Tutorial Klinik Pris.docx

  • Uploaded by: priskilas911
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutorial Klinik Pris.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,225
  • Pages: 29
TUTORIAL KLINIK OTITIS MEDIA Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan Pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh: Ni Kadek Priskila Septiani 42180272 Dosen Pembimbing Klinik : dr. Arin Dwi Iswarini, Sp.THT-KL., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN RUMAH SAKIT BETHESDA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2019

1

STATUS PASIEN I.

II.

IDENTITAS Nama

: Tn. R

Tanggal Lahir

: 11 Maret 1970

Usia

: 49 tahun

Jeniskelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kulonprogo, Yogyakarta

Pekerjaan

: Petani

Tanggal periksa

: 6 Maret 2019

No.RM

: 01162XXX

ANAMNESIS Tanggal

: 6 Maret 20119

A. Keluhan Utama Telinga kanan mengalami penurunan pendengaran. B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluhkan terjadi penurunan pendengaran di telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan telinganya terasa nyeri juga berdengung. Pasien mengaku sebelumnya telinga kanannya sering terasa nyeri hilang timbul dari bulan ± Desember akhir 2018. Pasien juga sempat demam beberapa kali, yaitu sekitar di bulan Desember akhir 2018 hingga Januari 2019. Pasien juga sempat batuk pilek pada bulan Januari 2019. Pasien juga mengatakan telinganya sempat mengeluakan cairan tidak berbau, bening sekitar pertengahan bulan Januari 2019, lalu kembali keluar pada Februari akhir 2019. Pasien mengatakan sudah ke rumah sakit beberapa hari kemudian setelah terjadi penurunan pendengaran, sudah diberi obat namun tidak membaik, lalu akhirnya pasien memutuskan untuk periksa di RS Bethesda. Selain itu, telinga kiri pasien juga dikatakan tidak bisa mendengar sejak 8 bulan lalu setelah terpukul kayu pada telinga kiri. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, maupun cairan yang keluar pada telinga kiri. C. Riwayat Penyakit Dahulu 

Batuk lama

: (-)



Alergi

: (-)

2



Maag

: (-)



Asma

: (-)



Riwayat trauma kepala

: (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga  Keluhan serupa

: (-)

 DM, hipertensi, alergi, asma

: Diabetes Melitus

E. Riwayat Pengobatan  Riwayat Obat

: Metformin

 Riwayat Operasi

: (-)

 Riwayat Mondok

: (-)

F. Life style 

Pekerjaan pasien adalah buruh petani dan juga buruh bangunan, namun setelah kejadian terpukulnya pasien oleh kayu, pasien mengurangi pekerjaannya.



Pola makan pasien 3x sehari dengan lauk pauk, sayur,terpenuhi. Pasien mengaku suka makan gorengan, juga teh manis hampir setiap hari.

 III.

Pasien mengaku memiliki kebiasan mengorek-korek telinga jika gatal.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 86x/menit

Respirasi

: 18x/menit

Suhu

: 36,80C

STATUS GENERALIS A. Kepala  Ukuran Kepala : Normochepali  Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik 3

(-/-), injeksi konjungtiva (-/-), reflek pupil isokor, reflek cahaya (+/+), gerakan bola mata baik kesegala arah.  Hidung

: sesuai status lokalis

 Mulut

: sesuai status lokalis

 Telinga

: sesuai status lokalis

 Leher

: Limfonodi tidak teraba, nyeri tekan (-), pembesaran tyroid (-)

B. Thorax  Inspeksi

: dada simetris, kelainan bentuk dada (-), ketinggalan

gerak (-)  Palpasi

: fremitus kanan-kiri normal, ictus cordis teraba di SIC

5 linea midclavicularis sinistra  Perkusi

: sonor +/+, batas jantung normal

 Auskultasi

: suara paru vesikuler(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-),

suara jantung S1 dan S2 reguler tunggal, bising (-)

C. Abdomen:  Inspeksi

: supel (+), distensi (-), jejas (-), benjolan/massa (-)

 Auskultasi

: peristaltik usus normal

 Perkusi

: timpani di sembilan region, nyeri ketuk (-)

 Palpasi

: nyeri tekan (-)

D. Ekstremitas  Atas

: Akral teraba hangat, edema (-) , CRT< 2 detik

 Bawah : Akral teraba hangat, edema (-), CRT < 2 detik

STATUS LOKALIS 

Telinga

Pemeriksaan Auricula Kelainan kongenital

Dextra

Sinistra

dbn, deformitas (-)

dbn, deformitas (-)

Tidak ada

Tidak ada

4

Tumor

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan tragus

Tidak ada

Tidak ada

Planum mastoidium

Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

Glandula limfatik

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Can. Aud. Externa

Serumen (+), edem (-),

Serumen (+), edem (-),

Hiperemis (-)

Hiperemis (-),

Membrana timpani

Perforasi ,Hiperemis (-), RC (-)

Tes Pelana

Dextra

Sinistra

Rinne

+

+

Weber

Lateralisasi kanan

Lateralisasi kanan

Sama dengan pemeriksa

Memendek

Scwabach

Kesan: AS terdapat SHL, AD dalam batas normal

Otoskopi

Dextra

Sinistra

Tidak dilakukan

Keterangan: CAE lapang, serumen (-), jaringan granulasi (-), membran timpani tampak suram (+), refleks cahaya (+)

5



Hidung dan Sinus Paranasal

Pemeriksaan HIDUNG Dorsum Nasi Cavum Nasi Rhinoskopi Anterior Vestibulum Nasi Septum Nasi Meatus Nasi Inferior

Dextra

Sinistra

Deformitas (-), krepitasi (-), jejas (-), nyeri tekan (-) Discharge (-) Discharge (-)

Discharge (-), edema (-), hiperemis (-) Deviasi septum (-), perforasi (-) Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-), discharge (-) discharge (-) Konka Inferior Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-) Meatus Nasi Media Hiperemis (-), polip (-), Hiperemis (-), discharge (-), discharge (-), edema (-) polip (-), edema (-) Konka Media Edema (-), hiperemis (-) Edema (-),hiperemis (-) Rhinoskopi Posterior : Tidak dilakukan Fossa Rossenmuller Torus Tubarius Muara Tuba Eustachius Adenoid Konka Superior Choana SINUS PARANASAL Inspeksi Eritem (-), edema (-) Eritem (-), edema (-) Perkusi Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-) Transluminasi Tidak dilakukan Kesan:Hidung dan sinus dalam batas normal 

Oropharynx

CAVUM ORIS-TONSIL-FARING Bibir Bibir sianosis dan kering (-), stomatitis (-) Mukosa Oral Stomatitis (-), warna merah muda Gusi dan Gigi

Warna merah muda, karies dentis (-), ulkus (-)

Lingua

Simetris, atrofi papil (-), lidah kotor (-), ulserasi (-)

Atap mulut

Ulkus (-)

Dasar Mulut

Ulkus (-)

Uvula

Uvula (-)

6

Tonsila Palatina

Peritonsil

Tonsil membesar (-) Tonsil membesar (-) hiperemis (-), detritus(-), hiperemis (-), detritus(-), kripta melebar (-) kripta melebar (-) Abses (-) Abses (-)

Faring Hiperemis (-) minimal, discharge (-) Kesan: Cavum oris, tonsil, faring dalam batas normal IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan

V.

DIAGNOSIS 

Otitis Media Supuratif Kronis



Otitis Media Efusi



VI.

DIAGNOSIS BANDING 

VII.

Otitis media

PENATALAKSANAAN a. Farmakologi  Antibiotik untuk menangani infeksi Levofloxacin 500 mg 1x1  Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri b. Non Farmakologi

VIII.

 Tirah baring EDUKASI 

Istirahat yang cukup.



Meghindari makanan yang memicu peradangan seperti makanan pedas, berminyak, mengandung pengawet dan minuman dingin.

 IX.

PLANNING 

IX.

Minum obat secara teratur.

Audiometri

PROGNOSIS Ad Vitam

: ad bonam 7

Ad Fungsionam Ad Sanationam

: ad bonam : ad bonam

8

TINJAUAN PUSTAKA A.

ANATOMI

Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu : a. Telinga Bagian Luar Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastic dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya. 

Membrane timpani Membrane timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrane timpani umumnya bulat. Bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas 9

melampaui batas atas membrane timpani dan ada bagian hipotimpanum yang meluas melalui batas bawah membrane timpani. Membrane timpani tersusun oleh lapisan epidermis (luar), fibrosa (tengah), mukosa (dalam).

b. Telingah Bagian Tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 

batas luar: membran timpani



batas depan: tuba eustachius



batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)



batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis



batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)



batas dalam: berturut - turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tinkgap lonjong (oval window), tingkap (round window), dan promontorium

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus mekelat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Martil landasan- sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.

10

c. Telinga Bagian Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perlimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.

B. FISIOLOGI Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni,dan bising. Bunyi (frekuensi 20 Hz - 18.000 Hz) merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh telinga normal. Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari garpu tala, piano. Bising (noise) dibedakanantara: NB (narrow band), terdiri atas beberapa frekuensi spektrumnya terbatas, dan WN (white noise)¸ yang terdiri dari banyak frekuensi. Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendegnaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membraneeissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari abdan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis. 11

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.Sumbatan tuba eustachius menyebakan gangguan telinga tengah dan akan terdapat tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa anuerisma akan menyebabkan teling berbunyi sesuai dengan denyut jantung. Antara inkus dan maleus berjalan cabang n. fasialis yang disebut korda timpani. Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani terjepit, sehingga timbul gangguan pengecap. Di dalam telinga dalamt erdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-obat dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli sensorineural. Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan pendengaran berupa tuli sensoneural dan gangguan keseimbangan. Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness), serta tuli campur (mixed deafness). Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli senorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di pusat pendengaran, sedangan tuli campur, disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tui sensorineural. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang teling tengah (tuli konduktif). C. DEFINISI DAN KLASIFIKASI 

DEFINISI Otitis adalah merupakan peradangan telinga yang dapat terjadi pada bagian eksterna maupun interna yang disebabkan oleh virus, bakteri.



KLASIFIKASI -

Otitis Media

: Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. -

Otitis Eksterna : Peradangan pada bagian telinga luar di mana didapatkan 2 kemungkinan yaitu otitis eksterna sirkumskripta di mana didapatkan furunkel oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut sehingga tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, dan otitis eksterna difus di mana biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam, kulit liang telinga tampak iperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. 12

D. OTITIS MEDIA 1. DEFINISI Otitis Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. 2. ETIOLOGI Kuman penyebab utama pada otitis media ialah bakteri piogenik, seperti streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang ditemukan

juga

hemofilus

influenza,

Escherichia

colli,

Streptokokus

anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. 3. FAKTOR RISIKO Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Penyebab OMSK antara lain: 1. Lingkungan Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat. 2. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. 3. Otitis media sebelumnya Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi kronis. 4. Infeksi 13

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya. 5. Infeksi saluran nafas atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. 6. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis. 7. Alergi Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya. 8. Gangguan fungsi tuba eustachius Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

4. KLASIFIKASI 4.1 Otits Media Akut Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor petahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius tergangu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah jgua terganggu sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah danterjadi peradangan. Dikatakan juga bahwa pencets tejadi OMA ialah infeksi saluran napas atas yang biasanya dialami oleh anak-anak. 14

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium, yaitu stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membrane timpani yang diamati melalui liang telinga luar. 

Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorps udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.



Stadium Hiperemis Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Sektret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.



Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (buldging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis muksosa serta submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) maka kemungkinan besar memrban timpani akan rupture dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

15



Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tingi, maka dapat terjadi rupture membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak.



Stadium Resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulesi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berupa menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequel) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

4.2 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Otitis media supuratif (OMSK) dahulu disebut otitif media perforate (OMP) atau dalam sebutan awamnya berupa congek. Yang disebut OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Jenis OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa atau tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kacum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yangkeadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan baisanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terapat kolesteatoma.

16

Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikeanl juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang terperangkap. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka atau terpapar ke dunia luar. Apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka dari epitel kulit yang berada di medial dari serumen tersebut seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. Nama kolesteatoma (cholesteatoma) sebenarnya salah kaprah karena bukan tumor dan tidak mengandung kolesterol. Patofisiologinya bisa terjadi congenital maupun didapat. Bila telah terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan debris keratin, akan lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma mengerosi tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh penumpukan debris keratin, maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas. Kolagenase telah diketahui tinggi konsentrasinya di epidermis kolesteatoma. Resorpsi tulang dapat menyebabkan destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin, pemaparan n. fasial, dura serta silus lateral. Granuloma kolesterol adalah lesi kistik berdinding tipis kuning kecoklatan yang berisi kumpulan Kristal kolesterol didalam cairan berwarna coklat kehitaman yang timbul sebagai reaksi terhadap benda asing di dalam sel mastoid akibat disfungsi tuba. Perdarahan di dalam sel pneumatisasi mastoid tanpa drainage menjurus ke proses peradangan dan erosi tulang.

5. PATOFISIOLOGI Otitis media akut dengan perforasi membrae timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila proses infeksinya kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah 17

terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tatapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis. Beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis OMSK antara lain inflamasi kronis sekunder pada tuba eustachius, faktor genetik yang mempengaruhi kapasitas dan resistensi muksoa, karakteristik anatomi pada telinga tengah dan virulensi bakteri patogen. OMSK lebih sering berulang dibandingkan sebagai penyakit yang konstan. Karena efek dari kerusakan jaringan, penyembuhan, dan pembentukan jaringan parut maka kondisi patologis dari OMSK tidak sama. Secara umum pola OMSK adalah sebagai berikut: 1)

Perforasi membran timpani dengan ukuran kurang dari 20% area menuju annulus.

2)

Perubahan mukosa saat infeksi aktif menjadi lebih tebal dan hiperemi serta mengeluarkan sekret mukoid atau mukopurulen.

3)

Ada atau tidaknya kerusakan pada osikel. Hal ini tergantung pada tingkat keparahan OMSK.

4)

Sklerosis mastoid pada OMSK berkepanjangan dan OMSK dengan onset sejak anak-anak.

6. MANIFESTASI KLINIS  Telinga berair Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang 18

keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.5  Gangguan pendengaran Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya di jumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea. 

Otalgia Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran

19

sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.  Vertigo Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

7. PEMERIKSAAN FISIK 

Inspeksi Pada inspeksi awal, dilihat terlebih dahulu telinga bagian luar. Apakah ada tanda infeksi seperti kemerahan, pembengkakan,cairan yang keluar.



Palpasi Pada bagian auricula, dipalpasi terutama juga dibagian tragus, apakah didapati nyeri tekan. Pada otitis media biasanya tidak ditemukan nyeri pada bagian eksterna dari aurikula.



Otoskopi Pemeriksaan ini memerlukan alat otoskop. Pada OMA stadium oklusi didapatkan adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorps udara, membrane timpani tampak pucat. Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (buldging) kea rah liang telinga luar. rupture membran timpani dan 20

nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. OMSK didapati perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. 

Tes Pendengaran Tes pendengaran sederhana dapat dilakukan dengan pelana atau garpu tala 512 Hz. Ada beberapa cara tes garpu tala, di antaranya ada tes rinne, webber, dan swabach. Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya. Ada interpretasi dari hasil tes rinne di mana normal ditandai dengan tes rinne positif, tuli konduksi ditandai dengant tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama). Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan 21

didengarkan di sebelah kanan. Interpretasinya adalah bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan, tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat, tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan, tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan.. Ada juga disebut tes swabach yang membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan pasien. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke

puncak

kepala

orang

yang

diketahui

normal

ketajaman

pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Audiometri nada murni Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969. Derajat ketulisan ISO: 0-25 dB : Normal > 25 – 40 dB : Tuli ringan >40 – 55 dB : Tuli sedang >55 – 70 dB : Tuli sedang berat >70 – 90 dB : Tuli berat 22

>90 dB

: Tuli sangat berat

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu : 1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB 2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi. 3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB. 4.

Kelemahan

diskriminasi

tutur

yang rendah,

tidak

peduli

bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

9. PENATALAKSANAAN  Medikamentosa Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu: (1) adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan 23

(4) gizi dan higiena yang kurang. Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang. maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau di timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya terinfeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi. Prinsip

terapi

OMSK

tipe bahaya ialah

pembedahan,

yaitu

mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan terapi pembedahan. Bila terdapat abses superiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

 Operatif

24

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe tubatimpani atau tipe atikoantral, antara lain: 

Mastoidektomi sederhana Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini

dilakukan

pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi 

Mastoidektomi radikal Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial.



Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy) Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

1.

OMSK benigna OMSK benigna dibagi menjadi fase tenang dan aktif. Fase tenang jika

OMSK tersebut adalah OMSK tipe mukosa dalam keadaan kering. Hasil pengobatan yang memuaskan tercapai apabila membrane timpani menutup dan tidak didapati tuli konduktif. Bila ada tuli konduktif apalagi jika perforasi menetap maka idealnya dilakukan timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan Rontgent dan pemeriksaan audiometri. Pemeriksaan rontgen mastoid posisi Schuller walaupun tidak harus dilakukan sebagai pemeriksaan rutin, kalau dilakukan akan dapat menilai tingkat perkembangan pneumatisasi mastoid dan menggambarkan perluasan penyakit. Audiometri nada murni dapat

25

menunjukkan tuli konduktif. Bila terdapat tuli campur menandakan kemungkinan telah terjadi komplikasi ke labirin. Pemeriksaan pendengaran sedapat mungkin dilakukan sebagai bagian dari diagnosis menyeluruh suatu OMSK, berguna antara lain untuk melihat perkembangan penyakit dan efek samping obat bila digunakan obat ototoksik baik topical maupun obat sistemik. 2. OMSK bahaya OMSK tipe bahaya bersifat progresif, kolesteatoma yang semakin luas akan mendestruksi tulang yang dilaluinya. Infeksi sekunder akan menyebabkan keadaan septic local dan menyebabkan apa yang disebut nekrosis septic di jaringan lunak yang dilalui kolesteatoma dan di jaringan sekitarnya sehingga juga menyebabkan destruksi jaringan lunak yang mengancam akan terjadinya komplikasi. Pengobatan satu-satunya adalah tindakan operasi untuk eradikasi kolesteatoma. Pengobatan konservatif dengan pembersihan local melalui liang telinga pada kolesteatoma yang masih terbatas atau pasien yang karena kondisinya tidak mungkin menjalani operasi baik dalam anestesi local ataupun anastesi umum. Pengobatan pencegahan perluasan kolesteatoma dengan pemasangan pipa ventilasi. Untuk retraksi ringan, operasi bila meluas. Tergantung luas kerusakan dan pilihan ahli bedah dapat dilakukan beberapa pilihan.

10. KOMPLIKASI Otitis media supuratif, baik yang akut maupun yang kronis, mempunyai potensi menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Terjadinya komplikasi tergantung pada kelainan patologik penyebab otorea. Umumnya komplikasi terjadi pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan komplikasi intracranial. Komplikasi intratemporal yaitu: 

Abses subperiosteal

26

Abses subperiosteal terjadi karena tulang temporal mengalami erosi dan pengumpulan pus di bawah kulit dan periostium di atas korteks mastoid daerah trigonum Macewen’s. Hal ini biasanya akan tampak dari belakang telinga di sebelah atas dari pinna. 

Labirinitis Labirinitis adalah radang pada telinga dalam (labirin). Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum atau difus dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf yang berat, sedangkan labirinitis yang terbatas atau labirinitis sirkumskripta menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa.



Paresis n. fasial Paresis

saraf

kranialis

adalah

salah

satu

komplikasi

ekstrakranial OMSK maligna, disebabkan tumbuhnya koleasteatom timpani yang progresif, destruktif, dan merupakan ciri khas OMSK maligna. Paresis saraf fasialis yang disebabkan oleh OMSK malgina bila diketahui sedini mungkin dan cepat ditanggulangi secara operatif akan kembali normal karena bersifat reversible. Komplikasi intracranial yaitu: 

Abses ekstradura Abses ekstradural adalah akumulasi nanah antara dura mater dan tulang tengkorak. Infeksi menjalar melampaui tulang pada telinga tengah atau mastoid.



Meningitis Meningitis dapat terjadi melalui ekstensi langsung melewati tulang yang erosi, saluran yang sudah terbentuk sebelumnya atau melalui darah (hematogen). Gejala utama meningitis adalah sakit kepala berat, demam tinggi, fotofobia dan perubahan status mental. Tingkat kesadaran pasien dapat berbeda tergantung derajat penyakit. Pada kasus yang berat biasanya terjadi penurunan kesadaran



Abses otak Abses otak otogenik biasanya ditemukan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe maligna. Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, 27

sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya. Komplikasi dapat terjadi pada fase akut dari suatu infeksi seperti akibat otitis media akut atau akibat destruksi dari aktivitas kronik bioenzim (contohnya kolesteatoma). Pasien

OMSK

dengan

komplikasi

intracranial

ataupun

intratemporal harus segera dirawat dan rujuk ke dokter spesialis saraf atau saraf anak. Antibiotika dosis tinggi yang dapat menembus sawar darah otak diberikan secara intravena selam 7-15 hari dan periksa mikrobiologi secret telinga. Tergantung dari kondisi pasien dapat dilakukan drenase materi purulen secara mastoidektomi dalam anestesi local ataupun umum yang dapat juga disertai tindakan operasi.

11. PROGNOSIS Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan,

walaupun

hasilnya

tidak

sempurna.

Prognosis

dengan

pengobatan lokal, otorea dapat mengering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya yang terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan. Prognosis OMSK maligna atau dengan kolesteatom

yang

tidak

diobati

akan

berkembang

menjadi

meningitis, absesvotak, paresis fasialis, labirintis yang semuanya fatal. Sehingga OMSK tipe maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

28

DAFTAR PUSTAKA

29

Related Documents


More Documents from "Damhari"