BAB I PENDAHULUAN Dependan Dalam Pandangan Islam
A. Latar Belakang Dependen adalah suatu gangguan kepribadian yang terlalu tergantung pada orang lain atau tidak percaya diri. Tetapi, penderita Dependent Personality Disorder (gangguan kepribadian dependen) tergantung pada orang lain ketika harus mengambil keputusan, baik keputusan yang penting maupun yang biasa-biasa saja, yang menimbulkan ketakutan untuk di abaikan yang tidak masuk akal.1 Individu-individu dengan gangguan kepribadian dependen kadang-kadang menyetujui pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya sendiri untuk menghindari penolakan (Hirscfeld, Shea, dan Weise, 1995). Keinginan untuk memperoleh dan mempertahankan hubungan yang sportif dan nurturance (bersifat mengurus dan merawat) dapat menghasilkan ciriciri perilaku yang lain (Bornstein, 1997), termasuk sikap submisif2, penakut, dan pasif. Kita semua terlahir dalam keadaan tergantung pada orang lain untuk mendapatkan makanan, perlidungan secara fisik, dan perawatan. Ada anggapan bahwa disrupsi3 seperti kematian orang tua atau penolakan atau penelantaran dapat membuat orang mengembangkan ketakutan untuk di abaikan (Stone, 1993). Pandangan ini muncul dari hasil penelitian tentang perkembangan kelekatan pada anak, atau bagaimana anak belajar menjalin pertalian hubungan dengan orang tua dan orang-orang lain yang penting bagi kehidupannya (Bowlby, 1997). Bila pertalian itu terganggu, individu mungkin akan secara konstan mengalami kecemasan untuk kehilangan orang-orang yang dekat dengannya4. Cara penanganan gangguan kepribadian dependen ini adalah dengan terapi yang bisa membuat dirinya lebih percaya diri dan bisa bertanggung jawab. Oleh karenanya kemajuan terapi terjadi secara sedikit demi sedikit, selama dirinya bisa mengembangkan keyakinan atas kemampuan untuk mengambil keputusan walaupun sedikit demi sedikit. Dan untuk orang yang terkena gangguan ini dalam tahap terapi harus mendapat perhatian khusus.
V. Mark Durand dan David H. Barlow, Psikologi Abnormal Edisi Ke Empat, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2007, hlm. 216. 2 Submisif adalah tipe perilaku yang berkecenderungan menerima dan bahkan menyerah pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi itu buruk adanya. Yang menonjol dari perilaku ini adalah tidak mampu mengatakan “Tidak” pada kondisi dimana ia harus menyatakan “Tidak”. 3 disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. 4 Ibid, hlm. 217. 1
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dependen Dependen adalah suatu gangguan kepribadian yang terlalu tergantung pada orang lain atau tidak percaya diri. Tetapi, penderita Dependent Personality Disorder (gangguan kepribadian dependen) tergantung pada orang lain ketika harus mengambil keputusan, baik keputusan yang penting maupun yang biasa-biasa saja, yang menimbulkan ketakutan untuk di abaikan yang tidak masuk akal.5 Gangguan kepribadian adalah suatu kelainan yang bersifat kronik dan sering dijumpai. Gangguan kepribadian dependen lebih sering ditemukan pada prempuan dibandingkan laki-laki, 4,5 gangguan ini terjadi pada 5-30% individu dengan gangguan kepribadian dan 24% dari populasi umum.6 Ganggaun ini lebih sering terjadi pada anak usia muda dibandingkan usia yang lebi tua. Seseorang dengan gangguan psikologis kronik pada masa kanak lenih rentang mengalami gangguan kepribadian dependen karena belum terlalu pengalaman dalam hidupnya.7 Ciri-ciri gangguan dependen ada 8 (delapan), yaitu: 1. Kebutuhan pervasif8 dan eksesif9 untuk diurusi orang lain yang menghasilkan perilaku sumisif dan “lengket” serta takut untuk berpisah. 2. Kesulitan dalam mengambil keputusan sehari-hari tanpa nasihat dan dukungan dari orang lain. 3. Menyadarkan diri pada orang lain untuk memikul tanggung jawab di bidang-bidang yang penting dalam kehidupannya. 4. Kesulitan dalam mengekspresikan sikap tidak setuju dengan orang lain karena takut kehilangan dukungan atau kurangnya rasa percaya diri. 5. Kesulitan melakukan berbagai hal sendirian. 6. Berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dan perhatian orang lain. 7. Ingin segera mendapatkan hubungan baru untuk dijadikan sumber perhatian dan dukungan bila sebuah hubungan dekat berakhir. 8. Terpreokupasi10 secara tidak raasional dengan ketakutan untuk ditinggalkan dan harus mengurus diri sendiri.11 Perspertif Psikoanalitik sigmund freud beranggapan bahwa ciri kepribadian seseorang berhubungan dengan terjadinya fiksasi pada salah satu tahap perkembangan psikoseksualnya. Sebagai contoh, gangguan kepribadian dependen yang ditandai dengan karakter oral berupa pasif dan ketergantungan dengan orang lain dikarenakan terjadinya fiksasi pada tahap perkembangan oral, ketika seseorang manusia bergantungan pada orang lain untuk membapatkan makanan.12 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Psikologi Abnormal Edisi Ke Empat, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2007, hlm. 216 6 First MB, Tasman A. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment Of Mental Disorders, USA : Wiley, 2006, hlm. 455-456 7 Sadock BJ, Sadock VA . Kaplan & Sadock’s Synopis Of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10 Tahun Editian, England : Lippincott Wilkins, 2007, hlm. 342 8 Gangguan pervasif adalah kelompok kondisi psikiatrik di mana keterampilan sosial yang diharapkan, perkembangan bahasa, dan kejadian perilaku tidak berkembang secara sesuai atau hilang pada masa anakanak awal (Kaplan, 2002). 9 Esesif adalah berkenaan dengan keadaan yang melampaui kebiasaan (ketentuan dan sebagainya), dipandang dari sudut tertentu. 10 Terpreokupasi adalah derajat keamanan yang dialami dalam hubungan interpersonal. 11 Ibid, hlm. 218. 12 Ibid hlm. 5
2
Faktor membuat seseorang dependen adalah faktor pola pengasuhan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bornstein pada tahun 1996 menunjukkan bahwa pola pengasuhan sangat berperan dalam munculnya gangguan kepribadian dependen pada seorang anak. Pola pengasuhan otoriter membuat anak jauh dari proses pembelajaran trial dan eror, dimana proses ini merupakan salah satu cara seorang anak dapat belajar tentang kemandirian dan kemampuan diri sendiri. Hampir serupa dengan pola pengasuhan otoriter, pola pengasuhan overprotective juga berpera besar dalam mengembangkan gangguan kepribadian dependen pada anak. Pola pengasuhan ini membuat anak percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan, arahan dan dukungan dari orang ini jadi kita sebagai pengasuh anak jangan terlalu berlebihan dengan anak, karena anak juga butuh dukungan agar tidak memdapatkan gangguan dependen karena berlebihan dalam menjaga anak sampai anak tidak berani mengambil keputusan atau tidak percaya.13 B. Keperibadian diri Kepercayaan diri merupakan kunci seorang manusia untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan dan pekerjaan. Kepercayaan diri memampukan kita dalam mengatasi tentangan baru, menyakini diri sendri dalam masa sulit, melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang belum pernah kita lakukan dan mengeluarkan bakat serta kemampuan sepenuhnya. Kepercayaan diri memberikita untuk tidak mengkhawatirkan akibat kegagalan. Ciri orang yang percaya diri adalah lebih fokus pada apa yang bisa dilakukan dan hasil positif yang akan diraih, bukan pada apa yang tidak bisa kita lakukan dan apa yang mungkin salah. Tanpa kepercayaan diri, tantangan hidup akan terasa sulit diatasi. Saat kepercayaan diri hilang, keraguan dan ketidak pastian muncul. Orang yang tidak percaya diri akan masuk ke dalam siklus perilaku yang makin lama makin sulit dihentikan. Rasa takut akan kegagalan berujung pada kebimbangan, yang kemudian membuahkan rasa kurang percaya diri. Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan remaja, baik untuk mengoptimalkan kemampuan dalam diri maupun dalam berhubungan dengan lingkungan masyarakat. Agar kepercayaan diri seseorang dapat menjadi lebih baik, ada beberapa aspek yang harus ada dalam seorang individu, yaitu: kemampuan pribadi, yaitu kemampuan yang dimiliki seorang untuk mengembangankan diri dimana individu yang bersangkutan tidak terlalu cerdas dalam tindakan, tidak tergantung dengan orang lain dan mengenal kemampuannya sendiri interaksi sosial, yaitu bagaimana individu dalam berhubungan dengan lingkungannya dan mengenal sikap individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, bertoleransi dan dapat menerima dan menghargai orang lain. Konsep diri, yaitu bagaimana individu memandang dan menilai dirinya sendiri secara positif atau negatif, mengenal kelebihan dan kekurangan sebagai makhluk tuhan pun kita tidak diperkenalkan untuk marasa rendah diri dan tidak percaya dengan apa yang ada dalam diri kita, karena Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna.14 seperti yang terdapat dalam surat-tin ayat 4: Artinya “sesungguhnya kami telah ciptakan manusia dalam bentuk sebaikbaiknya”. (QS. At-Tin-95 : 4)
Faith, Chasidy. Dependent Personality Disorder : A Review Of Etiology And Treatment. Graduate Journal Of Counseling Psyhology. 2009 Vol. 1 : Iss. 2, Article 7. 14 Studia Islania, Aziza Fitriah. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja. 2013 vol 1, No 1. 13
3
C. Membagun Rasa Percaya Diri Percaya diri adalah sifat yang diinginkan oleh banyak orang tetapi mugkin sulit untuk mengukurnya, terutama dalam diri orang lain. Rasa percaya diri juga turun naik sesuai dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Anda. 15 a. Kenalilah Diri Anda16 1. Kenali potensi istilah Anda, dan bagaimana mengembangkannya menjadi sebuah karya. 2. Jangan persempit pandangan Anda dengan satu sudut padang saja. 3. Bukalah pikiran Anda dalam banyak hal dengan beragam pandangan. 4. Mintalah teman-teman Anda agar menilai dan meluruskan Anda, sehingga Anda mengetahui hal-hal positif maupun negatif dalam diri Anda. 5. Atau, memintalah bantuan ustadz, kiai, guru, atau dosen, agar mereka menjelaskan sisi baik dan sisi buruk Anda. 6. Ulangilah kalimat-kalimat yang dapat memotivasi Anda untuk mencapai kesuksesan, seperti kalimat “Saya akan berusaha”, Saya akan belajar”, Saya akan berkonsentrasi”, dan sebagainya, dan jangan pernah Anda mengulangi kalimat-kalimat bernada pesimis dan frustrasi, semisal “Saya tidak mampu”, “Saya tidak kuasa”, “Saya tidak sanggup”, dan sebagainya. 7. Tajamkan titik-titik kekuasaan Anda. Ambilah kertas, lalu tulislah kelebihan serta kemampuan yang Anda miliki. Jika Anda ingin berbuat sesuatu, maka timbanglah dengan melihat kelebihan dan kemampuan yang telah Anda identifikasi tersebut. 8. Jika Anda sependapat bahwa setiap orang pasti memiliki kekuatan dan kelebihan masingmasing, apakah Anda lalu mencari dan menemukan benih kebaikan dalam diri Anda sendiri? Jika Anda telah menemukan kelebihan dan kebaikan tersebut, tetapi Anda enggan memgembangannya, maka kehidupan Anda akan menjadi statis dan stagnan. b. Kembangkan diri Anda Mengembangkan diri. Tahapan ini dilakukan dengan terus-menerus berlatih dan meningkat diri disertai dengan ketekunan dan keteguhan. Jangan lakukan program ini dengan booming sesaat, yakni berlebih-lebihan sesaat, lalu berhenti begitu saja. Rasulullah Saw. Bersabda, “Perbuatan yang disukai Allah yang terus-menerus (dawam/istiqamah) walaupun sedikit”. Jadi, terus saja kerjakan walaupun Anda gagal! Sehinnga, kegagalan hanyalah masa lalu yang tak perlu Anda sesali. Selain itu, berpikirlah positif dan progresif untuk hari ini dan yang akan datang. c. Babaskan Diri Anda Dari Kekurangan Setiap manusia mempunyai kekurangan, dan itu dapat menghalanginya meraih keberhasilan. Lalu, bagaimana membebaskan diri dari aib atau kekurangan Anda, lalu tulislah pada satu kertas, misalnya “Saya selalu tergesa-gesa, tidak percaya pada orang lain, atau selalu percaya orang lain”. Setelah berhasil mengidentifikasi kekurangan-kekurangan Anda, maka langkah selanjutnya, obati diri Anda.17 Dalam ayat Al-Qur’an surah Ali-Imran : 139. Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah oran-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman,” (QS. Ali-Imran : 139)
Sarah Litvinoff. 10 Langkah Membangun Kepercayaan Diri, Jogyakarta : Karisma, 2008, Hlm. 10. Ahmad Salim Badawilan. Membangkitkan Energi Diri, Jogjakarta : Garailmu, 2010, Hlm 91 17 Ibid, Hlm. 92-93 15 16
4
d.
Di dalam ayat Al-Qur’an sangat jelas bahwa Anda tidak boleh bersikap lemah, Anda harus bisa percaya pada diri Anda sendiri. Kepercayaan diri itu bisa diusahakan akan dikembangkan. Ia tidak muncul begitu saja bersamaan dengan kelebihan seseorang di dunia ini. Orang yang percaya diri dan mendapatkan kepercayaan dari orang lain akan mampu mengendalikan kegelisahan serta kecemasannya. Mereka tidak akan kesulitan dalam bergaul dan beradaptasi dengan lingkungannya, kapan pun dan di mana pun. Karena itu, capailah setiap benih kepercayaan itu!. Hilangnya Kepercayaan Diri Apa yang dimaksud dengan hilangnya kepercayaan diri? Hilangnya kepercayaan diri ialah mata rantai yang saling berhubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, yakni: hilangnya kepercayaan pada diri sendiri, meyakini bahwa orang lain telah mengetahui kelemahan dan sisi negatif kita, munculnya kegelisahan ketika duduk bersama orang lain, dan malu pada diri sendiri. Nah, perasaan tersebut dapat menyebabkan kita kehilangan kepercayaan diri hingga berujung pada rusaknya hidup kita. Dalam ayat Al-Qur’an surah Az-Zumar : 53. Artinya “katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-zumar) Dalam ayat ini kita sebagai hamba, jangan pernah perputus asa atau hilangnya kepercayaan diri pada diri kita. Agar tidak kehilangan kepercayaan diri, mulailah beberapa langkah ini. Pertama, menciptakan definisi diri yang positif. Steve Chandler mengatakan “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinan Anda sendiri.” Bagaimana menciptakan definisi diri yang positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah: a. Membangun kesimpulan yang positif tentang diri sendiri/membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini, artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan. b. Belajar melihat bagian-bagian positif/kelebihan/kekuatan yang kita miliki. c. Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan yang bisa kita lakukan hari ini. d. Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, misalnya: “Saya tidak punya kelebihan apa pun”, “Hidup saya tidak berharga”. “Saya hanya beban masyarakat”, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif, dan motivatif. Kedua, mengupayakan program-program yang positif. Selanjutnya, merumuskan program/agenda perbaikan diri. Ini bisa terbentuk, misalnya dengan memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (terget, tujuan, dan program) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah kepercayaan diri kita. Ketiga, mengatasi masalah secara positif. Keberhasilan mengatasi masalah secara positif merupakan salah satu langkah untuk mempertahankan kepercayaan diri. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah karena itu, ada yang mengingatkan, begitu kisa sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita sering kali bermasalah.18 Berpikirlah tentang keberhasilan, jangan berpikir tentang kegagalan. Tolaklah pikiranpikiran yang diberikan oleh keadaan yang pernah terjadi sebelumnya, yang hasilnya adalah kegagalan. Jangan berkata, “Saya benar-benar gagal, sebagaimana si fulan! Ya, saya akan gagal!”
18
Ibid, 93-95.
5
dengan berkata semacam itu, maka pikiran-pikiran negatif akan muncul, lalu menyeret Anda ke lubang keraguan.19 Ketika Anda masuk dalam persaingan dengan orang lain, maka katakan, “Saya mampu menjadi yang terbaik.” Jangan berkata, “Saya tidak ahli/tidak bidannya.” Tetapi, katakanlah, “Saya akan berhasil”. Keempat, memiliki teladan yang positif. Langkah lainnnya adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih baik dari kita, lalu menjadikannya sebagai pelajaran/model teladan. Kelima, bunuhlah ketakutan Anda. Majulah, jangan pernah takut. Bunuhlah ketakutan Anda setiap kali ketakutan itu mulai menghampiri Anda. Kerjakan apa yang Anda kuasai, sehingga ketakutan itu akan bersembunyi. Jadilah manusia tekun. Sibukkan diri Anda dengan segala sesuatu yang istimewa menurut Anda. Mulailah hari Anda dengan harapan dengan senyuman. Tanyakan kepada diri Anda, perkejaan apa yang kiranya memungkinkan untuk menjadikan diri Anda lebih baharga! Bicaralah, maka ucapan itu akan menguasai dan membagun kepercayaan diri Anda.20 D. Pelaksanaan Terapi a. Psikoterapi terapi pada gangguan kepribadian dependen. Prinsip psikoterapi adalah menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal, dan hubungan sosialnya. Jadi, bukan dengan cara menghakimi atau menyalahkan pasien yang punya gangguan kepribadian dependen. Hal yang penting dalam penalaksanaan pasien dengan gangguan kepribadian dependen adalah tidak membiarkan pasien beerasumsi bahwa hubungan dengan terapis menjadikan terapis sebagai sasaran tempat ia bergantung. Terapis perlu berhati-hati dalam mendorong untuk melakukan penolakan dan menninggalkan mereka dalam upaya menghilangkan ketergantungan mereka. Eksplorasi secara luas mengenai kebutuhan tentang perawatan dan dukungan merupakan komponen penting dalam pengobatan. Orang dengan gangguan kepribadian dependen sering memiliki riwayat ekploitatif, menolak, dan mungkin bahkan hubungan yang kasar yang telah memberikan dampak terhadap perasaan mereka saat ini berupa perasaan tidak aman dan tidak mampu. Terapi cognitive- behavioral berguna dalam mengatasi perasaan tidak mampu, dan ketidakberdayaan. Latihan keterampilan sosial, problem solving dan pelatihan ketegasan juga memberi kontribusi penting dalam penatalaksanaan gangguan dependen. Group thrapy bermanfaat untuk menyebarkan perasaan ketergantungan mereka ke berbagai orang, dan memberikan model yang dapat bersifat tegas dan menjalankan fungsi interpersonalnya secara otonom. 21 b. Farmakoterapi Digunakan pada kondisi dimana terjadi gejala-gejala spesifik seperti kecemasan dan depresi, yang sering berhubungan dengan gangguan kepribadian dependen. Pasies yang mengalami serangan panik dapat diberi imipramine dan untuk mengobati depresi dan mengurangi gejala kecemasan. Psikostimulan juga memberikan perbaikan pada gejala
20 21
Ibid, 96-97. Ibid, 455-457.
6
dependen. Intervensi farmmakologis sebaiknya hanyar diberikan dalam waktu yang singkat dan terfokus pada gejala sasaran spesifik, karena dapat meningkatkan risiko ketergantungan.22
E. Penanganan Gangguan Kepribadian Dependen Gangguan kepribadian dependen cenderung bertahan dalam waktu yang lama namun dapat mengalami penurunan intensitas seiring dengan pertambahnya usia. Terapi dalam mengatasi gangguan kepribadian dependen cenderung tidak menggunakan obat namun melalui psikoterapi dengan motode bicara. Tujuan utama dari teerapi ini adalah menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dan membantu penderita memahami kondisinya. Biasanya terapi bicara dilakukan dalam jangka pendek, karena jika dilakukan dalam jangka panjang penderit juga berisiko mengalami ketergantungan terhadap si terapis. Dalam Terapi Perilaku Kognitif. Terapi ini bertujuan untuk dapat mengubah pola pikir ataupun perilaku munuju arah yang lebih positif. Terapi ini didasarkan ada sebuag teori jika perilaku individu adalah wujud dari pikirannya sendiri. Sehingga jika seseorang memiliki pikiran yang negatif maka tentu saja perilaku yang diperlihatkan juga negatif dan jika seseorang memiliki pikiran yang positif maka akan positif juga, jadi kita harus perpikir positif agar kita tidak salah. F. Cara terapi yang bisa membuat diri seseorang lebih percaya diri dalam pandangan Islam Yaitu dengan Al-Qur’an karena Al-Qur’an dalam pandangan Islam, pengobatan tertinggi dan paling diyakini bahwa Al-Qur’an adalah sebagai Asy Syifaa (obat) dan konsep bahwa tiap penyakit ada obatnya. Keyakinan yang kuat ini akan sangat membantu dalam memanfaatkan AlQur’an dalam asuhan keperawatan pada pasien yang mempunyai gangguan kepribadian dependen. (Hammad)
Ebert MH, Loosen PT, Nucombe B. Current Diagnosis and Treatment in Psyhiatry, USA: The McGraw-Hill Companies, 2007. 22
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dependen adalah suatu gangguan kepribadian yang terlalu tergantung pada orang lain atau tidak percaya diri. Tetapi, penderita Dependent Personality Disorder (gangguan kepribadian dependen) tergantung pada orang lain ketika harus mengambil keputusan baik keputusan yang penting maupun yang biasa-biasa saja. Percaya diri adalah sifat yang diinginkan oleh banyak orang tetapi mugkin sulit untuk mengukurnya, terutama dalam diri orang lain. Rasa percaya diri juga turun naik sesuai dengan apa yang terjadi dalam kehidupan Anda. Kepercayaan diri merupakan kunci seorang manusia untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan dan pekerjaan. B. Saran Sebagai manusia Anda tidak boleh lemah dan merasa takut dalam menghadapi masalah apalagi Anda harus ketergantungan pada manusia. Seharusnya Anda sebagai manusia harus bisa berjuang sendiri, bukan harus ketergantungan dengan orang lain, apalagi dalam mengambil keputusan dalam hidup dan jangan pernah Anda perpikir negatif pada otak Anda. Hambatan inilah yang harus Anda rubah untuk selalu perpikir positif bahwa apapun yang Anda yakini dan perbuat baik pastilah akan diterima dengan baik orang lain. Jadi sebagai manusia Anda harus percaya diri dan harus berjuang untuk meraih apa yang Anda iginkan bukan ketergantungan dengan orang lain, karena kunci kesuksesan ada pada diri Anda sendiri.
8
DAFTAR PUSTAKA Durand V. Mark, Barlow David H. 2007. Psikologi Abnormal Edisi Ke Empat. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Tasman A, First MB. 2006. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment Of Mental Disorders, USA : Wiley. Sadock VA, Sadock BJ. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopis Of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10 Tahun Editian. England: Lippincott Wilkins. Chasidy, Faith 2009. Graduate Journal Of Counseling Psyhology, Dependent Personality Disorder : A Review Of Etiology And Treatment. Litvinoff, Sarah. 2008. 10 Langkah Membangun Kepercayaan Diri, Jogyakarta : Karisma. Ahmad Salim Badawilan, AS. 2010. Membangkitkan Energi Diri. Jogjakarta: Garailmu. Nurcombe B, Ebert MH, Loosen PT. 2007. Current Diagnosis and Treatment in Psyhiatry, USA: The McGraw-Hill Companies. Islania Studia, Fitriah Aziza. 2013. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja. vol 1, No 1.
9