Tugas Modul 3 Pengorganisasian Informasi.docx

  • Uploaded by: Dersani la Pattajang
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Modul 3 Pengorganisasian Informasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,013
  • Pages: 7
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA

A. Pendahuluan Manusia dikenal sebagai mahluk yang berpikir. Ketika bertemu dengan sebuah situasi baru, mengatasi persoalan, membuat sebuah kreasi baru, mengamati sebuah fenomena, manusia selalu melibatkan akal pikiranya. Kemampuan ini merupakan salah satu aspek elementer yang membentuk keutuhan manusia. Sebagian besar aktivitas manusia melibatkan apa yang disebut dengan memori. Namun, aktivitas yang melibatkan memori itu sendiri kadang-kadang tidak disadari dan sering tidak dihiraukan arti pentingnya. Fungsi memori sangat dibutuhkan ketika seseorang melakukan rutinitas, percakapan dengan teman, membaca buku, belajar di kelas, dll. Namun, ketika melakukan sebuah aktivitas, terkadang mengalami kesulitan untuk mengingat seperti lupa nomor telepon, lupa alamat, dll. Hal in menarik karena pada beberapa situasi otak dan manusia memiliki beberapa keterbatasan ketika dihadapkan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Dalam menginterpretasi sesuatu, baik itu berupa benda, fenomena sosial, dan sebagainya, pikiran manusia akan meresponnya berdasarkan informasi-informasi lama yang telah tersimpan sebelumnya dalam memori (ingatan). Proses ini selanjutnya menghasilkan pemutakhiran terhdap informasi-informasi lama. Pemrosesan informasi ini erat kaitannya kegiatan belajar. Proses belajar merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang sedang belajar. Proses ini berlangsung abstrak karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Proses ini hanya akan terlihat jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dari sebelumnya dari segi pengetahuan, afektif, maupun psikomotornya. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Untuk memperoleh perubahan pada individu diperlukan informasi-informasi yang dapat diserap dalam memori yang sering kita kenal dengan istilah ingatan sebagai penahan atau penyimpanan informasi yang berlangsung dari waktu ke waktu. Pemrosesan informasi dalam memori melibatkan kegiatan penyandian atau pengkodean (encoding), penyimpanan (storage) dan pengambilan kembali (retrieval). Dalam bahasa sehari-hari, kegiatan encoding umum dikenal dengan istilah atensi, perhatian atau belajar. Menurut Santrock atensi adalah

konsentrasi atau pemfokusan sumber daya mental. Seiring dengan pertumbuhannya, kemampuan atensi anak dapat bertahan lebih lama. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang bagaimana suatu informasi/ pengetahuan diolah dalam ingatan (memori) manusia. Adapun rumusan masalahnya yakni : 1. Apa saja teori yang terkait dengan pemrosesan informasi? 2. Bagaimana usaha untuk meningkatkan memori? 3. Bagaimana aplikasi teori pemrosesan dalam pembelajaran?

B. Pembahasan 1. Teori pemrosesan informasi a. Teori Atkinson dan Shiffrin Proses Informasi pada Manusia merupakan teori bagaimana manusia menerima, menyimpan, mengintegrasikan, mengambil dan menggunakan informasi. Sejak penemuan pertama komputer, psikolog telah menggambarkan secara pararel hubungan antara komputer dan pikiran manusia, berbasis pemodelan memori (ingatan). Pemodelan yang mendominasi pada era 1970an dan 1980an adalah 3 komponen sistem pemrosesan informasi oleh Atkinson dan Shiffrin tahun 1968 yang terinpirasi oleh arsitektur perangkat keras komputer. Model pemrosesan informasi menurut Atkinson dan Shiffrin ini mendasarkan pada konsep memori dengan tiga bentuk simpanannya yaitu memori sensoris atau memori cerapan indera, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Setiap bentuk simpanan dari teori ini memiliki kapasitas dan tugas yang berbeda-beda. Memori cerapan indera memiliki kemampuan untuk menyimpan sejumlah informasi yang ditangkap melalui indera yang relatif terbatas untuk periode waktu yang sangat singkat. Pada saat kita memperoleh informasi, informasi tersebut akan ditangkap oleh indera kita lalu masuk ke dalam memori sensoris kita dan dipertahankan dalam waktu yang relative singkat. Setelah itu, informasi tersebut akan ditransfer ke memori jangka pendek. Pada memori jangka pendek informasi dipertahankan selama 30 detik atau kurang. Atkinson dan Shiffrin menyatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk masuk ke memori jangka panjang. Kapasitas memori jangka pendek yang terbatas sehingga membutuhkan pengulangan supaya informasi yang ditransfer ke memori jangka pendek tidak hilang begitu saja.

b. Teori Fergus I. M. Craik dan Robert Lockhart Teori tingkatan pemrosesan informasi diajukan oleh Craik dan Lockhart pada tahun 1972. Craik dan Lochart berpendapat bahwa memori tidak terdiri dari penyimpanan yang berbeda, melainkan suatu kontinum di mana kedalaman pengodean

bervariasi.

Schunk

menyatakan

bahwa

padangan

teori

ini

mengemukakan tentang cara-cara yang berbeda dalam memproses informasi (seperti level atau kedalaman dimana informasi diproses) yang terdiri dari fisik (permukaan), akustik (fonologis, bunyi), dan sematik (makna). Teori ini menekankan pada aspek keluwesan atau fleksibilitas manusia di dalam memproses informasi, teori ini juga disebut dengan LOP–Level Of Processing. Schunk menambahkan ketiga level ini sifatnya dimensional dimana pengolahan fisik menjadi yang paling dangkal, dan pengolahan semantik yang paling dalam. Teori ini menekankan jika untuk memroses suatu informasi tertentu tidak perlu berpindah ke proses berikutnya karena kedalaman pengolahan bisa berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan dalam bagan mengenai kedalaman pemrosesan. 1) Analisis fisik atau dangkal (shallow level), berisi memory tentang analisa fitur fisik atau karateristik sensory dari suatu stimulus. Misalnya; garis, sudut, kontur, warna dan huruf. Ingatan dalam shallow level ini mudah berubah dan mudah hilang 2) Analisis akustik, berisi kombinasi-kombinasi bunyi yang menyertai huruf dan kata (contohnya, irama). 3) Analisis semantik (deeper level), berisi analisa tentang arti (mearning). Pada tahap ini analisa yang dilakukan mengenai makna/arti suatu stimulus akan melibatkan asosiasi.Ingatan dalam deep level mempunyai durasi yang lebih panjang; yang berarti tidak cepat hilang (ingatan kuat) c. Pemrosesan informasi Untuk mengatasi kekurangan pada model tiga penyimpanan Atkinson Shiffrin dan model tingkatan pemrosesan informasi Craik dan Lockhart maka diperlukan gabungan dari kedua teori ini. Jika proses pemrosesan informasi dimulai dengan adanya rangsangan atau stimulus yang kemudian ditangkap melalui indera dan diteruskan ke dalam sensori memori. Didalam sensori memori informasi yang ditangkap itu berupa visual atau auditori, informasi tersebut dikenali dah mendapat perhatian. Setelah itu dari memori sensori informasi itu diteruskan ke dalam memori jangka pendek atau working

memory. Pada tahap ini, informasi yang telah diperoleh diulang atau dibedakan setelah itu informasi kemudian di encoding dan masuk kememori jangka panjang. Di dalam memori jangka panjang, informasi tersebut diasosiasikan dengan pengetahuan suadah ada sebelumnya dan kemudian disimpan. Informasi yang telah diasosiasikan itu kemudian dipanggil kembali (retrieval) ke dalam memori jangka pendek baru setelah itu timbullah respon. Para psikolog kognitif memahami proses-proses memori mengandung tiga operasi umum yaitu pengkodean (encoding), penyimpanan dan pengambilan informasi. 1) Pengkodean (encoding) Encoding proses yang pertama kali dilakukan ketika menerima suatu informasi. Pembelajar umumnya menyimpan informasi yang diterima tidak persis seperti sama namun mereka melakukan pengkodean (encoding), yaitu dengan memodifikasi informasi dengan suatu cara. Pengkodean biasanya dilakukan untuk

membuat

informasi

baru

yang

dimiliki

menjadi

bermakna

dan

menghubungkannya dengan informasi-informasi yang telah ada di Long Term Memory (Memori Jangka Panjang). Schunk menyatakan bahwa pengkodean merupakan proses menempatkan informasi yang baru ke dalam sistem pengolahan informasi dan mempersiapkannya untuk disimpan di Long Term Memory (Memori Jangka Panjang). Ketika kita mendengarkan musik, menonton film, berbincang dengan teman, kita telah mengkodekan informasi ke dalam memori kita. Menurut Santrock ada enam konsep yang berhubungan dengan pengkodean, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penataan (organisasi). 2) Penyimpanan Informasi yang telah diterima akan dibentuk menjadi encoding dan proses selanjutnya akan disimpan di dalam memori. King menjelaskan bahwa penyimpanan (storage) mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan waktu dan bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan. Memori dijadikan tempat penyimpanan untuk segudang informasi yang telah dialami sehingga memori berfungsi untuk menghubungkan kejadian yang lalu dengan kejadian sekarang dan kejadian yang akan datang. Aspek yang menonjol dari penyimpanan ini adalah tiga penyimpanan dari komponen memori yaitu memori sensoris, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

3) Pengambilan Setelah

menarik

informasi

lalu

mengodekannya

kemudian

menyimpannya dalam memori maka bagian terakhir dari pemrosesan informasi adalah pengambilan informasi tersebut. King berpendapat bahwa pengambilan kembali (retrieval) ingatan terjadi ketika informasi yang disimpan pada ingatan dikeluarkan dari penyimpanan. Pengambilan kembali ingatan dapat dilakukan secara otomatis dan membutuhkan beberapa usaha sementara beberapa pengambilan bisa menjadi gagal karena lupa. 2. Usaha untuk meningkatkan memori Meningkatkan kemampuan memori dalam pemrosesan informasi tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun dibutuhkan suatu usaha untuk bisa memproses informasi dengan baik. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerja memori dengan baik. a) Perhatian (attention) Dalam pemrosesan informasi perhatian adalah syarat utama seseorang dapat memperoleh informasi. Fokuskan perhatian kepada suatu informasi yang ingin diketahui akan lebih mempermudah proses encoding sehingga pada saat perhatian gangguangangguan yang dapat merusak perhatian harus diminimalisir.

Dalam

proses

pembelajaran, guru perlu menarik perhatian siswa dan menyedikan sarana prasarana belajar yang mendukung untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. b) Pengulangan (rehearsal) Pengulangan (rehearsal) diperlukan untuk mempertahankan informasi pada saat akan di encoding sehingga dapat tersimpan dalam memori jangka panjang. c) Khususkan konteks atau bahan untuk mudah diingat dengan hal-hal yang lain Informasi yang ingin diperoleh hendaknya berhubungan dengan informasi yang lain sehingga mudah cara pemanggilannya. Cara ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dan membuat catatan dengan baik. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri setelah membaca atau memperoleh suatu informasi akan mengembangkan asosiasi dengan informasi yang berhubungan atau perlu diambil dari memori. Mencatat informasi yang diperoleh sangat berguna untuk tetap menjaga informasi itu agar tidak hilang karena berlalunya waktu. d) Pengorganisasian informasi dengan menggunakan strategi

Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk bisa mengorganisasikan informasi adalah dengan mnemonic. King menyatakan bahwa strategi mnemonic adalah bantuan ingatan visual dan/atau verbal. Berikut ini adalah tiga jenis cara mnemonic. 1) Metode loci, anak menyusun imaji/citra dari suatu item yang akan diingat dan membayangkan anak tersebut menyimpannya dalam lokasi yang dikenali. Misalnya jika anak harus mengingat sederetan konsep maka mereka bisa membayangkan meletakkannya di rumah rumah mereka, seperti di kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan sebagainya. Pada saat anak perlu mengambil kembali informasi tersebut, anak bisa membayangkan rumahnya lalu membayangkan dirinya berjalan di ruang-ruang untuk mengambil konsep itu. 2) Metode kata kunci, metode ini diterapkan dengan melekatkan imaji kepada dengan kata-kata yang penting. Misalnya ketika menerangkan variabel x pada siswa, kita bisa membuat perumpamaan jika variabel x itu adalah kue atau apel. 3) Akronim, metode ini menciptakan kata dari huruf pertama item yang akan diingat. Misalnya untuk menghafalkan warna pelangi bisa dihafalkan dengan cara mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) 3. Aplikasi dalam Pembelajaran Aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan teori Gagne yaitu kondisi-kondisi pembelajaran dan bisa juga dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran PQ4R dan SQ3R. Berikut ini adalah penjelasannya. a) Teori pembelajaran Gagne Salah satu teori pengajaran yang paling populer berdasarkan prinsip-prinsip kognitif adalah teori pengajaran yang dirumuskan oleh Robert Gagene (1985). Pada teori ini terdapat sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu persiapan, tahap pembelajaran utama atau inti, dan tahap transfer belajar. Pada tahap persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas memerhatikan, harapan, penarikan. Sementara pada tahap pembelajaran utama atau inti adalah penguasaan dan praktik yang terdiri dari persepsi selektif, pengkodean semantik, penarikan dan pemberian respons dan penguatan. Pada tahap transfer belajar meliputi pemberian tanda untuk penarikan dan generalisabilitas. b) Penggunaan strategi pembelajaran SQ3R dan PQ4R SQ3R merupakan salah satu strategi pembelajaran dalam yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang memiliki singkatan dari Survey, Question, Read,

Recite, Review. Sementara PQ4R merupakan strategi pembelajaran yang lebih baru dari SQ3R dengan tambahan R yaitu Reflect. Metode ini dikembangkan oleh Thomas Robinson yang termasuk ke dalam strategi elaborasi. PQ4R merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Recite, Review dan Reflect.

C. Kesimpulan Tokoh dalam teori pemrosesan informasi terbagi menjadi dua, yaitu tokoh tiga simpanan memori yaitu Atkinson-Shiffrin dan teori pemrosesan mendalam CraikLockhart. Pada teori Atkinson-Shiffrin simpanan memori terbagi atas sensori memori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang (simpanan). Sementara pada teori Craik-Lockhart pemrosesan memori terbagi menjadi pemrosesan dangkal (fisik), pemrosesan akustik, dan pemrosesan semantik (dalam). Kedua teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda sehingga untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan gabungan dari kedua teori ini. Teori pemrosesan informasi memiliki tiga operasi umum yaitu encoding, penyimpanan, dan pengambilan. Dalam encoding ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses ini yaitu atensi, pemrosesan mendalam, pengulangan, dsb. Penyimpanan terdiri dari sensori memori, memori jangka pendek atau working memori, dan memori jangka panjang (simpanan). Sementara pada pengambilan terdapat dua macam yang terjadi pada proses pengambilan yaitu pemanggilan kembali dan lupa. Aplikasi dalam proses pembelajaran tentang teori pemrosesan informasi bisa dilakukan dengan berpedoman pada teori Gagne dan metode SQ3R atau PQ4R. Teori Gagne menekankan pada prinsip-prinsip kognitif. Pada teori ini terdapat sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu persiapan, tahap pembelajaran utama atau inti, dan tahap transfer belajar. Sementara metode SQ3R dan PQ4R adalah salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pemrosesan informasi. PQ4R adalah singkatan dari preview, question, read, reflect, recite, dan review.

Related Documents

Tugas Modul 3.docx
June 2020 11
Tugas Akhir Modul 3.pdf
November 2019 24
Modul 3
April 2020 30
Modul 3
July 2020 41
Modul 3
June 2020 24

More Documents from "Suhadi Sahru"