TUGAS UJIAN
Disusun oleh: Reynaldi Fattah Zakaria 1102013246 Penguji: dr. Yuniasti Evitasari, Sp. A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 10 SEPTERMBER – 17 NOVEMBER TAHUN 2018
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
Pertanyaan 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
Pertanyaan 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
Pertanyaan 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
Pertanyaan 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
Pertanyaan 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
2
Pertanyaan 1: Apakah perbedaan community-acquired pneumonia (CAP) dan hospitalacquired pneumonia (HAP)? Community-acquired pneumonia atau pneumonia komuniti mengacu pada infeksi paru akut pada individu yang sebelumnya sehat yang didapat di masyarakat.1 Hospital-acquired pneumonia atau pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.1 Pertanyaan 2: Klasifikasi penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik? 1. Penyakit Jantung Bawaaan Asianotik Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa sejak lahir dan tidak ditandai dengan sianosis. Penyakit jantung bawan ini merupakan bagian terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan3 Bergantung pada ada tidaknya pirau (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar jantung), kelompok ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:4
PJB asianotik dengan pirau: atrial septal defect, ventricular septal
defect, patent ductus arteriosus PJB asianotik tanpa pirau: steonosis pulmonal, stenosis aorta, koarktasio aorta
Gambar 1. Atrial septal defect4
Gambar 2. Ventricular septal defect4
1
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Penyakit jantung bawaan sianotik merupakan kelainan struktur dan fungsi jantung sehingga mengakibatkan seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik dan menimbulkan gejala sianosis. Sianosis yang dimaksud yakni sianosis sentral yagn merupakan warna kebiruan pada mukosa akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi > 5 g/dl dalam sirkulasi.3 Berdasarkan dari gambaran foto dada, PJB sianotik dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang: tetralogi fallot,
atresia pulmonal PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar
Pertanyaan 3: Bagaimana patofisiologi pneumonia pada penyakit jantung bawaan? Perubahan dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan sistem pernapasan disertai penurunan kekebalan seluler setempat yang memudahkan pasien terutama anak-anak terserang infeksi saluran pernapasan.5 Pada PJB asianotik, karena terdapat aliran darah dari kiri ke kanan melalui defek septum atau duktus arteri, terjadi peningkatan beban volume dan beban tekanan pada jantung. Bertambahnya volume darah dalam paru-paru menurunkan kelenturan pulmonal dan menaikkan kerja pernapasan. Peningkatan tekanan intravaskuler pada kapiler paru menyebabkan edema paru. Edema paru ini kemudian dapat menyebabkan gagal jantung kongestif dan menjadi sarang infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah.6 Sedangkan pada PJB sianotik dengan pirau kanan ke kiri sering ditemukan hipoksemia karena derajat stenosis pulmonalnya bertambah setiap waktu sehingga meningkatkan risiko serangan hipersianotik. Pasien juga akan mengalami penurunan volume paru, hipoplasia jalan napas serta gangguan ventilasi perfusi. Semuanya ini akan menyebabkan kerusakan mukosa saluran napas, gangguan imunitas, dan pada akhirnya meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.7
Pertanyaan 4: Hubungan saluran kemih menjadi gizi buruk?
2
Pertahanan sistem alamiah tubuh terdiri dari protein yang dapat dipecah dan berikatan dengan produk bakteri. Sirkulasi protein tersebut penting untuk mengenali produk bakteri oleh leukosit yang berfungsi untuk fagositosis dan membunuh bakteri. Pada infeksi saluran kemih berulang pada anak terjadi penurunan sintesis protein akibat dari peningkatan pemecahan yang menyebabkan penurunan kadar albumin dalam tubuh. Penurunan kadar albumin dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan risiko gizi buruk.10 Pertanyaan 5: Vaksin untuk mencegah pneumonia? Terdapat 2 macam vaksin pneumokokus:8 Vaksin pneumokokous polisakarida (pneumoncoccal polysaccharide vaccine = PPV) Vaksin PPV 23 mengandung 23 serotipe (1, 2, 3, 4, 5, 6B, 7F, 8, 9N, 9V, 10A, 11A, 12F, 14, 15B, 17F, 18C, 19A, 19F, 20, 22F, 23F, dan 33F) yang bertanggung jawab terhadap 85-95% penyakit infeksi pneumokokus pada anak dan dewasa di Amerika. Vaksin PPC 23 yang tersedia di Indonesia adalah Pneumo-23®.8 Vaksin PPV tidak dapat merangsang respon imunologik pada anak usia muda dan bayi sehingga tidak mampu menghasilkan respon booster. Untuk meningkatkan imunogenitas pada bayi, dikembangkan vaksin pneumokokus konjugasi. 8 Vaksin pneumokokous polisakarida konjugasi (pneumococcal conjugate vaccine = PCV) Vaksin PCV pertama berisi 7-valen, mengandung serotipe 4, 7B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F. ketujuh serotipe PCV penyebab hampir 90% penyakit pneumokokal invasif pada anak usia muda di Amerika Serikat. Vaksin PCV yang baru, dipasarkan sejak tahun 2008 di Eropa, di Indonesia baru beredar tahun 2010, yaitu Synflorix berisi 10 serotipe yaitu: 4, 6B, 9V, 124, 18C, 19F, 23F, 1, 5, dan 7F. Vaksin polisakarida konjugat direkomendasikan untuk anak di atas 2 bulan. Semua anak sehat usia di atas 2 bulan sampai 5 tahun untuk PCV10. 8
Gambar 3. Vaksin Synflorix9
3
Dosis dan Cara Pemberian8
Vaksin PCV diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan dan diulang pada umur 12 – 15
bulan. Pemberian PCV minimal umur 6 minggu Interval antara dua dosis 4 – 8 minggu Vaksin PCV dikemas dalam bentuk prefilled syringe dengan dosis 5 ml Dosis sekali pemberian sebanyak 0,5 ml Cara pemberian imunisasi adalah secara intramuskular
Reaksi KIPI8 Reaksi KIPI seringkali terjadi setelah dosis pertama
Efek samping berupa eritema, bengkak, indurasi dan nyeri di tempat bekas suntikan Efek sistemik yang sering terjadi berupa demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan menurun, muntah, diare, urtikaria. Demam ringan sering timbul, namun
demam tinggi diata 39oC jarang dijumpai. Reaksi berat seperti reaksi anafilaksis sangan jarang ditemukan Pernah juga dilaporkan kejadian berat berupa sindrom nefrotik, limfadenopati, dan
hiper-imunoglobulinemia Reaksi KIPI biasana terjadi setelah dosis kedua, namun berlangsung tidak lama, akan menghilang dalam 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2018. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Diakses tangal 19 November 2018, dari https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensuspneumoniakom/pnkomuniti.pdf 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2018. Pneumonia Nosokomial: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Diakses
4
tangal 19 November 2018, dari https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensuspneumoniakom/pnkomuniti.pdf 3. Sastroasmoro Sastroasmoro, Madiyono B. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara 4. Bherman, Kliegman, Arvin. 2015. Nelson Textbook of Pediatric 20th ed 2-volume set. Philadelphia: Elsevier. 5. Madiyono B dan Mulyadi M. 2000. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri Vol. 2, No. 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 6. Patel HT. 2004. Essential Pediatric Cardiology: Basic Pathophysiology Left to Right Shunts. McGraw- Hill Medical Publishing London. 7. Baraas F. 1995. Penyakit Jantung pada Anak: Kardiologi Klinis dalam Praktek Diagnosis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 9. MIMS.
2018.
Synflorix.
Diakses
tanggal
19
November
2018,
dari
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/synflorix?lang=id 10. Aisiyah Widjaja, et al. 2016. Pengaruh Penyakit Infeksi Terhadap Kadar Albumin Anak Gizi buruk. Sari Pediatri Vol. 15 No. 1 Juni 2013. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD dr. Soetomo Surabaya. Diakses tanggal 19 November 2018, dari
5