Nama
: Sela Fitri Yani
NPM
: D1F016031
Jurusan
: Sosiologi
Makul
: Sosiologi Masyarakat Pesisie
Pembagian beban kerja pedagang ikan asin di wilayah pesisir kota Bengkulu
PENDAHULUAN A. Latar belakang Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena merupakan pusat lalu lintas maritim antar benua. Indonesia juga memiliki kedaulatan terhadap laut wilayahnya meliputi; perairan pedalaman, perairan nusantara, dan laut teritorial (sepanjang 12 mil dari garis dasar. Bengkulu merupaka salah satu wilayah pesisir di Indonesia. Bahwa Propinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya pesisir, oleh karena itu harus dikelola berdasarkan asas legalitas, keadilan, demokratis, terpadu, daya guna dan hasil guna, serta dengan mempertimbangkan kearifan lokal untuk sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan daerah. gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan lakilaki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah
suatu bentuk rekayasa masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Beban kerja antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat pesisir pantai kualo. Meteka membagi tugas kerja antara laki-laki dan perempuan itu sama.
B. Rumusan Masala 1. Bagaimana beban kerja antara laki-laki dan perempuan di pantai kualo 2. Bagaimana hambatan yang terjadi pada pedagang ikan asin di pantai kualo
PEMBAHASAN
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, yang apabila ditinjau dari garis pantai, maka wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas sejajar garis pantai dan batas yang tegak lurus garis pantai. masyarakat pesisir adalah sekelompok manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah pesisir, memiliki kebudayaan yang yang
identik dengan alam pesisir,
sama,
dan melakukan kegiatannya di dalam kelompok
tersebut.Wilayah pesisir adalah wilayah yang dihuni oleh masyarakat dengan karakteristik keluarga yang khas.Dominasi penduduk atau penghuni setiap harinya adalah wanita dan anak-anak.Sebagian lelaki yang terdiri dari suami maupun remaja, banyak mempergunakan waktunya untuk melaut (Safari, 2014). Bengkulu merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang letaknya pada pesisir pantai dimana masyarakatnya sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Perairan wilayah ini sangat mendukung usaha nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dan mengelolah hasil tangkapan tersebut menjadi ikan asin sebagai sumber mata pencaharian. Sesuai potensi yang ada dalam melakukan penangkapan ikan
selain dipengaruhi sumberdaya alam. faktor alam juga dipengaruhi pula beberapa faktor pendukung lainnya seperti kondisi cuara, hasil tangkapan, letak yang tidak stategis. Menurut Abdul Syani yaitu Pembagian kerja adalah pemecahan tugas dengan demikian rupa sehingga setiap orang atau karyawan dalam organisasi bertanggungjawab dan melaskanakan aktivitas tertenu saja. Menurut James A.F. Stoner Pembagian kerja adalah penjabaran tugas yang harus dikerjakan sehingga setiap orang dalam organisasi bertanggungjawab untuk dan meksanakan seperangkat aktivitas tertentu dan bukan keseluruhan tugas. Kedudukan dan peranan
kaum perempuan pesisir atau istri nelayan pada
masyarakat pesisir sangat penting karena dalam system pembangian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan pesisir atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan sosial-ekonomi didarat, sementara laki-laki berperan dilaut untuk mencari nafkah dengan menangkap ikan. Dengan kata lain, darat adalah ranah perempuan, sedangkan laut adalah ranah laki-laki. Sistem pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian pengahasilan setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan perempuan sebagai salah satu pilar penyanggah kebutuhan hidup rumah tangga. Dengan demikian dalam mengahdapi kerentanan ekonomi dan kemiskinan masyarakat nelayan, pihak yang paling terbebani dan bertanggung jawab untuk mengatasi dan menjaga kelangsungan hidup rumah tangga adalah kaum perempuan, istri nelayan (Kusnadi, 2006) Pembagian beban kerja masyarakat pantai kualo, kota Bengkulu. Adapun laki-laki di pantai kualo melakukan aktifitas nelayan dan menjadi buruh nelayan yang bekerja mengelolah dan menjual hasil dari tangkapan nelayan. Laki-laki di pantai kualo biasanya bekerja memasarkan hasil tangkapan baik itu di pasar ataupun di jual kepada pengepul. Ikaikan yang tidak tersortir dan bisa di olah menjadi ikan asin biasanya itu di lakukan oleh laki-laki di pantai kualo. Mereka mengelolah ikan tersebun menjadi ikan asin, mulai dari proses pembersihan ikan, penggaraman ikan dan menjemur ikan tersebut hingga kering.
Masyarakat pantai kualo terutama perempuan mengangkat ikan asin yang sudah di jemur dan menyotir ikan yang sudah kering dan yang belum kering. Adapun biasanya ikan asin tersebut sebelum dipasarkan atau di jual kepada pembeli terlebih dahulu di sortir sesuai dengan jenisnya. Setelah di sortir biasanya ikan tersebut di jual di sekitaran pantai kualo. Cuaca yang tidak mendukung seperti badai membuat para nelayan tidak bisa melauh dan keterbatasan untuk melaut. Sehingga mereka tidak mendapatkan hasil tangkapan ikan yang tidak maksimal. Penghasilan yang mereka peroleh setiap hari berkurang dan bahan untuk membuat ikan asinpun berkurang. Ikan asin yang mereka produksipun tidak kering karena kurangnya sinar matahari yang mereka manfaatkan untuk menjemur ikan asin tersebut.. Tempat yang tidak stategis juga salah satu penyebap kurangnya penghasilan. Mereka, yang lalu lalang di jalan kualo biasanya anak mudah yang menghabiskan waktunya untuk menikmati keindahan pantai di sore hari. Pembeli yang biasa membeli ikan asin tersebut biasanya adalah ibu-ibu rumah tangga yang menyiapkan masakan untuk keluarganya. Tidak hanya satu lapak yang menjual ikan asin tapi hamper di sepanjang pantai kualo banyak yang menbuka lapak dan menjual ikan asin. Sehingga mereka harus bersaing dalam memasarkan ikan asin tersebut. Terjadi tawar menawar antara pedagang ikan asin pantai kualo dan pembeli. Terkadang pembeli lari ke tempat lapak lain, sehingga pembeli tidak jadi membeli di lapak tersebut. Terjadinya persaingan harga antar pedagang terkadang membuat pembeli lari ketepat lapak lain. Pembeli biasanya melakukan penawaran ketika mereka ingin membeli ikan asin tersebut. Pembeli mencoba menawar kesegalah lapak ketika mereka mendapatkan harga yang lebih murah dari sebelumnya, maka mereka akan membeli ikan asin yang lebih murah tersebut. Jika ikan asin yang lebih murat tersebut di lapak pertama yang pembeli kunjungi, maka pembeli akan kembalike lapak pertama untuk membeli ikan asin tersebut.
PENUTUP Kesimpulan Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan di pantai kualo tidak menitik beratkan ke salah satu jenis kelami. Mereka membagi pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang bisa mereka kerjakan. Laki-laki dan perembuat bekerja sama dalam mencari nafka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Walaupun banyak kendalah yang harus mereka hadapi seperti cuaca yang tidak menentu, hasil tangkapan yang sedikit, persaingan antar pedagang dan sebagainya. Sehingga membuat penghasilan yang mereka peroleh berkurang, bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Lasabuda, Riduan. 2013. Pembanguna wilayah pesisir dan lautan dalam perspektif Negara kepulauan rebublik Indonesia. Jurnal ilmiah platax. Vol/no: 1(2) : 94 I W, Rossy. A M, Surahma. 2016. Identitas formalin pada ikan asin yang dijual di kawasan pantai teluk penyu kabupaten cilacak. Jurnal kesmas . Vol/no: 10(1). 15-24 http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-pembagian-kerja-dalam.html. Diakses pada 3 maret 2018 21:09