NAMA
: INGRID EMILIA RANGGAJAWA
NIM
: 611810083
TUGAS
: PENGANTAR FARMAKOLOGI
PEMBERIAN OBAT YANG TIDAK RASIOANAL Di APOTIK A Penggunaan obat secara tidak rasional merupakan masalah besar di seluruh dunia. WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh obat diseluruh dunia diresepkan, disalurkan ataupun dijual secara tidak tepat, dan separuh dari semua pasien gagal untuk menggunakannya secara benar. Penggunaan obat-obatan yang secara medis tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien banyak terjadi di sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Apotek sebagai bagian dari farmasi komunitas sering kali menjadi kontak pertama pasien dengan sistem pelayanan kesehatan dan menjadi saluran distribusi pilihan tempat pasien mengakses obat terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia . Apotek menjadi pilihan karena waktu tunggu lebih pendek, biaya yang lebih rendah, dan jam buka lebih fleksibel. Lemahnya sistem pengawasan di negara berkembang berakibat pada mudahnya akses pasien mendapatkan obat-obatan tanpa resep dokter yang mengakibatkan penggunaan obat yang irreversible atau penggunaan obay yang tidak rasional. Obat keras yang seharusnya hanya dapat diakses pasien dengan resep dokter, namun pada banyak negara menunjukkan pasien masih bisa mendapatkannya dari apotek tanpa resep dokter. Malapraktik ini tidak hanya terjadi pada negara berpenghasilan Malapraktik penyerahan obat keras kepada pasien tanpa resep dokter merupakan salah satu penyebab tingginya penggunaan obat irrasional . Antibiotik dan obat penyakit kronis merupakan obat keras yang paling banyak diberikan tanpa resep . Hal ini berakibat pada terjadinya pemborosan sumber daya, meningkatnya risiko resistensi bakteri patogen, dan menyebabkan bahaya kesehatan yang serius seperti reaksi obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reaction) dan memperparah penyakit. Di Indonesia, penyerahan obat yang tidak rasional di apotek seharusnya hanya dapat dilakukan dengan resep dokter dan diserahkan hanya oleh apoteker. Belum banyak publikasi mengenai penyerahan obat keras tanpa resep oleh apotek di Indonesia. Beberapa publikasi yang ada lebih menekankan kepada penyerahan obat keras berupa antibiotik tanpa resep dan tanpa informasi yang tepat. Faktor yang berpengaruh dalam pemberian obat yang tidak rasional antara lain : 1. 2. 3. 4.
Kurangnya mengikuti perkembangan informasi mengenai obat dan terapetika yang baru Kurangnya tenaga kesehatan dokter terutama di daerah terpencil Kurangnya bekal ketrampilan mengenai pemakaian obat yang didapat selama pendidikan Sitem pelayanan yang kurang maksimal seperti beban pelayan pasien yang terlalu banyak sehingga pasien tidak bias ditangani secara optimal.
5. Adanya keterbatasan penyediaan jenis obat disuatu tempat disuatu instansi atau lembaga kesehatan tertentu, sehingga jenis obat yang diperlukan untuk penyakit justru tidak tersedia, sehingga memakai obat yang lain 6. Keinginan dari pasien yang cenderung ingin menggunakan obat tertentu, dengan sugesti menjadi lebih cepat sembuh. 7. Kurangnya pemberian informasi dari apoteker kepada pasien tentang penggunaan obatobatan yang baik dan benar sehingga pasien kadang menggunakan obat sesuka hati mereka contohnya antibiotik. 8. Penjualan antibiotic tanpa resep dokter oleh apotik. 9. Pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia (umumnya disebabkan oleh virus) 10. Pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang dianjurkan. 11. Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit tersebut. Penggunaan obat yang tidak rasioanal sebenarnya melanggar aturan, dari kasus di atas perlu di usulkan untuk memecahkan masalah tesebut, adapun usulan sebagai berikut : a. Sebagai tenaga kesehatan yang baik perlu di benahi atau di berikan penyuluhan tentang penggunaan obat yang baik secara rasional yaitu tepat obat, tepat penyakit, tepat pasien, tepat indikasi, dan waspada efek samping. b. Sebagai tenaga kesehatan kita perlu memberikan sekilas informasi yag lengkap agar tidak membahayakan nyawa pasien. c. Apoteker wajib di apotik agar memberikan KIE, swamedikasi kepada pasien d. Pihak apotik wajib memeriksa resep apabila pasien ingin membeli obat keras. e. Dan apotik perlu memiliki ruangan konseling tersendiri agar menjelaskan informasi obat pada pasien. f. Dari dinas kesehatan perlu di dorong agar memperbanyak tenaga kesehatan, seperti dokter perlu di perbanyak khususnya di daerah terpencil agar masyarakat tidak kesulitan dokter. Dapat disimpulkan bahwa pemberian obat yang tidak rasional sangat berbahaya dalam kalangan masyarakat, oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan memberikan penyuluhan yang selengkap mungkin kepada masyarakat tentang cara penggunaan obat secara rasional yang baik, dan khususnya di daerah terpencil perlu penambahan tenaga kesehatan.