Tugas Ringkasan Pak Mardianto.docx

  • Uploaded by: Aji Saputra DeKa
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Ringkasan Pak Mardianto.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,448
  • Pages: 8
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SDM Dl KAWASAN TİMUR INDONESIA

2.1 . Pendahuluan Pembangunan berkelanjutan yang ditempuh bangsa inidonesia telah menunjukkan keberhasilan yang nyata, rneskipun masih ada beberapa kekurangan atau ketimpangan. Kekurangan pembangunan tersebut di antaranya bisa dilihat dari ketimpangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). KBI jauh lebih majü dibandingkan KTI. KTI terdiri dari 13 propinsi, yaitu di Kalimantan (4 propinsi), Sulawesi (4), Nusa Tenggara (2), Maluku, Irian Jaya, dan Timor Timur. Oleh şebab itu, upaya mempercepat pembangunan KTI menizdi agenda yang penting bagi peme,-intah dewasa ini. Upaya ini oleh pemerintah telah diwujudkan dengan dibentuknya Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP KTI) yang bertugas merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan KTI. Percepatan pembangunan KTI merupakan tugas yang sangat berat karena kendala yang menghadang sangat kompleks. Di samping infrastrukturnya kurang memadai, juga masalah sumberdaya manusia, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kendala dalam aspek SDM itü meliputi jumlah yang relatif sedikit, dengan Wilayah yang sangat luası sehingga sebarannya tidak merata (pertumbuhannya sebagian beşar berasal dari migrasi), kualitas yang rendah, selain kesejahteraan yang juga masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas SDM, terlebih dahulu perlu dilihat faktorfaktor yang menghambat dan mempercepat peningkatan kualitas SDM tadi. Dengan diketahui faktorfaktor tersebut, maka akan memudahkan upaya-upaya mengurangi dan menghilangkan faktor penghambat serta meningkatkan faktor-faktor yang mendukung. Data dan informasi mengenai faktor-faktor tersebut dicari melalui literatur, hasil penelitian pihak terkait, tulisantulisan peminat SDM, ser-ta pengalaman penulis sewaktu meneliti dan melihat langsung daerah-daerah KTI.

12.2. Bahan dan Pembahasan Konsep pembangunan manusia telah banyak dikembangkan, termasuk oleh the United Nations Development Programme (UNDP) yang merumuskannya sebagai indikator taraf hidup dalam Indeks Pembangunan Manusia, (IPM), P?da saat itu pula UNDP mengembangkan konsep pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan. Kemudian muncul konsep Indeks Pembangunan Manusia yang merupakan gabungan dari tiga indikator, yaitu :

1. Angka harapan hidup (life expectancy at age atau faktor kesehatan) yang mengukur umur panjang dan sehat.

2.

Angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah

(adult literacy rate, mean years of schooling atau faktor pendidikan) yang mengukur pengetahuan dan keterampilan. 3. Purchasing Power Parity (kemampuan ekonomi) yang mengukur kemampuan dalam mengakses sumberdaya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator ini tergambar sebagai kekuatan segitiga yang memiliki ikatan yang kokoh antara yang satu dengan yang Iain. Konsep di atas menggambarkan bahwa kesehatan merupakan dasar seseorang untuk melakukan segala aktivitas, terutama untuk menjalani kehidupan ini. seseorang yang sehat fisik dan Mentalnya akan dapat melakukan berbagai kegiatan, misalnya bekerja mencari nafkah, bersekolah untuk mencari pengetahuan, dan sebagainya. Sebaliknya, seseorang yang tidak sehat akan kesulitan untuk melakukan berbagai kegiatan secara baik, meskipun yang bersangkutan berpendidikan/trampil dan memiliki kemampuan secara ekonomi. Berdasarkan konsep peningkatan kualitas SDM di atas, maka pembahasan tulisan ini difokuskan pada aspek kesehatan, ilmu pengetahuan atau pendidikan dan keterampilan, serta kemampuan ekonomi masyarakat KTI.

12.2. I . Aspek Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat di KTI dapat dikatakan masih dalam kondisi yang relatif kurang. Berdasarkan laporan UNDP tahun 1990-1996, Angka Harapan Hidup masyarakat di KTI pada tahun 1990 rata-rata 57,8 (1990) dan meningkat menjadi rata-rata 61,1 (1993). Hal ini berarti bahwa rata-rata bayi di KTI Yang dilahirkan tahun 1990 akan mencapai usia 57,8 tah.un dan pada tahun 1993 berumur 61,1 tahun. Dari 13 (tiga belas) propinsi di KTI, angka harapan hidup terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 45,9 tahun (1990) dan 57,0 tahun (1993). Sedangkan angka harapan hidup tertinggi diraih Kalimantan Tengah, masing-masing sebesar 60,8 tahun dan 65,6 tahun. Angka Harapan Hidup yang rendah dapat terjadi karena masih kurangnya fasilitas kesehatan (dalam arti luas) yang tersedia di masing-masing propinsi di KTI, selain letaknya yang tidak merata. Merujuk pada data Yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 1996 di' seluruh KTI dengan jumlah penduduk 36.484.790 jiwa terdapat 285 rumah sakit tipe B, 2.091 buah puskesmas, 6.812 buah puskesmas pembantu, 20 buah BKIA/RS bersalin, 684 buah apotek, dan 259 buah balai pengobatan. Berdasarkan perhitungan DP KTI (1997), pada tahun 1996 tersebut KTI mengalami kekurangan 36 buah rumah sakit tipe A, 146 buah rumah sakit tipe C dan D, 3.628 buah BKIA/RS bersalin, 2.964 buah apotek, serta 11.903 buah balai pengobatan. Sedangkan pada tahun yang sama di KTI kelebihan 212 buah rumah sakit tipe B, 875 buah puskesmas, dan 3.164 buah puskesmas pembantu.

12.2.2. Aspek Ilmu Pengetahuan Indikator rendahnya kualitas SDM di KVI yang lain adalah rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduknya, sehingga penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya juga relatif rendah. Penguasaan ilmu pengetahuan diindikasikan oleh angka melek huruf masyarakat dan lamanya sekolah. Angka melek huruf penduduk di KTI adalah rata-rata 79,5% (1990) dan meningkat menjadi 81,6% (1993). Sedangkan lamanya sekolah rata-rata 6,15 tahun (1990) dan 5,1 tahun (1993). Hal ini mengandung arti bahwa SDM di yang bisa membaca meningkat dari 79,5% menjadi 81,6% selama 1990-1993, namun tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu SD ke bawah. Angka melek huruf tertinggi diraih penduduk di Sulawesi Utara, masing-masing 95,35% (1990) dan 97,5% (1993) dengan lama sekolah rata-rata 6 tahun dan 7,35 tahun. Rendahnya angka melek huruf dan lama sekolah SDM di KTI diperkirakan sebagai akibat dari kurangnya fasilitas pendidikan tingkat menengah pertama dan menengah atas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 1996 di seluruh KTI terdapat 536 buah TK, 2.803 buah SD, 251 buah SLTP, 150 buah SLTA, serta 21 PT, di samping terdapat pula 111 buah lembaga kursus ketrampilan. Hasil analisis menunjukkan bahwa KTI masih mengalami kekurangan fasilitas pendidikan tingkat TK sebanyak 3.121 buah, SLTP 511 buah, dan SLTA 612 buah. Pada tahun yang sama terjadi kelebihan fasilitas pendidikan tingkat SD sebanyak 517 buah, Perguruan Tinggi 3 buah, dan lembaga kursus keterampilan 107 buah. Adapun angka rata-rata melek huruf dan lamanya sekolah SDM di KTI dapat dilihat pada Tabel 12.2. Saat ini telah banyak didirikan lembaga pendidikan dan latihan di KTI, sehingga terjadi kelebihan fasilitas keterampilan. Akan tetapi masih dipertanyakan, sejauhmana keterkaitan dan kesepadanannya (link and macth) antara ketersediaan SDM menguasai profesi tertentu dan SDA yang perlu diolah. Untuk peningkatanpemanfaatan dan kualitas SDM, perlu kiranya proses pendidikan dan latihan lembaga diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan industri dan SDA setempat. 2.2.3. Aspek Kemampuan Ekonomi Kondisi perekonomian atau tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah dapat didekati dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun suatu daerah pada tahun tertentu. Dari hasil perhitungan tersebut pada gilirannya dapat diketahui nilai pengeluaran riil dan purchasing power parity (PPP atau paritas daya beli masyarakat). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata PDRB per kapita tanpa migas di KTI pada tahun 1993. adalah sebesar Rp 1.394.000, yang berarti lebih rendah dibandingkan angka rata-rata pendapatan per kapita nasional tanpa migas yang sebesar Rp 1.549.000. Angka tertinggi diperoleh masyarakat di Propinsi Kalimantan Timur (Rp 3.930.500) dan yang terendah di Propinsi Timor Timur (Rp 645.000).

PDRB per kapita masyarakat di KTI yang rendah ternyata menyebabkan daya beli masyarakat (PPP) yang rendah pula. Daya beli masyarakat di adalah rata-rata sebesar Rp 364.300, dimana tertinggi terdapat di Propinsi Kalimantan Timur (Rp 388.300, menduduki peringkat 4 secara nasional) dan terendah dipropinsi Sulawesi Tengah (Rp 261.560, menduduki ranking terakhir di tingkat nasional).

12.3. Upaya-upaya Peningkatan Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa salah satu faktor hambatan percepatan pembangunan di KTI adalah rendahnya kualitas SDM sebagai akibat dari masih rendahnya derajät kesehatan, rata-rata tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, serta rendahnya partisipasi masyarakat terhadap tiga aspek tersebut. Oleh sebab itu, untuk meninakatkan kualitas SDM di harus dimulai dengan aspek-aspek tersebut. 12.3. 1 . Aspek Kesehatan Aspek utama kualitas SDM adalah kesehatan, sebab kesehatan merupakan syarat bagi seseorang untuk beraktivitas. Karena itu, upaya peningkatan kualitas SDM di KH dapat diawali dengan meningkatkan keseha!annnya. Peningkatan derajat kesehatan harus dimulai dengan peningkatan fasilitas kesehatan secara menyeluruh. Upaya yang paling mendesak dalam aspek kesehatan adaiah meningkatkan beberapa rumah sakit tipe B menjadi tipe A, sebab pada tahun 1996 KTI mengalami kekurangan 26 buah rumah sakit A, sementara tarjadi kelebihan rumah sakit tipe B. Peningkatan tipe ini sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah. Upaya untuk memenuhi rumah sakit tipe C dan D serta BKIA/RS bersalin dapat dipenuhi dengan tipe B yang telah ada dengan menambah fasilitas yang diperlukan. Sedangkan upaya mencukupi kekurangan apotek dan balai pengobatan dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat melalui kemudahan perizinan. Pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi perlu mengikutsettakan peran serta masyarakat setempat, khususnya pengusaha. Pembangunan fasilitas ini selain membutuhkan dana yang besar juga memerlukan dukungan kelambagaan yang lebih komprehensif. Di samping itu, perlu juga pemberdayaan kemampuan sumberdaya kesehatan tradisional yang telah ada di masyarakat.

12.3.2. Aspek Ilmu Pengetahuan Untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan SDM di m, dapat diawali dengan meningkatkan pendidikannya, baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonfornial. Konsep pengembangan sumberdaya manusia melalui jalur pendidikan adalah sebagai berikut.

Pertama, adalah jalur pendidikan formal umum dan kejuruan, mulai dari tingkat rendah hingga tingkat yang lebih tinggi (Iihat Gambar 12.2). •Jalur ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di dalam kehidupan seharihari, baik di sektor formal maupun informal. Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah mengalami kesulitan dalam bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan dari pendidikan tinggi. Di tingkatan yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pada pengembangan aspek kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkatan ini peserta pendidikan dapat berasal dari karyawan organisasi tertentu yang memperoleh beasiswa. Setelah lulus mereka diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk menyelesaikan berbagai masalah di tempat kerja. Kedua, adalah latihan kerja yang dapat mengembangan keterampilan dan keahlian dalam bekerja (lihat Gambar 12.3). Latihan pada umumnya cenderung lebih menitikberatkan pada pembiasaan gerakan koordinasi motorik daripada pemahaman teoritis. Mereka yang telah menempuh latihan menguasai keahlian.Tertentu yang dapat mempermudah memasuki dunia kerja dengan pendapatan yang lebih baik. Tentunya hal ini akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya memperbesar peluang untuk lebih meningkatkan kualitas diri. Ketiga, adalah jalur pengalaman kerja melalui proses pemagangan. Pemagangan sangat bermanfaat untuk menguji pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki melalui proses belajar formal. Selama proses pemagangan, peserta dapat mengikutj proses yang telah ada di tempat kerja dan ikut memikirkan penyelesaian masalah dan pengembangan. Proses pemagangan dapat ditempuh dengan datasering, yakni proses meminjamkan sementara tenaga ahli dari industri maju di KBI kepada industri di KTI untuk proses alih teknologi, penanaman etos keöa, dan peningkatan produktivitas kerja. Cara Iain adalah mengirimkan SDM asal KTI kepada industri di luar KTI yang berkualitas dalam jangka waRu tertentu. Industri tersebut dapat berlokasi di Indonesia atau di luar negeri untuk melakukan magang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu. Setelah program pembelajaran ini selesai, tenaga kerja tersebut harus kembali ke Kr1 untuk menjadi SDM yang Iebih produktif.

1 2.3.3. Aspek Ekonomi Upaya meningkatkan kualitas SDM sangat tergantung dari tingkat pendapatan masyarakat setempat. Misalnya, suatu keluarga yang berpendapatan rendah berpeluang kecil menikmati pelayanan kesehatan, pendidikan tinggi, dan kemampuan untuk mengakses sumberdaya ekonomi karena tidak memiliki kecukupan biaya. Oleh şebab itu, upaya meningkatkan kualitas SDM tidak akan terlepas dari bagaimana memperbesar kesempatan peningkatan perolehan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan memperbesar

peluang sehat, serta memasuki dan mengikuti proses pendidikan yang lebih tinggi, mengembangkan sumberdaya ekonomi.

Pengalaman selama tiga puluh tahun terakhir membuktikan bahwa membangun untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi semata-mata tidaklah selalü' menghasilkan penciptaan pemerataan yang meluas. Malahan justru memperbesar kesenjangan dan konflik sosial. ini menunjukkan bahwa lebih baik mengutamakan pemerataan kesempatan berusaha yang sekaligus dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang. Karena itu, upaya peningkatan SDM hendaknya diarahkan untuk memperbesar kesempatan berusaha, terutama bagi pengusaha kecil dan menengah. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kecil dan menengah, melalui penciptaan usaha-usaha rumah tangga yang mandiri. Untuk itü diperlukan bimbingan yang berkelanjutan dan penciptaan iklim usaha yang lebih kondusif.

12.3.4. Aspek Sosial Budaya Di luar semua penjelasan di ataş, permasalahan SOM yang sedang mengemuka di sebagian wilayah KTI saat ini adalah mengenai konflik sosial budaya, sepetti yang terjadi di Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), Ambon (Maluku), dan Irian Jaya. Sebagaimana diketahui, masyarakat KH memiliki berbagai macam etnis dengan cirinya masing-masing dan selalu melekat di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Konflik tersebut terjadi mungkjn karena pendekatan pembangunan kurang memperhatikan budaya masyarakat setempat. Bentuk konflik tersebut di antaranya adalah benturan kepentingan antara pemilik modal dan masyarakat kecil, antara budaya modern dan budaya tradisional, antara pendatang dan masyarakat setempat, atau antara budaya laut dan budaya darat. Berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas SDM, maka usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menyelami budaya setempat untuk dapat dijadikan modal bagi pembangunan masyarakatnya sendiri. Peran pemerintah dan swasta hendaknya menjadi fasilitator yang mampu mengakomodasi kebutuhan Pembangunan masyarakat setempat, Keglatan soslalisasi dan pemberdayaan masyarakat menjadl penting artlnya.

12.4. Penutup

12.4.1. Kesimpulan Dad paparan singkat di ataş, berikut ini dapat disimpu!kan beberapâ hal yang berkaltan dengan upaya pengembangan SDM di KTI :

1. Kualitas SOM di Kil lebih rendah dibandingk.an KBI sebagai akjbat rendahnya derajat kesehatan, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta rendahnya tingkat pendapaen per kapita yang diperoleh.

2. Derajat kesehatan SDM di KTI masih relatif rendah karena kurang memadainya fasilitas kesehatan• yang ada di masing-masing daerah. Hal ini terlihat dari kurangnya çumah sakit tipe tertentu, apotek, dan balai kesehatan, sementara ada beberapa tipe rumah sakit dan puskesmas yang jumlahnya lebih banyak dari kebutuhan.

3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan SDM di KTI masih relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh terlalu pendeknya masyarakat mengikuti pendidikan forma], di samping pelatihan yang kurang. Mereka sebagian beşar hanya berpendidikan Sekolah Dasar ke bawah.

4. Kemampuan SDM di dalam mengakses sumberdaya ekonomi masih relatif rendah sebagai akibat rendahnya kemampuan daya beli masyarakat sehingga kurang dapat mengembangkan potensi SDA yang ada.

12.4.2. Saran Menindaklanjuü beberapa butir kesimpulan di ataş, berikut ini dapat dikernukakan beberapa saran : I. Upaya meningkatkan derajat kesehatan SDM di KTI memerlukan tersedianya kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang memadai dan tersebar secara merata. Selain itü perlu pula memotivasi SDM setempat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan, Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Departemen Kesehatan periu meningkatkan fasilitas dan klasifikasj beberapa rumah sakit. Di samping itü perlu pula menggalakkan usaha pepdirian apotek dan balai-balai kesehatan, baik untuk instansi pemerintah maupun pihak swasta. 2. Untuk memajukan KTI, yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang melimpah, hendaknya keberadaan dan proses pendidikan atau pelatihan bagi SDM KTI diarahkan untuk memilıl(i profesi atau ketrampilan untuk memanfaatkan SDA tersebut. Untuk itü Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perlu merelokasi keberadaan sekolah menengah kejuruan (SMK). Relokasi SMK ini sebaiknya diarahkan untuk mengisi kebutuhan SDM yang berkaitan dengan unggulan masing-masing wilayah di KTI. 3. Agar pemagangan dapat berhasil, maka peset magang dan industri diberikan insentif yang memadai, sehingga dapat memberikan motivasi bekerja di masa mendatang.

4. Untuk peningkatan pendapatan per kapita SDM di m, diperlukan peningkatan pengelolaan ekonomi dan usaha rumah tangga yang mandiri. Untuk itü perlu program penyiapan dan pendampingan yang berkesinambungan hingga masyarakat menjadi mampu menghadapi dan ikut serta dalam perubahan ekonomi dan sosial yang akan teöadi. 5. menengah, Untuk memperbesar hendaknya kemampuan pendirian, bimbingan, ekonomi dan masyarakat peninğkatan kecjl •kuâlitasdarp

koperasi dipermudah. Termasuk hal-hal yang terkait dengan ini juga dipermudah, seperti memperoleh kredit usaha dan akses pasar melalui teknologi komunikasi.

Related Documents


More Documents from "byorn liusnando"