Tugas Uas Fil. Ilmu, Ahmad Suhaimi.docx

  • Uploaded by: Suhaimi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Uas Fil. Ilmu, Ahmad Suhaimi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,725
  • Pages: 13
MITOS-MITOS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah: “Filsafat Umum”

Dosen Pengampu: Dr. Mulawarman Hannase, MA. M.Hum.

Disusun Oleh: Ahmad Suhaimi ( 172520096 )

PROGRAM PASCASARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN PTIQ JAKARTA 2018

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat. Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “latar belakang lahirnya dan perkembangan filsafat”. Penyusunan makalah ini sebagai tugas Akhir Semester dari mata kuliah Filsafat Umum. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat umum yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudahmudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 Agustus 2018

Penulis

Abstraks: Sejarah Filsafat Yunani Kuno berubah sejak abad ke-4 SM, baik dalam tema maupun corak penulisan. Tema penulisan sejarah tidak lagi berpusat pada kehidupan para dewa, tetapi kehidupan manusia. Corak penulisan pun tidak lagi disajikan dalam bentuk puisi, tetapi bentuk prosa. Perubahan besar ini dipelopori oleh Herodotus dengan karyanya yang mengisahkan tentang perang antara bangsa Yunani melawan Persia. Atas jasanya itulah, ia digelari sebagai Bapak Historiografi Barat.

KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Pembatasan Masalah BAB II PEMBAHASAN MASALAH A. Lahirnya Filsafat B. Perkembangan Mitos ke Logos BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, kita telah merasakan manfaat yang sangat besar dari perkembanagan ilmu pengetahuan dan juga kemajuan teknologi. Perkembangan dan kemajuan ini tidak lepas dari perkembanagn filsafat yang merupakan cikal bakal lahirnya disiplin-disiplin ilmu serta penemuanpenemuan teknologi modern. Pada zaman dahulu, filsafat timbul karena keingin tahuan mereka terhadap takhayul dan ketakjuban pada alam sehingga menghasilkan pertanyaan dan dari pertanyaan ini lahirlah filsafat. Namun pada zaman sekarang ini, lahirnya filsafat lebih kepada keragu-raguan terhadap sesuatu sehingga muncul pertanyaan dan lahir filsafat. Filsafat ini berkembang dari masa kemasa. Dan dalam setiap masa mempunyai ciri khas tertentu. Banyak yang tidak mengetahui tahap-tahap lahir dan bekembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya bercikal bakal dari filsafat itu sendiri. Sehingga perlu bagi kami mengangkat sebuah judul makalah “perkembangan mytos ke logos” agar kita mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya filsafat yang mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan tentang sejarah filsafat dan bermanfaat bagi kami juga kita semua. Aamiin.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang melatarbelakangi lahirnya filsafat? 2. Bagaimana perkembangan mytos ke logos filsafat? C. Batasan Masalah 1. Hanya membahas tentang apa yang melatarbelakangi lahirnya filsafat 2. Hanya membahas tentang bagaimana perkembangan mytos ke logos filsafat

BAB II PEMBAHASAN A. Lahirnya Filsafat Tiap bangsa betapapun biadabnya, mempunyai dongeng dan takhayul, Ada yang terjadi dari kisah perintang hari, keluar dari mulut orang yang suka bercerita. Ada muslihat yang menakut-nakuti supaya anak tidak nakal. Ada pula yang timbul dari keajaiban alam yang menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu alam ini penuh dengan dewa-dewa. Orang-orang grik pada zaman dahulu banyak mempunyai dongeng dan takhayul. Tetapi yang ajaib pada mereka ialah bahwa angan-angan yang indah itu menjadi dasar untuk mencari pengetahuan semata-mata untuk tahu saja. Tidak mengharapkan untung dari itu. Berhadapan dengan alam yang indah luas, yang sangat bagus dan ajaib pada malam hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul di dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya, bagaimana kemajuannya dan kemana sampainya. Demikianlah selama beratus-ratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian ahli-ahli pikir grik.1 Menurut Thales bahwa asal mula kehidupan berasal tidak berasal dari chaos, tetapi dari air. Beberapa filsuf dari Miletus terkemuka lainnya seperti Anaximander (611–545 sm), Anaximenes (588–524 sm) dan Heraklitos (535– 475 sm) mengikuti langkah Thales untuk mempertanyakan kembali konsep

1

Rosdakarya

Tafsir, ahmad. 2013. Filsafat Umum “akal dan hati sejak thales sampai capra”, Bandung:PT Remaja

asal mula kehidupan. Masing-masing mempunyai jawaban berbeda terhadap pertanyaan awal mula kehidupan. Anaximander mengatakan bahwa asal mula kehidupan adalah

apeiron (yang tak terbatas), sementara Anaximenes

mengemukakan udara, sedangkan Heraklitos mengasumsikan api sebagai asal mula kehidupan.2 Heraklitos adalah filsuf terpenting dalam abad ke 5 sm. Ia sangat menekankan penggunaan indra (sense) dalam rangka menemukan bobot kebenaran pengetahuan. Pendapatnya menjadi pemicu kemunculan perdebatan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Inti perdebatan terfokus pada masalah “satu versus banyak” (one–many) dan “tetap versus berubah” (permanency–change). Heraklitos sendiri lazim dipandang sebagai pencipta gagasan bahwa semua hal terkena hukum perubahan (panta rei = mengalir seperti air dalam sungai). Pandangan Heraklitos menjadi dasar teori kebenaran relatif.3 Hukum pantarei dari Heraklitos didasarkan pada logos sebagai prinsip dari keseluruhan (pniciple of unity). The logos which is the cause of the order of things keeps them in their proper balance so that no one in many of the pairs of opposites will completely eliminate the other. The logos is the principle of justice which regulates the movement of thing.4 Seluruh filsafat Yunani Kuno merupakan perdebatan yang panjang antara logos dengan mitos.

2

Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 14-15. Aholiab Watloly, Tanggung Jawab Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanisiua, 2001), h.59. 4 Charles H. Patterson, Western Philosophy Vol.I 600 b.c. to 1600 a.d. (Nembraska U.S.A: Cliff’s Notes Inc., Lincoln: 1970), h. 3-4 dikutip Aholiab Watloly, ibid. 3

B. Perkembangan Mitos ke Logos Kata logos diterjemahkan ratio dalam bahasa Inggris, dan akal sehat dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian jawaban alam pikiran logos terhadap persoalan-persoalan kehidupan didasarkan akal sehat, sedangkan jawaban alam pikiran mitos berdasarkan prasangka. Alam pikiran logos mempunyai jawaban berbeda terhadap satu persoalan, misalnya tentang pelangi yang menurut alam pikiran mitos adalah tangga bagi dewi-dewi yang ingin turun dari langit menuju bumi. Xenophanes dari Elea (570–480 sm) mengemukakan bahwa pelangi bukan tangga dari langit, tetapi awan yang berwarna. Jawaban Xenophanes diperbaharui satu abad kemudian oleh Anaxagoras juga dari Elea (499–428 sm) yang berpendapat bahwa pelangi merupakan pantulan sinar matahari melalui awan.5 Para filsuf Yunani Kuno abad 4 sm terutama yang tergabung dalam mazhab sophis yang berpusat di Athena meninggalkan tema perdebatan antara mazhab Ionia dengan Elea. Mereka lebih tertarik untuk memperhatikan manusia dengan segala permasalahannya. Kaum Sophis cenderung mengikuti doktrin Protagoras, tokoh utama mazhab Sophis–bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya (homo mensura).6 Pada dasarnya, mazhab Sophis memperkuat doktrin panta rei dari Heraklitos, sehingga tidak heran apabila relativisme semakin kuat tertanam dalam alam pikiran era baru Yunani Kuno. Socrates (470–399 sm) dari Athena merupakan penentang utama ajaran mazhab Sophis tentang manusia sebagai ukuran segala-galanya. Tema 5 6

Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius, 1975), h. 15. Aholiab Watloly, Tanggung Jawab Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanisiua, 2001), h.61

manusia tetap menjadi perhatian Socrates, hanya saja ia tidak menjadikan manusia sebagai ukuran segala-galanya, sebab kebenaran tidak bersifat relatif tetapi pasti dan tetap. Pikiran Socrates pada dasarnya merupakan kelanjutan dari

mazhab

Elea.

Ia

dikabarkan

sempat

mengembangkan

paham

monotheisme Xenophanes.7 Pergantian alam pikiran mitos dengan logos dan kemunculan gagasan monotheisme dalam suasana politheisme, serta fokus perhatian dari kehidupan para dewa kepada manusia merupakan peristiwa istimewa yang sangat mempengaruhi cara berpikir bangsa Yunani Kuno, termasuk cara bangsa Yunani Kuno menggambarkan masa lalunya.8 Menurut Herodotus, bangsa Persia adalah bangsa yang sangat menjaga kebersihan sungai. Raja Persia melarang rakyatnya membuang kotoran di sungai, bahkan melarang rakyatnya untuk sekedar mencuci tangan di sungai. Bagi orang Persia, mempunyai anak laki-laki dalam jumlah besar merupakan kebanggaan. Mereka akan memperoleh hadiah dari Raja Persia karena mempunyai banyak anak laki-laki. Dalam hal keagamaan, orang Persia tidak memiliki patung, kuil atau tempat pemujaan khusus sebagaimana kebiasaan orang Yunani Kuno. Mereka hanya pergi ke puncak gunung yang paling tinggi untuk menyelenggarakan upacara korban. Umumnya mereka menyembah gejala-gejala alam seperti matahari, bulan, angin, api, bumi dan air.9

7

8

Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 16-26 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 1995), h. 38.

9 C.A. Robinson Jr. (ed.), selection from Greekand Roman Historys, (New York: Holt, Rinehart and Winston Inc., 1957), h. 5-9 dikutip Muhammad Yusof Ubrahimdan Mahayudin Haji Yahya, op.cit., h. 40.

Terutama antara Athena dengan Sparta. Keduanya menerapkan sistem pemerintahan yang berbeda. Sparta cenderung bersifat negara kota militeristik, sedangkan

Athena

menganut

sistem

demokrasi.

Perbedaan

sistem

pemerintahan berpengaruh terhadap gaya pendidikan generasi mudanya. Gaya pendidikan Sparta lebih mengutamakan keunggulan fisik, sehingga yang dipentingkan ialah olah raga dan latihan keprajuritan, sedangkan gaya pendidikan Athena lebih mementingkan pengembangan mental melalui filsafat, sastra dan seni. Semboyan men sana in coporesana (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat) merupakan semboyan dari gaya pendidikan Sparta.10

10

Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 31

BAB III PENUTUP Kesimpulan Pembaharuan sejarah filsafat pada masa Yunani Kuno sangat dipengaruhi dengan perdebatan filosofis tentang awal mula kehidupan. Sumbangan filosof mengubah alam pikiran bangsa Yunani Kuno dari berpikir berdasarkan mitos menjadi logos (ilmu gagasan monotheisme sehingga mengurangi peranan para dewa dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan tersebut merupakan peristiwa istimewa yang sangat mempengaruhi cara berpikir bangsa Yunani Kuno, termasuk cara mereka menggambarkan masa lalunya. Tema penulisan sejarah tidak lagi berpusat pada kehidupan para dewa, tetapi kehidupan manusia. Kecenderungan ini sangat jelas terlihat dalam karya Herodotus tentang Sejarah Perang Persia, dan karya Thucydides tentang Perang Peloponesia. Keduanya merupakan pelopor cara penulisan sejarah berbentuk prosa dengan tema kehidupan manusia dalam historografi Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, ahmad. Filsafat Umum “akal dan hati sejak thales sampai capra”, Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2013 Bertens, Kees, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1975 Bury, J.B., 1958, The Ancient Greek Historian, (New York: Dover Publications, Inc.). Collingwood, R.G., The Idea of History, (Londong: Oxford University Press). Darban, Ahmad Adaby, Catatan Singkat Tentang Perkembangan Historiografi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1985 Hadiwiyono, Harun, Sari Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1987 Hasan, Fuad, Pengantar Filsafat Barat, Jakarta: Pustaka Jaya. 1996 Ibrahim, Muhommad Yusof dan Mahayudin Haji Yahya, Sejarawan dan Pensejarahan: Ketokohan dan Karyanya”, (Kuala Lumpur, Malaysa: Dewan bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia) Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1995 Herodotus, 1965, The Histories, (London: Penguin Books) Patterson, Charles H., 1970, Western Philosophy Vol.I 600 b.c. to 1600 (Nembraska U.S.A: Cliff’s Notes Inc., Lincoln) Robinson Jr. C.A., (ed.) 1957, selection from Greek and Roman Historys, (New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.) Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 2001

Related Documents


More Documents from ""

Indeks Akhbar Umum
October 2019 46
Pusat Akses 1.
October 2019 49
Kenangan Lalu...........
October 2019 37
Konfigurasi Pakses
October 2019 33
Gentian Buatan
October 2019 42