Tugas Perencanaan Tambang 1.docx

  • Uploaded by: Chairul Maulana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Perencanaan Tambang 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,435
  • Pages: 35
TUGAS PERENCANAAN TAMBANG 1

Jurnal Pengantar Ekonomi Mineral

Disusun Oleh :

1. ABDUL HAFIIDH

(112.160.097)

2. CHAIRUL MAULANA

(112.160.164)

Kelas E ( Kamis 7:30-9:15)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2019

BAB I INVESTASI DAN INVESTASI PERTAMBANGAN

1.

Evaluasi Proyek Mineral Evaluasi proyek mineral merupakan kegiatan untuk menentukan nilai semua

faktor atau variabel yang berpengaruh atas nilai suatu proyek mineral atau tambang. 1.1. Investasi Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi, sebagai pengeluaran untuk membeli barang – barang modal dan peralatan – peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang – barang dan jasa di masa depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Pengertian investasi menurut Sunariyah (2004:4) dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Pasar Modal: “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan datang.” Selanjutnya menurut Jogiyanto (2010:5) dalam bukunya Teori Portofolio dan Analisis Investasi adalah: ”Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.” Selanjutnya menurut Gitman dan Joehnk (2005:3) dalam bukunya Fundamentals of Investsing mendefinisikan investasi sebagai berikut:` ”Investment is any vehicle into which funds can be placed with expectation that it will generate positive income and/or preserve or increase its value.”Artinya investasi adalah suatu sarana dimana dana dapat ditempatkan dengan harapan hal tersebut akan menghasilkan pendapatan positif dan/atau menjaga atau meningkatkan nilainya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu aktivitas, berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada suatu asset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada mengkonsumsi dimasa sekarang. (https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6417/Bab %202.pdf?sequence=10) 1.2. Investasi Pertambangan Investasi Pertambangan adalah suatu aktivitas, berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada suatu aset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada mengkonsumsi dimasa sekarang di dalam dunia pertambangan Sektor pertambangan merupakan salah satu penompang pembangunan ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Potensi yang kaya akan sumber daya alam akan dapat menumbuhkan terbukanya perusahaan-perusahaan untuk melakukan eksplorasi pertambangan sumber daya tersebut. Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha eksplorasi, pengembangan dari konstruksi, produksi, dan pengolahan sebagai satu kesatuan usaha atau berbentuk usaha-usaha

terpisah

yang

masing-masing

berdiri

sendiri.

Perusahaan

pertambangan membutuhkan modal yang sangat besar dalam mengeksplorasi sumber daya alam dalam mengembangkan pertambangan. Untuk itu, perusahaan pertambangan banyak masuk ke pasar modal untuk menyerap investasi dan untuk memperkuat posisi keuangannya. Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Investasi dalam saham tergantung pada fluktuasi harga saham di bursa, ketidakstabilan tingkat bunga, ketidakstabilan pasar

dan juga kinerja keuangan perusahaan tersebut. Untuk itu dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat. Harga saham merupakan harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal . Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan. 2 Pada saat ini yang menjadi sorotan dalam penilaian harga pasar saham adalah perusahaan tambang, karena harga pasar saham perusahaan tambang akan mengalami penurunan akibat dari tekanan harga batubara di Newcastle yang masih dibawah harga pasar dan saham pertambangan akan menjadi incaran para investor di bursa. (Sumber: detikfinance.com). Fenomena yang terjadi mengenai sektor pertambangan yaitu kinerja saham sektor pertambangan terus merosot dalam beberapa tahun terakhir dan masih 3 tertinggal dibandingkan sektor lainnya hingga pertengahan Oktober 2012, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan sempat mencatat rekor tertinggi selama lima kali berturutturut. Analisa pelaku pasar memperkirakan emiten pertambangan masih akan melakukan akumulasi kinerja buruk hingga akhir 2012. Berdasarkan data statistik PT Bursa Efek Indonesia hingga 19 Oktober 2012 secara year to date indeks sektor pertambangan tercatat turun hingga 24,63%. Sementara saham sektor lain naik dan menjadi penyokong penguatan Indeks. Saham sektor infrastruktur naik 31,31%, sektor perdagangan naik 24,60%, sektor konsumen naik 23,46%, industri dasar naik 19,82%, manufaktur naik 16,77%, keuangan naik 11,73%, dan sektor agribisnis naik 0.30%. (Sumber: www.indonesiafinancetoday.com) Sektor pertambangan masih melemah pada tahun 2013. Tingginya persediaan untuk ekspor Amerika Serikat yang besar dinilai mempengaruhi pergerakan sektor saham pertambangan. Harga batubara diperkirakan sekitar USD 95 pada tahun 2013. Selain itu, sektor pertambangan masih dipengaruhi kondisi perekonomian di China yang masih melambat pada tahun 2013. Penyelesaian masalah ekonomi di Eropa masih belum

jelas sehingga berdampak terhadap permintaan batu bara. Harga komoditas belum ada tanda perbaikan. Hal itu didorong dari kondisi perekonomian China. Harga batu bara mulai cenderung naik dari kuartal keempat 2012 hingga kuartal pertama 2013. Namun permintaan batu bara belum sepulih seperti pada 2011. Kuartal pertama 2013 ada perbaikan harga baru bara sehingga memperbaiki kinerja saham. Pada kuartal kedua 2013 hingga akhir tahun sentimen positif relatif lebih sedikit karena faktor cuaca mempengaruhi sehingga ada potensi harga batubara kembali turun. Dapat direkomendasikan saham batubara seperti PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indo Tambang raya Megah Tbk (ITMG) untuk menjadi pilihan. Hal itu mengingat fundamental perusahaan batubara itu relatif baik dibandingkan perusahaan batubara lain. Dampak dari implementasi jurang fiskal dalam jangka pendek, apabila terjadi deadlock positif akan menekan pertumbuhan ekonomi dunia terutama Amerika Serikat sehingga outlook sektor pertambangan baik untuk minyak, non-oil dan base mental masih berpotensi tertekan dalam setahun ke depan. Sebagai informasi, sektor pertambangan 4 mengalami pelemahan terdalam di bursa saham Indonesia. Sektor saham pertambangan melemah 25,60% ke level per 14 Desember 2012. Harga saham tambang di bawah rata-rata karena ada beberapa kasus emiten tambang yang menyelimuti sehingga memberikan tekanan ditambah harga batubara melemah. Volume pembelian saham batubara telah melemah sehingga mendorong pelaku pasar untuk menjual saham pertambangan. (Sumber: Financeroll.co.id) Namun tidak berlaku bagi perusahaan tambang BUMN PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Dari laporan keuangan perseroan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip detik Finance, dalam periode 9 bulan pertama 2014, penjualan batu bara PTBA naik menjadi Rp9,66 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp8,12 triliun. Naiknya penjualan tersebut mendorong laba komprehensif periode berjalan dalam 9 bulan pertama 2014 juga ikut naik menjadi Rp1,608 triliun atau lebih tinggi sekitar 30,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,303 triliun. (sumber: detikfinance.com) Kondisi perusahaan pertambangan dapat diartikan sebagai kinerja perusahaan, merupakan faktor yang sangat penting sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan

mengalami kemajuan atau sebaliknya. Ukuran kinerja perusahaan yang biasa digunakan, diukur dari laporan keuangan perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara perhitungan rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan tersebut digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan memprediksi harga saham di pasar modal. Analisis rasio keuangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi Rasio Likuiditas yang diwakili oleh Current Ratio, Rasio Profitabilitas yang diwakili oleh Net Profit Margin , dan Rasio Pasar yang diwakili oleh Price to Book Value. Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Net Profit Margin merupakan salah satu alat untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Tanpa profit, perusahaan tidak akan menarik bagi 5 investor. Rasio ini sangat penting bagi investor untuk menilai masa depan perusahaan. Sedangkan Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Jika rasio ini mencapai diatas satu maka perusahaan tersebut dapat dikatakan perusahaan yang baik, karena semakin tinggi rasio Price to Book Value maka makin berhasil dan mampu perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham dan semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga permintaan akan saham tersebut naik, kemudian mendorong kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Beberapa Hasil peneliti terdahulu yang meneliti tentang pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin dan Price to Book Value terhadap harga saham yang mengalami perbedaan hasil setiap tahunnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2014:6) menyatakan bahwa CR berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Sedangkan menurut Lestari (2012:11) CR mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. Pernyataan lain dari Wardi (2015:144) dan Tan (2014:127) yang menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hubungan NPM terhadap harga saham berpengaruh positif signifikan yang ditunjukkan pada penelitian Rahmi (2013:12). Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Ismail

(2015:10) yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sedangkan hasil penelitian Pratama (2014:7) menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Suselo (2015:11) menyatakan bahwa PBV mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham namun pada penelitian Ismail (2015:12) PBV berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan hasil penelitian lainnya terjadi oleh Suhadi (2009:33) dan Sha (2015:292) yang menyatakan bahwa PBV tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai harga saham yang mengalami perubahan dan hasil penelitian terdahulu masih menunjukkan perbedaan hasil penelitian maka peneliti bermaksud untuk menguji secara empiris pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin dan Price to Book Value terhadap harga saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. (eprints.polsri.ac.id/3363/2/BAB%20I.pd) 1.3. Investasi Pertambangan Bijih dan Nikel Investasi Pertambangan Bijih dan Nikel adalah suatu aktivitas, berupa penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah tertentu dan selama periode waktu tertentu pada suatu aset yang efisien oleh investor, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan, tentunya yang lebih baik dari pada mengkonsumsi dimasa sekarang di dalam dunia pertambangan khususnya bijih dan nikel. Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzburgit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang

telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”. Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim. Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan Harzburgit. Pemanfaatan nikel sangat banyak sekali ditemukan contohnya : Pemanfaatan stainless steel, campuran besi baja, pembuatan koin, pembuatan rangka otomotif, pembuatan monel, pembuatan kawat, pelapis, katalis, electroplating, baterai isi ulang.

Konsistensi pemerintah dalam menjalankan dan mengawal kebijakan peningkatan nilai tambah mineral telah membawakan hasil. Kebijakan yang dituangkan dalam Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) yang kemudian diperkuat dengan Undang-Undang tentang Perindustrian No 3 tahun 2014, telah menumbuhkan industri pengolahan mineral di dalam negeri. Misi utamanya

adalah

hilirisasi

mineral,

mengembangkan

industri

dengan

memanfaatkan sumber daya mineral yang dimiliki. Dukungan juga datang dari Mahkamah Konstitusi, bahwa kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri sangat baik untuk ekonomi Indonesia masa depan. Presiden Jokowi dalam peresmian smelter PT Sulawesi Mining Investment di Morowali Sulawesi Tengah tahun 2015 sangat tegas mengatakan, bahwa Indonesia jangan lagi mengekspor bahan mentah, tetapi harus diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai tambahnya sebelum diekspor. Demikian juga Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kita jangan lagi bicara ekspor mineral mentah, harus ditinggalkan kebiasaan itu. LPEM UI dalam studinya tentang bauksit pada tahun 2016 lalu sangat gamblang mengatakan bahwa kebijakan hilirisasi dan larangan ekspor bijih harus dijalankan terus. Manfaatnya bukan hanya dari sudut pandang peningkatan nilai ekonomi tetapi sekaligus mengeliminasi kegiatan tambang dan ekspor bijih ilegal. Hilirisasi atau penghiliran mineral, merupakan proses dalam suatu mata rantai produksi berbasis sumber daya alam, mulai dari produksi bahan mentah sampai barang jadi. Sehingga kegiatan hilirisasi menuntut harmonisasi kebijakan pertambangan sebagai penanggung jawab pengelolaan sumber daya mineral dan perindustrian yang bertanggung jawab untuk menggunakan barang tambang dan logam yang dihasilkan. Jauh sebelumnya, berkaitan dengan hilirisasi mineral, rezim UndangUndang No 11 tahun 1967 tentang Pertambangan memasukkan mineral logam seperti timah, nikel dan tembaga ke dalam kelompok mineral strategis atas dasar penggunaannya untuk industri strategis nasional. Maka, Indonesia kemudian

memiliki pabrik baja Krakatau Steel dan pabrik alumunium PT Inalum. Hanya yang disayangkan, bahan baku bijih besi dan alumina masih diimpor. Kondisi sekarang harus berbeda, kalau dahulu mineral sebagai sumber revenue, namun sekarang harus merupakan sumber pertumbuhan ekonomi. Mineral harus menjadi bahan baku industri dalam negeri, oleh sebab itu industri pertambangan harus merupakan bagian integral dari kebijakan industri nasional. Penggunaan bahan tambang oleh industri manufaktur dalam negeri harus didahulukan, dengan cara ini maka kita akan mengelola mineral secara berhati-hati. Saat ini terjadi kondisi porsi industri manufaktur dalam PDB mengalami penurunan dari 29% pada 2001 menjadi 20% tahun 2015. Hilirisasi mineral diharapkan dapat mendongkrak kinerja industri. Komitmen dan konsistensi menjalankan undang-undang telah membuahkan hasil yang luar biasa walaupun di tengah minimnya dukungan energi dan infrastruktur, yang menjadikan investasi pembangunan smelter sangat besar. Investasi riil telah ditanamkan di pembangunan smelter tidak kurang dari US$ 6 miliar. Demikian pula tantangan perizinan yang lama dan kompleks telah berhasil diatasi dan membuahkan hasil. Pada masa sebelum Undang- Undang Minerba 2009, produksi nikel nasional hanya 98.000 ton, angka ini dicapai hampir selama 40 tahun oleh PT Antam dan Vale. Saat ini sudah mencapai angka fantastis yaitu 250. 000 ton dan akan menjadi 350.000 ton tahun 2017. Bahkan dalam sejarah industri di Indonesia baru saat ini memiliki industri baja tahan karat (stainless steel) yang diproduksi PT SMI. Bahkan kawasan SMI akan memproduksi beragam barang jadi berbasis baja ini. Apabila pemerintah tidak teguh menjalankan undang-undang minerba, mungkin selamanya kita hanya mengenal PT Antam dan PT Vale dalam industri nikel. Sekarang banyak nama baru muncul yaitu Sulawesi Mining Investment (SMI), Indoferro, Century Mineralindo, Fadjar Bakti, Cahaya Modern, Megah Surya Pertiwi, Central Omega Resources (COR), Virtue Dragon, Bintang Timur Steel,

Transon, Wan Xiang, Sambas Mineral, Wana Tiara, Haudi, Hei Tan Yuan, Titan, Pacific Mining dan Black Space. Sejak tahun 1980-an PT Antam ingin memiliki pabrik alumina sebagai bahan baku untuk pabrik alumunium, namun baru terwujud tahun 2015 dengan berdirinya pabrik alumina (smelter grade alumina) oleh PT Well Harvest Winning berkerja sama dengan Harita, menambah pabrik alumina (chemical grade alumina) PT Antam, sebagai bahan baku industri kimia. Saat ini juga sedang berproses pembangunan pabrik alumina dan alumunium, campuran alumunium hingga industri fabrikasi berbasis alumunium oleh PT Borneo Alumindo Prima di Kalimantan barat. Demikian pula kerja sama PT AntamPT Inalum berencana membangun pabrik alumina di Kalbar, dan rencana Inalum membangun pabrik alumunium di Kalimantan Utara. Logam timah dan konsentrat timah selama dua abad diperdagangkan ke luar negeri, saat

ini

sudah

mulai

digunakan sebagai

bahan baku industri

kimia

dengan brand Bangka Stab, di samping timah untuk solder yang dibangun oleh PT Timah Industri. Pasir besi, yang berpuluh puluh tahun diekspor ke luar negeri, sekarang perusahaan seperti Mega Top, Sumber Daya Prima dan beberapa yang lain menyelesaikan fasilitas smelter untuk memproduksi sponge iron sebagai bahan baku baja. Demikian pula tengah berproses pembangunan pabrik logam seng dan timah hitam. Namun, tambahan smelter tembaga masih perlu dorongan pemerintah untuk mewujudkannya, bisa dengan mengundang perusahaan lain memanfaatkan konsentrat tembaga dari pemegang kontrak karya. Inovasi teknologi pemrosesan mineral akibat larangan ekspor bijih telah muncul di perguruan tinggi, lembaga penelitian dan swasta, seperti teknologi proses pelarutan, proses ekstraksi unsur tanah jarang, timah hitam, upgrading bijih nikel kadar rendah dan baja laterit. Keadaan yang sudah baik ini harus dipertahankan, jangan ada lagi gangguan seperti rumor ekspor bijih yang menimbulkan kebingungan investor, rusaknya investasi dan kepercayaan investor kepada Pemerintah Indonesia. Kegiatan usaha berkaitan

dengan hilirisasi praktis baru mulai 2014, sejak pemerintah dengan tegas menyatakan larangan ekspor mineral mentah. Diperlukan waktu membiasakan diri, learning curve, agar hilirisasi benar-benar memberikan manfaat ekonomi, meningkatnya kemampuan teknologi dan kualitas sumber daya manusia dalam teknologi processing. Tugas pemerintah menciptakan kondisi tumbuhnya industri manufaktur yang kompetitif, memberikan dukungan energi, infrastruktur dan dukungan industri barang dan jasa dalam negeri serta menciptakan pasar produk hilir di dalam negeri. Kebijakan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran seperti pembangunan pelabuhan, bandara, jalan raya, jaringan kereta api dapat diharmoniskan dengan industri baja dan logam dalam negeri. Standar nasional produk industri manufaktur dapat dibuat yang disesuaikan dengan karakteristik mineral dan logam dalam negeri serta inovasi dan kemajuan teknologi dalam negeri. Keberhasilan hilirisasi mineral memang luar biasa tetapi baru selangkah, baru pada tahapan mengekstrak logam utama dari bijih. Masih banyak tantangan, namun ini sekaligus peluang investasi, yaitu memanfaatkan logam tersebut untuk industri hilir dan mengekstrak unsur-unsur logam lainnya yang digunakan untuk high tech industry. Akhirnya dengan keberhasilan yang sudah terbukti ini, tidak berlebihan kalau pemerintah memberikan dorongan moril dengan mencanangkan tahun ini sebagai kebangkitan industri berbasis mineral Indonesia (mineral resources based industry). (R. Sukhyar, Mantan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Tenaga Ahli Menteri Perindustrian, KetuaAsosiasi Smelter dan Pengolahan Mineral Indonesia)

BAB II BIAYA OPERASI

2.1. Biaya Operasi Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktivitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini biasanya di keluarkan secara rutin atau periodik waktu tertentu dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal kegiatan/produksi. Contoh pemakaian biaya ini antara lain: - Pembelian bahan baku produk - Pembayaran gajih/upah karyawan - Pembelian bahan pendukung lainnya - Pengeluaran - Pengeluaran aktivitas organisasi dan administrasi usaha Biaya operasional dapat dibagi menjadi 3(tiga) kelompok utama yaitu: biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost) dan biaya umum (general or overhead cost). 1. Biaya langsung adalah biaya yang dengan jelas dapat ditelusuri keberadaannya untuk dibebankan pada produk, proses atau jasa. Secara umum yang dimasukan kedalam jenis biaya langsung adalah biaya untuk: - Tenaga kerja, kegiatan operasi langsung, kegiatan pengawasan operasi, kegiatan perawatan langsung, kegiatan pengawasan perawatan, karyawan terkait. - Bahan (material), bahan untuk perbaikan dan perawatan, bahan untuk proses produksi, bahan mentah, bahan terpakai(bahan bakar, air, tenaga listrik,dll). - Royalti. 10 - Pengembangan (wilayah produksi). 2. Biaya tidak langsung adalah biaya bersama yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk, proses atau jasa yang dibuat. Beberapa jenis biaya yang dapat dimasukan sebagai biaya tidak langsung adalah biaya untuk: - Asuransi,

penyusutan, bunga, pajak, reklamasi, perjalanan, rapat, sumbangan perlengkapan dan alat tulis kantor, hubungan masyarakat, pengembangan wilayah tambang. 3. Biaya umum adalah biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan diluar daerah tambang. Umumnya yang termasuk dalam biaya umum adalah biaya untuk: Pemasaran/penjualan: penjualan, tim analisis pemasaran, pengawas, perjalanan, dan jamuan, karyawan terkait. Analisis Biaya Operasional Untuk menentukan besarnya biaya operasional kerja meliputi: a. Bahan bakar (H) H=(Ms ltr/hari x harga solar per liter) Dimana: H = Bahan bakar Ms = Bahan Bakar solar b. Pelumas (I) I= (Mp ltr/hari x harga minyak pelumas) Dimana: I = Pelumas Mp = Minyak pelumas c. Perawatan dan perbaikan (K) Dimana: K = Perawatan dan perbaikan B 1 = Harga alat W1 = Jam kerja dalam satu hari d. Pegawai (L) L=( 2 orang/bln) x UI Dimana: L = Pegawai UI = Upah pegawai Dari poin-poin diatas dapat ditentukan biaya operasi alat adalah: P=(H+I+K+L) Dimana: P = Biaya operasi H = Bahan bakar I = Pelumas K = Perawatan L = Pegawai (file:///D:/488-889-1-SM.pdf)

BAB III PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA HARGA NIKEL

3.1. Produksi dan Pendapatan Produksi adalah suatu proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi atau menambah nilai suatu produk (barang dan jasa) agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (Pertambangan). Dimana tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan. Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung (Suroto, 2000). 3.2. Nikel 3.2.1.Perkembangan Produksi Nikel Dunia Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasar data terakhir yang diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Produksi dan konsumsi Nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun, sebelum akhirnya menurun setelah tahun 2007. Pada tahun 2008 produksi nikel dunia mencapai 1.377.700 ton atau turun dibandingkan produksi tahun 2007 sebesar 1.423.100 ton, dan tahun 2009 turun dibanding 2008 yaitu menjadi sebesar

1.329.100 ton. Pertumbuhan rata-rata produksi nikel dunia dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mencapai 1,26% per tahun. Pada tahun 2010 produksi nikel dunia mencapai 1,33 juta ton, naik dibanding produksi tahun 2009. 3.2.2. Perkembangan Konsumsi Nikel Dunia Sedangkan konsumsi nikel dunia pada tahun 2008 menurun dibanding tahun 2007 yaitu menjadi sebesar 1.278.200 ton dan tahun 2009 mencapai 1.231.700 ton. Pertumbuhan rata-rata konsumsi nikel dunia dari tahun 2004 hingga 2009 menurun 0,05% per tahun. Pada tahun 2010 konsumsi nikel meningkat hal ini dipicu oleh kenaikan konsumsi stainless steel dunia. Nikel dalam industri sebagian besar digunakan untuk memproduksi stainless steel. Berikut ini komposisi penggunaan nikel dunia di industri. Pembuatan baja saat ini menyerap sebanyak 65 persen produksi nikel dunia 8 persen digunakan untuk elektroplating, 5 persen untuk bahan kimai dan sisianya 22% digunakan untuk paduan lainya. Realisasi produksi stainless steel dunia tahun 2009 sebesar 24,6 juta MT menurun sebesar 5.2% dibanding produksi 2008 sebesar 25,9 juta MT. Namaun produksi tahun 2009 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi, dimana produksi stainless steel dunia 2009 diekspektasikan turun 14% dibanding 2008. Hal tersebut menunjukan telah terjadi proses pemulihan kondisi perekonomian global pasca krisis keuangan global. Permintaan stainless steel dunia pada 2010 mengalami kenaikan 6%. Berdasarkan data internasional Stainless Steel Forum (ISSF), produksi stainless steel dunia pada 3 bulan pertama 2010 berada pada level 7,47 juta MT. Pada level produksi kuartal I 2010 tersebut, produksi stainless steel dunia pada 2010 diekspektasikan bisa mencapai kenaikan 11%-12% dibandingkan produksi 2009. 3.3.3.Perkembangan Harga Nikel Dunia Harga nikel mengalami harga tertinggi pada Mei 2007 yaitu mencapai USD 51.783,33 per ton, setelah itu harga nikel mengalami penurunan sampai titik terendah pada Maret 2009 sebesar USD 9.710,73 per ton. Secara perlahan harga

nikel mulai meningkat sejak April 2009, sampai pada Februari 2011 harga nikel telah mencapai USD 28.412,18 per ton. Menurut estimasi Mega Capital Securities, setelah naik 34% tahun lalu, harga nikel sampai akhir tahun 2011 ini diproyeksikan kembali naik sebesar 27%. Dalam lima tahun terakhir dari 2005-2010, harga ratarata nikel naik sebesar CAGR 8,10%, dari US D 14.765 per metrik ton pada 2005 ke level US D 21.811 per metrik ton. Harga rata-rata nikel akan mencapai USD 30.060 per metrik ton atau naik dengan CAGR sebesar 6,6%. Kenaikan harga dipicu tingginya permintaan dari China, yang diperkirakan meningkat 8,4% tahun ini dan 9,5% tahun depan. 3.3.4. Perkembangan Industri Nikel Indonesia Produksi Nikel di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2004 sampai tahun 2007. Tahun 2004 tercatat produksi nikel Indonesia sebesar 2.106.000 ton sampai pada tahun 2007 mencapai 7.113.000 ton. Namun setelah tahun 2007 mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 produksi nikel turun 8% dari tahun 2007 yaitu menjadi sebesar 6.572.000 ton, dan tahun 2009 turun menjadi 5.782.080 ton. Tahun 2010 produksi nikel mencapai sebesar 5.667.000 ton dan diproyeksikan mencapai 7.467.000 ton pada tahun 2011. Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang (ANTM) dan PT Inco (INCO). Selain ini masih ada beberapa perusahaan kecil lainnya yang juga memproduksi nikel namun jumlahnya tidak signifikan. Antara ANTM dan INCO memiliki perbedaan dalam pengolahan hasil tambang nikel. INCO mengolah nikel menjadi bahan baku untuk produk turunan selanjutnya. Sementara itu ANTM mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri elektronik maupun rumah tangga. Pemakaian terbesar nikel adalah industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia saat ini memiliki cadangan nikel 3,2 miliar ton atau berada di peringkat delapan dunia. Produksi nickelmatte tahun lalu (2010) sekitar 79 ribu ton dan bijih nikel 6,6 juta ton. Adapun produksi feronikel 18 ribu ton dari target 15 ribu ton. Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada

di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Secara total, nikel di Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Perkembangan ekspor nikel di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1.429.500 ton atau turun 39% dari tahun 2007, hal ini disebabkan menurunnya baik volume maupun harga/nilai satuan. Tahun 2009 ekspor nikel semakin turun hingga 584.100 ton, namun pada tahun 2010 sejak Januari – Oktober tercatat ekspor nikel meningkat mencapai 1.213.100 ton. Jika dibandingkan dengan ekspor nikel sejak Januari – Oktober 2009 maka ekspor nikel tahun sejak Januari – Oktober 2010 meningkat 108%. 3.3.5. Perkembangan Industri Nikel di Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Sulawesi yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar, baik berupa tanah dan kandungan mineral yang terpendam didalamnya, air dan segala isinya, flora dan fauna yang beraneka ragam. Namun sebagian besar potensi dan kekayaan alam yang melimpah tersebut belum diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Luas wilayah daratan sulawesi Tengah mencapai 68.033 Km2 dan luas wilayah teritorial lautan sekitar 193.923,75 Km2 . Nikel merupakan hasil tambang yang dihasilkan oleh propinsi Sulawesi Tengah, nikel merupakan hasil pelapukan dari batuan ultra basa (endapan residual). Bermanfaat untuk pembuatan logam campuran (kuningan, perunggu, dll), industri perlistrikan, alat-alat transfortasi, pembuatan plat-plat nikel. Nikel di propinsi Sulawesi Tengah terdapat di kecamatan Petasia, Bungku Tengah, Bungku Selatan Kabupaten Morowali dengan luas wilayah tambang 36.653 Ha. Sektor pertambangan nikel memberikan kontribusi ke pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada 2010 sebesar Rp4 miliar, belum termasuk dana pengembangan kemasyarakatan yang diterima rakyat mencapai miliaran rupiah. Pemerintah Kabupaten Morowali sampai saat ini telah menerbitkan lebih dari 100 izin eksplorasi penambangan nikel, namun baru sekitar 30 perusahaan yang mulai melakukan eksploatasi. 3.3.6. Peluang Industri Nikel Indonesia



Sebagai produk yang sebagian besar digunakan di industri pembuatan stainless steel, pada 2011 diprediksi akan terjadi kenaikan permintaan nikel seiring dengan prediksi kenaikan industri stainless steel. Produksi dan konsumsi nikel dunia berdasarkan data International Nickel Study Group (INSG) meningkat dari tahun ke tahun yang mana ini merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia.



Produksi nikel Indonesia menyumbang 8,6% produksi dunia atau berada di peringkat ke empat. Cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan. Sebagian besar nikel Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi atau diolah dalam negeri. Ekspor nikel Indonesia sejak Januari – Oktober 2010 meningkat 108% dibanding tahun 2009, ini juga merupakan peluang bagi industri nikel Indonesia.

(http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitia nDetail&act=view&typ=html&buku_id=74241)

BAB IV INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN TAMBANG

1. Penilaian Kelayakan Investasi Keputusan mengenai dilakukannya investasi harus dipersiapkan dengan cermat. Upaya yang harus dilakukan memerlukan penilaian pada situasi dan kondisi di masa yang akan datang, yaitu pada kurun waktu selama 13 tahun ke depan. Ketidak pastian situasi dan kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diantaranya seperti perkembangan teknologi, perubahan kondisi sosial-ekonomi global, dan sebagainya. Salah satu titik permasalahan utama bagi di dalam menentukan kebijaksanaan investasi proyek dibidang pertambangan batubara adalah dalam melakukan estimasi pengeluaran dan penerimaan keuangan selama 13 tahun ke depan berupa aliran kas keuangan perusahaan (future cash flow). Besaran nilai aliran kas keuangan tersebut akan dipakai sebagai acuan kebijaksanaan investasi, karena hasil perhitungan yang dilakukan merupakan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan, untuk menilai kelayakan proyek investasi penambangan batubara tersebut layak secara ekonomis atau tidak. Penilaian tersebut amat penting bagi perusahaan tambang, karena proyek investasi yang ditanamkan tersebut diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan dengan diperolehnya keuntungan tersebut, maka perusahaan tambang akan memiliki peluang lebih besar di masa depan untuk dapat melakukan pengembangan perusahaannya. Dalam menentukan penilaian kelayakan investasi proyek penambangan batubara yang dilakukan oleh perusahaan tambang, dilakukan pendekatan secara konvensional yaitu dengan melakukan analisis perkiraan aliran kas keluar (cash outflow), aliran kas masuk (cash in flow). Aliran kas (cash flow) tersebut dibentuk dari beberapa parameter yaitu nilai penjualan batubara (sales), biaya pengupasan tanah penutup, operasi penambangan, pengolahan batubara (operating cost), prasarana tambang, depresiasi, amortisasi, pajak, dan lain-lain.

Diagram aliran pembentukan aliran kas bagi investasi proyek penambangan batubara milik perusahaan tersebut. 2. Prosedur Analisis Keuangan Prosedur yang akan digunakan dalam melakukan analisis keuangan (finansial analysis) dalam rangka kajian ekonomi pada rencana investasi proyek tersebut adalah sebagai berikut 2.1. Menentukan Parameter Dasar Sebagai titik tolak analisis keuangan pada rencana investasi adalah hasil kajian teknis dan pemasaran dari studi kelayakan dalam penambangan batubara. Kajian teknis penambangan batubara menghasilkan parameter dasar yang melandasi perhitungan nilai-nilai investasi dari proyek tersebut, seperti : 

Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve);



Kapasitas produksi batubara;



Jenis dan jumlah peralatan utama operasi penambangan;



Jenis dan jumlah peralatan pendukung;



Infrastuktur dalam dan luar tambang;



Segmen pasar batubara;



Harga jual batubara, dan lain-lain.

2.2. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue) Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk atau diterima oleh perusahaan sebagai hasil penjualan (sales) produksi batubara yang dihasilkan sesuai dengan skenario produksi dan harga batubara yang direncanakan. 2.3. Menghitung Ongkos Produksi (Production Cost) Perhitungan ongkos produksi (production cost) adalah perkiraan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan tambang sebagai akibat dari kegiatan operasi untuk menghasilkan produk batubara bersih yang siap dijual ke pasar. Dalam kegiatan memproduksi batubara bersih sampai siap menjualnya ada keterkaitan dengan kegiatan operasi utama atau kegiatan yang sifatnya mendukung kegiatan produksi. Untuk itu, beberapa komponen biaya operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan ongkos produksi yaitu antara lain :

Ongkos operasi penambangan batubara, yang terdiri dari : 

Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil;



Ongkos penggalian dan pemindahan overburden;



Ongkos penggalian dan pemindahan batubara;



Ongkos operasi pendukung penambangan (mining suport);



Ongkos overhead operasi penambangan.



Ongkos operasi pengolahan batubara, yang terdiri dari :



Ongkos pemindahan batubara dari raw coal stockpile ke crushing plant;



Ongkos proses pengolahan batubara di crushing plant;



Ongkos operasi pendukung pengolahan (crushing plant support);



Ongkos overhead operasi pengolahan.

2.4. Menghitung Biaya Investasi Perhitungan biaya investasi adalah meliputi dana yang dikeluarkan perusahaan tambang sebagai akibat realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan yang mencakup kegiatan studi eksplorasi, studi kelayakan, studi AMDAL, biaya ganti rugi lahan, biaya persiapan pengembangan daerah (development), biaya konstruksi infrastruktur baru, pembelian atau pengadaan peralatan, dan lain-lain sampai kegiatan proyek penambangan batubara tersebut siap dilakukan. Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, maka biaya-biaya investasi ini dikelompokan menjadi : Biaya investasi peralatan, yang terdiri atas : 

Investasi peralatan pengupasan tanah penutup;



Investasi peralatan operasi penambangan;



Investasi peralatan pendukung operasi penambangan;



Investasi peralatan operasi pengolahan;



Investasi peralatan lain-lain.



Biaya investasi eksplorasi, yang terdiri atas :



Biaya Ijin Prinsip;



Biaya pemboran dan eksplorasi;



Biaya studi kelayakan;



Biaya studi AMDAL.

Biaya investasi pengembangan (development), yang terdiri atas biaya konstruksi infrastruktur baru meliputi : jalan, kantor, perumahan, bengkel, gudang, stockpile, crushing plant, dan lain-lain. Biaya investasi penggantian (replacement), yaitu biaya ganti rugi lahan tambang; prasarana tambang, dan sebagainya. Biaya modal kerja (working capital) Modal kerja (working capital) adalah dana yang dikeluarkan perusahaan tambang sebagai akibat keharusan pemenuhan biaya operasi penambangan sebelum diproduksi dan dijual produk batubaranya. 2.5. Membuat Model Cash Flow Model analisis yang digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial investasi proyek penambangan batubara adalah model aliran kas (cash-flow) proyek selama produksi penambangan batubara dilakukan yaitu selama 13 tahun. Aliran kas tersebut dikelompokkan menjadi aliran kas pada titik awal proyek, selama tahap operasional dan pada tahap akhir proyek. Dalam perhitungan aliran kas ini juga memasukkan faktor perhitungan depresiasi, amortisasi, pengembalian cicilan pokok dan bunga pinjaman dana investasi, faktor ekshalasi, dan lain-lain. 2.6. Menghitung Depresiasi dan Amortisasi Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun aliran kas tersebut adalah depresiasi dan amortisasi. Depresiasi dan amortisasi bukanlah pengeluran kas tetapi suatu metode perhitungan akutansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan asset berwujud dan asset tidak berwujud dengan mendistribusikan selama periode tertentu, dimana asset tersebut masih berfungsi. Menurut peraturan, depresiasi dan amortisasi dianggap sebagi suatu pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak. Untuk itu, maka perlu diupayakan untuk mendepresiasikan asset dalam periode sesingkat mungkin dan diizinkan oleh peraturan yang ada. Dengan upaya itu, maka diharapkan akan mengurangi jumlah pajak

yang harus dibayar pada tahun-tahun awal operasi, sehingga dapat meningkatkan aliran kas masuk dan mempercepat pengembalian (recovery) biaya perolehan asset. Dari beberapa metode depresiasi yang ada tersebut dipilih metode depresiasi garis lurus (straight line depreciation) yaitu dengan melakukan depresiasi merata sepanjang periode asset masih berfungsi. Dalam melakukan perhitungan depresiasi terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut : 1. Basis atau biaya pertama Biaya ini adalah nilai yang sesuai dengan prosedur pajak untuk suatu asset tertentu. Umumnya terdiri dari harga perolehan ditambah dengan pengeluaran yang dikapitalkan. Misalnya : biaya pengangkutan dan pemasangan alat sampai siap pakai. 2. Periode recovery Periode recovery atau umur depresiasi adalah masa di mana asset diperkirakan masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan. Setelah masa umur itu, asset dihapuskan dalam perhitungan akutansi tetapi mungkin saja aset tersebut masih laku dijual di pasar bebas. 3. Kecepatan atau laju depresiasi Adalah jumlah (dalam %) dari suatu asset yang harus didepresiasikan atau dikeluarkan dari nilai buku perusahaan per tahun. 4. Nilai Sisa atau salvage value Adalah nilai penjualan aset pada akhir umur depresiasi. Umumnya untuk memudahkan perhitungan nilai sisa dianggap nol, tetapi bila kemudian asset pada akhir umur depresiasi masih laku terjual maka pajak penjualan yang bersangkutan harus diperhitungkan. Dalam beberapa hal, saat membuat perkiraan aliran kas diasumsikan bahwa asset tersebut pada saat dihapus ternyata masih memiliki nilai sisa (salvage value). Dalam hal ini aturan dasar yang menentukan nilai dan waktu depresiasi tidak berkurang dengan adanya perkiraan nilai sisa. Hanya saja perlu diperhatikan bila ternyata asset tersebut mempunyai realistis harga penjualan lebih tinggi dari nilai buku, maka selisihnya harus dikenakan pajak sesuai besarnya persentase pajak pendapatan perusahaan tersebut. Namun bila harga penjualannya lebih rendah akan berakibat adanya penghematan pajak.

Dalam metode depresiasi garis lurus, bila nilai sisa dianggap nol, maka depresiasi per tahun dari suatu asset dirumuskan sebagai berikut : Depresiasi = [Nilai depresiasi awal/Umur depresiasi (th)] = [(Biaya perolehan + Biaya pakai)/Umur depresiasi (th)] 2.7. Menyusun Kriteria Penilaian Finansial Kaidah pokok yang digunakan dalam perhitungan biaya dan analisis keuangan ini mengacu pada konsep ekuivalen, yang pada dasarnya memberikan bobot parameter waktu terhadap nilai uang yang diinvestasikan, seperti suku bunga (interest) dan laju pengembalian (rate of return). Pemahaman konsep ekuivalen ini diperlukan pemahaman sebelum lebih lanjut melakukan penyusunan kriteria penilaian finansial. Kriteria penilaian finansial merupakan alat bantu bagi manajemen untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang akan dilakukan. Ada beberapa macam kriteria penilaian finansial yang dianggap baku, yang mana diantaranya memperhitungkan konsep ekuivalen seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR). Sedangkan kriteria penilaian yang tidak memperhitungkan konsep ekuivalen yang digunakan adalah metode periode pengembalian (Payback Period).

2.7.1. Nilai Sekarang Bersih (NPV) Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value). Dengan mendiskontokan semua aliran kas masuk (cah inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung nilai sekarang bersih dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam kriteria penilai NPV memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besarnya aliran kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat menunjukan jumlah (lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan berapa besar uang pada saat ini. Pada aliran kas proyek investasi penambangan batubara, untuk memperhitungkan NPV yang akan dikaji yaitu meliputi seluruh aspek penerimaan kas dan seluruh aspek pengeluaran kas, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut : dimana : NPV = nilai sekarang bersih; (C)t = aliran kas masuk tahun ke-t; (Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t; n = umur investasi (tahun); i = arus pengembalian (rate of return); t = tahun. Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan diperoleh beberapa kelebihan, yaitu : Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang; Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek; Dilakukan perhitungan besaran absolut (bukan relatif). 2.7.2. Laju Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR) Merupakan kriteria penilaian lain yang digunakan dalam analisis finansial dengan tujuan untuk menjelaskan apakah rencana proyek investasi penambangan batubara yang dilakukan

perusahaan tambang cukup menarik bila dilihat dari laju pengembalian yang telah ditentukan. Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Pada metoda NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto(i)), kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju pengembalian (diskonto(i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0 Pengertian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : dimana: (C)t = aliran kas masuk tahun ke-t; (Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t; i = arus pengembalian (diskonto); n = umur investasi; t = tahun. Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan di atas disederhanakan menjadi : Dalam melakukan analisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai berikut : IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return – ROR), maka proyek investasi diterima. IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return – ROR), maka proyek investasi ditolak. 2.7.3. Periode Pengembalian (Payback Period) Yang dimaksud dengan periode pengembalian atau payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluran (expenses) per tahun.

Dalam melakukan analisis periode pengembalian juga dapat dimasukkan faktor-faktor seperti modal kerja, depresiasi, dan atau pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih realistis. Tetapi banyak pihak berpendapat bahwa langkah demikian akan mengurangi kesederhanaan dan kemudahan periode pengembalian sebagai alat analisis pendahuluan. Keuntungan dari metoda pay-back period ini adalah : 

Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberikan pengertian yang mudah tentang waktu pengembalian modal (capital recovery);



Bagi proyek yang memiliki resiko makin lama makin tinggi, atau proyek yang peka terhadap masalah likuidasi pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengembalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui tidaknya proyek tersebut. Jadi berlaku seperti indeks bagi investor;



Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau usang. Perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian.

Adapun keterbatasan dari metode ini adalah : 

Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode pengembalian selesai;



Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi-finansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi);



Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek.

Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode pengembalian masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi perihal resiko, yang kebanyakan investor akan segera mendapatkan jawabannya. Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi dengan periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih. Dalam memakai kriteria ini perusahaan yang bersangkutan perlu menentukan batasan maksimum waktu pengembalian, berarti lewat waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan. Untuk pengembalian keputusan pada suatu proyek investasi, dilakukan perbandingan antara payback period maksimum yang ditetapkan dengan payback period investasi yang akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan dilaksanakan lebih singkat waktunya dibanding payback maksimum yang akan disyaratkan, maka investasi itu akan

dilaksanakan,

tetapi

sebelumnya

apabila

lebih

lama

waktunya

dibanding payback maksimum yang disyaratkan maka investasi itu akan ditolak. Dengan demikian dalam penyusunan penilaian analisis keuangan pada investasi proyek penambangan batubara yang dilakukan perusahaan, ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut : Payback Period; Net Present Value (NPV); Internal Rate of Return (IRR). 2.7.4. Melakukan Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Kajian aspek teknis dan aspek pemasaran dalam kelayakan investasi proyek penambangan batubara dibuat berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini disusun dengan mempertimbangkan banyaknya faktor ketidak pastian situasi dan kondisi di masa yang akan datang (11 tahun ke depan). Asumsi yang digunakan, dipilih dari alternatif-alternatif yang dianggap paling baik menurut data dan perhitungan yang ada. Analisis sensitifitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter dalam aspek finansial-ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Di sini akan terlihat, sensitif atau tidaknya keputusan yang diambil terhadap perubahan parameter tertentu. Bila parameter tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar, tetapi tidak berakibat terhadap keputusan, maka dikatakan keputusan itu tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya, apabila terjadi perubahan kecil saja pada suatu parameter, dan ternyata mengakibatkan perubahan pada keputusan yang diambil, maka dikatakan keputusan tersebut sensitif terhadap parameter. Dengan memahami arti sensitifitas di atas, maka kita dapat memilih parameter-parameter mana yang perlu dilakukan analisis sensitifitas sebelum diambil keputusan akhir. Implementasi Investasi dan Analisis Keuangan perusahaan. Di dalam implementasi investasi dan analisis keuangan perusahaan tambang ini menggunakan asumsi nilai tukar Rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 10.000,00 per US$ ditambah dengan biaya kontingensi sebesar 10% sebagai antisipasi kenaikan biaya-biaya investasi di masa yang akan datang selama umur penambangan (13 tahun).

3.1. Perhitungan Biaya Investasi Yang termasuk dalam perhitungan biaya investasi adalah penjumlahan dari biaya-biaya untuk investasi peralatan utama untuk penambangan batubara dan peralatan pendukung, investasi selama kegiatan pra-penambangan, investasi untuk kegiatan pengembangan (development), investasi untuk penggantian (replacement), dan biaya produksi selama 6 bulan pertama masa penambangan. 3.1.1. Biaya Investasi Peralatan Perhitungan biaya dan jadwal investasi peralatan pengolahan didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain : 

Daftar kebutuhan peralatan (jumlah, spesifikasi teknis, dan waktu) disesuaikan dengan jadwal produksi batubara (lihat Tabel 11-1);



Jadwal pembelian peralatan sesuai kebutuhan dengan mempertimbang-kan umur alat masing-masing (lihat Tabel 11-2);



Jadwal penggunaan anggaran untuk pembelian peralatan berdasarkan harga perolehan (lihat Tabel 11-3).

3.1.2. Biaya Investasi Pengurusan Ijin Prinsip Yang dimaksud dengan Biaya Pengurusan Ijin Prinsip adalah biaya yang dikeluarkan untuk : 

Biaya Jasa Pelayanan Informasi (Pencetakan peta), sebesar Rp. 10.000.000,00



Uang Jaminan Kesungguhan sebesar Rp. 100.000.000,00



Total investasi untuk Pengurusan Ijin Prinsip adalah : US$ 101,000.00.

3.1.3. Biaya Investasi Pra-penambangan Biaya investasi pra-penambangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan selama masa pra-penambangan, yang mencakup biaya pemboran dan eksplorasi, biaya studi kelayakan, dan biaya AMDAL. Sehingga total biaya investasi prapenambangan sebesar 4,050,000 US$. 3.1.4. Biaya Investasi Pengembangan (Development) Biaya investasi untuk pengembangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur tambang selama masa konstruksi yang mencakup :



Pembangunan kantor tambang dan fasilitasnya (listrik, air, komunikasi dan lainlain);



Pembangunan bengkel dan gudang serta fasilitasnya;



Pembangunan crushing plant dan fasilitasnya;



Pembangunan perumahan karyawan dan fasilitasnya.



Perhitungan biaya investasi untuk pengembangan selama masa konstruksi didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain :



Daftar kebutuhan infrastruktur dan fasilitasnya mencakup jumlah dan spesifikasi teknis;



Jadwal pembangunan infrastruktur disesuaikan dengan jadwal dan rencana produksi batubara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rekapitulasi nilai investasi pengembangan (infrastruktur) selama 13 tahun sebesar US$ 1,430,581.25. 3.1.5. Biaya Investasi Penggantian (Replacement) Biaya investasi untuk penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ganti rugi kepada daerah atau masyarakat karena pemakaian lahan dan atau tanaman yang ada diatasnya. Perhitungan biaya ganti rugi didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan informasi yang diberikan perusahaan sebesar Rp. 3.000.000,00 per hektar atau US$ 300.00 per hektar yang terdiri dari biaya ganti rugi areal penambangan seluas 3.094 hektar, jumlah luas tersebut sudah termasuk areal lahan penambangan dan penimbunan. Adapun biaya ganti rugi lahan yang dikeluarkan oleh perusahaan tambang dengan mempertimbangkan antara lain jadwal penambangan atau pembukaan tambang yang disesuaikan dengan jadwal dan rencana produksi. 3.2. Biaya Modal Kerja (Working Capital) Biaya modal kerja adalah biaya yang harus disediakan perusahaan tambang untuk memenuhi kebutuhan biaya produksi penambangan, sampai dengan masa perusahaan bisa memperoleh pendapatan dari hasil penjualan batubara sehingga mampu membiayai produksinya sendiri (diperkirakan selama 6 bulan produksi). Berdasarkan pengertian di atas, maka modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek penambangan batubara, dihitung dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti :

Upah tenaga kerja tetap dan tidak tetap pada tahun pertama dan; Biaya Operasi Alat. Dengan demikian rekapitulasi besarnya modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek penambangan batubara yang dilakukan perusahaan tambang sebesar US$ 7,708,856.96. 3.3. Sumber Dana 3.3.1. Kebijakan Sumber Dana Kebutuhan dana untuk investasi pada proyek penambangan batubara perusahaan tambang sebesar US& 27,755,218.89. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut di dapatkan dari : Hutang/Pinjaman dari bank; Modal sendiri (ekuitas). Perbandingan antara hutang dan ekuitas (H:E) diharapkan menghasilkan struktur modal yang optimal bagi pelaksanaan proyek penambangan perusahaan tambang dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian secara umum dan keuangan perusahaan saat ini. Dengan mempertimbangkan keberadaan perusahaan tambang sebagai salah satu kontraktor batubara yang telah mampu melakukan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran batubara ekspor serta dengan mempertimbangkan kondisi nilai tukar mata uang Dollar yang sangat menguntungkan bagi kegiatan-kegiatan yang berorientasi ekspor, selain itu ditunjang dengan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendorong dan mendukung kegiatan ekspor, maka prospek industri batubara di Indonesia sangat menjanjikan keuntungan besar. Dengan pertimbangan di atas, maka perbandingan antara hutang dan ekuitas untuk mendanai proyek investasi penambangan batubara yang dilakukan perusahaan tambang masih dapat diharapkan komposisinya adalah 60% hutang dan 40% ekuitas. Peminjaman modal dari bank ini dilakukan pada tahap awal dan bank membebankan bunga pinjaman sebesar 17% per tahun. Pembayaran kembali hutang pokok berikut bunga diatur sebagai berikut : Kredit investasi dari bank dilakukan diawal investasi dan dikembalikan dalam jangka waktu 13 tahun, cicilan dilakukan mulai tahun pertama setelah masa persiapan;

Total pembayaran cicilan bersifat tetap, dan bunga diperhitungkan dari sisa pinjaman (cicilan pokok menurun sesuai dengan waktu). Skenario pola pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan tambang dapat dilihat pada Tabel 11-5. 3.4. Analisis Kelayakan 3.4.1. Biaya Produksi Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan produksi penambangan batubara perusahaan tambang hingga siap untuk dijual. Biaya produksi ini mencakup biaya produksi langsung maupun tidak langsung. Biaya produksi langsung digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan produk batubara, sedangkan biaya tidak langsung digunakan untuk membiaya semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Penambangan batubara yang dilakukan oleh perusahaan tambang direncanakan sebesar 4 juta ton per tahun dimana pada awal tahun diperkirakan dapat memproduksi 1 juta ton, tahun kedua 1,5 juta ton, tahun ketiga 2,5 juta ton, tahun keempat 3 juta ton dan pada tahun kelima dan seterusnya hingga tahun ke-13 dapat memproduksi 4 juta ton. Untuk memproduksi batubara tersebut dibagi dalam dua lokasi yaitu di Blok Sungai Merdeka dan Blok Argosari. Pada lokasi penambangan Blok Sungai Merdeka pengangkutan batubara menuju terminal batubara (FOBV) yaitu di Teluk Balikpapan harus melalui jalan darat dan air, jalan darat menggunakan dump truck sedangkan di perairan menggunakan tongkang dengan biaya pengangkutan ditetapkan sebesar 1,5 US$ per ton. Pada lokasi penambangan di Argosari pengankutan batubara menuju kapal selain menggunakan dump truck juga menggunakan operasi ban berjalan (conveyor belt) sepanjang lebih kurang 2 Km. Biaya operasi conveyor belt ditetapkan sebesar 0,1 US$ per ton. Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi batubara ini akan mencakup biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan biaya operasi pengangkutan. 3.4.2. Biaya Operasi Penambangan Biaya operasi penambangan batubara, terdiri dari :



Biaya pembersihan lahan;



Biaya penggalian dan pemindahan tanah penutup;



Biaya penggalian dan pemindahan batubara;



Biaya operasi pendukung penambangan (mine support);



Biaya overhead operasi penambangan.

Untuk menghitung biaya operasi penambangan pada satu periode produksi maka beberapa aspek yang menjadi pertimbangan adalah : 

Target produksi yang direncanakan (produksi batubara dalam ton dan tanah penutup dalam BCM);



Peralatan utama penambangan yang dioperasikan (jenis dan jumlahnya, spesifikasi teknis, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat);



Peralatan pendukung penambangan yang dioperasikan (jenis dan jumlahnya, spesifikasi teknis, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat);



Sumberdaya Manusia untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah, standar gaji);

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka biaya operasi penambangan dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut : Mining cost yang terdiri dari stripping cost, getting coal cost, coal processing cost, dan mine support operating cost ; Operating cost = owning cost peralatan + operating cost peralatan + upah tenaga kerja; Owning cost peralatan berhubungan dengan biaya pengadaan yang dikeluarkan sebelum peralatan tersebut digunakan yang terdiri dari biaya depresiasi, bunga, pajak dan asuransi; Operating cost peralatan merupakan fungsi dari beberapa parameter yaitu, antara lain : biaya perawatan dan perbaikan peralatan, pemakaian bahan bakar, pelumas, filter, penggantian ban, dan penggantian suku cadang; Upah tenaga kerja mengacu kepada standar gaji/upah tenaga kerja langsung. Setelah melakukan pendekatan seperti di atas maka biaya produksi (coal production cost) terdiri dari biaya operasi penambangan langsung (stripping cost, getting coal cost, coal processing cost, hauling coal cost dan mine support operating cost), ditambah biaya operasi penambangan tidak langsung yang terdiri dari biaya penataan kembali lahan (reklamasi) sebesar US$ 30,000.00, biaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar US$ 15,000,

dan biaya pengembangan masyarakat disekitar area pertambangan (community development) sebesar US$ 21,802.33 per tahun.. 3.4.3. Biaya Umum dan Administrasi Yang dimaksud dengan biaya umum dan administrasi adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan perusahaan tambang untuk membiayai semua kegiatan di luar operasi produksi. Biaya umum dan administrasi ini mencakup biaya untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan seperti : 

Administrasi perkantoran (kantor pusat, kantor unit);



Administrasi personil (gaji, perjalanan dinas, makan);



Administrasi pemerliharaan infrastruktur;



Administrasi pemasaran.

Biaya Administrasi Umum yang dikeluarkan tiap tahun perusahaan tambang US$ 937,300.00. 3.4.4. Pendapatan Penjualan Pendapatan dari penjualan (sales revenue) pada suatu periode adalah besarnya dana yang diterima perusahaan tambang dari hasil penjualan batubara bersih pada periode itu berdasarkan harga pasar yang berlaku saat itu. Dalam sistem pemasaran batubara, perusahaan tambang melakukan 2 (dua) sistem pemasaran batubara antara lain ekspor dan domestik dengan rasio pemasaran 80% : 20%. Harga jual batubara untuk ekspor sebesar US$ 29.00 per ton (FOB di atas kapal di dermaga Muara Jawa) dan harga jual batubara untuk domestik sebesar Rp. 210.000,00 atau US$ 21.00 per ton (FOBV).

(Sumber:http://www.pekerjatambang.com/analisis-investasi-dan-kelayakantambang/)

Related Documents


More Documents from "Firda Nurfazriati"