MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI A. PENGERTIAN MIKROORGANISME Microbiology
adalah
cabang
biologi
yang
mempelajari
mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan sangat penting dalam memelihara keseimbangan ekologi dan keseimbangan ekosistem di bumi. Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan dan ada pula yang merugikan, baik terhadap manusia ataupun hewan. Oleh karena itu untuk mengetahui segala sesuatu tentang mikroorganisme perlu adanya cabang ilmu mikrobiologi.
B. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME Mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis : a. Bakteri
Bakteri
merupakan
mikroorganisme
bersel
tunggal,
tidak
berklorofil dan berkembangbiak dengan cara membelah diri. bakteri ada yang bersifat patogen dan non-patogen. Bakteri yang bersifat pathogen yaitu bakteri yang berbahaya karena pembawa penyakit. Tapi tentunya tidak semua bakteri bersifat pathogen, hanya sebagian kecil. Sedangkan yang lain bersifat non-patogen atau menguntungkan. Bakteri inilah yang kita menfaatkan dalam bidang farmasi untuk pembuatan obat. Tetapi, bakteri pathogen juga bisa menguntungkan jika kita tahu cara memanfaatkannya. Misalnya pembuatan antibiotik. Berikut adalah contoh-contoh bakteri yang berperan di bidang industry farmasi.
-
Streptomyces
griceus,
menghasilkan
antibiotik
streptomisin
(membunuh bakteri penyebab TBC). -
Streptomvces aureofaciens, menghasilkan antibiotik aureomisin.
-
Streptomyces olivaceus, untuk menghasilkan sianokobalamin vitamin B12.
-
lostridium acetobutylicum, menghasilkan aseton dan butanol. Satuan ukuran bakteri menggunakan mikrometer (µm) yang setara dengan 10-3 milimeter (mm). Bakteri yang sering kita pelajari dalam mikrobiologi umumnya berukuran 0,5-1,0 x 2,0-5,0 µm, meskipun ada beberapa yang di luar range ini, bahkan sampai lebih dari 100 µm dan sebaliknya bakteri pleomorfik seperti mikoplasma ukurannya berkisar 0,1 – 0,3 µm. Oleh karena itu kalau kita melihat ukuran bakteri secara keseluruhan lebarnya dapat berukuran 0,1 µm dan panjangnya mencapai lebih dari 100 µm. Komponen utama genom bakteri adalah sebuah molekul DNA sirkular untai-ganda atau yang sering kita sebut sebagai kromosom bakteri. Selain kromosom, banyak bekteri juga memiliki plasmid, lingkaran-lingkaran DNA yang jauh lebih kecil lagi. Ada beberapa bentuk dasar sel bakteri, yaitu bulat (coccus), batang atau silinder (bacillus), dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar.
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif a. Bakteri Gram positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. Disisi lain, bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh
ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya. Ciri-ciri Bakteri Gram Positif Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit. Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut Tidak peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk berupa eksotoksin dan endotoksin
Penyakit dari Bakteri Gram Positif Gram
Gram
Genus
Penyakit
Staphylococcus
impetigo, keracunan makanan, bronkitis
Streptococcus
pneumonia/radang paru, meningitis, karies
Enterococcus
gigi
Listeria
enteritis
Bacillus
listeriosis
Clostridium
anthrax
Mycobacterium
tetanus, botulisme
Propionibacteriu
difteri
m
tuberkulosis
Mycoplasma
jerawat
Positif
pneumonia
b. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop. Disisi lain, bakteri gram-positif akan berwarna ungu. Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma
tunggal
yang
dikelilingi
dinding
sel
tebal
berupa
peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam
teikhoat. Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya. Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gramnegatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin). Ciri-ciri Bakteri Gram Negatif Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalamlapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana. Tidak resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat Peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Endotoksin Penyakit dari Bakteri Gram Negatif Genus
Penyakit
Gram
Gram Negatif
Salmonella
Salmonelosis
Escherichia
gastroenteritis/radang saluran cerna
Shigella
disentri
Neisseria
meningitis, gonorea
Bordetella
batuk rejan
Legionella
legionnaires' disease
Pseudomonas
infeksi luka bakar
Vibrio
kolera
Campylobacter
gastroenteritis
Helicobacter
tukak lambung
Haemophilus
bronkitis, pneumonia
Treponema
sifilis
Chlamydia
pneumonia, uretritis, trakoma
c. Perbandingan struktur antara Gram negative dan Gram positif
b. Virus
Virus merupakan
agen terkecil
yang dapat
mengarahkan
pengadaannya sendiri, bersifat ultramikroskopik atau terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa. Virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron, tetapi beberapa virus sudah dapat diamati dengan mikroskop biasa yang mempunyai pembesaran sepuluh ribu kali. Hasil pengamatan mikroskop elektron, virus dapat dibedakan menjadi 3 macam bentuk, yakni : berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam sel yang hidup. Ukuran virus panjang sekitar 1400 nm, kapsidnya sekitar 80 nm, diameter kapsidnya 10nm–30nm. Supermikroorganisme ini hanya dapat dilihat melalui scanning atau transmisi mikroskop electron. Peranan virus yaitu, untuk memproduksi interferon yaitu protein kecil yang dihasilkan oleh sel normal sebagai respon terhadap infeksi virus. Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus yang diubah menjadi gen baik (penyembuh) disebut vaksin. c. Jamur atau Fungi
Fungi
merupakan
organisme
heterotrofik
absorbtik
yang
memerlukan senyawa organik untuk sumber tenaganya. Fungi dapat hidup pada benda organik mati maupun organisme hidup. Mereka yang hidup dari bahan organik mati disebut saprofit dan yang hidup pada organisme hidup disebut parasit. Fungi saprofitik berperan penting dalam merombak sisa-sisa bahan organik menjadi senyawasenyawa yang sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh organisme lain. Selain sebagai perombak (dekomposer), fungi saprofitik juga berperan penting dalam fermentasi industri, misalnya dalam industri minuman anggur, antibiotik, tape, kecap dan masih banyak lagi. Sebagai dekomposer, fungi juga merugikan manusia jika bahan organik yang dirombak merupakan bahan yang kita butuhkan, misalnya : kayu, tekstil, makanan, produk pasca panen pertanian dan bahan-bahan lain. Sebagai parasit, fungi dapat menyerang manusia, hewan dan tumbuhan. Fusarium oxysporum, Phytophthora infestan, Coleto-
trichum gloeosporoides merupa-kan contoh fungi parasit yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Jamur juga memiliki peran yang besar di bidang industri farmasi. Walaupun sebagian besar jamur bersifat toxic (racun), tetapi ada juga jamur yang bisa digunakan sebagai obat. Salah satunya adalah Ganoderma yang diyakini dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Ekstrak miselium Ganoderma yang berkhasiat anti tumor juga diyakini dapat menghambat infeksi HIV pada sel-sel manusia yang dibiakkan. d. Protozoa
Protozoa merupakan anggota hewan yang paling sederhana. Tubuh mereka sangat sederhana tersusun dari sel tunggal, memiliki ukuran mikroskopis, sebagian besar hidup bebas tetapi ada yang hidup parasit pada bermacam-macam jenis hewan. Protozoa tersusun atas organel, karena merupakan diferensiasi dari satu sel. Protozoa merupakan eukariotik dengan inti yang diselubungi oleh membran (selaput). Protozoa
bergerak
pseudopodia.
dengan
menggunakan
flagela,
silia,
dan
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam. Beberapa bentuk lonjong atau membola ada yang memaanjang dan ada yang polimorfik atau mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda dalam siklus hidupnya. Ukuran protozoa berbeda-beda, mulai dari berdiameter 1 µm sampai beberapa mm. Amoeba proteus hanya berukuran ± 1 µm, Ciliata ± 2 mm. Beberapa contoh protozoa, yaitu : Trypanosoma rhodesiense (Mastigophora
penyebab
penyakit
tidur),
Giardia
lamblia
(Mastigophora penyebab penyakit diari), Trichomonas vaginalis (Mastigophora penyebab penyakit vagina), Entamoeba histolytica (Sarcodina penyebab penyakit disentri), Plasmodium malariae, P. vivax, P. ovale, P. falciparum (Sporozoa penyebab penyakit malaria). e. Alga
Alga adalah sekelompok organisme autotrof. Alga digolongkan dalam tumbuhan talus. Alga meliputi organisme bersel satu (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Ganggang memiliki ukuran beragam dari beberapa mikrometer sampai kepada bermetermeter panjangnya. Organisme ini mengandung klorofil untuk melangsungkan fotosintesis. Kebanyakan alga berukuran mikroskopis. Alga berukuran sangat bervariasi, mulai dari beberapa µm sampai bermeter-meter panjangnya. Alga bersifat fotosintetik sehingga semua
alga mengandung klorofil dan pigmen-pigmen lain. Kebanyakan alga hidup di air dan sebagian besar merupakan fitoplankton yang berguna sebagai sumber makanan organisme lain dan merupakan produsen primer bahan organik atau permula rantai makanan aquatik dan sumber oksigen. Sebagai organisme fotosintetik, alga merupakan penghasil senyawa karbon organik sebanding dengan yang dihasilkan oleh seluruh tumbuhan darat. Alga diperhatikan manusia karena banyak perannya. Alga merah dan coklat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, taanah diatome (sisa alga mati) dapat digunakan sebagai isolator arus listrik, banyak alga mengandung vitamin A, B1, C, D, dan K. Alga juga dimanfaatkan manusia sebagai sumber makanan. Alga merah dapat menghasilkan polisakarida penting (karegen) dan agar-agar yang digunakan sebagai pengimulsi, pengental, dan pemadat makanan.
C. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK a. Perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik
b. Persamaan sel prokariotik dan sel eukariotik Beberapa struktur yang sama. Salah satunya adalah sama – sama memiliki ribosom. Ribosom ini adalah tempat berlangsungnya sintesis protein, dimana hasil dari sintesis protein ini sangat penting dalam pembentukan struktur sel lainnya. Selain itu, sel prokariotik dan eukariotik juga sama – sama memiliki membran sel, sitoplasma dan inti sel yang berisi RNA dan DNA, walaupun dari segi struktur memang agak sedikit berbeda. Terdapat pemisahan jalur metabolisme (misal glikolisis dan TCA). Apparatus sama untuk konservasi energi kimia seperti ATP (pada prokayota terdapat di membran plasma dan pada eukaryota terdapat di membran mitokondria) c. Gambar sel prokariotik dan sel eukariotik
D. Contoh Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Mikroorganisme 1. Bakteri ( Salmonella thypi) Salmonella
typhi
(S.
typhi)
merupakan
kumanpatogenpenyebabdemam tifoid, yaitusuatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yangberlangsunglama, adanya bakteremiadisertai inflamasiyangdapat merusak usus danorgan-organ hati.
Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, bersifat anaerob fakultatif. Bentuk dari bakteri Salmonella typhi adalah batang, tidak berspora, ukuran 103,5 µm x 0,5-0,8 µm, besarnya koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagela peritrikh. Bakteri ini memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Isolat Salmonella typhi pada media SSA (salmonella dan shigella agar) ketika suhu 37oC maka menunjukkan koloni yang tampak cembung, transparan dan memiliki bercak hitam dibagian pusat. Bakteri Salmonellatyphi akan mati pada suhu 60oC selama 15 – 20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi. Karakteristik
Salmonella thypi
Pergerakan
Flagella peritrikh
pH
pH 4 sampai 9 dengan optimum antara 6,5 dan 7.5
Suhu
35-37 °C
Gram
Negatif
Respirasi
Anaerob fakultatif
Media pertumbuhan
MEDIA SSA (Salmonella- Shigella Agar) Komposisi : -Lab-Lemco powder, Sebagai sumber vitamin B -Peptone, Sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba Laktose, Sebagai sumber energy dan sebagai bahan karbohidrat -Bile Salt, Sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram positif -Sodium Citrate, Sebagai sumber nutrisi lain bagi mikroorganisme -Sodium thiosulphate, Sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme -Ferric citrate , Sebagai bahan buffer dan aseptor elektron -Briliant green, Sebagai inhibitor atau
penghambat tumbuhnya mikroorganisme lain -Neutral red, Sebagai indicator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat - Bacto Agar, Sebagai bahan pemadat media
E. Metode Menghitung Mikroba 1. Metode Tidak Langsung Metode Kekeruhan
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur kekeruhan Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).
2. Menghitung Langsung
Metode hitung langsung tidak membedakan antara sel hidup dan mati, dan dapat diselesaikan dengan observasi mikroskopik langsung pada slide gores khusus (seperti ruang hitung Petroff-Hausser atau hemacytometers) atau dengan menggunakan penghitung elektronik (seperti Coulter Counters, yang menghitung mikroorganisme seperti aliran mereka melalui lubang atau mulut kecil). F. PARASIT 1. Parasit Cacing Kremi (Oxyuris vermicularis) Oxyuris vermicularis adalah nematoda usus yang tipis, putih yang habitatnya di usus besar dan rectum. Cacing ini penyebarannya sangat luas hampir diseluruh dunia bisa dijumpai, tetapi frekuensinya jarang pada orang kulit hitam. Nama lain Oxyuris vermicularis antara lain Enterobius vermicularis, pin worm, dan cacing kremi. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut oxyuriasis.
Cacing dewasa hidup di dalam rongga cecum, colon ascenden, dan appendix. Pada malam hari cacing betina mengembara ke daerah anus (perianal) untuk meletakkan telur-telurnya, setelah 4 – 6 jam telur menjadi infektif. Telur yang terdapat di perianal dengan perantaraan tangan / debu tertelan dan menetas menjadi larva di usus halus, larva masuk ke cecum dan ileum bagian bawah dan menjadi dewasa (auto infection). Selain secara peroral, Oxyuris vermicularis juga bisa masuk kembali ke tubuh manusia melalui anus, dimana telur yang terdapat di perianal menetas dan larvanya masuk kembali ke usus melalui anus (retro infection). 2. Morfologi Cacing Kremi
Ciri-ciri telur : berbentuk oval asimetris, dengan salah satu sisinya datar ukuran : panjang 50 – 60 μm dan lebar 20 – 32 μm dinding 2 lapis tipis dan transparan : dinding luar merupakan lapisan albumin yang bersifat mechanical protection, sedangkan dinding dalam merupakan lapisan lemak yang bersifat chemical protection telur selalu berisi larva.
Ciri-ciri cacing dewasa : ukuran cacing jantan : panjang 2 – 5 mm dan lebar 0,1 – 0,2 mm ukuran cacing betina : panjang 8 – 13 mm dan lebar 0,3 – 0,5 mm ujung anterior lebih tumpul dibandingkan ujung posterior yang meruncing terdapat penebalan cuticula (cephalic alae) pada ujung anterior mulut simple dengan 3 buah bibir ujung posterior cacing jantan melengkung dengan sebuah spicula ujung posterior cacing betina lurus 3. Habitat Sejak berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di usus 12 jari kemudian setelahberubah menjadi larva akan berpindah ke usus tengah (usus halus dekat seikum) yang merupakanbagian atas sistem penyerapan nutrisi. Setelah dewasa dirongga seikum atau di usus besar, cacing betina gravid akan bermigrasi ke perianal pada malam hari untuk meletakkan telur. 4. Ukuran telur Enterobius vermicularis 50-60 µm ×20-30 µm.Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetris). Dinding telur bening dan agaklebih tebal dari dinding telur cacing tambang. 5. Siklus Hidup Telur diletakkan pada lipatan perianal. Autoinfeksi (self-infection) terjadi karena pemindahan telur infektif ke mulut dengan tanganyang menggaruk daerah perianal. Penularan orang-ke-orang juga dapat terjadi melalui penanganan pakaian atau seprai tempattidur yang terkontaminasi. Enterobiasis juga dapat diperoleh melalui permukaan di lingkungan yang terkontaminasidengan telur cacing kremi (misalnya, tirai, karpet). Sejumlah kecil telur mungkin terdapat di udara (debu) dan terhirup dan tertelankemudian mengikuti perkembangan yang sama sebagai telur yang tertelan. Setelah menelan telur infektif, larva menetas di usus kecil (usus halus dekat seikum).dan cacing dewasa menetap di rongga seikum, usus besar Kopulasi mungkin terjadi di rongga seikum, cacing ♂ mati setelah kopulasi dan cacing ♀ Mati setelah bertelur. Jarak waktu dari menelan telur infektif sampai cacing betina dewasa betelur adalah sekitar satu bulan. Masa hidup cacing dewasa
adalah sekitar dua bulan. Cacing betina gravid bermigrasi malam hari keluar anus dan bertelur saat merayap di kulitdaerah perianal. Larva yang terkandung di dalam telur berkembang (telur menjadi infektif) dalam 4 sampai 6 jam dalam kondisi optimal (suhu tubuh).· G. Cara pengendalian mikroorganisme Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah : 1) Mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi 3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. •
Beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme :
a)- Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi b)- Desinfeksi c)- Antiseptis d)- Sterilisasi e)- Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia Penjelasan: a)- Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pd suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b)- Desinfeksi Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap per-alatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membu-nuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora. c)- Antiseptis Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikro-organisme dengan cara menghancur-kan atau menghambat aktivitas mikroba. d)- Sterilisasi/suci hama Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab : 1) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven. 2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort. e)- Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya : 1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturutturut. 2) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasar-kan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilaku-kan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll. 4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose. 5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi, Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinarsinar ionisasi. 1) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati. 2) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran. - Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar. - Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi
tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X. - Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi : Ada dua filter, yaitu filter udara dan filter bakteriologis. 1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow) 2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan terhadap pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa. h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemam-puan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolong-kan menjadi : 1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba. -. Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik. -. Golongan fenol. 2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba. - Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri dll - Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan formaldehid. 3) Agen kimia yang mendenaturasi protein. Agen kimiawi yg menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu : - Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat. - Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik. - Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten dibandingkan yang tidak berkapsul dan berspora. - Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia. - pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan pH.