Tugas Resume.docx

  • Uploaded by: ISLAMIAH
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Resume.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,043
  • Pages: 18
TUGAS RESUME KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN HIPOTESIS

DISUSUN OLEH : Kelompok 2 YULIADI YUSUF SRI MULIANA RISDAWATI ISLAMIAH NURANNISA BERLIN KEPERAWATAN B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018-2019

1.

KERANGKA TEORI Teori adalah suatu set ptoposisi yang menyatakan secara logis saling berhubungan antara dua atau lebih konsep (variable) untuk tujuan menjelaskan suatu fenomena atau hubungan antara fenomena tertentu. Kerangka teori dalam istilah ilmiahnya adalah materi referensi. Biasanya tidak ada prosedur baku dalam penulisan landasan teori ini. Beberapa buku penulisan karya ilmiahpun satu sama lain tidak seragam dalam konteks sistematikanya. Landasan teori biasanya mewajibkan si penulis untuk menggunakan kerangka umum dari tema penulisan karya ilmiahnya.Artinya jika menentukan tema dari karya ilmiah, maka buku-buku referensi harus yang berhubungan dengan tema tersebut.Bisa juga buku tambahan tetapi buku-buku utama atau jurnal yang hendak dikutip harus merupakan referensi yang berkaitan dengan tema yang hendak dibuat agar kerangka acuannya tidak terlalu meluas. Kerangka teori merupakan suatu kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian.Istilah teori di sini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka dapat berupa teori yang ada, definisi konsep, atau dapat dari logika.Jika konsep yang dijadikan sumber menyususn kerangka tersebut, maka subjudul ini bisa diganti menjadi kerangka konseptual. Jika logika yang digunakan, maka subjudul ini menjadi kerangka pemikiran.(Sumantri, 2015) Kerangka teoritis adalah kumpulan dari teori-teori dan model dari literature yang menyokong penelitian positivistic.Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literature yang menjelaskan hubungn dalam masalah tertentu.Kerangka teori ini, sering disebut juga sebagai kerangka teori atau tinjauan pustaka.Paling tidak berisi deskripsi teori, yaitu uraian sistematis mengenai teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variable-variabel yang sedang diteliti tersebut. Dengan demikian, dalam kerangka teori ini, dikemukakan atau diberikan penjelasan mengenai variable-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap serta mendalam, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antarvariabel yang diteliti akan menjadi lebih jelas dan terarah.

Agar kerangka teori ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 1) Kerangka teori hendaknya lengkap, meliputi konsep-konsep variable pokok yang ada dalam permasalahan penelitian. 2) Kerangka teori bukan hanya langsung memberikan penjelasan tentang variable yang dimaksud, tetapi mulai dari beberapa penjelasan umum kemudian mengarah pada alternative yang dimaksud. 3) Kerangka teori tidak selalu hanya dicari dari sumber yang menyangkut bidang yang dierapkan, tetapi dapat juga diambil dari bidang-bidang lain yang relevan. 4) Hendaknya diusahakan agar sumber kajian pustaka bukan hanya yang berbahasa Indonesia. 5) Hendaknya diusahakan agar terdapat imbangan yang serasi antara jumlah kutipan yang bersifat teori dengan kutipan hasil penelitian. Langkah-langkah menyusun kerangka teori : 1) Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya. 2) Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variable yang diteliti. 3) Lihat daftar isis setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap variable yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penetilian, lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, dan saran yang diberikan. 4) Cari defines setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan anatara satu sumber dengan sumber lainnya dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. 5) Baca seluruh isi topic buku sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca. Fungsi kerangka teori adalah pertama, mendefinisikan dan menguraikan variablevariabel yang diperhitungkan atau dijadikan sebagai objek oleh peneliti agar penelitian yang diusulkan memberi hasil bagi penemuan jawaban dan pemberian solusi atau suatu masalah yang diselidiki.Kedua, memberikan batasan kepada

penyelidikan yang diajukan dengan menyarankan variable-variabel mana yang harus dipandang sebagai tidak relevan dank arena itu harus diabaikan.Ketiga, bahwa kerangka teoritis itu merupakan struktur yang memberikan arti kepada hasil-hasil penelitian. Fungsi lain dari kerangka teori adalah : 1) Pengetahuan tentang penelitian-penelitian yang berkaitan memungkinkan peneliti menetapkan batas-batas bidang mereka. 2) Pemahaman teori dalam suatu bidang memungkinkan peneliti menempatkan masalah dalam perspektif. 3) Melalui penelahan kepustakaan yang berkaitan, para peneliti dapat mengetahui prosedur dan instrument mana yang telah terbukti berguna dan mana yang kelihatannya kurang memberikan harapan. 4) Pengkajian yang cermat atas kepustakaan yang berkaitan dapat menghindarkan terjadinya pengulangan studi sebelumnya secara sengaja. 5) Pengkajian kepustakaan berkaitan menempatkan peneliti pada posisi yang lebih baik untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri. Kegunaan kerangka berpikir adalah : 1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan. 2) Membantu memberi gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian yang dihadapi. 3) Mengungkapkan sumber-sumber data (judul-judul pustaka yang berkait) yang mungkin belum diketahui sebelumnya. 4) Mengenal peneliti-peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang dihadapi (yang mungkin dapat menjadi narasumber atau dapat ditelusuri karyakarya tulisnya yang lain yang mungkin terkait). 5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang akan dilakukan dalam sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat penelitian berada.

6) Mengungkapkan ide-ide dan pendekatan yang mungkin belum dikenal sebelumnya. 7) Membuktikan keaslian penelitian. 8) Mampu menambah percaya diri kita pada topic yang akan dipilih karena telah ada pihak-pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topic tersebut dan mereka telah mencurahkan tenaga, waktu, dan biaya untuk meneliti topic tersebut.(Aziz, 2016)

2. KERANGKA KONSEP Konsep adalah sebuah kata yang melambangkan sebuah gagasan, sebuah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat suatu objek atau fenomena tertentu. Definisi konseptual yang berguna memiliki sifat : 1) Menggambarkan ciri-ciri atau kualitas khas dari fenomena

yang

didefinisikannya. 2) Tidak diperkenankan bersifat sirkular (berputar-putar). 3) Dinyatakan dalam istilah yang jelas dan tidak memiliki lebih dari satu arti (ambigu).(Sumantri, 2015) Sebuah penelitian mutlak memerlukan sebuah kerangka konsep.Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variable-variabel yang diteliti.Kerangka konsep dibuat berdasarkan literature dan teori yang sudah ada.Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis dan intervensi.Fungsi kritis dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan-hubungan antara variablevariabel dan konsep-konsep yang diteliti. Kerangka

konsep

digunakan

pada

semua

tahapan

dalam

penelitian.Langkah pertama penggunaan kerangka konsep ialah memilih teori atau model yang cocok untuk pertanyaan penelitian.Sangat penting untuk menguji ataupun memahami hubungan antara pertanyaan yang ditanyakan dan kerangka teori.Kita harus pastikan bahwa pertanyaan penelitian tersebut tepat dengan kerangka konsep.Selanjutnya tentukan hipotesisnya, mendefinisikan

variable yang diperoleh dari konsep teori.Jika terdapat hubungan diantara variable, berdasarkan teori, selanjutnya ini dapat membantu dalam menemukan dan menginterpretasi literatur, juga untuk mendapatkan literature yang tepat serta mengecualikan literature yang tidak tepat.sedangkan menurut Punch, 2005, kerangka konsep adalah sebuah representasi dari pemikiran konsep ataupun variable-variabel penelitian dalam bentuk grafik atau narasi serta variable-variabel tersebut dianggap berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian kuantitatif, teori ataupun konsep dimasukkan ke dalam kerangka konsep yang berupa gambar atau diagram, hal tersebut akan menggambarkan

hubungan

antar-variabel

serta

untuk

membangun

hipotesis.(Swarjana, 2012) Konsep yang jelas dan yang menggambarkan fenomena dengan tepat akan memungkinkan generalisasi dan teorisasi yang valid. Begitu rumitnya proses konseptualisasi sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seberapa besar fungsi konsep dalam penelitian. Untuk itu diperlukan tahapan fase konseptualisasi yang meliputi antara lain : 1) Karena konsep yang dipahami secara sama oleh berbagai pemikir akan memungkinkan terjadinya komunikasi di antara mereka. Tanpa adanya kesepakatan dalam penyusunan konsep tidak akan tercipta suatu komunikasi. 2) Konsep berfungsi dalam memperkenalkan suatu cara mengamati fenomena empiris. Melalui konseptualisasi saintifik, dunia perseptual akan menjadi utuh dan teratur. Konsep memungkinkan periset membawa pengalamannya ke suatu tingkat makna yang disepakati bersama di antara ilmuan lainnyasehingga memberi kualitas yang sama terhadap suatu kenyataan. Konsep juga memungkinkan ilmuwan melakukan interaksi dengan lingkungannya yaitu dengan cara memberi definisi tentang apa yang dimaksudkannya dengan konsep itu dan menggunakan konsep itu sesuai dengan makna yang didefinisikannya. 3) Konsep berfungsi sebagai sarana untuk mengorganisasikan gagasan, persepsi, dan symbol, yaitu dalam bentuk klasifikasi dan generalisasi.

Dengan menggunakan konsep, ilmuwan dapa melakukan penggolongan, kategorisasi, strukturisasi, penataan dan generalisasi terhadap fenomena. 4) Konsep dapat menjadi elemen yang membangun teori. Seperti yang kita ketahui teori berkaitan erat dengan unit ekplanasi (penjelasan) dan prediksi maka konsep merupakan elemen yang turut berperan karena menentukan bentuk da nisi dari teori. Misalnya, konsep power dan legitimasi menentukan bentuk da nisi teori-teori tentang kehidupan berpolitik. Teori balance of power milik Morgenthau, misalnya, teori yang berdasar pada konsep power.(Sumantri, 2015)

3. VARIABEL a. Pengertian Variabel penelitian merupakan hal-hal yang berbentuk apa saja yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk menjadi memperoleh suatu informasi yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran kemudian menarik kesimpulan dari hal yang diteliti (Sugiyono, 2013: 38). Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan instrumen pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermututidaknya suatu hasil penelitian.

Secara leksikal, istilah variabel dapat

diartikan sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variabel merupakan sesuatu yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai”, atau “simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai”. Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan

konsep variabel di sini adalah konsep yang bersifat observatible, maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. b. Variabel Kategori dan Dimensi Sebagai konsep yang mengandung nilai, variabel dapat dikelompokkan pada variabel kategori dan variabel dimensi. Kedua jenis variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut; 1) Variabel kategori adalah konsep yang memiliki beberapa gejala yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Karena itu, variabel ini disebut juga variabel kualatitatif. Included terms atau idividu-individu yang terdapat pada konsep itu dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya tidak ada kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti menempatkan suatu obyek ke dalam sub-himpunan, sebagai bagian dari himpunan. Karena itu, individu-individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan antara satu sama lain hanya karena ciri atributnya (bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan perempuan). Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu variabel; 1) bersifat exhaustive; artinya semua unsur dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive, artinya satu usnur hanya

dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori.

Pada era

perkembangan ilmu yang pesat belakangan ini, para peneliti telah berusaha untuk mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif. Menurut para ahli ini, terdapat beberapa jenis variabel kualitatif yang dapat dihitung dengan angka-angka, sekalipun tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat diangkakan. Cara yang lazim digunakan untuk mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan membentuk indeks dan skala. 2) Variabel dimensi adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi yang dapat diukur dan diberi skore dengan angka. Karena itu variabel dimensi ini disebut juga variabel kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang dipilih sebagai variabel adalah konsep berdimensi tunggal. Konsep berdimensi tunggal (unidimensional) adalah konsep yang spesifik (bukan bersifat general) yang hanya mengandung satu jenis gejala. Sebagai contoh, pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah spesifik, karena tidak bercampur aduk dengan shalat sunat, zikir dan sebagainya. Jika variabel penelitian adalah seperti ‘pengamalan agama’, maka konsep ini termasuk kategori berdimensi majemuk (multidimensional). Konsep ‘pengamalan agama’ mengandung banyak jenis gejala, seperti pelaksanaan shalat fardhu, pelaksanaan shalat sunat, pelaksanan puasa, pelaksanaan zakat, kepatuhan kepada orangtua, hubungan antara sesama dan banyak lagi yang lain. Setiap jenis gejala pada ‘pengamalan agama’ adalah satu variabel, karena itu sangat kompleks dan sulit untuk diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel dalam penelitian yang berskala besar dan bermaksud untuk menperoleh hasil yang mendalam. Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua jenis; diskret dan kontinu. Secara umum, perbedaan antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel diskret merupakan hasil perhitungan sedangkan variabel kontinu merupakan

hasil pengukuran. Secara literal, diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh). Maksudnya, dalam variabel kuantitatif diskret (discrete quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan oleh satu kesatuan tententu. Jadi, variabel diskret hanya dapat dinyatakan dalam satuansatuan (satu, dua, enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Dengan demikian, data yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal. Sedangkan variabel kuantitatif kontinu (continuous quantitative variables) adalah variabel yang bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran masih terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik tidak terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala ordinal. Kerlinger menyatakan; bahwa variabel kontinu itu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Ini menunjukkan; pertama, harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order). Harga yang lebih besar menunjukkan lebih banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding dengan harga yang lebih kecil, dan kedua, ukuran-ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap individu mendapat skor yang ada dalam range itu. Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih mungkin untuk dianalisis dengan metode-metode statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga masih dapat dianalisis dengan statistik non-prametrik dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi. (Swarjana, 2012) c. Variabel Independen dan Variabel Dependen

Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada variabel indenpenden dan variabel dependen. Istilah variabel independen dan variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X dinyatakan sebagai yang ‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang ‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian ini tentu tidak selalu menggambarkan hakikat yang sebenarnya dari konsep variabel independen dan dependen. Sebab dalam kenyataan, khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, hubungan antar variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang dapat dipastikan adalah, bahwa terdapat variabel yang saling berhubungan, di satu pihak ada yang disebut variabel independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel dependen. Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap penelitian kuantitatif. Adapun sifat hubungan itu ada yang bersifat kausal, dan ada yang tidak demikian. Selain itu ada beberapa catatan yang perlu dipahami dalam mempelajari dua variabel, independen dan dependen. Dalam suatu hubungan antar kedua variabel itu, keberadaan variabel independen adalah sesuatu yang harus diterima, tanpa mempersoalkan ‘mengapa’ variabel independen itu demikian. Ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepastian, sebab jika suatu variabel masih dicaritahu hal-ihwal pembentuknya, maka ia akan berubah posisi menjadi variabel antara (intervening variabel), yaitu suatu variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen. 1) Variabel independen, khususnya dalam eksperimen, dapat dimanipulasi oleh peneliti. Di sini dianut keyakinan, bahwa variabel dependen akan diketahui

tingkat

perubahannya

bila

variabel

terlebih

dahulu

dipersiapkan. Bila seorang ahli farmakologi, misalnya, ingin tahu dosis pemakaian dan khasiat suatu obat yang baru diraciknya, maka ia harus terlebih dahulu menakar obat yang akan diberikannya kepada ‘kelinci’ percobaannya. Karena itu dapat pula dikatakan, bahwa variabel independen adalah variabel yang meramalkan, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang diramalkan. Dalam penelitian yang

menggunakan tiga variabel atau lebih (multivariat), selain variabel independen dan dependen masih ada lagi sejumlah variabel lainnya yang menempati posisi tertentu dalam hubungan antar variabel. Secara umum, variabel-variabel itu disebut variabel kontrol. Disebut variabel kontrol, karena variabel tersebut berfungsi untuk mengontrol variabel independen dan atau variabel dependen. Tujuan dari pemunculan variabel kontrol yang paling penting adalah, untuk; a) menetralisir pengaruh variabel-variabel luar yang tidak perlu, dan atau b) menjembatani hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Karena itu variabel kontrol dapat menempati posisiposisi tertentu dalam hubungan antar variabel; ada yang ditempatkan sebelum variabel independen dan ada yang berada di antara variabel independen-dependen. Variabel kontrol yang ditempatkan sebelum variabel independen adalah variabel penekan (suppressor variable) atau variabel pengganggu (distorter variable), sedangkan variabel kontrol yang berada di antara variabel independen-dependen adalah variabel antara (intervening variable). 2) Variabel Dependen /Penekan atau pengganggu; Ketika peneliti mengasumsikan bahwa selain variabel X dan Y masih ada faktor lain yang sangat menentukan untuk mengetahui hubungan antarvaribel yang sebenarnya, maka di sini perlu menyertakan faktor itu sebagai variabel penekan atau pengganggu dalam pengujian. Tujuan penyertaan

variabel

penekan

ini

adalah

untuk

mengeleminir

kemungkinan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian mengenai hubungan antara “lama waktu senggang (di rumah) dengan lama menonton televisi”, misalnya, diasumiskan akan berbeda antara suami dengan isteri. Karena itu, variabel ‘jenis kelamin’ dapat dijadikan sebagai variabel penekan/pengganggu. d. Pengukuran Variabel Pengukuran merupakan keniscayaan dalam penelitian ilmiah, karena pengukuran itu merupakan jembatan untuk sampai pada observasi.

Penelitian selalu mengharuskan pengukuran variabel dalam relasi yang dipelajarinya. Pengukuran variabel itu ada yang mudah, seperti konsep ‘jenis kelamin’, dan ada yang sulit, seperti konsep inteligensi. Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini baru pada tahap menjawab pertanyaan “bagaimana cara untuk mengukur variabel tersebut”? Selanjutnya muncul pertanyaan lanjutan; “apa yang diukur” atau “bagaimana cara merubah konsep, dan “apa alat ukurnya”. Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah, dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala

yang

diukur.

Hasil

dari

pengukuran

itu

biasanya

dilambangkan dalam bentuk bilangan. Prosedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya. Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep ‘inteligensi’ adalah skor yan dicapai pada tes intelegensi X. Ada dua cara pembuatan definisi operasional, terukur dan eksprimental. Definisi operasional terukur memaparkan cara pengukuran suatu variabel, sedangkan definisi operasional eksperimental menyebutkan rincian-rincian hal yang dilakukan peneliti dalam memanipulasi sesuatu variabel. Contoh di atas adalah definisi oprerasional terukur, sedangkan contoh definisi eksperimental untuk konsep ‘penguatan’ (reinforcement),dapat diberikan dengan menyatakan secara rinci bagaimana subyek-subyek diberi penguat (imbalan) dan tidak diberi penguat (tidak diberi imbalan) karena melaksanakan tingkah laku tertentu. Variabel juga dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara

satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain. (Swarjana, 2012) e. Macam-macam variabel 1. Variabel Prediktor atau Antiseden, variable Bebas atau variable Stimulus merupakan variable yang menyebabkan timbulnya variable terikat. 2. Variabel Terikat atau Dependent atau variable Output atau Kriteria atau Konsekuen adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. 3. Variabel Moderator adalah variable yang mempengaruhi (bisa memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable bebas dan variable terikat. 4. Variabel Kontrol, variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable bebas terhadap variable terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. 5. Variabel Intervening / Antara merupakan variable yang dipengaruhi oleh variable bebas kemudian mempengaruhi variable variable terikat, jadi variable bebas mempengaruhi variable terikat melalui variabel antara. 6. Variabel Anteseden adalah variabel yang mempunyai persamaan dengan variabel antar yaitu mempunyai hasil yang lebih mendalam dari penelusuran. (Swarjana, 2012)

4. HIPOTESIS Istilah hipotesis dari bahasa Yunani, terdiri atas dua kata ialah kata ”hupo” (sementara) dan ”thesis (pernyataan atau teori). Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya. Kemudian para ahli mengemukakan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau lebih (Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5). Selanjutnya Sudjana (1992:219) mengartikan hipotesis adalah asmusi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut

untuk melakukan pengecekannya. Atas dasar defenisi diatas,sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Margono (2004) menjelaskan bahwa hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis. Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis ialah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Kerlinger (2006) menurutnya hipotesis merupakan pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Hipotesis penelitian adalah hipotesis kerja merupakan hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang berhubungan (relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan. Berbagai macam masalah penelitian, yakni : a. Permasalahan yang bersifat deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain hanya menggambarkan variabel saja menentukan titik peluang,hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran (estimatif). Contoh: gaya mengajar dosen statistik mencapai 70% dari kriteria rata-rata nilai ideal. b. Hipotesis deskriptif untuk keperluan pengujian dengan statistik,bentuk rumusan hipotesis deskriptif lengkap ialah ”Terdapat perbedaan antara titk taksiran (yang diperkirakan 5 ton/ha)”. c. Hipotesis Komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan

yang bersifat membedakan. Contoh: ada perbedaan

kemampuan berbahasa asing antara lulusan pondok pesantren X dengan

lulusan SMU Y,yaitu lulusan pondok pesantren X lebih baik dari pada lulusan SMU Y. d. Hipotesis

Asosiatif

permasalahan

dirumuskan

yang

bersifat

untuk

memberikan

hubungan.Sedangkan

jawaban

pada

menurut

sifat

hubungannya hipotesis penelitian atau alternatif ada tiga jenis yaitu: 1) Hipotesis hubungan simentris ialah hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih,tetapi tidak menunjukkan sebab akibat.Contoh: ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan. 2) Hipotesis

hubungan

sebab-akibat

(kausal)

ialah

hipotesis

yang

menyatakan hubungan bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih. Contoh: pergaulan bebas berpengaruh positif terhadap penyakit AIDS. 3) Hipotesis hubungan interatif ialah hipotesis hubungan antara hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi. Contoh: terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara status sosial ekonomi dengan terpenuhi gizi keluarga. (Aziz, 2016). Berdasarkan contoh hipotesis di atas, maka tampak jelas bahwa rumusan hipotesis

penelitian yang berupa hipotesis kerja atau hipotesis alternatif

merujuk pada tiga diterangkan berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan tertentu; Kedua, hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan sama sekali tidak boleh dalam bentuk pertanyaan; Ketiga, hipotesis selalu dikaitkan dengan keadaan populasi, bukan hanya keadaan sampel yang diteliti, sampel penelitian hanya berfungsi sebagai ajang atau wahana pengujian hipotesis, hasil penelitian pada sampel akan digeneralisasikan pada populasi sumber sampel yang diambil; Keempat, dalam hipotesis harus dilibatkan sedikitnya dua variabel (ubahan), pernyataan mengenai hanya satu variabel tidak merupakan hipotesis yang perlu diuji; Kelima, suatu hipotesis penelitian harus dapat dites, agar suatu hipotesis dapat diuji. Paling kurang ada ada tiga macam perumusan hipotesis, yakni yang bersifat deskriptif (menggambarkan karakteristik suatu satuan awal yang

menjadi fokus perhatian penelitian),korelasional (menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel tetapi tidak menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang

menjadi akibat dalam hubungan

tersebut), dan kausalitas (telah menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang menjadi akibat). Kriteria Hipotesis yang baik : a) Dikembangkan dengan teori yang sudah ada, penjelasan logis atau hasil hasil penelitian sebelumnya.

b) Hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas. c) Hipotesis dapat diuji. d) Hipotesis ini lebih baik dibanding hipotesis kompetisinya. (Aziz, 2016). Macam-Macam Hipotesis, yaitu sebagai berikut :

1. Hipotesis Deskriptif Pengertian Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori. Hipotesis deskriptif ini merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. 2. Hipotesis Komparatif Pengertian Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. Dalam hal komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu : a) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel). b) Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel). 3. Hipotesis Asosiatif Hipotesis Asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. (Sugiyono, 2009)

SUMBER : Aziz, I. (2016). Dasar-Dasar Penelitian Olahraga (1st ed.). Jakarta: KENCANA. Sumantri, A. (2015). Metodologi Penelitin Kesehatan. (F. & M. Ekayanti, Ed.) (1st ed.). Jakarta: KENCANA. Swarjana, K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Tuntunan Praktis Pembuatan Proposal penelitian. (I. Nastiti, Ed.) (1st ed.). yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta. Karlinger, Fred, N. 1973. Foundation of Behavior Science 5Research. Holt, Rinehart.

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"