Interaksi Sosial, Budaya, dan Ingatan
Interaksi sosial tidak hanya membantu anak untuk mengingat, hal ini juga menjadi kunci dalam pembentukan ingatan. Vygotsky mengemukakan sebuah model interaksi sosial yang menampung ingatan autobiografis anak yang di bangun secara kolaboratif dengan orang tua atau orang dewasa lain ketika mereka membicarakan kejadian-kejadian yang dialami bersama.
KECERDASAN: PENDEKATAN PSIKOMETRIK VYGOTSKY
Salah satu faktor yang memengaruhi kekuatan kemampuan kognitif awal adalah kecerdasan. Mari kita lihat dua cara bagaimana kecerdasan diukur melalui tes psikometrik tradisional dan tes potensi kognitif yang lebih baru.
Pengukuran psikometri tradisional
Pada abad ke-20, administrator sekolah di paris meminta psikolog Alferd Binet untuk menemukan cara mengidentifikasi anak yang tidak mampu menangani tugas sekolah dan yang harus diberi pelatihan khusus.
Anak prasekolah lebih mudah dites dibandingkan dengan bayi dan balita tetapi mereka masih harus dites secara individual. Dua tes individu yang paling umum digunakan untuk anak prasekolah adalah Stanford-Binnet Intelligence scale dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence.
Stanford-Binnet Intelligence scale, untuk anak usia dua tahun keatas, adalah versi Amerika dari tes Binnet-Simon Tradisional, tes ini berlangsung sekitar 45 sampai 65 menit. Anak diminta untuk mendefinisikan kata-kata, menderetkan biji, membangun bangunan dari balok, mengidentifikasi bagian dari gambar yang hilang, menelusuri labirin, dan menunjukkan pemahaman terhadap angka-angka. Skor anak digunakan untuk mengukur penalaran yang cair, pengetahuan, penalaran kuantitatif, pemerosesan visualspasial, dan ingatan jangka pendek.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence, Revised (WPPSI-3), sebuah tes individual yang memakan waktu 30-60 menit, memiliki tingkat yang berbeda, tes ini digunakan untuk usia dua setengah tahun sampai empat tahun dan empat sampai tujuh tahun. Tes ini menghasilkan skor verbal dan kinerja yang terpisah, selain juga sebuah skor gabungan.
Terlepas dari penggunaann yang sangat meluas dari tes-tes ini masih tetap terdapat kontroversi yang tajam mengenai apa itu kecerdasan dan bagaimana hal ini dapat diukur secara adil
Hal-hal yang Memengaruhi Kecerdasan yang Diukur
Salah satu kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa skor IQ mewakili sebuah kuantitas kecerdasan yang tetap sejak lahir, kenyataannya skor IQ hanyalah merupakan pengukuran seberapa baik seorang anak dalam melakukan tugas-tugas tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya.
Seberapa baik seorang anak dalam melakukan tes IQ mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor: tempramen, kematangan sosial dan emosional, suasana tes yang santai, sudah memiliki atau belum memiliki kemampuan membaca, status sosial ekonomi, etnis atau budaya serta kesesuaian antara gaya kognitif anak dengan tugas yang dihadapi.
Ada masa dimana ilmuan dalam bidang perkembangan mempercayai bahwa lingkungan keluarga berperan sangat besar terhadap kecerdasan anak, sekarang sejauh mana hal ini dipertanyakan karena kita tidak dapat mengukur sejauh mana konstribusi pengaruh orang tua terhadap kecerdasan datang dari konstribusi genetik dan seberapa banyak yang datang dari besarnya mereka memberikan lingkungan yang mendukung pembelajaran awal anak.
Kolerasi antara status sosial ekonomi dan IQ terekam dengan baik, pendapatan keluarga dihubungkan dengan perkembangan kognitif dan prestasi dimasa prasekolah dan juga setelahnya.
Pengetesan dan Pengajaran Berdasarkan teori Vygotsky
Menurut Vygotsky anak belajar dengan menginternalisasi hasil dari interaksi dengan orang dewasa. Pembelajaran interaktif ini paling efektif membantu anak melewati Zone of proksimal development (ZPD), adalah kesenjangan antara apa yang bisa dilakukan sendiri oleh anak dan apa yang bisa dilakukan oleh anak dengan bantuan orang lain.
Beberapa pengikut Vygotsky (Wood, 1980; Wood, Brunner, dan Ross, 1976) telah mengaplikasikan sebuah metafora mengenai perancah atau Scaffolding, adalah dukungan sementara untuk membantu anak mengusai sebuah tugas dukungan ini biasanya diberikan oleh orang tua, guru, atau orang dewasa lainya. Dengan hal ini dapat membuat anak menjadi lebih sadar dan memantau proses-proses kognitifnya sendiri serta menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan.