MAKANAN SUMBER ANTIOKSIDAN MANGGIS (garcinia mangostanalinn atau mangosteen) DAN STRAWBERRY (Fragaria vesca L.)
Ni Luh Eka Suprapti C 175181005
Pembimbing : Muhammad Aspar, STP, M.Sc
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
MAKANAN SUMBER ANTIOKSIDAN MANGGIS (garcinia mangostanalinn atau mangosteen) DAN STRAWBERRY (Fragaria vesca L.) Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan kini diketahui sebagai penyebab utama dari berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker dan penyakit jantung. Akumulasi radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan peroksidasi lipid, protein dan DNA di dalam inti sel. Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas oksigen dengan antioksidan yang tersedia di dalam sel. Dalam hal-hal tertentu, produksi radikal bebas oksigen dapat meningkat, sementara antioksidan yang tersedia tidak mencukupi untuk menetralisirnya. Stres oksidatif akan selalu terjadi dalam hidup manusia. Karena dalam hidup manusia tidak mungkin berlangsung tanpa oksigen dan sebagian oksigen melalui reaksi reduksi oksidasi dalam metabolisme sel senantiasa menghasilkan radikal bebas oksigen, maka tampaknya sepanjang hidup manusia akan selalu terancam oleh stres oksidatif. Apalagi bila antioksidan baik internal maupun eksternal tidak mencukupi untuk mengimbangi berbagai produksi radikal bebas oksigen itu. Antioksidan mencegah terbentuknya radikal bebas oksigen, atau menangkap radikal bebas yang sudah terbentuk dan menetralisirnya, agar tidak terjadi reaksi berantai yang dapat merusak sel secara berkelanjutan. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman jenis buah. Jenis buah yang merupakan sumber antioksidan adalah buah manggis (garcinia mangostanalinn atau biasa disebut sebagai mangosteen saja) dan strawberry (Fragaria vesca L.). A. MANGGIS (garcinia mangostanalinn atau mangosteen) Manggis memiliki perpaduan warna yang indah dan citarasa yang khas, yakni perpaduan rasa manis, asam dan sepat yang tidak dimiliki oleh buah lainnya. Oleh karena itu, buah manggis sering disebut sebagai buah eksotik. Selain itu, buah manggis juga mendapat sebutan Finest fruit of the Tropics dan Queen of fruits. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis dari Asia Tenggara, tepatnya Semenanjung Malaya. Kulit buah manggis mengandung dua senyawa alkaloid. Lateks kering manggis mengandung sejumlah pigmen yang berasal dari dua metabolit yaitu mangostin dan α – mangostin yang jika diekstraksi dapat menghasilkan bahan pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu dan biru. Kulit buah mengandung
antosianin seperti sianidin 3-soforosida dan sianidin-3-gluaoside. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan kulit manggis. Di dalam kulit buah manggis terkandung nutrisi seperti karbohidrat 82,50 %, protein 3,02 % dan lemak 6,45 %. Selain itu, kulit buah manggis juga mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan seperti antosianin, xanthone dan turunannya. Senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu xanthone yang meliputi mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoidepikatekin dan gartanin. Senyawa xanthone pada kulit buah manggis merupakan antioksidan tingkat tinggi karena kandungan antioksidannya 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk, selain itu sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C. Menurut penelitian sebelumnya uji aktivitas antioksidan kulit buah manggis yang diekstraksi dengan pelarut metanol yang mengandung HCl 1% pekat dengan menggunakan metode DPPH (1,1 difenil-2-pikrilhidrazil). Aktivitas antioksidan dalam kulit buah manggis yaitu 8,5539 ppm. Xanthone memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Kelarutan adalah salah satu sifat fisikokimia penting yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan bentuk dosis larutan. Untuk menghasilkan zat aktif lebih larut, membutuhkan tambahan bahan pendukung dan metode yang tepat. Salah satu metode untuk menambah kelarutan xanthones dalam ekstrak kulit buah manggis adalah metode cosolvency. Berdasarkan konten terlarut α- mangosteen, PEG 400-glycerin (40:40) adalah komposisi terbaik. Larutan oral dengan campuran PEG 400-gliserol (40:40) sebagai cosolvent memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC 50 dari 24,81 ppm. IC 50 ( Inhibition Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (ug / ml) yang mampu menghambat 50% dari aktivitas radikal bebas. Analisis kandungan total fenolat dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah manggis sebagai penangkal radikal bebas dan penstabil oksigen singlet. Tubuh manusia menghasilkan senyawa antioksidan, tetapi jumlahnya seringkali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh- tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas.
Senyawa fenolat adalah senyawa kimia yang mempunyai gugus hidroksil (-OH terikat langsung pada cincin aromatik). Senyawa fenolat meliputi fenol sederhana, asam fenolat, turunan asam hidroksinamat dan flavonoid. Senyawa flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Pigmen/zat warna yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti zat warna merah, ungu, biru, kuning, dan hijau tergolong senyawa flavonoid. Kadar flavonoid pada kulit buah manggis dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis diperoleh kadar sebesar 12.373 mg/100 g. Sedangkan kadar fenolat pada kulit buah manggis diperoleh kadar sebesar 1.271 mg/100 g. B. STRAWBERRY (Fragaria vesca L.) Berries adalah buah-buahan yang kaya baik dalam senyawa gizi, termasuk mineral, vitamin, dan diet fibers, dan unsur-unsur non gizi, terutama phytochemical polifenol (asam fenolik flavonoids, tanin dan lignan). Strawberry (Fragaria vesca L.) adalah berry yang paling banyak digunakan dan dikonsumsi, baik bentuk segar atau olahan. Strawberry memiliki komposisi gizi yang luar biasa dalam hal mikronutrien, seperti mineral, vitamin C, dan folat, dan unsur-unsur nongizi, seperti senyawa fenolik, yang penting untuk kesehatan manusia. Strawberry mengandung fenolik, asam askorbat, pelargonidin-3-glucoside, dan cyanidin-3-glucoside. Tingginya kandungan asam askorbat, fenolik, flavonoid dan anthocyanin memainkan peran penting untuk aktivitas antioksidan . Beberapa penelitian in vitro telah dilakukan untuk menguraikan aktivitas antioksidan dari polifenol. Pada dermal fibroblast manusia ditekankan dengan berbagai jenis agen oksidan (yaitu H2O2, AAPH (2,2-azobis (2-amidinopropane) dihydroxychloride) dan radiasi UV) kapasitas antioksidan strawberry sangat penting untuk pencegahan dan / atau pengurangan kerusakan kulit akibat radikal bebas, yang mengarah pada peningkatan viabilitas, penurunan konsentrasi ROS, peroksidasi lemak, dan kerusakan serta peningkatan DNA fungsionalitas mitokondria. Selain kulit, hati adalah jaringan lain yang sering terkena stres oksidatif. Banyak penelitian in vitro menyoroti kemampuan polifenol dalam menangkal stres oksidatif dalam sel HepG2, model seluler yang umum digunakan untuk mempelajari hati, dengan meningkatkan viabilitas sel, menurunkan pembentukan ROS, penanda peroksidasi lemak, kerusakan DNA, dan merangsang enzim antioksidan.
Beberapa penelitian telah dilakukan secara in vivo, menunjukkan efek perlindungan polifenol terhadap stres oksidatif, baik dalam kondisi fisiologis maupun patologis. Sebagai contoh, konsumsi polifenol berkhasiat dalam memperlambat proses penuaan pada tikus, melalui penurunan produksi ROS, peningkatan pertahanan antioksidan, dan peningkatan biogenesis mitokondria. Pada saat yang sama, suplementasi fenol telah terbukti efektif dalam mengurangi kerusakan oksidatif yang diinduksi doxorubi, dalam meningkatkan hambatan antioksidan serta dalam mengembalikan jumlah sel darah merah dan sumsum tulang, dan juga kadar hemoglobin pada tikus. Bukti paling penting dari suplementasi polifenol dalam penelitian pada manusia telah membahas potensi perubahan dalam penanda seluler dan plasma dari status antioksidan pada subjek muda. Pada sukarelawan sehat, konsumsi strawberry mengarah pada peningkatan yang signifikan dalam kapasitas antioksidan total plasma dan konsentrasi vitamin C serum, meningkatkan resistensi terhadap hemolisis dalam eritrosit, mengurangi persentase kematian dan meningkatkan proporsi aktivitas metabolisme dalam sel mononuklear. Di antara mekanisme aksi yang terlibat dalam efek antioksidan dari konsumsi strawberry, pengurangan kerusakan oksidatif DNA dan peningkatan kapasitas perbaikan DNA bisa terlibat. Strawberry juga mengandung koenzim Q10 dari 1.4ug / g berat basah menunjukkan aktivitas antioksidan. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan kulit, perbaikan kulit dan meningkatkan regenerasi kulit. Strawberry dapat digunakan sebagai antioksidan karena anthocyanin pewarna, yaitu pelargonidin 3-O-glucoside dan cyanidin 3-O-glucoside yang dilarutkan dalam air. Selain itu, flavonoid dalam strawberry memiliki kapasitas antioksidan yang tinggi. Penggunaan kombinasi surfaktan hidrofilik dan lipofilik menyebabkan stabilitas emulsi ganda. Emulsi primer tersebar di Carbopol, zat pembentuk gel yang dapat digunakan dalam menstabilkan emulsi dengan menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan viskositas fase air. Penggunaan strawberry dalam bentuk emulgel memiliki manfaat lebih efisien dan praktis. Selain itu, membuat persiapan emulgel diharapkan meningkatkan stabilitas maka kemampuannya untuk melepaskan bahan aktif secara topikal menjadi lebih baik.
REFERENSI 1. Baraas Faisal. 2012. Buah Manggis: the Queen of Fruit. Jurnal Kardiologi Indonesia. 33(2): 81-82. 2. Sartika Dewi, Chadijah Sitti, Ilyas Asriani. Analisis Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garnicia mangostana L.) Dengan Metode DPPH (1,1 difenil-2pikrilhidrazil). Al Kimia. 68-77. 3. Sumarny Ros, Sofiah Siti, Nurhidayati Liliek, Fatimah. 2015. Antioxidant Activity Of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Fruit Rind Extract In Oral Solution Dosage Form. 7(1): 6-12. 4. Rezki Putri Atika, Gonggo Tandi Siang, Sabang Mulyani Sri. 2017. Analisis Kadar Flavonoid Dan Fenolat Pada Kulit Buah Manggis (Garcininia mangostana L.). Jurnal Akademika Kimia. 6(4): 196-199. 5. Erwiyani Resti Agitya, Martodihardjo Suwaldi, Lukitaningsih Endang. 2016. Antioxidant Activity Of Dried Strawberry Juices (Fragaria vesca L.) Emulgel Preparation Using Candlenut Oil And It’s Diffusion. Indonesian J. Pharm. 27(3): 145-151. 6. Giampieri Francesca, Alvarez-Suarez M. José, Battino Maurizio. Strawberry and Human Health: Effects beyond Antioxidant Activity. Journal of Agricultural and Food Chemistry. A-J. 7. Forbes-Hernandez Y. Tamara, Gasparrini Massimiliano, Afrin Sadia et al.2017. The Healthy Effects of Strawberry Polyphenols: Which Strategy behind Antioxidant Capacity?. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. S46-S59.