MAKALAH Pengantar dan manajemen SDA
Di susun oleh
:DEWI SISKA ADEKANTARI FEBRIMASUSANTI
LILIYANTI RESTI PUTRI RAMDANI
RAHMAT HIDAYAT ANDI MUGIARTO
UNIVERSITAS SUMBAWA TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “pengembangan dan perencanaan sumber daya Air di indonesia belanda”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar dan manajemen SDA. Proses penyusunan makalah ini sudah diusahakan semaksimal mungkin, terlepas dari semua itu .Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah in Harapan penulis semoga bermanfaan bagi pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “pengembambangan dan perencanaan sumber daya Air di indonesia belanda” dapat diterima oleh pembaca.
sumbAwa 25 september 2018
penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI...............................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1. Latar belakang ..................................................................................
1
1.2. Rumusan masalah ............................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................
4
2.1. Tujuan perencanaan dan pengembangan sumberdaya Air di Indonesia dan belanda .....................................................................
4
2.2. Tahapan – tahapan perencanaan sumber daya Air Di indonesia dan belanda .................................................................
6
2.3. Pengambilan data di indonesia dan belanda ....................................
7
2.4. Formulasi proyek di indonesia dan belanda .....................................
9
2.5. Kajian lingkungan di indonesia dan belanda ..........................................
12
2.6. Analisis sistem perencanaan di indonesia dan belanda ...........................
13
2.7. Proyek multi tujuandi indonesia dan belanda .........................................
14
2.8. Alokasi dana di indonesia dan belanda ...................................................
15
2.9. Kriterian dan konseppengembangan sumber dayaair berkelanjutan di indonsia..........................................................................................
16
BAB III PENUTUP .................................................................................... 3.1. Kesimpulan ......................................................................................
17 17
3.2. Saran ................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
23
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, kebutuuhan rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. Sumber daya air merupakan sumber daya alam karunia Allah SWT yang mutlak diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya serta mempunyai arti dan peran penting bagi berbagai sector kehidupan.
1.2. Rumusan Masalah Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang berkembang cepat serta tingkat penghidupan masyarakat yang semakin maju, banyak kawasan resapan air yang dijadikan kawasan pemukiman dan pengembangan daerah perkotaan membuat jumlah ketersediaan air semakin lama semakin berkurang. Mengingat ketersediaan air yang tetap dan kebutuhan air yang cenderung semakin meningkat maka perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan teknologi, penyediaan air, dan pelestarian sumber daya air.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tujuan perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Air di Indonesia dan Belanda
Tujuan perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Air di Indonesia Kepulauan Indonesia terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan sekitar 6.000 merupakan pulau yang berpenghuni. Kepulauan tropis menyebar di sepanjang seperdelapan dari ekuator sekitar 8 juta km2, dengan total luas lahan 1,92 juta km2), dan wilayah laut seluas 3 juta km2 dengan total panjang garis pantai sekitar 84.000 km. Indonesia merupakan salah satu 5amper kepulauan yang ada di wilayahASEAN. Dengan prosentase wilayah lautnya sebesar 70% lebih, Indonesia termasuk dalam 5amper yang memiliki jumlah sumber daya air (SDA) yang sangat besar di wilayah ASEAN. Untuk mendukung pendayagunaan sumber daya air secara optimal, maka dibutuhkan pengelolaan dan pengembangan sumber daya air yang menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. Terlepas dari tingginya potensi sumber daya air, sumber daya air permukaan di Indonesia mengalami kekurangan selama musim kemarau, namun terjadi banjir selama musim hujan terutama di beberapa daerah. Meskipun Indonesia memiliki curah hujan yang berlimpah, dengan rata-rata nasional lebih dari 2.500 mm/tahun, namun terjadi perbedaan yang sangat besar di daerah tertentu di Indonesia. Hal ini terjadi berkisar dari daerah-daerah yang sangat kering di Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi bagian dari Kepulauan (kurang dari 1.000 mm) dan yang sangat basah di beberapa bagian daerah Papua, Jawa, dan Sumatra (lebih dari 5.000 mm). Seperti di banyak 5amper lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah sampai pada tahap di mana tindakan terpadu diperlukan untuk membalikkan tren yang terjadi saat ini yatiu penggunaan air yang berlebihan, polusi, dan meningkatnya ancaman kekeringan dan banjir. A. . Perencanaan dalam Pengembangan Sumber Daya Air pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,me mantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.Hasil dari perencanaan pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh danterpadu akan menghasilkan sebuah rencana pengelolaan sumber daya air.Perencanaan pengelolaan sumber daya air tersebut disusun untuk menghasilkanrencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.Perencanaan pengelolaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan asas pengelolaan sumber daya air seperti yang tertuang dalam Pasal 2 dalam UU RI No.7 Tahun 2004, yaitu berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatanumum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi danakuntabilitas. Kemudian perencanaan tersebut disusun sesuai dengan pola pengelolaan sumber daya air sesuai yang tertuang dalam Pasal 11, yaitu berda sarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan danair tanah, serta didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air inisebaiknya dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya
B. tujuan perencanaan dalam pengembangan sumber daya air adalah untuk mencapai keterpaduan dalam perencanaan penggunaan sumber daya air yang adamemperbaiki kualitas sum ber daya air mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai penggunan pemberdayaan masyarakat pengguna air,serta pendistribusian seca ra efisien dan berkelanjutan. Adapun tujuan perencanaan jangka panjang untuk pengembangan sumber daya air,yaitu : a) untuk menginventarisasi sumber daya air permukaan dan air tanah yang ada berdasarkan evaluasi kualitasnya; b) untuk mengevaluasi kebutuhan air jangka menengah (5 tahunan) dan kebutuhan air jangka panjang dalam usaha menyelaraskan keseimbangan fisik, sosio-ekonomi dan lingkungan; c) untuk menyelaraskan keseimbangan antara sumberdaya dan kebutuhan, pendeteksian daerahdaerah kritis beserta permasalahan yang ada sekarang dan masa mendatang; d) untuk merumuskan dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan mengenai sumber daya air secara nasional, regional dan lokal;
e) untuk menyeleksi skenario dan strategi yang paling tepat dalam penyelesaian masalah regional dan lokal; f) untuk melakukan persetujuan skenario oleh seluruh penentu kebijaksanaan sentral dan regional; g) untuk menentukan penentuan anggaran dan pelaksanaan bertahap di dalamkerangka kerja jangka menengah, untuk mengintegrasikan program yangdirencanakan dari sektor-sektor yang berbeda; dan untuk mengevaluasi penampilan perencanaan, modifikasi dan merubah jikadiperlukan Perencanaan jangka pendek dalam pengembangan sumber daya air adalah merupakan sarana dasar mencapai tujuan dalam jangka waktu yang pendek, umumnya dalam jangka waktu bulanan hingga 5 tahun ke depan. Tujuan umum dari perencanaan jangka pendek adalah untuk menyelaraskan: a) pembangunan lingkungan alami, mencakup keseimbangan kebutuhan dan perl indungan lingkungan; dan b) kebutuhan air yang ada sekarang (kualitas dan kuantitas) dengan potensi pengguna air dalam optimasi kondisi-kondisi ekonomi. c) untuk menentukan serta mengevaluasi skenario dan strategi yang berisikelebihan dan kekurangannya, serta pengaruh sosial ekonomi dan lingkungan beserta keuntungan dan kerugiannya;
Tujuan perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Air di Belanda Delta Belanda mempunyai perlindungan banjir terbaik di dunia. 70% penduduk Belanda bermukim di bawah permukaan laut. Oleh karena itu Belanda mempunyai banyak keahlian dalam pengendalian banjir dan air bersih. Sebagian besar daratan yang berada di bawah permukaan laut adalah hasil campur tangan manusia, ini disebabkan oleh ekstraksi gambut yang meluas, dan kurang terkontrol selama berabad-abad, dan merendahkan permukaan setinggi beberapa meter.
Belanda bekerja sama dengan negara lain untuk mengatasi isu-isu yang terkait dengan air di seluruh dunia, seperti irigasi, tepi sungai yang aman dan air minum bersih. Belanda juga memberikan bantuan kepada pengelolaan lintas batas dari 7 DAS (daerah aliran sungai) internasional di Afrika, Timur Tengah dan Asia. Utusan Khusus untuk Urusan Air Internasional telah ditunjuk untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian Belanda di sektor pengelolaan air.
Belanda, utamanya Amsterdam merupakan wilayah yang permukaan datarannya lebih rendah dibanding permukaan lautnya, makanya di beberapa sisi jalan nampak tanggul pembendung air laut. Dan untuk mencegah perembesan air masuk ke daratan, Belanda juga sengaja menanam pohon peresap air di beberapa tempat. pada 21 Februari 1953, komisi pembangunan Deltawerken dibentuk. Deltawerken adalah megaproyek yang dikerjakan dari tahun 1950 hingga 1997 (!) dan bertujuan untuk mengelola daerah delta tiga sungai besar di Eropa; Rhine, Meuse, dan Scheldt. Sepanjang sejarah Belanda, daerah delta tiga sungai besar tersebut adalah daerah langganan banjir.Tujuannya cukup jelas; pengeringan dan perlindungan daerah langganan banjir dan perlindungan daerah supaya tidak menjadi daerah payau. Maka dimulailah proyek jangka panjang berbagai macam konstruksi seperti bendungan, kanal, pintu air, dan modifikasi aliran sungai. Megaproyek ini juga sangat memperhitungkan perencanaan urban dan ekologi serta keterlibatan para pemangku kepentingan. Hasilnya, Belanda semakin aman terhadap banjir dan memiliki daerah baru yang dapat dimanfaatkan. Beberapa spesies ikan dan tanaman memang terpengaruh akibat pembangunan beberapa proyek Deltawerken, tapi kini ekosistem dan spesies baru muncul menggantikan yang hilang. Sistem Polder juga digunakan Pemerintah Belanda untuk menghadang banjir serta mengontrol ketinggian air. Polder merupakan sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh tanggul yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan. Ini artinya tak ada kontak dengan air dari daerah luar, selain yang di alirkan melalui perangkat manual ke tempat tersebut. Air buangan seperti air hujan di kumpulkan ke area Polder ini, dan di pompa ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut. Polder merupakan sistem tata air tertutup dengan meliputi berbagai elemen seperti tanggul, pompa, saluran air, kolam retensi, pengaturan lahan dan instalasi air kotor terpisah. istem ini disempurnakan pada abad ke-13 dengan menggunakan kincir angin untuk memompa air keluar dari daerah yang berada di bawah permukaan air laut.
Kincir angin Awalnya kincir Angin ini merupakan teknologi yang digunakan untuk memompa kelebihan air di daratan
2.2 Tahapan-tahapan perencanaan SDA di indonesia dan belanda 1. Tahapan-tahapan perencanaan SDA di indonesia
mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya air penataan dalam perencanaan penggunaan air secara terpadu antar berbagai sektor pembangunan, untukdapat menguatkan kelembagaan pengguna dan pengawasan pemanfaatan sumber dayaair pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya air secaraefisien, serta penggunaan air untuk kesejahteraan masyarakat pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan 2. Tahapan-tahapan perencanaan SDA di Belanda perencanaan jangka pajang di belanda :
Pemerintah belanda membentuk komisi pembangunan Deltawerken
Belanda menerapkan sistem reklamasi lahan melalui sistem polder
Menjalankan teknologi sanitasi
Membangun daerah resapan Air yang berkelanjutan
2.3 pengambilan data di idonesia dan belanda 1. Pengambilan data di idonesia Masalah klasik yang sepertinya bukan hal yang mudah untuk di selesaikan dan menjadi PR bagi pemerintah Kota Jakarta dari tahun ketahun. Kondisi jalanan atau area di Jakarta saat ini menjadi sangat parah dan memprihatinkan ketika hujan turun. Jangankan hujan lebat, hujan dengan intensitas sedang saja sudah berhasil menimbulkan genangan. Belum lagi jika hujan turun dalam waktu yang lama, wah banjir dimana-mana. Drainase Kota Jakarta yang buruk, menjadi salah satu penyebab utama banjir. Drainase yang berupa gorong-gorong di bawah jalanan di Jakarta sangat kecil dan tua. Misalnya saja drainase yang berada di sepanjang jalan Sudirman-MH Thamrin hanya berkelas mikro. Lubang resapan di sisi jalan hanya berdiameter 60 cm. Resapan ini tersambung dengan gorong-gorong di bawah trotoar yang memiliki diameter 80 cm. Fyi,
gorong-gorong kelas mikro itu tidak mampu menampung beban curah hujan yang banyak. Kota yang memiliki ketinggian rendah seperti Jakarta harusnya memiliki sistem drainase terpadu lebih baik Sistem Drainase yang baik? Nampaknya kita perlu belajar dari Belanda. Belanda merupakan Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik di dunia. Salah satu kota yang drainase-nya dikelola oleh Belanda pada masa 10amper10a adalah Yogyakarta, tepatnya di daerah Kotabaru yang dulunya dikenal dengan nama Nieuwe Wijk. Merupakan daerah pemukiman Belanda yang memiliki desain pola radial yang sangat rapi serta infrastruktur yang terencana. Dibangun saluran bawah tanah untuk mengelola limbah rumah tangga guna mencegah pencemaran lingkungan serta mengalirkan air hujan ke selokan kecil yang kemudian bermuara pada pembuangan akhir. Nieuwe Wijk tidak pernah banjir.
2. Pengambilan data di Belanda Belanda menerapkan sistem polder yang kompleks untuk mempertahankan wilayah Belanda dari ancaman banjir dan air pasang. Sistem ini dimulai di Belanda pada abad ke-11 yang kemudian disempurnakan dengan adanya penggunaan kincir angina pada abad ke13. Polder adalah dataran rendah yang membentuk daerah yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah ini air buangan seperti air kotor dan air hujan dikumpulkan di suatu badan air (sungai, kanal) lalu dipompakan ke badan air yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya dipompakan ke sungai atau kanal yang bermuara ke laut. Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, juga pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut dan sungai. Air dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder. Penerapan sistem polder dapat memecahkan masalah banjir perkotaan. Suatu subsistem-subsistem pengelolaan tata air tersebut sangat demokratis dan mandiri sehingga dapat dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat dalam hal pengendalian banjir kawasan permukiman mereka. Belanda berjuang melawan banjir yang 10amper satu 10amper10a1010 menimpa. Salah satu bencana banjir yang paling banyak memakan korban jiwa adalah yang terjadi pada tahun 1953. Pada akhirnya
Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken), yakni pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir di South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun. Belanda memang negri yang tidak berhenti untuk berinovasi. Meskipun begitu, Belanda terus menerus menyempurnakan sistem poldernya, hal ini adalah perjuangan yang dilakukan Belanda untuk terus berada di “atas air”.
2.4 Formulasi proyek di indonesia dan belanda 1. Formulasi proyek di indonesia Restorasi Danau Rawa Pening di Jawa Tengah dan pembersihan hulu Sungai Citarum dari kontaminasi sampah dan air limbah, menjadi 11ampe pemerintah saat ini. Metodenya, kami gunakan pendekatan Solusi berbasis Alam, sehingga diharapkan masyarakat dapat turut berpartisipasi,” ujar Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Berbagai upaya pemeliharaan dilakukan di Danau Rawa Pening yang awalnya lebih dari dua pertiga areanya ditutupi enceng gondok. “Ada tiga langkah yang kami lakukan untuk memulihkan Danau Rawa Pening, di antaranya restorasi, pelestarian (preservasi), dan membangun kembali untuk tujuan tertentu (konservasi). Bersama masyarakat, kami lakukan aksi nyata, mulai dari pengerukan danau, pembuatan tanggul pembatas, hingga pembersihan enceng gondok secara rutin,” ujar Ir. Sujadi, Komisi V DPR RI. Hasilnya, saat ini, tinggal 30% area Danau Rawa Pening yang masih tertutup eceng gondok, “Bahkan lokasinya sudah menjadi obyek wisata Pemerintah Targetkan Sungai Citarum Layak Minum di Tahun 2025 Sejak 10 tahun lalu, Bank Dunia pernah menobatkan Sungai Citarum sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Ironisnya, lebih dari 27 juta jiwa di wilayah Jawa Barat dan Jakarta justru menjadikan Sungai Citarum sebagai salah satu sumber air untuk kehidupan. “Itulah sebabnya pemerintah menetapkan prioritas untuk memulihkan Sungai Citarum, lewat program Citarum Harum,” ungkap Basuki Hadimuljono. Presiden Joko Widodo menargetkan, di tahun 2025, Sungai Citarum sudah layak dikonsumsi. Langkah nyata juga telah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia untuk membebaskan Citarum dari sampah.
“Untuk pengelolaan sampah yang menumpuk di Citarum, kami bangun Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Legok Nangka di Kabupaten Bandung, yang bisa memuat sampah hingga 1,500 ton/hari. Namun, sebelum masuk ke TPA, kami lakukan dulu pemilahan sampah atau 3R (reduce, reuse, recycle), sehingga volume sampah di TPA pun tidak sampai menggunung. Sementara air limbahnya, ditampung dalam instalasi penjernihan air untuk kemudian diolah menjadi air bersih,” tambah Sri Hartoyo, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Bersama air hujan, proses penampungan air limbah ini juga bisa menghasilkan 12amper listrik sekaligus membantu irigasi. Seperti terangkum dalam Sustainable Development Goals (SDG) 6 by United Nations, masyarakat diajak untuk melakukan perubahan demi menjaga keberlangsungan air sekaligus pengelolaan sampah yang bermanfaat, demi tercapainya masa depan dan dunia yang lebih baik di tahun 2030.
2. Formulasi proyek di Belanda komisi pembangunan Deltawerken dibentuk. Deltawerken adalah megaproyek yang dikerjakan dari tahun 1950 hingga 1997 dan bertujuan untuk mengelola daerah delta tiga sungai besar di Eropa; Rhine, Meuse, dan Scheldt. Sepanjang sejarah Belanda, daerah delta tiga sungai besar tersebut adalah daerah langganan banjir.Tujuannya cukup jelas; pengeringan dan perlindungan daerah langganan banjir dan perlindungan daerah supaya tidak menjadi daerah payau. Maka dimulailah proyek jangka panjang berbagai macam konstruksi seperti bendungan, kanal, pintu air, dan modifikasi aliran sungai. Megaproyek ini juga sangat memperhitungkan perencanaan urban dan ekologi serta keterlibatan para pemangku kepentingan. Hasilnya, Belanda semakin aman terhadap banjir dan memiliki daerah baru yang dapat dimanfaatkan. Beberapa spesies ikan dan tanaman memang terpengaruh akibat pembangunan beberapa proyek Deltawerken, tapi kini ekosistem dan spesies baru muncul menggantikan yang hilang
2.5 kajian lingkungan di Indonesia dan belanda 1. ANALISIS KAJIAN SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA Kajian mengenai sumber daya air kita ambil salah satu contohnya di wilayah Pulau Jawa-Madura sudah banyakdilakukan, namun kebanyakan kajian-kajian tersebut ruang lingkupnya terbatas dan hanya memperhitungkan kondisi setempat. Dengan demikian kajian sumberdaya air yang telah dilakukan tersebut hanya bersifat
setempat dan belum terintegrasi untuk seluruh wilayah sungai di seluruh Pulau JawaMadura. Analisis terhadap kajian-kajian terdahulu serta laporan-laporan proyek yangrelevan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam rangkapenyelesaian Studi Prakarsa Strategis Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa ini. Dengan mempelajari berbagai kajian yangsudah ada dapat diperoleh perkembangan terakhir dari wilayah studi. Karenakegiatan pembangunan bersifat dinamis dan rekursif, maka kegiatanpembangunan yang dilakukan sekarang ini harus mengacu pada kegiatanpembangunan yang telah lalu. Kelebihan maupun kekurangan yang terdapatpada kajian/proyek terdahulu dapat diambil sebagai masukan agar studi yangdilakukan saat ini dapat lebih terarah sesuai dengan kebutuhan, sekaligus tidakmengulang kesulitan dan kesalahan yang sama dengan kajian yang sudahdilakukan.
2.ANALISIS KAJIAN SUMBER DAYA AIR DI BELANDA Sumber daya air di belanda lebih dulu maju. Belanda merupakan Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik di dunia.Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken), yakni pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir di South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun. Belanda memang negri yang tidak berhenti untuk berinovasi. Meskipun begitu, Belanda terus menerus menyempurnakan sistem poldernya, hal ini adalah perjuangan yang dilakukan Belanda untuk terus berada di “atas air”. Kita patut belajar dari sang ahli.
2.6 Analisa sistem perencanaan di indonesia dan belanda 1. Analisa sistem perencanaan di Indonesia
Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunai internasional untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan. Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam rangka reformasi kebijakan sumber daya air. Salah satu cara yang harus diperhatikan dalam pengelolaan air adalah pengelolaan yang berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran
Sungai/DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Dengan pengelolaan air berdasarkan DAS maka diharapkan akan tercipta kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah saja. Pengelolaan air pada suatu daerah tidak bisa begitu saja hanya memperhatikan variabel–variabel hidrologis pada wilayah itu saja. Bahkan, pengelolaan Waduk Saguling untuk keperluan PLTA, misalnya, tidak bisa hanya memperhatikan variabel–variabel disekitar waduk. Seluruh masalah pengelolaan sumber daya air harus memperhitungkan keseluruhan DAS karena bagaimanapun juga bahkan sebuah titik di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap keberadaan dan kualitas air di sungai utama. Jadi Pengelolaan sumber daya air yang bersifat parsial harus ditinggalkan. Pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air meliputi irigasi, rawa dan pantai, sungai, danau, waduk dan bendungan, termasuk penyediaan air baku dan pemanfaatan air tanah Di Indonesia secara kelembagaan, SDA dikelola oleh Ditjen SDA Departemen Pekerjaan Umum . Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi sumber air yang bersangkutan. Ketentuan mengenai pengembangan sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah dilakukan secara terpadu dalam pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah. Ketentuan mengenai pengembangan air tanah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan mengembangkan teknologi modifikasi cuaca.
Badan usaha dan perseorangan dapat melaksanakan pemanfaatan awan dengan teknologi modifikasi cuaca setelah memperoleh izin dari Pemerintah. Ketentuan mengenai pemanfaatan awan untuk teknologi modifikasi cuaca diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan dengan memperhatikan fungsi lingkungan hidup.
2. Analisa sistem di belanda
sistem pengelolaan air yang sangat canggih ini diyakini karena Belanda memiliki tinggi tanah yang berada di bawah permukaan air laut. Desakan kebutuhan permukiman akibat peningkatan penduduk di sekitar tahun 1000-an menjadikan wilayah permukiman harus semakin diperlebar dan tibalah di titik kawasan yang rawan terkena rob (banjir pasang air laut). Pada tahun 1250 pembangunan untuk mengatasi rob tersebut dimulai sebagai cikal bakal kejeniusan Belanda dalam mengelola sistem drainase, memanfaatkan kecanggihan bendungan dan kincir angin MENERAPKAN SISTEM ECO-DRAINASE YAITU berkontribusi mengurangi peluang banjir, sistem ini mampu menjaga kualitas air.
2.7 Proyek multi tujuan di Indonesia dan Belanda 1. Proyek multi tujuan di Indonesia beberapa proyek infrastruktur, khususnya bidang sumber daya air yang telah diresmikan (groundbreaking dan impounding) diantaranya Bendungan Raknamo yang telah dilakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) pada 20 Desember 2014, Bendungan Jatigede di Jawa Barat, yang telah dilakukan penggenangan bendungan pada Agustus 2015 (setelah 50 tahun mangkrak) dan Bendungan Nipah di Jawa Timur yang akan impounding pada November 2015. Bendungan Jatigede yang berlokasi di Desa Cijeunjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, merupakan bendungan dengan tipe bendungan urugan batu, inti tegak dan tinggi bendungan 114 meter, Manfaat bendungan ini adalah untuk mengairi irigasi sawah seluas 90 ribu ha, air baku 3500 lt/det target layanan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu, PLTA sebesar 110 MW dan pengendalian banjir wilayah Indramayu dan Cirebon seluas 14 ribu ha.
Bendungan Nipah terletak di Desa Tabanan, Kecamatan Banyuates, Kab. Sampang, mempunyai tinggi bendungan 22, 50 m, luas daerah aliran Sungai 82,75 km2 dan kapasitas tampungan total 6,13 x 106 m3. Manfaat Bendungan Nipah untuk mengairi irigasi sawah seluas 1.150 ha yang terdiri dari 925 sawah baru yang merupakan pengembangan sawah tadah hujan dan sisanya seluas 225 ha, merupakan areal sawah eksisting, konservasi sumber daya air dan daerah wisata dan perikanan ikan tebar. Luas tanah yang dibebaskan 549 ha
2. Proyek multi tujuan di Belanda Salah satunya yaitu di South Holland dan Zeeland . Perjuangan melawan banjir telah dilakukan Belanda hampir selama satu Lebih dari seratus bencana banjir pernah menyerang Belanda dalam kurun waktu tersebut. Salah satu bencana banjir yang paling memakan banyak korban adalah yang terjadi pada tahun 1953. Sebagai reaksi preventif, Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken), yaitu pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir Selain dapat mengendalikan air, sistem polder juga dapat digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi, lahan pertanian, perikanan, dan lingkungan 16amper16a serta perkantoran.
2.8 peng alokasi dana di indonesia dan belanda 1. alokasi dana di indonesia Selain masalah ekstraksi optimal (khusunya untuk air bawah tanah), permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air adalah alokasi dan distribusi air. Alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana suplai air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok: Kelompok konsumtif, yakni mereka yang memanfaatkan suplai air untuk konsumsi, dan kelompok non-konsumtif. Kelompok konsumtif antara lain rumah tangga, 16amper16a, pertanian, kehutanan. Kelompok ini memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi (diversion), baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah, maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Kelompok pengguna ini mem-perlakukan sumber daya air sebagai sumber daya tidak terbarukan. Di sisi lain, pengguna non-konsumtif memanfaatkan air hanya sebagai media seperti: • Medium pertumbuhan ikan pada kasus perikanan. • Sumber energi listrik pada pembangkit listrik tenaga air. • Rekreasi (berenang, kayaking, dan sebagainya).
Kelompok pengguna ini memperlakukan sumber daya air sebagai sumber daya terbarukan, dan pengelolaan sumber daya air tidak terlalu menimbulkan masalah ekonomi mengingat suplai air tidak banyak dipengaruhi oleh pemanfaatannya. Namun, jika tidak dikelola, pemanfaatan non-konsumtif ini pun akan menimbulkan eksternalitas air itu kemudian dijadikan sebagai barang publik. Karena itu, analisis ekonomi sumber daya air untuk pemanfaatan non-konsumtif ini kemudian didekati dengan teknik non-market valuation yang akan dibahas secara terperinci pada bab berikutnya. Khusus yang menyangkut penggunaan konsumtif, alokasi sumber daya air diarahkan dengan tujuan suplai air yang terbatas tersebut dapat dialokasikan kepada pengguna, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, alokasi sumber daya air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity dan sustainability (keberlanjutan). Berikut disajikan ketiga kriteria tersebut beserta tujuan pengelolaannya. Kriteria Alokasi Sumber Daya Air Efisiensi • Biaya penyediaan air yang rendah • Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi . • Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Equity • Biaya penyediaan air yang rendah Sustainability • Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi . • Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan • Akses Terhadap air bersih untuk semua masyarakat • Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah (groundwater depletion) • Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem • Meminimalkan pencemaran air Selain kriteria di atas, Howe et al., (1986) menambahkan kriteria alokasi sumber daya air antara lain: • Fleksibilitas dalam penyediaan air sehingga sumber daya air dapat digunakan pada periode waktu yang berbeda dan dari satu tempat ke tempat lainnya sesuai dengan perubahan permintaan. • Keterjaminan (security) bagi pengguna yang haknya sudah terkukuhkan sehingga mereka dapat memanfaatkan air seefisien mungkin. • Akseptabilitas politik dan publik sehingga tujuan pengelolaan bisa diterima oleh masyarakat. Dengan beberapa kriteria di atas, pengelolaan sumber daya air,khususnya yang
menyangkut alokasi, memang menjadi sangat kompleks. Namun, secara umum ada beberapa mekanisme alokasi yang umum digunakan, yakni Queuing System, water pricing, alokasi publik, dan user-based allocation. ini dapat dilakukan dengan pendekatan pengeluaran prevent!f, yaitu mengukur biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan air dari beban pencemar (Dixon et al., 1986). Komponen yang membentuk biaya pengolahan air antara lain adalah : (1) Pemakaian bahan kimia; (2) tanaga kerja; (3) perawatan peralatan; (4) bahan bakar; dan (5) tenaga listrik. Biaya pengolahan bahan baku menjadi air minum dapat dibedakan menjadi dua, sebagaimana biaya untuk memproduksi suatu produk, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Soedarsono, 1988). Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak mengolah air. Contoh biaya tetap adalah : gaji tenaga kerja dan penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan keluaran yang dihasilkan. Besar kecilnya biaya variabel tergantung pada besar kecilnya produksi air minum. Konsep biaya lain yang berkaitan dengan produksi air minum adalah biaya marginal. Biaya marginal merupakan biaya tambahan total biaya sebagai akibat tambahan hasil produksi air minum (Sudarman, 1989). Biaya marginal mempunyai hubungan fungsional dengan jumlah air minum yang dihasilkan. Pada kurva biaya marginal dapat ditentukan titik-titik optimal bagi perusahaan air minum. Oleh karena itu setiap titik pada kurva biaya marginal akan menunjukkan koordinasi antara beban biaya yang bersedia ditanggung oleh perusahaan air minum dengan kuantitas air minum yang ditawarkan.
2. alokasi dana di belanda Mengenai alokasi dana kita lihat dari sejarahnya belanda.belanda sudah sejak dulu bergulat dengan Air dimana urusan Air menjadi urusan indifidu baik secara segi pengelolaan aaupun konsumsi Kemudian pemerintah elanda membetuk badan yang mengurusi Air dimana mengurusi mengsuplay Air ke masyarkat.Tidak berhenti di situ jpang terus berkontribusi untuk melakukan riset di mana waktu itu warga belanda mengalami krisis Air bersih akibatnya anyak warga yang meninggal,dan dari itu belanda mengeluarkan alat yang di namakan sistem polder dan sanitani Dimana sistem ini membantu warga mendapaa ir bersih.sistem polder membantu menimbun Air sungai Air hujan kemudian di hisap meggunkan energy kincir Angin dan sanitasi membantu mengelolah Air menjadi Air bersih
2.9 kriteria dan konsep pengembangan sumber daya Air berkelanjutan di Indonesia 1. kriteria dan konsep pengembangan sumber daya Air berkelanjutan di Indonesia Komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia yang layak, sehngga tercapai taraf kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh Salah satu konsep terkait dengan pembangunan yang memperhatikan dampak terkecil dari kerusakan lingkungan tetapi menghasilkan manfaat yang optimal adalah kosep Eco-Efficiency. Eco-efficiency sebagai konsep bisnis untuk memperbaiki kinerja ekonomi dan kondisi lingkungan dengan memperhitungkan penghematan sumber daya dan pencegahan polusi dari industri manufaktur sebagai pemicu untuk inovasi dan daya saing, eco-efficiency dapat menghasilkan performa yang lebih baik secara finansial. Perencanaan proyek pembangunan SDA di Belanda sendiri, Membangun daerah resapan Air yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas air dan pengendalian banjir.
2. kriteria dan konsep pengembangan sumber daya Air
berkelanjutan di belanda Pengembangan Air di belanda sudah sejak lama sehingga belanda membangun sebuah kontribusi untuk menanggulangani sumber daya Air yang melimpah di belanda tersebut Ada banyak cara belanda menanggulangani tersebut salah satunya kanal-kanal yang 20amper Ada di setiap jalan di belanda dan kincir Angin yang sebenarnya membantu proses kerja polder kini menjadi ikon kota belanda Dari jauh hari belanda sudah memkirkan sumber daya Air berkelanjutan di belanda salah satu yg mereka rencanakan ya itu sistem deltawerker Itu merupakan sistem beerkelanjutan di belanda tapi belanda tidak puas mereka masih ingin menegembangkan hal tersebut
BAB III PENUTUP
2.1. Kesimpulan Setelah menyajikan materi di atas kita sudah tau bahwa indonesia sangat lemah cara mengelola Air yang Ada berbeda dengan belanda mereka cepat dalam mengelola Air baik dalam jangka panjang dan pendek . 2.2.Saran Indonesia lebih Aktif berkerja sama dalam membangun sumber daya Air di indonesia bukan perintah saja yang turun tangan atas pengelolaan Air tersebut rakyat juga harus ikut turut tangan atas hal tersebut karena kalau bukan kita rakyat indonesia yg menjaga siapa lagi.dan pengelolaan Air nya setidaknya mengikuti sistem deltawerker pada saat banjir supaya daerah yang sering terkena banjir bebas dari banjir
DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/7074451/Makalah__TUJUAN_PERENCANAAN_UNTUK_PENGEMBANGAN_INFRASTRUKTUR _SUMBER_DAYA_AIR senin,1 oktober 2018 14:22 https://onnywiranda.com/2010/04/11/belajar-mengelola-air-dari-belanda/ senin,1 oktober 2018 16:46 https://tirto.id/belajar-banjir-ke-negeri-belanda-bKNT senin,01 oktober 2018 16:54 https://id.prnasia.com/story/27541-5.shtml selasa 02 oktober 2018 16:54 http://sda.pu.go.id/pages/posts/Infrastruktur-SDA-Untuk-Keberlangsungan-SumberDaya-Air-Indonesia selasa 02 oktober 2018 17:36 https://maulanusantara.wordpress.com/2016/03/07/belajar-dari-sistem-polder-negerabelanda/ selasa 02 oktober 2018 17:42
(https://www.academia.edu/19633302/Analisis_Kajian_Sumber_daya_air) selasa 02 oktober 2018 17:54