MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH “ Etika Dan Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas ” DOSEN : TIM MATA KULIAH
OLEH : NAMA
: Asmi Uhdiyani Syamsudin
NIM
: 16153010001
SEMESTER
: III (Tiga)
POLTEKKES KEMENKES TERNATE PRODI D-IV KEBIDANAN 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah dengan pokok bahasan “Etika Dan Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas” Dalam penyusunan makalah ini saya mendapat banyak kesulitan baik dalam mencari isi, referensi, maupun sistemsatika penulisannya. Namun, berkat kerja keras segala kesulitan dapat teratasi sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Selanjutnya, saya menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada tim dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah atas semua motivasi belajar yang telah disampaikan selama memberikan materi. Serta teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa keberadaan
makalah
ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah yang lebih baik.
Ternate.22 November 2017
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN A. Penanganan gawat darurat pada neonatus, bayi dan balita B. Penanganan neonatus, bayi dan balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan C. Imunisasi rutin D. Asuhan pada neonatus, bayi dan balita terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dibawah supoervisi dokter) BAB III PENUTUP A. kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir. Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan keterampilan standart. Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956 dan mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Sejak dimulainya program imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan tujuh jenis vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hep.B. Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000. Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa. B. Rumusan Masalah 1. Penanganan gawat darurat pada neonatus, bayi dan balita ? 2. Penanganan sakit sesuai pedoman yang ditetapkan pada neonatus,bayi dan balita ? 3. Imunisasi rutin ? 4. Asuhan pada neonatus, bayi dan balita terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dibawah supoervisi dokter) ? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita para calon bidan dapat lebih memahami tentang etika dan kewenangan bidan khususnya dalam melakukan asuhan pada pada masa nifas.
BAB II PEMBAHASAN A. Penanganan Gawat Darurat Pada Neonatus, Bayi Dan Balita Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus. 1.
Faktor yang menyebabkan kegawat daruratan pada neonatus a. Faktor kehamilan -
Kehamilan kurang bulan
-
Kehamilan dengan penyakit DM
-
Kehamilan dengn gawat janin
-
Kehamilan dengan penyakit kronis ibu
-
Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
-
Kehamilan lebih bulan
-
Infertilitas
b. Faktor pada partus -
Partus dengan infeksi intrapartum
-
Partus dengan penggunaan obat sedatif
c. Faktor pada bayi -
Skor apgar yang rendah
-
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
-
Bayi kurang bulan
-
Berat lahir lebih dari 4000gr
-
Cacat bawaan
-
Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit
2.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan kegawat daruratan pada neonatus a.
Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin. Penanganan hipotermia ditujukan pada : 1) Mencegah hipotermia 2) Mengenal bayi dengan hipotermia 3) Mengenal resiko hipotermia 4) Tindakan pada hipotermia Tanda-tanda klinis hipotermia: 1) Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - <360C ) Tanda-tandanya antara lain : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata. 2) Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ) Tanda-tandanya antara lain : sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik. 3) Stadium lanjut hipotermia Tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
b. Hipertermia Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian. Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat. Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh kontak yang terlalu lama dengan benda yang mempunyai panas berlebihan. Sehingga mekanisme penganturan panas tubuh menjadi tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali. Hipertermia karena reaksi negative obat jarang terjadi. Salah satu hipertermia karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang merupakan komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi umum. Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebiru-biruan dalam kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan. c. Hiperglikemia Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan. Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah. Gejala hiperglikemia antara lain : polifagi (sering kelaparan), polidipsi (sering haus), poliuri (sering buang air kecil), penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit terjadi penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi (pria), infeksi berulang, kussmaul hiperventilasi, arrhythmia, pingsan, koma.
d. Tetanus neonaturum Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus. Penatalaksanaan yang dapat diberikan : -
Bersihkan jalan napas
-
Longgarkan atau buka pakaian bayi
-
Masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke dalam mulut bayi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang. e. Penyakit-penyakit pada ibu hamil Kehamilan Trimester I dan II, yaitu : anemia kehamilan, hiperemesis gravidarum, abortus,
kehamilan ektopik terganggu (implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa (proliferasi abnormal dari vili khorialis). Kehamilan Trimester III, yaitu : kehamilan dengan hipertensi (hipertensi essensial, pre eklampsi, eklampsi), perdarahan antepartum (solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat implantasi), plasenta previa (implantasi plasenta terletak antara atau pada daerah serviks), insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata). 3. Penanganan kegawat daruratan pada neonatus Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organorgan vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit). Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan
ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997). B. Penanganan Neonatus, Bayi Dan Balita Sakit Sesuai Pedoman Yang Ditetapkan 1. Defenisi manajemen terpadu balita sakit (MTBS) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan. Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan. 2. Tujuan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) a. Meningkatkan keterampilan petugas b. Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit e. Memperbaiki sistem kesehatan 3. Ruang lingkup manajemen terpadu balita sakit (MTBS) a. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan b. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun c. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
d. Konseling bagi ibu e. Tindakan dan pengobatan f. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanju C. Imunisasi Rutin 1. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai jenis penyakit,diharapkan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan sehat.Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara mandiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah,pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan non spesifik dan pertahanan spesifik,proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan non spesifik seperti komplemen dan makrofag dimana komplemen dan makrofag ini pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh (Proverawati dan Andhini 2010) Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005). Menurut Proverawati dan Andhini (2010), Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak terhadap penyakit.Imunisasi suatu tindakan dengan sengaja memasukan vaksin berupa mikroba hidup yang sudah dilemahkan.Dimana imunisasi dapat menimbulkan kekebalan terhadap tubuh.Imunisasi juga dapat dikatakan suatu tindakan dengan sengaja memasukkan vaksin yang berisi mikroba hidup yang sudah dilemahkan pada balita. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin. Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2008). 2. Manfaat dan tujuan imunisasi Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut : a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2001). Tujuan imunisasi adalah sebagai berikut : a. Tujuan umum Yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis. b. Tujuan khusus - Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa Kelurahan pada tahun 2010. - Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008. - Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008. - Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2006.
3. Jenis-jenis imunisasi Imunisasi dapat dibagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif : a. Imunisasi aktif Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi aktif ada dua yaitu : - Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit - Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang di berikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain: - Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. - Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan. - Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk srabilisasi antigen. - Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen. b. Imunisasi pasif Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif ada dua , yaitu : - Imunisasi pasif alamiah Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh Ibu yang merupakan orang tua kandung , langsung ketika berada dalam kandungan. - Imunisasi pasif buatan Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.
4. Macam-macam imunisasi Yang kita tahu bahwa imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Macam-macam imunisasi diantaranya adalah : a. BCG Kegunaannya yaitu memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan. Tempat penyuntikannya pada lengan kanan bagian atas. Koontra indikasinya adalah : - Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan. - Anak yang telah menderita penyakit TBC. Efek sampingnya yaitu : 1. Reaksi normal - Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm. - Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan bersih. - Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) dengan diametr 5-7 mm. 2. Reaksi berat - Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih luas. - Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
b. DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) Kegunaan dari pemberiannya ialah memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus. Tempat penyuntikannya yaitu di paha bagian luar. Kontra indikasinya yaitu: - Panas di atas 38°C - Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
Efek sampingnya yaitu : 1. Reaksi lokal - Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam ringan selama 1-2 hari. -
Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
2. Reaksi umum - Demam tinggi, kejang dan syok berat. - Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat) sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.
c. Hepatitis B Kegunaan dari pemberiannya yaitu
memberi kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis. Tempat penyuntikan ialah di paha bagian luar. Kontra indikasinya tidak ada. Efek sampingnya pun pada umumnya tidak ada. d. Polio Kegunanya adalah
memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyeliti. Cara
pemberian ialah diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes. Sedangkan kontra indikasi ialah : - Anak menderita diare berat - Anak sakit panas Efek samping : - Reaksi yang timbul biasanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak ringan. - Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa. - Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100 %.
e. Campak Kegunaannya ialah untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak. Tempat penyuntikan yaitu pada lengan kiri atas. Kontra indikasi adalah : - Panas lebih dari 38ºC
- Anak yang sakit parah - Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan - Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat - Riwayat kejang demam Efek samping : - Panas lebih dari 38ºC - Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 - Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini jarang terjadi.
5. Pokok-pokok kegiatan imunisasi Pokok-pokok kegiatan imunisasi antara lain : a. Imunisasi rutin Kegiatan imunisasi rutin ialah kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara rutin dan terus menerus, yang harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditentukan. Berdasarkan kelompok sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : - Imunisasi rutin pada bayi - Imunisukasi rutin pada wanita usia subur - Imuniasi rutin pada usia anak sekolah b. Imunisasi tambahan Imunisasi tambahan adalah kegiatann imunisasi yang tidak rutin di laksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Yang termaksud dalam kegiatan imunisasi tambahan : 1) Backlog fighting Adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun, pada desa nonUCI setiapa 2 tahun sekali 2) Crash program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi cepat karena masalah kasus, seperti : - Angka kematan bayi tinggi - Infrastruktur ( tenaga, sarana dana) kurang - Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum mendapatkan pada saat imunnisasi rutin 3) Imunisasi dalam penanganan KLB ( outbreak respon) Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologi penyakit 4) Kegiatan-kegiatan imunisasi massal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang luas dan waktu tertentu, dalam rangka pemutusan mata rntai penyakit. Antara lain : - Pekan imunisasi Merupakan suatu upaya untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polioimportasi dengan cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita termaksud bayi baru lahirtanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali, masing-masing 2 tetes dengan selang waktu 1 bulan.
- Sub PIN Merupakan suatu upaya untuk memutus rantai penularan polio bila di temukan satu kasus polio dalam wilayah terbatas
((kabupaten ) dengan
pemberian 2 kali imunisasi polio dalam interval waktu satu bulan secara serentak pada seluruh sasaran berumur kurang dari satu tahun - Catch up campaign campak Merupakan suatu upaya untuk memutuskan trasmisi penularan virus campak pada anak sekolah dan balita. Ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak SD tanpa pertimbangan kasus imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada saat cacth up campaign campak disamping untuk memutus transmisi, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan ( dosis ke 2 ) 6. Dampak yang timbul apabila tidak melakukan imunisasi Program imunisasi tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai jadwal lahir dan usia dari sang bayi,karena pemberian imunisasi yang terlambat bisa dikatakan hampir percuma karena biasanya penyakit sudah masuk kedalam tubuh.Berikut bahaya yang ditimbulkan apabila anak tidak dilakukan imunisasi : a. Mudah terserang virus penyakit Imunisasi pada dasarnya merupakan tindakan preventif yang dilakukan untuk mencegahserangan virus di masa mendatang. Maka dari itu ketika imunisasi tdak dilakukan,virus akan lebih mudah melumpuhkan sistem imun dan menyebabkan penyakit pada tubuh. Tentu saja, jika anak hanya mendapatkan imunisasi yang seperlunya seperti DPT dan juga BCG,bukan berarti anak tersebut akan kebal terhadap penyakit menular secara umum. Penyakit berbahaya seperti Hepatitis A, hepatitis B, polio dan bahkan juga campak akan sangat mudah dan beresiko menyerang anak tersebut. Dengan kata lain untuk urusan penyakit di atas kekebalan anak tersebut sama halnya dengan kekebalan anak yang tidak di imunisasi. b.
Mudah tertular orang yang sakit Sudah pasti anak-anak akan mudah terserang penyakit berbahaya yang menular seperti polio,apabila di tubuh anak tidak ada sistem pertahanan yang menjaganya dengan penuh,tidak perduli itu datang dari bakteri itu sendiri ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan oleh orang lain.Misalkan anak tersebut sudah di imunisasi dengan polio saat lahir tapi kemudian sejak saat itu anak tersebut tidak pernah lagi di imunisasi polio
maka hasilnya vaksin polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang singkat,setelah itu anak tersebut benar-benar tanpa perlindungan apapun untuk mencegah penyakit polio yang datang padanya dan inilah yang menyebabkan sang anak akhirnya terserang polio kendati sebelumnya sudah divaksin. c. Ada efek samping Vaksin
sengaja
diberikan
secara
bertahap
karena
mengikuti
kemampuan dari bayi untuk menerima vaksin tersebut.Ada bebrapa vaksin awal yang sifatnya adalah aman untuk jangka waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping. Karena itu ada bentuk vaksin-2,vaksin3,vaksin-4 dan seterusnya karena selain memperpanjang usia vaksin juga berguna untuk menghilangkan efek samping dari vaksin yang ada sebelumnya. d. Daya tahan tubuh rendah Bayi yang tidak diberi imunisasi biasanya cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Hal ini pada dasarnya sangat wajar terjadi mengingat imunisasi memang merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ketika imunisasi tidak diberikan ataupun tidak dilakukan secara lengkap,maka sudah sepantasnya jika daya tahan tubuh anak menjadi lebih rendah terhadap beberapa macam virus yang berkaitan dengan program imunisasi tersebut.
D. Penyakit Kronis Tertentu Yang Terjadi Pada 1. Kejang Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Etiologinya yaitu : a) Gangguan vaskuler - Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler. - Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural. - Trombosis - Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K - Sindroma hiperviskositas b) Gangguan metabolisme -
Hipokalsemia
- Hipomagnesemia - Hipoglkemia - Amino Asiduria - Hipo dan hipernatremia - Hiperbilirubinemia - Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin. c) Infeksi - Meningitis - Enchepalitis - Toksoplasma kongenital - Penyakit cytomegali inclusion
d) Toksik
- Obat konvulsion - Tetanus - Echepalopati timbal - Sigelosis Salmenalis e) Kelainan kongenital - Paransefali - Hidrasefali f) Lain- lain - Narcotik withdraw - Neoplasma Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain : a. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak b. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak. c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit e. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas. f. Gabungan semua faktor tersebut diatas. Penatalaksanaannya : a) Memberantas kejang secepat mungkin. Bila penderita datang dalam keadaan stsatus konfusifus, obat pilihan utama adalah Diazepam yang diberikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80-90 % dengan efek terapeutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu : - BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam semprit 2,5 mg. - BB 10 – 20 kg : 0,5 mg /kg BB dengan minimal dalam semprit 7,5 mg. - BB diatas 20 kg : 0,5 mg /kg BB. Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar. b) Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang. - Semua pakaian ketat dibuka. - Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung. - Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intubasi atau trakeostomi. - Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
- Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolik dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4 mg/kg BB per hari dibagi dalam 3 dosis, Prometazon 4-6 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dan glukokortikoid. c) Pengobatan rumatan. Dibagi 2 bagian : - Profilaksis Intermiten Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik. - Profilaksis jangka panjang. Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis yang terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. d) Mencari dan mengobati penyebab. Pasien yang datang dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti : - Pungsi lumbal. - Darah lengkap. - Gula darah. - Elektrolit (Kalium,Magnesium, Natrium) - Faal hati - Foto tengkorak. - EEG - Enchepalografi
2. Hepatitis pada bayi
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ). Penyebabnya yaitu : Hepatitis hampir selalu disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi biasanya ditularkan dari ibu selama proses persalinan berlangsung. Hepatitis biasanya tidak ditularkan selama bayi berada dalam kandungan karena virusnya tidak mudah melewati plasenta (ari-ari). Gejalanya : Sebagian besar bayi yang terinfeksi akan mengalami hepatitis kronis (hepatitis menahun) yang biasanya baru menimbulkan gejala pada masa kanak-kanak. Hepatitis pada bayi baru lahir merupakan suatu penyakit yang serius, 25% dari penderita akhirnya meninggal. Pada bayi yang terinfeksi kadang ditemukan gejala berikut: - pembesaran hati (hepatomegali) - ascites (penimbunan cairan di dalam perut) - sakit kuning (jaundice) akibat peningkatan kadar bilirubin Diagnosanya : Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah. Pengobatannya : Wanita hamil secara rutin diperiksa terhadap kemungkinan infeksi oleh virus hepatitis B. Bayi biasanya baru terinfeksi pada saat persalinan, karena itu kepada bayi baru lahir yang ibunya menderita hepatitis B, diberikan suntikan immunoglobulin hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah lahir, sebelum terjadinya infeksi. Suntikan ini akan melindungi bayi untuk sementara. Pada saat yang sama juga diberikan vaksinasi hepatitis B untuk perlindungan jangka panjang.
BAB III
PENUTUP A. Kesimpulan Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus. B. Saran Diharapkan agar kedepannya nanti akan semakin banyak bidan yang mengerjakan kewajibannya sebagai tenaga kesehatan dapat melakukan tugasnya sesuai etika dan kewenangannya sebagai bidan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mahliabarca.blogspot.co.id/2017/01/makalah-program-imunisasi-pada-bayi_8.html https://idtesis.com/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs-untuk/ http://maphiablack.blogspot.co.id/2010/10/kegawatdaruratan-pada-bayi-baru-lahir.html