TEKSTUR BATUAN BEKU INTERMEDIET Oleh: - Fathur Imam Mujaddid 12016034 - Sayyid Abdullah Marzuqi 12016044 - Rahaldi Taher 12016052
A. Batuan Beku Intermediet Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magmayang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Mineral-mineral utama pembentuk batuan beku diantaranya ada:
Mineral Felsic contohnya adalah plagioklas, alkali feldspar, kuarsa, ortoklas, muskovit, dan mineral felsik lainnya yang umumnya berwarna cerah. Mineral Mafic contohnya adalah olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan mineral mafic lain yang umumnya berwarna gelap.
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi: 1. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya adalah Dunit dan Peridotit. 2. Batuan beku basa yang memiliki kandungan silika antara 45% - 52%. Contohnya adalah Gabbro, Basalt. 3. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66% contohnya Andesit dan Syenit 4. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.
Gambar 1. Seri reaksi bowen untuk mineral-mineral pembentuk batuan beku, untuk batuan itermediet ditunjukkan dengan gambar yang berwarna biru toska dengan kandungan silika mencapai 45-65%.
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku intermediet termasuk kepada kelompok Diorit-Andesit (Gambar 1), yang tersusun atas mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit, dengan ortoklas dalam jumlah yang terbatas. Pada umumnya kandungan mineral felsik dan mafik pada batuan beku intermediet ini memiliki jumlah yang hampir sama banyak.
B. TEKTSTUR BATUAN BEKU INTERMEDIET Tekstur dalam hal ini mengacu pada derajat kristalisasi, ukuran butir, dan hubungan geometris antara komponen pembentuk batuan (fabric). B.1. Tekstur Batuan Beku secara umum 1. Derajat Kristalisasi Holokristalin – Komposisi batuan seluruhnya kristal Hipokristalin – Batuan mengandung gelas dan kristal. Holohyalin – Keseluruhan komponen penyusun batuan adalah gelas. Microlites – Kristal yang kecil sekali bersifat birefringent. Crystallites – Lebih kecil dari microlites, berbentuk bulat, bersifat isotropik. 2. Ukuran butir Cryptocrystalline – Mineralnya tidak bisa ditentukan meskipun menggunakan Mikroskop Aphanitic – Mineralnya tidak bisa ditentukan dengan mata telanjang Phaneritic – Mineralnya dapat ditentukan dengan mata telanjang Jika butirannya memiliki ukuran yang relatif sama, maka akan terbagi menjadi: -
Fine < 1 mm Medium 1-5 mm Coarse 5 mm – 3cm Very Coarse > 3cm
3. Bentuk dari ukuran kristal A1. Euhedral (idiomorphic) – Bentuk butiran mineralnya sempurna
Gambar 2.Gambar mineral euhedral yang berwarna putih, berbentuk heksagonal
A2. Subhedral (hypidiomorphic) – Bentuk butiranya seperti hancur sebagian
Gambar 3. Kumpulan mineral subhedral
A3. Anhedral (allotriomorphic) – Butira berbentuk tidak sempurna, tidak seperti bentuk yang sebenarnya.
Gambar 3. Kumpulan mineral anhedral yang ditunjukkan dengan warna abu terang dan abu gelap.
B. Habit - columnar, acicular, fibrous, tabular, prismatic, equant, and flaky C. Orde Kristalisasi C.1. Saat suatu mineral di lingkupi oleh mineral lain, mineral yang melingkupi adalah mineral yang relatif muda. C.2. Secara umum kristal yang terbentuk lebih awal memiliki bentuk euhedral C.3. Jika terdapat mineral yang memiliki ukuran besar dan kecil bersamaan, mineral dengan ukuran yang besar terbentuk pertama C.4. Tidak semua aturan ini berlaku. 4. Tekstur Granular – Hampir semua mineral pada batuan mendekati equidimensional Panidiomorphic-granular – Mineral utama bersifat euhedral Hypidiomorphic-granular – Beberapa unsur mineral euhedra, beberapa subhedral, dan sisanya anhedral
Microgranitic – tekstur yang berkembang hanya dalam skala mikroskop. Allotriomorphic – granular – Hampir semua unsur mineral bersifat anhedral.
5.
Tekstur porfiritik – Untuk mineral inequigranular terbagi menjadi: Megaphenocrysts - Dapat terlihat dengan mata telanjang. Microphenocrysts – Mikroskop dibuuhkan untuk mengenali fenokrisnya, Tekstur bersifat microporphyritic. Vitrophyric – Massa dasarnya gelas. Felsophyric – Massa dasar nya merupakan intergrowth dari kuarsa dan feldspar. Glomeroporphyritic – Fenokris berkumpul menjadi beberapa kelompok.
6.
Tekstur yang terkait dengan hubungan mineralnya (Pada Bataun Beku Intermediet)
-Porfiritik Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran kristal mineral yang menyusun suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2 terminologi yaitu fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan masa dasar (penyusun batuan dengan ukuran lebih kecil). Tekstur ini terbentuk akibat adanya kristalisasi magma yang terjadi pada dua kondisi berbeda. Fenokris akan cenderung terbentuk terlebih dahulu ketika magma masih mengalami pendinginan relatif lambat, lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar membuat magma mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal berukuran relatif lebih kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih dahulu.
Gambar 4. Tekstur porfiritik
-Vitrofirik Sama halnya dengan porfiritik, hanya saja masa dassarnya berupa gelas.
Gambar 5. Tekstur vitrofirik, olivin yang dilingkupi dengan massa dasar gelas
-Poikilitik Tekstur ini menunjukkan kenampakan adanya inklusi mineral-mineral secara acak dan tidak teratur pada suatu tubuh kristal mineral yang besar. Tekstur ini terbentuk akibat mineralmineral yang menginklusi terbentuk terlebih dahulu. Selanjutnya terjadi pembentukan mineral yang diinklusi melalui pendinginan magma secara lambat akibat perubahan kondisi sekitar sehingga mineral yang terbentuk ini memiliki waktu lebih lama untuk tumbuh dengan nukleasi yang lambat. Keadaan ini akan menyebabkan mineral yang besar tampak diinklusi oleh mineral-mineral yang lebih kecil.
Gambar 6. Tekstur poikilitik, kenampakan mineral coklat yang diinklusi oleh mnera-mineral yang berbentuk menjarum.
-Trakitik Tekstur ini memiliki kenampakan yang cukup menarik berupa adanya mikrolit atau cryptocrystalline plagioklas yang menunjukkan kesejajaran di antara mineral lain. Tekstur trakhitik sering ditemukan pada batuan beku vulkanik. Tekstur ini terbentuk akibat adanya aliran magma atau lava yang membuat orientasi penyusunan mineral menjadi sejajar. Hal ini cenderung disebabkan karena bentuk kristal plagioklas yang cenderung memanjang akan lebih mudah mengikuti arah aliran lava atau magma sesuai dengan arah memanjangnya kristal. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan aerodinamika.
Gambar 7. Tekstur trakitik yang menunjukkan kesejajaran mineral plagioklas.
-Zonasi normal Tekstur ini menunjukkan perubahan komposisi plagioklas dalam satu arah dari bagian inti yang kaya dengan Anorthit menuju bagian pinggir yang miskin Anorthit. Hal ini diikuti pula dengan perubahan progresif dari sudut pemadaman.
Gambar 8. Tekstur plagioklas yang mengalami zonasi.
-Zonasi bergelombang Tekstur ini menunjukkan berubahnya komposisi plagioklas secara siklik dari bagian dalam menuju bagian luar. Perubahan ini membentuk bentukan cincin antara plagioklas yang memiliki sudut pemadaman yang kecil dengan yang mempunyai sudut pemadaman besar.
Gambar 9. Zonasi Bergelombang
-Sieve-texture Tekstur ini merupakan kombinasi dari tekstur zonasi dan resorpsi dalam plagioklas yang merekam perubahan fisika dalam sistem magmatik.
Gambar 10. Gambaran tekstur sieve di plagioklas
-Melt inclusions Tekstur ini ditunjukkan oleh adanya inklusi mineral lain dalam suatu fenokris. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan secara cepat dari fenokris sehingga memerangkap mineral lain dalam bentuk cairan yang kemudian membeku menjadi inklusi gelas di dalam fenokris yang berbentuk kristal.
Gambar 11. Gambaran mikrofotografi yang merepresentasikan melt inclusion.
-Seriate texture Tekstur ini merupakan salah satu jenis dari tekstur porfiritik yang ditunjukkan oleh variasi secara kontinu dari ukuran kristal. Tekstur ini biasanya hadir pada plagioklas di beberapa batu Andesit
Gambar 12. Teksur seriate pada plagioklas
-Resorption texture Tekstur ini merupakan pelarutan kembali mineral ke melting magma atau larutan pembentuk mineral tersebut.
Gambar 13. Resorption pada mineral dengan pengamatan menggunakan SEM.
Daftar Pustaka Williams, Turner, and Gilbert (1954) Petrography. W. H. Freemanand Company, San Fransisco. Gill, Robin. (2011). Igneous Rocks and Processes. Hoboken, NJ: WileyBlackwell.