IPR REGULATORY POLICY, COMMERCIAL PIRACY AND ENTRY MODES OF MNC
1.
Perusahaan MNC dan Pendekatan Teori Perusahaan MNC sejatinya merupakan salah satu perkembangan yang penting dalam
ekonomi internasional pasca Perang Dunia Kedua. Salvatore (1996) mendefinisikan perusahaan MNC sebagai badan usaha yang memiliki, mengendalikan dan atau mengelola fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Adanya fungsi-fungsi tersebut memungkinkan perusahaan MNC untuk menguasai baik pasar maupun pemerintah negara yang dituju. Berkaitan dengan bahasan MNC, perlindungan HKI dan kasus pembajakan, maka berikut diberikan dua pendekatan teori untuk menjelaskan bagaimana perilaku MNC dan aktivitasnya 1.1 Paradigma OLI Paradigma OLI merupakan suatu penjabaran bagaiman sebuah perusahaan MNC dapat mencapai kesuksesan dan kesejahteraan. Berikut ditampilkan bagaimana konsep dan hubungan paradigman OLI, jenis produksi dan tujuan yang ingin dicapai oleh MNC. a.
Natural Resource Seeking : Untuk mendapatkan akses terhadap sumberdaya Ownership Adventage (the ‘why of MNC activity) Capital, Technology, ect.
b.
Internalisation Adventage (the ‘how’ of involvement) Memastikan stabilitas supplie pada harga yang benar, pengendalia pasar
Market Seeking : Menetralkan perilaku competitor, menghalangi masuknya pemain baru Ownership Adventage (the ‘why of MNC activity) Capital, Technology, informasi, skala ekonomi, ect.
c.
Location Adventage (the ‘where’ of production Posisi sumberdaya, transportasi, pajak dan insentif lainnya
Location Adventage (the ‘where’ of production Biaya material dan labour, market size, karakteristik, government policy.
Internalisation Adventage (the ‘how’ of involvement) Keinginan untuk mengurangi biaya transaksi, uncertainty, protect IPR.
Efficiency Seeking (a) of products (b) of proceses : Mengambil keuntungan dari spesialisasi Ownership Adventage (the ‘why of MNC activity) Akses pasar, economies of scope, perbedaan geografi
Location Adventage (the ‘where’ of production Economies of product or proceses specialization, concentration, low labour cost, incentive to local production by host gov, lingkungan bisnis
Internalisation Adventage (the ‘how’ of involvement) The economies of vertical integration and horizontal diversification.
1
1.2 Product Cycle Teori siklus produk yang dikembangkan oleh Vernon 1966 merupakan generalisasi dan perluasan dari teori kesenjangan teknologi yang dikenalkan oleh Posner pada tahun 1961. Menurut teori ini, ketika sebuah produk baru diperkenalkan, biasanya membutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam proses produksinya. Seiring berjalannya waktu, produk tersebut akan matang dan memperoleh penerimaan, menjadi standard dan kemudian dapat diproduksi dengan tenaga kerja yang relative kurang terampil. Selanjutnya, pada kondisi inilah kemudian terjadi pergeseran keunggulan komparatif dalam produk, ,dari negara-negara maju ke negara kurang maju, dimana harga tenaga kerja relative lebih murah. Berikut digambarkan bagaimana model siklus produk. Gambar 1 : Model Siklus Produk
Sumber : Salvatore (2007)
Pada tahap I (waktu OA), produk tersebut hanya diproduksi dan dikonsumsi di negara awal, yaitu negara yang melakukan inovasi. Pada tahap II (waktu AB), produksi dimaksimalkan dan meningkat cepat untuk memenuhi permintaan luar negeri. Pada tahap III (waktu BC), produk telah menjadi terstandarisasi dan negara peniru (pembajak) mulai memproduksi produk untuk dikonsumsi domestik. Pada tahap IV (waktu CD), negara peniru mulai dapat menjual produknya ke pasar internasional dengan harga yang lebih murah. Terakhir, pada tahap V (titik D), produksi di negara asal mulai turun, sedangkan di sisi lain, output negara peniru meningkat. Pada titik inilah keunggulan komparatif yang awalnya dipegang oleh negara penemu bergeser ke negara peniru.
2
Konsep dan Model Hubungan IPR, Commercial Piracy dan Infiltrasi Pasar MNC : Mengacu pada jurnal Nilanjana Biswas Mitra and Tanmoyee Banerjee Chatterjee Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan tingkat regulasi perlindungan HKI di negara berkembang terhadap model infiltrasi pasar perusahaan MNC, yaitu ekspor, fragmentation dan FDI dengan pertimbangan terdapat kemungkinan masuknya perusahaan pembajak dalam pasar. Penelitian ini mengasumsikan bahwa kualitas barang palsu bersifat inferior terhadap barang original, artinya, ketika pendapatan masyarakat meningkat, maka permintaan barangbarang palsu akan berkurang. Naiknya pendapatan akan mendorong masyarakat untuk membeli barang yang original, meskipun dengan harga yang cenderung lebih mahal. Akan tetapi, tingkat kepuasan dari kedua barang tersebut jelas berbeda. Seseorang yang membeli barang original akan merasa bangga akan dirinya sendiri, dibandingkan si pembeli barang palsu. Banyak penelitian terdahulu yang mengkaji topik yang sama. Benarjee (2008) menyatakan bahwa proteksi teknis akan lebih memungkinkan untuk mencegah terjadinya pembajakan dibandingkan penegakan aturan, dan model tersebut mengasumsikan bahwa barang asli dan palsu merupakan subtitusi sempurna. Selajutnya, menurut Lu & Poddar (2012), jika selera konsumen cukup beragam dengan lemahnya perlindungan HKI, maka produsen produk asli akan memperoleh keuntungan dengan mengakomodasi pembajak. Konsep atau Kerangka Pikir Penelitian ini mengambil tiga model infiltrasi perusahaan MNC (yang berasal dari negara maju) di negara-negara berkembang, yaitu : a. Infiltrasi Melalui Ekspor. Model ini menjabarkan bahwa MNC melakukan keseluruhan proses produksinya di negara asal (home) dan kemudian mengeskpor produk tersebut ke negara berkembang (host). b. Infiltasi Melalui Fragmented Production. Model ini menjabarkan bahwa proses produksi MNC dibagi menjadi dua tahap. Pertama, produksi bahan mentah yang dilakukan di negara asal. Kedua, proses perakitan atau assembling bahan mentah tersebut di negara berkembang. c. Infiltrasi Melalui FDI. Model ini menjabarkan bahwa keseluruhan proses produksi dilakukan di negara berkembang dengan cara membangun unit pabrik dan perakitan melalui FDI. 3
Opsi kedua dan ketiga di atas menyebabkan adanya difusi teknologi, sehingga memungkinkan terjadinya pembajakan produk original. Probabilitas pembajakan produk original tergantung pada dua hal, yaitu tingkat investasi copy-protection yang dilakukan oleh MNC dan probabilitas terdeteksinya tindakan pembajakan tersebut yang ditentukan oleh perlindungan HKI yang digunakan oleh pemerintah domestik. Pemerintah negara berkembang akan mengenakan hukuman bagi para pembajak jika terdeteksi. Adapun konsep seutuhnya dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui langkah berikut : Pertama, pemerintah negara berkembang menentukan tingkat perlindungan HKI. Selanjutnya, perusahaan MNC memilih satu dari ketiga model masuk di atas. Berkaitan dengan Opsi kedua dan ketiga yang memungkinkan masuknya perusahaan pembajak, maka perusahaan MNC melakukan investasi untuk menghalangi masuknya pembajak tersebut.
Berdasarkan tingkat
perlindungan HKI oleh pemerintah, MNC menggunakan dua strategi, yaitu complete copyprotection (CP) dan Accomodating (AC). Strategi AC memungkinkan para pembajak untuk masuk ke dalam pasar dengan probabilitas yang positif. Jika pembajak tersebut masuk dan beroperasi, maka MNC akan bertindak sebagai pemimpin harga dan pembajak sebagai pengikut harga. Akan tetapi, kondisi tersebut tidaklah tetap, dimana pembajak dapat bertindak sebagai pemimpin harga, seperti yang dikaji oleh Martinez-Sanchez (2007). Menurut Martinez-Sanchez (2007), seorang pembajak akan bertindak sebagai pemimpin harga agar tidak dijatuhkan oleh produsen asli dan pemerintah. Seorang pembajak yang bertindak sebagai pemimpin harga tergantung dari biaya monitoring atas pembajakan. Berikut ditampilkan konsep dalam penelitian ini. Gambar 2 : The Game Tree
4
General Assumptions Penelitian ini mengasumsikan bahwa produk di jual dan dikonsumsi hanya di negara berkembang. Selain itu, diasumsikan bahwa biaya monitoring c(g) meningkat. Terdapat θh , yang merupakan kesediaan membayar marjinal oleh konsumen dan mengikuti distribusi yang seragam. Selanjutnya, diasumsikan bahwa setiap konsumen hanya membeli satu unit produk dan tidak ada pasar resale. Oleh karena itu, tingkat kepuasan konsumen dari membeli satu unit produk adalah
The Behavior of MNC and Fake Firm Under Different Entry Modes 1.
Export Mode of Entry Model ini menjabarkan bagaimana infiltrasi MNC di pasar luar negeri melalui kegiatan
ekspor. Keseluruhan proses produksi dilakukan di negara maju, yang kemudian mengekspor produknya ke negara berkembang. Mengacu pada gambar 2 sebelumnya, diketahui bahwa perusahaan MNC dengan jalur ekspor akan bertindak sebagai monopoli. Jalur ini tidak memungkinkan masuknya perusahaan palsu yang membajak produk original. Sub-bab ini kemudian memberikan formula-formula yang menyatakan biaya, profit, output, harga dan social welfare perusahaan MNC yang bertindak sebagai monopoli. a. Total Cost 𝑐𝐷𝐶 = 𝑐𝑞 + 𝐴 + 𝑡𝑞 Dimana A adalah sunk cost, c adalah biaya per-unit produk, dan t adalah biaya transport atas kegiatan ekspor ke negara berkembang. b. Profit MNC 𝜋𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 = 𝑝𝑞 − 𝑐𝑞 − 𝑡𝑞 − 𝐴 = (𝑎 − 𝑞)𝑞 − 𝑐𝑞 − 𝑡𝑞 − 𝐴 Maksimalisasi profit MNC 𝜋𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 =
(𝑎 − 𝑐 − 𝑡)2 –𝐴 4
c. Monopoly Output and Price; Social Welfare 𝑞𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 =
(𝑎−𝑐−𝑡) 2
; 𝑝𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 =
(𝑎+𝑐+𝑡) 2
; 𝑆𝑊𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 =
(𝑎−𝑐−𝑡)2 8
– 𝐶(𝑔)
Dimana ‘g’ adalah monitoring rate dan C(g) adalah biaya monitoring. 5
2.
Fragmentation Mode of Entry Pada kasus ini, perusahaan MNC memutuskan untuk membagi proses produksi menjadi dua
tahap, yaitu memproses bahan mentah di negara asal, dan kemudian menyelesaikan proses perakitan di negara berkembang. Opsi ini memberikan peluang bagi perusahaan pembajak untuk membajak produk perusahaan MNC. Oleh karena itu, MNC mengadopsi dua strategi alternative sebagai bentuk perlindungannya, yaitu Complete Copy-Protection (CP) strategy dan 𝑐𝑝 Accommodating-Strategy (AC). Untuk mempermudah, maka digunakan symbol 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 sebagai
copy-protection investment yang sepenuhnya mampu menghalangi masuknya perusahaan palsu; 𝑎𝑐 dan 𝑋𝑓𝑟𝑎𝑔 sebagai anti-copying investment yang sejatinya memberikan peluang masuknya
perusahaan palsu. a.
CP-Strategy Mengacu pada gambar 1 sebelumnya, strategi ini mampu menghalangi masuknya
perusahaan pembajak dan memberikan hak monopoli kepada perusahaan MNC untuk mengoperasikan pasar. Adapun biaya, profit dan social welfare yang ditanggung dan diterima oleh perusahaan MNC adalah sebagai berikut. -
Total Cost 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝐶𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑤𝑦 + 𝐴 + 𝑡𝑦 + 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔
Dimana A adalah sunk cost, w adalah biaya per-unit perakitan produk setengah jadi, t adalah 𝑐𝑝 biaya transport, dan 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 adalah complete copy-protection investment.
-
Optimal Monopoli Profit, Kuantitas dan Harga 𝑐𝑝 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 =
-
{𝜃ℎ −(𝑤+𝑡)}2 4
𝑐𝑝 𝑐𝑝 − 𝐴 − 𝑇𝑓𝑎𝑟𝑔 ; 𝑦̅𝑓𝑎𝑟𝑔 =
(𝜃ℎ −𝑤−𝑡) 2
𝑐𝑝 ; 𝑝̅𝑓𝑎𝑟𝑔 =
(𝜃ℎ +𝑤+𝑡) 2
Social Welfare 𝑐𝑝 𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔
{𝜃ℎ − (𝑤 + 𝑡)}2 = 8 − 𝑐(𝑔)
b. AC-Strategy Strategi AC mengasumsikan bahwa tingkat anti-copying investment ‘x’, memberikan peluang terjadinya pembajakan terhadap produk original sebesar kh(x) dengan ‘k’ merupakan parameter pembajakan (eksogen). Model ini mengasumsikan bahwa 00 dan lim ℎ(𝑥) → 0. Oleh karena itu, probabilitas pembajakan menurun dengan tingkat 𝑥→∞
anti-copying investment ‘x’. 6
Diketahui bahwa ‘g’ merupakan tingkat monitoring IPR yang dipilih oleh pemerintah domestik yang memberikan peluang untuk mendeteksi adanya pembajakan oleh perusahaan palsu. Oleh karena itu, kh(x)(1-g) adalah peluang atau probabilitas masuknya pembajak di dalam pasar dan bekerja tanpa terdeteksi. Sebaliknya, (1-kh(x)(1-g) adalah probabilitas tidak masuknya pembajak di dalam pasar/terdeteksi. Model ini mengsumsikan bahwa masuknya pembajak di dalam pasar dengan strategi AC, menyebabkan terjadinya struktur pasar duopoly, dimana perusahaan MNC bertindak sebagai pemimpin harga dan perusahaan pembajak sebagai pengikut harga. Lebih lanjut, jika pembajak tidak masuk ke dalam pasar, maka perusahaan MNC akan bertindak sebagai monopoli. -
Total Cost 𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝐶𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑤𝑦 + 𝐴 + 𝑡𝑦 + 𝑋𝑓𝑟𝑎𝑔
-
̅), Revenue (R), Harga, Demand, Maksimalisasi Profit (π); Ekuilibrium Harga (𝒑 ̅ ), Profit (𝝅 Demand (𝑫 ̅ ), dan Consumer Surplus (CS) Perusahaan Pembajak ̅𝒂𝒄 (untuk 𝒑𝒂𝒄 𝒇𝒓𝒂𝒈 = 𝒑 𝒇𝒓𝒂𝒈 ) 𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑓𝑎𝑘𝑒
𝐹𝑎𝑘𝑒 𝑅𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑝𝑓𝑟𝑎𝑔 𝐷𝑓𝑟𝑎𝑔 𝑓𝑎𝑘𝑒
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 =
𝑎𝑐 (𝑝𝑓𝑟𝑎𝑔 )2 𝑞
4(1−𝑞)
;
−𝐹 ;
𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑝𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑎𝑐 𝑝𝑓𝑟𝑎𝑔 𝑞
𝑝̅𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑞 [
2
𝑝𝑎𝑐
𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑓𝑟𝑎𝑔 ; 𝐷𝑓𝑟𝑎𝑔 = 2(1−𝑞) ;
[2𝜃ℎ (1−𝑞)+(𝑤+𝑡)(2−𝑞)] 4(2−𝑞)
[2𝜃 (1−𝑞)+(𝑤+2)(2−𝑞)] 𝑓𝑎𝑘𝑒 𝑓𝑎𝑘𝑒 𝑓𝑎𝑘𝑒 ̅𝑓𝑟𝑎𝑔 𝐷 = ℎ 4(2−𝑞)(1−𝑞) ; 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑅̅𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝐹 = 𝑓𝑎𝑘𝑒
𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔 =
] ;
𝑞[2𝜃ℎ (1−𝑞)+(𝑤+𝑡)(2−𝑞)]2 16(2−𝑞)2 (1−𝑞)
−𝐹 ;
𝑞[2𝜃ℎ (1−𝑞)+(2−𝑞)(𝑤+2)]2 32(2−𝑞)2 (1−𝑞)
dimana F adalah fix cost yang ditanggung oleh perusahaan pembajak, ‘q’ adalah parameter qualitas produk bajakan. -
Maksimalisasi Profit, Harga, Demand dan Consumer Surplus Perusahaan MNC 𝑎𝑐 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 =
{2𝜃ℎ (1−𝑞)−(𝑤+𝑡)(2−𝑞)}2 8(1−𝑞)(2−𝑞)
𝑎𝑐 𝑎𝑐 − 𝐴 − 𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 ; 𝑝̅𝑓𝑟𝑎𝑔 =
{2𝜃 (1−𝑞)−(𝑤+𝑡)(2−𝑞)} 𝑎𝑐 ̅𝑓𝑟𝑎𝑔 𝐷 = ℎ 4(1−𝑞) ;
-
𝑎𝑐 𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔 =
{2𝜃ℎ (1−𝑞)+(𝑤+𝑡)(2−𝑞)} 2(2−𝑞)
;
{2𝜃ℎ (1−𝑞)−(𝑤+𝑡)(2−𝑞)}2 16(2−𝑞)(1−𝑞)
Profit, Demand, Harga dan Consumer Surplus Perusahaan MNC (Monopoli) 𝑎𝑐(𝑚)
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑎𝑐(𝑚)
{𝜃ℎ −(𝑤+𝑡)}2
𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔 =
4
𝑎𝑐(𝑚)
𝑎𝑐 − 𝐴 − 𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 ; 𝐷𝑓𝑟𝑎𝑔 =
(𝜃ℎ −𝑤−𝑡) 2
𝑎𝑐(𝑚)
; 𝑝𝑓𝑟𝑎𝑔 =
(𝜃ℎ +𝑤+𝑡) 2
{𝜃ℎ −(𝑤+𝑡)}2 8
7
-
Ekspektasi Profit Perusahaan MNC 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝) 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
{𝜃ℎ − (𝑤 + 𝑡)}2 ac ac = − kh(xfrag )(1 − g)M − A − xfrag 4
𝑎𝑐(𝑚)
𝑎𝑐 dimana M = 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 =[
{𝜃ℎ −(𝑤+𝑡)}2 4
−
{2𝜃ℎ (1−𝑞)−(𝑤+𝑡)(2−𝑞)}2 8(1−𝑞)(2−𝑞)
]
Perusahaan MNC memaksimalkan ekspektasi profitnya untuk menentukan optimal anti-copying 𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝑎𝑐 investment (𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 ). Oleh karena itu, ekspektasi profit MNC untuk 𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 adalah : 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 1.
=
{𝜃ℎ −(𝑤+𝑡)}2 4
𝑎𝑐 𝑎𝑐 − kh(𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 )(1 − g)M − A − 𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔
Proposisi 1 Untuk model ’fragmentation production”, perusahaan MNC melakukan anti-copying
̅𝒂𝒄 ̅𝒂𝒄 investment 𝒙 𝒇𝒓𝒂𝒈 , dimana 𝒙 𝒇𝒓𝒂𝒈 berbanding lurus dengan parameter “k” dan berbanding terbalik dengan tingkat perlindungan HKI “g” dan biaya transportasi “t”. Penjelasan : Pertama, ketika probabilitas pembajakan naik karena adanya kenaikan ”k”, perusahaan MNC akan meningkatkan anti-copying investment-nya untuk mempersulit para pembajak. Kedua, proposisi 1 juga membuktikan bahwa perusahaan MNC akan mengurangi anti-copying investment jika pemerintah negara berkembang menaikkan ‘g’ tingkat perlindungan HKI-nya. Oleh karena itu, jelas diketahui bahwa hubungan tingkat perlindungan HKI yang dipilih oleh pemerintah negara berkembang dengan tingkat anti-copying investment oleh perusahaan MNC adalah subtitusi. Terakhir, jika biaya transportasi ‘t’ per-unit meningkat, maka biaya produksi pu angkat meningkat sehingga memaksa perusahaan MNC untuk mengurangi anti-copying investment-nya,
-
Ekspektasi Profit Perusahaan Pembajak 𝑓𝑎𝑘𝑒(𝑒𝑥𝑝)
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑎𝑐 = 𝑘ℎ(𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 )𝛺 − 𝐹 2
(1−𝑔)𝑞[(2𝜃ℎ (1−𝑞)+(𝑤+𝑡)(2−𝑞)] 𝑓𝑎𝑘𝑒 dimana Ω = [(1 − 𝑔)𝑅̅𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝑔𝐺] = [ − 𝑔𝐺] > 0 16(2−𝑞)2 (1−𝑞) 𝑓𝑎𝑘𝑒(𝑒𝑥𝑝)
Misalnya, 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
∗ = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑔 = 𝑔𝑓𝑟𝑎𝑔
8
2.
Proposisi 2
i)
Ekspektasi profit perusahaan pembajak meningkat dengan parameter pembajakan ‘k’ (eksogen) dan biaya transportasi per unit ‘t’, sementara itu menurun dengan tingkat perlindungan HKI ‘g’
ii) Terdapat sebuah nilai tingkat monitoring 𝒈∗𝒇𝒓𝒂𝒈 , sehingga perusahaan pembajak tidak akan memasuki pasar, jika g ϵ [𝒈∗𝒇𝒓𝒂𝒈 , 𝟏]. Selanjutnya, 𝒈∗𝒇𝒓𝒂𝒈 meningkat dengan ‘t’ dan ‘k’, tapi menurun dengan tingkat pinalti G (G adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh perusahaan pembajak jika terdeteksi). iii) Untuk nilai ‘g’ tertentu, profit perusahaan pembajak akan menurun dengan ‘q’, yang merupakan kualitas produk bajakan, untuk q > 2(𝜽𝒉 + 𝒘 + 𝒕)/(𝟔𝜽𝒉 + 𝒘 + 𝒕) Penjelasan : i) Seiring meningkatnya ‘k’, probabilitas pembajakan juga akan meningkat (untuk ACStrategy). Hal ini kemudian menyebabkan kenaikan profit perusahaan pembajak untuk ac tingkat xfrag tertentu. Namun, ekspektasi profit akan menurun yang disebabkan oleh 𝑎𝑐 𝜕𝑥̅ 𝑓𝑟𝑎𝑔
𝜕𝑘
> 0. Adanya dua dampak yang saling berlawanan ini, maka kenaikan profit
perusahaan pembajak dengan kenaikan ‘k’ akan tercapai jika dan hanya jika 2
𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝑎𝑐 ℎ(𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )ℎ′′ (𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 ) − {ℎ′ (𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )} > 0 atau memegang asumsi C1.
Selanjutnya, kenaikan biaya transportasi ‘t’ menyebabkan kenaikan profit perusahaan pembajak. Kenaikan ‘t’ akan meningkatkan harga produk perusahaan MNC, sehingga permintaan terhadap produk MNC akan menurun. Sebagai barang subtitusi, permintaan produk perusahaan pembajak akan naik. Lebih lanjut, kenaikan ‘t’ menyebabkan peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan profitabilitasnya, perusahaan MNC akan menurunkan anti-copying investment-nya. Kedua dampak gabunga ini akan meningkatkan profit perusahaan pembajak. Terakhir, kenaikan pada tingkat monitoring HKI ‘g’ menyebabkan penurunan ekspektasi profit perusahaan pembajak. ∗ ii) Ketika g ≥ 𝑔𝑓𝑟𝑎𝑔 , perusahaan pembajak tidak akan memasuki pasar dan MNC akan
bertindak sebagai monopoli dan tidak melakukan anti-copying investment. Tingginya nilai ∗ ‘G’ berdampak pada penurunan profit perusahaan pembajak. Ketika nilai kritis 𝑔𝑓𝑟𝑎𝑔 turun,
masuknya perusahaan pembajak akan terhalang bahkan untuk nilai ‘g’ yang redah. Hasil 9
yang berlawanan berlaku untuk kenaikan ‘k’ atau ‘t’. Kenaikan pada ‘k’ atau ‘t’ akan meningkatkan profit perusahaan pembajak melalui kenaikan nilai kritis tingkat monitoring ∗ 𝑔𝑓𝑟𝑎𝑔 .
iii) Kenaikan pada ‘q’ membuat produk asli dan produk bajakan menjadi lebih sama dalam segi kualitas dan berdampak pada kenaikan derajat kompetesi antara perusahan MNC dan pembajak. Kondisi ini kemudian mengharuskan perusahaan MNC untuk meningkatkan anticopying investment-nya untuk menghalangi masuknya perusahaan pembajak, yaitu,
𝑎𝑐 𝜕𝑥̅ 𝑓𝑟𝑎𝑔
𝜕𝑞
>0 dan ekspektasi profit perusahaan pembajak akan turun. Selanjutnya, kenaikan ‘q’ akan mendorong permintaan dan profit perusahaan pembajak. Namun, perusahaan MNC yang menjadi price leader akan mengurangi harga produknya untuk mempertahankan tingkat permintaanya. Oleh karena itu, perusahaan pembajak sebagai pengikut harga harus menurunkan harganya, yang pada akhirnya menurunkan profit yang diperoleh. 3.
Proposisi 3
i)
Ekspektasi profit perusahaan MNC berbanding lurus dengan tingkat perlindungan HKI ‘g’, dan berbanding terbalik dengan parameter pembajakan ‘k’
ii) Jika θh yang merupakan kesediaan pembeli untuk membayar cukup tinggi, maka profit perusahaan MNC akan menurun dengan biaya transportasi ‘t’. Penjelasan : Kenaikan tingkat perlindungan HKI ‘g’ akan meningkatkan profit perusahaan MNC dengan dua cara : pertama, nilai ‘g’ yang tinggi menyebabkan turunnya probabilitas masuknya perusahaan pembajak, sehingga ekspektasi profit perusahaan MNC akan meningkat. Kedua, dengan meningkatnya ‘g’, perusahaan MNC akan menurunkan anti-copying investment-nya 𝑎𝑐 (𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 ), sehingga ekspektasi profit MNC akan naik.
Kenaikan probabilitas pembajakan ‘k’ akan mendorong masuknya perusahaan pembajak ke dalam pasar. Kondisi ini kemudian menyebabkan ekspektasi profit perusahaan MNC menurun. Ekspektasi profit perusahaan MNC kemudian berkurang untuk kenaikan biaya total 𝑎𝑐 𝜕𝑥̅ 𝑓𝑟𝑎𝑔
𝜕𝑘
. Terakhir, kenaikan biaya transportasi ‘t’ menyebabkan turunnya ekspektasi profit
perusahaan MNC melalui peningkatan unit biaya produksi. Selanjutnya, turunnya optimal anticopying investment menyebabkan kenaikan probabilitas pembajakan, dan penurunan ekspektasi 10
profit perusahaan MNC . Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya θh akan berdampak negative terhadap profit perusahaan MNC dengan adanya kenaikan ‘k’. -
Ekspektasi Social Welfare dalam Strategi AC 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑎𝑐 = (𝜃ℎ − 𝑤 − 𝑡)2 ⁄8 + (1 − 𝑔)𝑘ℎ(𝑥̅𝑓𝑟𝑎𝑔 )𝛤 − 𝑐(𝑔) − 𝐹
𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑓𝑎𝑘𝑒
𝑎𝑐(𝑚)
𝑎𝑐 dimana 𝛤 = 𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔 + 𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔 + 𝑅̅𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝐶𝑆𝑓𝑟𝑎𝑔
Adanya kenaikan probabilitas pembajakan dan ‘k’, menyebabkan kemungkinan masuknya perusahaan pembajak menjadi lebih tinggi. Kondisi ini kemudian menciptkan iklim persaingan yang lebih ketat, sehingga harga produk perusahaan MNC dan perusahaan pembajak mengalami
penurunan.
Penurunan
harga
produk
ini
kemudian menyebabkan konsumen dengan kesediaan membayar yang rendah akan mampu membeli produk tersebut, sehingga ekspektasi social welfare akan meningkat. Lebih lanjut,
adanya penurunan ‘t' menyebabkan harga produk perusahaan MNC
mengalami penurunan dan oleh karena itu, perusahaan MNC akan memperluas pangsa pasarnya atas penurunan biaya produksi. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikehui bahwa surplus konsumen untuk pembeli barang original akan meningkat. Disisi lain, profit perusahaan pembajak dan surplus konsumen untuk pembeli barang bajakan mengalami penurunan karena adanya penurunan ‘t’. Perbandingan Strategi CP dan AC dalam model Fragmentation Production 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 Dengan membandingkan 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 dan 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑎𝑐 𝑎𝑐 untuk 𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 = ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 , diperoleh :
𝑐𝑝 𝑎𝑐 𝑎𝑐 = kh( ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )(1-g)M – (𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 − ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )
4.
Proposisi 4
i)
Dalam model fragmented production, diketahui 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 sebagai value of monitoring rate yang 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑎𝑐 𝑎𝑐 diperoleh dari persamaan 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 = 1 − (𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 − ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )⁄𝑘ℎ( ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 )𝑀 , dimana 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 > 𝑎𝑐 ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑀 > 0. Berdasarkan konsep tersebut, maka perusahaan MNC akan memilih
strategi AC untuk 𝑔 ≥ 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 . ii) 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 berbanding lurus dengan parameter probabilitas pembajakan ‘k’ dan berbanding terbalik dengan biaya transport per unit ‘t’.
11
Penjelasan : i)
Profitablitas dalam strategi AC akan meningkat seiring naiknya ‘g’. Pada 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 diketahui 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 ii)
│ . Jika ‘g’ naik, maka profit dalam startegi AC akan naik, dan diperoleh
𝑐𝑝 ≥ 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 untuk 𝑔 ≥ 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 .
Profit MNC akan jatuh seiring meningkatnya ‘k’ ketika memilih startegi AC. Jadi, kenaikan 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 dengan kenaikan ‘k’ menyiratkan bahwa diperlukan monitoring pemerintah yang lebih tinggi untuk mendorong perusahaan MNC memilih strategi AC. Lebih lanjut, kenaikan 𝑐𝑝
𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
‘t’ menyebabkan 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 dan 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
│
menurun, karena adanya kenaikan unit biaya
produksi. Namun, proporsi penurunan profit dalam strategi AC lebih sedikit dibandingkan 𝑎𝑐 proporsi penuruan profit dalam strategi CP karena penurunan ̅𝑥𝑓𝑟𝑎𝑔 , seperti
𝑎𝑐 𝜕𝑥̅ 𝑓𝑟𝑎𝑔
𝜕𝑡
< 0.
Oleh sebab itu, strategi AC menjadi lebih menguntungkan dibandingkan strategi CP, bahkan untuk tingkat monitoring yang rendah. Dengan demikian, 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 turun untuk meningkatkan biaya transportasi ‘t’. Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan pilihan strategi oleh MNC terkait profit dan social welfare dalam model fragmented production.
3.
Complete Production in LDC Pada opsi ini, perusahaan MNC melakukan proses produksi sepenuhnya di negara
berkembang dengan transfer teknologi penuh. Sama halnya dengan model fragmented production, model complete production menggunakan dua strategi, yaitu Complete CopyProtection (CP) dan Accommodaing Strategy (AC).
12
a.
CP-Strategy Pada kasus ini, tingkat complete copy-protection investment yang dilakukan oleh perusahaan
𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑐𝑝 MNC adalah 𝑇𝐿𝐷𝐶 . Model ini mengasumsikan bahwa 𝑇𝐿𝐷𝐶 > 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 , dengan adanya transfer
teknologi penuh, pembajakan terhadap produk original menjadi lebih mudah dan perusahaan MNC perlu berinvestasi lebih banyak untuk mencegah masuknya perusahaan pembajak. Oleh karena itu, laba monopoli dan social welfare yang diperoleh MNC adalah : 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 = {𝜃ℎ − 𝑤}2 ⁄4 − 𝐴 − 𝑇𝐿𝐷𝐶 ; 𝑆𝑊𝐿𝐷𝐶 = {𝜃ℎ − 𝑤}2⁄8 − 𝑐(𝑔)
b. AC-Strategy Bertujuan untuk mempersulit masuknya pembajak, perusahaan MNC melakukan investasi 𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝑥𝐿𝐷𝐶 ( anti-copying investment). Probabilitas pembajakan produk original adalah h( 𝑥𝐿𝐷𝐶 ), 𝑎𝑐 00 dan lim ℎ(𝑥𝐿𝐷𝐶 ) → 0 . Kondisi ini menunjukkan bahwa 𝑥→∞
probabilitas pembajakan akan lebih tinggi untuk strategi AC dalam model Complete Production dibandingkan dalam strategi AC
model fragmented production untuk tingkat ani-copying
investment yang sama (h(x)> kh(x) untuk 0
Optimal Profit Perusahaan MNC dan Pembajak dalam Sistem Duopoli 𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 = {2𝜃ℎ (1 − 𝑞) − 𝑤(2 − 𝑞)}2⁄8(2 − 𝑞)(1 − 𝑞) − 𝐴 − 𝑥𝐿𝐷𝐶 𝑓𝑎𝑘𝑒
𝜋̅𝐿𝐷𝐶 = 𝑞{2𝜃ℎ (1 − 𝑞) + 𝑤(2 − 𝑞)}2⁄16(1 − 𝑞)(2 − 𝑞)2 − 𝐹 -
Profit Perusahaan MNC sebagai Monopoli (karena perusahaan pembajak terdeteksi) 𝑎𝑐(𝑚)
𝜋𝐿𝐷𝐶 -
𝑎𝑐 = {𝜃ℎ − 𝑤}2 ⁄4 − 𝐴 − 𝑥𝐿𝐷𝐶 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
Ekspektasi Profit Perusahaan MNC 𝜋𝐿𝐷𝐶
=
ac 𝑎𝑐 {𝜃ℎ − 𝑤}2 ⁄4 − h(xLDC )(1 − g)N − A − 𝑥𝐿𝐷𝐶
dimana N = [ 5.
{𝜃ℎ −𝑤}2 4
−
{2𝜃ℎ (1−𝑞)−𝑤(2−𝑞)}2 8(1−𝑞)(2−𝑞)
]>0
Proposisi 5 𝑎𝑐 Anti copying-investment 𝑥̅𝐿𝐷𝐶 yang dilakukan oleh perusahaan MNC dalam strategi AC
untuk model complete production berhubungan terbalik dengan tingkat perlindungan HKI ‘g’. -
Ekspektasi Profit Perusahaan Pembajak 𝑓𝑎𝑘𝑒(𝑒𝑥𝑝)
𝜋𝐿𝐷𝐶
𝑎𝑐 )𝛺 = ℎ(𝑥̅𝐿𝐷𝐶 ∗ −𝐹
dimana Ω* = [(1 − 𝑔)𝑞[2𝜃ℎ (1 − 𝑞) + 𝑤(2 − 𝑞)]2⁄16(2 − 𝑞)2 (1 − 𝑞) − 𝑔𝐺 ] > 0
13
𝑓𝑎𝑘𝑒(𝑒𝑥𝑝)
Misalnya, 𝜋𝐿𝐷𝐶
6.
∗ = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑔 = 𝑔𝐿𝐷𝐶
Proposisi 6 i)
Profit perusahaan MNC akan selalu menurun bersama dengan tingkat perlindungan HKI ‘g’ dan kualitas barang palsu ‘q’, untuk q > 2(𝜽𝒉 + 𝒘)/(𝟔𝜽𝒉 + 𝒘)
ii)
∗ Terdapat sebuah nilai 𝑔𝐿𝐷𝐶 , yang menunjukkan bahwa perusahaan pembajak tidak ∗ akan memasuki pasar untuk g ϵ [𝒈∗𝑳𝑫𝑪 , 𝟏] . Selanjutnya, nilai 𝑔𝐿𝐷𝐶 akan turun
bersamaan dengan tingkat pinalti G. 7.
Proposisi 7 Ekspektasi profit perusahaan MNC berhubungan secara langsung (berbanding lurus) dengan
tingkat perlindungan HKI ‘g’. -
Ekspektasi Social Welfare untuk Complete Production 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑆𝑊𝐿𝐷𝐶
𝑎𝑐 )𝛤 = (𝜃ℎ − 𝑤)2⁄8 + (1 − 𝑔)ℎ(𝑥̅𝐿𝐷𝐶 ∗ −𝑐(𝑔) − 𝐹
dimana 𝛤 ∗ memiliki definisi yang sama dengan 𝛤 pada fragmented production. Perbandingan Strategi AC dan CP dalam Model Complete Production Sama halnya dengan model fragmented production, asumsi pada model ini dibangun dengan 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 membandingkan 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 dan 𝜋𝐿𝐷𝐶
𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 , diperoleh 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 − 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑐𝑝 𝑎𝑐 │ = h( ̅𝑥𝐿𝐷𝐶 )(1-g)N – (𝑇𝐿𝐷𝐶 −
𝑎𝑐 ̅𝑥𝐿𝐷𝐶 ) 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 Lebih lanjut, diperoleh nilai kritis tingkat monitoring 𝑔̃𝐿𝐷𝐶 untuk 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 = 𝜋𝐿𝐷𝐶
𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑎𝑐 ⁄ 𝑎𝑐 𝑎𝑐 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 = 1 − (𝑇𝐿𝐷𝐶 − ̅𝑥𝐿𝐷𝐶 ) ℎ( ̅𝑥𝐿𝐷𝐶 )𝑁, dimana 𝑇𝐿𝐷𝐶 > ̅𝑥𝐿𝐷𝐶 𝑑𝑎𝑛 𝑁 > 0
Terakhir, diperoleh maksimalisasi social welfare (dalam startegi AC untuk model complete production) adalah g = 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 , dimana startegi AC dipilih untuk 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 ≤ 𝑔 ≤ 𝒈∗𝑳𝑫𝑪 . Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan pilihan strategi (AC atau CP) dalam model complete production terkait profit dan social welfare yang diperoleh untuk setiap variasi nilai ‘g’.
14
Pilihan Optimal Tingkat Monitoring dan Infiltrasi Pasar oleh MNC Pada sub-bab ini dilakukan analisis dengan menggunakan Sub-game Perfect Nash Ekuilibrium (NSPE) untuk memperoleh tingkat monitoring dan infiltrasi pasar yang optimal. Diketahui bahwa 𝑔𝑜𝑝𝑡 adalah tingkat monitoring optimal yang dipilih oleh pemerintah di negara berkembang. Bertujuan untuk menentukan nilai ekuilibrium, diperoleh nilai kritis dari biaya transportasi ‘t’ yaitu 𝑡̃ dengan t = 𝑡̃ . Berdasarkan kondisi tersebut, diketahui bahwa profit MNC dengan 𝑐𝑝
𝑐𝑝
strategi CP dalam model fragmented dan FDI adalah sama, yaitu 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 = 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 cp cp t̃ = (θh − w) − √(θh − w)2 − 4(TLDC − Tfrag ) 𝑐𝑝 𝑐𝑝 Oleh karena itu, untuk t
8.
Proposisi 8
i)
Untuk t ≤ t̃ , model fragmented production selalu dipilih
ii) Untuk t > t̃ , dan kombinasi ‘t’ dan ‘k’berada di atas daerah KT 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 𝑔̃𝐿𝐷𝐶 , model FDI dengan strategi AC akan dipilih iii) Untuk t > t̃ , dan kombinasi ‘t’ dan k’ berada di bawah daerah KT, 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 0, model FDI dengan strategi CP akan dipilih. Penjelasan : i)
𝑐𝑝 𝑐𝑝 t ≤ t̃ → 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 ≤ 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 . Kondisi ini menunjukkan bahwa profit MNC dengan model
fragmented production akan lebih besar dibandingkan model FDI. Dalam bentuk ini, jika 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑐𝑝 │ < 𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔
dan 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 0 , maka infiltrasi pasar melalui fragmentation
production dengan strategi CP akan menjadi solusi yang optimal dan pembajak tidak akan 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
memasuki pasar. Sebaliknya, jika 𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔
𝑐𝑝
│ ≥ 𝑆𝑊𝑓𝑟𝑎𝑔 │
dan 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 𝑔̃𝑓𝑟𝑎𝑔 , maka
stragei AC dalam fragmentation production akan menjadi solusi yang optimal. (Zone III) 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝) 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝) 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑐𝑝 𝑐𝑝 ii) t > t̃ → 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 > 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 atau 𝜋𝐿𝐷𝐶 │ = 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 ≥ 𝜋̅𝑓𝑟𝑎𝑔 sepanjang daerah KT 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔 │ = 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑐𝑝 𝜋̅𝐿𝐷𝐶 = 𝜋𝐿𝐷𝐶 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
│
𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
│ , jika kombinasi ‘k’ dan ‘t’ terletak di bawah daerah KT, 𝜋𝐿𝐷𝐶
│ >
, maka dapat disimpulkan bahwa infiltrasi pasar melalui FDI dengan strategi
15
AC merupakan solusi yang optimal. Pemerintah akan memiliki 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 𝑔̃𝐿𝐷𝐶 untuk 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
𝑆𝑊𝐿𝐷𝐶
𝑐𝑝 │ ≥ 𝑆𝑊𝐿𝐷𝐶 │
𝑓𝑎𝑘𝑒(𝑒𝑥𝑝)
dan 𝜋𝐿𝐷𝐶
> 0. (Zone 1).
iii) Untuk t > t̃ dengan kombinasi ‘k’ dan ‘t’ di bawah daerah KT, pada 𝑔̃𝐿𝐷𝐶 , perusahaan MNC 𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
akans selalu berpindah ke model fragmented 𝜋𝐿𝐷𝐶
𝑎𝑐(𝑒𝑥𝑝)
│ > 𝜋𝑓𝑟𝑎𝑔
│
. Oleh karena itu,
satu-satunya solusi yang dapat diambil adalah infiltrasi pasar melalui FDI dengan strategi CP pada 𝑔𝑜𝑝𝑡 = 0. Pada kondisi ini para pembajak tidak akan ada di dalam pasar. (Zona II) Gambar 3 : KT Locus and Different Equilibrium Combinations
Mengacu pada persamaan t̃ sebelumnya, diketahui bahwa
𝜕t̃ 𝜕𝜃ℎ
< 0 . Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan 𝜃ℎ akan menyebabkan penurunan pada t̃ . Oleh karena itu, perusahaan MNC memilih infiltrasi pasar melalui FDI dengan nilai t̃ yang rendah, karena akan mendorong kenaikan 𝜃ℎ dan meningkatkan profitabilitas secara relative. 𝜕t̃
Selanjutnya, 𝜕𝑤 > 0, jika biaya perakitan per unit meningkat di negara berkembang, maka perusahaan MNC lebih menginginkan model fragmentation dibandingkan FDI. Terakhir, 𝜕t̃ 𝑐𝑝
𝑐𝑝
𝜕(𝑇𝐿𝐷𝐶 −𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 )
𝑐𝑝 𝑐𝑝 > 0, jika (𝑇𝐿𝐷𝐶 − 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 ) menurun, perusahaan MNC lebih menginginkan infiltrasi
pasar melalui FDI untuk fragmentation. Kondisi ini kemudian memberikan dampak dari sebuah kebjiakan, misalnya, pemerintah menyediakan beberapa insentif di luar dari monitoring, maka 𝑐𝑝 𝑐𝑝 perusahan MNC dengan infiltrasi pasar FDI akan mengalami penurunan atas (𝑇𝐿𝐷𝐶 − 𝑇𝑓𝑟𝑎𝑔 ),
yang berdampak juga pada penurunan t̃ . Kondisi ini kemudian menyebabkan zona 1 dan 2 pada gambar 2 di atas akan bertambah luas, yang menunjukkan adanya kenaikan transfer teknologi ke negara berkembang. 4.
Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah :
16
1) Perusahaan MNC memilih untuk infiltasi pasar melalui FDI jika biaya transport atas barang setengah jadi dalam model fragmentation production berada di atas nilai kritis. Jika biaya transport berada di atas nilai kritis bersamaan dengan tinginya probabilitas terjadinya pembajakan dalam model fragmentation production, maka pada ekuilibrium, monitoring HKI tidak dapat menghalangi terjadinya pembajakan secara utuh, dan MNC mengunakan startegi AC. 2) Jika biaya transport berada di atas nilai kritis, namun dengan probabilitas terjadinya pembajakan yang rendah dalam model fragmentation, maka pemerintah memutuskan untuk tidak memonitor HKI dan MNC melakukan infiltrasi melalui FDI dengan strategi CP yang mampu mencegah terjadinya pembajakan. 3) Namun, untuk biaya transport yang rendah ketika dalam model fragmented yang optimal, tingkat monitoring yang positif akan mendorong MNC untuk memili menggunakan strategi AC. Sebaliknya, jika pemerintah memutuskan untuk tidak memonitoring, maka MNC akan menggunakan startegi CP untuk mengalangi pembajakan sepenuhnya.
17