‫يب‬ ‫وِي ز‬sampai ‫ صاًع‬sebelum ‫ِي أق ٍِط أو‬kaum ‫اًع و‬muslimin ‫تى ٍر أو ص‬pergi ‫اًع وِي‬ ‫َص‬ ٍ ِ ‫ب‬Fitri, shalat Ied. Hal ini berdasarkan hadits Umar : َ ُ َ َّ َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ٰ ُ َّ ُ ِ ‫وج انل‬ ِ ‫ أمر ةِزَكة ِ ام ِفع ِر أن تؤدى قتل خر‬ ِ‫أن رشول اّلل‬ ‫اس‬ َ َّ َ .ِ ‫الصالة‬ ‫إَِل‬ َ ْ

َ

ْ

5. ‫ أو‬Waktu Zakat ‫ري‬ ‫ــعا ٍم أو صاًع و‬ ‫ِي َظ‬Fitri ‫صاًع و‬ ٍ ِ‫ِي شع‬Pembayaran

"Adalah Rasulullah  memerintahkan zakat fitri agar dikeluarkan sebelum َ ْ َ َ ْ ke lapangan َ ََ ْ keluar ْ 326 ُ َّ ‫ي‬shalat orang-orang ْ ‫‘ي َع‬Ied” َ ‫ري َح ّٰت إِن‬ ‫ن ِ ُِع ِعي‬ ‫ت‬untuk ‫ َوامك‬melakukan ‫ري‬ ‫الص ِغ‬ ‫فَكن ابْ ُي ع َى َر ُيع ِع‬ ِ ِ ِ Bertolak dari hal ini, maka: ُ َ ْ َ َ َّ dunia َ meninggal ُْ َ ‫ ِع‬sebelum ُ ‫ ََكًُوا ُي ْع‬yang َ ‫ون َها‬ َ ‫ َو ََك َن ابْ ُي ُع‬matahari, 1. َ Seseorang َ ‫ى‬terbenamnya َّ َ‫َع ْي ة‬ ‫ون‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ِيي‬ ‫اَّل‬ ‫ا‬ ‫يه‬ ‫ع‬ ‫ي‬  ‫ر‬ ‫ِن‬ ِ sekalipun hanya beberapa detik saja dari terbenamnya matahari 323 324 325 326

Fatawa Al-Lajnah, 9/371 Fatawa Arkanil Islam, hal. 429 Lihat Kifayatul Akhyar hal. 185 HR Bukhari dan Muslim

ْ ََْ َْ ْ َ ْ ْ ََْ .‫ني‬ ِ ‫قتل ام ِفع ِر بِيـو ٍم أو يـوو‬

َ َّ َ ْ َّ ْ ٰ ُ َُ َ ََ َّ ‫ َز ََكةَ امْف ْعر ُظ ْه َرةا ل‬ ِ‫اّلل‬ ‫ث‬ ‫ِنصان ِ ِه وِي النـغوِ و‬ ‫فرض رشول‬ ِ ‫الرف‬ ِ ِ ْ ‫َُ َْا‬ ‫ِن َى َصا‬Fitri ‫|ىث ل‬133 ‫وظع‬ .‫ِني رواه أةو داود واةي واجٍ وادلارقعِن واحلاكه‬ ِ ‫ك‬Zakat

ََ َ َ ْ َ َ َ َّ ٰ َ ِ َّ‫ ف َرض َزَكةَ امفِ ْع ِر و ِْي َر َمضان َع انل‬ ِ‫أن َر ُشول اّلل‬ .‫اس‬

َْ tersebut, maka tidak terkena kewajiban menunaikan zakat ْ fitri. ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫ام‬ ِ Namun jika ia meninggal setelah terbenamnya matahari maka ia wajib menunaikan zakatnya. ْ َ َ َ َ َ َ matahari, َ ُ َ َّ َ ُ َ َ dilahirkan 2. ْ Seseorang terbenamnya ْ َ ّ yang َ َ َ َ sebelum ٰ sekalipun ْ ْ ‫ِي‬hanya ‫ف ٍس و‬beberapa ‫كن‬ ‫أن ر‬ ‫ضان‬saja ‫رم‬maka ‫ ِر وِي‬ia‫ع‬wajib ‫َكة ام ِف‬dibayarkan ‫ فرض ز‬zakatnya, ِ ‫شول اّلل‬ namun ِ ‫َع‬detik َ َ َ َ َ jika dilahirkan َ ْ setelahَ terbenamnya ْ ْ ُ َ ْ matahari ْ‫ ْو َعــت‬ia‫ ّر أ‬tidak ْ ‫ال ْ ُى‬ َ ‫ى‬terkena ُ ‫ني‬ َ ‫ام‬ .‫ري‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ري‬ ‫غ‬ ‫ص‬ ‫ة‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫ص‬ ِ ِ ٍ ِ kewajiban menunaikan zakat fitri. ٍ ٍ ِ ٍ ٍ ٍ Waktu pembayaran zakat fitri ini terbagi menjadi dua, yakni: waktu yang َ danَ waktu َ َ boleh. utama yang ‫ َص ا‬sifatnya ‫ُك ٌَّـا ُُنْر ُج َز ََكةَ امْف ْعر َص ا‬ ْ ْ ْ َ ‫ ْو‬Waktu ‫ري أ‬ ‫ع‬ ‫ش‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫اًع‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ــع‬ ‫ظ‬ ‫ِي‬ ‫و‬ ‫اًع‬ ِ ِ pelaksanaan ِ shalat ٍ ِ utama adalah pagiٍ hari ‘Iedul Fitri sebelum َ َ َ ‘Ied. Dasarnya adalah hadits Bukhari َ ْ ‫ ا‬yang ‫ َص ا‬disebutkan ‫َص ا‬Shahih َ ‫ و ِْي‬yang ْ dalam .‫يب‬ ‫اًع‬ ‫ ٍِط أ ْو‬ ‫ِي أق‬bahwa ‫اًع و‬ ‫“ِي ت ْى ٍر أ ْو‬Di ‫اًع و‬ ‫َص‬ berasal dari hadits Al-Khudri ia berkata: zaman ِ ‫ زب‬Said ٍ Abu Nabi, kami mengeluarkan zakat fitrah pada hari raya Iedul Fitri satu sha’ makanan.” َ berkata:ٰ “Bahwa َ Dalam hadits lain disebutkan ْ Umar َ ُ َ nabi ََ َ َ ْ َ َّ َ ُ bahwa ْ َ ْ Ibnu َّ ُ َ َّ ُ memerintahkan sebelum ِ ‫وج انل‬ ِ ‫ر‬penyeluran ‫اس‬ ‫ى قتل خ‬zakat ‫ تؤد‬fitrah ‫ع ِر أن‬ ‫َكة ِ ام ِف‬orang-orang ‫ أمر ةِز‬keluar ‫أن رشول‬ ِ ‫ اّلل‬menunaikan shalat ‘Ied.” َ َّ َ ِ ‫الصالة‬ Sedangkan waktu yang boleh adalah membayar zakat fitri .satu atau ‫َل‬ dua ِ‫إ‬ hari sebelum ‘Ied, hal ini sebagaimana yang dikatakan Nafi’ : َ ْ َ ْ َ َ ْ ُْ ََ ُ ُْ َ ََ َّ ْ َ ‫ري َح ّٰت إِن َن ِ ُِع ِعي‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ِ ِ ‫ري وام‬ ِ ِ‫فَكن ابي عىر يع ِعي عي الصغ‬ َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َّ َ ْ ُ َ َ َّ َ ْ َ ُ ‫ِيي َيق َتنون َها َوَكًوا ُيع ُعون‬ ‫ يع ِعيها اَّل‬ ‫ِن َوَكن ابْ ُي ع َى َر‬ ِ ‫عي ة‬ ْ ََْ َْ ْ َ ْ ْ ََْ .‫ني‬ ِ ‫قتل ام ِفع ِر بِيـو ٍم أو يـوو‬

"Adalah Ibnuَّ ‘Umar radhiyallahu anhumaْ membayarkan untuk ُ ُ fitri َ َّ َ danْ orangْ dewasa,َّ dan ‫ ا‬adalah َ ََ ٰ zakat َ ََ ْ ْ ُ َ َ anak-anak beliau membayarkan zakat fitri anak‫ث‬ ‫فر‬ ِ ‫ زَكة امفِع ِر ظهرة ل ِنصان ِ ِه وِي النـغوِ والرف‬ ِ‫ض رشول اّلل‬ anakku, dan beliau  memberikan kepada yang berhak menerimanya. Dan mereka 327 َ ‫َو ُظ ْع َى اث ل ِنْ َى‬ membayar zakat fitri itu sehari atau dua ‫واةي‬ hari sebelum . ‫صاك‬ ‫وادلارقعِن‬ ٍ‫واج‬ ‫‘أةو داود‬Ied” ‫ِني رواه‬ .‫واحلاكه‬ ِ Maka barangsiapa yang membayarnya di luar waktu tersebut, maka ia bukanlah zakat fitri yang diterima dan barangsiapa yang memberikannya (zakat fitri) sebelum shalat ‘Ied, maka itu merupakan zakat fitri yang diterima. Sedangkan orang yang memberikannya setelah shalat, maka yang demikian itu berarti salah satu bentuk sedekah.

327 HR Bukhari

134 | Tutorial Ramadhan

ِ َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ ‫فَ ََك َن ابْ ُي ُع َى َر ُي ْععي َع ْي‬ ‫ري َح ّٰت إِن َن ِ ُِع ِعي‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ري‬ ‫غ‬ ‫الص‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ُ ْ ُ ُ َ َ yang َ ُ ْ َ َ َّ dan ْ َ ‫ ِع‬Tempat َ ‫ِن َو ََك َن ابْ ُي ُع‬ َّ َ‫َع ْي ة‬ 6. ‫ون‬Golongan ‫ َتنون َها وَكًوا يعع‬Berhak ‫يها اَّلِيي يق‬ ‫ ُيع‬ ‫ى َر‬Mengeluarkannya ِ َ Zakat fitri tidak boleh dikeluarkan kecualiْ َ kepada orang yang ََْ ْ ‫امْ ِف ْعر ب َي‬berhak َ ‫ ْو‬miskin, .‫ني‬ ‫يـ ْو‬ ‫ـو ٍم أ‬ ‫ل‬ ‫قت‬ ِ ‫و‬fakir menerimanya, mereka adalah dari golongan berdasarkan ِ ِ hadits Ibnu Abbas :

َ َّ َ ْ َّ ْ ٰ ُ َُ َ ََ َّ ‫ َز ََكةَ امْف ْعر ُظ ْه َرةا ل‬ ِ‫اّلل‬ ‫ث‬ ‫ِنصان ِ ِه وِي النـغوِ و‬ ‫فرض رشول‬ ِ ‫الرف‬ ِ ِ َ ‫َو ُظ ْع َى اث ل ِنْ َى‬ .‫ِني رواه أةو داود واةي واجٍ وادلارقعِن واحلاكه‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ِ

"Rasulullah  mewajibkan zakat fitri sebagai pembersih (diri) bagi yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perbuatan kotor serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin” 328. Berkata Ibnu Qayyim Al-Jauziah : “Adapun di antara petunjuk dari Rasulullah  adalah mengkhususkan sedekah ini (zakat fitri) untuk orang-orang miskin saja dan beliau tidaklah membaginya kepada golongan yang delapan, tidak pernah memerintahkannya dan tidak seorang pun dari kalangan shahabat melakukannya serta tidak pula orang-orang yang datang setelah mereka. Bahkan ini merupakan salah satu dari dua pendapat mazhab kami bahwa zakat fitri tidak boleh disalurkan kecuali kepada orangorang miskin saja dan inilah pendapat yang rajih (kuat) dari pendapat yang mewajibkan pembagiannya kepada golongan yang delapan tersebut” 329. Pendapat ini pula yang juga dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  330. Adapun delapan golongan yaitu fakir, miskin, amil (pengurus zakat), muallaf, budak yang ingin merdeka, orang berhutang, mujahid di medan perang dan musafir yang butuh bekal sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60 adalah untuk zakat harta (maal) atau shadaqah sunnah bukan zakat fitri. Adapun tempat mengeluarkannya yaitu di daerah atau negeri di mana zakat itu dipungut dan dikumpulkan, kecuali apabila kebutuhan orang-orang di sana telah tercukupi dan tidak diketahui lagi yang berhak menerimanya, maka boleh disalurkan ke daerah atau negeri lain. Namun perlu di ingat bahwa pembagian zakat tidak mesti disamaratakan dari satu orang miskin dengan miskin lainnya, amil boleh memberikan zakat lebih banyak kepada orang yang lebih membutuhkannya, di sisi lain juga 328 HR Abu Daud, Ibnu Majah, juga oleh Daraquthni dan Hakim, beliau menshahihkannya 329 Lihat Zaadul Ma’ad 2:21 330 lihat Majmu’ Fatawa (25:71-78)

Zakat Fitri |135

seseorang yang hendak mengeluarkan zakatnya, boleh langsung mendatangi orang miskin yang dikehendakinya tanpa perlu mengamanahkannya kepada amil. Bolehkah untuk keluarga, kerabat atau saudara yang miskin? Dalam hal ini, Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin  pernah ditanya: “Apakah saya boleh mengeluarkan zakat maal atau zakat fitri untuk saudara-saudara saya yang kekurangan, yang telah diasuh oleh ibu saya sejak ayah kami meninggal?” Beliau  menjawab: “Memberi zakat kepada kerabat yang terhitung keluarga adalah lebih utama daripada member kepada selain mereka, karena shadaqah kepada kerabat adalah termasuk shadaqah sekaligus menyambung tali silaturrahim. Kecuali bila kerabatmu itu termasuk orang-orang yang wajib dinafkahi olehmu (tanggungan), maka memberi mereka dengan zakatmu itu tidak diperbolehkan.”331

7. Kesahan-Kesalahan Seputar Zakat Fitri a. Sebagian amil menetapkan zakat yang mesti dikeluarkan terlalu berlebih-lebihan, misalnya setiap orang harus mengeluarkan 4 kg beras atau lebih. b. Zakat justru disalurkan kepada yang tidak berhak menerimanya misalnya untuk remaja dan pengurus masjid dengan berdalih bahwa mereka termasuk golongan fisabilillah atau bahkan disimpan sebagai dana pembangunan masjid, wal ’iyadzu billah. c. Sebagian zakat yang telah dikumpulkan tidak disalurkan kecuali setelah shalat ‘Ied. Perkara-perkara tersebut tidak pernah dicontohkan oleh nabi Muhammad  bahkan termasuk ajaran baru yang tidak dikenal oleh syariat. Rasulullah  bersabda, artinya: “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”332 .

8. Hikmah Disyariatkannya Zakat Fitri Allah  mewajibkan zakat fitri sebagai penyucian diri bagi orang-orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perbuatan kotor serta sebagai makanan untuk mencukupi kebutuhan orang-orang miskin, paling tidak ketika pada saat hari raya berdasarkan hadits Ibnu Abbas sebelumnya. 331 Lihat Fatawa Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fayiz Musa Abu Syaikhah. Maktabah Ibnu Taimiyah. 332 HR Muslim

136 | Tutorial Ramadhan

Di samping itu terkandung di dalamnya juga sifat yang mulia yaitu kedermawanan dan kecintaan untuk selalu membantu sesama muslim dan sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa terhadap apa yang terjadi dalam berpuasa, baik berupa kekurangan, kekeliruan maupun perbuatan dosa yang dikerjakannya selama berpuasa. Wallahu A’lam.

Zakat Fitri |137

“Seandainya aku mengetahui bahwa Allah  menerima dariku satu amalan kebaikan sebesar biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya” Fudhalah bin ‘Ubaid  ___________________________________________________

138 | Tutorial Ramadhan

Berpisah dengan Ramadhan

Tidak terasa sudah sebulan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan.

Dan saatnya kita berpisah dengan bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah , serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka. Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan yang bisa menghapuskan dosa-dosa, maka seseorang di hari raya Idul Fitri, ketika dia kembali berbuka (tidak berpuasa lagi) seharusnya dalam keadaan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya bersih dari dosa. Namun hal ini dengan syarat, seseorang haruslah bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di dalamnya, dia bertaubat dengan penuh rasa penyesalan . Lihatlah perkataan Az-Zuhri  berikut, “Ketika hari raya Idul Fitri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat ‘ied, Allah  pun akan menyaksikan mereka. Allah  pun akan mengatakan, “Wahai hambaKu, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.” Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”333

1. Cara Salaf Melepas Ramadhan Meskipun telah ada berita gembira akan ganjaran yang disediakan oleh Allah  kepada mereka yang berpuasa, para ulama salaf terdahulu begitu 333 Lathaa-if Al-Ma’arif, hal. 373-374

Berpisah dengan Ramadhan |139

semangat untuk menyempurnakan amalan mereka. Mereka berharapharap agar amalan tersebut diterima oleh Allah  dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah :

َ َ ْ ُُ َُُ َْ َ َ ُُْ َ َ َ . ِ ‫لو‬ ِ ‫و‬ ِ ‫اّلَِني َِنيتوَ ِاآَِوَاِولوَهم ِو‬

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka dengan hati ْ َ berikan, ٰ ُ َ َ َ َ َ َّ َ َ.‫ي‬ ُ ُ yang takut” (Qs Al-Mu’minun 60). ِ ‫إِنمآِيتق ِبلِاّللِِ ِا ِامم ِت ِق‬

 mengatakan, para salafَ begitu َ َ َ ُ َ ْ ُ berharap ْ ُ ‫َه َ ُم‬ ُ َ ُ‫اِولَُو‬ َ“Mereka َ َ َْ َ َ‫آَِو‬ َ َ ‫اّلَِني‬ ُ Aliّ َ bin ْ َ ‫َ َو‬ ْ َ .َِ َ‫ل َو‬ ُ َ Abiّ Thalibmereka ُ ُ َ diterima ُ ْ ُ َ ‫ِو‬ ‫ِا‬ َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫َني‬ ِ ِ ِ agar amalan-amalan daripada banyak beramal. Bukankah ِ‫ِالَني ِ ِونف ِصل‬ ِ ‫فإ ِ ِوآبَاِوألآمَاِامصَلةِوَ َوَاِامزَكةِفإِخَانك ِِ ِِف‬ engkau mendengar firman Allah : ْ

َ َ َْ .ُ ْ ِ ََ ‫آت َِ َل َِق ُ َْ ٍم َِٰي ُعو ُم‬ َِّ ِ َ َ‫ال ََني‬ َ َ.‫ي‬ ِ ‫إِنمآِيتق ِبلِاّللِِ ِا ِامم ِت ِق‬ "Sesungguhnya َ َ menerima َ َ (amalan) َ َ Allah ْ َ َ hanya ْ َ َ َ َ ُ ْ ْ yang َ َ ْ dari َْ َ ‫َن َن‬orang-orang ُ ّ َ ُ َ (Qs.‫َِّر‬Al-Ma’idah ‫ ُآِف ُق ْدِكف‬27). ‫ِامص َُلةُ َِف َ َم َ ْ َِو َر ْك َ َم‬ ‫ِىِبي‬ ‫ِاّل‬ َ َ َ ُ ‫آِو َه َين َ ُم‬ َ ‫َالعمد‬ bertakwa” ُ ُ َ ِ‫صل‬ ِ ‫‘ك‬Ubaid ‫ِفإِخَان‬,‫َكة‬beliau ‫َ َوَاِامز‬mengatakan, ‫آمَاِامصَلةِو‬ ‫فإ ِ ِوآبَاِوأل‬ ِ ‫ِ ِِف‬bin ِ ‫ِالَني ِ ِونف‬ Dari Fudhalah “Seandainya aku ْ َ kebaikan mengetahui bahwa Allah  menerima bijiَ saja, ْ ‫آتِل َِق‬ ُ َ‫ َم ُّ َِي ُْعو‬sebesar ُ ْ ُ satu amalan ُ َ َ َ dariku َ َ ْ َ . ِ َ ‫م‬ َ ‫َني‬ ِ ‫ال‬ ِ ٍ .‫ش‬ ِ ‫ط‬dunia ‫ِوالع‬dan ‫َع‬seisinya.” ‫ِصيآ ِاهِِاجل‬ maka itu lebih kusukai daripada ِ ‫ُربِصآئ ِ ٍمِحظهِ ِا‬ Ibnu Diinar  mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih ku khawatirkan daripada banyak َ ْ ََ َ َََ ْ َ َ َُ َ ُ ََُْ َ َََْ َ ُ ْ َْ َ ‫ َف‬beramal.” . ِ ‫ر‬ ‫ِك‬ ‫العمدِاّلِىِبيننآِوهينم ِامصَلةِفم ِوركمآِفقد‬ Abdul Aziz bin Abi Rawwad  berkata, “Saya menemukan para

salaf begitu semangat untuk melakukan amalan shalih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa amalanُ mereka diterima ُ ْ ُ apakah ُّ َ ُ َ khawatir َ َ ‫ع‬ .‫ش‬ ِ ‫الع َط‬ ‫ِو‬ َ‫ِص َيآ ِاهِِاجل‬ ِ ْ ‫ُر َبِصآئ ِ ٍمِحظهِ ِا‬ ataukah tidak.” Oleh karena itu sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah  agar amalan mereka diterima.” Lihat pula perkataan ‘Umar bin ‘Abdul Aziz  berikut tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fitri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah  agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fitri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku 140 | Tutorial Ramadhan

untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” Itulah kekhawatiran para salaf. Mereka begitu khawatir kalau-kalau amalannya tidak diterima. Lalu, bagaimana dengan kita yang sungguh jauh dari mereka? Renungkanlah!

2. Pantaskah Kembali Suci di Hari Kemenangan? Setelah kita melihat bahwa di bulan Ramadhan ini penuh dengan pengampunan dosa dari Allah , namun banyak yang menyangka bahwa dirinya kembali suci seperti bayi yang baru lahir selepas bulan Ramadhan, padahal kesehariannya di bulan Ramadhan tidak lepas dari melakukan dosa-dosa besar. Di antaranya, meninggalkan shalat lima waktu. Wallahul َ َ ْ ُُ َُُ َْ َ َ ُُْ َ َ َ Musta’an. . ِ ‫لو‬ ‫اّلَِني َِنيتوَ ِا‬ ِ ‫و‬ ِ ‫اِولوَهم ِو‬َ‫آَِو‬ Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan shalat telah ُ َ kekafiran َ َ َ َ َّ َ ‫ِاّللِِ ِا َ َِام ْ ُم‬ َ ُ‫ق‬melakukan ُ ٰ dosa َ ُ َ ُ ‫ق‬ ‫اّلَِنيآِي َت‬ ‫إ ِ َونم‬ . ِ ‫ي‬ ِ ‫ت‬ ‫ل‬ َ ِ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentukْ ‫ِب‬kekafiran . ِ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ِو‬ ‫م‬ ‫َه‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫اِو‬ َ ‫آَِو‬ ‫ِا‬ َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫َني‬ ِ ِ ِ adalah firman Allah :

َََ ُ َ ْ َ ُ ّ ََُ ّ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َْ َ ُ ْ ُ َ َ ‫ف َّإ ِ َ ِو‬ ِ‫ِالَني ِ ِونف ِصل‬ ‫َاِامص‬ ِ ‫َاِامزَكةِفإِخَانك ِِ ِِف‬.‫ي َو‬ ُ ‫َاِوأل ٰآم‬ َ ‫ِاّللِِ ِا‬ ‫إ ِ ْنم‬ ََِ ‫ِام ُمَلَِتة ِقِو‬ ‫آِي َتآبق َِبل‬ َ ََُْ ْ َ َ .ِ َ‫آتِل ِقَ َ ٍمِيعوم‬ ِ ِ ‫الَني‬ َ َ ُ ّ ََُ ّ ْ َ ُْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ‫أل‬maka َ ُ‫(آب‬mereka ِ‫"ل‬Jika ‫نف ِص‬mereka ‫ِالَني ِ ِو‬ ‫ك ِِ ِِف‬ ‫ةِفإِخَان‬shalat ‫اِامزَك‬danَ‫ َو‬menunaikan َ‫َاِامصَلةِو‬ ‫آم‬ ‫َاِو‬ ‫فإ ِ ِو‬ ِ bertaubat, mendirikan zakat, َ itu َ َ َ ْ َ َ Dan َ Kami َ ْ َ َ َ seagama. َْ َ َ َ َ ْ َ ْ ayat-ayat ُ َ َ َ ْْ‫ال‬ ُ ‫ ْم‬bagi َ ُ itu) adalah saudara-saudaramu menjelaskan ُ َ.‫ِك َف ِر‬ َ ‫د‬ ‫ق‬ ‫آِف‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ِو‬ ‫م‬ ‫ِف‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫ِامص‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫آِو‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ِ‫ِى‬ ‫ِاّل‬ ‫د‬ ‫ع‬ َ َ ْ ُ kaum yang mengetahui” (Qs At-Taubah 11). .ِ َ‫آتِل ِقَ ٍمِيعوم‬ ِ ِ ‫الَني‬ Alasan lain adalah sabda Nabi :

ُّ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َُ َ ْ َ .َ ‫ش‬ ِ ‫ِص ُ َيآ‬ ْ َْ َ ‫ظ َ ُهِ ِا‬ ْ َ ‫ر َب ْ ُِصآئ ِ ٍم‬ ِ ‫ط‬ ‫الع‬ ‫ِو‬ ‫ع‬ َ ‫ِِاجل‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ُ َ َ َ ِ ْ َ ُ َ َ.‫ِك َف ِر‬ َ ‫ِحيننآِوهينم ِامصَلةِفم ِوركمآِفقد‬ ‫العمدِاّلِىِب‬

"Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah ُّ mengenai shalat. ُ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ kafir.” Barangsiapa meninggalkannya dia‫ع‬telah .‫ش‬ ِ maka ‫ِوالعط‬ َ‫ِِاجل‬ ‫آ ِاه‬334‫ِص َي‬ ِ 335 ْ ‫ُر َبِصآئ ِ ٍمِحظهِ ِا‬ Namun ini nyata terjadi pada sebagian orang yang menunaikan puasa. Mereka begitu semangat menunaikan puasa Ramadhan, namun begitu lalai dari rukun Islam yang lebih penting yang merupakan syarat sah keislaman 334 HR Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh AlAlbani 335 Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy-Syamilah

Berpisah dengan Ramadhan |141

ْ َ ‫إ َّن َم‬ ُ ٰ ‫آِي َت َق َِب ُل‬ .‫ي‬ َِ ‫ِاّللِِ ِا َ ِام ُم َِت ِق‬ ِ

ُ ََُ ّ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ ُ َ‫َاِوأَل‬ ْ‫ك‬ َ ُ‫فَإ ْ ِوَآب‬ ِseseorang ‫ِونف ّ ِصل‬ ‫َني‬ ‫ِال‬ ‫ِف‬ ِ ِ ‫ان‬ َ ‫خ‬ ‫إ‬ ‫ِف‬ ‫ة‬ ‫َك‬ ‫اِامز‬ َ ‫َو‬ َ ‫ِو‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫َاِامص‬ ‫آم‬ ِ ِ yaitu shalat lima waktu. Hanya Allah lah yang ِ ِ ِ menunaikan memberi taufik. ْ َ ََُْ ْ َ َ . ِ َ ‫م‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫م‬ َ ‫ِق‬ ‫ل‬ ِ ‫آت‬ ‫َني‬ ِ ‫ال‬ ِ Lalu seperti inikah Idul Fitri dikatakan sebagai hari ٍ kemenangan

sedangkan hak Allah  tidak dipedulikan? Seperti inikah Idul Fitri disebut hari yang suci sedangkan dengan durhakaَ kepadaْ َ َ َ berpuasa َ ketika َ ُ َ dikotori َ َ َ ْ ْ َ َََْ َ ْ َ ُ َ ُ َ Nya? .‫آِو َهي َنم ِامصَلةِفم ِوركمآِفقدِكف ِر‬ ‫ال َع ْم ُدِاّلِىِبينن‬ Rasulullah  bersabda:

ُ َ َ ُ ُْ َ ُ ُّ َ .‫ش‬ ِ ‫الع َط‬ ‫ِص َيآ ِاهِِاجلَعِو‬ ِ ْ ‫ُر َبِصآئ ِ ٍمِحظهِ ِا‬

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”336 Jika demikian, di manakah hari kemenangan yang selalu dibesar-besarkan ketika Idul Fitri? Di manakah hari yang dikatakan telah suci lahir dan batin sedangkan hak Allah diinjak-injak? Lalu apa gunanya minta maaf kepada sesama begitu digembar-gemborkan di hari ied sedangkan permintaan maaf kepada Rabb atas dosa yang dilakukan disepelekan?

3. Spirit setelah Ramadhan Berlalu Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi setidaknya menjadi dua kelompok besar. Kelompok Pertama

Orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Qur’an atau menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu. Anda akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalasmalasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian. Kasihan sekali orang-orang seperti ini. Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Qur’an serta amalanamalan yang mendekatkan diri kepada Allah , tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba336 HR Ath-Thabraniy dalam Al-Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi –yaitu shahih dilihat dari jalur lainnya

142 | Tutorial Ramadhan

hamba musiman mereka tidak mengenal Allah  kecuali hanya pada satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika di timpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Kelompok Kedua

Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah , mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata. Nah, apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah . Sungguh, dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Allah  berfirman, artinya, “Katakanlah; Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing.” (Qs. Al-Isra’ 84). Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan keadaan akhlak yang sudah biasa ia jalani. Barangsiapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangannya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum’at dan jamaah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah  sebagai tujuannya maka Allah  tidak akan melihatnya. Berhati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai demi helai benang dengan tanpa sebab. Berhati-hatilah, jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah  keimanan dan Al-Qur’an namun ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk perangkap syaithan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya. Naudzu billah mindzalik. Berpisah dengan Ramadhan |143

Allah  berfirman, artinya: “Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang yang telah kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syetan sampai ia tergoda, maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpa-maan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritaklah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (Qs Al-A’raaf 175-176). Rasulullah  pernah ditanya: Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau  menjawab: “Yakni yang terus-menerus walaupun sedikit.” Aisyah radhiyallah ‘anha ditanya: Bagaimana Rasulullah  mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: “Tidak, namun beliau  mengerjakan secara terus-menerus, dan siapapun di antara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan Rasulullah .” Hadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain: Hendaknya, seluruh kebajikan kita laksanakan secara keseluruhan tanpa pilih-pilih menurut kemampuan kita dan dikerjakan secara rutin. Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan menjauhi segala bentuk berlebihan, agar jiwa selalu bersemangat dan lapang, maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan sempurna dari berbagai segi. Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit jika dilakukan secara terus-menerus lebih baik dari pada amalan yang banyak namun terputus. Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan memberi buah dan nilai tambah yang berlipat ganda dari pada amalan banyak yang terputus. Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah berfirman kepada hamba dan RasulNya Muhammad , artinya: “Beribadahlah kamu kepada Rabb-mu hingga datang kepadamu Al-Yaqin (maut)” (Qs Al-Hijr 99). Maka, tiada yang membatasi atau memutuskan amal ibadah kecuali bila telah datang maut. Jadi meskipun bulan Ramadhan telah berlalu maka seoarang mukmin hendaknya jangan berhenti dari menjalankan puasa, karena masih banyak puasa-puasa yang lain yang disyariatkan dalam waktu setahun seperti puasa tiga hari dalam tiap bulan, puasa senin kamis, puasa Arafah dan lain-lain. Demikian juga meskipun qiyam di bulan Ramadhan

144 | Tutorial Ramadhan

(tarawih) telah usai maka seorang mukmin janganlah berhenti dari menjalakan shalat malam. Hendaklah Anda bersemangat untuk tetap kontinyu dalam beribadah sesuai dengan kemampuan Anda. Beberapa kiatnya adalah: • Berdoalah, agar Anda senantiasa tetap di atas agama Allah, sebagaimana Rasulullah  banyak-banyak membaca doa, dengan sabdaNya: “Wahai dzat yang membolak-balikkan hati tetapkan-lah hatiku di atas agama-Mu”337 • Bersabarlah, ingatlah ketika Allah  berfirman, artinya: “Dan orangorang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya” (Qs Al-Ankabut 58-59). • Telusuri jejak orang-orang shalih, di mana Allah  berfirman, artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman" (Qs Hud 120). • Dzikrullah dan membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu syar’i dan mengamalkannya, di mana Allah  berfirman, artinya: “ Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (Qs. An Nahl 102). • Terakhir, ketahuilah bahwa termasuk ciptaan Allah  sadalah surga, yang jika Anda ingin mendatanginya nampak penuh dengan kesusahan, dan ciptaan Allah  yang lain adalah neraka, yang jika Anda mendatanginya terasa sangat menyenangkan. Surga itu dihijab dengan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sedangkan neraka dihijab dengan syahwat dan hal-hal yang menyenangkan. Maka apakah termasuk orang-orang yang berakal jika seseorang menjual surga dan seisinya dengan kesenangan yang sesaat. Jikalau Anda berkata: “Sesungguhnya meninggalkan syahwat (kesenangan yang menjerumuskan) itu perkara yang susah dan sulit. Kami menjawab: “Sesungguhnya rasa berat itu hanyalah bagi orang-orang 337 HR At-Tirmidzi 4/390

Berpisah dengan Ramadhan |145

yang meninggalkan syahwat bukan karena Allah . Adapun jika anda meninggalkannya secara sungguh-sungguh dan ikhlas, maka tidak akan terasa berat atau susah meninggalkannya kecuali pada awal permulaan saja, dan ini untuk menguji apakah benar-benar ingin meninggalkannnya atau hanya-main-main saja. Jika dalam masa-masa ini mau bersabar maka anda akan mendapati keutamaan dan kenikmatan dari Allah  yang begitu membahagiakan, karena orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah , maka Allah  akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sebagai perumpamaan dari hal tersebut, yakni kaum muhajirin yang berhijrah meninggalkan harta mereka, tanah kelahiran mereka, kerabat dan teman, semata-mata karena Allah  maka akhirnya mengganti dengan rizqi-rizqi luas di dunia dan di surga. Nabi Ibrahim alaihis salam ketika pergi meninggalkan kaumnya, bapaknya dan apa-apa yang mereka sembah selain Allah , akhirnya Allah  memberikan putra Ishaq alaihis salam dan Yakub alaihissalam serta anak turunan yang shaleh, Nabi Yusuf alaihissalam juga manakala ia bisa menahan nafsu dan menjaganya agar tidak tergoda rayuan dari majikannya. Dan ia bersabar di dalam penjara, ia lebih suka kepada penjara tersebut agar menjauhkan diri dari lingkaran kejahatan dan fitnah. Maka akhirnya Allah  mengganti dengan kedudukan yang mulia di muka bumi. Semoga Allah  senantiasa memberikan kemudahan di dalam menjalakan amal ibadah secara terus menerus dan mendapatkan limpahan pahala yang berlipat ganda disisiNya, amin. Wallahu A’lam.

146 | Tutorial Ramadhan

Berhari Raya Bersama Nabi 

1. Mengapa Dinamakan ‘Ied? Secara bahasa, ‘Ied ialah sesuatu yang kembali dan berulang-ulang. Sesuatu yang biasa datang dan kembali dari satu tempat atau waktu. Kemudian dinamakan ‘Ied, karena Allah  kembali memberikan kebaikan dengan berbuka, setelah kita berpuasa dan membayar zakat fitri. Dan dengan disempurnakannya haji, setelah diperintahkan thawaf dan menyembelih binatang kurban. Karena, biasanya pada waktu-waktu seperti ini terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Imam As-Suyuthi  berkata: ”Ied merupakan kekhususan umat ini. Keberadaan dua hari ‘Ied, merupakan rahmat dari Allah kepada umat ini. Dari Anas , ia berkata: ”Nabi  datang ke Madinah, dan penduduk Madinah mempunyai dua hari raya. Pada masa Jahiliyah, mereka bermain pada dua hari raya tersebut. Beliau  bersabda, ’Aku datang dan kalian mempunyai dua hari, yang kalian bermain pada masa Jahiliyah. Kemudian Allah mengganti dengan yang lebih baik dari keduanya, (yaitu) hari Nahr dan hari Fitri’.338”

2. Hal-Hal yang Disunnahkan Pada Hari ‘Ied Ada beberapa amalan yang disunnahkan bagi kita pada hari yang berbahagia ini, di antaranya:

- Mandi. Pada hari ‘Ied, disunnahkan untuk mandi. Karena pada hari tersebut kaum muslimin akan berkumpul, maka disunnahkan mandi seperti pada 338 Lihat: Dr. Abdullah Ath Thayyar, Ahkam Al-‘Idain Wa ‘Asyri Dzil Hijjah, hlm. 9

Berhari Raya bersama Nabi  |147

hari Jum’at. Namun, apabila seseorang hanya berwudhu’ saja, maka sah baginya 339. Dan kaifiyatnya (caranya) seperti mandi janabat. Nafi’ menceritakan, dahulu, pada ‘Iedul Fitri, Ibnu Umar  mandi sebelum berangkat ke tanah lapang. 340 Sa’id Ibnul Musayyib  berkata: ”Sunnah pada hari ‘Iedul Fitri ada tiga, yaitu: berjalan kaki menuju tanah lapang, makan sebelum keluar rumah dan mandi.341

-

Berhias Sebelum Berangkat Shalat ‘Ied.

Disunnahkan untuk membersihkan diri dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya, memakai minyak wangi dan bersiwak. Dari Ibnu Abbas , ia berkata:

ٰ ُْ َُ َ َ َ ‫ يَيْبَ ُس يَ ْٔ َم اىْػِيْ ِد ةُ ْر َدةً ََحْ َر‬ ِ ‫اّلل‬ .‫اء‬ ‫َكن رشٔل‬

"Adalah Rasulullah , pada hari ‘Ied, Beliau mengenakan burdah warna ٰ ُ َُ َ َ ُ ْ َ َّ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ merah.”342 .‫ؽ َو َت ٍَ َرات‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫َت‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫َل‬  ‫اّلل‬ ‫َكن رشٔل‬ ِ ِ ٍ ِ Imam Malik  berkata: ”Saya mendengar Ahlul Ilmi, mereka menganggap sunnah memakai minyak wangi dan berhias pada hari ‘Ied.” 343 َ ْ ‫َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ن‬ َ َ ‫ن الن‬hari ‫ ي‬dua shalat ‫َل‬Ibnul ‫ح ِر‬Qayyim ‫ ئم ال‬ ‫ و‬berkata: ً‫“َت يطػ‬Dahulu, ‫اى ِفط ِر ح‬ketika ‫ ئم‬keluar ‫ َيرج‬pada ‫ َل‬ ‫ب‬ ‫َك‬ ِ raya, Nabi  mengenakan pakaian yang terindah.ْ Beliau memiliki hullah ْ َ raya َ ُ ُ hariَ َJum,at. ُ ُ َ yang dikenakannya untuk dua .ِِّ‫خ‬hari ‫صيْه‬ ‫ؽو‬ ‫ج َع ػيأ‬ ‫ يَ ْر‬Suatu ‫و َح ََّت‬waktu, ‫يأ ؽ‬ ِ ‫ٌ َِْ ن‬dan ِ Beliau mengenakan dua pakaian hijau, dan terkadang mengenakan burdah (kain selimut warna merah)” 344. َ َ َ dianjurkan َ َ َ berhias َ َ َ wanita, ‫ف ن‬tidak ‫الن ي‬ Sedangkan bagi kaum dengan .‫يق‬ ‫اىط ِر‬ ‫ِيد خاى‬ ‫ن يَ ْٔ ُم ع‬untuk ‫ إِذا َك‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ٍ ِ Dan mengenakan baju yang mewah, atau mengenakan minyak wangi. hendaknya, mereka menjauh dari kaum lelaki agar tidak menimbulkan َ sebagaimana َ lihat ُ َkita َ َ َ ْ yang َ َ َ pada َ ٰ zaman fitnah, ُ ّ َ sekarang. ُ َ َ َّ ْ ُ ْ ُ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ ‫ن‬realita

.‫ىَل ٌا ْداؽً وىػيؾً تشهرون‬ ‫َوِلِ ه ٍِئا ُ اى ِػدة وِلِ ه ْ ِِبوا‬ ْ َ ‫اّلل‬ َ َ ْ ٰ َ ً ْ َ ُ ْ ْ َ َ - Makan Sebelum .‫راء‬Shalat ‫‘ ةردة َح‬Iedul ‫م اىػِي ِد‬Fitri. ٔ‫ يَيبَ ُس ي‬ ِ ‫َكن َر ُش ْٔل اّلل‬ ْ َ,ُ ٰ ia berkata: ٰ ُ Anas ٰ ‫ُٰ َ َُْ ُٰ َ َُْ ُٰ َ َُْ َ َ ن‬ َ‫ؽِب‬ Dari ُ‫اّلل‬ ‫ؽِب اّلل كؽ ِْب َل إِه إَِل ْاّلل اّلل ك‬ ‫َاّلل كؽ ُِب اّلل ك‬ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َُ َ َ َ ْ ٰ ‫ٔل‬ .‫ات‬ َِ ‫اّلل‬ ٍ ‫ َل يغدو ئم اى ِفط ِر حَت يأؽو تٍر‬ ٰ َ ‫ََكنْ َر ُش‬ ُ.‫اَح ٍْد‬ ِ‫كؽِب وّلل‬ َ َ َ َّ ‫ ََل ََيْ َُر ُج ُيَ ْ ْٔ َم اىْ ِف ْط ْر َح‬ ‫ب‬ َ ًَ ‫ َي ْ ْط َػ‬3/257 ‫ يََ ْٔ َم الن‬Al-Mughni, ‫الن‬ 339 Ibnuْْ Qudamah, ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫َت‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ 340 Diriwayatkan Al-Muwaththa’, ‫كم َرُا تػ ِِن الن ن‬ ‫ اْل ِد‬Ghalil, ‫ات‬ ‫ِق َو‬Malik ‫اىػ َٔاح‬dalam َِ ‫يدي‬ ‫ ك ْن ُن‬ ‫ب‬ ِ ‫ذ َو‬Imam َِ ‫ ِرج ِِف َ اى ِػ‬1/177 ْ 341 ِ‫ور‬Irwa’ul 2/104 ِ ُ ْ َ َ َ ْ ِ َ َّ َ ْ ُ ُ َ َ ْ‫صي‬ ْ ٌ‫ؽ ُو ن‬ 342 Ash-Shahihah, 1. 279 ْ . ّ ‫خ‬ ‫ه‬ ‫ن‬ َِ ‫ج َع ْ َػيأ‬ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ؽو ُ نح ََت ير‬ ْ َ َ ُ َ َ ‫ي َأ‬ 343 Al-Mughni, 3/258 .‫َتى ََ مصّل اْ ٍُصي ِ ٍِي‬ ِ ‫وكمر اَحيض كن يػ‬ 344 Zaadul Ma’ad, 1/426 َ َ َ َ ُ ْ َ َْ َ َ َ ََ َ ‫اىطر‬ ‫ف ن‬ َ ‫الن ْ ي‬ ّ . ‫يق‬ ‫اى‬ ‫خ‬ ‫ِيد‬ ‫ع‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬  ‫ب‬ ‫ن‬ ْ ُ ٍ ِ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ‫َْك‬ ْ ْ َ ِ ِ 148 | Tutorial Ramadhan .‫فطر وَل ئم األطح‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ َ ‫ؾ‬ ‫ي‬ ً ِ ِ ِ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ ‫َ ُ ن ْ ُ ْ َّ َ َ ُ َ ّ ُ ٰ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ن‬ .‫ون‬ َ ‫ؾً تش َهر‬ َ ‫وِلِ ه ٍِئا اىػِدة وِلِ هِبوا اّلل ىَل ٌا َْداؽً وىػي‬

ٰ ُْ َُ َ َ َ ‫ يَيْبَ ُس يَ ْٔ َم اىْػِيْ ِد ةُ ْر َدةً ََحْ َر‬ ِ ‫اّلل‬ .‫اء‬ ‫َكن رشٔل‬

"Adalah Rasulullah ْ tidak keluar untuk َ Fitri,ٰ sehingga ُ ُ َ Beliau ْ َ‘Iedul َ َ ُ 345َ َّ َ ْ ْ َ ْ َ shalat َ َ ُ َ َ makan beberapa kurma.” .‫ات‬ ٍ ‫ َل يغدو ئم اى ِفط ِر حَت يأؽو تٍر‬ ِ ‫َكن رشٔل اّلل‬ Dan dari Buraidah , ia berkata:

َ ْ ْ َْ َ ‫ََك َن الن ي‬ ‫ َل َي ُر ُج يَ ْٔ َم اى ِف ْط ِر َح ََّت َي ْط َػ ًَ َو يَ ْٔ َم النح ِر َل‬ ‫ب‬ ِ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ُ ُ ْ َ .ِِّ‫صيهخ‬ ِ ‫جع ػيأؽو ٌَِ ن‬ ِ ‫يأؽو حَت ير‬

َ Beliau َ َ َ hari ‘Iedulُ ْ Fitri, َ َ َ ‫اىطر‬ ‫ف ن‬pada َ‫ ََك َن ي‬sehingga "Adalah Rasulullah  tidak keluar ‫الن ي‬makan. . ‫يق‬ ‫اى‬ ‫خ‬ ‫ِيد‬ ‫ع‬ ‫م‬ ٔ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬  ‫ب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ٍ ِ Dan Beliau tidak makan padaِ hari ‘Iedul Adh-ha, sehingga Beliau pulang ِ ke rumah, 346 kemudian makan dari daging kurbannya.” َْ sebelum ْ َُ َ َ َ َ ْ ٰ َ ُ keluar ْ َ ْ ُ ‫ ن‬berkata: ُ ْ ُ ُ َ ‘Iedul َ ُ ُ Qayyim ُ َ “Dahulu, َ َ‫اؽ ْ ًْ َ َو َى‬ ُ َ ّ ْ ‫وِلِ ُ َ َه‬untuk Ibnul َ َ‫اىْػِ ٰ َّدة‬shalat ً َ‫ىَل ْ ٌَا ُ َْ ْ َد‬ ‫ي‬ ‫ػ‬ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫ت‬ ً ‫ؾ‬ ‫ٔا‬ ‫ي‬ ٍ ‫ه‬ ‫ِب‬ . ‫اّلل‬ ‫وا‬ ِ .‫ة َحراء‬kurma, ‫ي ِد ةرد‬dengan ‫ يي ِبس‬yang  ِ ‫اّلل‬ ‫ٔل‬Dan ‫ رش‬pada ‫وَكِلِن‬ ِ‫ ئم اىػ‬jumlah Fitri, Nabi  makan beberapa ganjil. hari ‘Iedul Adh-ha, beliau tidak makan sehingga kembali dari tanah lapang, َ ُ َٰ َ dariٰ ْdaging َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ََ 347ُ .ٰ ُ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ ٰ ٰ ُ َ ُ ْ ُ ََ ُ َ ٰ َ maka ُ ٰ beliau ُ َ ْ makan ُ َ ‫ َ َ َّ ن‬kurbannya” َ ‫ِب اّلل‬.‫ؽ‬ ‫اّلل ك‬ ‫اّلل‬ ِ ‫ؽاىِب ِفطَل ِر إ ِحه إ‬ ‫ات‬ ‫اّللو ت‬ ‫َتَليأؽ‬ ‫اّللو يكٔم‬ ‫ؽَلِبيغد‬ ‫ن كرش‬ ‫َك‬ ِ ‫ؽٔلِباّلل‬ ٍ ‫اّللٍ َرك‬ - Mengambil Jalan yang Berbeda Ketika Berangkat dan ْ ْ َ ُ ٍْ ‫اَح‬ َُ‫ؽ‬ َ ِ‫ِب َو ّٰلل‬ . ‫د‬ Pulang dari Shalat ‘Ied. َ ْ ‫َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ن‬ َ َ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫َل‬Disunnahkan ‫ ئم الح ِر‬untuk ‫طػً و‬menyelisihi ‫ط ِر حَت ي‬jalan, ‫م اى ِف‬yaitu ٔ‫ج ي‬dengan ‫ َل َير‬mengambil  ‫ن ال ِب‬satu ‫َك‬ َ ْ َ jalan ketika berangkat jalan ْ ُ ُ ُ ْ melewati َ ْ ْ َ ‘Ied, ْ َ ُ ُ َ َlain َ ‫ر‬dan ُ ْ ‫ات‬ َ ْ‫يديَْ اى‬ َ shalat َْ َ ُ ‫اْل‬ َ ‫َٔاح َِق َو َذ‬menuju ‫الن‬ ّ‫ َحِن‬yang َ َ ْ َ َ ْ ‫ن‬ ‫ور‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫ػ‬ ‫ػ‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ج‬  ‫ب‬ ‫ػ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ُ ‫ر‬ ‫كم‬ ‫ُن‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ ِ ِ . ّ ‫خ‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ن‬ َِ ٌ ‫و‬ ‫ؽ‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ػ‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫َت‬ ‫و‬ ‫ؽ‬ ‫يأ‬ ِ ِ ketika ِ pulang dari tanah lapang. ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ Dari Jabir , ia berkata: َ ْ ٍُ ْ ْ‫اَح ني َض ك ْن َي ْػ ََتىْ ََ ُم َص نّل ا‬ ُ ْ ‫َوك َم َر‬ .‫صي ِ ٍِي‬ َ ‫اىطر‬ ‫ إ َذا ََك َنِ يَ ْٔ ُم عِيد َخاىَ َف ن‬ ‫ب‬ ‫ََك َن الن ي‬ .‫يق‬ ٍ ِ ِ ِ ْ َ ََْ َ َ ْ ْ ََْ ُ ّ َُ ْ ُ َ َْ َ .ُ ‫‘ح‬Ied, ‫األ َط‬Beliau ‫ َي َٔم‬mengambil ‫اى ِفط ِر ٰوَل‬jalan ‫ؤذِن‬berbeda ‫ًْ يؾَ ي‬ َ َ ْ hari َ ‫ َئ ُم‬yang ْ َ ْ , َ ُ ُ Nabi "Adalah ُ ‫ ن‬ketika َ َّ ْ ُ ْ ketika ّ َ َ َ َ ُ ‫شه‬pulang.” ‫َوِلِ ُه ٍِئا اىػِدة وِلِ ه ِِبوا اّلل ىَل ٌا ْداؽً وىػيؾً ت‬ .‫رون‬dan berangkat َ َ ‫“ ن‬Dahulu, ‫َ ن‬ َ َ Qayyim ٰ dengan َْ َْ َ ‫ْي‬ َ ‫اىْػ‬ َ ْ ‫يَْ َغ‬Nabi ُ ‫ َر‬berjalan َ ٌَ ‫ج‬ ُ ْ‫ي‬kaki, ‫ َم ن‬berkata: Ibnul keluar ‫ان‬ ‫ذ‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫يد‬ ‫اّلل‬ ‫ل‬ ٔ ‫ش‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ة‬ ِ ِ ٍ َ َ َ َ ِ ِ ِ ٍ َ berangkat ِ ُ َ ْ ُ ٰ lewat ْ satu jalan ْ kembali danُ beliau ٰ ُ ِ َ ْ menyelisihi ٰ ٰ jalan;‫( ن‬yaitu) ٰ dan ٰ َ َ ُ ُ ُ ُ ُ َ ‫ؽِب‬ ‫اّلل ك‬ ‫اّلل‬jalan ََ َ ‫اّلل ك‬ lewat yang lain”‫اّلل‬. ‫ؽِب اّلل كؽِب اّلل كؽِب َل إِه إَِل‬ َ .‫َوَل ْ إِكاٌ ٍث‬ ُ.‫اَح ٍْد‬ ُ َ ‫كؽ‬ َ ْ ِ‫ِب َو ّٰلل‬ َ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ّ َن‬ ‫ن‬ َ ْ ‫َع َْ َع ٍْرو ةَْ َغ‬ ‫ ِِف‬HR ‫نِْب‬Bukhari  ِ ‫اّلل‬ ‫ٔل‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ج‬ َ ‫ع‬ ّ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ك‬ َ ‫ع‬ ‫ف‬ ٔ ِ ِ ِ ٍ َ 345 ِ ْ ْ ُ ِ‫َ َ َ َ ْ ِ ن‬ ْ ‫يدي‬ ُ At-Tirmidzi َ ‫ ك َ ْن ُنْر َج ِف اى ْػ‬ ُ ‫اْل‬ َ ‫و َذ‬dan َ ‫ َِق‬Ibnu َ ‫ َػ‬Majah ‫ن‬ 346 ‫ور‬HR ُ ْ ‫د‬ ‫ات‬ ‫و‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ٔ ‫اى‬ َ ‫ب‬ ْ ِ ِ َ ِ ً ْ‫ِنشت‬ َ ‫كمػرُا‬ ِ ِ ‫الا ِِف األوَل َوَخِْ ًصا ِف اْلخ َِرة‬ َ ِ َ‫يدي ْتػ‬ 347 ِ Zaadul Ma’ad, 1/426 . ‫ػ‬ ِ َ َ ِ ِ 348 HR Bukhari di dalam Bab Al-‘Idain ِْ َ َ ‫َاى‬ َ.‫اَح ني َض ك ْن َي ْػ ََتىْ ََ ُم َص نّل اْ ْ ٍُ ْصي ٍِي‬ ُ 349 Zaadul Ma’ad, 1/432 ‫وكمر‬ ِ ِ َ َ ْ ْ ْ َْ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ َ َ ن‬ َ ‫ َن ن‬ ِ ‫اّلل‬ ‫ِب ِِف َ ْاى ِف ْط ِر َواألط َح َشتْ ًػا َوَخ ًصا‬ ‫ن رش‬ ‫َعئِشث‬ َ‫َع‬ ْ ‫ٔل‬bersama َ َ Raya Berhari  |149 ُ ّ ‫ َ ك‬Nabi ُ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ْ ْ .‫ْ ًْ َيَؾ ََ ْيؤذِ َ َن ْئ يم ُاى ِفط ِر وَل ئم األطح‬ ِ ‫شِٔى حؾتِْيَت اْرن‬ .‫ٔع‬ 348

349

Hukum mengambil jalan yang berbeda ini hanya khusus pada dua hari ‘Ied. Tidak disunnahkan untuk amalan lainnya, seperti shalat Jum’ah 350 atau dalam masalah amal shalih yang lain. Syaikh Ibnu Utsaimin  berkata: “Hal seperti ini tidak bisa diqiaskan. Terlebih lagi amalan-amalan tersebut ada pada zaman Nabi . Dan tidak ُ ْ ُ َ pada َ َ ٰ kecuali َ‫ يَيْب‬berbeda, ْ َ‫ُس ي‬yang ْ ُ‫ َم اىْػِيْ ِد ة‬jalan َ ‫ ََحْ َر‬ً‫ َدة‬mengambil pernah dinukil bahwa beliau . ‫اء‬ ‫ر‬ ٔ  ‫اّلل‬ ‫ل‬ ٔ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ِ dua hari ‘Ied. Kita mempunyai satu kaidah yang penting bagi thalibul ilmi (penuntut ilmu), segala sesuatu yang ada sebabnya pada zaman Rasulullah َ ْ َ ْ َ amalan َ ُ ْ َ َّ َ ْ maka  dan beliau tidak tertolak.” َ mengerjakannya, ٰ ُ َُ َ َ ُ ‫ َي ْغ‬tersebut َ َ . ‫ات‬ ‫ر‬ ٍ ‫ت‬ ‫و‬ ‫ؽ‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫َت‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫َل‬  ‫اّلل‬ ‫ رشٔل‬ialah ‫َكن‬ ِ ِ ٍ ِ  berkata: “Maka yang benar, Hingga Syaikh Ibnu Utsaimin pendapat yang mengatakan, mengambil jalan yang berbeda, khusus pada ْ َ ْ َ dari ْ َ َ muallif dua َ shalat َ َ ْ ‫‘ ن‬Iedَ ْsaja, ُ ‫ ُر‬perkataan ْ ‫ف‬zhahir َ‫ َو ي‬sebagaimana َ ‫ َح ََّت َي ْط َػ‬yang ‫– الن ي‬Al‫َل‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫م‬ ٔ ً ‫ر‬ ‫ط‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫َي‬ ‫َل‬  ‫ب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ِ Hajjawi ِ di dalam Zaadul Mustaqni’-ِ karena ia tidak menyebutkan ِ pada hari ْ ْ Jum’at, tetapi hanya menyebutkanَ pada َ dua ُ ُ ‘Ied.َ َ Halَ iniْ َ menunjukkan, ُ َ ْ‫صي‬ َّ َ ‫ؽ ُو‬ ْ ٌhari . ّ ‫خ‬ ‫ه‬ ‫ن‬ َِ ‫و‬ ‫ػيأؽ‬mengambil ‫جع‬ ‫يأ‬ ِ ِ ِ bahwa dia memilih pendapat tidak disunnahkannya yang ِ ‫حَت ير‬jalan 351 berbeda, kecuali pada dua hari ‘Ied” .

- Bertakbir.

َ ‫اىطر‬ ‫ إ َذا ََك َن يَ ْٔ ُم عِيد َخاىَ َف ن‬ ‫ب‬ ‫ََك َن الن ي‬ .‫يق‬ ٍ ِ ِ ِ

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ َ ٰ ُ ّ َ ُ َ َ َّ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ ُ ‫ُ َ ن‬ َ .‫اّلل ىَل ٌَا ْ َداؽ ًْ َوى َػيؾ ًْ تشه ُرون‬ ‫وِلِ ه ٍِئا اىػِدة وِلِ ه ِِبوا‬

sempurnakan ْ َ kalian ْ َ Ramadhan ْ danَ bertakbirlah ْ َ karena ٰ ُ supaya ٰ ‫ َ َ ن‬hitungan َ‫ؽ‬ ُ "Dan ُ ٰ ‫اّلل‬ َُ‫ؽ‬ ُ ٰ ‫ِب‬ َُ‫ؽ‬ ُ ٰ ‫ِب‬ َُ‫ؽ‬ ُٰ ‫ِب‬ ‫ك‬ ‫اّلل‬ ‫اّلل‬ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ِب‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫إ‬ ‫َل‬ ‫ك‬ ‫اّلل‬ ‫اّلل ك‬ ‫اّلل‬ ِ kalian, semoga kalian bersyukur.” [Qs yang telah dikaruniakan Allahِ kepada Alْ Baqarah 185]. ْ َ َُ‫ؽ‬ َ ِ‫ِب َو ّٰلل‬ .‫اَح ٍْ ُد‬ ‫ك‬

Waktu bertakbir dimulai setelah terlihatnya hilal bulan Syawwal, hal ini jika memungkinkan. Dan jika tidak mungkin, maka dengan datangnya ْ ketika ْ ْ matahari ْ pada ُ ْ َ 30 Ramadhan. berita,ُ atau َ terbenamnya ْ tanggal َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ‫كم َرَُا َت ْػِن الن ن‬ ‫ور‬ ‫د‬ ‫اْل‬ ‫ات‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫ِق‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ٔ ‫ػ‬ ‫اى‬ َ ‫ي‬ ‫يد‬ ‫ػ‬ ‫اى‬ ‫ِف‬ ‫ج‬ ‫ر‬  ‫ب‬ ‫ُن‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ ِ ِ ِ Kemudian, takbir ini hingga ِ imam selesaiِ dari khutbahِ ‘Ied. ِ Demikian ََ ْ ‫ ن‬pendapat ْ َ ْAhlul menurut pendapat yang benar, ْ َ Ilmi َ ‫(ْ ُ ن‬ulama). َ.‫ٍي‬diِ ‫ ْصي‬antara َ َ ُ َ ُ َ َ ْ‫َتىَ مصّل ا‬ ‫ض كن ي‬kecuali ‫مر اَحي‬jika ‫وك‬ ِ ٍmendengarkan Akan tetapi, kita tidak bertakbir ketika ِ ‫ػ‬khutbah, mengikuti takbirnya imam. Dan ditekankan untuk bertakbir ketika keluar 352 َ َ ketika dari rumah menuju tanah lapang, ْ َ ْ َ imam َ َ menunggu ْ atau ُ ّ َ ُ datang. ُ َ َْ َ ْ َ ْ ْ .‫األطح‬ ‫م‬berkata: ٔ‫“ ِر وَل ي‬Takbir ‫ٔم اى ِفط‬pada ‫ذِن ي‬hari ‫َ يؤ‬Idul ‫ؾ‬Fitri ‫ًْ ي‬ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

َ َ ْ َ َْ ‫ْ َ ْ َ َْ َ ن ََ َ ن‬ ٰ َُ َ َ ُ ْ‫َ ن‬ ‫ان‬ ‫ذ‬ ِ ‫ اى ِػيدي َِ غْي مر ٍة وَل مرت‬ ِ‫صييج ٌع رشٔ ِل اّلل‬ ٍ ‫ي ةِغْيِ ك‬ َ َ‫َو ََل إك‬ .‫اٌ ٍث‬ ِ

350 Sebagaimana disebutkan Ibnu Dhuwaiyan di dalam kitab Manarus Sabil 1/151 351 Asy-Syarhul Mumti’, 5/173-175 352 Ahkamul ‘Idain, 24

150 | Tutorial Ramadhan

َ َ َ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ّ َن‬ َ ‫ن‬ َ ‫نِب ِِف‬ ِ ‫ع َْ ع ٍْ ِرو ة ْ َِ غ ْٔ ٍف عَ كبِيِّ عَ ج ِده ِ كن رشٔل اّلل‬

َ ْ ْ َْ َ ‫ََك َن الن ي‬ ‫ َل َي ُر ُج يَ ْٔ َم اى ِف ْط ِر َح ََّت َي ْط َػ ًَ َو يَ ْٔ َم النح ِر َل‬ ‫ب‬ ِ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ ُ ُ ْ َ .ِِّ‫خ‬dan ‫صيه‬ ‫ ػيأؽ‬selesainya ‫جع‬ ‫ؽو‬ ‫يأ‬ ِ ‫و ٌَِ ن‬dengan ِ ‫‘حَت ير‬Ied. dimulai ketika terlihatnya hilal, berakhir Yaitu

ketika imam selesai dari khutbah, (demikian) menurut pendapat yang benar” 353. ََ َ َ َ َ َ َ َ ‫اىطر‬ ‫ن‬ ‫الن ي‬Telah .‫يق‬ ‫ِيد خاى‬ ‫يَ ْٔ ُم‬terdapat ‫إِذا َكن‬keluasan. ‫ب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ٍ hal‫ع‬ini Adapun sifat (shighat) ِ takbir,‫ف‬dalam ِ datang satu riwayat yang shahih dari Ibnu Mas’ud , bahwa ia bertakbir pada َ hari-hari َ َ kali) ْ ُ Allahu ْ ُ َ َ َ ْ ُ genap َ ُ ْ َ tasyriq َ lafadz ُ ‫ ن‬dengan َ َْ ‫(ٌا‬dua َ Syaibah, َ ٰ mengucapkan ُ ّ sanadnya ‫اؽً وى‬ ‫ه ٍِئا اى‬akan ‫ػِ َّدة َوِلِ ُه‬shahih, .‫ون‬Diriwayatkan ‫ِبوا‬ ‫ َػيؾ ًْ تشه ُر‬oleh ‫اّلل ىَل‬ ِ‫وِل‬ Akbar. Ibnu‫د‬Abi dan ِ َ ً َ lain ٰ ُْ َُ َ َ tetapi disebutkan di lafadz ْ ْ َ ْ tiga َ kali. ْ ُ dengan ُ ََْ َ َ ْyang

.‫ ييبس ئم اىػِي ِد ةردة َحراء‬ ِ ‫َكن رشٔل اّلل‬ ُٰ ُ َ ْ َ ُ ٰ ٰ ‫ٰ ُ َ ْ َ ُ ٰ ُ َ ْ َ ُ ٰ ُ َ ْ َ ُ َ َ ن‬ ‫اّلل كؽِب اّلل كؽِب اّلل كؽِب َل إِه إَِل ْاّلل اّلل كؽِب اّلل‬ ُ َ َ ُ َ َّ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ‫ؽ َو َت‬ َ ْ ٰ ‫ٔل‬ ٰ َ ‫ََكنْ َ َر ُ ُش‬ .‫ات‬ ‫ر‬ ٍ ‫ َل يغدو ئم اى ِفط ِر حَت يأ‬. ُ‫اَح ٍْد‬ ٍ َ ِ ‫اّلل‬ ِ‫كؽِب وّلل‬

َ ْ selayaknya ْ َ ْ yaitu َ َ ََ ‫ ْط ْر‬jama’i, َ‫ُر ْ ُج ُي‬berkumpul َ ْ‫ ََل ََي‬ ‫ َ َو َ يََ َْٔ َم الن‬bertakbir َ ‫ ْ ََّت َي ْ ْ َط َ َػ‬secara ‫الن‬ Tidak sekelompok ‫ي‬ ْ َ َ ْ َ ‫َل‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ً ‫ب‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ُ َ ُ ِ ‫ن‬ ‫ ن‬orang ِ ‫كم َرُا تػ‬ ‫ات اْل‬ ‫اىػٔاح ِق وذو‬dengan َِ ‫اى ِػِيدي‬satu ‫ ِِف‬suara, ‫ ُن ِرج‬atau ‫ ك ْن‬ ‫ ِِن ال‬memberi ِ melafadzkan orang satu‫ب‬ ِ‫ ِدور‬untuk ِ ْ َ ْ َ ْ ْ orang ُ ُ ََ ُ tersebut. َ ‫و ْ ن َح َََّت ي‬amalan komando kemudian diikuti sekelompok ْ ‫ج َ َع ْ َ َػ َي‬ ‫ؽ ُ ُو َ ن‬ ْ ‫ ْر‬Karena, ْ . ّ ‫خ‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ن‬ َِ ٌ ‫أ‬ ‫ؽ‬ َ ِ ِ ِ ُ َ ُ ِ seperti ini tidak pernah dinukil dari bertakbir .‫ي‬ ٍِ ِ ‫ي‬Salaf. ‫اٍْص‬Yang ‫صّل‬sunnah, ‫َتىَ م‬ ‫كن يػ‬orang ‫اَحيض‬ ‫ي َوأك َم َر‬ ِ setiap sendiri-sendiri. Seperti ini pula pada setiap zikir, atau ketika memanjatkan doa-doa yang masyru’ pada waktu. َ ََ َ ‫ر‬setiap ‫فْ َ ن‬ َ َ َ‫ِيد َ ْ َخَاى‬ ْ َ ‫ ُإ ِ َذ َا ْ َََك‬ ‫الن ْ ي‬ َ ‫ن يَ ْ ْٔ ُم َع‬ ّ َُ‫ب‬ ُ . ‫يق‬ ‫اىط‬ ‫ن‬ َ ٍ ِ ِ ‫يؾ‬saat Syaikh Al-Albani  berkata: .‫“طح‬Patut ‫ئم األ‬untuk ‫ ِر وَل‬diberi ‫م اى ِفط‬peringatan ٔ‫َ يؤذِن ي‬pada ًْ‫َْك‬ sekarang ini, bahwa mengeraskan suara ketika bertakbir tidak disyariatkan َ َ َ ْ ٰ ُ ّ َ yang ‫ ْ َ َ َ َ ن‬satu ْ oleh secaraَ َ berjamaah َ َ َ ْ sebagaimana ُ َsuara, َُ dengan َّ ‫هٍئُاَ اىْػ‬ ُ ِ‫ةَ َوِل‬dikerjakan ُ ‫ؾ ْ ًْ ت َ ْش َ ْ ُه‬ ‫َو َِلِ ُ ن‬ َ ٰ ْ ‫ي‬ ‫ػ‬ ‫ى‬ ‫و‬ ً ‫د‬ ‫ِب‬ ‫ه‬ . ‫اّلل‬ ‫وا‬ ‫اؽ‬ ‫د‬ ْ ‫ا‬ ٌ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫ىَل‬ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ِ ِ َ َ ‫ن‬ ‫ن‬ ِ sebagian orang. Demikian pula pada setiap zikir yang dibaca dengan keras ‫ان‬ ‫ذ‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ َ ‫ي‬ ‫يد‬ ‫ػ‬ ‫اى‬  ‫اّلل‬ ‫ل‬ ٔ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ٌ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ْي‬ ‫غ‬ ‫ة‬ ِ ِ ِ ٍ ٍ ِ ِ ِ atau tidak, maka tidak disyariatkanِ untuk berjamaah. Hendaknya kita َ َ َ‫َل إ َك‬ waspada ‫ ُ ٰ ُ َ ْ َ ُ ٰ ُ َ ْ َ ُ َ َ ن‬.َ ‫اٌ ْ ٍث‬ ْ َ ُ ٰ masalah ٰ ُ terhadap ٰ ini” ٰ ‫َو‬ َ‫ؽِب‬ ُ‫اّلل‬ ُ ِ ‫اّلل كؽِب اّلل كؽِب اّلل كؽِب َل إِه إَِل اّلل اّلل ك‬ 3. Hukum Shalat ‘Ied ْ ٰ َ َُْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ‫ َ ّ ن‬fardhu َ setiap ٰ ‘Iedُ َ adalah ْ ‫ة‬orang .ْٔ‫اَحٍ َغد‬ ‫ؽ‬ ‫ِب َع ٍْو‬untuk ِ‫ّلل‬ ْ‫ َْ كبي‬bagi ْ ‫‘ِّ َع‬ain, ْ ‫ك َع‬ َ ‫ن ن‬shalat Hukum ‫ِب‬ ‫اّلل‬ ‫ٔل‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ج‬ َ ‫ع‬ ‫ف‬ َ ‫و‬ ‫ر‬ َ ‫ِف‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ mengerjakannya. Dari Ummu ‘Athiyyah , ia berkata: ْْ َ ُ َ ْ ََ ُ ْ ْ ً ْ‫َ َشت‬ َ َ َ ‫اىْ َػ‬ ً ْ َ ْ َ ْ ْ ِ َ ْ ‫يدي‬ ْ َ ُ َ َ َ ُ ِ َ َ ‫ة‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫اْل‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫َخ‬ . ‫و‬ ‫وَل‬ ‫األ‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ػ‬ ‫ن‬ َ ِ ِ ‫ن‬ ِ ‫ كن ُن ِرج ِِف اى ِػيدي َِ اىػٔاح ِق وذو‬ ‫كم ِرُا تػ ِِن ال ِب‬ ِ‫ات اْلدور‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫َ َ َ َ ُْ ن‬ َ ٍْ ِ ‫َ ُم َص نّل َ ناْ ْ ٍُ ْصي‬ َ َ ‫و َكم ْر َاَح َي َض نكن َ ُيػ‬ ًْ َ َ ً ْ َ َ ْ َ ْ َ .‫ي‬ ٰ ْ َ ‫ن‬ ِ ‫َتىاّلل‬ ِ ‫ٔل‬ ‫ِب ِِف اىِفِط ِر واألطح شتػا وَخصا‬ ‫عَ َعئِشث كن رش‬ ْ َُ َ َ َ ّ َ ‫ؾ ُت‬ ‫َت َ ْ ي‬ ْ َُ ‫ْي‬ ْ ‫اْر ُن‬ ْ َ َ ْ َ َ َ .‫ٔع‬ ِ َ ْ َ ‫ْش ًِْٔيَى ح‬ ِ .‫ؾ َْ يؤذِن ئم اى ِفط ِر وَل ئم األطح‬ 353 Majmu’ Fatawa, 24/220, 221 354 Ahkamul ‘Idain, Ath Thayyar, hlm. 30 َ َ َ Shahihah, ََ َْ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ‫َ ن‬ َ ّ َ 1/121 355 Silsilah ‫َن‬ ُ ْ َ‫َل ب‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ َ.‫ َْػ َْد َْ َا‬Al-Ahadits ْ ‫ص ِو َ َؼ َتْي َٓا ن َو‬ ٰ ْ ْ َ َ َ ْ ‫ َ ُصّل ئم اى ِفطر رْػخي ًْ َ ي ن‬َ ‫نييال ُ ِب‬ ‫ان‬ ‫ك َص‬ ِ ‫ اىِػِيدي َِ ِغْي مر ٍة وَل مرت‬ ِ ‫ج ٌع رشٔ ِل اّلل‬ ٍ ‫ْي كذ‬ ِ ‫ي ةِغ‬ َ َ ََ Raya bersama Nabiَ  ُ ‫ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ن َ َ ن‬Berhari ُْ َ َ ٰ .ُ ‫|إِكَ ُاٌ ٍث‬151 ُ َ َ ْ ‫ َيرج ئم اىفِط ِر واألطح إَِل اٍْصّل َأول‬ ِ ‫وَكَلن رشٔل اّلل‬ ُ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ 354

355

"Nabi memerintahkan kepada kami (kaum wanita) untuk keluar mengajak ‘awatiq (wanita berusia muda) dan gadis yang dipingit. Dan Beliau memerintahkan wanita haid untuk menjauhi mushalla (tempat shalat) kaum muslimin.” 356 Dahulu, Rasululllah  senantiasa menjaga untuk mengerjakan shalat ‘Ied. Ini merupakan dalil wajibnya shalat ‘Ied. Dan karena shalat ‘Ied menggugurkan kewajiban shalat Jum’at, jika ‘Ied jatuh pada hari Jum’at. Sesuatu yang bukan wajib, tidak mungkin akan menggugurkan satu kewajiban yang lain.357 Pendapat yang mengatakan bahwa shalat ‘Ied adalah fardhu ‘ain, merupakan mazhab Abu Hanifah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Begitu pula pendapat yang dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dia mengatakan di dalam Majmu’Fatawa (23/161), sebagai berikut: “Oleh karena itu, kami merajihkan bahwa hukum shalat ‘Ied adalah wajib ‘ain. Adapun pendapat yang mengatakan tidak wajib, adalah perkataan yang sangat jauh dari kebenaran, karena shalat ‘Ied termasuk syi’ar Islam yang terbesar. Kaum muslimin yang berkumpul pada hari ini, lebih banyak daripada hari Jum’at. Demikian pula disyariatkan pada hari itu untuk bertakbir. Adapun pendapat yang mengatakan hukumnya fardhu kifayah, tidak tepat.” Wallahu a’lam.

4. Waktu Shalat ‘Iedul Fitri Sebagian besar Ahlul Ilmi berpendapat, bahwa waktu shalat ‘Ied adalah setelah terbitnya matahari setinggi tombak hingga tergelincirnya matahari. Yakni waktu Dhuha. Juga disunnahkan untuk mengakhirkan shalat ‘Iedul Fitri, agar kaum muslimin memperoleh kesempatan menunaikan zakat fitri. Ibnul Qayyim  berkata: “Dahulu, Nabi  mengakhirkan shalat ‘Iedul Fitri dan menyegerakan shalat ‘Iedul Adh-ha. Sedangkan Ibnu Umar , seorang shahabat yang sangat berpegang kepada Sunnah. Dia tidak keluar hingga terbit matahari.”358

5. Tempat Mendirikan Shalat ‘Ied Disunnahkan mengerjakan shalat ‘Ied di mushalla. Yaitu tanah lapang di luar pemukiman kaum muslimin, kecuali jika ada uzur. Misalnya, seperti: hujan, angin yang kencang dan lainnya, maka boleh dikerjakan di masjid. Ibnu Qudamah  berkata: “Mengerjakan shalat ‘Ied di tanah lapang 356 Muttafaqun ‘alaih 357 Lihat At-Ta’liqat Ar Radhiyah, Syaikh Al-Albani, 1/380. 358 Zaadul Ma’ad, 1/427

152 | Tutorial Ramadhan

‫َ َ َُ ُ ٰ‬ ‫َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ َّ َ ُ‬ ‫أؽ َو َت ٍَ َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ات‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫َت‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ‫ٔ‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫غ‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ََك ُن ْ َرشُ‬ ‫ٔل ُ ْ َّ ٰ َ ُ َ َ ُ ْ َ َ ّ ُ ُ ٰ ُ ٰ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ِ َ ُ ن ْ َ َ ٰ َ ن ٰ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ُُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ون‪ُٰ .‬‬ ‫و ِٰلِ ُ‬ ‫َل وىػ‬ ‫اؽً‬ ‫ؽٔا َِباىػِدة‬ ‫اّللهك ٍِي‬ ‫اّللً كتش‬ ‫اّلليؾ‬ ‫ؽهِبر اّلل‬ ‫ىَلِبٌاَلْ إ ِد َه إ‬ ‫اّللكؽ‬ ‫ه ِِب‬ ‫اّلل وكِلِؽ‬ ‫ِبوااّلل‬ ‫ِ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََ َ‬ ‫ب ٰ ‪ََ ْ‬ل ََيْ ُر ُج يَ ْٔ َم اىْف ْطر َح ََّت َي ْط َػ ًَ َو يَ ْٔ َ‬ ‫ن َ ُالن َ ي‬ ‫ْ‬ ‫النح ِر َٰل‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬ ‫‪َ Nabi‬‬ ‫‪ْ ُ ٰkarena‬‬ ‫‪ْ  keluar‬‬ ‫ؽِب ِوْ‬ ‫‪ٰ dahulu,‬‬ ‫‪tanah‬د‪ٰ ُْ َ ْke.‬‬ ‫ّللِ ٰ‬ ‫كَكْ ٰ‬ ‫اَحٍُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ sunnah,‬اّللُ‬ ‫ؽ َِبُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪adalah‬‬ ‫‪lapang‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫ؽ َِب َْل َ إِه إَِل اّلل اّلل ك‬ ‫اّلل ك‬ ‫اّلل‬ ‫‪rasyidin.‬ك َ‬ ‫ؽ َِب ُ ُ‬ ‫اّلل ُك ُ‬ ‫ؽ َحِبََّت يَ ْ‬ ‫‪meninggalkan masjidnya. Demikian‬‬ ‫‪Dan‬‬ ‫‪ini‬‬ ‫صيهخِِّ‪.‬‬ ‫‪khulafaur‬و ٌ َِْ‬ ‫ج َع ػي َأؽ‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ؽ‬ ‫َيَأ‬ ‫‪ pula‬ن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫‪ُ ٍْ sepakat‬‬ ‫‪ُ setiap‬‬ ‫‪merupakan‬‬ ‫‪kesepakatan‬‬ ‫‪ْ ْ muslimin.‬‬ ‫ِب َ‪َْ di‬وّللِ ن َ‬ ‫‪ْ ُ ْ telah‬‬ ‫كَََ‬ ‫ات ْ ُ‬ ‫‪َ Mereka‬ج ِف اىْػ َ‬ ‫اْل ُ‬ ‫‪َ kaum‬ػ َٔاح َِق َو َذ َ‬ ‫‪shalat‬د‪.‬‬ ‫اَح ن‬ ‫ور‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫اى‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫يد‬ ‫ر‬ ‫‪‬‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ِن‬ ‫ػ‬ ‫ت‬ ‫ؽُا‬ ‫كمر‬ ‫ُن‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪zaman‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪tempat‬‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪keluar‬‬ ‫‪ke‬‬ ‫‪tanah‬‬ ‫‪lapang‬‬ ‫‪ketika‬‬ ‫”‪‘Ied.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اىطريق‪َ.‬‬ ‫ب َ‪َ ‬إ ْ َذا َ َْك َ َن ْيَ ْٔ ُم ُ َع نِيد ْ َخاىَ ْ َف َ ن‬ ‫ن‬ ‫َ ََكَ َ َن َ ال ْ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫‪ْ Iqamah‬ي‪ْ ِ .‬‬ ‫‪6. Tidak‬‬ ‫‪Ada‬‬ ‫‪Sebelum‬‬ ‫‪Shalat‬‬ ‫َتى َْ ُم ْ‬ ‫‪‘Ied‬ض نك نن يػ‬ ‫اَحي‬ ‫و َك َم َر َ ِ ْ‬ ‫صَ‬ ‫ات ْ ُ‬ ‫‪َ dan‬ػ َٔاح َ‬ ‫جّل اِْفٍاىْصػي ِ ٍِ َ‬ ‫اْل ُ‬ ‫‪َ Azan‬و َذ َ‬ ‫‪ِ‬‬ ‫ور‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫ِق‬ ‫اى‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫يد‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ِن‬ ‫ػ‬ ‫ُن‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ِ Dari Ibnu Abbas dan Jabirِ , keduanya berkata:‬‬ ‫ِ‬ ‫كمرُا ت ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ُ َْ ُ َ‬ ‫َ َ َُ َ ْ ُ ُ ْ ُ ن َ َ ّ َّ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ ّ ْ ُ َ ُ ٰ َ َ نَ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ‬ ‫وكِْلِم َره ٍِي‬ ‫اؽ‪َ ًْ .‬وى َػيؾ ًْ تشه ُرون‪.‬‬ ‫طد َ‬ ‫اَح ْٔاي ُاىػِ‬ ‫ي‪.‬‬ ‫ىَل َمٌٍاصاألي ِْ ٍِ‬ ‫اّللَلّليَ ْٔاْ‬ ‫ِب َْطوارم َوص‬ ‫ضدكةن َو ْيِلِ َػهَت ِى‬ ‫ح‬ ‫ًْ يؾَ يؤذِن ئم اىِ ِف ِ‬ ‫َ ٰ ُ َ ْ َ ُ ّ ُُٰ َ‬ ‫‪ َ َ ‘Iedul‬ن‬ ‫‪َ َ Fitri‬‬ ‫”‪ْ ْ َ Adh-ha.‬‬ ‫‪َ َ ْ َ hari‬‬ ‫‪ْ َ ُ azan‬‬ ‫‪ْ َ dan‬‬ ‫‪ٰ َ َ ُ َ pernah‬‬ ‫ْٰ‬ ‫‪ٰ َ hari‬‬ ‫‪ٰ ْ ‘Iedul‬‬ ‫َ‬ ‫اّللُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ِب َ‬ ‫‪"Tidak‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫اّللن َ ْك ُ ُ‬ ‫َ‬ ‫اّلل يَ‬ ‫ؾ ْ‬ ‫ْ َْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ؽٰ‬ ‫ؽٔ ْمِباألَل ْ‬ ‫حإنِ‪َ.‬ل َاّلل َ ناّلل كؽ ْ‬ ‫ِب‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫إ‬ ‫ِب‬ ‫ك‬ ‫اّلل‬ ‫ؽ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ط‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ‫ٔ‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫ً‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ان‬ ‫ي‬ ‫‪ٍ ,‬ة وَل مر‬ ‫‪ْberkata:‬ي‪ ia‬مر‬ ‫شٔ ِل اّللِ ‪ ‬اىػِيدي َِ غ‬ ‫ْي‬ ‫‪Dari‬‬ ‫‪Samurah‬ت ِ‬ ‫‪ Jabir‬كذ ٍ‬ ‫‪ bin‬ةِغ ِ‬ ‫َصي ْي َ ُج ٌَ ٰع ر ْ‬ ‫اَح ٍْد‪ُ.‬‬ ‫َ‬ ‫ك َ‬ ‫ؽ َ‬ ‫ّللِ‬ ‫ِب َ‬ ‫ْ َ ْ َ َْ َ ن ََ َ ن َْ َ ْ َ َ‬ ‫ٰ‬ ‫اٌو ٍَث‪.‬‬ ‫َو ََل ن ْإِك‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ان‬ ‫صييج ٌع رشٔ ِل اّللِ ‪ ‬اىػِيدي َِ غْي مر ٍة وَل مرت ِ‬ ‫ي ةِغْيِ كذ ٍ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ ْ َ ْ َ َ ََ َ َ‬ ‫َ ْ ُْ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ َ َْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِن ْالن ن‬ ‫َ‬ ‫ب َ ْ‪ ‬ك َن ُْن ِر ْج ِ َ‬ ‫ات اْل ن َدور‬ ‫يدي َِ ناىػ َٔ ُاح ِق وذ ٰو‬ ‫ِف ْاىػ‬ ‫اٌػ‬ ‫وكمرُا ت‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫ث‬ ‫ٍ‬ ‫ِفِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫عَلَْ إِكع ٍْْ ِرو ة‬ ‫َ غٔ ٍف عَ كبِيِّ‬ ‫عَ ج ِده ِ كن رشٔل اّللِ ‪‬نِب ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ َ َ ُ ن َ‬ ‫ص نّل اْ ْ ٍُ ْصي ٍِي‪َ.‬‬ ‫ض ك ْن َي ْْػ ََُتىْ َ ََ ُم َ َْ‬ ‫‪dan‬مر َ َ ْاَحي‬ ‫وك‬ ‫‪"Saya َ shalat bersama‬‬ ‫‪hari‬‬ ‫‪pada‬اْل َ‪ِ ‬‬ ‫خ ّ َِرة ِ‪َ .‬‬ ‫‪َ ْ raya,‬و َ‬ ‫”‪ iqamat.‬ن‬ ‫‪bukan‬األ ِ َ‬ ‫‪ٰ danَ Rasulullah‬‬ ‫‪َِ ِ dua‬ف‬ ‫َخ ْ ًصا‬ ‫وَل‬ ‫ِف‬ ‫‪َ َْsekali‬شتْ ْ ًػ‬ ‫اى َػِ ْيدي‬ ‫‪hanya‬ا ِ َ‬ ‫ْ‬ ‫‪ tanpa‬نِبَ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِف‪dua‬‬ ‫‪kali,‬‬ ‫‪azan‬‬ ‫‪tanpa‬‬ ‫عَ عٍ ِرو ة َِ غٔ ٍف عَ كبِيِّ عَ ج ِده ِ كن رشٔل اّلل ِ ‪‬ن ِ‬ ‫‪Ibnul Qayyim  berkata:َ “Dahulu,‬‬ ‫‪sampai‬‬ ‫‪َ ً ْ َ َ َ Nabi‬‬ ‫َْ‬ ‫‪َ ْ َُ ْ َ ‬‬ ‫‪ْْ َ ْ َ ْ َ َ ketika‬‬ ‫‪ ّ ً َ َْ َ ُ َ َ ْ keُ ْ َtanah‬ن ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫‪َ“ash‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ٰ‬ ‫ح‬ ‫ط‬ ‫األ‬ ‫م‬ ‫ٔ‬ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ‫ٔ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫‪.‬‬ ‫‪ucapan‬تؤػذ‬ ‫ؾ ََِ ي‬ ‫ْاى َ ًْػِ ْي‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬ ‫‪lapang,‬‬ ‫‪azan‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪iqamat‬‬ ‫‪ataupun‬‬ ‫‪َbeliau‬خصاً‬ ‫َ‬ ‫‪shalat‬األطح َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪memulai‬شتْ ًػا وَ‬ ‫‪tanpa‬ة ِْط‪.‬ر وَ‬ ‫خ ِفِر‬ ‫اْل‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫َخ‬ ‫و‬ ‫وَل‬ ‫األ‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫يد‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫عَ َعئشث كن رشٔل اّللِ‬ ‫‪‬نِب ِ‬ ‫‪ِuntuk‬ف اى ِ‬ ‫‪shalatu jami’ah.” Dan yang sunnah,‬‬ ‫”‪tidak dikerjakan semua ِ itu.‬‬ ‫َن َ ْ ََ َ ْ ي ُ‬ ‫ٔع‪ َ َ ْ .‬ن َْ َ ْ َ ْ َ ن َ َ ْ َ‬ ‫‪َ ْ َ َ َ ْ َ ًShalat‬‬ ‫‪ َ َ ‘Ied‬ن َ ْ‬ ‫اْر َ ٰ‬ ‫ِ‬ ‫صِٔ ْييْى َ ُح َ‬ ‫ْ‬ ‫ٰ‬ ‫ن‬ ‫ؾ َت َْي ن َُت‬ ‫َش‬ ‫ْ‬ ‫‪ً Sifat‬ان ‪7.‬‬ ‫َ‬ ‫ْيو ك‬ ‫ِب َِ ِِفغاىْيِفطم ِر ٍةوواألَلطمر‬ ‫‪‬ػِنيدي‬ ‫‪ ‬اى‬ ‫َخذص ٍا‬ ‫جئ ٌِشعث ِ كرنشٔ َر ِلُشٔل‬ ‫عَ َع‬ ‫يتة ِػغا‬ ‫حت ِش‬ ‫اّللِاّلل ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪Shalat ‘Ied, dikerjakan dua rakaat, bertakbir di dalam dua rakaat tersebut‬‬ ‫َل إكَ َ َ‬ ‫‪ْ ihram‬‬ ‫ؾت َ‬ ‫‪12 kali َ takbir,‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫َت ن ي‬ ‫َوش نَ َ‬ ‫‪ُ ْ takbiratul‬ن َ ِ ْ‬ ‫‪َ pertama‬‬ ‫ْي َ َ ْ‬ ‫‪َ ْ rakaat‬‬ ‫‪َ ّ َ ُyang‬‬ ‫‪ْ َ َ ْ َ setelah‬‬ ‫‪ْ َ َ 7 َ pada‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ث‬ ‫اٌ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٍ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬ ‫‪.‬‬ ‫ٔع‬ ‫اْر‬ ‫ح‬ ‫ى‬ ‫ِٔ‬ ‫كن ال ن‬ ‫‪ِqira’ah.‬‬ ‫ي‬ ‫‪kedua‬ط ِر ر‬ ‫‪ْqira’ah,‬ا‪.‬‬ ‫‪dan‬وَل بػد‬ ‫‪takbir‬ت‪5‬يٓا‬ ‫‪pada‬ص ِو ؼ‬ ‫‪ ًْ rakaat‬ي‬ ‫‪ٔsebelum‬م اى ِف‬ ‫‪ ‬صّل ي‬ ‫ب‬ ‫‪sebelum‬‬ ‫‪ْyang‬ػخ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ َ ن ْ ن َ ْ ْ َ ن َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ّ ْ ُ ْ َ َ ن ّ َ َُ ْ َ َ َ ٰ ْ َ َ ْ َ‬ ‫ِبَ‪ .‬ن ِ ُ‬ ‫ب ِر ُ‬ ‫اّللِ َُل َب ن‬ ‫‪‬ة ِ َٰصغّلٔ ي ٍٔ َ ْ‬ ‫‪َ ‬دن َْناَ‬ ‫ج ًِد َه ِي كصن ْ‬ ‫ك َعن َ‬ ‫ِف‬ ‫ط ِورَؼش‬ ‫ٔلو‬ ‫ع ُشنٍ‬ ‫َال َ‬ ‫ٔلٓا‬ ‫ِ‬ ‫صػّل َأول‬ ‫َل واٍْ‬ ‫حتي ِإ‬ ‫ي ِرْ واأل‬ ‫فمَيعاىُر ِفَ ُجطكب ِيَري ّْٔرَِمْػعاىخفَِ ْ ْ ِط‬ ‫‪‬‬ ‫اّلل‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫وَل ُ َوَخ َ ًْ‬ ‫َاىْػِيدي ََ ْ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫‪.‬‬ ‫ة‬ ‫ِر‬ ‫خ‬ ‫اْل‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫األ‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ػ‬ ‫ت‬ ‫ش‬ ‫اسُ‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َص ْف ػ َيل ْ َ‬ ‫َش ٍء َ ُي ِت ُدك ةِّٰ ِاْصَل َة ْ ث نً يِ ِ‬ ‫الَّ َ ُ‬ ‫اس ن َو َ‬ ‫َ َْ‬ ‫ٔم ٌْلاةو َ الَّ ْ ِ‬ ‫ٔل ِاّللِ ‪َ ‬ي ُر ُج يَ ْٔ َم ِاىفِ ْط ِر َواأل ْط َح ِ إَِل اْ ٍُ َصّل َأ نول‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫َك‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ٔس ْ َ َ ُ َ‬ ‫ىَل ن‬ ‫ٔصي َ ِٓ ْ ًَ ُ ْ َو ُيأ َ ُم ُ َر ًَْْْ‬ ‫صف َٔ َُن ِ ِٓ ًَ ُػ َي ٰ ُ ِػ نظَٓ ًْ ََ َو ني َ ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ط َح َّ َشتْ ًػا َ َو َ ََّخْ ُصاً‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫اْصٔل‬ ‫َشَ ٍءَعيئ ِتشدكث كةِِّن رش‬ ‫ع‬ ‫َصِب ِ‬ ‫األةِو ال ِ‬ ‫اس والاس‬ ‫فِف ػاىيفِلطٔم ِر وٌلا‬ ‫اّلل ًِ يِ‬ ‫َلة ث‬ ‫‪‬ن ِ‬ ‫‪359 Al-Mughni, 3/260‬‬ ‫ْ‬ ‫ُ َُ ٌ َ َ َْ‬ ‫‪360 HR Bukhari dan Muslim‬‬ ‫ؾت َ‬ ‫َت ي‬ ‫ْي ُ‬ ‫صَ ُْ‬ ‫اْرٓ ًُْٰن َػ ِ َ‬ ‫ٔص نيٓ َ ًْ َ َو َيأ ُم ُر ن ُْ ًَْ َ َ َ ن َ‬ ‫ٔع ِ‪.‬ػ ُظ ُٓ ْ ًْ َو َ ُي َ َ‬ ‫‪ْ Muslim‬‬ ‫جِٔٓي ْدى ُح‬ ‫َش‬ ‫‪361 ُ HR‬‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ٔ‬ ‫ف‬ ‫ىَل‬ ‫ٔس‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪Ma’ad,‬ا ُنط‬ ‫‪1/427‬كال إُِ‬ ‫ت ٌَع رشٔ ِل ِاّلل ِ ‪ ‬اىػِيد َيٍا ِكَض اْصَلة‬ ‫‪Zaadul‬ب ‪362‬‬ ‫شِ‬ ‫َ َ ن َ ْ ن َ َ ن َ ْ َ ن َ ْ َ ْ َ ٰ َ ْ ْ ْ ُ ْ ْ ََ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ‬ ‫ج َي ْ َ ْ‬ ‫ِس َ َّو ٌَ ن َ َْ ْ َ َكَ َ َ َح َ َّ‬ ‫ب َ َ ك َ َ ْنن ْ َيَ َ َْْذ َْبَ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫كػنٍ ْ‬ ‫ِساىْ ِي‬ ‫َالك ُ نح‬ ‫ب كن‬ ‫‪‬طخراىطػتر ِْث َ‬ ‫َل إبُاػدُنْ ُاط‪ُ .‬‬ ‫يدػَخَييي ِ ن‬ ‫ص ِو ؼ‬ ‫‪ٔbersama‬م‬ ‫َييي‬ ‫ّل‬ ‫ب‬ ‫يٍاْ كً يَض‬ ‫‪َ ‬ر ُشصٔ ِل‬ ‫ب ٌَ َع‬ ‫ت‬ ‫ش ِٓ‬ ‫اّللِ‬ ‫‪ِ Raya‬ف ِ ِ‬ ‫اْصتيَلٓةا كوال ِ‬ ‫‪Berhari‬‬ ‫‪Nabi‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪ْ |153‬د ِ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََي َ َي ْذْ َب‪ .‬ن ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ ََ‬ ‫بَ‬ ‫ِس ْ ُْ ِي ُخ َط ْت َ ِث َْي ْيجي َِس ْوٌََ ك َح ْ‬ ‫ب ُ ك َن ن يذ َْ ن ُ‬ ‫ػٍَ ََ َك ُح ُب ك ٰن َيي َ‬ ‫‪359‬‬

‫‪360‬‬

‫‪361‬‬

‫‪362‬‬

.‫وَل إِكاٌ ٍث‬

َ َ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ّ َن‬ َ َ ‫ َن ن‬ ِ‫اّلل‬ ‫ِب ِِف‬ ‫ع َْ ع ٍْ ِرو ة ْ َِ غ ْٔ ٍف عَ كبِيِّ عَ ج ِده ِ كن رشٔل‬ ُْ َ sesungguhnya "Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah ْ ‫يدي‬ َ ‫اىْػ‬ ً ْ‫وَل َو ََخ‬ َ ‫ِف ْاْلخ‬ ِ ‫ة‬ ‫ِر‬ ‫ا‬ ‫ص‬ . ‫ ِِف األ‬dan ‫تْ ًػا‬lima ‫ َِ َش‬kali ِ ِ rakaat pertama,  bertakbir pada dua shalat ‘Ied tujuh kali pada pada rakaat yang kedua.” َ ْ َْ َ ْ ْ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ َ َ َن‬ ‫ن‬ ً‫ط َح َشتْ ًػا َو ََخْصا‬ َ ‫نِب ِِف اىفِط ِر واأل‬ ِ ‫عَ َعئِشث كن رشٔل اّلل‬ ُ ‫َ َ ْ َ َْ ي‬ ِ ‫اْرن‬ .‫ٔع‬ ‫شِٔى حؾتِْيَت‬ 363

"Dariَ Aisyah, shalat Fitri dan ْ pada َ ْ َ َ ْ َ bertakbir َ َ ّ َ Rasulullah ‫‘ َ ن‬Iedul ْ َ َ sesungguhnya ْ dua َ ْٔ َ‫ّل ي‬ ُ‫ ًْ ي‬lima ‫كَ نن الن‬ 364 ‫ن‬ shalat ‘Iedul dan kali, selain takbir ruku.” .‫ػ َدْا‬Adh-ha ‫ا َوَل ب‬tujuh َٓ ‫ؼتْي‬kali ‫ص ِو‬ ْ‫ي‬ ‫خ‬ ‫ػ‬ ْ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ‫ص‬  ‫ب‬ ِ ِ ِ ِ Ibnul Qayyim  berkata: “Beliau memulai shalat ‘Ied sebelum berkhutbah. Bertakbir ْ َ shalatَ dua ْ َ ْ َ ُ ُpada ُ ‫ َ ن َ َ ن‬Beliau ْ َ rakaatٰ yangُ pertama, ْ َ ْ rakaat. َ َ ْ َ ُ tujuh Beliau ‫أول‬kali َ ‫ّل‬takbir ‫اٍْص‬yang ‫ إَِل‬beruntun ‫ واألطح‬setelah ‫ اىفِط ِر‬takbir ‫ج ئم‬iftitah. ‫ َير‬ ‫ ُشٔل‬sejenak ‫َكن َر‬ ِ‫اّلل‬diam antara dua takbir. Tidak diketahui zikirُ tertentu antaraَ takbir-takbir ُ َ ْ َ ini.” َ َ َُ ُ ََُ َْ ‫ن ُ ُن‬ ُ‫اس َوالَّاس‬ َ ّ َ ْ ‫ِو ال‬disebutkan ‫ػيلٔم ٌلاة‬bahwa ‫َصف‬ ِ‫ً ي‬Mas’ud ‫اْصَلة ث‬ ِّmemuji ‫َش ٍء‬ Akan tetapiِ (ada) ِ ‫ يتدك ة‬Allah, ِ Ibnu menyanjungNya dan mengucapkan shalawat kepada ُdua َ ْ Nabiُ ُ (diَ َ antara ُ Al-Khallal. ٌ ُ ًُْْ ‫ َو َيأ ْ ُم ُر‬disebutkan ًْٓ‫ٔصي‬ ُ ْ ُ َ َ takbir tersebut), sebagaimana oleh Dan Ibnu Umar ِ ِ ‫جئس ىَل صفَٔ ِ ًِٓ ػي ِػظًٓ وي‬  merupakan seorang shahabat yang sangat tamassuk (berpegang teguh) dengan sunnah. Beliau mengangkat kedua tangannya setiap kali takbir. َ ‫ ن َ َ َ َ ن‬takbirnya, َ َ َ َ Nabi ٰ ْ َ ُ Beliau َ ‫ اىْػ‬ ُ ‫ُنْ ُط‬menyempurnakan Setelah ‫ت ٌَ َع َر‬ ‫ش ِٓد‬ ‫ب‬ ‫يد َي نٍا كَض اْصَلة كال إُِا‬ ِ ‫ ُشٔ ِل اّلل‬qira’ah. ِ memulai membaca Al-Fatihah, membaca surat Qaaf pada salah َ kemudian َ rakaat. َ ‫ ن‬satu َ َ ْ ُ ْ Terkadang ْ َ َّ lain, ْ َ ْ membaca َ ْ َ yang ْ َ ْ Al-Qamar. َ َ َ ْ ْ ْ ٍَ ‫َػ‬ َ َ Padaَ rakaat membaca surat surat ‫ب‬ ْ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ك‬ َ ٌ ‫و‬ ‫ِس‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ‫ي‬ َ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ط‬ ‫خ‬ ‫ِي‬ ْ ‫ِس‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ك‬ َ ‫َي‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ Al-A’laa dan surat Al-Ghasyiyah. Telah sah dari beliau dua hal ini, dan tidak sah riwayat yang menyatakan selainnya. ْ َْ ‫ََيْ َي ْذ‬ . ‫ب‬ Ketika selesai membaca, beliau bertakbir dan ruku’. Kemudian, apabila telah menyempurnakan rakaat yang pertama, beliau bangkit dari sujud dan َ َ beruntun. َ itu bertakbir Setelah َ ْ beliau ْ secara ُ ْ َ membaca. ْ Maka َْ َ ٍُ ‫اْل‬ َ ‫ع‬ ْ ٌ kali َ ٍَ ‫اج َخ‬ ُ‫ج َزكَه‬ َ ‫يدان َػ ٍَ َْ ش‬ ُ ْ lima ‫ث‬ ‫ػ‬ َِ ‫ك‬ ‫اء‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ْ ً ‫ِؾ‬ ٌ ٔ ‫ي‬ ‫ِف‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ك‬ ِ ِ ِ ِ takbir merupakan pembuka di dalam dua rakaat, kemudian membaca, dan setelah itu ruku’.365” َ َُُّ ‫ن‬

.‫ِإَوُا ُم ٍِػٔن‬

8. Apakah ada Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah ‘Ied?

ُ ِْ َ ‫ََنَ ُٰ ِن‬ ْ‫ؾ‬ . ً ٌِ‫‘و‬Ied. ‫ٌِا‬Disebutkan ‫تلتو اّلل‬ Tidak disunnahkan shalat sunnah sebelum dan sesudah

dari Ibnu Abbas :

363 HR Ibnu Majah 364 HR Abu Dawud, Ibnu Majah. Lihat Irwa’ul Ghalil, 639 365 Zaadul Ma’ad, 1/427

154 | Tutorial Ramadhan

َ َ َ ُٰ َُ َ َ .‫اّلل غييْم‬ ‫كَعده‬

‫طر واألطح شتػا وَخصا‬ ِ ِ‫نِب ِِف اىف‬ ِ ‫عَ َعئِشث كن رشٔل اّلل‬ ُ ‫َ َ ْ َ َْ ي‬ ِ ‫اْرن‬ .‫ٔع‬ ‫شِٔى حؾتِْيَت‬

َ َََْْ ْ ْ ََْ ‫َ ن‬ َ َ ّ ‫َن‬ َ ْ َ ‫ن‬ ‫ن‬ .‫ي ْ ًْ يُ َص ِو ؼتْي َٓا َوَل َبػ َدْا‬ ‫خ‬ ‫ػ‬ ْ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ّل‬ ‫ص‬  ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ ِ ِ ِ

"Sesungguhnya, rakaat, َ ْ َ ‘Iedulْ Fitri ْ Nabi َ َ ْshalat ْ َ ْ dua ُ ‫ ُ َ ن َ َ ن‬366 ْ َ tidak shalat َ َ ٰ ُ sebelumnya ُ َ ُ atau‫ل‬sesudahnya” ‫ َيرج ئم اىفِط ِر واألطح إَِل اٍْصّل َأو‬ ِ ‫َكن َر ُشٔل اّلل‬ Imam Ahmad  berkata: saat َ ‫ ن‬shalat ُ sunnah َ ُ َ tidak ُ adaُ satu َ َ ُ ُ “Sama َ sekali ُ ْ ُ ْ َ َ َ ‫ن‬ َ َ ّ ّ َ َ ْ sebelum dia ditanya: “Bagaimana dengan ِ sesudah ‫الاس‬atau ‫اس و‬ ‫‘اةِو ال‬Ied.” ‫ٔم ٌل‬Kemudian ‫َصف ػيل‬ ِ ‫ي‬ ً ‫ث‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫اْص‬ ّ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫د‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ء‬ ‫َش‬ ِ ٍ ِ ِ orang yang ingin shalat pada waktu itu?” Dia menjawab: “Saya ْ َ ُ ُ 367َ َ khawatir ُ jangan ٌ ُ‫ُجي‬ ْ ًُْْ yang ُ ْ ُ َ َ‫ٔصيٓ ًْ و‬ َ ُ‫ َيأ ُمر‬melihatnya. akan diikuti oleh orang Yakni shalat.” ٓ ‫ظ‬ ‫ػ‬ ‫ي‬ ‫ػ‬ ً ٓ َ ٔ ‫ف‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫و‬ ً ‫ىَل‬ ‫ٔس‬ ِ ِ ِ ِ ِ Al-Hafidz Ibnu Hajar  berkata: “Kesimpulannya, pada shalat ‘Ied tidak adaَ shalatَ sunnah sebelum atauَ sesudahnya, berbeda dari orang yang ْ َ َ َ ‫ن‬shalat َ ‫ َ ن‬Namun, َ Jum’ah. ٰ ُ ‫َشٓ ْد‬ َ ُ‫ال إُنا ُنْ ُطب‬dengan mengqiyaskan shalat ‫ َع َر ُشٔ ِل‬muthlaqah ٌَ ‫ت‬ ِ ‫ اىػِيد َيٍا كَض اْصَلة ك‬ ِ‫ اّلل‬sunnah ِ tidak ada dalilَ khususَ yang melarangnya, kecuali jika dikerjakan padaَ waktu َ ْ ْ َْ ْ ‫ََ ْ َ ن‬ َ ْ ْ َّ َ pada ْ َ 368َ .ْ ُ َ makruh َ ‫ ِْس‬yang yang ‫ب كن َيي َِس ْ ِيخطت ِث َي‬ ‫ب‬ ْ‫كن يَذ‬seperti ‫و ٌَ َْ كحب‬hari ‫ َيجي‬lain” ‫ػٍَ كح‬ Apabila shalat ‘Ied dikerjakan di masjid karena adanya uzur, maka ْ َْ ‫ََيْ َي ْذ‬ diperintahkan shalat dua rakaat tahiyyatul masjid. Wallahu a’lam. .‫ب‬

9. Apakah Perlu Mengqadha' Bila Tertinggal Shalat Ied?

ْ

َ

َ

َ

َ Utsaimin َ ْ ُ ْ َ diَ dalam ْ َ َ ْ Ibnu ْ َْ َ ‫ع‬ ُ masalah َِْ ٌ ُ‫ َزكه‬ini, ‫ كج‬Syaikh ‫ان ػ ٍََ شاء‬ ‫يد‬ ‫ ِث‬Dalam ‫اْل ٍُ َػ‬ ْ menyatakan ً‫ اج َخ ٍَع ِِف ئٌِؾ‬Asy ‫كد‬ ِ ‫ذا‬ ِ Syarhul Mumti’ 5/208: “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat tidak َُ ‫ن‬ ُ ٍّ ‫ُم‬ diqadha. Orang yang tertinggal atau luput dari shalat ‘Ied, tidakَ disunnahkan . ‫ِإَوُا‬ ‫ٔن‬ ‫ػ‬ ِ untuk mengqadha’nya, karena hal ini tidak pernah ada dari Nabi . Dan karena shalat ‘Ied merupakan shalat yang dikerjakan dengan berkumpul َ ََ secara khusus. Oleh sebab itu tidak disyariatkan, kecuali ُ ْ dengan cara ُ ٰ seperti .ًْ ‫اّلل ٌِ نِا َو ٌِِؾ‬ ‫تل نتو‬ itu.” Kemudian beliau Syaikh Ibnu Utsaimin  juga berkata: “Shalat Jum’at juga tidak diqadha. Tetapi, bagi orang yang tertinggal, (ia) َ mengganti َ ََ ْ‫اّلل َغيَي‬ ُ ٰ ُ‫ه‬shalat . ‫م‬ ‫د‬ ‫كَع‬ Jum’at dengan shalat fardhu pada waktu itu. Yaitu Dhuhur. Pada shalat ‘Ied, apabila tertinggal dari jamaah, maka tidak diqadha, karena pada waktu itu tidak terdapat shalat fardhu ataupun shalat sunnah.” 10. Khutbah ‘Iedul Fitri Dalam Kitab Bukhari dan Muslim dan yang lainnya disebutkan:

366 HR Bukhari 367 Al-Mughni, Ibnu Qudamah 3/283 368 Fath-hul Bari, 2/476

Berhari Raya bersama Nabi  |155

َ َ َ ٰ َ َُ ‫َ ْ َ ْ َ ْ َ ّ َن‬ َ ‫ن‬ َ ‫نِب ِِف‬ ِ‫َع َْ ع ٍْ ِرو ة ْ َِ غ ْٔ ٍف ع َْ كبِيِّ ْعَ ج ِده ِ كن رشٔل اّلل‬ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُْ َْ ‫َ ن‬ َ َ ّ ‫ْن‬ َ ْ َ ‫الن ْ ن‬ ‫ ً صّل ئم َاى ِف َ َط ْ ِر ًرْػخ‬ .‫ي ْ ًْ َ يُ َص ِو ؼتْي َٓا َوَل َبػ َدْا‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ْ َ َ ِ .ِ ‫اىػِيدي ِ َِ شتػا ِِف األوَل وَخصا ِِف اْلخِرة‬ ُ ‫َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َْ َ َ ْ ُ َ ن َ َ ن‬ ٰ‫َ َ َ ُ َ ُ َ َ ن‬ ‫صّل َ ََأ ْو ًل‬ ٍَ ْ‫ َ َي ٰرج ئم َ ناىَفِط ِر ْو ْاألط َح ْإ ِ ََل ا‬ُ َ ِ‫اّلل‬ ‫ََكن رشٔل‬ ْ ً ‫نِب ِِف اىفِط ِر واألطح شتػا وَخصا‬ ِ ‫ع َْ ََعئِش ُث كن رشٔل اّلل‬ َ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ َ ‫َ ن َُ ُ ُ ن‬ ُ َّ‫اس َوال‬ َ ْ‫َشء ََيت‬ ْ َ ْ ِ َّ‫ٔم ٌُلاةِو ال‬ ‫َصف ػيل‬ ِ ‫ي‬ ‫اس‬ ً ‫ث‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫اْص‬ ّ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫د‬ ِ ٍ َ ‫ي‬ ْ ‫ش َِٔى حؾت ِ ِْي‬ ِ ِ ‫َت اْرن‬ .‫ٔع‬ ْ ُ ُ ََ ٌ ُ ُ ُ َ ُ ًْ ْ‫ٔصي ِٓ ًْ َو َيأ ُم ُر‬ ِ ‫َجئس ىَل صفَٔ ِ ِٓ ًْ ػ َي ِػظ ُٓ ًْ َو ُي‬ َ َََْْ ْ ْ ََْ ‫َ ن‬ َ َ ّ َ ْ َ ‫ك نن الن ن‬ ‫ صّل ئم اى ِفط ِر ْ رْػخ‬ ‫ب‬ .‫ي ْ ًْ يُ َص ِو ؼتْي َٓا َوَل َبػ َد َْا‬ ِ ُِ ْ َ َ ‫ ن‬ke tanah َ َ keluar ‫ َ ن‬ "Adalah ‘Iedul ٰ Fitri dan Adh-ha. َ َ lapang َ pada ُ ‫ا ُنْ ُط‬Nabi ‫يد ََيَ ن‬ ُ ‫‘ َر‬Iedul َ ٌَ ‫ت‬ ‫ب‬ ُ ‫إ‬ ‫ال‬ ‫ك‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫اْص‬ ‫َض‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ٍ ‫ػ‬ ‫اى‬  ‫اّلل‬ ‫ل‬ ٔ ‫ش‬ ‫ع‬ ‫ش ِٓد‬ ِ ِ ِ Pertama Beliau kerjakan ialah shalat, kemudian berpaling dan berdiri َ‫ َ ن‬kali‫ِ ن‬yang َ ْ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ mereka ْ ْ tetap َ َ ََ ََ ‫ط‬ ُ ْ ‫َي ُر‬mereka. ْ ْ ‫ َ َم اى َف‬diْٔ ْ َ‫ي‬barisan ُ َ ‫ َر‬Beliau َ ْ‫طر‬duduk menghadap Kemudian َ ِ ‫اّلل‬ ْ َ َ ٍُ ْ‫ ََل َّا‬dan ْ ٰ َ ‫ٔل‬ ُ ْ َ ‫ن‬ ْ َ ‫ّليَ ْذَأَْو‬shahabat, َ َ َ ‫بل‬ ‫ص‬ ‫إ‬ ‫ح‬ ‫األ‬ ‫و‬ ‫ج‬  ‫ش‬ ‫ن‬ ِ ِ ِ ‫ِيخطت ِث َيي‬mereka.” ‫ كحب ك‬wasiat ٌَ‫ِس و‬ ‫ج‬ ْ ‫ػَكٍَ كحب كن َيي ِس‬ memberikan ‫ن‬ mau’izhah, dan‫ي‬memerintahkan ُ َ ْ َ َْ َ ‫ ن‬mendengarkannya. ُ َ ْ َ tidak ُ wajib َ َ ُ ‘Ied َ seseorang ُ ini, ُ ُ‫ َوالَّاس‬masalah ُ ‫ن‬ َ ّ َ َْ َ Dalam khutbah ِ ‫َصف ػيلٔم ٌلاةِو ال‬ ‫اس‬ ِ‫ك ةِِّ اْصَلة ثً ي‬.‫بد‬ ‫َش ْذٍء َْي ْت‬ ِ ‫َ يي‬ Dibolehkan untuk meninggalkan tanah lapang seusai shalat. Tidak ْ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ untuk ُ ٌ ‫ُجي‬ sebagaimana khutbahْ Jum’ah, wajib ‫فَٔ ِ ِٓ ًْ ػي ِػ‬menghadirinya. ‫ٔس ىَل ص‬ ًَ ْ‫ َو َيأ ُم ُر‬yang ًْ ِٓ ‫ٔصي‬ ًْ ُٓ ‫ظ‬kita ِ ‫ َو ُي‬bagi َ ْ َ As-Sa’id Di dalam Abdullah ْ َ َ bin ُ ْ َْ َ ِ ,‫ َذا‬iaَْ berkata: ُ َِْ hadits ٌ ُ‫اء كج َزكه‬ ‫ان ػ ٍَ َْ ش‬ ‫اْل ٍُ َػ ِث‬ ًْ ‫كد اج َخ ٍَ َع ِِف يَ ٌِْٔؾ‬ ِ ‫عيد‬ ٰ ‫يد ََيَ نٍا كَ ََض ن‬ َ ‫ اىْػ‬ ِ‫اّلل‬ ُ ‫اْص ََلةَ كَ َال إُنا َُنْ ُط‬ َ ‫ت ّ ٌَُ َع‬ َ ُ ُ ‫َش ن ِٓ ْد‬ ‫ب‬ ‫ ُشٔ ِل‬.‫ٔن َر‬ ِ ِ ‫ِإَوُا ُم ٍِػ‬ ْ َْ َ َ ْ ُ ْ َ َْ ْ َ ‫َ َ ْ َ َ ن‬ َ‫ب كَ ْن يَ ْذ َْب‬ َّ ‫جي ِْس َو ٌَ َْ ك َ َح‬ ‫ػٍَ كحب كن َيي ِس ْ ِيخطت ِث َيي‬ ُ ْ ُ ْٰ َ ‫َتَ َ ْل نت َ ْو‬ .ًْ ‫اّلل ٌِ نِا َو ٌِِؾ‬ .‫َي َيذْب‬

"Saya menyaksikan shalat ‘Ied bersama Nabi . Ketika selesai, َ ْ َ Beliau َ َ ََ َ ُ ٰ berkata: ُ َ َ ْ َ َ َ . ‫م‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫اّلل‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ك َْع‬ َ ْ ُ ْ َ silahkan ْ َ Barangsiapa ْ duduk. “Kami mau mendengarkan, َ ٍُ sekarang َ ‫ع‬ ْ ٍَ ‫ان ػ‬yang َ ٍَ ‫اج َخ‬ ُ‫ج َزكه‬ ُ َِْ ٌberkhutbah. ‫ث‬ ‫ػ‬ ‫اْل‬ ‫ك‬ ‫اء‬ ‫ش‬ َ ‫يد‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ْ ً ‫ِؾ‬ ٌ ٔ ‫ي‬ ‫ِف‬ ‫ع‬ ‫كد‬ ِ ِ 369 ِ ِ Dan barangsiapa yang mau, silahkan pergi.” َ َُُّ ‫ن‬ Ibnul Qayyim  berkata: “Dahulu, apabila Nabi  menyempurnakan . ‫ٔن‬ ‫ِإَوُا ُم ٍِػ‬ shalat, beliau berpaling dan berdiri di hadapan para shahabat, sedangkan mereka duduk di barisan mereka. Beliau  memberikan mau’izhah, wasiat dan memerintahkan dan melarang mereka. Beliau ْُ membuka ْ َ ‫ ن‬khuthbahُ ٰ ‫َت َل نت َو‬ .ً‫ؾ‬diriwayatkan ٌِِ ‫اّلل ٌِِا و‬ khutbahnya dengan memuji Allah . Tidak pernah -dalam satu haditspun- bahwasanya beliau membuka dua khutbah pada ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adh-ha dengan bertakbir. Dan diberikan rukhshah َ ْ َ َ bagi َ َ ُ ٰ ُ‫ه‬orang 370 .‫م‬pergi.” ‫اّلل غيي‬ ‫ك ََعد‬ yang menghadiri ‘Ied untuk mendengarkan khutbah atau

369 Dikeluarkan oleh Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah. Lihat Irwa’ul Ghalil 3/96 370 Zaadul Ma’ad, 1/429

156 | Tutorial Ramadhan

َ ْ ِ‫نِب ِ ِْف اى َف‬ َ َ ‫طر ْ َو‬ َْ َ  ‫َخصا‬ ِ ‫كن َر ُشٔل َا ْ ُّلل‬ ُ ً ‫األطح ْ َُش َتػا ن َو َ َ ن‬ ُ ِ ‫َعئ‬ َ َ ٰ َ ‫شث‬ ُ ِ َ ْ ُ ‫عَ َر‬ َ ْ ْ َ َ ‫صّل َ ََأ ْو ًل‬ ٍ ْ‫ا‬ ‫َل‬ ‫إ‬ ‫ح‬ ‫ط‬ ‫األ‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫َي‬  ‫اّلل‬ ‫ٔل‬ ‫ش‬ ِ ِ َ ِْ َ ْ ِ َ ‫ن‬ ٰ ُ ‫ََك َ ْن َ َ َ ْ َ ن َ َ ُ ي‬ َ ْ ً َ ‫نِب ُ ِِف َاىفِط ِر واأل َطح شتػا وَخصا‬ ِ ‫اّلل‬ ‫َتر‬ ‫عَِٔىَعحئِش‬ ْ ‫ؾ ُثت ِ كْين‬ ِ ُ ‫ٔل‬ ‫شاْر َن‬ ‫َش‬ َُ ُ َُ ْ َ ‫ ن‬.ُ ‫ٔع‬ ُ‫اس َوالَّاس‬ ‫ن‬ َ َ ْ‫َشء َيت‬ ّ َ ْ َ ُ ِ ‫َصف ػيلٔم ٌلاةِو ال‬ ِ ‫ي‬ ً ‫ث‬ ‫ة‬ ‫َل‬ ‫اْص‬ ّ ‫ة‬ ‫ك‬ ‫د‬ ِ ٍ ْ َ َ ِ َ ِ ‫ؾت‬ ‫َت ي‬ ْ ‫ْي‬ ِ ‫اْرن‬ . ‫ٔع‬ ْ ِ َ َ ‫َ ُش نُِٔى ٌ ن ح‬ َ ْ َ َ ُ َْ َ ْ ُ dengan ُ َ ُ Jum’at َ ْ ْ ُ َ ُ ‘Ied ُ ْ َ َ َ ْ َ Hari ّ ‫ن‬ ُ َ ْ َ 11. Bagaimana Bertepatan َ َ ْ َ َ َ َ bila ْ ُ ْ ‫ٔس ن‬ ‫يي ْ ًًِٓ يوي‬ ‫بىَل‬ ‫كجني‬ ِ ‫صصفّٔلَ ِ ِٓئًمػياى ِػفظطٓ ِرًرْويػخ‬ .‫صأ ِمورؼْتًيٓا وَل بػدْا‬ ‫ال‬ ِ‫ٔص‬ ِ Apabila hariَ ‘Ied bertepatan dengan hari Jum’at, maka kewajiban shalat ْ ْ َ َ ّ َ ُ ْ ََْ َ ْ ََْ ‫َ ن‬ ‫َن‬ َ َ ْ orang َ ‫ا َوَل‬yang َ ‫ َؼتْي‬telah ‫الن‬bagi ‫ن‬ Jum’at.‫ْا‬ bagi menghadiri ‘Ied menjadi gugur. Tetapi ‫د‬ ‫ػ‬ ‫ب‬ ٓ ‫و‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫ػ‬ ْ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ف‬ ‫اى‬ ‫م‬ ٔ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ً ْ ‫ّل‬ ‫ص‬  ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ ْ َِ ُ ْ َ ٰ shalatُ ٰ Jum’at, ُِ supaya َ ‫ْ َ َ ْ ِ ن َ َ َ ْ َ ْ ِ َ ن‬agar ‫ َ َ َ ْ َ ُ َ ن‬memerintahkan َ ُ ‫ ن َ ْ َ ُ َ ن‬sebaiknya ُ ْ َ َ َ َ َ penguasa, didirikan َ ْ ُ َ ‫ب‬ ُِ‫الٍ إ‬ ‫طاْص‬tidak ‫َض‬ ‘Ied ‫ع رش‬yang ٌ ‫درتش‬ingin ‫ش‬ ‫ُنَأطول‬oleh ‫صاّل‬ ْ‫َلةَل كا‬ ‫ح‬ ‫ كواأل‬menyaksikan ‫ج ياىٔ ِػميداىَفِيطٍا ِر‬ ‫اّللَِي ُر‬atau ‫اّلل ِٔ ِل‬ ‫َك ِٓن‬ ِ ‫ إ‬yang dihadiri orang bagi ‫ٔل‬ َ َ ْ َ ْ orang-orang َ َ ْ َ َkalangan َُ ‫ ْ ن َ ْ َ َ ن‬Jum’at َ َ َ telah َ َ ََ َ َ ٍُ ْ ْ‫ َ ََل َّا‬dari ْ ٰ َ ُ‫ٔل‬ ُ ‫ ْ ن ُج‬yang ْ ‫اّلل ِ َ ن‬ menghadiri shalat Dan ُ ْ‫َيْ ُر‬ َ ُ ‫طو‬ َ ‫ن َْ َركَ َُش‬ َ ‫خ َيَ ْطْْٔ َت َم َ ِث اىََُْفِيْ ْ َيطر‬ ْ ‫ج َي ُو‬ ‫‘ َ ُ ن‬Ied. َ ْ ‫األ‬ ُ ُ‫الَّأْو‬ ْ ُ َ‫صن و‬ ْ ٍ‫ػَك‬ ‫اسل‬ َ‫ّليذ‬ ‫إ‬ ‫ح‬  ِ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ك‬ َ ٌ ‫ِس‬ ‫ِي‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ِس‬ ‫ي‬ ‫َي‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ِ ‫ال‬Jum’at ‫اس‬ ‫ٌلاةِو‬bagi‫ٔم‬orang ‫ف ِػ ل‬ ‫َص‬ ِ‫ً ي‬shalat ‫اْصَلة ث‬ ‫ء يتدك‬shalat ِِّ‫ ة‬adalah ٍ ‫َش‬ sebagai pengganti yang Jum’at, ِ tidak ُ ُ َ ْ َ ُ ‫ ُ ن‬keduanya. ْ َ ُ ُ ْ ialah ُ َّ‫ال‬Tetapi ‫َش ْء ٌ َ َيتْ َد َك ة ُِّ ُ ن‬ Dhuhur. َ ‫ف َػ‬menghadiri َّ‫ َو ال‬lebih ْ َُ ْ ُ َ َ َ ُ‫اْص َ َْلة‬ ًِْ ‫ ُ ُمٌ ُ َرلاُْة‬baik, ُ ْ ُ َ َ َ ِ yang ‫اس‬ ‫اس َو‬ ‫ٔم‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫َص‬ ِ ‫ي‬ ً ‫ث‬ ٍ ِ . ‫ب‬ ْ ‫ذ‬ ‫ٔصي ًِٓ ويأ‬ ِ ِ ‫َجيئس ىَل صفَٔ ِ ًِٓ ػي ِػظًٓ وي‬ ْ Dari Abu Hurairahْ ُ , ُ ُ ََ ٌ ُ ُ َ ‫ َو‬Rasulullah ْ ٓ‫ٔصي‬ ُ ‫ًْ َو‬,ُٓ ‫ ُظ‬beliau َ ‫ ًْ َػ‬berkata: ُ ‫ ُم‬dari ‫ػ‬ ‫ي‬ ٓ َ ٔ ‫ف‬ ً ْ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ً ‫ي‬ ‫َجئس‬ ِ ِ ِ َ َ ِ ِ ْ َ ‫ىَل ص َ ْ ٰ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ن َ ْ َ َ َ ُ َ ْ ن‬ ْ ْ ْ َ َ‫اْل ُ ٍُػ ِث‬ َ َ ُ‫اج‬ ُ‫ُنْط‬ َ ُ‫ب‬ ‫ن‬ ُ َ َ ‫َضشاء‬ ٍَ‫انٍاػك‬ ْ ًِ‫اّلل‬ ‫تخٌٍعع ِرِفش ئٔ ِلٌِؾ‬ ِ ‫ذااى ِػ‬ ِ ‫عيديدَي‬ ‫َِا‬ ُِ‫اْص كَلجةزككهالٌ إ‬ ‫كشد ِٓد‬ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َ َ ن ْ ْ ُ َ ُ َ ّ َ ُ َ ن َ َ َ ُ ْ َ ْ َٰ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ن ْ َ ْ َ َ َ ن‬ َُ ‫َلةَ َ كَ َّال َإ ُْنا َُنْْ ُ َط‬ ‫ب‬ ‫اْص‬ ‫نٔ ِل‬ ‫ش‬.‫ٔنكر‬ ‫ت ٍِحػٌع‬ ِ‫َيياّلل‬ ‫ُم‬ ‫ب‬ ْ‫َ كحب ك ِن يذ‬ ٌ‫َض و‬ ‫يد ََيييٍاجيكِس‬ ‫خاىطػِت ِث‬ ‫ِس ْ ِي‬ ‫ب‬ ‫ِإَوُ ِٓاَد ك‬ ٍ‫ػش‬ َ َ َ َ ْ َّ َ padaْ َ hari ُ ْ َ ْ َ ْ yang‫ ن‬mau, ْ َ iniْ َ duaَ ‘Ied. ْ ‫جي‬ ْ َ ٍَ ْ ‫ََػ‬ َ َْ ‫يَ ْذ‬berkumpul ْ َ ‫َْذ َْك‬ "Telah kalian maka ‫ب‬ ‫ب كن‬ ‫ِس َوٌَ كح‬ ‫ِيخ ْطت ِث َيي‬Barangsiapa ْ ‫ب كن َيي ِس‬.‫ب‬ ‫ح‬ َ ‫ََ َيي ن‬ ُ ْ ِ mengerjakan ُ ٰ ‫ْو‬shalat َ ‫اّلل ٌِ نِا‬ shalat ‘Ied telah mencukupi dari Jum’at. Akan tetapi,ْ kami . ً ‫ؾ‬ ِ ٌ ‫و‬ ْ َْ ‫ََتيْل َيتذ‬ Jum’at. ” . ‫ب‬ ْ ْ ََُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َْ ْ َْ َ ُ ُ 12. Fitri Benar ‫شاء كجزكه‬Hari ٍَ‫ػ‬Idul ‫ان‬ ‫يد‬ ‫ػ ِث‬Ucapan ٍ‫ ٌَِ اْل‬Selamat ‫ع‬ ‫ا‬yang ‫ِؾ ًْ ْذ‬ ٌَٔ ‫َك َد َ ُاج َخ ٰ ٍَ ُ َع َ ِ َِف ْ ي‬ ِ ِ َ ْ َ َ ْ ََ َ ‫اّلل َغَي‬ ‫َع‬ َ َ selamat ُ .ْ ‫ي َم‬pada ْ ُ ‫‘ده‬Ied. َ َ ‫اج‬ َ hari َ ‫ش‬tentang ُ ْ َِْ Islam mengucapkan ‫ككَ ْد ن‬ ُ ّ ٌ ُ‫ َزكه‬ditanya ‫اء كج‬ ٍَ‫ان ػ‬ ‫عيد‬ ‫ ِث‬Syaikhul ‫اْل ٍُ َػ‬ ٌٔ‫ِف ي‬ ‫ع‬ ٍ ‫خ‬ ِ ‫ِؾ ًْ ْذا‬ ِ ِ ‫ِإَوُا‬ ‫ُم ٍِػ‬ Beliau  menjawab: “Mengucapkan selamat pada hari.‫ٔن‬ ‘Ied; apabila ُ ‫ن‬ َ َ seseorang bertemu saudaranya, kemudian dia berkata: .‫ِإَوُا ُم ّ ٍِ ُػٔن‬ ُ ْ ُ ٰ ‫َت َل نت َو‬ .ًْ ‫اّلل ٌِ نِا َو ٌِِؾ‬ ُ dariْ ِ kalian.” ُ ٰ ‫َت َل نت َو‬ "Semoga Allah menerima amal kebaikan dari kami .dan ًْ ‫ؾ‬ ٌِ‫اّلل ٌِ نِا َو‬ َ َْ َ ُٰ َُ َ َ atau mengucapkan: .‫كَعده اّلل غييم‬ َ َ َ ُٰ َُ َ َ .‫اّلل غييْم‬ ‫كَعده‬ 371

372

"Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda.” atau semisalnya, dalam hal seperti ini telah diriwayatkan dari sekelompok di antara para shahabat, bahwa mereka dahulu mengerjakannya.” Dan diperperbolehkan oleh Imam Ahmad dan selainnya. Imam Ahmad  berkata: “Saya tidak memulai seseorang dengan ucapan selamat ‘Ied. 371 Lihat Ahkamul ‘Idain, Ath Thayyar, hlm. 18; Majalis ‘Asyri Dzil Hijjah, Syaikh Abdullah Al-Fauzan, hlm. 107 372 HR Abu Dawud, Ibnu Majah

Berhari Raya bersama Nabi  |157

Namun, jika seseorang menyampaikan ucapan selamat kepadaku, aku akan menjawabnya, karena menjawab tahiyyah hukumnya wajib. Adapun memulai ucapan selamat ‘Ied bukan merupakan sunnah yang diperintahkan, dan tidak termasuk sesuatu yang dilarang. Barangsiapa yang mengerjakannya, maka ada contohnya. Dan bagi orang yang tidak mengerjakannya, ada contohnya juga” 373. Wallahu a’lam.  

373 Majmu’ Fatawa, 24/253, lihat juga Al-Mughni, 3/294

158 | Tutorial Ramadhan

Iringi Ramadhan dengan Puasa Syawal

Rasulullah  bersabda dalam sebuah hadits Qudsi:

ُ َّ َ ُ.‫ح َّبه‬ َّ َ ِ ‫َو َما يَ َز ُال َعبْ ِدي َي َت َق َّر ُب إ‬ ِ ‫َل بِانلَّ َواف ِِل حَّت أ‬

"Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diriَ kepadaKu dengan amalanَ َ mencintainya.” َ َ َ ََ َ َ ْ َ ْ َّ َ َّ ‫ان ُث َّم أتْ َب َع ُه ِس ًّتا م ِْن َش‬ amalan ِ ‫ ِصي‬sehingga ‫َكن ك‬Aku ‫ال‬ ‫و‬ ‫من صام رمض‬ ‫ام‬ .‫ادله ِر‬sunnah ٍ 374

Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah , maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi  anjurkan setelah melakukan puasa Ramadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah . Dari shahabat Abu Ayyub Al-Anshariy , beliau  bersabda:

ُ َّ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ََ ََ ْ ُ.‫ح َّبه‬ َّ َ َّ ِ ‫وما يزال عب ِدي يتقرب إَِل بِانلواف ِِل حَّت أ‬

ْ َّ ِ َ َ َ َ َّ َ ْ ًّ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ .‫ال َكن ك ِصيام ادله ِر‬ ٍ ‫من صام رمضان ثم أتبعه ِستا مِن شو‬

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”375 Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh mazhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka.376 374 HR Bukhari 375 HR Muslim 376 Lihat Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, 8/56

Iringi Ramadhan dengan Puasa Syawal |159

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa Ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa Syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh.377 Segala puji bagi Allah  yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.

1. Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Syawal? Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama mazhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhal (utama) melakukan puasa Syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fitri. Begitu pula Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin  juga mengeaskan bahwa yang paling utama adalah berpuasa pada enam hari awal bulan Syawal sesudah hari Idul Fitri secara langsung, berturut-turut sebagaimana yang ditetapkan oleh para ulama, karena cara itu lebih maksimal dalam mewujudkan pengikutan seperti yang dituturkan dalam hadits, “kemudian mengikutinya”, dan karena cara itu termasuk bersegera menuju kebajikan yang diperintahkan oleh dalil-dalil yang menganjurkannya dan memuji orang yang mengerjakannya, juga hal itu termasuk keteguhan hati yang merupakan bagian dari kesempurnaan seorang hamba Allah, sebab kesempatan tidak selayaknya dibiarkan lewat percuma; karena seseorang tidak tahu apa yang dihadapkan kepadanya di kesempatan yang kedua atau akhir perkara. Namun, jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa Syawal tiga hari setelah Idul Fitri misalnya, baik secara berturutturut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa Syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal. Catatan: Apabila seseorang memiliki uzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qadha’ (mengganti) puasa Syawal tersebut di bulan Dzulqa’dah. Hal ini tidaklah mengapa. 378 Wallahu a’lam. 377 Lihat Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Shalihin, 3/465 378 Lihat Syarh Riyadhus Shalihin, 3/466

160 | Tutorial Ramadhan

2. Tunaikanlah Qadha’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qadha’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi  mengatakan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan.” Jadi, apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh. Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi  tadi, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan.379” Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqadha’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qadha’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin  dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini. Kita ambil permisalan dengan shalat Zhuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena uzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa Syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa Ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!

379 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100

Iringi Ramadhan dengan Puasa Syawal |161

3. Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah  pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah  mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah. Nabi  juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah  dan terdapat dalam kitab An Nasa’i.380

380 Lihat Zadul Ma’ad, 2/79

162 | Tutorial Ramadhan

Bisa Jadi ini Ramadhan Terakhir Karya: Abul Miqdad Al-Madany hafizhahullahu

Begitulah ia selalu,

Bila waktunya tiba, ia akan datang menemui setiap perindunya. Sudah berabad-abad lamanya. Dan ia masih saja begitu. Mengikuti kehendak Rabbnya, ia penuh setia hadir di tengah-tengah setiap jiwa yang tak kunjung habis dahaga kerinduannya. Dahaga kerinduan untuk melewati setiap detaknya. Samudra kecintaan demi melewati malam-malamnya yang syahdu, yang langit luasnya memantulkan setiap baris Kalamullah, yang setiap jengkal udaranya mengantarkan doa-doa para hamba menembus tiap lapis langit. Sahabatku, Begitulah ia selalu. Hari ini, aku tak tahu apakah engkau dan aku termasuk dalam barisan kafilah orang-orang yang merindu padanya. Dulu mungkin iya, tapi entahlah sekarang. Sebab ia hanya menggoreskan makna dalam hati dan jiwa yang merindukannya. Jadi semoga saja, ia menggoreskan arti kerinduan itu dalam hatiku, dan juga hatimu. Hari ini, entah untuk ke berapa kalinya ia hadir di sini. Dalam kehidupan kita. Bila hari ini, Allah mengaruniakan 25 tahun padamu, maka berarti setidaktidaknya ia telah hadir padamu sebanyak 10 kali –sejak usia akil balighmu-. Namun bila karunia Allah padamu hari ini telah sampai pada titik 60 tahun, maka itu artinya ia telah menjumpaimu –setidaknya-tidaknya- sebanyak 45 kali. Apakah artinya 10 kali perjumpaan itu bagimu?Atau mungkin hingga pertemuan ke-45 dengannya ini engkau masih saja menemukan sebuah arti dari setiap kedatangannya? Entahlah. Hanya Rabb-mu lalu engkau jua yang lebih mengetahuinya. Bisa jadi ini Ramadhan Terakhir

|163

Namun yang pasti, ia tak pernah jemu menjumpaimu. Selama Rabbnya menghendaki, ia akan selalu menghampiri hidupmu, tanpa pernah peduli apakah engkau begitu rindu padanya atau justru tak mengharapkan kehadirannya sama sekali. Sungguh, ia akan tetap datang, sahabatku…Sekali lagi, walau engkau bukan perindunya. Ia selalu saja begitu. Sejak ia hadir dalam kehidupan generasi terbaik umat ini, kemuliaannya tak pernah berubah. Ia tetap saja agung. Dan tetap saja dimuliakan. Siangnya memancarkan panas yang melelehkan dosadosa hamba, sedangkan malam-malam semerbaknya mengangkat mereka begitu dekat pada Sang Rabb. Sungguh, kebaikannya tak pernah berubah. Sebagaimana ia telah menjadi sebab membubung tingginya derajat generasi shalih terdahulu, maka seperti itu pula ia hari ini. Yah, Ramadhan selalu saja demikian… “Hamba yang berpuasa akan dikaruniakan dua kegembiraan,” ujar sang Nabi  pada suatu ketika. ”Kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya”, lanjut beliau –sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzy. Kerinduan pada Ramadhan bermula dari sini. Saat jiwa dan hati kita selalu teringat akan dua kegembiraan ini. Kegembiraan pertama tumpah di dunia ini. Ketika siang yang panas kita lewati dengan berbagai aktifitas. Peluh itu berbulir menetes. Tapi peluh itu menyimpan arti. Kerongkongan kering. Perut berbunyi khas rasa lapar. Hingga akhirnya, matahari berpindah menyinari belahan bumi yang lain. Di tanah kita, sang mu’adzin mengumandangkan azan maghrib. Kita, entah di mana, mungkin bersama keluarga tercinta, mungkin pula bersama saudara seiman…Yah, entah di mana, mata kita berbinar gembira. Seteguk air putih atau sebutir kurma cukup sudah mengalahkan segala kekayaan duniawi saat itu. Sejuknya turun menjelajahi kerongkongan, lalu menebarkan kesegaran yang luar biasa ke penjuru tubuh kita. Sahabatku, Terbayangkankah rasa itu di benakmu? Disitulah kegembiraan pertama kita tumpah bersama. Di kala seteguk air putih atau sebutir kurma jauh lebih berharga daripada dunia seisinya. Saat yang menyadarkan kita –sungguhbahwa dunia memang tidak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk di sisi Penciptanya. Kegembiraan pertama ini akan terjadi berulang-kali selama kita di dunia. Namun di atas itu semua, ada kegembiraan lain yang tak pernah dapat terlukiskan oleh kata. Ini adalah kegembiraan puncak. Tapi ia tidak kau 164 | Tutorial Ramadhan

peroleh di dunia fana ini. Kelak bila semuanya telah usai, amalmu telah ditimbang dan dihitung, lalu engkau diputuskan memasuki kafilah orangorang selamat…Maka tunggulah saatnya. Tidak lama lagi. Kala Rabb-mu memanggilmu untuk berjumpa denganNya. Tiada perantara. Yah, engkau sungguh akan melihatNya dengan mata kepalamu sendiri. Begitu jelas. –Sungguh aku tak punya kata-kata lagi untuk ini, sahabat…-, tapi kerinduanmu padaNya akan tumpah di sana. Di hadapan Rabb yang berpuluh-puluh tahun engkau yakini rububiyah, uluhiyah, asma’ dan shifatNya yang mulia walau engkau tak pernah melihatNya…Di hadapan Rabb yang berpuluh-puluh tahun lamanya engkau sujud padaNya tanpa pernah menyaksikanNya…Di hadapan Rabb yang semua rasa cinta, khauf, dan raja’mu, yang semua doa dan istigfarmu, yang semua rasa lapar berpuasa, setiap kepingan harta zakatmu, setiap torehan luka dalam medan jihadmu hanya kau tujukan untukNya…Di hadapanNyalah hari itu engkau benarbenar tegak melihatNya, lalu karena KeMahabesaranNya engkau tak kuasa untuk tidak sujud…langsung di hadapanNya. Di hadapan Sang penguasa jagat semesta. Di hadapan Allah… Terbayangkankah kegembiraan itu, sahabat? Dan, Ramadhan selalu saja begitu. Sudah beratus-ratus tahun ia menawarkan janji yang sama. Janji akan dua kegembiraan. Ia tak pernah jemu menawarkannya. Kita sajalah mungkin yang jemu dengan janji itu. Ramadhan tak pernah berubah. Hati kitalah yang terbolak-balik. Dan kita selalu saja lalai meluruskan hati itu. Sudah demikian hitam legamkah ia? Apakah ia juga telah menjadi sebuah instrument yang bebal? Semoga saja tidak. Sahabatku, Berilah arti untuk Ramadhan kali ini. Jangan pernah biarkan ia pergi begitu saja, persis seperti yang aku dan engkau lakukan setahun bahkan bertahuntahun yang silam. Bukankah dulu ketika ia hadir, kita membiarkannya sepi. Hingga ia beranjak, kita sungguh sepi. Entah ada atau tidak dosa-dosa yang terampuni. Entah rasa lapar dan dahaga itu termaqbulkankah di sisiNya. Entah qiyaam itu adakah nilainya. Entah berhakkah kita melewati pintu ArRayyan kelak. Entahlah. Bukankah Allah begitu pemurahnya padaku dan padamu. Hari ini, Ia masih saja memberikan satu kali lagi kesempatan itu. Sementara aku dan kau hampir saja melupakan bahwa di kursi depan meja makan itu, setahun yang lalu masih ada si fulan –yang bisa saja adalah ayah, ibu, saudara, anak Bisa jadi ini Ramadhan Terakhir

|165

dan kerabat kita-, tapi sekarang mereka tidak lagi di kursi itu. Tawanya tiada. Karena ia juga tiada. Betapa kasihnya Ia pada kita saat Ia masih membiarkan nafas ini berhembus hari ini. Sementara aku dan kau nyaris tidak menyadari bahwa di barisan shaf ini, tepat di sisi kita setahun yang lalu si fulan –entah itu siapa- masih berdiri, bahkan meneteskan air mata di saat-saat qiyaam. Tapi jawablah, sahabatku, ke mana ia pergi Ramadhan ini? Mungkin ia mendahului kita menjemput balasan mulia Rabbnya. Lalu kita, apa yang akan kita jemput? Jadi jangan lepaskan Ramadhan ini pergi begitu saja. Jangan ucapkan perpisahan dengannya sebelum ia meninggalkan arti dalam lembaran amalmu. Sahabat, mungkin ini adalah kali terakhir…Untukmu dan untukku. Setelah itu tiada. Yah, tiada lagi Ramadhan, tiada lagi shiyam, tiada lagi qiyaam, tiada lagi tilawah, tiada lagi shadaqah, tiada lagi istigfar, tiada lagi doa, tiada lagi I’tikaf, tiada lagi ‘Idul Fitri. Semuanya tiada. Yang ada hanya hisab. Dekaplah ia erat selagi engkau diizinkan untuk mendekapnya, sebab mungkin ini adalah kali terakhir bagi kita untuk mendekapnya penuh rindu.

166 | Tutorial Ramadhan

Ya Allah terimalah amal ibadah kami di bulan suci Ramadhan ini.... Ya Allah terimalah amal ibadah kami di bulan suci Ramadhan ini.... Ya Allah terimalah amal ibadah kami di bulan suci Ramadhan ini.... Ampunilah semua kekurangan dan kelalaian kami... Ya Allah, jadikanlah kami di bulan suci sebagi orang-orang yang menang. Berilah kekuatan kepada kami untuk selalu mengingatMu dan mampu mensyukuri semua nikmat yang telah Engkau berikan serta mampu beribadah kepadaMu dengan sebaik-baiknya ibadah... Tiada daya upaya dan kekuatan bagi kami, kecuali hanya kepada Engkau kami memohon... Ya Allah, muliakanlah agama Islam dan semua orang muslim... Hinakanlah kemusyrikan dan orang-orang yang berbuat kemusyrikan... Ya Allah, kami memohon kepadaMu kelapangan bagi semua orang muslim... Dan kami memohon kesabaran bagi orang-orang lemah... Jadilah penolong bagi mereka ketika mereka tidak mendapat pertolongan... Berilah kasih sayang kepada orang tua kami... Rahmatilah mereka ya Allah... Maha Suci Engkau Ya Allah... Segala Puji hanya bagiMu… Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah, melainkan Engkau semata… Aku memohon ampunanMu… Bertaubat kepadaMu… Semoga shalawat dan salam yang berlimpah tercurah kepada junjungan yang mulia, Muhammad , keluarga dan para shahabatnya.  

Bisa jadi ini Ramadhan Terakhir

|167

168 | Tutorial Ramadhan

Tanya Jawab Kontemporer

1. Hukum Penggunaan Salep dan Obat Tempel381 Tanya: Bagaimana hukum penggunaan obat salep atau obat tempel seperti balsem dan semacamnya ketika berpuasa?

Jawab: Sebagian obat dapat sampai ke seluruh tubuh melalui obat yang ditempelkan di atas kulit. Melalui penempelan obat tersebut, kemudian masuk ke dalam kulit secara pelan-pelan dan terus menerus dalam beberapa jam, hari, bahkan lebih. Obat yang ditempel sangat bermanfaat untuk memasukkan obat yang diserap tubuh dengan cepat. Karena obat jenis ini apabila digunakan dengan cara lain, haruslah digunakan terus menerus. Oleh karena itu, obatobat yang mungkin pemberiannya melalui penempelan, hanya obat yang berdosis kecil setiap harinya, seperti nitrogliserin patch untuk penderita angina, nikotin yang ditempelkan untuk membantu berhenti dari merokok, dan lain-lain. Para ulama dahulu telah sepakat sesungguhnya sesuatu yang diletakkan di atas kulit seperti krim, balsem, inai atau yang lainnya di siang bulan Ramadhan tidak membatalkan puasa, berdasarkan alasan-alasan berikut ini: Sesungguhnya boleh bagi orang yang berpuasa mandi, padahal tubuhnya bersentuhan dengan air, melembabkannya serta masuk ke pori-pori kulit. 381 Disarikan dari Ahkamun Nawazil Fish Shiyaam, Syaikh Dr. Muhammad Al-Madhaghi

Tanya Jawab Kontemporer |169

Oleh karena itu boleh juga menggunakan yang semisalnya seperti minyak dan lain-lain. Mengoleskan minyak di badan merupakan kebutuhan kebanyakan orang, seandainya membatalkan puasa tentulah Nabi  telah menjelaskannya. Terlebih lagi badan dapat menyerap minyak, maka tatkala beliau  tidak menjelaskan, menunjukkan bahwa itu adalah boleh. Sesungguhnya krim, balsem, yang dioleskan di atas kulit untuk pengobatan tidak dapat masuk ke lambung. Dari alasan-alasan di atas maka minyak oles, balsem, obat yang ditempel pada permukaan kulit tidak membatalkan puasa. Majma’ Al-Fiqhi Al-Islami (Divisi Fiqih OKI) memutuskan dalam rapat tahunan ke-10 no. 93 dalam menyebutkan hal-hal yang tidak membatalkan puasa, yaitu (di antaranya) sesuatu yang masuk ke tubuh yang dihisap oleh kulit seperti minyak oles, salep, obat-obat yang ditempel di kulit. Hukum tersebut juga berlaku untuk krim, pelembab kulit, perawatan wajah modern, pemutih wajah, lipstick, blush on, maka ini semua tidak membatalkan puasa. Akan tetapi bagi wanita yang sedang berpuasa, hendaknya menjaga lipstick tidak masuk ke tenggorokan melalui mulut ketika berbicara. Dan ketika melembabkan bibir dengan lidah, karena lipstick apabila bercampur dengan air ludah dan sengaja menelannya ke tenggorokan dapat membatalkan puasa. Bedak untuk mewangikan badan juga tidak membatalkan puasa dengan syarat yang menggunakannya berhati-hati agar tidak tertelan ke kerongkongan. Apabila masuk ke kerongkongan dengan sengaja maka puasanya batal, jika tidak sengaja maka tidak batal.

2. Hukum Menggunakan Oksigen Ketika Berpuasa382 Tanya: Bagaimana hukum penggunaan oksigen bagi orang yang membutuhkannya ketika berpuasa?

Jawab: Jumlah manusia yang membutuhkan oksigen tambahan setiap harinya 382 Disarikan dari Ahkamun Nawazil Fish Shiyaam, Syaikh Dr. Muhammad Al-Madhaghi

170 | Tutorial Ramadhan

selalu bertambah, seperti: pasien paru-paru, bronchitis kronis, kanker paruparu, pasien gagal jantung. Ada tiga jenis oksigen tambahan yang digunakan untuk pengobatan, antara lain oksigen tabung, oksigen cair yang apabila disemprotkan kembali ke wujud aslinya yang berupa gas, dan oksigen dari udara langsung. Tidak ada permasalahan tentang batalnya puasa menggunakan oksigen dari tabung dan udara bebas, karena keduanya berupa gas. Hanya saja sebagian ulama mempermasalahkan hukum menggunakan oksigen cair. Tetapi sesungguhnya oksigen cair apabila dilepaskan dari tempatnya, akan kembali ke bentuk aslinya yaitu berupa gas. Maka penggunaan oksigen cair tidak membatalkan puasa karena ia murni gas yang masuk ke saluran pernafasan, dan lambung tidak menyerap cairannya sedikitpun. Tidak seorang pun mengatakan bernafas atau menghirup udara, dapat membatalkan puasa. Maj’ma Al-Fiqhi Al-Islami (Divisi Fiqih OKI) dalam rapat tahunan ke-10 no. 93 memutuskan dalam menyebutkan hal-hal yang tidak membatalkan puasa, yaitu (di antaranya) gas oksigen).

3. Hukum Menghirup Minyak Wangi Saat Berpuasa383 Tanya: Bagaimana hukum menghirup minyak wangi atau parfum saat berpuasa?

Jawab: Menghirup minyak wangi tidak membatalkan puasa, karena ia dibutuhkan oleh banyak orang. Seandainya membatalkan puasa, pastilah Nabi Muhammad  menjelaskannya, sebagaimana beliau  menjelaskan hukum yang dibutuhkan masyarakat secara umum lainnya. Tidak ada satu hadits pun yang disandarkan pada beliau dalam masalah ini, menunjukkan bolehnya menghirup minyak wangi bagi orang puasa. Asal hukum segala sesuatu adalah boleh. Sebagaimana mencium bau tidak bisa dihindari setiap orang, dan juga tidak masuk ke kerongkongan. Mencium parfum tidak menghilangkan hakikat puasa, karena bukan makan dan minum, menghirupnya bukan berarti memasukkan makanan 383 Disarikan dari Ahkamun Nawazil Fish Shiyaam, Syaikh Dr. Muhammad Al-Madhaghi

Tanya Jawab Kontemporer |171

atau minuman, tetapi ia seperti bernafas, telah dimaklumi bahwa bernafas bukanlah hal yang membatalkan puasa. Tetapi ulama mazhab Maliki dan Syafi’i memakruhkan memakai minyak wangi bagi orang berpuasa. Dikarenakan menghindari memakai minyak wangi dapat mencegah anggota badan untuk tidak melakukan hal yang diinginkan yang dapat melemahkan jiwa terhadap nafsu dan menguatkan jiwa untuk melakukan ketaatan. Namun menurut mazhab Hanafi dan Hanbali, dan merupakan pendapat yang lebih kuat adalah menggunakan minyak wangi saat berpuasa tidak makruh. Karena sesungguhnya lemahnya jiwa terhadap nafsu, serta kuat untuk melakukan ketaatan, adalah dengan menghindari apa-apa yang membatalkan puasa -yang nampak maupun yang tidak tampak- yang telah diterangkan Nabi  dalam hadits-haditsnya.

4. Penggunaan Ventolin (Obat Sprayer Asma)bagi Orang Berpuasa 384 Tanya: Bagaimana hukum penggunaan obat sprayer asma saat berpuasa?

Jawab: Asma merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan penyempitan saluran nafas (bronchus) yang tingkatnya bervariasi dari waktu ke waktu. Penyakit ini timbul didasarkan atas reaksi peradangan saluran nafas terhadap zat-zat perangsang yang berhubungan dengan penderita. Berdasarkan cara kerjanya, dikenal 2 jenis obat asma: (1) bronkodilator misalnya salbutamol, aminofilin, dll, yang digunakan untuk melebarkan penyempitan bronkhus, jalan udara lebih lancar, sehingga sesak nafas berkurang atau menghilang, (2) obat anti inflamasi (anti peradangan) yang berfungsi menghilangkan peradangan dan kepekaan bronkhus sehingga tidak terjadi lagi penyempitan bronkhus, dan diharapkan tidak terjadi lagi sesak nafas. Penderita asma biasa menggunakan ventolin berupa sprayer yang 384 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambila dari: www.rumaysho.com

172 | Tutorial Ramadhan

disemprotkan ke dalam mulut ketika asma kambuh. Ventolin ini terdiri dari tiga unsur yaitu: (1) bahan kimia, (2) H20 dan (3) O2. Penggunaan ventolin adalah dengan cara menekan sprayer kemudian gas ventolin masuk melalui mulut ke faring, lalu ke dalam trakea, hingga bronkhus, tetapi ada sebagian kecil yang tetap di faring dan ada pula yang masuk kerongkongan sehingga bisa masuk terus ke dalam perut.

Mengenai penggunaan ventolin, para ulama berselisih pendapat. Pendapat pertama, tidak membatalkan puasa. Inilah pendapat Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin dan Al-Lajnah Ad-Daimah. Alasan mereka, bahwa: 1. Obat sprayer asma ini masuk ke dalam kerongkongan. Dan sangat sedikit sekali yang masuk ke perut (lambung). Seperti itu tidaklah membatalkan seperti halnya berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung. Nabi  bersabda,

ْ ََ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ .ًِِ‫اق إِال أن ثُين َا‬ ِ ‫وبال ِغ ِِف االِسجِنش‬

“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam َ ُ ْ َْ ُ ّ َ hidung) kecuali jika engkau berpuasa.”385 .‫ك‬ ِ ‫ا َلقِي ال ََ ُز ْول ب ِالش‬ 2. Mengenai masuknya obat sprayer ini ke perut bukanlah suatu yang َ bisaَ ْ jadiْ masuk,ْ bisa َ (syak), pasti (yakin), cuma ُ َ ْ َyaitu َ ْ َ keraguan ُ ِ‫ ََ َا‬saja . ً ‫ين‬ ُ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫إ‬menggunakan ‫اق‬ ‫ ِِف َ ا َالِسجِن َش‬sprayer ‫َ َو َ َب ْال ُِغ‬ ْ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ِ ِ َ ٌ َ ِ jadi tidak. Sehingga asalnya puasa orang yang .‫ يسجاك ووي َاًِِ ما ال أح ِِص أو أعد‬ ‫رأَت ال ِب‬ ini sah atau tidak batal. Karena berlaku kaidah,

َ ُ ْ َْ ُ ّ َ َ ُ َ ْ .َ ‫ك‬ ِ َ ‫ا َ َل ْقِي ال ََ ْ ُز ْو ْل َ ب ِالش‬ َ .‫اق إِال أن ثُين َاًِِا‬ ِ ‫بال ِغ ِِف االِسجِنش‬ “Keyakinan tidakَ dapat keraguan.” َ dihilangkan ََ ُ َ َ denganَ sekedar ْ ُ ُ َ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َ ٌ َ َ َ َ 3. Menggunakan semacam .‫ أعد‬obat ‫ِص أو‬sprayer ‫َاِ ِ ًَ م‬ ‫ يس‬tidaklah  ‫َرأَ ْت‬ َ ْ ْ‫الب‬semisal ِ ‫ا ال أح‬asma ُ ‫جاك و ْو َي‬ini .‫ين ََاًِِا‬ ُ‫اق إِال أن ث‬ ِ ‫بال ِغ ِِف ا ِالِسجِنش‬ dengan makan dan minum. 4. Para pakar kesehatan menyebutkan bahwa mengandung َ itu ْ َ َ siwak ْ َُ َ ْ penyakit. َ ُ َ dan ْ َ َ .َ‫ا‬merawat َ 8 unsur kimia yang ْ bisa gusi dari ًَ ِ ِ‫ َين َ ُ ََا‬gigi ُ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫اق‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫بال‬ َ ِ ‫ِغ َ ِ َِف االِ ْس‬Zat ّ َ َ ِ ِ َ ُ .ِ‫بِه‬nantinya ‫نا أج ِزى‬larut ‫ ِِل وأ‬dengan ‫يام فإِنه‬air‫الص‬ ‫م َل‬masuk ‫ اب ِن آد‬ke ‫ً ِل‬faring. ‫كع‬ ِ liur‫إِال‬dan siwak tersebut ْ ْ no. 407,ْ dariَ َ An-Nasa’i 385 HR Abu Daud no. 142, Tirmidzi no. 788, ُ َ ْ no.َ َ 87, Ibnuَ Majah َ َ َ َ .‫ًا‬mengatakan ِ‫ين َ ْا‬ ُ ‫ َإ ِ ُال َ أ‬tersebut ‫اق‬ ‫ِف ا َالِ َس‬ َ ‫ ُجِن َش‬hasan َ َ At-Tirmidzi َ ‫ َن ْ َث‬hadits Laqith ْ bin Shobroh. bahwa shahih ّ ُ ِ ُ ‫َيبا ْل ُِغ‬ ُ ِ ْ َ َ ِ ِ‫الصيام ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ِ ‫ْتك َطعامه وَشابه وشىيثه مِن أج ِِل‬ َ ْ َ َُ َ ْ َ َ.‫ ْمث َاُل َِىا‬Kontemporer َ ُ‫و‬ َ ِ ‫| َس َنة ب ِ ْع‬173 ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ Tanya ّ َ َ Jawab .ِ‫الصيام فإِنه ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ‫اْلعً ِل اب ِن‬ ‫ك‬ ِ ‫ْشآدأم َل إِال‬ َ َ َْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ

ْ ََ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ .ًِِ‫اق إِال أن ثُين َا‬ ِ ‫وبال ِغ ِِف االِسجِنش‬

Padahal menggunakan siwak ini dianjurkan pula َ ُ ْ ََْ ُ ْ ُsebagaimana ّ َ ketika ada riwayat secara mu’allaq (tanpa sanad) dari ‘Amir .‫ك‬ ‫ل ِب‬bin ‫ََزو‬Robi’ah, ‫ي ال‬ ِ ‫الش‬ ِ‫لق‬ia‫ا‬ berkata,

َ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َْ ُ ْ َ‫َر َأ‬ َ َ‫ت ال‬ .‫اك َوو َي ََاِ ِ ًٌ َما ال أح ِِص أ ْو أ ُعد‬ ‫ ي سج‬ ‫ب‬ ِ

َ terhitung.” “Nabi  pernah bersiwak saat puasa dan ْ َ ْ ْ َ jumlahnya ُ َ ْ َ tak َ . ‫ا‬ ً ِ‫ا‬ َ ‫ين‬ ُ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫سجِن‬dalam ‫بَال ِغ‬ ِ‫ ِِف اال‬perut ِ ‫اق إ‬ ِ ‫ش‬ke ِ saja dimaafkan masuk Jika unsur-unsur dalam siwak karena jumlahnya sedikit dan bukan maksud untuk makan/minum, maka demikian halnya dengan obat semprot ْ َ َ ْ ْ َ asma َ ْ َ َ pula. ُ dimaafkan َ ‫ين‬ . ‫ا‬ ً ِ‫ا‬ َ ُ ‫ث‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫اق‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ِف‬ ‫ِغ‬ ‫بال‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ Pendapat kedua, penggunaan obat spray asma atau ventolin membatalkan puasa dan tidak boleh digunakan saat Ramadhan kecuali dalam keadaan hajat َ َ ُ َ harus َ ُ َ Inilah ُ saat sakit dan jika digunakan Dr. َ َ َ diqadha’. َ pendapat ْ َ َpuasanya ْ ‫ك َع ًَل اب‬ ّ ‫ال‬ َ ‫آد‬ . ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ِل‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الص‬ ‫إ‬ ‫َل‬ ‫م‬ ‫ن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ Fadl Hasan ‘Abbas, Dr.ِ Muhammad Alfi, Syaikh Muhammad ِ ِ Taqiyuddin Al-‘Utsmani dan Dr. Wahbah Az Zuhailiy. Pendapat ََ ْ َ terkuat: ْ َ ْ ََُ ْ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ ّ ‫جِل‬ ُ ‫الص َي‬ ‫أج ِزى ِب‬yang ‫ َوأنا‬lebih ‫ام ِِل‬ ‫ثه مِن أ‬ini ‫شىي‬adalah ‫َشابه و‬ ‫يْتك طعامه و‬ ِ‫ه‬Pendapat ِ ِ masalah kuat dalam tidak batalnya puasa ُ َ َ qiyas bagi orang yang menggunakan obat sprayer asma. Alasannya َ ‫ َع ْْش أَ ْم َثال‬adalah َ ْ ‫َو‬ . ‫ا‬ ‫ِى‬ ‫ب‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫اْل‬ ِ shahih. ِ yang pada kumur-kumur dan siwak. Dan qiyas tersebut adalah qiyas Wallahu a’lam. ْ َ ْ ََُ ْ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ .‫يْتك طعامه وَشابه وشىيثه مِن أج ِِل‬

َ َ َ َ َ .‫َا أيىا اَّلَِن آمنيا إِن جاءكً فاسِق بِنبأ ٍ فجبينيا‬

386 5. Meneropong Lambung َ َُ ُ َ َ َ َ َ َ dengan ٌ َ ْ ُ Endoskopi

Tanya:

ْ ّ َ Bagaimana hukum meneropong lambung (endoskopi) ُ ُ َ َ saatّ َ berpuasa?

Jawab:

ََْ َ .‫ي خطؤه‬ ِ ِ ‫ال عِْبة بِالظ ِن اْل‬

Untuk memeriksa keluhan pada lambung yang ditandai dengan nyeri pada ulu hati, kembung, mual dan muntah bisa dilakukan dengan teknik endoskopi. Alat yang digunakan dimasukkan lewat mulut, lalu menuju faring, sampai ke esophagus hingga ke lambung. Teknik ini bisa mengangkat daging (polip) di tenggorokan (esophagus) atau daging tumbuh 386 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambila dari: www.rumaysho.com

174 | Tutorial Ramadhan

(polip) pada lambung. Teknik ini pula bisa mengambil benda-benda yang tertelan seperti koin, gigi palsu, duri ikan, batu baterai (jam tangan), kancing, dan lain-lain. Endoskopi adalah pemeriksaan atau tindakan pengobatan ke dalam saluran pencernaan yang mempergunakan peralatan berupa teropong (endoskop). Tindakan endoskopi dapat dibedakan menjadi tiga:387 1. Gastroskopi (gastroscopy), digunakan untuk melihat dan mengetahui keadaan serta melakukan tindakan terapi dalam rongga saluran cerna bagian atas dari tenggorokan (esophagus), lambung (maag) sampai ke usus 12 jari (duodenum). 2. Kolonoskopi (colonoscopy), digunakan untuk melihat dan mengetahui keadaan serta tindakan terapi dalam rongga saluran cerna bagian bawah (usus besar) dan bagian akhir usus halus. 3. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography), yaitu pemeriksaan untuk melihat kelainan dan tindakan terapi di dalam saluran empedu dan pankreas. Bagaimana dengan alat endoskopi yang dimasukkan ke dalam lambung saat berpuasa? Dalam hal ini, kita kembali ke perbedaan pendapat ulama tentang hukum masuknya sesuatu ke dalam mulut, kerongkongan dan lambung, apakah dipersyaratkan berupa makanan atau tidak sehingga dapat membatalkan puasa. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 10, para ulama berbeda ke dalam dua pendapat. Pendapat pertama, menyatakan bahwa mayoritas ulama terdahulu dan saat ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam perut membatalkan puasa walaupun yang masuk bukan berupa makanan, tidak bisa larut dan tidak bisa mencair. Seandainya ada sepotong besi atau batu masuk dengan sengaja ke dalam tubuh, maka puasanya batal. Demikian pendapat mazhab Abu Hanifah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hambali. Sedangkan pendapat kedua, menyatakan bahwa yang membatalkan puasa adalah jika yang masuk ke dalam perut berupa makanan atau minuman. Pendapat ini dipilih oleh Al-Hasan bin Shalih, sebagian ulama Malikiyah dan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah berkata, “Pendapat yang kuat, puasa tidaklah batal dengan menggunakan celak mata, injeksi pada saluran kemaluan dan tidak batal pula dengan memasukkan sesuatu yang bukan makanan.”388 387 Sumber bacaan: mitrakeluarga.com 388 Majmu’ Al-Fatawa, 20: 528

Tanya Jawab Kontemporer |175

Jika kita melihat pendapat pertama bahwa segala yang dimasukkan ke dalam tubuh baik berupa makanan atau non makanan membatalkan puasa, maka demikian pula yang berlaku dengan alat endoskopi. Inilah yang jadi pilihan para imam mazhab selain Hanafiyah. Hanafiyah mensyaratkan bahwa yang membatalkan puasa adalah jika yang masuk ke dalam tubuh itu keseluruhan bendanya. Seandainya masih ada yang tersisa di luar, maka tidak membatalkan puasa. Sehingga menurut pendapat ulama Hanafiyah menggunakan alat endoskopi ini tidak membatalkan puasa. Namun ulama mazhab lainnya membatalkan puasa. Jika yang menjadi pilihan adalah pendapat kedua sebagaimana menjadi pilihan Ibnu Taimiyah, yaitu yang membatalkan puasa adalah jika yang masuk ke dalam perut adalah makanan, maka jelas alat endoskopi yang masuk ke lambung tidak membatalkan puasa. Karena alat endoskopi adalah benda padat (non makanan). Pendapat yang menyatakan teknik endoskopi tidak membatalkan puasa menjadi pilihan Syaikh Muhammad Bakhit (mufti Mesir) dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Pendapat yang menyatakan bahwa dimasukkannya alat endoskopi ini tidak membatalkan puasa, itulah yang lebih tepat. Karena cara kerja alat ini tidak disebut makan secara bahasa dan secara ‘urf. Alat tersebut dimasukkan untuk tujuan diagnosa (pemeriksaan), tidak lebih dari itu.

Peringatan: Jika dokter memasukkan pada alat endoskopi ini suatu zat seperti minyak supaya memperlicin dan mempermudah masuknya alat ke dalam tubuh, maka saat ini puasanya batal (tanpa ragu lagi) karena ada zat yang masuk dan batalnya bukan karena sebab alat tadi.

7. Menggunakan Inhaler dan Tetes pada Hidung389 Tanya: Bagaimana hukum menggunakan inhaler atau obat tetes hidung saat berpuasa?

389 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambila dari: www.rumaysho.com

176 | Tutorial Ramadhan

Jawab: Sekarang kita akan meneliti lagi pembatal puasa pada jika ada sesuatu yang masuk melalui hidung, setelah sebelumnya dua hal yang dibahas yang masuk lewat mulut. Untuk mengatasi hidung mampet bisa dengan menghirup uap zat aromatik seperti mentol atau kayu putih. Produk inhaler yang mengandung mentol, minyak peppermint, dan Cajeput eucalyptol, komponen dari kayu putih cukup manjur. Cukup dengan meletakkan inhaler tepat di bawah hidung, kemudian dihirup, maka uap dari inhaler akan melonggarkan sinus. Lalu apakah mentol َ َ menghirup ْ ََ َ ْ menggunakan َ ُpadaَ ْ hidung ْ َ semacam ini, juga masalah .yang sama yaitu ًِِ‫اق إِال أن ثُين َا‬ ِ ‫وبال ِغ ِِف االِسجِنش‬ obat tetes atau semprot hidung membatalkan puasa?

Kaitan Hidung dan Kerongkongan

َ ُ ْ َْ ُ ّ َ .‫ك‬ ِ ‫ا َلقِي ال ََ ُز ْول ب ِالش‬

Hidung sudah kita ketahui memiliki saluran menuju kerongkongan sebagaimana dibuktikan realita dan penelitian dokter َ ْ َ pulaْ ُ dengan ََ َ َ ٌ hadits, َُ ُ َ َْ ُ ْ َ ُ َ َ َ terkini. .‫ يسجاك ووي َاًِِ ما ال أح ِِص أو أعد‬ ‫رأَت ال ِب‬ Dalil hadits yang membuktikan hal di atas adalah sabda Nabi ,

ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َْ َ .‫اق إِال أن ثُين ََاًِِا‬ ِ ‫بال ِغ ِِف االِسجِنش‬

َ “Masukkanlah air dengan benar kecuali berpuasa.” َ ْ ْ 390 ْ َ َ jikaُ dalam َ ْ َ keadaan َ .‫اق إِال أن ثُين َاًِا‬ ‫با‬ ِ‫ل ِغ ِِف االِسج‬ke ِ ‫نش‬hubungan Hadits ini menunjukkan ِ bahwa hidung punya kerongkongan lalu ke perut. Hal ini dibuktikan pula dalam penelitian kedokteran saat ini. ْ َ َََ ُ َ َ َ َ ّ َ َُ َ َ ْ َ َ ُ .ِ‫الصيام فإِنه ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ِ ‫ك عً ِل اب ِن آدم َل إِال‬

Meninjau Obat Tetes Hidung

َ َ kontemporer َ ْ ُ َ pendapat ْ َ َ fikih ْ berselisih ّ ‫جِل‬ ُ ‫الص َي‬ َ ‫ َع‬obat Para ulama mengenai َ ‫ ُك‬tetes ُ ْ ‫َي‬ َ ‫َشابَ ُه َو َش ْى‬ َ َ ‫ام ُه َو‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ِل‬ ‫ام‬ ‫أ‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ط‬ ‫ْت‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ataukah tidak. Ada dua pendapat dalam hidung apakah membatalkan puasa masalah ini. َ ‫اْل َس َن ُة ب َع ْْش أَ ْم َثال‬ َ ْ ‫َو‬ . ‫ا‬ ‫ِى‬ ِ Syaikh Pendapat pertama, tidak membatalkan puasa. Demikian ِpendapat Haytsam Al-Khiyath dan Syaikh ‘Ajil An Nasymiy. ْ َ ْ ََُ ْ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ Alasan mereka, bahwa: .‫يْتك طعامه وَشابه وشىيثه مِن أجِل‬ 1. Zat yang sampai dalam perutِ dari obat tetes ini amatlah sedikit; 390

ُ ُ ‫اءك ًْ فَاس ٌِق بنَ َبأ ٍ َف َجبَ َي‬ َ ‫آم ُنيا إن‬ َ ‫َِن‬ َ ‫ََا َأي َىا َاَّل‬ . ‫يا‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ِ Ibnu Majah no. 407. HR Abu Daud no. 2366, An-Nasai ِ no. 87, Tirmidzi no. 788, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih

َ ََْ َ ُ‫الظ ّن ْاْلَ ّي َخ َط ُؤه‬ .Tanya ‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ‫|عِْبة ب‬177 Jawab Kontemporer

َ sedikit 2. Obat pada tetes hidung dalamَ jumlah َ juga ْ َzatَ َ ْ ْ bukanlah َ ْ membatalkan ُ bisa makanan. Padahal alasan puasa adalah .ًِmakanan ِ‫ُين ََا‬ ‫اق إِال أن ث‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ِف‬ ‫ِغ‬ ِ ِ ِ ‫وبال‬ ِ jika bisa menguatkan dan mengenyangkan sebagaimana telah diterangkan dalam bahasan sebelumnya. Tetes hidung pun َْ َ ُ ْ tidak ُ َ ّ ْ َ ُ dianggap makan dan minum jika ditinjau.‫ك‬ ‫ل ب ِالش‬bahasa ‫ال َزو‬maupun ‫ا َلقِي‬ ِ secara secara ‘urf. Padahal Allah hanyalah mengaitkan pembatal puasa dengan makanَ dan َ minum ََ ُ َ saja.َ ْ ُ َ ُ َ ْ َ puasa.َ Demikian ُ ْ َ ْ ُ َ ٌ َ Pendapat kedua, obat tetes pada hidung membatalkan .‫ يسجاك ووي َاًِِ ما ال أح ِِص أو أعد‬ ‫رأَت ال ِب‬ pendapat Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َْ َ َ ‫ين‬ Alasan mereka, bahwa: .‫َاًِا‬ ُ‫اق إِال أن ث‬ ِ ‫بال ِغ ِِف االِسجِنش‬ ِ Hadits Laqith bin Shobroh, Nabi  bersabda, ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َْ َ َ .‫اق إِال أن ثُين َاًِِا‬ ِ ‫بال ِغ ِِف االِسجِنش‬

َ َ َberpuasa.” َkeadaan “Masukkanlah air dengan َ َ َ kecuali ْ َ benar ْ ‫ًل اب‬391 ّ ‫ال‬ َ dalam ُ َ‫فَإن‬jika‫ام‬ َ ‫الص‬ َ ‫ُك َع‬ ُ . ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ِل‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫َل‬ ‫م‬ ‫آد‬ ‫ن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ Dalil ini menunjukkan bahwa tidak boleh bagi orang yang berpuasa menggunakan obat tetes hidung yang nantinya dapat sampai pengaruhnya ke perut. ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ََُ ْ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ ُ َ ّ

ِ‫الصيام ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ِ ‫يْتك طعامه وَشابه وشىيثه مِن أج ِِل‬ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َْ َ َ ‫أمثال‬hidung ‫ْش‬ ‫واْلسن‬ Pendapat terkuat dalam masalah ini, obat.‫ِىا‬tetes ِ ‫ة بِع‬tidaklah

Pendapat Terkuat

membatalkan puasa walau ada sedikit yang masuk ke perut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bahasan yang tetes hidung َ ُ bahwa َ lewat ْ َ telah َ ‫ َع‬maupun ُ ْ ‫َي‬ َ َ bahasa ‫م ِْن أج ِِل‬ditinjau ‫ َوش ْى َيث ُه‬secara ‫َشابَه‬ ‫ام ُه َو‬ ‫ْت ُك َط‬ bukanlah aktivitas makan dan.minum ‘urf. Begitu pula sebagaimana berkumur-kumur itu boleh saat puasa asal tidak berlebihan, padahal ada kemungkinan sedikit air itu َ َ َ masuk. َ tetes َ ْ ُ Bahkan َ ٌ hidung. َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ Demikian halnya .dengan tetes hidung hanya ‫َا أيىا اَّلَِن آمنيا إِن جاءكً فاسِق بِنبأ ٍ فجبينيا‬ sedikit zat yang masuk ke dalam perut dibanding berkumur-kumur sehingga dari sini tepat dinilai tidak membatalkan. Wallahu a’lam bishُ ُ َ َ َّْ ّ َ ََْ َ shawwab.

Meninjau Obat Semprot Hidung

.‫ي خطؤه‬ ِ ِ ‫ال عِْبة بِالظ ِن اْل‬

Ada juga obat yang digunakan berupa semprot (sprayer). Maka bahasannya sebagaimana bahasan ventolin sebelumnya berupa sprayer 391 HR Abu Daud no. 2366, An-Nasai no. 87, Tirmidzi no. 788, Ibnu Majah no. 407. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih

178 | Tutorial Ramadhan

untuk penderita asma. Dalam pembahasan tersebut disebutkan tidak batalnya puasa. Maka sama halnya dengan obat semprot hidung.

Meninjau Inhaler Sedangkan penggunaan inhaler yang digunakan untuk melancarkan pernafasan pada hidung bagi yang menderita hidung tersumbat, maka sama halnya dengan dua pembahasan di atas. Penggunaan inhaler tidak membatalkan puasa karena tidak punya pengaruh pada perut, artinya orang yang menggunakan inhaler tidaklah kenyang atau semakin kuat dengan menghirup inhaler. Padahal alasan makan dan minum bisa membatalkan puasa adalah karena alasan bisa mengenyangkan dan menguatkan tubuh sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Begitu pula menghirup inhaler yang mengandung menthol, minyak peppermint dan cajeput eucalyptol, tidaklah disebut makan dan minum secara bahasa maupun secara ‘urf. Wallahu a’lam.

7. Anastesi atau Pembiusan Saat Berpuasa392 Tanya: Bagaimana hukum anastesi (pembiusan) saat berpuasa?

Jawab: Anestesi adalah hilangnya rasa pada tubuh yang disebabkan oleh pengaruh obat bius atau kita dapat katakan mati rasa. Tanpa adanya anestesi, pembedahan tentu sangat menyiksa pasien. Masalah ini perlu adanya rincian karena ada beberapa macam anestesi dan beberapa cara yang dilakukan.

Macam dan Cara Anestesi Anestesi (pembiusan) ada dua macam: (1) anestesi total, yang membuat pasien tidak sadarkan diri; dan (2) anestesi lokal, yang membuat mati rasa bagian tubuh yang akan diambil tindakan. Anestesi bisa dilakukan dengan beberapa cara: 392 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambila dari: www.rumaysho.com

Tanya Jawab Kontemporer |179

Anestesi melalui jalur hidung, di mana orang yang sakit akan menghirup gas yang akan mempengaruhi syarafnya sehingga terjadilah anestesi. Anestesi kering atau akupuntur Cina. Yaitu, dengan memasukkan jarum kering ke pusat syaraf perasa yang ada di bawah kulit sehingga akan menghasilkan semacam kelenjar untuk melakukan sekresi terhadap morfin alami yang ada dalam tubuh. Dengan itu, si pasien akan kehilangan kemampuan untuk merasa. Secara umum anestesi semacam ini termasuk anestesi lokal dan tidak ada zat yang masuk ke dalam perut.

Anestesi Melalui Suntikan Anestesi ini bisa jadi berupa anestesi lokal melalui suntikan pada gusi, otot dan semacamnya. Anestesi ini bisa pula berupa anestesi total dengan cara injeksi melalui pembuluh darah dan beberapa saat langsung tidak sadarkan diri. Boleh jadi suntik yang diberikan terdapat zat makanan dan ada hukum tersendiri mengenai hal tersebut.

Pengaruh Anestesi Terhadap Puasa Anestesi dengan cara pertama yaitu melalui hidung tidaklah membatalkan puasa. Karena gas yang dihirup melalui hidup tidaklah mempengaruhi puasa sama sekali, juga bukan merupakan zat makanan, sehingga jelaslah tidak membatalkan puasa. Anestesi akupuntur Cina juga tidak berpengaruh pada puasa. Karena tidak ada sesuatu yang masuk hingga ke perut. Begitu pula anestesi lokal lewat suntikan berlaku hukum yang sama. Sedangkan anestesi total dengan injeksi melalui pembuluh darah bisa jadi dengan memasukkan zat cair pada pembuluh darah. Atau bisa jadi menyebabkan hilangnya kesadaran. Yang kita tinjau saat ini adalah kondisi yang kedua yaitu hilangnya kesadaran karena pembiusan. Para ulama berselisih pendapat mengenai batalnya puasa karena hilangnya kesadaran. Kita dapat meninjau bahwa hilangnya kesadaran itu ada dua macam:

Pertama: Hilangnya kesadaran pada seluruh siang. Yang dimaksud seluruh siang adalah tidak sadarkan diri selama waktu diwajibkannya puasa, yaitu mulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari.

180 | Tutorial Ramadhan

ِ

ِ

ِ

َ َ َ َُ َ ُ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ‫ين‬ ُ‫اك أونو ثي‬ ‫اق‬ ‫ال ِالِبسجِن‬ ‫براألَِغت ِِف ا‬ ‫سجإِال‬ .‫ح ِِص أ ْو أ ُعد‬.‫َاِ ِالًاأ‬ ‫َاِ ِ ًٌ ما‬ ِ ‫ش ي‬

Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmadَ menyatakan siapa ْ ْ bahwa َ ُ tidaklah ْ َ َ ْ َ َ sah.َ Karena َ yang pingsan pada seluruh siang, puasanya Nabi .‫اق إِال أن ثُين َاِ ًِا‬ ‫با‬ ِ ‫ل ِغ ِِف االِسجِنش‬ bersabda, Allah  berfirman,

ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َُ َ َ ّ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َُ .ِ‫نا أج ِزى بِه‬.‫يننهَ ِِلاًِِواأ‬ ‫نِنآد‬ ًِ ‫كِغع‬ ُ‫الصي‬ ‫اقَلإ ِإ ِالالأن ِث‬ ‫ِف اِلالِابس ِج‬ ‫بال‬ ِ ‫شم‬ ِ ‫ام فإ‬

َ َ َ َ anak ُ Adam َ ّ َ untuknya َ َ ْ َ ُ َ ْ kecuali “Setiap ْ amalan untuk-Ku dan َ َ َ َ َ itu ْ َُ َ َ ُ َ َ ّ puasa. ْ ‫ ُه ََو َش‬Puasa ْ ‫الص َي‬ َ ‫ْت ُك َ َ َط َع‬ ُ ْ َ َ ُ ُ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ِل‬ ‫ام‬ ‫ِل‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫اب‬ ‫َش‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ام‬ ِ ‫الصيام فإِنه ِِل ِ وأنا ِأج ِز‬ Akuِ nantinya ِ ‫يك عً ِل اب ِن آدم َل إِال‬ ِ ‫ىِ ب‬membalasnya.” ِ yang.ِ‫ه‬akan Dalam riwayat lain disebutkan, َ ‫اْل َس َن ُة ب َع ْْش أَ ْم َثال‬ َ ْ ‫َو‬ . ‫ا‬ ‫ِى‬ َْ َ َ َ َ ْ ّ ُ ‫الص َي‬ َ ِ ‫ْت ُك َط َع‬ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ ‫ام ُه َ ِو‬ ُ ْ ‫َي‬ ِ‫ام ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ِ ‫َشابه َوشى َيثه م ِْن أج ِِل‬ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َْ َ َ َ ْ ُ َ َ َُ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ َ .‫شىيثه مِن أج ِِل‬.‫َشمثاباله ِىاو‬ ‫يوْت‬ ‫ْش أ‬ ِ ‫اْلكسنطةع ب ِامعه و‬ 393

“Dia meninggalkan makanan, karena-Ku.َ Puasaَ itu َ َ ْ dan َ َ َ minuman ُ ُ syahwatnya َ َ ْ ‫ َ َج‬Satu ْ ‫س‬membalasnya. َ َ ‫َِن‬ ٌ‫ج‬ ْ ‫اءكم‬ ُ ‫ْتأي‬ َ ‫اَّل‬ َ ‫ َىا َط‬dibalas ُ َ ‫ام‬ َ ‫ياابَإ ِ ُهن‬kebaikan ُ ْ ‫ََيا‬ َ ‫آم َ ُن‬ untuk-Ku dan Aku nantinya akan .‫ف َجبَ َي ُنيا‬yang ٍ ‫ِنبأ‬akan ‫ِقِلب‬ ‫ا‬ ‫ف‬ ً . ‫أ‬ ‫ِن‬ ‫ه‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫َش‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ك‬ ِ dengan sepuluh kebaikan semisal.”394 Dalam hadits tersebut َ disebutkanَ bahwa puasa adalah ْ ُ َ ّ menahan َ َ َ ْ َ َ diriَ َ َ ٌ Sedangkan َ ّ yang ُ .ُ‫َط ُؤه‬orang ُ‫ َجبَ َين‬syahwat. ْ َ َ َ dari makan-minum.‫يا‬dan pingsan ‫ينخجاءكً فاسِق بِنبأ ٍ ف‬ ‫اَّلَِن‬ ‫يعىا‬tidak ‫َاال أ‬ ِ ‫الظ ِنآمناْليا ِإ‬ ِ ‫ِْبة ب‬ melakukan demikian. Ulama Hanafiyah dan Al-Muzani dari kalangan Syafi’iyah ْ ّ َ berpendapat َ َ ْ yangَ َ ‫اْلَ ّي َخ‬dengan ُ‫ط ُؤه‬semisal bahwa puasanya sah. Karena keadaan seperti.itu orang ‫ن‬ ‫الظ‬ ‫ب‬ ِ ِ ِ ِ ‫ال عِْبة‬ tidur dan tidak membawa dampak apa-apa dan ia sudah berniat berpuasa. Pendapat yang lebih tepat dalam masalah ini adalah pendapat jumhur atau mayoritas ulama karena jelas terdapat perbedaan antara orang yang pingsan dan orang yang tidur. Orang yang tidur bisa terbangun ketika diingatkan, namun berbeda halnya dengan orang yang pingsan. Oleh karenanya jika ada yang dibius dan tidak sadarkan diri pada seluruh waktu saat diwajibkannya puasa, puasanya tidaklah sah dan wajib qadha’ (mengganti puasa di hari lain).

Kedua: Hilangnya kesadaran bukan pada seluruh siang (waktu saat diwajibkannya puasa). Artinya, bisa mendapati waktu untuk menjalani puasa pada hari tersebut. 393 HR Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151 394 HR Muslim no. 1894

Tanya Jawab Kontemporer |181

َ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َْ ُ ْ َ‫َر َأ‬ َ َ‫ت ال‬ .‫اك َوو َي ََاِ ِ ًٌ َما ال أح ِِص أ ْو أ ُعد‬ ‫ ي سج‬ ‫ب‬ ِ

ْ َ ْ ْ َ ُ َ َْ َ َ .‫َاًِِا‬bahwa ‫ُين‬jika ‫ن ث‬telah ‫ إِال أ‬sadar ‫بَال ِغ‬ ‫اق‬ Imam Abu Hanifah berpendapat ِ‫ ِِف االِسج‬waktu ِ ‫نش‬sebelum

zawal (saat matahari tergelincir ke barat), maka harus memperbarui niat. Imam Malik berpendapat bahwaَ puasanya ْ َ َ tidak sah. ْ َ ْ ْ َ ُ َ tetap .‫َاًِِا‬berpendapat ‫ أن ثُين‬bahwa ‫اق إِال‬ ‫سجِن‬iaِ‫ال‬mendapati ‫بَال ِغ ِِف ا‬ ِ ‫ش‬ Imam Syafi’i dan Imam Ahmad jika sebagian waktu siang (waktu diwajibkannya puasa), puasanya sah. Pendapat yang lebih tepat َ َ َ iniَ adalah َ َ َ masalah ْ َ dalam ْ ‫ل اب‬dipegang ّ َ ‫إ‬pendapat َ ‫ُك َع‬ ُ َ َ َ yang . ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ ُه ِِل وأن‬Jika ‫ام فإِن‬ ‫الصي‬ ً ِ ِ ‫ال‬mendapati ِ ‫ ِن آدم َل‬sebagian ِ Imam oleh Imam Syafi’i dan Ahmad. seseorang dari ِ ِ waktu siang, puasanya sah. Karena tidak ada dalil yang menyatakan batalnya َ َ niat َ َ untuk َ ْ ُ َ diri dan masihْ ada imsak ْ(menahan َ َdariُ َ makan ّ ُ َ ‫ط َع‬minum) َ ‫ ُك‬tidak َ ُ ْ ‫َي‬ َ ‫ش ْى‬Ibnu َ َ ‫ ُه َو‬dan ‫ أج ِزى‬siang. ‫ِل وأنا‬Sebagiamana ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الص‬ ‫ِل‬ ‫ج‬ ‫أ‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫اب‬ ‫َش‬ ‫ام‬ ‫ْت‬ ِ‫بِه‬sebagian pada juga pendapat Taimiyah bahwa ِ ِ ِ disyaratkan imsak (menahan diri dari makan dan minum) َ padaْ seluruh ْ َ ُ َ َ َ siang َ pada ْ sebagian َ َ (waktu saat diwajibkannya puasa). Cukup imsak itu ada siang, .‫ْش أمثال ِىا‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫اْل‬ ‫و‬ ِ ِ puasanya sudah sah. Seperti ini telah tercakup dalam hadits Qudsi,

َ َ ْ َ َ ‫ْت ُك َط َع‬ ُ ْ ‫َي‬ َ َ ‫ام ُه َو‬ .‫َشابَ ُه َوش ْى َيث ُه م ِْن أج ِِل‬

“Dia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena-Ku.” َ 395َ َ َ َ ََ ٌ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َ ‫نيا‬atas ‫فجبي‬menunjukkan ٍ ‫ً فاسِق بِنبأ‬bahwa ‫جاءك‬jika‫إِن‬seseorang ‫اَّلَِن آمنيا‬ ‫أيىا‬dan ‫َا‬ Dari penjelasan .di dibius tidak sadarkan diri bukan pada seluruh siang, maka pembiusan tadi tidaklah merusak puasa dan tidak menunjukkan batalnya puasa. jika ْ ّ َ Adapun َ َ ُ ّ َ ْ َ َ ُ َ pembiusan sampai membuat tidak sadarkan.diri seluruh siang (waktu ‫طؤه‬pada ‫يخ‬ ‫اْل‬ ‫ن‬ ‫الظ‬ ‫ب‬ ‫ة‬ ‫ِْب‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ِِ ِ ِ saat diwajibkannya puasa), maka puasanya batal. Wallahu a’lam. Semoga pembahasan ini bisa menjawab beberapa permasalahan seputar pembiusan. Misalnya saja, ada yang ingin dikhitan ketika puasa dan terang saja butuh dengan bius saat itu. Karena pembiusan yang dilakukan bukanlah bius total, maka sebagaimana keterangan di atas tidaklah membatalkan puasa. Ini contoh sederhana yang bisa dipraktikkan.

8. Penggunaan Obat Tetes Telinga Saat Berpuasa396 Tanya: Bagaimana hukum penggunaan obat tetes telinga saat berpuasa? 395 HR Muslim no. 1894 396 Pembahasan ini adalah faedah dari pembahasan Syaikh Dr. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil (Asisten Profesor di jurusan Fikih Jami’ah Al-Qashim) dalam tulisan “Mufthirootu Ash-Shiyam Al-Mu’ashiroh”, diambila dari: www.rumaysho.com

182 | Tutorial Ramadhan

Jawab: Mengenai hukum menggunakan obat tetes telinga, para ulama berselisih pendapat. Pendapat pertama, jika memasukkan minyak atau air melalui lubang telinga, puasanya batal. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, ulama Malikiyah, dan pendapat yang lebih kuat dalam mazhab Syafi’iyah. Sedangkan menurut mazhab Hambali, batal jika sampai pada otak. Alasan mereka, bahwa sesuatu yang dimasukkan dalam telinga akan mengalir hingga ke kerongkongan atau ke otak. Pendapat kedua, tidak membatalkan puasa. Inilah salah satu pendapat Syafi’iyah dan merupakan pendapat Ibnu Hazm. Alasan mereka, bahwa tetes telinga tidaklah sampai pada otak dan cuma sampai ke pori-pori. Intinya, dua pendapat ini tidaklah jauh beda. Untuk menjawab apakah tetes telinga membatalkan puasa ataukah tidak mesti dibuktikan dengan penelitian mutakhir. Dan telah terbukti bahwa tidak ada saluran yang menghubungkan antara telinga dan perut atau antara telinga dan otak di mana saluran tersebut bisa diairi kecuali jika ada yang sobek pada gendang telinga. Sehingga dari pembuktian ini, tetes telinga tidaklah membatalkan puasa. Adapun jika gendang telinga sobek, maka telinga akan bersambung langsung dengan kerongkongan melalui saluran Eustachian. Jika demikian keadaan telinga hampir sama dengan kondisi hidung. Dan telah diulas ketika membahas obat tetes pada hidung bahwa tetes hidung tidak membatalkan puasa, maka demikian pula dengan tetes telinga.

Penggunaan Ear Lotion Hukum penggunaan ear lotion seperti hukum tetes telinga. Namun jika gendang telinga sobek lalu telinga diberi ear lotion (mengandung air), maka cairan yang masuk ke dalam telinga tentu lebih banyak daripada tetes telinga tadi. Jika cairan seperti ini dimasukkan dalam jumlah banyak melalui saluran Eustachian hingga menuju kerongkongan, hal ini menyebabkan batalnya puasa. Namun jika yang dimasukkan ke dalam telinga tidak mengandung unsur air, maka kita kembali pada masalah apakah jika yang masuk non-makanan juga membatalkan puasa. Sebagaimana telah dibahas khilaf (perselisihan ulama) dalam masalah ini ketika membahas “Meneropong Lambung dengan Endoskopi”, yang membatalkan puasa jika yang masuk adalah zat makanan. Tanya Jawab Kontemporer |183

Sehingga dalam hal ini tidak membatalkan puasa.

9. Mencabut Gigi Saat Puasa397 Tanya: Bagaimana hukum mencabut gigi bagi orang yang berpuasa yang kadang-kadang menyebabkan pada air liurnya terdapat darah?

Jawab: Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i  menjawab mengatakan, “Air liur yang mengandung darah yang berasal dari dirinya sendiri, hal ini tidaklah membatalkan puasa. Jika sekiranya ditunda mencabut giginya setelah berbuka puasa, maka hal ini lebih baik karena kadang-kadang ditakutkan akan membahayakan seseorang, jika ia mencabut giginya dalam keadaan berpuasa.”

10. Berbuka Karena Isu Tanya: Pada ‘Idul Fitri tahun ini ada perbedaan antara ormas Islam tertentu dengan itsbat pemerintah dalam hari raya, ada yang berhari raya hari Selasa sedangkan menurut itsbat pemerintah ‘Iedul Fitri jatuh pada hari Rabu. Pada hari Selasa, saat siang hari tersebar isu bahwa di pagi harinya menteri agama meralat hasil itsbat dan menyatakan bahwa ‘Iedul Fitri adalah hari Selasa dan Menteri Agama minta maaf kepada umat. Mendapat isu itu banyak masyarakat yang awalnya berniat Idul Fitri bersama pemerintah langsung percaya dan membatalkan puasanya di tengah hari, akan tetapi tetap ikut shalat ‘led pada hari Rabu. Namun ternyata isu itu tidak benar sama sekali. Bagaimanakah hukumnya puasa orang yang membatalkan puasa di siang hari Selasa karena isu itu? Apakah wajib diqadha’?, Dan bagaimana pula dengan shalat ‘ied-nya pada hari Rabu itu?

Jawab: Jika terbukti seperti itu, maka dia wajib mengqadha puasanya karena dia telah berbuka tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Berbuka puasa itu hanya 397 Disalin dari Fatwa-fatwa Ramadhan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i

184 | Tutorial Ramadhan

ِ َ ْ َ َََ ْ ّ ُ َ ‫ْت ُك َط َع‬ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ ‫ام ُه َو‬ َ ُ ْ ‫َي‬ ِ‫الصيام ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ َِ َ ‫َش َابه ََوشى َيثه م ِْن أج ِِل‬ َ َ َ َ ّ َ ْ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ ‫آد َم‬ .ِ‫ام فإِن ُه ِِل َوأنا أج ِزى بِه‬ ‫الصي‬ ‫َك َع ًَ َل اب َن‬ ِ .‫َلل إ َِِىاال‬ ‫ْش أمثا‬ ِ ِ ‫واْلسن ِة بِع‬ diperbolehkan ketika bukti yang nyata, baik dengan melihat hilal atau َ َ ada َ َ ُ َ َ َ sesuai َ َ َ َ benar-benar ْ َ َ persaksian ْ َ َ bisa ّ ُ َ ُ ْْ ‫ََي‬ mendengarkan orang yang َ ‫ْت ُُك َط َع َام ُه َو‬ ‫ ُه َ َوَش ْ ْى َ َ َيث ُ ُه‬dan ‫َش َاب‬ ْ ‫ م ْ ِْن أ‬dipercaya ِ‫الصيام ِِل وأنا أج ِزى بِه‬ ُ ِ ‫ِل‬.ِ ‫ججِل‬ ُ ‫ي‬ َ ‫ك طع‬orang ‫ه مِن أ‬isu ‫ىيث‬itu ‫وش‬tidak ‫َشابه‬ ‫امه و‬maka ‫ْت‬ apa yang dikatakannya. Namun jika benar, ِ ternyata َ َ ْ ْ puasanya َ ‫اْل َس َن ُة ب‬ َ ْ itu.‫َو‬ yang berbuka karena isu itu berkewajiban untuk mengqadha’ .‫ْش أمثال َِىا‬ ‫ع‬ ِ ِ َ ََ ٌ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َ ‫ََا َأي َىا َاَّل‬ .‫َِن آمنيا إِن جاءكً فا َسِق بِنبأ ٍ فجبينيا‬ ْ ْ ََُ ْ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ ُْ َ .‫ج ِِل‬bila ‫ِن أ‬datang ‫ىيثه م‬kepada ‫ابه وش‬kalian ‫ه وَش‬seseorang ‫ك طعام‬yang ‫يْت‬ “Wahai orang-orang yang beriman, ْ ُ َ ّ َ ّ َ dengan َ َ ْ teliti”َ fasik membawa suatu kabar, maka hendaknya kalian .ُ‫ َطؤه‬memeriksanya ‫يخ‬ ‫ِْبة َبِالظ ِن اْل‬ ‫ال َع‬ ِ ِ (Qs Al-Hujurat 6). ُ َ َ َ َ َ َ ٌ َ ْ ُ َ ُ َ َ َ .‫بينيا‬telah ‫بأ ٍ فج‬menggariskan ‫اءكً فاسِق بِن‬ ‫نيا إِن‬yang ‫َِن آم‬berlaku ‫يىا اَّل‬pada ‫ََا أ‬ Para ulama ahli fiqih satu‫ج‬kaidah kasus semacam ini:

ُ َ َّْ ّ َ ََْ َ .ُ‫ي خ َطؤه‬ ِ ِ ‫ال عِْبة بِالظ ِن اْل‬

“Praduga yang terbukti menyalahi fakta sama sekali tidaklah dapat dijadikan landasan dalam hukum syariat.”

11. Apakah Suntik KB Membatalkan Puasa? Tanya: Suntik KB atau muntal dalam keadaan berpuasa Ramadhan puasanya batal atau tidak?

Jawab: Para ulama merinci hukum suntikan yang diberikan kepada orang yang puasa: 1. Suntikan obat atau vaksin, dan semua suntikan yang tidak menggantikan makan minum, statusnya tidak membatalkan puasa. Karena suntikan semacam ini bukan termasuk makan atau minum. 2. Suntikan yang menggantikan makan minum, seperti infus, statusnya membatalkan puasa. Karena sama dengan makan atau minum. Syaikh Ibnu Utsaimin  menjelaskan 398, “Orang puasa yang disuntik di urat, puasanya tidak batal. Karena suntikan semacam ini bukan termasuk 398 Sumber: http://ar. islamway.net/fatwa/16048

Tanya Jawab Kontemporer |185

makan atau minum. Padahal Allah  telah berfirman kepada Nabi , (yang artinya) “Aku telah turunkan kepadamu sebuah kitab, sebagai penjelas untuk segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi kaum muslimin.” “Karena itu, segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, terutama masalah ibadah yang agung, seperti puasa, tentu syariat akan menjelaskannya. Akan tetapi, tidak dijumpai dalil dari Rasulullah  satu keterangan umum yang menunjukkan bahwa orang yang puasa menjadi batal disebabkan segala sesuatu yang masuk ke perutnya dengan cara apapun. Namun yang ada adalah keterangan dari beliau, puasa batal karena makan dan minum.” Beliau  melanjutkan, “Oleh karena itu, suntikan di daging atau urat, tidak membatalkan puasa, meskipun orang yang disuntik merasakan sesuatu di tenggorokannya. Hanya saja, yang menjadi pendapat mayoritas ulama, bahwa suntikan infus, yang membuat orang tidak lagi butuh makanan dan minuman, bisa menyebabkan puasa batal. Karena infus semakna dengan makan dan minum. Suntikan ini jika diberikan kepada seseorang, dia menjadi tidak butuh makan dan minum. Sementara syariat yang bijak, tidak membedakan antara dua hal yang sama hakekatnya.” Hal yang sama juga ditegaskan oleh Syaikh ‘Athiyah Shaqr (Mufti AlAzhar Mesir) 399, “Suntikan infus (glukosa) atau semacamnya, termasuk ‘makan’ menurut masyarakat. karena orang yang diinfus, dia tidak butuh makanan, meskipun lama. Infus bisa mengenyangkan sebagaimana makanan bisa mengenyangkan. Karena makanan kita yang sampai di lambung, setelah dilembutkan dan diserap, didistribusikan oleh darah ke seluruh tubuh. Kebutuhannya tercukupi. Demikian pula suntikan infus, dimasukkan nutrisi melalui darah, tanpa perlu melewatkannya melalui lambung, dan tidak butuh organ pelumat makanan lainnya.”

399 Sumber: http://www.aljameah.com/s/ftaoy/seam/

186 | Tutorial Ramadhan

Daftar Pustaka Buku: Bersemilah Ramadhan, Sebuah Renungan dan Motivasi Ibadah di Bulan Ramadhan, Armen Halim Naro. Penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor. Cet. II, Tahun 2008 M. Fatawa Arkanul Islam, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Penerbit: Darul Falah,Tahun 2007. Fatawa Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fayiz Musa Abu Syaikhah. Maktabah Ibnu Taimiyah. Edisi Indonesia: Fatwa-Fatwa Syaikh Utsaimin. Penerbit: Najla Press, Jakarta. Cet. I, Tahun 2003 M. Haqiqatus Shiyam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Edisi Indonesia: Hakikat Shiyam. Penerjemah: Abu Ihsan Al-Atsari. Penerbit At-Tibyan, Solo, Cet. I, Tahun 2001 M. Hishnul Muslim¸ Syaikh Sa’id Bin Wahf Al-Qahthani. Penerbit Yayasan Al-Sofwa, Jakarta. Majalisu Syahri Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Daar Ats-Tsuroyya Lin Nasyr, Riyadh, Cet. I, Tahun 1422H/2002 M. Edisi Indonesia: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid. Penerbit Al-Qowam, Solo, Cet. V, Tahun 2007 M. Panduan dan Koreksi Ibadah-Ibadah di Bulan Ramadhan, Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah. Penerbit Majelis Ilmu. Cet. I,Thn 2008 M. Panduan Ramadhan, Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah, Muhammad Abduh Tuasikal. Penerbit Pustaka Muslim, Yogyakarta. Cet. IV, Tahun 2012 M. Ruhaniyyatush Sha’im, 40 Washilah li Istighlali Syahri Ramadhan, Ramadhan wa Ar-Rakhil Al-Murr, Ibrahim Ad-Duwaisy. Penerbit Maktabah Shaidul Fawa’id. Edisi Indonesia: Ramadhan Sepanjang Masa. Penerbit Aqwam, Solo. Cet. I, Tahun 2005 M. Shifatu Shaumin Nabi Fiy Ramadhan, Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid. Penerbit Al-Maktabah al-Islamiyah, Amman Yordania, Cet. IV, Tahun 1412 H/1992 M. Edisi Indonesia: Meneladani Shaum Rasulullah , Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E. M. Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet. III, Tahun 2006 M.

Daftar Pustaka |187

Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin Muhammatin Tata’allaqu bi Arkanil Islam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz. Edisi Indonesia: Tanya Jawab Tentang Rukun Islam. Penerjemah: Mudzakkir Muhammad Arif. Penerbit IAIN Sumatera Utara, Medan.

Majalah/Buletin: Majalah Al-Furqon. Penerbit Lajnah Da’wah Ma’had AL-Furqon, Gresik, Jawa Timur. Majalah As-Sunnah. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jawa Tengah. Silsilah Ramadhan, Shalat Tarawih (Qiyam Ramadhan), Muhammad Yusran Anshar, Lc., MA. Buletin Dakwah Al-Munir. Penerbit Departemen Infokom DPD Wahdah Islamiyah Gowa Buletin Dakwah At-Tashfiyyah. Surabaya

Website/Situs: http: //abulmiqdad. com http: //abuzubair. wordpress. com http: //almanhaj. or. id http: /alsofwa. com http: //buletin. muslim. or. id http: //konsultasisyariah. com http: //markazassunnah. blogspot. com http: //muslim. or. id http: //muslimah. or. id http: //piss-ktb. com http: //rumaysho. com http: //salafy. or. id http: //salaf. web. id http: //tunasilmu. com

Software/Program: Maktabah Syamilah 2011

188 | Tutorial Ramadhan

Profil Infaq Dakwah Center (IDC)|189

PROFIL INFAQ DAKWAH CENTER (IDC) adalah lembaga independen yang berkhidmat untuk memfasilitasi kaum muslimin dalam menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah secara tepat, produktif dan multiguna kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan berhak (mustahiq), untuk menunjang kemajuan dakwah, kemaslahatan dan pemberdayaan umat Islam.

VISI: Mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat untuk mendorong kemajuan dakwah, melalui optimalisasi infaq yang amanah, adil, profesional dan transparan.

MISI: 1. Pengelolaan infaq secara amanah, transparan, profesional, kreatif, produktif dan inovatif. 2. Membangun kesadaran individu untuk mendukung dakwah dan pemberdayaan umat melalui infaq dakwah. 3. Memaksimalkan dana umat untuk mengatasi problematika dakwah dan keummatan. 4. Memperkuat ukhuwah Islamiyah untuk membantu yatim, keluarga mujahidin, kaum dhuafa, masyarakat tertinggal dan kalangan tertimpa musibah. 5. Meningkatkan sinergi dan penguatan jaringan pendukung dan pelaku dakwah. PRODUK 1. Dakwah Khusus dan Terpadu

9. Solidaritas Muslim Dunia

2. Infaq/Zakat Cerdas (Beasiswa Yatim dan Dhuafa)

10. Jihad Media

3. Peduli Kasih Muallaf

12. Tahfizh Al-Qur'an di Penjara

4. Infaq Darurat 5. Infaq Jariyah & Waqaf 6. Infaq Produktif 7. Solidaritas Keluarga Mujahidin 8. Cinta Yatim.

190 | Tutorial Ramadhan

11. Tebar Qurban 13. Semarak Dakwah Ramadhan 14. Zakat Fitrah 15. Sedekah Buku 16. Sedekah Barang

INFAQ DARURAT Donasi solidaritas kemanusiaan yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan darurat umat Islam yang membutuhkan solusi cepat.

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang mempermudah orang yang dalam kesulitan maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi dirinya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim). Program ini diaplikasikan dalam bentuk:

1. Bantuan pengobatan bagi para aktivis Islam, anak yatim dan kaum dhuafa yang sedang mengidap penyakit kronis, kelainan fisik dan sebagainya dalam bentuk subsidi biaya pengobatan, jaminan pengobatan penuh dan mediasi pengobatan. 2. Bantuan sosial bagi keluarga aktivis Islam yang sedang tertimpa musibah, mengalami ujian penjara rezim, dan sebagainya. 3. Tanggap Darurat (Emergency Rescue). Aksi cepat untuk evakuasi, rehabilitasi dan rekonstruksi korban bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan lain-lain). 4. Tanggap Bencana Kemanusiaan (Humanitarian Rescue). Penanganan korban bencana peperangan, konflik sosial, kelaparan, gizi buruk dan wabah penyakit.

Profil Infaq Dakwah Center (IDC)|191

SEMARAK DAKWAH RAMADHAN Program infaq spesial bulan Ramadhan, mengoptimalkan amal ibadah untuk meraih pahala antara lain: ifthar (buka puasa) dan sahur bersama yatim dan dhuafa, kajian intensif tematis, penerbitan buku dan brosur dakwah Ramadhan, dan hadiah Hari Raya untuk anak yatim dan para dai.

ZAKAT FITRAH Program yang memfasilitasi kaum muslimin untuk menyalurkan zakat fitrah kepada salah satu mustahiq dari delapan kategori (asnaf), yaitu orang yang sedang fisabilillah (berjihad): “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah (fisabilillah) dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. At-Taubah: 60) Kata “Fisabilillah” (di Jalan Allah) dalam ayat tersebut merujuk kepada Mujahidin. Para fuqoha Maliki seperti Abu Bakr bin Al-Arabi menyatakan: Imam Malik berkata, “Fisabilillah memiliki banyak arti, tetapi semua bersepakat, bahwa pengertian ‘fisabilillah’ di sini adalah Jihad.” Dalam buku “39 Wasilah li-Khidmatil Jihad wal Mujahidin fi Sabilillah” (39 Cara Membantu Mujahidin), Muhammad bin Ahmad As-Salim menjelaskan bahwa salah satu cara membantu gerakan jihad adalah menanggung keluarga para mujahid yang dipenjara: “Salah satu bentuk partisipasi dalam membantu jihad dan mujahidin adalah menyantuni keluarga mujahid yang tertawan dan keluarga mujahid yang terluka. Karena mujahid tersebut dihukumi tidak ada, sementara keluarga mereka terkadang membutuhkan bantuan. Terlebih lagi keluarga mujahid yang tertawan. Bencana yang menimpa mereka akibat anak atau keluarganya yang tertawan lebih besar dan lebih banyak. Sebagian istri mujahid yang tertawan malah dicibir dan ditekan oleh masyarakat. Sebagian orang bodoh malah memusuhinya dan mencela suaminya. Tidak diragukan lagi ini adalah perbuatan orang yang tidak memiliki akhlak. Sebaliknya, kita harus menyantuni, melindungi, dan membantu istri-istri mujahid yang tertawan serta menghiburnya agar bersabar.

192 | Tutorial Ramadhan

TEBAR QURBAN Distribusi hewan penyembelihan Qurban untuk mendukung kemajuan dakwah yang dikonsentrasikan ke daerah binaan dakwah, penjara, daerah rawan pemurtadan dan daerah korban bencana, baik bencana alam maupun konflik. Selain dibagikan dalam bentuk daging mentah pasca penyembelihan, qurban juga disalurkan dalam bentuk sosis dan kornet yang bisa bertahan selama 2 tahun sehingga pembagiannya bisa lebih merata dan luas ke berbagai pelosok daerah.

DAKWAH KHUSUS DAN TERPADU Optimalisasi infaq umat untuk mendorong kemajuan dakwah yang simultan kepada segala lapisan masyarakat, untuk memurnikan akidah, ibadah sesuai sunnah, penegakan syariat Islam dan gerakan amar makruf nahi munkar.

SEDEKAH BARANG “Dan apa saja yang kamu infaqkan, niscaya Allah akan menggantinya. Dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Qs Saba’ 39). Program yang memfasilitasi para donatur untuk melipatgandakan manfaat barang yang dianggap tidak bernilai di rumahnya, untuk diinfakkan kepada kaum muslimin yang lain. Barang bekas itu berupa: pakaian, tas, sepatu, meja, kursi, kulkas, televisi, komputer, laptop, dan lain sebagainya. Kalau dibuang, sayang masih layak pakai. Tapi kalau dijual harganya jatuh dan murah sekali. Barang yang tidak dipakai itu, sangat bernilai dan bermanfaat bagi orang lain. Para donatur akan mendapat pahala, keberkahan dan didoakan oleh kaum Muslimin yang dibantu. Bila diinfakkan saja melalui program IDC, barang tidak terpakai tersebut akan berubah menjadi barang sangat bernilai. • Sebagian barang akan dilelang, hasilnya disalurkan untuk membiayai program-program santunan yatim, dakwah, pendidikan dan sosial fisabilillah. • Sebagian disumbangkan langsung kepada umat Islam yang membutuhkan, antara lain: korban bencana alam, anak-anak yatim, para dhuafa, warga binaan dakwah di pedalaman, penjara, dsb.

Profil Infaq Dakwah Center (IDC)|193

DAKWAH DAN TAHFIZHUL QUR’AN DI PENJARA Program tahfizh (menghafal) Al-Qur’an di berbagai penjara tanah air, untuk merubah narapidana (tahanan) menjadi pejuang Islam yang hafal AlQur’an. Pola pendidikan Tahfizhul Qur’an berbasis Lapas Penjara ini diperlukan untuk menyemarakkan syi’ar Islam. Dengan menghafal Al Qur’an, seseorang menjadi generasi shalih yang mengimplementasikan ajaran Al Qur’an, karena seringnya membaca, tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.

PEDULI KASIH MUALLAF Program santunan dan bantuan kepada muallaf sesuai kebutuhan yang diperlukan, karena status muallaf menjadi salah satu asnaf yang berhak menerima zakat (Qs At-Taubah 60). Umumnya, para muallaf terutama yang baru mengikrarkan dua kalimat syahadat hidup dalam kondisi penuh tantangan aqidah dari keluarga tak seiman, lingkungan agama lama dan ekonomi. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan kita. Beban berat yang harus dipikul para muallaf adalah beban semua kaum muslimin, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga. “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih). Infaq untuk membantu meringankan beban muallaf ini insya Allah akan mengantarkan umat Islam menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah .

JIHAD MEDIA Infaq untuk dakwah di media baik cetak, elektronik maupun online untuk menghadapi serbuan ghazwul fikri perang opini media kafir-sekuler yang meracuni pikiran umat. Produk jihad media berupa media online, penerbitan buku, majalah, brosur (leaflet) dan alat propaganda dakwah lainnya.

194 | Tutorial Ramadhan

SEDEKAH BUKU Adalah Program multilevel pahala untuk menunjang amal ibadah yang paling mulia bagi kaum muslim, karena pahalanya bukan hanya dipetik ketika pewakaf masih hidup, bahkan pahalanya juga tetap mengalir terus, meskipun pewakaf/donatur telah meninggal dunia. Semakin banyak orang yang memanfaatkannya, akan semakin bertambah pula pahalanya. "Jika manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya" (HR Muslim). Sangat bermanfaat untuk mendukung dakwah dan peradaban Islam, diaplikasikan dalam bentuk: waqaf mushaf Al-Qur'an, wakaf buku bacaan Islam, dan sebagainya. Sasaran program Sedekah Buku adalah: siswa, santri, mahasiswa, masyarakat umum, masyarakat binaan dakwah, dan para narapidana di berbagai penjara. Program dakwah dengan buku ini cocok bagi para donatur yang ingin berdakwah tapi terkendali waktu, skill dan tenaga. Para donatur (muhsinin) bisa mendukung dakwah Program Sedekah Buku dengan cara: 1. Menyumbangkan buku bacaan Islam dan mushaf Al-Qur'an. Buku bisa dijemput oleh Relawan IDC (khusus Jabodetabek) atau dikirim via pos ke kantor IDC. 2. Membantu donasi program Sedekah Buku.

INFAQ PRODUKTIF Program pemberdayaan umat yang bertujuan untuk “merubah mustahiq menjadi munfiq,” yaitu maksimalisasi infaq untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam dalam bentuk dana bergulir untuk permodalan usaha bagi kalangan dhuafa yang belum memiliki pekerjaan, atau pengembangan usaha bagi kalangan yang usahanya minim. Dengan program ini, infaq para donatur akan bertumbuh produktif dan multiguna untuk memberdayakan umat agar berkemandirian dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan dakwah. Setelah berhasil, maka modal usaha yang diinvestasikan bisa ditarik kembali sebagai modal bergulir untuk kaum muslimin lainnya yang membutuhkan pinjaman permodalan. Sasaran program kaum ekonomi lemah dari kalangan aktivis Islam, anak yatim dan bunda yatim (para janda) yang amanah dan memiliki semangat wirausaha.

Profil Infaq Dakwah Center (IDC)|195

SOLIDARITAS MUSLIM DUNIA Infaq yang disalurkan untuk solidaritas sesama muslim di berbagai belahan dunia yang tertimpa musibah, baik bencana alam maupun penjajahan dan kezaliman para musuh Islam. Beberapa program yang sudah berjalan antara lain: bantuan untuk Muslim di Gaza Palestina, Suriah dan Rohingya. Program ini digelar karena Rasulullah SAW mengajarkan bahwa persaudaraan sesama mukmin itu ibarat satu tubuh: “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merintih sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

SHADAQAH JARIYAH & WAQAF Program multilevel pahala untuk menunjang amal ibadah yang paling mulia bagi kaum muslim, karena pahalanya bukan hanya dipetik ketika pewakaf masih hidup, bahkan pahalanya juga tetap mengalir terus, meskipun pewakaf/donatur telah meninggal dunia. Semakin banyak orang yang memanfaatkannya, semakin bertambah pula pahalanya. “Jika manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya” (HR Muslim). Sangat bermanfaat untuk mendukung dakwah, dan kemaslahatan orang banyak dalam jangka panjang, diaplikasikan dalam bentuk: wakaf sumur, masjid, mushalla, mushaf Al-Qur’an, wakaf buku, wakaf produktif, dan lain-lain.

REKENING SPESIAL PROGRAM WAKAF 1. Bank Muamalat: No. Rek. 34.7000.3007 2. Bank BNI Syariah: No. Rek. 705.339.431 3. Bank Mandiri: No. Rek. 156.000.696.4037 4. Bank BRI: No. Rek. 1105.0100.0395.309 Semua rekening atas nama: YAYASAN INFAQ DAKWAH CENTER

196 | Tutorial Ramadhan

INFAQ CERDAS CINTA YATIM (BEASISWA YATIM DHUAFA) Program beasiswa bagi anak yatim, anak dhuafa berprestasi, dan anak para aktivis dakwah yang tidak mampu, untuk meraih cita-cita menjadi ulama, dai, mubaligh, intelektual dan ilmuwan yang mendedikasikan ilmu dan keahliannya untuk Islam. Program spesial ini didedikasikan untuk mencintai anak-anak yatim, karena masa depan dan pendidikan mereka adalah tanggungjawab kaum muslimin. Dengan menyantuni anak-anak yatim, para dermawan akan meraih fadilah (keutamaan) yang sangat besar, yaitu mendapat jaminan masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua. Rasulullah SAW bersabda: “Aku dan pemelihara anak yatim kelak di surga kedudukannya seperti dua jari ini” (HR Bukhari). Rasulullah SAW bersabda demikian sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya dengan merapatkan keduanya. Adalah sangat berdosa bagi kaum muslimin yang mampu, apabila berdiam diri atas kesulitan anak-anak Yatim. Jangan sampai kita semua berdosa karena ada anak yatim yang terlantar akibat ketidakpedulian kita Sebesar apapun simpati dan donasi kepada anak yatim, akan dapat memberikan semangat hidup bagi mereka, bahwa kita saudara-saudaranya masih mempunyai kepedulian terhadap mereka. • Efektif untuk mengangkat harkat para yatim dhuafa dan memutus mata rantai kemiskinan dengan memberdayakan potensi yatim dhuafa. • Sasaran: anak yatim, fakir miskin (dhuafa), anak para aktivis dakwah dan pejuang Islam yang tidak mampu, serta anak berprestasi dan bertalenta (berbakat).

REKENING SPESIAL PROGRAM CINTA YATIM 1. Bank Muamalat: No. Rek. 34.7000.3006 2. Bank BNI Syariah: No. Rek. 705.339.340 3. Bank Mandiri: No. Rek. 156.0013.818.077 4. Bank BRI: No. Rek. 1105.0100.0394.303 Semua rekening atas nama: YAYASAN INFAQ DAKWAH CENTER

Profil Infaq Dakwah Center (IDC)|197

REKENING YAYASAN INFAQ DAKWAH CENTER (IDC) 1. Bank BNI Syariah: No.Rek: 293.985.605 2. Bank Muamalat: No.Rek: 34.7000.3005 3. Bank Mandiri Syar’iah (BSM): No.Rek: 7050.888.422 4. Bank Bukopin Syariah: No.Rek: 880.218.4108 5. Bank BTN Syariah: No.Rek: 712.307.1539 6. Bank Mega Syariah: No.Rek: 1000.154.176 7. Bank Mandiri: No.Rek: 156.000.728.7289 8. Bank BRI: No.Rek: 0139.0100.1736.302 9. Bank CIMB Niaga: No.Rek: 80011.6699.300 Semua rekening atas nama: YAYASAN INFAQ DAKWAH CENTER

10.Bank BCA: No.Rek: 631.0230.497 a.n: Budi Haryanto (Bend. IDC)

198 | Tutorial Ramadhan

Related Documents

Ramadhan
October 2019 72
Ramadhan
May 2020 32
Ramadhan
October 2019 59
Ramadhan
June 2020 33
Ramadhan
November 2019 52

More Documents from "zuhadisaarani"