Tugas Manajemen Keuangan.docx

  • Uploaded by: Alvia Primarini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Manajemen Keuangan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,696
  • Pages: 19
Tugas Manajemen Keuangan “Analisis Rasio-Rasio Keuangan”

Disusun oleh :

Nama NIM Fakultas Jurusan Mata Kuliah

: Dwi Yuliandari : 01011181621047 : Ekonomi (Inderalaya) : Manajemen : Manajemen Keuangan

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun Ajaran 2017/2018

1. Rasio-Rasio Keuangan A. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya) pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia. Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang liquid sedang bila tidak disebut illiquid. Berikut adalah rasio-rasio dari rasio liquiditas : 1. Current Ratio (Rasio Lancar) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities) Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar. Current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban finansial jangka pendeknya. Akan tetapi current ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. Rumus Current Ratio adalah sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio (CR) = × 100% Hutang Lancar 2. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah: Cash Ratio =

Kas dan Setara Kas

× 100%

Hutang Lancar Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%.

3. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick

ratio atau rasio cepat, karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat liquiditasnya, Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancer yang lebih liquid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek. Rumus quick ratio adalah sebagai berikut : Quick Ratio (QR) =

Aktiva Lancar−Persediaan Hutang Lancar

×100%

4. Working Capital to Assets Ratio Aktiva lancar adalah aktiva yang oleh perusahaan diharapkan dapat berubah menjadi kas dalam jangka pendek, sedangkan utang lancer adalah semua kewajiban perusahaan yang dalam jangka pendek harus dipenuhi. Net working capital merupakan ukuran kasar sumber kas yang potensial dari perusahaan. Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumusnya sebagai berikut :

WCtAR =

Aktiva Lancar−Hutang Lancar Total Aktiva

× 100%

B. Rasio Aktivitas Activity ratio mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mnegelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan, dengan unsurunsur yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan. Rasio Aktivitas meliputi : 1. Total Assets Turn Over (Perputaran aktiva) Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya. Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus : TATO =

Penjualan Bersih Total Aktiva

2. Receivable Turnover (Perputaran Piutang) Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam

pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Receivable Turnover =

Penjualan Kredit Bersih Setahun Rata−rata Piutang

3. Average Collection Periode Rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen. Rumus ACP adalah sebagai berikut : Jumlah Hari dalam Setahun ACP = Perputaran Piutang

4. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengeelola persediaan. Rumus IT dapat dirumuskan sebagai berikut : IT =

Harga Pokok Penjualan Rata−rata Persediaan

5. Average Day Inventory Average Day Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut : ADI =

Persediaan Rata−rata × 365 hari Harga Pokok Penjualan

6. Working Capital Turnover Rasio ini untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva LancarHutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan. Rumus menghitung Working Capital Turnover Ratio: WCT =

Penualan Bersih Aktiva Lancar –Kewajiban Lancar

C. Rasio Solvabilitas/Levarage Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Rasio Levarage terdiri dari beberapa rasio, yaitu: 1. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang Terhadap Ekuitas) Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman. Rumusnya: TDtER =

Total Hutang Modal Sendiri

× 100%

2. Total Debt to Capital Assets Ratio (Rasio Total Hutang Terhadap Aktiva) Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus: TDtCAR =

Total Hutang Total Aktiva

× 100%

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. 3. Long Term Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas) Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut : LTDtER =

Hutang Jangka Panjang Modal Sendiri

× 100%

4. Tengible Assets Debt Coverage Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut : TADC =

Jumlah Aktiva−Tengible−Hutang Lancar Hutang Jangka Panjang

× 100%

5. Times Earned Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut : TER =

EBIT Bunga HutangJangka Panjang

× 100%

D. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba. Rasio ini menunjukkan laba dalam hubungannnya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni: 1. Gross Profit Margin Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan dirumuskan sebagai berikut: GPM =

Laba Kotor Penjualan Bersih

kotor yang diperoleh yang sama. Rasio ini setiap rupiahpenjualan. perusahaan. Rasio ini

× 100%

2. Oprating Income Ratio Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut : OIR =

Laba Sebelum Pajak Penjualan Bersih

× 100%

3. Operating Ratio Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik. Rumusnya sebagai berikut :

OR =

𝐻𝑃𝑃+𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑑𝑚+𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

× 100%

4. Net Profit Margin Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: NPM =

EAT Penjualan Bersih

× 100%

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. 5. Return On Assets Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini dihitung dengan rumus: ROA =

Laba Sebelum Pajak Penjualan Bersih

× 100%

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan. Semakin besar rasionya semakin baik. 6. Return On Investment Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang

digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. Rasio ini dihitung dengan rumus: ROI =

EAT Total Aktiva

× 100%

7. Return On Equity Dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak kepemilikkan modal sendiri. Rasio ini dihitung dengan rumus : ROE =

EAT Total Ekuitas

× 100%

E. Rasio Pasar Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan. Rasio ini terdiri dari : 1. Price Earning Ratio (Rasio Harga Laba) Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula. Rasio ini dapat dihitung dengan:

PER =

Harga Saham per Lembar Laba per Lembar Saham

2. Dividend Yield (Rasio Pendapatan Dividen) Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang. Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).

Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyaidividend

yield yang

rendah,

karena

dividen

sebagian

besar

akan

diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

DY =

Dividen per Lembar Saham Harga per Lembar Saham

3. Dividend Payout Ratio (Rasio Pembayaran Dividen) Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan, semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut:

DPR =

Dividen per Lembar Saham Laba per Lembar Saham

2. Perhitungan Rasio-rasio Keuangan A. Rasio Likuiditas 1. Current Ratio (Rasio Lancar) CR = =

Aktiva Lancar

× 100%

Hutang Lancar Rp659.691.299.282

Rp554.491.047968 = 1,19 atau 119%

× 100%

2. Cash Ratio Cash Ratio = =

Kas dan Setara Kas Hutang Lancar Rp9.815.172.239

Rp554.491.047.968 = 0,017 atau 1,7%

× 100% × 100%

3. Quick Ratio (Rasio Cepat) QR = =

Aktiva Lancar−Persediaan

× 100%

Hutang Lancar Rp659.691.299,282−Rp298.729.619.637

Rp554.491.047.968 = 0,65 atau 65%

× 100%

4. Working Capital to Assets Ratio WCtAR (2015) = =

Aktiva Lancar−Hutang Lancar

× 100%

Total Aktiva Rp659.691.299.282−554.491.047.968

Rp1.919.568.037.170 = 0,05 atau 5%

× 100%

B. Rasio Aktivitas 1. Total Assets Turn Over TATO = =

Penjualan Bersih Total Aktiva

𝑅𝑝2.544.277.844.656

𝑅𝑝1.919.568.037.170 = 1,32 Kali

2. Receivable Turnover RT = =

Penjualan Kredit Bersih Piutang Rata−rata Rp2.544.277.844.656

Rp315.428.170.065 = 8,06 Kali

3. Average Collection Periode ACP = =

Jumlah Hari dalam Setahun Perputaran Piutang 365 Hari

8,06 Kali = 46 Hari

4. Inventory Turnover IT = =

Harga Pokok Penjualan Rata−rata Persediaan Rp2.012.271.097.866

Rp298.729.619.637 = 6,73 Kali

5. Average Day’s Inventory ADI =

Persediaan Rata−rata × 365 Hari

=

Harga Pokok Penjualan Rp298.729.619.637 × 365 Hari

Rp2.012.271.097.866 = 55 Hari

6. Working Capital Turnover WCT = =

Penjualan Bersih Aktiva Lancar−Hutang Lancar 𝑅𝑝2.544.277.844.656

𝑅𝑝659.691.299.282−𝑅𝑝554.491.047.968 = 24,18 Kali

C. Rasio Solvabilitas/Levarage 1. Total Debt to Equity Ratio TATO = =

Total Hutang

× 100%

Modal Sendiri Rp910.758.598.913

Rp1.008.809.438.257 = 0,90 atau 90%

× 100%

2. Total Debt to Total Capital Assets Ratio TDtTCAR = =

Total Hutang

× 100%

Total Aktiva Rp910.758.598.913

Rp1.919.568.037.170 = 0,47 atau 47%

× 100%

3. Long Term Debt to Equity Ratio LTDtER = =

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑅𝑝356.267.550.945

𝑅𝑝1.008.809.438.257 = 0,35 atau 35%

× 100%

× 100%

4. Tengible Assets Debt Coverage TADC = =

Jumlah Aktiva−Tengible−Hutang Lancar Hutang Jangka Panjang

× 100%

Rp1.919.568.037.170−Rp1.006.244.781.146−Rp554.491.047.968 Rp356.267.550.945

= 1,007 atau 100,7%

× 100%

5. Times Earned Rati0 EBIT

TER =

× 100%

Beban Bunga Rp232.005.398.773

=

Rp6.796.469.085 = 34,13 atau 3.413%

× 100%

D. Rasio Profitabilitas 1. Gross Profit Margin GPM = =

Penjualan Bersih−Harga Pokok Penjualan Penjualan Bersih Rp2.544.277.844.656−Rp2.012.271.097.866 Rp2.544.277.844.656

× 100% × 100%

= 0,209 atau 20,9% 2. Operating Income Ratio OIR =

Laba Sebelum Pajak Penjualan Bersih Rp232.005.398.773

=

Rp2.544.277.844.656 = 0,09 atau 9%

× 100% × 100%

3. Operating Ratio OR = =

HPP+Biaya Adm+Biaya Penjualan Penjualan Bersih

× 100%

𝑅𝑝2.012.271.097.866+𝑅𝑝79.468.873.236+𝑅𝑝156.328.960.528 𝑅𝑝2.344.277.844.656

= 0,88 atau 88% 4. Net Profit Margin NPM = =

Laba Bersih Setelah Penjualan Bersih Rp185.705.201.171

Rp2.544.277.844.656 = 0,07 atau 7%

× 100% × 100%

× 100%

5. Return On Assets: Laba Sebelum Pajak

ROA =

Total Aset Rp232.005.398.773

=

Rp1.919.568.037.170 = 0,12 atau 12%

× 100% × 100%

6. Return On Investment ROI =

Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Rp185.705.201.171

=

Rp1.919.568.037.170 = 0,09 atau 9%

× 100%

× 100%

7. Return On Equity ROE =

Laba Bersih Setelah Pajak

=

Total Ekuitas Rp185.705.201.171

× 100%

Rp1.008.809.438.257 = 0,18 atau 18%

E. Rasio Pasar 1. Price Earning Ratio  Tahun 2015 : PER (2015) =

Harga Saham per Lembar Laba Saham per Lembar Rp3.015

= Rp141,78 = 21,2 

Tahun 2016 : PER (2016) = =

Harga Saham per Lembar Laba Saham per Lembar Rp3.850 Rp133,18

= 28,90 2. Dividend Yield Perusahaan tidak membagikan dividen pada 2015-2016 dikarenakan untuk memperkuat modal mereka. Sehingga dividen per lembar saham tidak diketahui. 3. Dividend Payout Ratio Perusahaan tidak membagikan dividen pada 2015-2016 dikarenakan untuk memperkuat modal mereka. Sehingga dividen per lembar saham tidak diketahui.

4. Analisis Hasil Perhitungan Setiap Rasio Keuangan PT. Siantar Top Tbk. Untuk Periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 A. Rasio Likuiditas

Dari hasil perhitungan rasio diatas bahwa diketahui PT. Siantar Top Tbk. Untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2015 Untuk periode 31 Desember 2015 dari hasil perhitungan rasio likuiditasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang liqiuid, artinya perusahaan dapat membayar hutang jangka pendek mereka bila dilihat dari Qurrent Ratio dan Quick Ratio, yaitu masing-masing 119% dan 65%. Walaupun Quick Ratio tidak mencapai 100% namun hal ini sudah dapat dikatakan sehat. Sebaliknya, jika dilihat dari Cash Ratio dan Working Capital to Assets Ratio, PT. Siantar Top Tbk adalah perusahaan yang illiquid, artinya perusahaan tidak mampu membayar hutang jangka pendeknya. Ini dikarenakan Cash Ratio dan Working Capital to Assets Ratio yang dibawah jauh 100% yaitu masing-masing, 1,7% dan 5% . Jadi dapat disimpulkan bahwa pada periode 31 Desember 2015 PT. Siantar Top Tbk cukup liquid. 2. Tahun 2016 Untuk period 31 Desember 2016 dari hasil perhitungan rasio likuiditasnya dapa dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk, masih merupakan perusahaan yang liquid, hal ini dapat dikatakan demikian dilihat dari Qurrent Ratio dan Quick Ratio yang masing-masing 165% dan 115% kedua rasio ini mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya ini merupakan prestasi yang cukup membanggakan bagi perusahaan. Masih sama, jika dilihat dari Cash Ratio dan Working Capital to Assets Ratio, PT. Siantar Top Tbk adalah perusahaan yang illiquid, yaitu masing-masing rasio sebesar 4% dan 15% walaupun mengalami kenaikan, namun hal ini masih jauh untuk mencapai 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada periode 31 Desember 2016 PT. Siantar Top Tbk cukup liquid.

B. Rasio Aktivitas Dari hasil perhitungan rasio diatas bahwa diketahui PT. Siantar Top Tbk. Untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2015 Untuk periode 31 Desember 2015 dari hasil perhitungan rasio aktivitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang sudah cukup efektif dalam memanfaatkan segala sumber daya yang mereka memiliki ini terlihat dari rasio-rasio yang dihitung yaitu, Total Assets Turnover, Receivable Turnover, Average Collection Periode, Inventory Turnover, Average Days Inventory, dan Working Capital Tuunover yang masingmasing nilainya 1,32 Kali, 8,06 Kali, 46 Hari, 6,73 Kali, 55 Hari, dan 24,18 Kali 2. Tahun 2016

Untuk periode 31 Desember 2016 dari hasil perhitungan rasio aktivitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang sudah cukup efektif dalam memanfaatkan segala sumber daya yang mereka memiliki ini terlihat dari rasio-rasio yang dihitung yaitu, Total Assets Turnover, Receivable Turnover, Average Collection Periode, Inventory Turnover, Average Days Inventory, dan Working Capital Tuunover yang masingmasing nilainya bahkan beberapa rasio-rasio ini pada tahun 2016 banyak mengalami kenaikan walaupun ada juga yang mengalami penurunan, ini merupakan prestasi bagi perusahaan dalam lebih efektif dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan, yaitu masing-masing 1,12 Kali, 8,31 Kali,44 Hari, 7,18 Kali, 51 Hari, dan 7,21 Kali. C. Rasio Solvabilitas/Levarage Dari hasil perhitungan rasio diatas bahwa diketahui PT. Siantar Top Tbk. Untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2015 Untuk periode 31 Desember 2015 dari hasil perhitungan rasio solvabilitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang cukup solvable. Hal ini dapat dikatakan demikian karena walaupun berdasarkan perhitungan rasio-rasionya hasilnya adalah besarnya jumlah hutang atau hampir sama yang dimiliki oleh PT. Siantar Top Tbk, dengan sumber dayasumber daya yang ada pada perusahaan tersebut, perusahaan masih membayar semua kewajiban yang mereka miliki. Hal ini dapat terlihat dari hasil perhitungan rasio Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Tengible Assets Debt Coverage, dan Times Earned Ratio, yang masing-masing berjumlah 90%, 47%, 35%, 100,7%, dan 1.111%. 2. Tahun 2016 Untuk periode 31 Desember 2016 dari hasil perhitungan rasio solvabilitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang masih cukup solvable. Hal ini dapat dikatakan demikian karena walaupun berdasarkan perhitungan rasio-rasionya hasilnya adalah besarnya jumlah hutang atau hampir sama yang dimiliki oleh PT. Siantar Top Tbk bahkan mengalami kenaikan hutang, dengan sumber daya-sumber daya yang ada pada perusahaan tersebut, masih bisa untuk membayar semua kewajiban mereka. Hal ini dapat terlihat dari hasil perhitungan rasio Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Tengible Assets Debt Coverage, dan Times Earned Ratio, yang masingmasing berjumlah 99%, 50%, 52%, 105%, dan 3.413%.

D. Rasio Profitabilitas Dari hasil perhitungan rasio diatas bahwa diketahui PT. Siantar Top Tbk. Untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2015 Untuk periode 31 Desember 2015 dari hasil perhitungan rasio profitabilitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk perusahaan yang mampu mendapatkan laba pada berbagai tingkat penjualan, modal sendiri, asset, maupun berbagai investasi. Hal ini dapat diketahui setelah menghitung rasio-rasio yang meliputi, Gross Profit Margin, Opearting Income Ratio, Operating Ratio, Net Profit Margin, ROA, ROI, dan ROE, yang masingmasing hasilnya, 20,9%, 9%, 88%, 7%, 12%, 9%, dan 18%. 2. Tahun 2016 Untuk periode 31 Desember 2016 dari hasil perhitungan rasio profitabilitasnya dapat dikatakan bahwa PT. Siantar Top Tbk mengalami penurunan untuk mendapatkan laba dari berbagai penjualan, total assets, modal sendiri, serta investasi berkisar 0,1%-4% untuk setiap rasio walaupun ada beberapa rasio yang mengalami kenikan. Hal ini dapat diketahui setelah menghitung rasio-rasio yang meliputi, Gross Profit Margin, Opearting Income Ratio, Operating Ratio, Net Profit Margin, ROA, ROI, dan ROE, yang masing-masing hasilnya, 20,8%, 8%, 89%, 6%, 9%, 7%, dan 14%.

E. Rasio Pasar PER pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibanding di tahun sebelumnya yaitu, pada tahun 2015 sebesar 21,2 naik menjadi 28,9. Hal ini biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.

5. Kesimpulan Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa, PT. Siantar Top Tbk adalah perusahaan yang cukup liquid dan solvable artinya perusahaan dapat membayar kewajiban-kewajiban yang ada dalam perusahaan tersebut. Walaupun jumlah hutang mereka cukup besar mereka tetap bisa membayarnya dan menjalankan kegiatan

operasional perusahaan. Selain itu juga, PT. Siantar Top Tbk adalah perusahaan yang profitable artinya perusahaan tersebut mengalami laba yang fluktuatif setiap tahunnya. Keputusan untuk berinvestasi saham di PT. Siantar Top Tbk dapat dilakukan, hal ini didasarkan pada analisis rasio yang dihasilkan bahwa perusahaan tersebut cukup liquid dan solvable, jika dilihat memang kewajiban perusahaan tersebut sangat banyak, itu merupakan bagian dari usaha perusahaan untuk memperkuat modal mereka dan dapat menjalankan roda kegiatan perusahaan, mereka juga mampu membayarnya. Lagipula, hasil investasi itu bukanlah hal yang di terima sekarang, tetapi nanti di masa depan yang akan dinikmati hasil dari investasi tersebut.

Related Documents


More Documents from ""

Spo Gizi Diperbaharui.docx
November 2019 36
A Country.docx
October 2019 46
Monitoring.docx
December 2019 31
Daftar Inventaris.docx
November 2019 36