TUGAS INDIVIDU KDK 1 SUMMARY ( RANGKUMAN )
OLEH : MUHAMMAD JAMIL AL-DASRI
DOSEN Ns. ASMAWATI M.Kep
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PROGRAM KHUSUS PRODI S1 KEPERAWATAN YAYASAN ALIFAH PADANG 2018/2019
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN Kel 1 A. PENGERTIAN Standar praktek merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiap
tenaga
professional.
Standar
praktek
keperawatan
adalah
ekpektasi/harapan-harapan minimal dalam membarikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan
yang
mengarah
kepada
praktek
keperawatan
profesional
(ANA,1992,h.1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan manusia (lokakarya Nasional 1983). B. STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN Standar I : Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat , singkat dan berkesinambungan.
I.
Rasional Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses
keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalah klien dan rencana tindakan. II.
Kriteria Struktur 1. Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin : a.
Pengumpulan data yang sistematis dan lengkap.
b.
Diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada.
c.
Kemudahan memperoleh data.
d.
Terjaganya kerahasiaan.
2. Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari sistem pencatatan pengumpulan data klien 3. Sistem
pencatatan
berdasarkan
proses
keperawatan.
Singkat,
menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. III.
Kriteria Proses a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain. b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain.
IV.
Kriteria Hasil a. Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada. b. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.
Standar II: Diagnosis Keperawatan Perawat
menganalisis
data
pengkajian
untuk
merumuskan
diagnosis
keperawatan. I.
Rasional Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi
keperawatan
dalam
rangka
mencapai
peningkatan,
pencegahan
dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. II.
Kriteria Struktur 1. Tatanan praktek memberi kesempatan ; a. Kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan b. Adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkannya.
III.
Kriteria Proses 1. Proses dianogsis terdiri dari analisis, dan interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan. 2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
IV.
Kriteria Hasil 1. Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan 2. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan.
Standar III: Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. I.
Rasional Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
II.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan : 1. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan. 2. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan. III.
Kriteria Proses 1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. 2. Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
IV.
Kriteria Hasil 1. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien 2. Perencanaan
mencerminkan
penyelesaian
terhadap
diagnosis
keperawatan. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (implementasi) Keperawatan Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. I.
Rasional Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan. II.
Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan : 1. Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan. 2. Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan. 3. Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik. III.
Kriteria Proses 1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien.
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien. 4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya. IV.
Kriteria Hasil 1. Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali. 2. Tindakan keperawatan dapat diterima klien. 3. Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.
Standar V : Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan. I.
Rasional Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup
berbagai perubahan data, diagnosa atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang. II.
Kriteria Struktur 1. Tatanan praktek menyediakan : sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi
2. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan 3. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara effektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat. III.
Kriteria Proses 1. Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus. 2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan. 3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien
IV.
Kriteria Hasil 1. Diperolehnya
hasil
revisi
data,
diagnosis,
rencana
tindakan
berdasarkan evaluasi. 2. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan. 3. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan C. Kegunaan Standar Praktek Keperawatan Tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan.
1.
Pendidikan Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
2.
Puskesmas Dapat digunakan untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan meningkatkan pelayanan tentunya. Untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi layanan kesehatan masyarakat.
3.
Rumah Sakit Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di rumah sakit.
INTERPROFESIONAL EDUCATION & KOLABORATION Kel 2 A. Interprofessional Education 1. Definisi Interprofessional Education Centre for The Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002) menyebutkan, IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain dan mempelajari peran masingmasing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al., 2009). IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Clifton et al., 2006). 2. Tujuan Interprofessional Education Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan
kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009). 3. Manfaat Interprofessional Education Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu : a) Kerjasama tim, meliputi mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk kerja sama tim; b) Peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian, orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain; c) Komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan, mendengarkan anggota tim; d) Belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja; 1) Kompetensi Interprofessional Education Juga disampaikan bahwa kompetensi dosen atau fasilitator IPE antara lain adalah : a) Sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional; b) Kepercayaan dalam hubungan pada fokus tertentu dari pembelajaran interprofesional di mana staf pendidik berkontribusi; c) Model peran yang positif;
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu: a) Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas; b) Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien; c) Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien; d) Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain; e) Memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan; f) Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.
PRINSIP MORAL DAN ETIK Kel 3 1. Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa yunani ‘ethicos’ yang artinya kecenderungan batun manusia atau kebuiasaan. Etik adalah terminologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. ( Potter and Perry.2007) Etik adalah studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik, serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. (Potter and Parry.2007). 2. Tujuan Etika Keperawatan Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu : 2.1 Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan 2.2 Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik keperawatan. 3. Teori-Teori Dalam Etika Keperawatan 3.1 Teori Teleologi Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku Suhaemi, 2010).Contoh penerapan teori ini; bayi
yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat. 4. Prinsip Moral Dan Etika Keperawatan Prinsip etika keperawatan sangat diperlukan karena menjadi acuan dasar dalam praktik keperawatan. Pada praktiknya, terdapat enam asas etika keperawatan yang akan dijelaskan sebagai berikut 4.1 Asas otonomi (Autonomy) Autonomi berarti setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri. Otonomi dalam keperawatan artinya klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan pengobatan kepada klien. Meskipun perawat percaya bahwa mereka tahu apa yang terbaik, perawat bukan orang yang akan menjalani pengalaman sakit tersebut atau hidup dengan konsekuensi dari pilihan yang telah diambil. Terdapat hal penting yang perlu diperhatikan untuk menghargai autonomi dan mendorong partisipasi klien serta keluarga dalam pengambilan keputusan yaitu informed consent. Informed Consent Adalah persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu terjadi (misalnya operasi, tranfusi darah, atau prosedur invasif). Persetujuan harus diperoleh dari seseorang yang dapat memahami penjelasan supaya mereka memahami benar keputusan yang mereka buat. 4.2 Asas Manfaat (Benefience) Benefience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat
dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien. 4.3 Asas Tidak Merugikan (Non-Maleficence) Non-Maleficence artinya tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain. Setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere (yang paling utama jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin. 4.4 Asas Kejujuran (Veracity) Perawat maupun dokter hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah memahaminya. 4.5 Asas Kerahasiaan ( Confidentiality) Perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia. 4.6 Asas Keadilan (Justice) Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya. 5. Contoh Aspek Legal Etik Dalam Praktik Keperawatan 5.1 Kontrak Kehamilan Pengganti Dan Adopsi Beberapa negara bagian mempunyai statuta (penjualan bayi) yang mencegah penyelengaaran persetujuan perwalian orang tua. Dalam persetujuan tersebut pasangan setuju untuk membayar biaya kehamilan dan kelahiran pada seorang wanita yang secara artifisial mengandung dan melahirkan bayi pasangan lain. Negara lain mempunyai statuta (penjualan bayi) yang melarang pertukaran uang untuk adopsi dan kemudian membuat kebanyakan kontrak
perwalian tidak dapat dilaksanakan. Pertimbangan kebijakan legal dan publik menentukan apakah statuta perwalian dapat dilaksanakan atau 5.2
tidak. Masalah Aborsi Pengadilan Roe memutuskan bahwa wanita, dalam konsultasi dengan dokternya, bebas untuk mengakhiri suatu kehamilan tanpa peraturan negara sepanjang trisemester pertama, selama risiko mortlitas maternal dari aborsi tersebut lebih kecil dari kelahiran normal. Tetapi pada trisemester kedua, negara mempunyai perhatian dalam melindungi kesehatan maternal. Kasus tentang Planned Parenthood of Southeastern Pennsylvania v. Casey (1992) menetapkan persyaratan persetujuan tindakan bahwa dokter harus memberikan seorang wanita gambaran sifat prosedur aborsi, risiko kesehatan yang dihubungkan dengan aborsi dan kelahiran bayi, kemungkinan
umur
kehamilan
janin,
ketersediaan
materi
yang
dipublikasikan negara tentang bantuan medis untuk kelahiran bayi, lembaga adopsi, dan dukungan ayah baginya. Casey menetapkan persyaratan bahwa emansipasi minimal memperoleh persetujuan tindakan dari orangtua wali atau penentu hukum.
KODE ETIK KEPERAWATAN kel 4 I.
PENGERTIAN Etik adalah terminalogi dengan berbagai makna. Singkatnya etik berhubungan
dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Etik tidak hanya mengambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma atau standar kehidupan seseorang dan yang seharusnya dilakukan (Mandle, Boyle, dan O’Donohoe, 1994 ). Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip, dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai “etik perawatan”( bevis, 1998;Leinenger, 1998;Watson, 1998). Etik adalah studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik, serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Etik Perawatan
Etik perawatan dihubungkan dengan hubungan antar-masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain. Pengetahuan perawatan diperoleh melalui keterlibatan pribadi dan emosional dengan orang lain dengan ikut terlibat dalam masalah moral mereka (cooper, 1991) Kode Etik Perawat Kode etik perawat memberikan panduan panduan untuk membantu perawat dalam pertimbangan moral mereka sendiri. Terdapat beberapa kode untuk perawat profesional. Kode tersebut agak berbeda, namun semuanya merefleksikan autonomi (penentuan nasib oleh klien), kemurahan hati ( bertindak baik), nonmaleficence (penghindaran dari bahaya), keadilan (memperlakukan semua orang secara adil), serta prinsip sekunder dari kejujuran (berbicara kebenaran), kesetiaan (memegang janji) serta kerahasiaan (menghormati informasi tertentu) II.
MENURUT PARA AHLI
Kode etik perawatan American Nurses Association (ANA) a.
Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi, kepribadian atau sifat masalah kesehatan.
b.
Perawat melindungi hak kerahasiaan klien dengan menjaga kerahasian informasi tertentu
Kode Etik Perawat International Council Of Nurses (ICN) a.
Perawat dan individu I.
Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
II.
Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi dimana nilai, kebiasaan dan kepercayaan individu yang bersangkutan dihargai
III.
Perawat
menjaga
kerahasian
informasi
pribadi
serta
menggunakan
pertimbangan dalam membagi informasi tertentu. b. Perawat dan praktik I.
Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan serta mempertahankan
kompetensi
dengan
terus
belajar.
Perawat
mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin dalam realita situasi tertentu. II.
Perawat mengunakan pertimbangan dalam hubungan dengan kompetensi individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung jawab
c.
Perawat dan masyarakat Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk mengadakan dan mendukung tindakan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan kesehatan penduduk.
d. Perawat dan sejawat Perawat mendukung hubungan kooperatif denga rekan sekerja dalam keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan kerja atau orang lain e.
Perawat dan profesi I.
Perawat
memainkan
peran
utama
dalam
menetapkan
dan
mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan dan pendidikan keperawatn
II.
Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional
Kode Etik Menurut PPNI A. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat I.
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
II.
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
B. Tanggungjawab terhadap tugas I.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat
II.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
C. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya I.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
II.
Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. D. Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan I.
Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
II.
Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
E. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara I.
Perawat
senantiasa
melaksanakan
ketentuan-ketentuan
sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. II.
Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
III.
Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat
Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat (American Nurses Association [ANA], 1958) Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya. Seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi,atasan, dan masyarakat. Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat profesional memiliki tujuan sebagai berikut ;
I.
Untuk mengevaluasi praktisi profesional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
II. III.
Untuk mempertahankan standar keperawatan kesehatan Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak profesional perawatan kesehatan
IV.
Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis