a. Apa makna bayi tidak menangis secara spontan setelah dilahirkan? Bayi Ny.Anita mengalami kelahiran prenature, keadaan ini menyebabkan fungsi paru yang belum sempurna dimana didapatkan kadar surfaktan yang digunakan untuk mengembangkan paru belum sempurna. Fungsi paru yang belum sempurna menyebabkan pengembangan paru tidak terjadi secara spontan dan bayi kekurangan oksigen sehingga tidak dapat menangis secara spontan.
b. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari seluruh badan bayi sianosis dan merintih pada kasus?
Sianosis Sianosis menandakan bayi mengalami gangguan napas yang berat. Neonatus dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari 60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya antara lain sesak nafas, adanya tarikan dinding dada. Apabila gangguan sudah sangat berat, bayi terlihat biru (sianosis). Bayi lahir prematur surfaktan berkurang/tidak ada kolaps alveoli paru (atelektasis) gangguan ventilasi pulmonal hipoksia sianosis sentral.
Merintih Merintih merupakan salah satu manifestasi klinis dari RDS, disebabkan oleh tertutupnya sebagian glottis saat ekspirasi. Hal ini berguna sebagai usaha kompensasi untuk memelihara volume paru pada akhir ekspirasi/FRC (menurunkan atelektasis) dan mengatur pertukaran gas selama ekspirasi
Indikasi Inkubator :
Bayi tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri dalam suhu ruangan
Keadaan umum bayi lemah dan membutuhkan observasi ketat
Bayi dengan resiko kehilangan panas abnormal
Bayi yang mengalami infeksi dan berpotensi mengalami sepsis
Bayi yang mengalami gangguan nutrisi (bayi yang membutuhkan banyak intake kalori untuk dapat menjaga kestabilan suhu tubuhnya)
Bayi yang Kecil Masa Kehamilan
Bayi yang memiliki luka terbuka yang luas
Sumber : Newborn Services Clinical Guidelines Antenatal Care (ANC) ANC adalah metode pendeteksian yang melibatkan pemeriksaan rutin sejak masa kehamilan dini. Sebuah tes yang dapat membantu calon orangtua untuk mendapatkan mendiagnosa kecenderungan bayi lahir cacat atau normal, sehingga jika ada kemungkinan ketidaknormalan pada janin calon orangtua serta dokter yang menangani dapat segera mengambil tindakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Husnina tahun 2006 menyatakan bahwa salah satu pencegahan terjadinya persalinan prematur bagi ibu hamil adalah menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik. FISIOLOGI PERNAPASAN: TRANSISI INTRA KE EKSTRAUTERIN
Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan oleh janin berasal dari difusi darah ibu ke darah janin melewati membran plasenta. Hanya sebagian kecil darah janin yang mengalir ke paruparu janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai jalur transportasi O2 atau ekskresi CO2 ataupun keseimbangan asam basa pada janin. Paru-paru janin mengemband dalam uterus akan tetapi kantung-kantung udara yang akan menjadi alveoli berisi cairan bukan udara. Selain itu pembuluh arteriol konstriksi (mengkerut) karena tekanan parsial oksigen (PO2) pada janin rendah. Sebelum lahir, sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat memasuki paru karena resistensi yang lebih rendah yaitu melewati duktus arteriosus menuju aorta. Setelah lahir, bayi tidak lagi terhubung dengan plasenta dan akan bergantung pada paru-paru sebagai sumber oksigen. Oleh sebab itu dalam hitungan detik, cairan paru dalam alveoli harus diserap. Paruparu harus terisi udara yang mengandung oksigen dan pembuluh darah paru harus 2 membuka untuk meningkatkan aliran darah ke alveoli sehingga oksigen dapat diabsorpsi dan dibawa ke sleuruh tubuh (Perinasia, 2012) P ERUBAHAN NORMAL SETELAH KELAHIRAN, meliputi (Perinasia, 2012): 1. Cairan dalam alveoli diserap ke pembuluh limfe paru dan digantikan oleh udara. 2. Arteri umbilikalis konstriksi, kemudian arteri dan vena umbilikalis menutup ketika tali pusat dijepit. 3. Pembuluh darah paru relaksasi sehingga tekanan terhadap aliran darah menurun karena mengembangnya alveoli oleh udara yang berisi oksigen sehingga kadar oksigen dalam alveoli meningkat. MASALAH YANG DAPAT MENGGANGGU TRANSISI NORMAL (Perinasia, 2012): 1. Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada pernapasan spontan (ventilasi tidak adekuat). 2. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik)
3. Arteri pulmonal tetap konstrikso setelah kelahiran karena sebagian atau seluruh paru gagal mengembang atau karena kekurangan oksige sebelum/ selama persalinan (hipertesi pulmonal persisten neonatus) Bila transisi normal tidak terjadi, cadangan oksigen ke jaringan berkurang dan arteri di usus, ginjal, otot, dan kulit akan konstriksi. Suatu refleks pertahanan hidup akan berusaha mempertahankan atau meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak untuk mempertahankan stabilitas pasokan oksigen. Redistribusi aliran darah ini mempertahankan fungsi organ-organ vital. Akan tetapi, jika kekurangan oksigen berlanjut, fungsi miokardial dan curah jantung akan mengalamai penurunan, tekanan darah menurun dan aliran darah ke semua organ juga akan berkurang (irreversibel) sehingga menyebabkan kerusakan organorgan lain atau kematian
1. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA APNEA a. Penurunan tekanan O2 arteri b. Penurunan denyut jantung c. Penurunan aliran darah perifer d. Perubahan EEG yang menunjukkan depresi CNS jika apnea berat e. Peningkatan tekanan vena f. Penurunan tonus otot (Aggarwal et al., 2002)
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan, takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paruparu dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah (Perinasia, 2006).
1. Penyebab Asfiksia Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: a. Faktor ibu 1)
Preeklampsia dan eklampsia
2)
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3)
Partus lama atau partus macet
4)
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat 1)
Lilitan tali pusat
2)
Tali pusat pendek
3)
Simpul tali pusat
4)
Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi 1)
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3)
Kelainan bawaan (kongenital)
4)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi
untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
2. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. b. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. c. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
A. NICU (Neonate Intensive Care Unit) Definisi NICU Merupakan unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir (neonatus) yang memerlukan perawatan khusus misalnya berat badan rendah, fungsi pernafasan kurang sempurna, prematur,
mengalami
kesulitan
dalam
persalinan,
menunjukkan
tanda
tanda
mengkuatirkan dalam beberapa hari pertama kehidupan. Definisi Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Level Perawatan Bayi Baru Lahir 1. Level I adalah untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal yang sering digunakan istilah rawat gabung (perawatan bersama ibu). Perawatan Level 1
mencakup bayi lahir sehat yang segera dilakukan rawat gabungdengan ibunya, sehingga dapat menunjang penggunaan ASI eksklusif. 2. Level II adalah untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan belum perlu intensif. Pada level ini bayi diawasi oleh perawat 24 jam, akan tetapi perbandingan perawat dan bayi tidak perlu Perawatan Level II meliputi perawatan bayi bermasalah yang memerlukan perawatan khusus yang terbagi menjadi dalam ruangan infeksi dan non infeksi. Adapun bayi yang dapat dirawat di level ini antara lain bayi dengan hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi sinar maupun transfusi tukar; bayi berat badan lahi rrendah (BB 1500-kurang dari 2500 gram) atau sangat rendah (BB kurang dari 1500 gram), bayi kurang bulan (umur kehamilan di bawah 34-36 minggu) yang memerlukan perawatan dalam inkubator; bayi yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan minum peroral, sehingga harus diberikaninfus intravena, bayi yang membutuhkan terapi oksigen, tetapi belum memerlukan alat bantu nafas mekanis, misalnya bayi dengan distres atau gangguan nafas, riwayat lahir tidak langsung menangis; bayi dengan gejala hipo glikemia (kadar gula darah rendah) atau ibu dengan riwayat diabetesmelitus; bayi dengan riwayat tindakan persalinan yang menyebabkan traumabayi lahir, misalnya dengan forcep atau vacum ekstraksi; bayi sakittersangka infeksi sedang-berat yang memerlukan pemberian antibiotikasecara intravena dan nutrisi intravena. 3. Level III adalah untuk bayi risiko tinggi dengan pengawasan yang benar-benar ekstra ketat. Satu orang perawat yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama 24 jam penuh.Perawatan level III (NICU)meliputi perawatan bayi sakit kritis atau belum stabil yang memerlukansupport alat bantu nafas mekanik ( Bubble Nasal CPAP atau Ventilatormekanik), tindakan operatif maupun pemberian obat-obatan atau tindakan intervensi khusus. Adapun bayi yang harus dirawat di NICU antara lain bayi dengan sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan support alat bantu nafas mekanik ( Bubble Nasal CPAP atau Ventilator mekanik),Aspirasi air ketuban ( Meconeum Aspiration Syndrome ); Bayi berat badan lahir amat atau sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi dengan umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat kematangan paru; Bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan tindakan operatif, misalnya bayi dengan obstruksi saluran pencernaan hernia diafragmatika, omfalokel, penyakit jantung bawaan, perforasi usus,atresia ani, dll; serta perawatan bayi pasca operasi besar yang membutuhkansupport ventilator mekanik; Bayi yang membutuhkan intervensi
invasif,misalnya
pemberian surfaktan, transfusi tukar, pemasangan akses
umbilikal,pemasangan akses vena dalam dan akses arteri, ventilator mekanik. Fasilitas Ruang Perawatan Bayi Baru Lahir 1. Level I: ruang perawatan biasa; pasien dirawat di ruang atau kamar biasadan tidak memerlukan alat atau fasilitas khusus. 2. Level II: ruang perawatan memerlukan monitor dan inkubator. 3. Level III: selain monitor dan inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator. Monitor berfungsi untuk mengontrol detak jantung dan otak.Sedangkan ventilator untuk membantu sistem pernapasan. Peralatan yang Ada di NICU Secara singkat beberapa peralatan yang ada di NICU yang biasa digunakan pada bayi-bayi yang dirawat di NICU, hal ini tergantung dari berat ringannya kondisi bayi. 1. Feeding tube Sering bayi di NICU tidak bisa mendapatkan makanan yang mereka butuhkan melalui mulut langsung, sehingga perawat akan memasang selang kecil melalui mulut sampai ke lambung. Sebagai jalan untuk memasukan ASi atau susu formula. 2. Infant warmers Ini adalah tempat tidur dengan penghangat yang ada diatasnya, sehingga bayi dapat terhindar dari hipotermi. Orang tua dapat menyentuh bayi di warmers, yang tentunya berbicara dulu kepada perawat. 3. Inkubator Ini adalah tempat tidur kecil yang tertutup oleh plastik keras yang transparan, suhu di inkubator diatur sesuai dengan kondisi bayi. Terdapat lubang disetiap samping inkubator sebagai jalan untuk perawat dan dokter memeriksa pasien. Orang tua dapat menyentuh bayinya lewat lubang tersebut. 4. Jalur infus Sebuah kateter kecil yang fleksibel yang dimasukan kedalam pembuluh darah vena. Hampir semua bayi yang dirawat di NICU diinfus untuk kebutuhan cairan dan obatobatan, biasanya di lengan atau kaki atau bahkan dapat dibuat umbilical chateter (sebuah kateter yang dimasukan keumbilical) pada situasi tertentu dibutuhkan IV line yang lebih besar untuk memasukan cairan dan obat-obatan, ini dilakukan oleh dokter bedah pediatrik. 5. Monitor
Bayi di NICU tersambungkan ke monitor sehingga staff NICU akan selalumengetahui
tanda-tanda
vital
mereka.
Dalam
satu
monitor
dapat
terekambeberapa tanda-tanda vital, antara lain denyut nadi, pernafasan, tekanandarah, suhu dan SpO2 (kandungan oksigen dalam darah ). 6. Blue light therapy Terapi cahaya yang digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya lebih tinggi dari normal, biasanya digunakan di atas bayi dengan bayi telanjang dan matanya ditutup dengan pelindung mata khusus, lamanya terapi cahaya tergantung dari penurunan kadar bilirubin, biasanya diperiksa ulang setelah 24 jam pemakaian cahaya. 7. Bubble CPAP Alat bantu napas dengan menggunakan canul kecil ke dalam lubang hidung bayi, hal ini biasanya digunakan untuk bayi yang sering lupa napas (apnoe). 8. Ventilator Mesin napas yang digunakan untuk bayi yang mempunyai gangguan nafas berat, hal ini dengan menggunakan selang kecil melalui hidung atau mulut sampai ke paru.