Tugas Maternitas.docx

  • Uploaded by: Gugun Gunawan Permana Sidik
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Maternitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,072
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35-65 tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang dikenal sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari ovarium. Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor, urogenital, dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan (Chuni dkk, 2011). Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10°o lansia dimana jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah lakilaki. Sekitar separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45 50 tahun seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia 45 tahun (kuswita, 2012). Keluhan keluhan klimakterium yang dapat timbul pada masa klimakterium adalah panas pada kulit (hot flushes), keringat pada malam hari, kelelahan, sakit kepala, vertigo, jantung berdebar debar, berat badan bertambah, sakit dan nyeri pada persendian, osteoporosis, kekeringan kulit dan rambut, kulit genitalia dan uretra menipis dan kering (Hillegas, 2005). Selain itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium, yaitu mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan sebagainya (Baziad, 2003)

1.2. Rumusan Masalah 1. Konsep limakterium. 2. Asuhan keperawatan pada wanita klimakterium.

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep limakterium. 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada wanita klimakterium.

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Konsep Klimakterium 2.1.1. Klimakterium Normal dan Pascaklimakterium Klimakterium mengacu pada periode kehidupan seorang wanita saat ia berpindah dari tahap reproduktif ke tahap tidak reproduktif. disc: ai regresi fungsi ovarium. Pramenopause adalah fase pertama klimakterium saat fertilitas menurun dan menstruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahunGeiala-gejala yang mengganggu, seperti ketidakstabilan vasomotor, keletihan, nyeri kepala. serta ganguan emosi, dapat timbul seiama fase ini. Menopause adalah titik di mana menstruasi berhent usia rata-rata menopause ialah SI,-l, tetapi 10%. wanita berhenti menstruasi pada usia 4O dan 5% tidak berhenti menshuasi sampai usia 60. Menopause bedah teriadi akibat histerektomi dan ooforektormi bilateral. Perimenopause, yang secara kasar merupakan periode yang sama dengan klimakterium, meliputi pramenopause, menopause, serta sekurang-kurangnya satu tahun setelah menopause. Pascammopmise

adalah

fase

setelah

menopause,

ketika

gejalavgejala yang terkait dengan penurunan hormon ovarium, seperti atrofi vagina dan osteoporosis, dapat terjadi.

2.1.2. Gejala Klimakterium Sekitar 20% wanita tidak mengalami gejala. Kebanyakan wanita mengalami gejala ringan sampai moderat dan jarang memerlukan perhatian medis dan beberapa wanita mengalami gejala yang berat. A. Ketidakstabilan Vasomotor Ketidakstabilan vasomotor merupakan gangguan yang paling umum pada klimakterium. Wanita mengalami vasodilatasi dan

vasokonstriksi yang berubah-ubah, seperti warna kemerahan akibat panas (flashes) dan keringat malam. Kemerahan akibat panas merupakan sensasi rasa hangat yang muncul tiba-tiba dengan durasi dan intensitas yang bervariasi di kepala, leher, dan dada. Kemerahan ringan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemerahan moderat menyebabkan rasa tidak nyaman disertai peningkatan suhu yang dapat diukur dan pengeluaran keringat. Kemerahan berat menimbulkan rasa tidak nyaman yang ekstrem dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kemerahan akibat panas dapat berlanjut selama beberapa bulan atau tahun. Beberapa faktor dapat mempresipitasi suatu episode, meliputi ruangan yang hangat atau padat, konsumsi alkohol, minuman panas, makanan berbumbu, dan dekat ke sumber panas (ScharboDehaan, Brucker, 1991). Keringat malam merupakan bentuk lain ketidakstabilan vasomotor yang dialami oleh banyak wanita. Tidur dapat terganggu setiap malam karena penutup tempat tidur dan linen menjadi basah dan banyak wanita mengeluh tidak mampu kembali tidur. Terapi penggantian estrogen (estrogen replacement therapy [ERT]) direkomendasikan untuk meredakan gejala.

B. Gangguan Emosi Perubahan mood, iritabiiitns, ansietas, dan depresi seringkali dihubungkan dengan perimenopause. Wanita secara emosional merasa lebih labil, gugup, atau gelisah. Wanita seringkali menghubungkan perubahan mood serta iritabilitas klimakterium dengan perasaan yang mereka alami selama dan segera setelah hamil. Namun, proses biokimia yang mendasari variasi respons emosi pada masa klimakterium tidak diketahui. Stres

kehidupan

setengah

baya

dapat

memperburuk

menopause. Menghadapi anak remaja, membantu orangtua yang

lanjut umur, menjadi janda atau bercerai, dan berduka karena teman dan keluarga sakit atau menjelang ajal adalah beberapa bentuk stres yang meningkatkan risiko masalah emosional yang serius. Kemampuan

untuk

sekurang-kurangnya pemahaman

mengatasi

tiga

terhadap

faktor:

kejadian,

setiap

stres

persepsi sistem

melibatkan

individu

atau

pendukung,

serta

mekanisme koping. Dengan demikian, perawat harus mengkaji seberapa banyak informasi tentang klimakterium yang dimiliki wanita tersebut, persepsinya tentang pengalaman stres, siapa yang dapat diandalkan untuk tempat bergantung dan meminta bantuan serta jenis-jenis keterampilan kopingnya. Pesan budaya juga mempengaruhi status emosi selama perimenopause.

Banyak

wanita

mempersepsikan

ketidakmampuan untuk mengandung sebagai suatu kehilangan yang bermakna. Orang lain melihat menopause sebagai langkah pertama untuk masuk ke usia tua dan menghubungkannya dengan hilangnya kecantikan. Budaya barat menghargai masa muda dan kecantikan fisik, sementara orangtua menderita akibat kehilangan status, fungsi, serta peran. Wanita yang mempersepsikan menopause sebagai waktu kehilangan kemungkinan akan mengalami depresi. Untuk wanita lain, menopause bukanlah suatu kehilangan, tetapi suatu kebebasan dari rasa takut terhadap menstruasi yang merepotkan dan rasa tidak nyaman akibat kontrasepsi. Terlepas dari pesan budaya yang kuat bahwa masa muda dihargai melebihi usia, wanita yang menghargai dirinya sendiri akan menyesuaikan diri dengan baik terhadap keadaan menopause. Rasa letih dan nyeri kepala adalah masalah umum lain, yang dialami selama menopause. Penyebab tidak diketahui.

2.1.3. Gejala pada Periode Pascaklimakterium Gejala-gejala

yang

terjadi

pada

fase

pascamenopause

dihubungkan dengan atrofi genitalia dan oste0porosis. A. Atroti Genitalia dan Perubahan Seksualitas Seiring dengan penurunan kadar estrogen, epitel. vagina menipis dan pH vagina meningkat sehingga timbul kekeringan, rasa terbakar, iritasi dan dispareuma Pada beberapa wanita, penyusutan uterus,vulva, dan bagian distal uretra menimbulkan gejala-gejala yang mengganggu. meliputi sering berekemrhz disuria, prolaps uterus, stres inkonunensra, dan konstipasi. Rasa gatal di sekitar vulva timbul karena vulva menjadi lebih tipis, kurang elastis, dan lebih rentan terhadap peradangan. Dispareunia (hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri) dapat terjadi karena vagina menjadi lebih kecil, dinding vagina menjadi lebih tipis dan lebih kering, dan lubrikasi selama stimulasi seksual berlangsung lebih lama. Hubungan seksual dapat menyebabkan perdarahan pascakoitus dan wanita mungkin memutuskan untuk mengelak melakukan hubungan seksual. Aktivitas seksual tidak berakhir karena menepause. Namun, wanita dan pasangannya mungkin mengubah cara mereka mengungkapkan seksualitas selama dan setelah menopause. Hal ini bergantung kepada perubahan fisik, perubahan pada pasangan, dan mitos serta pesan budaya. Untuk individu yang melihat proses penuaan sebagai suatu kehilangan, seksualitas dapat menjadi sulit untuk digabungkan ke dalam apa yang mereka persepslkan sebagai identitas yang tidak terlalu menarik. Rasa takut ditolak selalu ada. Karena peningkatan usia, pria membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai orgasme: ereksi memerlukan waktu lebih lama dan ketegangan berkurang. Wanita mungkin merasa pasangannya tidak lagi tertarik pada mereka.

Pasangan

ini

membutuhkan

konseling

untuk

memahami

perubahan ini. Tidak adanya pasangan pria memberi efek yang merusak ekspresi seksual. Wanita yang hidup lebih lama dari pasangan pria, janda berusia lebin tua, dan wanita-cerai memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengembangkan hubungan karena mereka lebih sedikit dicari setelah itu; Wanita yang berusia lebih tua dan melakukan hubungan seksual tidak dapat berasumsi bahwa pasangan yang baru atau pasangan yang tidakmonogami bebas HIV. Oleh karena itu. mereka perlu menggunakan kondom. Selama wanita mampu mengandung anak, beberapa menerima hubungan seksual sebagai bagian dari tanggung jawab mereka sebagai isteri. Menopause membebaskan mereka dari kewajiban ini. Mereka memilih untuk mengelak berhubungan seksual. Untuk wanita lain, libido meningkat karena la tidak lagi direpotkan oleh konstrasepsi, rasa takut menjadi hamil,, atau diinterupsi oieh menstruasi. Sering-berkemih terjadi kadangkala karena bagian distal uretra, yang berasal dari bakal embrio yang sama dengan organ reproduksi, menyusut. Zat pengiritasi memiliki akses yang lebih mudah untuk masuk ke dalam saluran kemih pada uretra yang lebih pendek sehingga individu lebih sering berkemih dan mengalami

sistitis.

Hasil

kultur

urine

pada

wanita

pascamenopause dapat negatif untuk patogen. Inkontinensia urinarius dan pergeseran letak uterus adalah dua kondisi lain yang umum ditemui selama periode ini. Kondisi ini dibahas pada hlm. 1024 dan 1027. Konstipasi atau nyeri defekasi dapat mengindikasikan bahwa terdapat rektokel. Tidak semua wanita mengalami gejala atrofi genitalia. Estrogen endogen telah ditemukan untuk memberi stimulasi 10 tahun setelah menopause. ERT seringkali menyembuhkan.

B. Osteoporosis Osteoporosis

adalah

penurunan

massa

tulang

seiring

peningkatan umur, yang dihubungkan dengan peningkatan kerentanan fraktur. Tetesan pascamenopause dalam kadar estrogen menyebabkan tulang yang tua lebih cepat rapuh daripada tulang baru yang dibentuk. Hal ini menyebabkan tulang secara perlahan menjadi tipis. Estrogen diperlukan untuk mengubah vitamin D menjadi kalsitonin yang esensial dalam absorpsi kalsium oleh usus halus. Penurunan absorpsi kalsium, juga penipisan tulang, membuat wanita pascamenopause berisiko mengalami masalah yang berhubungan dengan osteoporosis. Kurang lebih satu dari empat orang wanita mengalami osteoporosis. Selama lima sampai enam tahun setelah menopause, wanita kehilangan tulang enam kali lebih cepat daripada pria. Saat wanita mencapai usia 80 tahun, mereka sudah kehilangan 47% tulang trabekular, yang terkonsentrasi di vertebra, pelvis, dan tulang pipih lain, Serta di epifisis. Wanita yang berisiko kemungkinan merupakan keturunan kulit putih atau Asia, tulangnya kecil, dan kurus. Delapan puluh persen (80%) penyebab perbedaan massa tulang puncak ialah faktor genetik. Asupan kalsium yang rendah merupakan faktor risiko, khususnya selama masa remaja (Johnston, Longcope, 1990). ASUpan tinggi protein atau kafein meningkatkan ekskresi kalsium. Merokok, asupan alkohol berlebih serta asupan fosfor yang melebihi kalsium (yang terjadi saat mengonsumsi minuman ringan) merupakan faktor risiko lain (Erickson, Jones, 1992) Penggunaan teknik radiografi untuk mengidentifikasi wanita berisiko tidaklah akurat bahkan mahal. Dsteoporosis tidak dapat dideteksi dengan pemerik;aan sinar-X sampai 30%-50% massa tulang hilang.

Tanda pertama osteoporosis seringkali adalah penurunan tinggi badan akibat fraktur serta kolaps tulang belakang. Nyeri punggung dapat timbul, tetapi dapat juga tidak timbul. Tandatanda selanjutnya meliputi munculnya bongkol di punggung, yang membuat tulang belakang tidak dapat lagi menopang tubuh bagian atas, serta fraktur pinggul Fraktur seringkali timbul karena individu jatuh.

C. Penyakit Jantung Koroner Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian pada wanita di Amerika, penelitian yang dirancang dengan baik dalam skala besar belum dilakukan pada wanita (Baker, dkk., 1992). Wanita pascamenopause berisiko menderita penyakit arteri koroner karena wanita mengalami penurunan kadar kolesterol lipoprotein densitastinggi (highdensity lipoprotein IHDLI) dalam serum sekaligus peningkatan kadar lipoprotein densitasrendah (low-density lipoprotein [LDL]). Terapi penggantian estrogen (estrogen replacement therapy [ERT]) mem perlambat proses ini (Barrett-Connor, Bush, 1991).

Penatalaksanaan Perawatan Suatu riwayat kesehatan yang menyeluruh, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan untuk membedakan status klimakterium patologis dari klimakterium normal. Perubahan terakhir riwayat menstruasi membantu perawat mengidentifikasi fase klimakterium yang dialami wanita dan persepsi wanita tentang kesehatannya, faktorfaktor budaya dan suku, dan pengetahuan serta rasa khawatir. Rencana perawatan dapat dilakukan melalui upaya, seperti ERT, latihan menahan beban, dan pemberian suplemen, yang mungkin melibatkan cukup banyak efek samping serta biaya. Oleh karena itu,

negosiasi mutual tentang hasil akhir yang diharapkan merupakan aspek yang paling penting. Kapanpun memungkinkan, libatkan pasangan wanita atau suaminya serta anggota keluarga dalam rencana perawatan. Wanita perlu mengetahui apa yang akan terjadi, mengapa hal itu terjadi, serta tindakan apa yang dapat membantunya merasa lebih nyaman. Mereka perlu mengetahui bahwa gejala tersebut memiliki dasar fisiologis yang normal dan bahwa wanita lain juga memiliki keluhan yang sama. Wanita memiliki kebutuhan untuk memperoleh dukungan dari kelompok pendukung dan klinis yang menangani masalah menopause. Di sini mereka dapat memperoleh perawatan kolaboratif, yang melibatkan berbagai bidang, seperti endokrinOIOgi, radiologi, psikososial, fisiologi latihan fisik, serta nutrisi yang terkoordinasi

dan

penelitian

tentang

berbagai

terapi

dapat

diimplementasikan. A. Terapi Penggantian Hormon ERT meningkatkan kadar kalsitonin dalam serum, yang mencegah resorpsi tulang, mempertahankan densitas tulang, serta mengurangi risiko fraktur (Avioli, 1992). ERT mulai diberikan sesegera mungkin setelah menopause dan diteruskan sepanjang umur bila terapi dapat diterima oleh wanita tersebut (McKeon, 1990; Youngkin, 1990). Dosis yang dibutuhkan untuk mencegah osteoporosis ialah 0,625 mg estrogen kuda yang terkonyugasi. Setiap obat memiliki rasio manfaat terhadap risiko. ERT masih kontroversial, tetapi banyak pihak berwenang merekomendasikan terapi untuk semua wanita tanpa kontraindikasi pada saat menopause (McKeon, 1990). Program pemberian estrogen oral sekali seminggu dan secara intramuskular telah tersedia, tetapi obatobatan yang diberikan setiap ha ri terbukti lebih aman. Estradiol transdermal dalam bentuk susuk (patch). yang ditanam pada kulit dua kali seminggu,

membuat kadar estrogen relatif konstan (Whitehead, dkk., 1990)Beberapa wanita mengalami iritasi kulit pada daerah penanaman susuk atau daerah injeksi. Tipe estrogen yang digunakan untuk ERT pasca menopause tidak semanjur estradiol etinil yang digunakan dalam kontrasepsi oral dan memiliki lebih sedikit efek samping yang berat. ERT tidak menyebabkan hipertensi, penyakitpada kandung empedu, atau peningkatan insiden tromboflebitis atau tromboembolisme pada wanita menopause. ERT pascamenopause diasosiasikan dengan penurunan morbiditas serta mortalitas,'bahkan pada wanita yang merokok (Matthews, dkk., 1989).

B. Efek Neoplastik Payudara dan endometrium merupakan jaringan target estrogen. Estrogen dikontraindikasikan untuk wanita yang memiliki riwayat keganasan payudara atau endometrium. Karsinoma payudara dapat berlangsung selama 8 tahun sebelum akhirnya dapat dipalpasi. Oleh karena itu, suatu pemeriksaan mamo gram harus dilakukan pada semua wanita sebelum ERT diberikan dan pentingnya SADARI (periksa payudara mandiri) dan tindak lanjut harus ditekankan. Penelitian untuk menentukan hubungan antara penggunaan estrogen dan kanker payudara sejak lama hingga saat ini masih kontroversial

akibat masalah metodologi.

Walaupun risiko

tampaknya minimal, sikap hati-hati terhadap penggunaannya sangat dianjurkan. Dalam suatu penelitian kohort yang prospektif pada 121.700 perawat wanita, peningkatan kanker payudara yang signifikan,

yang

dikaitkan

dengan

penggunaan

hormon

pascamenopause saat ini atau baru-baru ini, ditemukan. Efek ini dapat hilang dalam dua tahun setelah terapi dihentikan (Colditz, dkk., 1990).

Terapi jangka panjang estrogen tanpa progestin meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium sebesar lima kali. Risiko terjadinya kanker menurun jika terapi penggantian hormon (hormone

replacement

therapy

(HKTI)

dilakukan,

yakni

menambahkan suatu progestin selama 10 hari, dimulai pada hari ke-16 siklus estrogen setiap bulan, atau sesuai ketentuan. Banyak penulis menganjurkan supaya wanita tanpa uterus tidak diberi progestin akibat elek positif estrogen tanpa progestin pada lipid (McKeon, 1990). Keputusan tanpa memperhatikan penggunaan estrogen tunggal atau dalam kombinasi dengan progestin harus dibuat setelah menimbang manfaat dan risiko setiap protokol. Kanker merupakan ancaman yang serius, tetapi penyakit jantung ialah penyebab mortalitas yang lebih umum.

C. Metode Alternatif Penatalaksanaan Ada banyak wanita tidak dapat atau tidak ingin menggunakan ERT. Pemberian progesteron adalah terapi terbaik berikutnya. Terapi ini menghilangkan rasa panas di wajah ( hot flushes) secara bermakna dan juga menurunkan ekskresi kalsium, tetapi tidak akan mencegah atrofi vagina atau uretra (Herbs, dkk., 1992). Pada beberapa wanita, gejala mereda karena penggunaan produk lain bila

kondisi

fisik

mereka

tidak

mengontraindikasikan

penggunaannya. Tablet Bellergal-S, yang mengandung fenobarbital, ergotamin tartrat, dan beladona, secara bermakna dapat menurunkan gejala yang berkaitan dengan aktivitas sistem saraf autonom. Bellergal-S dikontraindikasikan

pada

wanita

yang

menderita

penyakit

pembuluh darah perifer, penyakit jantung koroner, hipertensi, kerusakan fungsi hati atau ginjal, sepsis, glaukoma, atau hipersensitivitas pada komponen obat tertentu. Vitamin E dapat

meredakan hot flushes, kram kaki, dan kehilangan energi. Dosis sangat bervariasi; antara 50 dan 400 lU dapat digunakan setiap hari selama jam makan tanpa efek yang merugikan (Nachtigall, 1977). Tanaman tertentu, yang digunakan dalam obat obatan jamu Cina, obat tradisional Eropa, dan obat Orang Amerika Asli mengandung materi yang meredakan hotfluslzes. Ginseng dan dong quai adalah ramuan Cina yang digunakan beberapa wanita untuk mencegah hot flushes. Klaim untuk obat jamu belum dibuktikan dengan riset ilmiah. Tonus

otot

sekitar

organ

reproduksi

menurun

setelah

menopause. Latihan Kegel menguatkan otototot ini dan, bila dipraktikkan secara teratur, membantu pencegahan prolaps uterus dan inkontinensia stres. Metode ini merupakan intervensi biayaringan, efektif, dan tidak-invasif. Namun, gejala akan kembali bila latihan dihentikan (Ferguson, dkk., 1990). K-Y Lubricating jelly dan minyak kelapa adalah dua contoh pelumas larut-air yang meredakan nyeri akibat hubungan seksual. Pelumas ini dapat dioleskan langsung pada vulva dan penis. Pelumas mengandung minyak, seperti jeli petroleum (Vaseline), tidak boleh digunakan karena dapat menyumbat kelenjar vagina, yang kemudian dapat menjadi tempat infeksi bakteri. Akibat lain atrofi vagina ialah sering berkemih dan disuria, seringkali dikaitkan dengan bakteriuria asimptomatik. Wanita lansia mungkin tidak mengalami gejala khas (kram, nyeri, atau rasa terbakar saat berkemih). Asupan harian, sedikitnya delapan gelas air untuk menurunkan konsentrasi urine dan pertumbuhan bakteri, dapat mencegah infeksi yang serius. Kebanyakan infeksi saluran kemih

terbatas

pada

uretra

dan

kandung

kemih,

tetapi

kadangkadang mengenai ginjal. Tanda infeksi yang serius meliputi demam, menggigil, muntah, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra (nyeri pada punggung di atas ginjal).

D. Mencegah Keluhan Terkait Osteoporosis ERT merupakan pencegahan osteoporosis yang paling baik dicatat. Kalsitonin terbukti efektif dalam mencegah dan mengobati osteoporosis, tetapi harus diberikan secara subkutan (Avioli, 1992). Etidronate disodium terbukti menurunkan kejadian fraktur sampai setengahnya dan secara signifikan meningkatkan massa tulang. ERT sulit diabsorpsi dan harus diberi dalam keadaan lambung kosong, diikuti puasa dua jam (Johnston, LongCOpe, 1990; Storm, dkk._ 1990).

E. Suplementasi Kalsium Peran suplementasi kalsium dalam mengobati osteoporosis masih kontroversial, tetapi tampaknya bermanfaat menghambat kehilangan tulang dari tulang kortikal serta untuk mengurangi insiden fraktur (Dawson-Hughes, Dallal, Krall, 1990). Walaupun kalsium tidak dapat menghambat kehilangan massa tulang atau mencegah fraktur, suplementasi kalsium dapat menghambat terjadinya osteoporosis setelah menopause. Kalsium oral harus dikonsumsi sedini mungkin setiap hari pada masa pramenopause. Dosis kalsium yang direkomendasikan ialah satu sampai 1,5 gram setiap hari, biasanya dikonsumsi sebelum tidur. Namun, suplemen kalsium paling baik bila dikonsumsi bersama makanan karena pada saat makan sekresi asam meningkat dan waktu kalsium berada di dalam lambung meningkat. Sekurarg kurangnya 240 cc air direkomendasikan untuk meningkatkan daya larut kalsium. Bentuk kalsium yang paling banyak tersedia ialah kalsium karbonat, kalsium laktat, dan kalsium fosfat. Lebih dari setengah jumlah preparat kalsium di pasar tidak memberi manfaat karena preparat tersebut tidak larut.

Makanan yang mengandung kalsium dalam jumlah besar dan fosfor dalam jumlah kecil direkomendasikan. Wanita harus menghindari konsumsi alkohol, minuman bersoda, dan kafein berlebih.

F. Latihan dan Keamanan Latihan fisik saja tidak dapat mencegah atau menghambat osteoporosis, tetapi latihan menahan berat, seperti berjalan dan menaiki tangga selama 30 sampai 60 menit setiap hari, dapat bermanfaat (Erickson, Jones, 1992; Urrows, 1991). Contoh-contoh latihan fisik tersedia dari Yayasan Osteoporosis Nasional. Fraktur terkait-osteoporosis seringkali terjadi akibat jatuh. Mencegah kecelakaaan, termasuk menyimpan barang-barang di tempat yang benar dan upaya memperbaiki pencahayaan yang buruk serta memperbaiki karpet yang longgar harus didiskusikan dengan wanita lansia (Kotak 30-3). Perawat dapat benar benar yakin bahwa perawatan yang diberikan efektif, bila wanita yang ditanganinya dapat menjelaskan perubahan yang terkait dengan menopause serta tindakan yang dapat membuatnya merasa lebih nyaman.

BAB III ANALISIS KASUS 3.1. Asuhan Keperawatan Klimakterium Kasus Ny N usia 49 tahun pekerjaan IRT datang ke poli kebidanan dengan keluhan menstruasinya tidak teratur tiap bulannya. TD 130/80 mmHg, N 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,2 °C. Klien mengatakan sering timbul gatal pada vagina dan nyeri pada waktu senggama. Klien mengatakan akhir-akhir ini sering merasa gejolak panas sehingga sering berkeringat banyak sehingga membuatnya merasa tidak nyaman, dan sulit untuk tidur. Klien mengatakan kalau perasaannya akhir-akhir ini menjadi mudah tersinggung, gelisah , dan lekas marah padahal ia merupakan ibu yang biasanya sabar. Apalagi setelah anaknya yang satu-satunya menikah dan pindah rumah, ia merasa kalau anaknya mulai tidak peduli kepadanya. Anaknya hanya memperhatikan istri dan cucu-cucunya saja, anaknya mulai jarang berkunjung ke rumahnya, kalau ditelpon sering tidak diangkat. Ia juga merasa tidak diperhatikan oleh suaminya yang usianya sama dengannya. Suaminya lebih memperhatikan mobil barunya dibanding klien. Klien mengatakan dengan keadaannya sekarang ia menjadi takut kalau suaminya tidak menyukainya lagi. Apalagi ia sering menolak untuk berhubungan suami istri karena adanya rasa nyeri. Klien mengatakan bahwa menurut tetangganya dengan bertambahnya usia maka kehidupan seksual wanita biasanya akan berakhir, dimana sudah tidak ada gairah lagi. Ia menjadi semakin cemas dan memikirkan hal tersebut, apalagi tetangganya juga memikirkan bahwa makin lama seorang wanita yang mulai menua akan mengalami sakit-sakitan dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang sama, dimana laki-laki akan selalu lebih sehat dan gagah.

A. Pengkajian 1. Biodata Nama

: Ny. N

Umur

: 49 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

:-

Agama

:-

Status perkawinan

: Menikah

Diagnosa

: Klimakterium

2. Riwayat Kesehatan -

Keluhan Utama : menstruasi tidak teratur tiap bulan.

-

Haid 

Menarche

:-



Lamanya

:-



Banyaknya

:-



Siklus

: tidak teratur



Dismenore

:-

-

Riwayat penyakit keluarga

-

Riwayat obstetri 

Kehamilan

:-



Abortus

:-



Pemakaian obat kontrasepsi : -

-

Riwayat perkawinan

-

Kebiasaan hidup sehari-hari

-

:-

:-



Istirahat

: sulit tidur



Pola kegiatan

:-



Diet

:-

Penyakit yang pernah diderita

:-

-

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah yang sedang dialami

-

:-

Keluhan-keluhan yang sedang dialami : 

Keluhan mestruasi tidak teratur tiap bulannya



Klien mengatakan sering timbul gatal pada vagina dan nyeri saat senggama.



Klien mengatakan akhir-akhir ini sering merasa ada gejolak panas sehingga sering berkeringat banyak yang membuatnya tidak nyaman dan sulit tidur.



Klien mengatakan jika perasaannya akhir-akhir ini mudah tersinggung, gelisah, dan lekas marah padahal ia merupakan ibu yang biasanya sabar.



Klien mengatakan dengan keadaan yang sekarang ia menjadi takut jika suaminya tidak menyukainya lagi.



Klien mengatakan dengan bertambahnya usia, maka kehidupan seksual wanita biasanya akan berakhir dimana tidak ada gairah lagi, ia menjadi semakin lemas memikirkan hal-hal tersebut.

-

Tanda –tanda vital: TD 130/80 MmHag, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, T 37,2℃

Analisa Data No 1.

Data

Etiologi

DO: -

Usia ↑↑

DS: - Klien mengatakan takut kalau

Fungsiovarium ↓

suaminya tidak menyukainya lagi - Klien merasa cemas dengan perkataan tetangganya yang

Kurangnya kemampuan ovarium menjawab ransangan gonadotropin

mengtakan bertambahnya kehidupan

bahwa

Gangguan reaksi umpan balik di

maka

hipotalamus

seksual wanita

biasanya akan berakhir

Sekresi estrogen ↓ Gangguan psikis Cemas dan kurang informasi ttg keadaan ANSIETAS

2.

DO: Usia ↑↑ DS: - Klien sering menolak ketika

Fungsiovarium ↓

diajak berhubungan seksual - Nyeri saat bersenggama

Kurangnya kemampuan ovarium menjawab ransangan gonadotropin Gangguan reaksi umpan balik di hipotalamus Sekresi estrogen ↓ Traktus urogenital Terjadi atrofi Sekresi lendir ↓ Kekeringan vagina

Nyeri saat senggama Disfungsi seksual 3.

DO: Usia ↑↑ DS: - Klien merasa tidaknyaman

Fungsi ovarium ↓

- Sulit untuk tidur pada malam hari

Kurangnya kemampuan ovarium menjawab ransangan gonadotropin Gangguan reaksi umpan balik di hipotalamus Sekresi estrogen ↓ Integument vasodilatasi kulit Alirandarah↑↑ Melebarnya pemb.darah pd wajah leher&tengkuk Hot flushes Berkeringat pada malam hari gg.polatidur

B. Diagnosa Keperawatan 1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi terhadap penyakit di tandai dengan klien merasa cemasakan keadaannya. 2. Disfungsiseksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat berhubungan seksual,dan sering menolak ketika diajak berhubungan. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flash ditandai dengan klien mengeluh merasa tidak nyaman dan susah tidur

C. Rencana Keperawatan No 1.

Diagnosa Kecemasan

Setelah

berhubungan kurangnya

Tujuan dilakukan

dengan tindakan keperawatan informasi pada

klien,

cemas

terhadap penyakit di berkurang atau hilang

Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat pengetahuan

1. Menentukan sampai dimana

klien

tentang

klimakterium

dan

menopuose

pengetahuan

klien

tentang

keadaannya

dan

proses

menopause

tandai dengan klien dengan kriteria hasil: merasa

cemas

keadaannya.

akan - Klien merasa rileks - Klien

mengerti

tentang penyakitnya - Klien menerima apa adanya

dapat

2. Beripenjelasantentang proses

2. Memberi pengetahuan pada

menopause,

penyebab,

gejala

klien tentang menopause dan klimakterium

menopause.

dirinya 3. Libatkan

klien

dan

3. Klien

dan

keluarga dalam prosedur

dijadikan

pelaksanaan

jangan

dan

perawatan. 4. Ajarkan relaksasi

keluarga

harus

sebagai

subjek,

dijadikan

sebagai

objek. penggunaan

4. Teknik

relaksasi

menurunkan kecemasan

dapat tingkat

5. Beri penjelasan pada klien tentang

proses

pengobatan.

5. Terapi

pengganti

estrogen

tidak mengembalikan siklus haid

normal

tapi

dapat

menurunkan/menghilangkan gejala

penyebab

dari

menopause 2.

Disfungsi

seksual Setelah

berhubungan

dengan tindakan keperawatan,

saling percaya dan beri

untuk berbicara tentang subjek

struktur/ klien mengungkapkan

kesempatan kepada klien

sensitive,

terciptanya rasa saling percaya

perubahan

dilakukan

1. Ciptakan

lingkungan 1. Kebanyakan klien kesulitan dengan

fungsi seksual ditandai disfungsi

seksual

untuk

dengan

setelah

masalahnya dalam kata-

dapat

kata sendiri.

mengetahuiapa yang dirasakan

klien teratasi

mengeluh nyeri saat diberitindakan berhubungan seksual, keperawatan

menggambarkan

tapi

dengan

pasien

dan sering menolak kriteria: ketika berhubungan.

menentukan/ yang

menjadi

kebutuhannya.

diajak - Nyeri hilang bila 2. Beri informasi tentang 2. Informasi

berhubungan - Klien tidak menolak bila berhubungan

diajak

kondisi individu

akan

membantu

klien memahami situasinya sendiri.

3. Anjurkan

klien

untuk 3. Komunikasi

terbuka

dapat

berbagi pikiran/masalah

mengidentifikasi

dengan

penyesuaian atau masalah dan

pasangan/orang

dekat.

meningkatkan

area diskusi

dan

resolusi. 4. Diskusikan dengan klien 4. Mengurangi tentang

penggunaan

vagina

kekeringan yang

dapat

cara/teknik khusus saat

menimbulkan rasa sakit dan

berhubungan (misalnya:

iritasi, sehingga meningkatkan

penggunaan

kenyamanan

minyak

vagina)

dalam

berhubungan.

5. Beri Estrogen pengganti

5. Untuk

memulihkan

atrofi

genetalia, kekeringan vagina, uretra. 3.

Gangguan

pola Setelah

tidur berhubungan dengan

hot

dilakukan 1. Anjurkan

tindakan keperawatan

flash pada klien, pola tidur

ditandai dengan klien klien normal. Dengan

klien

untuk 1. Pakaian

yang

memakai pakaian yang

keringat

menyerap keringat

ketidaknyamanan keringat berlebih

menyerap mengurangi akibat

mengeluh tidak

merasa kriteria hasil :

nyaman

susah tidur

dan - Klien dapat tidur dengan nyenyak - Tidak

terbangun

2. Anjurkan

klien

menghindari berbumbu,

untuk 2. Mengurangi

makanan pedas,

rasa

tidak

trigger

yang

nyamanan

dan

goreng-gorengan, alcohol

saat tidur 3. Anjurkan

klien

untuk 3. Menghindari

menghindari beraktivitas

mencetuskan hot flash

di cuaca yang panas 4. Hindaristres

4. Stress

dapat

memperparah

gejala hot flash 5. Anjurkan

klien

untuk 5. Mengurangi rasa panas dan

mencuci muka saat hot

keringat berlebih

flashes terjadi 6. Pemberian estrogen

6. Untuk mengurangi gejala hot flash

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"