Tugas Manajemen Agribisnis 2.docx

  • Uploaded by: Aldy Prayoga
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Manajemen Agribisnis 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,040
  • Pages: 17
1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor

pertanian

masih

memegang peranan

penting bagi

perekonomian nasional karena berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2013 terdapat 38 juta orang atau 15,07 persen dari total penduduk Indonesia, yang bekerja dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebagai Negara agraris, perlu adanya perhatian pada sektor pertanian agar menjadi sektor yang kuat dan tangguh, dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sangat strategis dalam pembangunan, yaitu sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap produk domestik bruto, sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi rill lainnya. Walaupun demikian, sektor pertanian masih memiliki beberapa permasalahan, salah satunya adalah kurangnya permodalan petani dan pelaku usaha di bidang pertanian. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak perbankan secara teori memiliki potensi besar sebagai pendukung pembiayaan pertanian karena secara legal formal merupakan lembaga intermediasi keuangan (Ashari, 2014). Pemerintah bekerja sama dengan pihak perbankan telah meluncurkan beberapa kredit progam/bantuan modal bagi petani dan pelaku usaha pertanian melalui beberapa bentuk skim seperti dana bergulir, penguatan modal, subsidi bunga, maupun yang mengarah komersil. Seiring dengan terbatasnya kemampuan finansial pemerintah dalam mendanai kredit pertanian, perlu dilakukan upaya optimalisasi kebijakan kredit progam agar memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembangunan pertanian. Untuk menutupi kekurangan modal, petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, baik formal maupun informal (Ashari, 2009). pengambilan keputusan merupakan proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan. Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan

2

lebih dari sekedar pilihan akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan terlibat dalam mencapai keputusan akhir (Lunenburg, 2010). “Dalam melakukan nalisis pulang pokok diperlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan besar yang tetap, tidak tergantung dari volume penjualan, sekalipun perusahaan tidak melakukan penjualan. Biaya variabel (variabel cost) meurpakan biaya yang besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi/dijual. Sedangkan pendapatan merupakan elemen lain dalam analisis pulang pokok yang besarnya bertambah sesuai dengna pertambahan volumen penjualan”(Henrjanto ,2007: 151

1.2 Rumusalah Masalah 1. Apa itu pengertian Pengambilan keputusan ? 2. Apa saja langkah – langkah pengambilan keptusan? 3. Bagaimana pengambilan keputusan investasi? 4. Apa pengertian break event point? 5. Bagaimana cara menghitung break event point? 1.3Tujuan Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Alat untuk pengambilan keputusan manajemen agribisnis serta menegetahui break event point yang ada didalamnya.

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Alat untuk pengambilan keputusan manajemen agribisnis 2.1.1 Pengertian Pengambilan keputasan Pengambilan keputusan merupakan proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan. Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekedar pilihan akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan terlibat dalam mencapai keputusan akhir (Lunenburg, 2010). Definisi di atas mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1.

Proses

Proses menunjukkan adanya kegiatan atau pelaksanaan sesuatu. Kita perlu menyadari bahwa pengambilan keputusan yang baik adalah suatu proses aktif, dimana manajer agribisnis terlibat secara pribadi dan agresif. Pengambilan keputusan yang baik menuntut keterlibatan aktif dan tepat waktu dari manajer agribisnis 2.

Pemilihan

Pemilihan menunjukkan adanya pilihan, yaitu ada beberapa alternative untuk dipilih. Apabila tidak ada alternative ( hanya tersedia satu buah pilihan) maka tidak ada keputusan yang diambil. Alternative yang hendak dipilih dan diputuskan tersebut harus layak, realistis, dan dapat dijangkau. Contoh: penghapusan utang merupakan suatu alternative, tetapi jarang merupakan suatu tindakan yang realistis sehingga sering tidak perlu dipertimbangkan sebagai alternative dalam kebanyakan situasi 3.

Tujuan

Pengambilan keputusan yang efisien menuntut adanya tujuan yang jelas dan telah ada di benak pengambil keputusan (decision maker). Tujuan sebagaimana halnya dengan alternative harus layak (feasible) dan bersifat khusus. Contoh: Tujuan manajer dalam perusahaan agribisnis adalah “menghasilkan laba sebanyak

4

mungkin”.

Tujuan ini tidak banyak membantu dalam pemasaran perusahaan

karena sifat tujuan itu terlalu umum dan tidak terukur. Lebih baik pernyataan itu diubah menjadi “menghasilkan atau mempertahankan meningkatkan tingkat pertumbuhan laba sebesar 5%” Selain itu, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. pengambilan keputusan adalah proses yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan (Terry,1994). 2.2 Gaya pengambilan keputusan Keputusan Para peneliti telah mengklasifikasikan gaya pengambilan keputusan dalam berbagai cara. mengklasifikasikan gaya pengambilan keputusan dalam berkarir menjadi tiga kategori: a. Rasional. Gaya ini berciri dengan kemampuan untuk mengenali konsekuensi dari keputusan sebelumnya untuk keputusan nanti. Hal ini membutuhkan perspektif waktu yang panjang di mana beberapa keputusan berurutan dipandang sebagai means-end chain, untuk memperjelas fikiran seorang individu. Individu mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan di masa depan dan mempersiapkan mereka dengan mencari informasi tentang diri dan situasi yang diantisipasi. Keputusan individu dilakukan melalui dengan berhatihati dan logis, dimana informasi yang akurat tentang situasi diperoleh dan penilaian diri individu ialah realistis. Gaya ini merupakan pembuat keputusan aktualisasi diri yang ideal. b. Intuitif. Seperti dalam gaya rasional, pengambil keputusan intuitif menerima tanggung jawab untuk pengambilan keputusan. Gaya intuitif, bagaimanapun, melibatkan sedikit antisipasi masa depan, perilaku mencari informasi, atau mempertimbang faktor-faktor logis. Sebaliknya, hal ini ditandai dengan penggunaan fantasi, perhatian untuk menyajikan perasaan, dan kesadaran diri emosional sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Komitmen untuk tindakan tercapai relatif cepat, dan dasar "kebenaran" yang dirasakan secara internal. Seringkali individu tidak dapat menyatakan secara eksplisit bagaimana ia memutuskan sesuatu. Gaya ini cenderung menghasilkan pengambilan keputusan yang efektif dibanding gaya rasional, karena ketidaktepatan dari waktu ke waktu

5

dalam keadaan internal individu dan kapasitas yang terbatas untuk secara akurat mewakili situasi yang asing dalam fantasi. c. Dependen. Berbeda dengan gaya rasional dan intuitif, gaya dependen ditandai dengan penolakan tanggung jawab pribadi untuk pengambilan keputusan dan proyeksi tanggung jawab yang di luar diri. Individu sangat dipengaruhi oleh harapan dan keinginan pemerintah dan rekanrekan miliki tentang dia. Individu tersebut cenderung pasif dan patuh, memiliki kebutuhan tinggi untuk persetujuan sosial dan untuk memahami lingkungan menyediakan pilihan terbatas. Meskipun gaya ini dapat mengurangi kecemasan terkait dengan pengambilan keputusan, ada kemungkinan untuk pada akhirnya mengakibatkan kurangnya pemenuhan atau kepuasan pribadi. d. Avoidan ditandai dengan upaya untuk menghindar pengambilan keputusan. e. Spontan memiliki rasa kesegeraan dan keinginan untuk melalui proses pengambilan keputusan dengan sesegera mungkin (Harren,1979). 2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan Keputusan Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil kredit antara lain : 1) Faktor internal a) Faktor pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah. Karakteristik ini meliputi usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, pengalaman, situasi ekonomi, pendidikan, pendapatan. Orang akan mengambil atau tidak suatu kredit akan disesuaikan dengan keadaan yang terus berubah. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, juga mempengaruhi seseorang dalam mengambil kredit di suatu bank. Sedangkan kepribadian dan konsep diri dapat diartikan sebagai karakter psikologis yang 13 berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. b) Faktor psikologis di mana variabel psikologis ini dapat dibedakan menjadi motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Motivasi diartikan suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai

tingkat

tertentu.

Kondisi

psikologis

seseorang

akan

dapat

6

mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan seperti dalam mengambil sebuah kredit. Sebagai contoh seseorang yang sedang membutuhkan uang atau barang maka ia akan cenderung berusaha untuk memenuhinya dan salah satu jalan yang diambil adalah dengan mengambil kredit pada lembaga keuangan tertentu (Kotler, 2005). 2) Faktor Eksternal a) Faktor sosial adalah faktor lingkungan sekitar nasabah yang terdiri dari kelompok rujukan dan keluarga. Rekan kerja, teman dan tetangga dapat dikategorikan menjadi kelompok rujukan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keputusan nasabah. Keluarga merupakan organisasi nasabah atau konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga terdiri atas orang tua dan anak-anak yang memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan pengambilan kredit yang ditawarkan oleh suatu bank atau lembaga keuangan lainnya (Kotler, 2005) b) Faktor Pelyanan dan Prosedur Kredit dari bank atau lembaga keuangan yang menawarkan kredit bagi nasabah. yang dimaksud dengan pelayanan pelanggan (customer service) adalah upaya atau proses 14 secara sadar dan terencana dilakukan organisasi atau badan usaha dalam persaingan melalui pemberian/perjanjian Pelayanan kepada nasabah, sehingga tercapai kepuasan optimal bagi nasabah. Pelayanan yang baik dan prima disertai dengan sarana dan prasarana yang mendukung akan menarik nasabah untuk terus datang guna melaksanakan transaksi serta akan menjadi salah satu faktor yang akan mendorong calon nasabah lainnya menurut (Malayu S.P. Hasibuan, 2006) 2.4 Proses pengambilan keputusan pengambilan keputusan melibatkan tiga unsur yang perlu yaitu: 1. Pengambilan keputusan didasarkan pada 'akta, pengambilaan keputusan melibatkan analisis informasi actual 2.Proses pengambilan keputusan membutuhkan unsur pertimbangan, Penilaian yang subjektfitas terhadap situasi berdasarkan pengalaman dari pandangan umum. 6 langkah-langkah pengambilan keputusan: 1. Dentifikasi masalah

7

2. Ikhtisar akta 3. Penataan alternatif 4. Analisis dan pemilihan keputusan 5. Tindakan 2.5 Pengambilan keputusan investasi Ada berbagai cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu penggolongan usul-usul investasi disasarkan menurut kategori di bawah ini: 1. Investasi penggantian Pada umumnya keputusan mengenai investasi penggantian adalah yang paling sederhana, yaitu misalnya suatu aktiva yang sudah aus (wear-out) atau usang (obselete) yang harus diganti dengan aktiva baru, kalau produksi akan tetap dilanjutkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian

besar

dari

keputusan

mengenai

investasi

penggantian

dapat

diperhitungkan dengan lebih mudah. 3. Investasi penambahan jenis produk baru Investasi untuk menghasilkan produk yang baru di samping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi pada waktu ini. 11 4. Investasi lain-lain Termasuk dalam golongan investasi lainlain adalah usul-usul investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan tersebut, misalnya investasi untuk pemasangan alat pemanas (heater), alat pendingin (air conditioner), pemasangan sistem musik dimaksudkan untuk dapat meningkatkan moral para karyawan (Bambang Riyanto, 1997: 121). 2.6 Analisis Investasi Barang Modal Investasi modal digunakan untuk menjelaskan rencana manajer untuk mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek yang memilliki implikasi jangka panjang.Investasi tidak hanya mencakup penanaman dana, tetapi pembelian barang dagangan danperalatan merupakan investasi. Keputusan investasi modal (capital investment decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang (Bambang Riyanto, 1997: 121). Karena keputusan investasi modal menempatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer. Proses pengambilan

8

keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu; a. Proyek Independen (Independent project) Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadiapabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protekyang lainnya. b. Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project) Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang salingbersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya. Jenis Keputusan Investasi Modal Jenis-jenis keputusan investasi modal adalah: 1. Keputusan pengurangan biaya 2. Keputusan pelunasan pabrik dan fasilitas penggudangan 3. Keputusan pemilihan mesin 4. Keputusan untuk membeli atau menyewa 5. Keputusan penggantian peralatan Keputusan investasi modal dapat dibagi menjadi 2 kelompok: 1. Keputusan penyaringan (Screening decision), adalah jenis keputusan yang berkaitan dengan apakah usulan proyek investasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Keputusan pemilihan (Preference decision), adalah jenis keputusan yang berkaitan dengan pemilihan beberapa alternatif usulan proyek investasi. 2.2 Break event point (BEP) 2.2.1 Pengertian Break event Point Analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan titik dalam kurva biaya pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan (Herjanto,2007: 151). “Dalam melakukan nalisis pulang pokok diperlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan besar yang tetap, tidak tergantung dari volume penjualan, sekalipun perusahaan tidak melakukan penjualan. Biaya

9

variabel (variabel cost) meurpakan biaya yang besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi/dijual. Sedangkan pendapatan merupakan elemen lain dalam analisis pulang pokok yang besarnya bertambah sesuai dengna pertambahan volumen penjualan”(Henrjanto ,2007: 151). “Titik impas (Break Even Point) adalah tiitk dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus berusaha bagaimana cara meningkatkan laba untuk memperoleh laba yang maksimum dengan melihat volume penjualannya (Hansen dan Mowen,2006:274). 2.2.2 Cara menentukan break event point (BEP) Menurut Prawirosentono (2001: 112) Break Even Point Analiysis (BEPA) dapat dihitung secara matematis dan grafik. Secara matematis dijelaskan melalui formula sebagai berikut: 𝑄=

TFC (P − AVC

𝑄=

TFC 1−

AVC P

Q merupakan barang pada titik impas yang dinyatakan dalam unit Sedangkan QP jumlah hasil penjualan barang dalam rupiah atau nilai uang. Keterangan : TFC = Jumlah biaya tetap AVC = Jumlah variabel per unit P = Harga per unit Q = Jumlah barang yang dijual Lain halnya jika suatu perusahaan yang menjual multiproduk (Prawirosentono,2001: 112). Biaya variabel dan harga jual setiap jenis produk berbeda. Oleh karena itu. Rumus tersebut harus dimodifikasi dengan mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk (Herjanto,2007: 156). Rumus Break Even Point (BEP) yang digunakan untuk perusahaan multiproduk sebagai berikut ini: Keterangan: F = Biaya tetap per periode TVC = Biaya variabel total TR = Total pendapatan Perhitungan Break Even Point (BEP) perusahaan multiproduk digunakan bantuan tabel. Tabel ini bertujuan mencari nilai pembagi (nominator) dalam rumus Break Even Point (BEP) multiproduk

10

atau merupakan jumlah kontribusi 8 tertimbang semua tipe produk yang dijual (Herjanto,2007: 156-158). 2.2.3 Pengertian dan Pengklasifikasian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, nonbisnis dan manufaktur. Biaya merupakan faktor yang harus diperhatikan karena biaya berpengaruh secarah langsung terhadap laba yang akan dicapai oleh perusahaan (Carter dan Usry,2009:30). Pengertian biaya adalah “Nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Sedangkan Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktivitas atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha (Carter dan Usry,2009:30). Penggolongan Biaya-Biaya Dalam perhitungan Break Even Point (BEP) sangat diperlukan unsur yang sangat penting yaitu mengenai unsur biaya. Biaya secara umum adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat diperkirakan. Adapun pengertian biaya secara umum dalam suatu perusahaan adalah pengorbanan sumber daya produksi ekonomi yang dinilai dalam satuan uang, yang tidak dapat dihindarkan terjadinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Menurut (Prawirosentono 2001:113). Biaya-biaya dapat dikelompokkan menurut sifatnya (by nature) yaitu: 1. Biaya tetap (Fixed Cost=FC) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume produksi pada periode dan tingkat tertentu. Namun pada biaya tetap ini biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume produksi. Semakin tinggi volume produksi, 13 semakin rendah biaya satuannya. Sebaliknya, semakin rendah volume produksi semakin tinggi biaya per satuannya. Jenis biaya yang tergolong biaya tetap antara lain adalah: penyusutan mesin, penyusutan bangunan, sewa, asuransi asset perusahaan, gaji tetap bulanan para karyawan tetap. 2. Biaya Variabel Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) sesuai dengan perubahan volume produksi. Semakin besar volume produksi semakin besar pula jumlah total biaya variable

11

yang dikeluarkan. Sebaliknya semakin kecil volume produksi semakin kecil pula jumlah total biaya variabelnya. Jenis biaya variable antara lain adalah: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langusng, biaya tenaga listrik mesin, dan sebagainya. 3. Biaya Semi Variabel Biaya semi-variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, namun perubahannya tidak proporsional. Dalam analisis titk-impas, biaya harus dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni biaya tetap dan biaya variabel. M) biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya semacam itu mencakup biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, beberapa perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, biaya perjalanan, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, dan pajak penghasilan (Carter 2009:69). 2.2.4 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Untuk menjaga kelangsungan perusahaan Agribisnis agar tetap berjalan dengan baik, maka dalam proses kegiatan produksi suatu perusahaan memerlukan manajemen produksi dan operasi guna menghasilkan keluaran atau output, baik berupa jasa atau barang. Pengertian Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif

dan

efesien

untuk

mencapai

suatu

tujuan

tertentu

(Hasibuan,2009:2). Sedangkan pengertian produksi (operasi) diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (Input) menjadi hasil atau keluaran (Output). Jadi, pengertian manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya lain serta bahan secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambahkan kegunaan (utility) sesuatu barang dan jasa. Dapat diartikan sebagai usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (sering disebut sebagai faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah menjadi berbagai produk dan jasa (Handoko, 2000:3).

12

2.2.5 Manfaat analisis hubungan biaya, volume dan laba bagi manajemen. Analisis biaya, volume, laba mempunyai manfaat bagi manajemen. Analisis tersebut membantu kinerja manajemen dalam 26 perusahaan. Beberapa manfaat penting yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan adalah sebagai berikut: a. Membantu pengendalian melalui anggaran. Membantu menunjukkan perubahan yang diperlukan untuk menjadikan beban selaras dengan pendapatan. b. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Membantu manajemen untuk memperkirakan terhadap kesulitan dalam program penjualan. Jika penjualan secara relatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biaya yang semestinya, kenyataan ini akan diperlihatkan. Dengan demikian manajemen perusahaan harus mengevaluasi teknik penjualan, latihan staf penjualan, lini produk yang dijual dalam kaitannya dengan pelanggan. c. Menganalisis dampak perubahan volume. Dapat memberikan jawaban bagi manajemen tentang, banyaknya volume penjualan sebelum perusahaan menderita rugi, kenaikan laba jika ada kenaikan volume. d. Menganalisis harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukkan pengaruh yang terjadi atas laba akibat perubahan harga jual yang disertai oleh perubahan lainnya. e. Merundingkan upah. Membantu manajemen menunjukan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan usulan upah terhadap laba. Memberikan bantuan dalam menentukan kemungkinan penghematan dan efisiensi yang melindungi laba perusahaan. f. Menganalisis bauran produk. Analisis biaya, volume, laba untuk menentukan produk yang harus ditingkatkan dan produk yang harus dihilangkan. g. Menilai keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan. Memberikan sarana untuk menilai lebih dahulu usulan belanja barang modal yang dapat mengubah struktur biaya perusahaan. h. Menganalisis margin pengaman. Berperan sebagai cadangan margin pengaman dan cara untuk mempengaruhi perubahan (Adolph Matz,1992:224).

13

2.2.6 Kapasitas Produksi. Berdasarkan teori mengungkapkan bahwa kapasitas adalah jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam suatu selang waktu tertentu. Berbagai definisi kapasitas dapat dirincikan sebagai berikut: 1. Design Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik dirancang. 2. Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa fasilitas secara elektronik mempunyai kemampuan memproduksinya. (Biasanya lebih besar dari pada capacity karena perbaikanperbaikan periodik dilakukan terhadap mesin-mesin atau proses-proses). 3. Standard Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen, supervisi, dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran. Kapasitas standar adalah sama dengan rated capacity dikurangi cadangan keperluan pribadi standar, tingkat sisa (scrap) standar, berhenti untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk pengawasan kualitas standar, dan sebagainya. 4. Actual dan/atau Operating Capicity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standar ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dan sebagainya. 5. Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih rendag dari pada rated, tetapi lebih besar dari pada standard) yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaanpenundaan, mengurangi jam istirahar dan sebagainya (Kusuma,2002:113). Kegunaan dan Aplikasi Break Even Point (Titik Impas) Menurut Alwi (1994) bahwa analisa break even point dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan antara lain: 1. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Dinamika Teknik Mesin, Volume 5 No. 1 Januari 2015 Wijana, Alit Triadi, M. Kholiq: Aplikasi BEP Pada Pembuatan Roti ISSN: 2088-088X 7 2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. 3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita

14

rugi. 4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang akan diperoleh. dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point : 1. Untuk mengetahui hubungan antara penjualan, biaya, dan laba. 2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. 3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. 4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba (Harahap,2008). 2.2.7 Klasifikasi Biaya untuk Analisis Breakeven Point

Klasifikasi biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk kepentingan analisis Breakeven Point, maka biaya-biaya yang ada di perusahaan harus digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Jika terdapat biaya yang bersifat semivariabel maka perusahaan harus memisahkan biaya tersebut menjadi biaya tetap dan biaya variabel, dengan begitu manajemen akan dapat menyusun laba yang diinginkan melalui persamaan Breakeven Point (Jumingan, 2008). Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Variabel Cost (biaya Variabel) Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Sementara biaya tetap tidak berubah saat terjadi perubahan output, biaya variabel berubah sesuai dengan perubahan output. Oleh karena itu, biaya variabel naik ketika output naik dan akan turun ketika output turun variabel secara total berubah proporsional mengikuti perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait. Yang termasuk ke dalam kelompok biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2. Fixed Cost (biaya tetap) Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama

15

periode tertentu. Biaya tetap adalah suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah. Lebih formalnya, biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output aktivitas berubah biaya tetap tidak berubah secara total untuk jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume terkait. Berproduksi atau tidaknya perusahaan, biaya ini tetap dikeluarkan. Yang termasuk biaya tetap misalnya biaya sewa, biaya penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya pemeliharaan, bunga. 3. Semi Varibel Cost Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel. Misalnya, agen penjualan sering dibayar dengan gaji yang ditambah dengan komisi penjualan. Contoh biaya semi variabel yaitu selling expenses, administrasi dan umum, biaya perawatan dan perbaikan (Hansen dan Mowen,2006).

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan pengambilan keputusan merupakan proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan. Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekedar pilihan akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan terlibat dalam mencapai keputusan akhir (Lunenburg, 2010). Investasi modal digunakan untuk menjelaskan rencana manajer untuk mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek yang memilliki implikasi jangka panjang.Investasi tidak hanya mencakup penanaman dana, tetapi pembelian barang dagangan danperalatan merupakan investasi. Keputusan investasi modal (capital investment decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang (Bambang Riyanto, 1997: 121). Analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan titik dalam kurva biaya pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan (Herjanto,2007: 151).

17

DAFTAR PUSTAKA Adolph Matz, Milton F. Usry, 1992, Akuntansi Biaya, Erlangga, Jakarta. Bambang Riyanto, 1997, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. BPFE, Yogyakarta. Carter, William K dan Milton F. Usry.2004.Akuntansi Biaya, Penerjemah : Krista, Buku I, Edisi Ketiga Belas, Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Don R. Dan Maryanne M. Mowen. (2006). Akuntansi Manajemen. Buku 2. Erlangga, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Haryanto. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang: Badan Penerbict Universitas Diponegoro. Herren. 1979. Parasitoids Introduced Into Indonesia:Par of a Region-wide Campaign to tackle Emerging Cassava Pests and Diseases. Biocontrol News Inf. 35 (4): 35-38. Kotler, Philip (2005). Manajemen Pemasaran, diterjemahkan oleh Benyamin Molan. Edisi kesebelas, Jilid II, PT. Indeks Gramedia, Jakarta Lunenburg, 2010, “School Fasilities Management”, National Forum Of Educational Administration & Supervision Journal. Volume 27, Number 4. Pg: 1-7. Prawirosentono. 2001. “Manajemen Operasi”, Edisi Ketiga, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Terry.1994. Principle of Management, Alih bahasa N. Halim. Kaiya Remada

Related Documents


More Documents from "Al"