Tugas Makalah Perspektif.docx

  • Uploaded by: Eunike Chrystina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Makalah Perspektif.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,366
  • Pages: 15
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN HIV/AIDS (PERSPEKTIF AGAMA KRISTEN TERHADAP HIV/AIDS)

Nama : Eunike Chrystina Eryanti Nim : 010116A032

PROGAM S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perspektif Agama Kristen Terhadap HIV/AIDS ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami sangat berterima kasih kepada Ibu Rosalina,SKp.,M.Kes. selaku Dosen mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Perspektif Agama Kristen Terhadap HIV/AIDS. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di waktu yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Ungaran Desember 2017

Penyusun

BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Seperti yang diketahui , AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Pemerintah disetiap negara tidak tinggal diam melihat wabah penyakit yang melanda negara mereka. Berbagai upaya dilakukan untuk mengadakan penyuluhan bagi Penyakit ini.Usaha ini juga melibatkan masyarakat biasa, baik itu secara organisasi, maupun pribadi memberikan kepedulian mereka terhadap penderita HIV/AIDS. Virus ini tidak hanya didiskusikan dalam kalangan masyarakat secara umum, tetapi mendapat berbagai sorotan, khususnya dalam beberapa agama. Didalam kekristenan, virus ini tidak lepas dari perhatian para hamba Tuhan maupun jemaat biasa. Berbagai pandangan dilontarkan kepada para pengidap penyakit ini. mayoritas dari pendapat mereka menilai secara negatif. Bagaimanakah penderita virus HIV/AIDS ditinjau dari sudut pandang Etika Kristen? Dan apakah cara yang harus dilakukan orang percaya dalam menangani penyebaran Virus yang mematikan ini? Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai HIV/ AIDS? Ditinjau dari ilmu kedokteran dan etika Kristen.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari HIV/AIDS ? 2. Bagaimana patogenesis atau perjalanan penyakit HIV/AIDS ? 3. Bagaimana cara penularannya ? 4. Apa saja tanda gejalanya ? 5. Bagaimana pencegahan dan pengobatannya ? 6. Bagaimana penderita HIV/AIDS ditinjau dari perspektif Etika Kristen ?

C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan perjalanan penyakit dari HIV/AIDS 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penularan dan apa saja tanda gejalanya 3. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya 4. Mahaiswa dapat mengetahui perspektif etika kristen terhadap HIV/AIDS

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007c). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2007). AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2007).

B. Patogenesis Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,semen dan sekret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual. Jika virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV, DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus (Daili, 2009). HIV menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama sekali limposit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel langerhas pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (Daili, 2009). Sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh akibat hancurnya limposit T4 secara besarbesaran yang mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi (Daili, 2009). C. Cara Penularan HIV/AIDS 1. Seksual Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. 2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV. 3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan. 5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV 6. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI. 7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium. Pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam (Fauci, 2010). Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV (Fauci,2010). Menurut WHO (2014), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular. 2. Memakai milik penderita Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV. D. Gejala Klinis Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati Gejala minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase. a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

E. Pengobatan Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang (Djauzi dan Djoerban,2006). Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Djauzi dan Djoerban,2006). F. Pencegahan Menurut Notoatmodjo (2007), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks, Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan PSK. Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri. Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan tindakan yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak Adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal .

Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian perilaku kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. (Notoadmodjo, 2007) Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten. Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community). Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama. (BNN, 2009) Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan (Yatim,2006). Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, anus, ataupun mulut. Bila air mani tidak masuk ke dalam tubuh pasangan seksual maka resiko penularan akan berkurang. Apabila ingin melakukan senggama dengan penetrasi maka seks yang aman adalah dengan menggunakan alat pelindung berupa kondom (Yatim, 2006). Hindari berganti-ganti pasangan dimana semakin banyak jumlah kontak seksual seseorang, lebih mungkin terjadinya infeksi. Hindari sexual intercourse dan lakukan outercourse dimana tidak melakukan penetrasi. Jenis-jenis outercourse termaksuk masase, saling rangkul, raba, dan saling bersentuhan tubuh tanpa kontak vaginal, anal, atau oral (Yatim,2006). Bagi pengguna obat-obat terlarang dengan memakai suntik, resiko penularan akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan mengenai beberapa tindakan

pencegahan. Pusat rehabilitasi obat dapat dimanfaatkan untuk menghentikan penggunaan obat tersebut. Bagi petugas kesehatan, alat-alat yang dianjurkan untuk digunakan sebagai pencegah antara lain sarung tangan, baju pelindung, jas laboratorium, pelindung muka atau masker, dan pelindung mata. Pilihan alat tersebut sesuai dengan kebutuhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan (Yatim,2006). Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV +. Bayi yang tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi (Yatim, 2006). Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat pengobatan (MFMER, 2008). G. Etika Kristen Terhadap HIV/AIDS Dalam diskusi mengenai para penderita HIV/AIDS, terkadang banyak pendapat yang langsung bersifat menghakimi dari orang Kristen. Menurut mereka para penderita terkena penyakit yang mematikan disebabkan oleh tindakan mereka yang melanggar perintah Allah( Kel. 20 :14). Menurut pendapat mereka, virus yang mematikan ini sudah Tuhan sediakan bagi orang yang melanggar kekudusan hidup, melakukan seks bebas. Sehingga orang yang menderita virus ini sama saja terkena kutuk dari Allah. Allah adalah kudus dan Dia menginginkan manusia hidup kudus. Oleh sebab itu menurut mereka menjaga kekudusan perkawinan sangatlah penting. Pendapat ini sedemikian berakar kuat didalam diri sebagian orang Kristen, sehingga banyak diantara mereka yang sama sekali tidak mau mempedulikan para penderita. (PGI untuk HIV/ AIDS dan Narkoba, Jakarta, 2008) Dipihak lain ada orang Kristen yang berjiwa sosial, sangat memperdulikan akan para penderita. Dengan menerapkan hukum kasih, mereka berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mengadakan penyuluhan dan seminar bagi masyarakat mengenai bahayanya penyakit ini. memberikan perhatian bagi yang sudah terinveksi, tanpa takut terjangkit oleh virus mematikan ini? Menekankan tentang kekudusan Allah itu adalah hal yang sangat penting dalam kekristenan, Firman Allah mengatakan “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”, oleh sebab itu perkawinan adalah hal yang sangat kudus. Melakukan seks bebas adalah hal yang

bertentangan dengan kehendak Allah (kel. 20:14). Salah satu penyebaran virus ini adalah melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu jagalah kekudusan hidup. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah orang yang terkena inveksi virus ini adalah kutuk dari Allah?. Manusia tidak berhak memvonis seseorang yang terkena virus ini adalah merupakan kutuk dari Allah.hal ini merupakan suatu bentuk penghakiman kepada sesama kita. Harus diketahui bahwa bentuk penyebaran virus ini bukan hanya melalui hubungan seksual,tetapi berbagai macam cara ( seperti penjelasan dalam halaman sebelumnya). Bagaimanakah dengan anak bayi yang terinveksi virus dari ibunya semenjak dari kandungan?apakah ini merupakan dosa kutukan? Atau dengan orang yang terinveksi karena menggunakan donor darah yang sudah terinveksi ? (perlu pertimbangan). Apakah yang harus kita lakukan sebagai hamba Tuhan ? Prinsip yang harus diterapkan sebagai umat percaya adalah prinsip yang sudah dilakukan oleh sang guru agung kita yaitu Tuhan Yesus. Selama pelayanannya di bumi, Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang –orang yang sudah terbuang dikalangan masyarakat marginal. Dia menunjukan kasihnya dengan menyembuhkan mereka, dan memberikan pemulihan kerohanian.(luk. 17 :11-19). Bagi mereka yang belum terkena inveksi dari virus mematikan ini, sebagai hamba Tuhan, kita harus mengadakan penyuluhan, pembinaan kepada masyarakat, dengan menekankan tentang kekudusan hidup berdasarkan firman Tuhan. Didalam 1 Tesalonika 4 :1-12 memberikan suatu pedoman untuk menjaga kekudusan hidup, dan Amsal 5:1-23 memberikan penjelasan yang sangat mendetail salah satu dampak dari hubungan perzinahan, yang merupakan salah satu cara penularan virus ini. Bagi yang sudah terinveksi, hal yang bisa dilakukan adalah, pemulihan kerohanian bagi mereka, beritakan Injil kepada mereka sehingga walaupun tubuh mereka tidak mungkin disembuhkan lagi tetapi yang terpenting jiwa mereka bisa dipulihkan dan bertobat percaya kepada Yesus.(Kisa Para rasul 4: 12) Karena kesehatan rohani lebih penting daripada kesehatan jasmani. Orang yang sudah terinveksi penyakit ini hanya mengalami penyesalan dan keputusasaan yang mendalam selama mereka masih hidup, tidak bisa lagi berbuat apa-apa, bagaikan burung yang terkena jerat, bagi mereka kehidupan didunia tidak ada artinya lagi, tinggal menunggu

saatnya untuk

mati. disanalah para hamba Tuhan hadir , membawa suatu harapan baru didalam Kristus, yang lebih berharga dari kehidupan yang sangat singkat didunia ini. (PGI untuk HIV/ AIDS dan Narkoba, Jakarta, 2008)

Etika kristen ( salah satu cabang ilmu teologi praktika) menekankan tentang kepedulian berupa tindakan lansung tanpa mempermasalahkan mengapa dia terinveksi virus yang mematikan ini. pada waktu Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang terkena penyakit kusta,(Mat. 8:1-4 ; Mrk.1:40-45 ;Luk. 5::12-26) dia tidak menanyakan mengapa mereka terkena penyakit, tetapi tindakan yang dilakukan adalah menyembuhkan mereka. Kita mungkin tidak bisa menyembuhkan mereka secara fisik tetapi yang bisa disembuhkan adalah kerohanian mereka. ( PGI untuk HIV/ AIDS dan Narkoba, Jakarta, 2008) Sebagai orang kristen ketika menyingkapi persoalan yang demikian memang membutuhkan hikmat bukan dengan sembarangan mengeluarkan stetmen yang justru membuat penderita HIV/AIDS semakain menderita dengan keadaannya. Dengan membentuk suatu badan yang khusus menangani penderita HIV/AIDS berupa pelayanan konseling pastoral bahkan mengadakan penyuluhan di berbagai gereja berkenaan dengan bahayanya HIV/AIDS ini juga cukup membantu penderita bahkan mencegah HIV/AIDS. Mencegah bahkan menolong penderita HIV/AIDS yang merasa tertolak dan diasingkan merupakan wajud tanggapan gereja terhadap kasus HIV/AIDS, karena wabah ini bukan hanya masalah statistic saja melainkan mempengaruhi kemiskinan dan membuka peluang terjadinya pelanggaran HAM, menghancurkan hati dan mendatangkan perusakan pada tubuh dan jiwa penderita. Seorang kristen memiliki kewajiban untuk menolong penderita HIV/AIDS yang juga sebagai wujud kasih kepada sesama, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal 6:2) (Brotosudarmo,2007).

BAB III Kesimpulan Tanggapan orang Kristen terhadap AIDS/HIV harus selalu dari perspektif kasih karunia dan belas kasihan. Tidak peduli bagaimana caranya seseorang terjangkit suatu penyakit, tanggung jawab kita adalah untuk menjadi duta-duta kasih karunia, kasih, belas kasihan, dan pengampunan. Kita tidak memiliki hak atau kewenangan untuk menyatakan bahwa terjangkit AIDS/HIV merupakan hukuman dari Allah atas dosa tertentu dalam kehidupan

seseorang.

Kita memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik kepada semua orang (Luk 10:29-37). Injil yang kita bagikan masihlah "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (Rom 1:16).

DAFTAR PUSTAKA

Yatim,D.I.2006.Dialog Seputar AIDS.Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia Umar

Zein,dkk.2007.111

Pertanyaan

Seputar

HIV/AIDS

yang

Perlu

Anda

Ketahui.Medan:USU Press Daili SF,Makes WI,Zubier F.2009.Infeksi Menular Seksual.Jakarta:Balai Penerbit FKUI Fauci A.S.,Lane H.C.2010.Human Immunodefiency Virus Disease:AIDS and Related Disorder.In:Harrison’s Infectious Disease,United States of America:The McGraw-Hill Companies,Inc p:793-885 WHO.Human

Immunideficiency

Virus

HIV/AIDS:WHO,2014.(cited

2014

Nov

2007-2010.Draft

Final

8).Available from:http://www.who.int/features/qa71/en/ KPA.2007.Strategi

Nasional

Penanggulangan

HIV/AIDS

040107.Jakarta:Kemenkes RI Mayo

Foundation

for

Medical

ducation

and

Research,2008.HIV/AIDS.http://www.mayoclinic.com/healhty/hivaids/DS00005/symptoms.htm10 Agustus 2010 Djauzi S,Djoerban Z,2007.HIV/AIDS di Indonesia.Dalam:Sudoyo,Aru w,dkk.,ed.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV Jilid II.Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Notoatmodjo S.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:Rineka Cipta Yatim,Danny Irawan,2006.Dialog Seputar AIDS.Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia Catatan Pengembangan Kegiatan Biro Pemuda PGI untuk HIV/ AIDS dan Narkoba, Jakarta, 2008) R.M.

Drie

S.

Brotosudarmo.2007.

TINGGI.Yogyakarta: ANDI

ETIKA

KRISTEN

untuk

PERGURUAN

Related Documents


More Documents from "ratifa"