PROPOSAL PENGARUH JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM DAN DOSIS PUPUK N,P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI
OLEH
TENZI MAHDALENA NPM 16080012
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU BENGKULU 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada : Kepada bapak Ir.Risvan Anwar ,M.Si selaku Dosen mata kuliah Met. Penelitia dan penulisan ilmiah. Proposal yang berjudul “Pengaruh Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Dan Dosis Pupuk N,P Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Dengan Metode Sri ” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Met. Penelitia dan penulisan ilmiah. pada Prorgam Studi pendidikan Agroteknologi Pertanian Universitas Prof.Dr. Hazairin,SH Bengkulu. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dan perbaikan penyusunan proposal ini yang akan datang. Semoga proposal ini bermanfaat, khusus bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca. Amiin.
Bengkulu, 21 Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................i Kata Pengantar..................................................................................................................ii Daftar Isi...........................................................................................................................iii I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................................1 B. Tujuan Penelitian..........................................................................................................3 C. Hepotesis.....................................................................................................................3 II.TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................4 A. Metode System Of Rice Intensification (SRI)..............................................................4 B. Dosis Pupuk.................................................................................................................5 C. Jumlah Bibit................................................................................................................6 III METODOLGI PENELITIAN......................................................................................7 A. Tempat Dan Waktu Penelitian......................................................................................7 B. Alat Dan Bahan ...........................................................................................................7 C. Rancangan Penelitian....................................................................................................7 D. Parameter......................................................................................................................8 Daftar Pustaka...................................................................................................................9
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting sebagai penyedia bahan baku industri dan pangan. Berbagai jenis bahan pangan yang dapat dihasilkan sektor pertanian salah satunya ialah beras yang merupakan bahan pangan utama. Kebutuhan beras di Indonesia dengan 235 juta penduduk sebesar 32.66 juta ton/tahun Martin (2014),angka ini akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Angka konsumsi beras Indonesia rata-rata 139 kg/kapita/tahun ( Badan Pusat Statistik Indonesia,2014). Kebutuhan beras yang selalu meningkat ini harus diimbangi dengan produksi yang meningkat juga. Kenyataan sekarang kebutuhan beras dalam negeri belum terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Produksi beras dalam negeri tahun 2017 sebesar 81,3 juta ton atau setara dengan 47,29 juta
ton Oleh karena ,untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerinta melakukan impor. Tahun 2014 pemerintah melakukan impor beras sebesar 207,8 ribu ton Upaya lain dalam meningkatkan produksi beras adalah intensifikasi pertanian. Budidaya padi sistem SRI (System of Rice Intensification) merupakan salah satu inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi . Manfaat metode SRI diantaranya produksi tinggi, hemat air, teknologi sederhana dan bersifat sustainable (berkelanjutan). Sistem SRI mempunyai lima elemen penting yaitu : bibit pindah umur muda (7-14 hari), satu bibit per lubang tanam, pengaturan pengairan (hemat air), jarak tanam dan menggunakan bahan organik (Berkelaar, 2001). Hasil penelitian Richardson (2010 )menyebutkan produksi padi sistem SRI sebesar 8 ton per hektar se dangkan produksi padi dengan budidaya konvensional 7- 8
ton per hektar. Pelaksanaan System of Rice Intensification mampu memberikan hasil padi antara 7 – 12 ton ha hasil penelitian (Rochayati, 2011). Sistem budidaya SRI didasari pemahaman bahwa padi mempunyai potensi untuk menghasilkan lebih banyak batang dan biji. Sistem SRI juga didasari pengetahuan bahwa potensi tersebut dapat diwujudkan dengan pemindahan awal dan menciptakan kondisi untuk pertumbuhan terbaik (jarak jauh, kelembaban, tanah yang aktif dan sehat dari segi biologis, serta keadaan tanah aerobik selama masa pertumbuhan). Keberasilan sistem SRI ini tercapai bila pemupukanya optimum. Dalam peningkatat produksi juga harus memperhatikan jumlah bibit perlubang yang mana jumlah per tanaman menghasilkan anakan yang berbeda beda. Menurut Dachban dan Dibisono (2010), bertambahnya jumlah bibit per titik tanam, cenderung meningkatkan persaingan tanaman, baik antara tanaman dalam satu rumpun maupun antar Laju tumbuh tanaman. Hasil percobaan Hery Christyanto (2013) menunjukkan, bahwa interaksi antara jumlah bibit per lubang tanam dengan variasi jarak tanam, berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat gabah kering panen (ton per ha), berat gabah kering oven (ton per ha), berat 1000 biji gabah kering oven (gram), indeks panen dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah gabah per malai. Secara tunggal jarak tanam berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap indeks luas daun. Hasil penelitian Joko Susilo dkk. (2015) pemberian pupuk Urea 120 g/plot + SP-36 60g/plot + KCl 60 g/plot meberikan hasil 7.2 ton/ha. Menurut Sutedjo (1995) unsur hara utama dalam tanah seperti nitrogen, fosfor dan kalium terbatas ketersediannya, oleh karena itu perlu dilakukan pemupukan N, P dan K. Peranan unsur N, P dan K, sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana interaksi dari ketiga unsur ini akan menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian berapa jumlah bibit per lubang tanam dan dosis pemupukan pupuk N,P dan K terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil padi. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk N,P,K dan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah sistem SRI. 2.
Untuk mengetahui jumlak bibit per lubang dan dosis pupuk N,P,K yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah sistem SRI. 3. Hipotesis
1. Di duga pemberian dosis pupuk N,P,K dan jumlah bibit berpenganruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah dalam sistem SRI. 2. Di duga pemberin bibit satu batang per lubang memberikan pertumbuhan dan hasil padi sawah dalam sistem SRI terbaik. 3. Di duga ada dosis pupuk NPK terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil pada sawah dalam sistem SRI.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode System of Rice Intensification (SRI) System of Rice Intensification (SRI) adalah suatu metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisinya. SRI merupakan cara atau sistem penanaman padi yang intensif, yang memperhatikan dan mengutamakan pengelolaan sumber kekuatan alam, daur aliran energi dan siklus nutrisi yang berawal dari tanah, potensi tumbuh dan berkembangnya tanaman, serta pengelolaan peranan atau fungsi air dalam mendukung dan memperkuat berjalannya kehidupan alamiah di ekosistempertanian (Rachmiyanti, 2000 dalam Fitriadi, 2005). Produksi padi dengan menggunakan metode ini dapat mencapai 8 ton per hektar, bahkan diantaranya ada yang mampu mencapai 10–15 ton per hektar. System of Rice Intensification (SRI) tidak mensyaratkan benih unggul atau pemupukan intensif, tetapi lebih menekankan pada perlakuan bibit, jarak tanam, dan waktu pengairan yang tepat berdasarkan pengamatan terhadap perilaku dan kehidupan tanaman padi (Simarmata, 2006). Selanjutnya dijelaskan penerapan metode SRI mampu memperoleh hasil panen 30 % lebih banyak jika dibandingkan dengan pola konvensional. Hal tersebut dikarenakan metode SRI mampu menghemat air hingga 60 % dari kebutuhan padi sawah biasa. Pengaturan tata udara tanah melalui pemberian air (lembab dan basah secara bergantian) akan meningkatkan keanekaragaman dan peranan biota tanah dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara umum dalam konsep SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, tidak diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi, tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Hal ini karena SRI menerapkan konsep sinergi, dimana semua komponen teknologi SRI berinteraksi secara positif dan saling menunjang sehingga
hasil secara keseluruhan lebih banyak daripada jumlah masing-masing bagian. Menurut Berkelaar (2001), Kuswara (2003) dan Wardana dkk. (2005), terdapat beberapa komponen penting dalam penerapan SRI yaitu : 1. Bibit dipindah lapangan (Transplantasi) lebih awal (bibit muda). 2. Bibit ditanam satu batang per lubang tanam. 3. Jarak tanam lebar. 4. Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air (irigasi berselang) 6. Dilakukan Penyiangan/pendangiran. Irigasi intermiten merupakan hal paling mendasar dalam budidaya SRI. irigasi intermiten adalah irigasi yang menggunakan siklus basah kering, tergantung juga pada kondisi lahan, tipe tanah dan ketersediaan air. Selama kurun waktu penanaman lahan tidak tergenang tetapi macak-macak (basah tapi tidak tergenang). Sistem ini bisa menghemat air 46%,dan dapat juga mencegah kerusakan akar tanaman. Menurut Simarmata (2006), penggenangan air menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya suplai oksigen. Semakin tinggi air semakin kecil oksigen terlarut, dampaknya akar tanaman tidak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak. Selain itu jika air tergenang menyebabkan musuh alami hama padi tidak dapat hidup sedangkan hama padi dapat hidup dan dapat memunculkan hama padi baru yang berasal dari lingkunganaquatik. Disamping menghemat air, budidaya intensif itu juga menghematpenggunaan bibit, sebab satu lubang tanam hanya ditanam satu bibit. Menurut Abdulrachman, (2008) dalam Trubus (2008), bahwa dengan menanam satu bibit per lubang berarti menghindari perebutan cahaya atau hara dalam tanah sehingga sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Penggunaan bibit muda berdampak positif karena lebih mudah beradaptasi dan tidak gampang stress, ini dikarenakan perakaran belum panjang maka penanaman pun tidak perlu terlalu dalam cukup 1-2 cm dari permukaan tanah. Untuk menghasilkan bibit muda yang berkualitas petani mempersiapkan sejak penyemaian. Populasi di persemaian 50 gr/m2 dimaksudkan agar bibit cepat besar, karena tidak terjadi persaingan unsur hara, dengan demikian bibit sudah siap tanam pada umur 7-10 hari. Transplantasi saat bibit muda dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama pertumbuhan vegetatif, sehingga jumlah anakan/batang yang muncul lebih banyak dalam satu rumpun, dan bulir padi yang dihasilkan oleh malai padi juga lebih banyak. Petani SRI menanam bibit muda dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm, total populasi dalam satu hektar mencapai 83.000 tanaman, sementara pada sistem konvensional berjarak tanam 20 cm x 20 cm terdiri atas 250 ribu tanaman. Pada jarak tanam longgar sinar matahari dapat menembus sela-sela tanaman dengan baik. Tanaman memerlukan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis yang bertujuan unutk menjaga pasokan makanan tercukupi. Dengan demikian dalam umur 30 hari, dari satu bibit sudah menghasilkan 65 anakan. SRI menganjurkan pemakaian pupuk n,p,k agar padi dapat tumbuh dengan baik dan hara tersuplai kepada tanaman . B. Dosis Pupuk Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam perkembangan dan pemeliharaan tanaman. Pada umumnya pupuk yang digunakan dalam budidaya padi ada jenis pupuk pupuk kimia. Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari proses rekayasa secara kimia,fisik atau biologis yang merupakan hasil industri atau hasil dari pabrik pembuat pupuk. Pada umumnya jenis pupuk kimia yang digunakan dalam budidaya meliputi pupuk hara makro primer yaitu pupuk yang mengandung unsur hara utama N,
P atau K baik tunggal . Unsur N adalah unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya pada tanaman, karena berfungsi merangsang pertumbuhan (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan dan meningkatkan jumlah bulir perumpun. Pengaruh unsur P terhadap tanaman adalah memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai, menunjang perkembangan akar halus dan memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah dan memperbaiki kualitas gabah. Pengaruh pupuk K berfungsi mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman, mempercepat metabolisme unsur nitrogen, mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur. Menurut islam dkk. (2008), aplikasai N pada padi dapat meningkatkan akumulasi N pada daun dan batang yang dapat meningkatkan produksi padi sesuai dangan dosis yang tepat. pemupukan fosfor (P) dengan kadar fosfor (P) sedang, Kalium (K) dan KTK yang rendah, terlihat bahwa penambahan pupuk SP36 sampai takaran 125 Kg SP36/ ha masih memberikan hasil tertinggi menurut Yulinar Zubaidah dan Rafli Munir ( 2007) . Selain itu dengan Pengurangan pemberian pupuk fosfor (P) akan mengurangi hasil per ha ,ini menunjukkan bahwa padi sawah masih membutuhkan pupuk fosfor(P). C. Jumlah Bibit Menurut Dachban dan Dibisono (2010), bertambahnya jumlah bibit per titik tanam, cenderung meningkatkan persaingan tanaman, baik antara tanaman dalam satu rumpun maupun antar Laju tumbuh tanaman. Menurut Muyassir (2012), bahwa dari hasil jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan berat 1000 butir, tetapi berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman padi. Menurut hasil penelitian Hesthiati dan Rawiniwati (2012) menyatakan, bahwa penggunaan jumlah 1 bibit per lubang tanam dapat menyebabkan tinggi tanaman,
panjang malai, jumlah malai, jumlah bulir, bobot gabah basah, dan bobot gabah kering yang lebih baik dari penggunaan jumlah bibit lainnya. Menurut Atman (2007) menjelaskan, bahwa penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2, cahaya dan ruang untuk tumbuh, sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak normal. Akibatnya, tanaman padi menjadi lemah, mudah rebah, mudah terserang penyakit, dan keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabah. Penggunaan 1 bibit per lubang tanam pada awalnya memang menunjukan pertumbuhan yang lambat akan tetapi pada minggu-minggu selanjutnya mulai berkembang dengan pesat dan bahkan dapat melampaui 2 dan 3 bibit per lubang tanam. Pemakaian bibit 2 atau 3 per lubang tanam sudah mulai terjadi persaingan antar tanaman, sedangkan dengan 1 bibit per lubang tanam persaingan ini dapat dikurangi, sehingga perkembangan anakan tetap berjalan dengan baik. Peningkatan pertumbuhan pada 1 bibit per lubang tanam berkembang cepat dengan semakin pesatnya pertambahan jumlah. Apabila penggunaan jumlah bibit ditingkatkan lagi menjadi tiga bibit atau 4 empat bibit, maka hasil rata-rata berat 100 biji gabah dan berat gabah kering giling per rumpun terus menurun Mahrus Ali dkk. (2007). Hal ini diduga dengan meningkatnya jumlah bibit per lubang tanam akan meningkatkan pula kompetisi kebutuhan akan unsur hara dan adanya perubahan iklim mikro diantara bibit tanaman tersebut.
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan sawah desa betungan, kec. Kedurang ilir, kab. Bengkulu selatan. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai pada bulan januari 2019 sampai bulan maret 2019. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi sawah varietas batang piaman, jenis tanah aluvial, insektisida Decis, pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand traktor, cangkul, timbangan digital, meteran, plastik putih , kantong plastik , triplek,parang, sabit, jaring, penggaris, kayu,buku dan alat tulis. C. Rancangan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 3 dengan 3 ulangan sehingga didapat 36 plot percobaan Faktor pertama adalah Jumlah bibit. (B) yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
B1= 1 Bibit per lubang tanam
B2= 2 Bibit per lubang tanam
B3= 3 Bibit per lubang tanam
B4= 4 Bibit per lubang tanam
Faktor kedua adalah Dosis pupuk (P) Urea, SP-36 dan KCl yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
P1 = Dosis Pupuk Urea 60 g/plot + SP-36 30 g/plot + KCl 30 g/plot
P2 = Dosis Pupuk Urea 90 g/plot + SP-36 45 g/plot + KCl 45 g/plot
P3 = Dosis Pupuk Urea 120 g/plot + SP-36 60 g/plot + KCl 60 g/plot D. Parameter Tinggi tanaman (cm), jumlah anakan total (batang), jumlah anakan produktif
(batang), umur panen (hari), panjang malai (cm), jumlah cabang per malai (helai), berat 1000 biji gabah (g), berat gabah kering giling per plot (g).
DAFTAR PUSTAKA Atman. 2007. Penanaman Bibit Dengan Jumlah Banyak Menyebabkan Persaingan SesamaTanaman Padi Yang Sangat Keras Untuk Mendapatkan Air, Unsur Hara, CO2, O2, Cahaya Dan Ruang Untuk Tumbuh,Sehingga Pertumbuhan Akan Menjadi Tidak Normal. J. Gontor Agrotech Science Vol. 3 No. 17 ; 11 Bekelaar. 2001. Dalam Sistem SRI Mempunyai Lima Elemen Penting Yaitu : Bibit Pindah Umur Muda (7-14 Hari), Satu Bibit Per Lubang Tanam, Pengaturan Pengairan (Hemat Air), Jarak Tanam Dan Menggunakan Bahan Organik. J. Faperta, J. Vol. 2 No.15; 2 Badan Pusat Statistik . 2010. Angka Konsumsi Beras Indonesia Per Tahun. Http://Www.Bps.Go.Id/Tab_Sub/View.Php?Kat=1&Tabel=1&Daftar=1&Id_Su byek=12&Notab=1. Diakses 11agustus 2014. CNN. Indonesia. 2014. Angka Impor Beras. Https://Www.Cnnindonesia.Com/Ekonomi/20140809160536-92-1344/IniRincian-Impor-Beras-Di-Indonesia-2013-2014 Dachban Dan Dibisono. 2010. Bertambahnya Jumlah Bibit Per Titik Tanam, Cenderung Meningkatkan Persaingan Tanaman, Baik Antara Tanaman Dalam Satu Rumpun Maupun Antar Laju Tumbuh Tanaman. Swadaya, Jakarta Susilo, J., Ardian. Dan E. Ariani. 2015 Pemberian Pupuk Urea 120 G/Plot + Sp-36 60g/Plot + Kcl 60 G/Plot Meberikan Hasil 7.2 Ton/Ha. J. Faperta, J.Vol. 2 No.16; 13
Islam, M. S., Hasannuzzaman, Dan Rukonizzaman, M. 2008. Aplikasai N Pada Padi
Dapat Meningkatkan Akumulasi N Pada Daun Dan Batang Yang Dapat Meningkatkan Produksi Padi Sesuai
Dangan dosis yang tepat. J. Produksi
Tanaman Vol. 5 No.17; 1228- 1234 Muyassir. 2012. Jumlah Bibit Berpengaruh Tidak Nyata Terhadap Jumlah Gabah Per Malai, Persentase Gabah Hampa, Dan Berat 1000 Butir, Tetapi Berpengaruh Nyata Terhadap Produksi Tanaman Padi. J. Gontor Agrotech Science Vol. 3 No.17; 15 Martin, S. 2014. Kebutuhan Beras Indonesia Bakal Terus Meningkat Seiring Pertambahan Penduduk. J. Faperta J. Vol. 2 No. 15; 2 Hesthiati Dan Rawiniwati. 2012. Penggunaan Jumlah 1 Bibit Per Lubang Tanam Dapat Menyebabkan Tinggi Tanaman, Panjang Malai, Jumlah Malai, Jumlah Bulir, Bobot Gabah Basah, Dan Bobot Gabah Kering. J. Gontor Agrotech Science Vol. 3 No.17; 13