DAFTAR ISI
BAB I
SISTEM PENDIDIKAN JASMANI
BAB II
PENDIDIKAN PADA ZAMAN PURBA/KUNO
BAB III
MANAJEMEN SISTEM KEOLAHRAGAAN
BAB IV
PETA HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR
BAB V
MASA DEPAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI INDONSIA
BAB IV
FILSAFAT PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA
BAB I SISTEM PENDIDIKAN JASMANI Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termaksud pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik “diharapkan” pula jiwa yang sehat, seperti dengan pepatah “men sana in corporesano” Kesatuan Jiwa Olahraga Akan tetapi, apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau diantara pengembang tugas penjas sendiri. Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani disekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas disekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani dikita masih tidak ditekankan kemana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Contoh dimana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas
dengan menunjukan pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani dilapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.
Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain Olahraga Dalam
memahami
arti
pendidikan
jasmani,
kita
juga
harus
mempertimbangkan hubungan antar bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu popular dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktifitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan didalam keduanya. Olahraga dipihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang teorganisasi, yang menepatkanya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Diatas semua pengertian itu, olahraga adalah aktifitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kopetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain, karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa adanya tujuan kependidikan. Lalu bagaimana dengan Rekreasi dan Dansa (dance)? Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu defenisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, menta dan social. Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, disamping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, disamping sebagai kegiatan yang menyehatkan.
BAB II
PENDIDIKAN ZAMAN PURBA/KUNO Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataanya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis kesamaan. Garis persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah : 1. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. 2. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal. 3. Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa. MESIR Mesir purba telah mengenal peradaban dan kebudayaan tinggi. Ini terbukti dengan telah dikenalnya tulisan dengan huruf hieroglyph (tulisan suci), telah kenal kalender (penanggalan) dengan pembagian 12 bulan tiap tahun, telah mengenal irigasi dan sebagainya. Tujuan pendidikan agar manusia berbuat susila sesuai dengan ajaran agama. Materi pelajaran yang diberikan ialah membaca, menulis, berhitung, bahasa dan ilmu mengukur tanah serta astronomi. Meski telah memiliki pusatpusat pendidikan yakni dikuil-kuil (piramide) yang didalamnya terdapat perpustakaan dan asrama bagi para guru dan murid-muridnya. INDIA Secara ketat/tegas India membagi masyarakat dengan kasta/tingkatan. Dalam kehidupan agama Hindu di India terkenal ada 4 kasta, yaitu:1) kasta Brahmana,2) kasta Ksatria,3) kasta Waisya,4) kasta Sudra(Syudra). Hidup di India bukan ditentukan oleh kepercayaan kepada dewa, tetapi ditentukan oleh tingkatan atau kasta tai. Tujuan akhir hidup adalah mencapai Nirwana. Cirri-ciri pendidikan di India adalah :
1. Pengajaran agama di nomor satukan. 2. Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana. 3. Tujuan pendidikan : mencapai kebahagian abadi (Nirwana). Penyelenggara pendidikan berlangsung dirumah ( keluarga ) dan sekolah. Materi pelajaran yang diajarkan yaitu astronomi, matematika, pengetahuan tentang obat-obatan, hukum, kesusasteraan, sejarah. CINA Cina memiliki keunikan dalam hal kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan cina adalah asli cina tidak terbaur atau tercampur dengan kebudayaan dari luar. Cirri-ciri pendidikan antara lain : 1. Persoalan pendidikan tidak ada kaitannya dengan agama. 2. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan Negara. 3. Tujuan pendidikan adalah mendidik orang berhati mulia dan menghormati sesame. PENDIDIKAN PADA ABAD PERTENGAHAN Ciri-ciri utama dari pendidikan pada abad pertengahan adalah : 1. seluruh pusat pendidikan bersatu untuk mewujudkan cita-cita yang telah ditetapkan oleh gereja Roma Katolik. 2. Gereja berusaha untuk memperbaiki kehidupan rakyat. 3. Mendirikan sekolah-sekolah. RENAESANCE Masa kelahiran (Renaessance) ditandai dengan adanya usaha untuk mengkaji, menafsirkan, merencanakan dan apabila perlu mengecam berlakunya kebudayaan klasik (kuno).
Pada masa/jaman Renaessance muncul aliran : 1. Humanisme : berciri optimis, tak percaya pada kekuatan diluar manusia
termaksud dewa atau tuhan. 2. Reformasi : berciri menentang gereja katolik , ingin kembali ke ajaran Nasrani dengan injil sebagai panutannya. 3. Kontrak Reformasi : ingin memperbaiki keadaan (setelah adanya Reformasi) dan menjalankan disiplin tinggi terhadap peraturan gereja. GARIS BESAR PENDIDIKAN PADA ABAD KE-17 SAMPAI ABAD KE-20 (DI BELAHAN DUNIA BARAT ATAU EROPA) Permulaan abad ke-17 atau masa-masa akhir abad ke-16 muncul aliran baru dalam dunia pendidikan. Aliran baru itu disebut Realisme. Ciri-ciri utama aliran ini yaitu : 1. Tidak
sejalan
dengan
pemikiran
Humanisme
dan
aliran
yang
mendahuluinya. Aliran yang lalu (kuno) bersifat verbalistik dan berorientasi kepada alam nyata. 2. Realisme (real = nyata, konkret) tertarik pada dunia nyata kepada alam dan benda-benda. Tokoh-tokoh pendidikan penting dan berjasa dalam bidang pendidikan abad ke-17 antara lain : 1. Francis Bacon, ia berkeyakinan bahwa pendidikan masa lalu (kalsik) tidak bermanfaat bagi umat manusia lagi. 2. Johann Amos Comenuis, ia berpendapat bahwa pendidikan
harus
diorentasikan kedunia sana (baka), keakhirat. Ia menekankan pendidikan budi pekerti dan kearifan. yang lebih baik. PERBEDAAN MASA KEGELAPAN DAN MASA PENCERAHAN ABAD KEGELAPAN a. Manusia percaya pada tuhan dan segala ajarannya
b. Manusia terikat oleh aturan dan ketentuan gereja. c. Manusia dibentuk untuk melayani gereja, pendidikan diselenggarakan oleh gereja dengan mengabdi pada gereja. ABAD PENCERAHAN a. Manusia percaya pada kemampuan akal budinya. Manusia meyakini bahwa yang dapat membahagiakan adalah manusia itu sendiri, bukan kekasih saying tuhan. b. Manusia ingin bebas dari semua ikatan yang membelenggunya, baik ikatan gereja maupun Negara. Tokoh yang menonjol pada abad ke 18 adalah : 1. J. Rousesau berpendapat bahwa pada dasar (asal) –nya manusia baik, manjadi jelek (jahat) karena pengaruh lingkungan. Dasar pendidikan Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka. 2. John Locke (1632-1704), ia seorang tabib yang ahli filsafat dan ahli ilmu jiwa J. Locke berpendapat bahwa jiwa itu waktu dilahirkan kosong dan pasif. Abad 19 dunia mengalami percepatan (akselerasi) di segala lapangan hidup kerena diIlhami revolusi Perancis dan revolusi indusdtri. Dengan meluasnya citacita pencerahan yang mengumandangkan semboyan manusia dilahirkan bebas dan memiliki derajat yang sama, mereka (kasta ketiga, diluar kaum agama dan bangsawan) menurut egality fraternity dan liberty. Pokok-pokok pikiran pendidikan abad ke 20 : 1. Pendidikan / pengajaran lama yang pasif diganti dengan pendidikan yang membuat anak aktif. 2. Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki integritas kepribadian tinggi dan bertanggung jawab.
Tokoh-tokoh penting yang berjasa di bidang pendidikan : 1. Montessori : Asas pendidikan yang dikehendaki Montessori adalah kebebasan/kemerdekaan. Montessori berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam. 2. Dr. Ovide Decroly (1871-1932). Ia menjadi terkenal karena semboyannya: I’ecole pour la vie par la vie ( sekolah untuk kehidupan oleh kehidupan). Maknanya adalah bahwa anak adalah manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan social. PENDIDIKAN DI INDONESIA Berikut keadaan pendidikan di Indonesia sejak zaman purba hingga kini. Inti pembicaraan sekilas pendidikan di Indonesia meliputi pendidikan zaman purba, zaman pengaruh Islam, dan pendidikan zaman penjajahan. Dasar pendidikan masa Hindu Budha adalah filsafat Hindu Budha. Tujuan pendidikan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai Nirwana. Bersama masuknya agama Islam ke Indonesia masuk pula kebudayaannya. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Pendidikan pada zaman penjajahan kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi (bumi petera). Tujuan utama pendidikan pada masa penjajahan Belanda adalah: 1) mencetak tenaga kerja murah yang siap mengabdi kepada pemerintah (kepentingan penjajah belanda), 2) untuk tetap memperthankan kelangsungan penjajah Belanda di Indonesia. Pada masa penjajahan jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah: 1) untuk mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan 2) untuk membentuk tentara yang siap melawan sekutu. BAB III MANAJEMEN SISTEM KEOLAHRAGAAN INDONESIA Pasal 4 UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
(SKN) mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mepererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, meperkukuh ketahanan nasional, serta mengakat harkat martabat dan kehormatan bangsa. Keseluruhan potensi diri individu yang dapt dikembangkan melalui olahraga dalam bahasa Gardner disebut sebagai multiple intelligent. Atas dasar pemikiran ini, keolahragaan nasional yang dikembangkan menyangkut tiga hal pokok, yaitu (1) olahraga pendidikan, (2) olahraga rekreasi, dan (3) olahraga prestasi. Struktur dasar bangunan olahraga (foundation/ground floor) Bangunan olahraga yang pertama adalah fondasi olahraga yang berada dan dikembangkan dilingkungan keluarga dan masyarakat. Keluarga dan masyarakat memiliki kekuatan yang besar dalam membangun olahraga, kerena kelompok ini jumlahnya paling besar dan memiliki peran strategis dalam menciptakan iklim kecintaan akan kegiatan olahraga sejak awal. Upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat harus menjadi bidikan pertama sebelum memberdayakan komponen lain, Untuk memaksimalkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam olahraga, pemerintah perlu memberikan stimulasi berupa penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang aman dan nyaman bagi mereka. Struktur bangunan pengenalan olahraga (ground floor). Dalam mengenalkan olahraga secara lebih luas, peran sekolah sangatlah tepat, karena disekolah berkumpul kader penerus bangsa mulai tingkat TK hingga pendidikan tinggi. Dasar hukum dan oprasional sudah dirumuskan secara jelas, adapun pelaksanaan di sekolah, yaitu guru pendidikan jasmani tinggal menjalankanya. Struktur bangunan rekreasi olahraga (second floor)
Rekreasi olahraga terkait erat dengan aktivitas waktu luang di mana orang bebas dari pekerjaan rutin. Waktu luang merupakan waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis dan social yang telah menjadi komitmennya. Struktur bangunan perfoma olahraga (third floor) Perfoma olahraga diangkat dari hobi masyarakat yang berkembang melalui klub-klub olahraga yang ada dimasyarakat. Meskipun belum mengarah pada pencapaian prestasi, keberadaanya sangatlah penting terutama untuk menjebatani kegiatan olahraga waktu luang. Struktur bangunan olahraga unggulan dan elite (third floor) Olahraga unggulan dan elite merupakan kelanjutan dari pembinaan olahraga sebelumnya dan berkembang melalui klub-klub olahraga yang sudah secara spesifik menentukan pilihan kecabangan yang dikembangkan oleh masyarakat dan difaslitasi oleh organisasi induk kecabangan olahraga yang melibatkan swasta dan dibantu oleh pemerintah. Struktur bangunan olahraga puncak (gold floor) Olahraga puncak berupa pencapaian prestasi yang mampu memberi konstribusi dalam mengharumkan nama bangsa. Pembinaan olahraga dan pencapaian prestasi dapat dimanfaatkan sebagai pemicu bagi pengembangan sektor lainnya berdasarkan nilai-nilai yang relevan, nilai kehormatan, semangat orientasi terhadap mutu dan prestasi, dan tindakan rasional.
BAB IV PETA HASIL BELAJAR DAN INDIKATOR Rasional Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari system
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial). Pengertian Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang di rencanakan serta sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organic, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka system pendidikan nasional. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani 1. Tujuan Pendidikan Jasmani : a. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan. b. Mengetahui dan memahami konsep aktifitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. 2. Fungsi Pendidikan Jasmani adalah : a. Aspek organik 1. Menjadikan fungsi system tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan. 2. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikelurkan oleh otot atau kelompok otot. b.
Aspek neuromuskuler 1. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot. 2. Mengembangkan
keterampilan
lokomotor,
seperti;
berjalan,
berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.
c.
Aspek perseptual 1. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat. 2. Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
c. Aspek kognitif 1. Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. 2. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika d. Aspek sosial 1. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan diman berada. 2. Belajar berkomunikasi dengan orang lain. 3. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa di terima di masyarakat. e. Aspek emosional 1. Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani. 2. Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton. 3. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat Ruang Lingkup Ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA adalah sebagai berikut : Permainan dan olahraga : Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu. Aktivitas Pengembangan : Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani.
Aktivitas senam : Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti, senam lantai, senam alat dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamanya. Aktivitas Ritmik : Aktivitas ritmik berisi tentang hubungan gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Akuatif ( Aktivitas Air) : Akuatif (aktifitas air) berisi tentang kegiatan dia air, seperti; permainan air, gayagaya renang, dan keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengaetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education): Aktivitas Laur Sekolah berisi tentang kegiatan diluar kelas/sekolah dan dialam bebas lainnya, seperti; bermain dilingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano, dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan sarta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi : 1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya. 2. Menggunakan
bahasa
untuk
memahami,
mengembangkan,
dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
Standar Kompetensi Bahan Kajian Pendidikan Jasmani Permainan dan Olahraga : 1. Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk aktivitas permainan dan berbagai cabang olahraga. 2. Siswa memiliki apresiasi terhadap prilaku bermain dan berolahraga yang termanifestasikan kedalam nilai-nilai, seperti; kerjasama, menghargai teman dan lawan, jujur, adil, terbuka dan lain-lain. Aktivitas Pengembangan : 1. Siswa mampu melakukan berbagai aktivitas untuk membentuk pastur dan kondisi tubuh yang baik. 2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berpikir dalam aktivitas pengembangan dan mengetahui pengaruhnya terhadap kebugaran tubuh dan kondisi yang baik. Uji diri/Senam : 1. Siswa mampu melakukan berbagai gerak ketangkasan. 2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai gerak ketangkasan. Aktivitas Ritmik : 1. Siswa mampu melakukan gerak tubuh sesuai dengan irama. 2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai aktivitas ritmik. Akuatik (Aktivitas Air) : 1. Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk permainan dalam air. 2. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir tentang berbagai aktivitas air. Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education) :
1. Siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar. 2. Siswa mengetahui pentingya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar. Standar Kompetensi Pendidikan Jasmani SMA/MA. 1. memperagakan kemampuan untuk melakukan dan merancang aktivitas pengembangan untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran yang berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 2. melakukan berbagai keterampilan senam berdasarkan konsep yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Rambu – rambu : 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini merupakan pedoman mengajar bagi guru dan merupakan bahan kegiatan pembelajaran yang perlu dipelajari dan dilaksanakan oleh siswa untuk mencapai kompentensi yang dirumuskan dalam setiap kelas. 2. Pendidikan jasmani terdiri dari 6 aspek, yaitu, permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas. Dari keenam aspek tersebut yang wajib di laksanakan adalah : permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri, dan aktivitas ritmik, sementara aspek akuatik dilaksanakan bila disekitar sekolah terdapat sarana pendukung dan pendidikan luar kelas dapat dilakukan dua kali setahun. 3. Pendidikan luar kelas dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun/kenaikan kelas. 4. Setiap aspek dirumuskan dalam standar kompetensi, dasar, indicator, dan materi pokok 5. Jumlah
waktu
pelajaran
pendidikan
jasmani
adalah
dua
jam
pelajaran/minggu, jumlah waktu tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan penilaiannya.
6. Contoh tahap pembelajaran pendidikan jasmani terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) Tahap Persiapan Tahap persiapan ini mencakup langkah-langkah persiapan, seperti : a. Penetapan tujuan pembelajaran. b. Memilih metode pembelajaran. c. Menentukan alokasi waktu 2) Tahapa Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan pada tahap persiapan 3) Tahap Evaluasi a. Mengumpulkan
informasi
tentang
pencapaian kompetensi, tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar. b. Memberikan umpan balik terhadap jalanya pembelajaran.
BAB V MASA DEPAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM SISTEM PENDIDIKAN di INDONESIA Pendahuluan
Konsep pendidikan jasmani adalah bagian dari system pendidikan secara keseluruhan telah lama disadari oleh banyak kalangan. Namun demikian, bila dihubungkan dengan perkembangan masa depan tampaknya kesadaran tersebut harus disertai dengan kemampuan menganalisis dan mengadopsi rambu-rambu perkembangan masa depan kedalam system pendidikan jasmani. Seperti akan dilakukan pada semua komponen pendidikan, standarisasi pendidikan akan dilakukan pada standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana/prasarana,
pengelolaan,
pembiayaan
dan
penilaian
pendidikan. LPTK dan Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Penelitian yang dilakukan oleh Harsono (1993) dan Syarifudin (2000) menemukan bahwa kompetensi sebagian besar guru pendidikan jasmani dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Standarisasi Kurikulum dan Standarisasi Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan pengembangan strategis untuk segera membangun parameter standar kurikulum dan standar kompetensi guru, termaksuk didalamnya adalah pendidikan jasmani. BAB VI FILSAFAT PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA Pendahuluan Filsafat adalah berfikir radikal. Berfikir adalah berfikir hingga ke “radik” akar. Jadi berfikir filsafati dalam pendidikan adalah berfikir mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan. Pertanyaan filsafati biasanya berkisar pada tiga hal; ontologism, epistomologis, dan aksiologi.
Tiga Paradigma Utama Pendidikan Paradigma adalah world view, cara memandang dunia. Dari suatu paradigma akan terbentuk prilaku yang mencerminkan paradigma yang dianut. Kesadaran Manusia Setiap praktek pendidikan membentuk kesadaran. Kesadaran ini dapat didefinisikan juga sebagai pandangan hidup yang menjadi pola (pattern) yang mempengaruhi penerimaan pengetahuan, sikap dan prilaku yang merupakan hasil transfer dari pendidikan itu. Menurut analisis Freire ada tiga kesadaran yang menjadi turunan dari tiga peradigma pendidikan diatas. Pertama, adalah kesadaran magis. Magis terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai hal-hal yang supranatural. Kedua, adalah kesadaran naïf. Masyarakat dengan kesadaran naïf adalah masyarakat yang memandang bahwa setiap ketidak adilan sosial berakar dari kelemahan manusia. Ketiga, adalah kesadaran kritis. Yaitu masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di dunia ini diciptakan oleh sistemyang dibuat oleh manusia itu sendiri.
Tujuan Pendidikan dan Teori Belajar Secara umum ada tiga tujuan pendidikan yang biasanya ingin dicapai oleh para pelaku pendidikan. Tiga tindakan itu adalah; tindakan karya (work), tindakan komunikasi dan tindakan pembebasan. Pendidikan yang bertujuan karya (work) adalah pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan manusia-manusia “siap guna”. Dapat bekerja, baik sendiri maupun bersama-sama untuk melestarikan dan memajukan system yang telah ada.
Berikut ini simpul-simpul teori –teori belajar tersebut menurut Ernest Hilgard dan Gordon Bower dari Standford University : Dari teori S-R. •
Murid harus aktif
•
Frekuensi latihan yang cukup tinggi sangat penting untuk memperoleh ketrampilan dan retensi (pengutan daya ingatan) dilakukan belajar secara berulang-ulang.
Dari teori kognitif : •
Organisasi pengetahuan yang akan disajikan tidak mengalami arbitrasi. Prosedur penyajian materi tidak sekedar berlangsung dari yang sederhana hingga yang kompleks, tetapi dari keseluruhan sample sampai keseluruhan yang lebih kompleks.
•
Secara kultural belajar relatif. Situasi belajar dipengaruhi oleh kebudayaan secara luas maupun oleh sub-kebudayaan dimana orang merasa memiliki.
Dari teori motivasi dan kepribadian : •
Memperhatikan kemampuan masing-masing murid sangat penting. Ratarata cara dan waktu belajar masing-masing individu sehingga harus diakomodasikan dalam desain training.
•
Perkembangan setelah bayi lahir, pengaruh keturunan serta bakat dan kemampuan sama pentingnya untuk diperhatikan.
Tujuan pendidikan yang kedua adalah interaksi atau komunikasi. Pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang egaliter yang mampu bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pendidikan yang ketiga adalah pembebasan. Pendidikan pembebesan bertujuan agar manusia tidak hanya menyadari kekuatan-kekuatan individunya. Penutup Demikian makalah singkat ini disajukan. Beberapa hal yang belum dibahas pada
tulisan ini meliputi kajian mengenai aspek-aspek teknis seperti; pendekatan pendidikan, peran guru/fasilitator pendidikan, metodologi, media pendidikan, evaluasi, Insya Allah akan dibahas pada tulisan berikutnya.
ADMINISTRASI ORGANISASI PERTANDINGAN
OLEH ARMIANSYAH MATERI PERKULIAHAN
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2009
SISTEM PENDIDIKAN JASMANI
OLEH ARMIANSYAH MATERI PERKULIAHAN
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2009