Tugas Makalah Hukum Lingkungan

  • Uploaded by: Septhian Eka Adiyatma
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Makalah Hukum Lingkungan as PDF for free.

More details

  • Words: 2,598
  • Pages: 14
Tugas Makalah Hukum Lingkungan

Akibat Manusia Yang Berdampak Pada Kepunahan Satwa Di Dunia Dan Alih Fungsi Hutan Tropis Menjadi Perkebunan Sawit Di Kalimantan

Nama

: Septhian Eka Adiyatma

NIM

: 8111417052

No. Urut

: 09

Rombel

: 03

Dosen Pengampu

: Sonny Saptoajie Wicaksono, S.H., M.Hum.

Mata Kuliah

: Hukum Lingkungan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

Daftar Isi

Halaman Sampul ................................................................................................. i Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bagian 1 : Kasus Pertama : Sengketa Lingkungan Internasional Kepunahan Satwa Di Dunia Akibat Ulah Manusia ......................................... 1 Bab 1. Pendahuluan .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 Bab 2. Pembahasan........................................................................................... 3 2.1 Gambaran Umum .................................................................................... 3 2.2 Penyelesaian Masalah Kepunahan .......................................................... 5 Bab 3. Penutup ................................................................................................. 9 3.1 Simpulan ................................................................................................. 9 3.2 Saran ....................................................................................................... 9

Bagian 2 : Kasus Kedua : Sengketa Lingkungan Nasional ............................. 10 Alih Fungsi Hutan Tropis Menjadi Perkebunan Sawit Di Kalimantan ........ 10 Bab 1. Pendahuluan .......................................................................................... 10 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 10 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... Bab 2. Pembahasan........................................................................................... 2.1 Jawaban dari rumusan pertama ............................................................... 2.2 Jawaban dari rumusan kedua .................................................................. Bab 3. Penutup ................................................................................................. 3.1 Simpulan ................................................................................................. 3.2 Saran .......................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................

ii

Bagian 1 : Kasus Pertama Sengketa Lingkungan Internasional

Kepunahan Satwa Di Dunia Akibat Ulah Manusia

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan kombinasi dari unsur biotik dan unsur abiotik, yang saling terhubung dan berhubungan antara satu sama lain. Unsur biotik merupakan keseluruhan mahluk hidup dengan manusia, satwa, dan tumbuhan menjadi komponen utamanya, sedangkan unsur abiotik merupakan bagian dari kondisi fisik dengan meliputi air, tanah, dan lainnya. Setiap mahluk hidup sangat memerlukan unsur abiotik dalam menjalankan kehidupannya. Dengan kelengkapan seluruh komponen tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan. Maka dari itu, hubungan unsur biotik dan unsur abiotik tidak bisa dipisahkan demi keseimbangan di alam. Manusia sebagai puncak dari rantai unsur biotik seharusnya melindungi semua hal ini, sebab hanya manusia yang dapat melakukannya karena telah di anugerahkan akal pikiran. Namun dewasa ini, banyak kegiatan manusia yang berdampak pada kerusakan lingkungan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Diantaranya dalam pemenuhan kepuasan nafsu duniawinya, manusia tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Kegiatan penebangan hutan secara liar, pembuangan limbah hasil produksi, kegiatan industri serta kegiatan yang lain menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan di alam. Hasil dari kegiatan industri menjadi penyumbang banyak kerusakan terhadap alam, polusi dari kegiatan industri mencemari udara dan air. Dengan tercemarnya udara dan air dapat mengganggu aktivitas manusia yang tinggal di sekitaran kawasan industri tersebut. Air dan udara merupakan komponen abiotik terpenting yang dibutuhkan oleh manusia, satwa, dan tumbuhan. Udara yang kotor merusak saluran

1

pernapasan manusia serta satwa, namun udara yang terdapat CO2 (Karbon Dioksida) menjadi asupan makanan bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis secara garis besar merupakan kegiatan perubahan CO2 menjadi O2 (Oksigen), dari yang kita ketahui oksigen sangat dibutuhkan oleh manusia dan satwa untuk bernapas. Tetapi kegiatan industri menghasilkan CO2 lebih banyak dari kapasitas tumbuhan yang ada disekitarnya, juga akan menyebabkan tumbuhan tersebut mati karena terkena dampaknya. Oleh karena itulah, dalam proses membuang hasil limbah industri seharusnya manusia sebagai pengelola lebih dalam lagi memikirkan dimana atau cara apa yang tepat untuk mengurangi dampak negatif dari limbah tersebut agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi mahluk hidup lain. Penyelesaian masalah ini, harus dapat ditangani dengan benar sebab pencemaran pada komponen utama yang diperlukan mahluk hidup adalah hal yang paling penting. Jika terjadi kerusakan lebih dalam pada komponen tersebut tidak hanya satwa saja yang akan musnah/punah tetapi manusia juga akan mengalaminya. Dalam bagian ini, penulis akan menganalisa beberapa kegiatan manusia terkhusus pada kegiatan industrial. Mengenai penyelesaian masalah tersebut dengan menggunakan beberapa referensi sebagai acuan menganalisa.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran kasus umum permasalah lingkungan ? 2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa yang dilakukan dunia Internasioanl ?

2

Bab 2 Pembahasan

2.1 Gambaran Kasus Umum Kepunahan satwa di dunia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kerusakan atau hilangnya tempat tinggal satwa tersebut, dan pencemaran terhadap lingkungan yang terjadi ditempat satwa itu berada, serta beberapa faktor lainnya. Faktor tersebut didalangi oleh kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerusakan atau hilangnya tempat tinggal satwa tersebut mengarah kepada kegiatan penebangan hutan secara liar, penebangan liar tersebut dilakukan untuk mengambil hasil alam dan juga sebagai upaya pembukaan lahan yang akan digunakan sebagai tempat tinggal manusia dan kegiatan lain dengan merubah fungsi lahan tersebut sebagai penunjang atau wadah manusia beraktivitas. Lalu pencemaran lingkungan juga merupakan akibat dari kegiatan manusia dengan kegiatan industrian sebagai penyumbang terbesar tercemarnya lingkungan. Tidak hanya pada lingkungan satwa tersebut kegiatan manusia dalam menjual satwa-satwa juga menyebabkan terjadinya masalah kepunahan. Perdagangan satwa dilakukan untuk mengambil bagian tubuh dari satwa yang akan digunakan untuk keperluan manusia. Perdagangan satwa tersebut digunakan sebagai satwa peliharaan, makanan, pengobatan, fashion, dan lainnya, beberapa satwa misalnya ikan hiu yang diambil siripnya untuk keperluan makanan dan dipercaya dapat mengobati penyakit, lalu harimau yang kulitnya digunakan untuk kebutuhan fashion. Kerusakan habitat satwa tersebut menjadi faktor kepunahan satwa yang sifatnya langsung dirasakan oleh satwa tersebut. Kerusakan habitat satwa tidak hanya mengarah kepada tempat tinggal, tempat berkembang biak tetapi juga mengakibatkan berkurangnya pasokan makanan terhadap satwa tersebut. Sebagaimana yang di jelaskan dalam situs Mongabay.co.id, terdapat beberapa spesies satwa yang terancam akan punah diantaranya macan tutul amur, gajah sumatera, badak jawa, penyu belimbing, gorila dataran rendah, saola, vaquita, harimau siberia, gorila gunung, lemur bambu besar, orangutan,

3

badak hitam dan lumba-lumba tak bersirip Yangtze (Hananto, 2015). Selain yang disebutkan dalam situs tersebut masih banyak lagi satwa yang terancam punah akibat kegiatan manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia tidak hanya berdampak didaratan saja tetapi juga berlaku pada ranah perairan dan pencemaran terhadap udara. Selain kerusakan terhadap lingkungan, menurut Arnold Sitompul Direktur Konservasi WWF-Indonesia juga mengatakan perburuan dan perdagangan ilegal, penanganan konflik antara manusia dan satwa, dan isu kesehatan satwa menjadi faktor-faktor yang harus dicegah agar kepunahan satwa tersebut tidak terjadi dengan cepat (Hijauku, 2017). Kepunahan satwa tidak bisa dihentikan tetapi bisa dicegah faktor penyebabnya agar laju kepunahan satwa-satwa tersebut tidak meningkat dengan tajam. Terkait perlindungan satwa dan mencakup pencinta lingkungan terdapat beberapa organisasi yang bergerak dibidang perlindungan satwasatwa yang terancam punah dan kerusakan lingkungan diantaranya adalah World Wildlife Fund (WWF) dengan tercatat ada sekitar 5 juta anggotanya di seluruh dunia, Greenpeace, National Geographic Socienty, National Wildlife Federation (NWF), Rainforest Action Network (RAN), The Nature Conservancy, Friends of The Earth, Forest Stewardship Council (FSC), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan Worldwatch Institute (Yogira, 2015), serta People for The Ethical Treatment of Animals (PETA) yang merupakan organisasi pejuang hak asasi binatang dengan jumlah anggota dan volunteer sebanyak 6,5 juta di seluruh dunia (Safitri.dkk, 2018). Tidak hanya yang didunia internasional negara-negara juga memiliki kepedulian terhadap satwa-satwa yang terancam punah diantaranya World Wildlife Fund (WWF) – Indonesia, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dan Profauna Indonesia (Safitri.dkk, ibid). Semua pihak merasa terlibat terhadap masalah kepunahan satwa ini, maka dari itu beberapa organisasi diatas dibentuk sebagai organisasi perlindungan dan pengawasan satwa-satwa. Karena hanya dengan kesadaran dari manusia

4

sendiri keberlangsungan hidup satwa dan terjaganya lingkungan dapat di pertahankan dengan baik.

2.2 Penyelesaian Masalah Kepunahan Dalam memperkecil masalah kepunahan yang terjadi pada satwa-satwa seperti yang disebutkan diatas yang merupakan sebagian kecil dari satwa-satwa yang harus dilindungi keberlangsungan hidupnya. Diperlukan tindakan semua elemen masyarakat tidak hanya beberapa individu saja yang bergerak menyuarakan perlindungan terhadap satwa-satwa tersebut. Dalam hal ini, tindakan perlawanan terhadap kepunahan satwa dengan gerakan perbaikan ekosistem lingkungan dan perlindungan terhadap satwa itu sendiri telah dilakukan. Salah satu hal yang dilakukan oleh dunia internasional yaitu dengan membuat sebuah peraturan dan melaksanakannya untuk dunia internasional dan kepada setiap negara diberikan kewewengan untuk meratifikasikan peraturan ini. Peraturan yang bernama Convention on International in Endangered Species of Wild Fauna and Flora memuat tentang perlindungan terhadap satwa. Selain itu terdapat untuk lembaga khusus bernama International Union For Conservation of Nature and Natural Recources (IUCN). Lembaga internasional yang bergerak dalam kegiatan konservasi Sumber Daya Alam, bertugas dalam proses kategori dan kriteria kepunahan satwa-satwa dengan urutan dari yang masuk dalam zona merah hingga zona hijau. Berikut urutannya Punah (EX), Punah di alam liar (EW), Sangat Genting (CR), Genting (EN), Rawan (VU), Hampir terancam (NT), Setidaknya dikhawatirkan (LC), Data kurang (DD), dan tidak ditinjau (NE). Pengkategorian tersebut didapat setelah proses pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan

secara

langsung. Terkait lembaga penegakan hukum mengenai masalah penegakan hak asasi binatang tidak ada di dunia ini, yang ada hanya penegak hukum yang menegakan peraturan mengenai perlindungan satwa. Sifat dari organisasi yang tertera diatas hanya mengupayakan pengawasan dan melaporkan jika ada

5

kegiatan manusia perorangan maupun suatu lembaga yang melakukan kegiatan membahayakan terhadap satwa-satwa yang ada di alam. Upaya yang dapat dilakukan lebih mengarah pada kegiatan sosialisasi, penyuluhan, dan kegiatan lainnya yang tujuannya memberikan informasi kepada masyarakat umum. Dan upaya internasionalnya melakukan suatu pertemuan dari hasil pertemuan tersebut menghasilkan sebuah peraturan internasional. Seperti yang telah diurai diatas Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) mengarah kepada perlindungan satwa dari perdagangan gelap sebab penurunan populasi satwa juga dipengaruhi oleh hal tersebut. Makalah yang di tulis Renova menjelaskan bahwa, dalam pelaksanaan CITES terdapat lembaga resmi yang terbentuk karena konvensi ini sendiri diantaranya adalah Management Authority (otoritas pengelola yang harus dimiliki oleh negara untuk mengelola perdagangan satwa liar baik untuk digunakan bagi keperluan dalam negeri maupun untuk perdagangan internasional dan Scientific Authority (otoritas keilmuan yang memberikan rekomendasi kepada Management Authority dalam mengeluarkan izin bagi perdagangan satwa dan tumbuhan liar. Dapat disimpulkan lembaga yang di anjurkan dimiliki oleh setiap negara yang meratifikasi CITES menjadi hukum nasional adalah pendirian lembaga khusus pengelolaan aspek administratif dan pengelola aspek ilmiah. Masalah kepunahan satwa tidak bisa dihentikan secara keseluruhan tetapi faktor penyebab terjadinya kepunahan tersebut dapat dihentikan, upaya organisasi pencinta alam, pemerintah, dan negara internasional telah melakukan beberapa tindakan. Tindakan organisasi pencinta alam meliputi tindakan secara langsung disaat kegiatan perburuan satwa-satwa dilakukan atau permasalahan satwa terjadi turut serta dalam melindungi hak asasi binatang, tindakan pemerintah meliputi pembuatan peraturan hukum untuk mengatur segala macam tindakan warganya, dan tindakan yang dilakukan oleh negara internasional adalah dengan melakukan upaya pembuatan hukum yang sifatnya universal agar dapat melakukan tindakan yang dapat masuk kedalam permasalah nasional. Pihak diluar negara tersebut menjadi pihak ketiga untuk

6

menyelesaikan masalah lingkungan ini dengan peraturan yang telah disepakati oleh beberapa negara peserta konferensi apapun yang isinya tentang konservasi sumber daya alam. Negara lain turut serta membantu memberi masukan dan arahan bukan untuk menghakimi sebab sudah ada lembaga lain yang mengatur masalah pelanggaran hukum tersebut. Pihak yang melakukan pelanggaran untuk ranah internasional akan ditindak lanjuti oleh pengadilan Pidana Internasional. Sebab perlindungan atas hak asasi binatang telah diatur secara jelas di dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Dalam hal ini pihak yang dapat diadili dalam tindakan tersebut adalah pihak yang menyebabkan faktor kepunahan satwa terjadi dan pelaku pedagang gelap satwa-satwa yang termuat dalam CITES dan kasus-kasus lain pelanggaran hak asasi binatang bila mana kasusnya tersebut merupakan kasus lintas negara maka pihak yang mengadili adalah pengadilan internasional bila kejahatan tersebut merupakan tindakan berat. Selain isu kerusakan lingkungan dan perdagangan satwa muncul faktor lain yang menjadi penyebab kepunahan yaitu masalah kesehatan satwa. Kepedulian terhadap kesehatan satwa telah dilakukan oleh negara Indonesia dengan mengundang beberapa orang pemakalah Christopher Stremme dari Unsyiah, Dr. Barney Long- Director of Species Conservation, Global Wildlife Conservation (USA), Khalid Pasha,- WWF Tigers Alive, Dr. Peter Black,Deputy Regional Manager, Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD), FAO RAP, Thailand, Dr. Fakhruddin Mangunjaya serta Guru Besar Biologi UI dan Pakar Konservasi ternama, Prof. Dr. Jatna Supriatna. Pemakalah tidak hanya dari negara Indonesia saja tetapi negara lain juga turut membantu, hal ini membuktikan bahwa permasalahan lingkungan bukan hanya untuk satu negara saja tetapi merupakan tugas bersama demi terjalinnya keseimbangan lingkungan. Di kesehariannya implementasi CITES diserahkan kepada negara-negara masing-masing dengan perubahan peraturan dari hukum internasional menjadi hukum nasional negara, dari pelaksanaan hukum tersebut memunculkan permasalahan yang juga akan beragam dari hal inilah lembaga International

7

Union For Conservation of Nature and Natural Recources (IUCN) dapat bertindak. Jika masalah sudah melewati batas negara maka wewenang nya sudah masuk keranah internasional yang akan melibatkan beberapa lembaga internasional dalam menangani kasus yang terjadi. Dalam menangani masalah kepunahan satwa di Dunia langkah yang diambil adalah dengan mengutamakan penegakan hak asasi binatang dan pengendalian perdagangan satwa serta pengurangan eksploitasi terhadap SDA yang berlebihan. Permasalahan yang terjadi dikarenakan sebab manusia sendiri oleh karena itu masalah harus juga dapat diselesaikan manusia. Upaya manusia dalam perbaikan ekosistem lingkungan telah dilakukan salah satunya adalah tercetusnya CITES sebagai sumber hukum lingkungan internasional terhadap kegiatan konservasi SDA. Dan pendirian organisasi-organisasi pencinta alam yang menjadi tameng pertama dalam keperdulian pada satwa-satwa dirasa sangat diperlukan karena eksploitasi SDA dilakukan oleh negara maju maupun negara berkembang dalam mencapai terpenuhinya sumber daya kebutuhan kehidupan manusia telah merusak alam itu sendiri baik secara sadar maupun tidak. Karena hal ini lah negara selaku wadah terbesar suatu organisasi melakukan upaya menangani masalah tersebut, dengan cara meratifikasi peraturan internasional tentang konservasi sumber daya alam dan mendirikan perwakilan organisasi perlindungan satwa internasional di negaranya sendiri serta sebagai peringatan darurat kepunahan dunia internasional sepakat memperingati tanggal 4 Oktober sebagai Hari Satwa Liar Sedunia.

8

Bab 3 Penutup

3.1 Simpulan Berbeda dengan Hak Asasi Manusia yang pelanggaran terjadi atas haknya dapat disuarakan sendiri oleh korbannya, Hak Asasi Binatang tidak dapat di suarakan oleh binatang itu sendiri. Sebab keterbatasan kemampuan dan pemahaman manusia. Maka dengan nurani manusia sendiri lah yang harus menyuarakan hak tersebut. Upaya sudah dilakukan oleh manusia dalam perlindungan Hak Asasi Binatang diantaranya adalah pendirian organisasi perlindungan satwa mencakup ranah nasional maupun internasional, dan dibentuknya peraturan internasional dan negara meratifikasi peraturan tersebut. Pengelolaan aspek administrasi dan aspek ilmiah sangat diperlukan terkait izin eksploitasi sumber daya alam dan perdagangan satwa. Agar tidak terjadi kesewewenangan dalam pencapai kebutuhan manusia. Kepunahan tidak bisa di hentikan secara keseluruhan tetapi upaya pengendalian faktor penyebab utama nya bisa dilakukan agar kepunahan tidak terjadi secara cepat.

3.2 Saran Upaya yang dilakukan telah berhasil dilakukan dengan pembentukan peraturan, tetapi pada peningkatan pelestarian dan perbaikan habitat alami satwa harus dilakukan lebih optimal. Sebab habitat yang diciptakan oleh manusia akan memerlukan proses adaptasi yang lama, selain itu bila upaya tersebut berhasil dilakukan akan berdampak pada mental satwa tersebut. Sifat alaminya akan hilang seperti insting berburunya. Dan kemampuannya juga akan hilang karena segala macam kebutuhan makannya telah disediakan.

9

Bagian 2 : Kasus Kedua Sengketa Lingkungan Nasional

Alih Fungsi Hutan Tropis Menjadi Perkebunan Sawit Di Kalimantan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang A 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran kasus umum permasalah lingkungan ? 2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh negaranegara yang terkena dampak kerusakan lingkungan ?

Bab 2 Pembahasan 2.1 Gambaran Kasus Umum Sengketa Lingkungan ...............................

2.2 Penyelesaian Sengketa ........................... A

Bab 3 Penutup 3.1 Simpulan A 3.2 Saran A

10

Daftar Pustaka Bagian I Jurnal, Skripsi, Tesis Irfan, Muhammad. Penegakan Hukum Terhadap Tindakan Pidana Pembunuhan Satwa Orangutan Yang Dilindungi Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990

Di

Wilayah

Ijin

Usaha

Perkebunan

Kelapa

Sawit,

https://www.academia.edu/3788343/JURNAL_TESIS_ORANGUTAN, diakses pada tanggal 9 November 2018

Internet Akbar, Muhammad. Kategori dan Kriteria Kepunahan Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature and Natural Resources) Versi 3.1 2001, https://www.academia.edu/8893871/Tugas_Pengetahuan_Lingkungan_KATE GORI_DAN_KRITERIA_KEPUNAHAN_MENURUT_IUCN_INTERNATI ONAL_UNION_FOR_CONSERVATION_OF_NATURE_AND_NATURA L_RESOURCES, diakses pada tanggal 9 November 2018 Hananto, Akhyari. 2015, Inilah Daftar 13 Spesies Amat Terancam Punah di Dunia, http://www.mongabay.co.id/2015/01/04/inilah-daftar-13-spesies-amatterancam-punah-di-dunia/, diakses pada tanggal 9 November 2018 Renova, El. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and

Flora

(CITES),

https://www.academia.edu/12340312/Convention_on_International_Trade_in _Endangered_Species_of_Wild_Fauna_and_Flora_CITES_,

diakses

pada

tanggal 9 November 2018 Safitri, Annisa Eka.dkk. 2018, Yuk! Kenalan Sama 5 Lembaga Perlindungan Fauna di

Indonesia

dan

Dunia,

https://malangtoday.net/bungkus/5-lembaga-

perlindungan-fauna/, diakses pada tanggal 9 November 2018) Tanpa

Nama.

2017,

Penyakit

Percepat

Kepunahan

Satwa

Liar,

http://www.hijauku.com/2017/10/24/penyakit-percepat-kepunahan-satwaliar/, diakses pada tanggal 9 November 2018

11

Yogira.

2015,

10

Organisasi

Pencinta

Lingkungan

Internasional,

http://linikini.id/trivia/1472/10-organisasi-pencinta-lingkungan-internasional, diakses pada tanggal 9 November 2018

12

Related Documents


More Documents from "Rsislam faisal"

565.pdf
May 2020 60
Kemampuan Awal.docx
April 2020 25
Sintesis Sulfamida.docx
October 2019 35
229657_ske C.docx
April 2020 19