Tugas Laporan Klimatologi (2).docx

  • Uploaded by: Chyci AuLia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Laporan Klimatologi (2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,080
  • Pages: 29
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya Saya dapat menyusun Laporan Klimatologi yang berjudul “Pengamatan Cuaca Selama Seminggu”. Pada kesempatan ini Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan mendukung Saya dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini . Terutama kepada asisten yang telah membimbing dan memberi arahan kepada Saya. Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih minim dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Saya di masa yang akan datang .

Makassar, 09 September 2018

Nirmala Armidha

LAPORAN KLIMATOLOGI PENGAMATAN CUACA SELAMA SATU MINGGU

NAMA

: Nirmala Armidha

NIM

: M011181079

ASISTEN

: Nurfadilla Mansyur

PENGELOLAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................

2

DAFTAR ISI .............................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

4

1.1 Latar belakang....................................................................................... 4 1.2 Tujuan ................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6 2.1 Cuaca dan Iklim ................................................................................... 6 2.2 Suhu ..................................................................................................... 6 2.3 Kelembaban.......................................................................................... 8 2.4 Kecepatan angin ..................................................................................

8

2.5 Kondisi cuaca ....................................................................................... 10 BAB III HASIL DAN PEMABAHSAN ................................................... 12 3.1 Hasil ..................................................................................................... 12 3.2 Pembahasan .........................................................................................

14

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 15 4.1 Kesimpulan........................................................................................... 15 4.2 Saran .................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTKA ................................................................................... 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Unsur cuaca dan iklim terdiri atas suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan atmosfer, dan angin (Tjasyono, 2004). Diantara sekian banyak unsur-unsur tersebut, curah hujan adalah unsur yang sangat penting karena dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari perencanaan kegiatan pertanian, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), transportasi, perkebunan, mitigasi, dan peringatan dini bencana alam. Indonesia memiliki tiga jenis pola hujan, diantaranya yaitu monsun, ekuator, dan lokal (Tjasyono, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas curah hujan di Indonesia sangat tinggi, baik secara spasial maupun temporal. Peran hujan yang sangat banyak dalam berbagai aspek kehidupan dan variabilitasnya yang tinggi menyebabkan dibutuhkannya data mengenai curah hujan yang memadai. Pemerintah melalui berbagai instansi telah melakukan pengukuran curah hujan secara in situ menggunakan alat penakar hujan yang terpasang pada stasiun penakar hujan di berbagai tempat. Namun pengukuran secara in situ tersebut belum mampu menyediakan data curah hujan secara memadai yang disebabkan oleh jumlah penakar hujan yang tidak mencukupi, jaring-jaring penakar hujan yang kurang rapat, kesulitan menempatkan penakar hujan pada area yang memadai, gangguan angin lokal, dan proses updraft (Tjasyono, 2003). Hal ini diperburuk oleh adanya kesalahan karena alat (instrumental error) dan kesalahan yang berhubungan dengan cara pengambilan sampel atau disebut sampling error (Asdak, 2010). Dibalik berbagai masalah dalam proses penyediaan data curah hujan, kemajuan teknologi penginderaan jauh terutama penginderaan jauh untuk studi kondisi atmosfer dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses penyediaan datacurah hujan. Adanya data mengenai liputan awan dan suhu puncak awan

(SPA) yang dapat disadap dari citra inframerah termal seperti MTSAT (Multifunctional Transport Satellite) dapat digunakan dalam memantau kondisi awan di suatuwilayah. Selain data mengenai suhu, citra satelit juga mampu digunakan untuk mengekstraksi data mengenai banyaknya curah hujan. Data curah hujan dapat diperoleh melalui sensor passive microwave, salah satunya TRMM 2A12. Integrasi data antara SPA yang diperoleh dari MTSAT dengan curah hujan dari TRMM 2A12 memungkinkan untuk menghasilkan data mengenai curah hujan pada resolusi spasial dan temporal yang tinggi (Suseno, 2009). Selain citra MTSAT yang dapat menyadap data SPA dan TRMM 2A12 yang dapat mengekstraksi data curah hujan di suatu wilayah, citra ASTER GDEM 2 (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer Global Digital Elevation Model Version 2) dapat menyediakan data mengenai kondisi topografi di permukaan bumi dengan resolusi spasial 30 m dalam bentuk DSM (Digital Surface Model). Topografi juga merupakan hal yang penting dalam proses pengestimasian curah hujan. Hal ini disebabkan oleh adanya efek orografis hujan sebagai akibat dari kondisi topografi suatu wilayah yang mengakibatkan variasi curah hujan pada berbagai kondisi topografi yang berbeda (Fontanel dan Chantefort, 1978). Di sisi lain, teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berkembang pesat sehingga memungkinkan proses integrasi dan analisis spasial dari sumber yang beragam menjadi lebih efektif dan efisien. Wilayah Jawa bagian tengah yang terdiri atas Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah wilayah yang menarik untuk melakukan kajian estimasi curah hujan menggunakan integrasi penginderaan jauh dan SIG karena wilayah tersebut memiliki hujan tipe monsun namun dipengaruhi juga oleh efekorografis. Efek orografis tersebut merupakan implikasi dari banyaknya gunung diwilayah tersebut yang menyebabkan beraneka ragamnya topografi mulai dari datar hingga bergunung mengingat bahwa wilayah ini dilalui ring of fire. Hal ini memungkinkan dilakukannya penelitian tentang potensi estimasi curah hujan menggunakan data citra MTSAT, TRMM 2A12, dan citra ASTER GDEM 2. Adapun teknologi SIG dapat digunakan untuk mengintegrasikan data-data spasial dari berbagai sumber sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengukuran hujan di wilayah yang luas dan memiliki resolusi temporal yang tinggi.

1.2

Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan cuaca dan iklim ? 2. Apa saja unsur-unsur yang membangun cuaca dan iklim ? 3. Bagaimana perubahan cuaca melalui tabel dan grafik ?

1.3 Tujuan Tujuan di adakannya pengamatan ini yaitu 1)

Mengetahui apa itu cuaca dan iklim

2)

Mengetahi unsur-unsur yang membangun cuaca dan iklim

3)

Mengetahui perubahan cuaca melalu tabel dan grafik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cuaca dan Iklim Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awa lyang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorology adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak,dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yangditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya

fenomena

El-Nino

dan

La-Nina.

Fenomena

El-Nino

akan

menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia.Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena Lanina berlangsung. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yangsama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara,kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi. Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya.Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumitidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisicuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akanmeningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklimyang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal. Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah 10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkankondisi baku yang

umumnya

akan

berguna

untuk

menentukan

kondisi

iklim

per

dekade.Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dan proses-prosesnya. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dengan jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun dan sifatnya tetap (Kartasapoetra, 2010). Cuaca merupakan keadaan sesaat dari atmosfer (sejam, sehari, seminggu), sedangkan iklim merupakan

keadaan

atmosfer

selama

suatu

periode

tertentu

(Nasir dan Sugiarto, 1999). Cuaca dan iklim merupakan keadaan atau kondisi fisik atmosfer yang terbentuk melalui interaksi dari berbagai unsur atau komponen yang disebut unsur-unsur cuaca dan iklim yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Unsurunsur tersebut meliputi radiasi atau lama penyinaran matahari, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, awan, presipitasi dan evaporasi (Sabaruddin, 2012). Unsurunsur cuaca dan iklim berbeda dari tempat yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan karena pengendali iklim atau faktor iklim, yaitu ketinggian tempat, latitude (letak bintang), daerah-daerah tekanan, arus-arus laut, dan permukaan tanah (Kartasapoetra, 2004).

2.2 Suhu Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer atau udara yang timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus. Lama waktu penyinaran

matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi. 2) Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan. 3) Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi. Persebaran suhu atau temperatur udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu persebaran horizontal dan vertikal. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada uraian berikut: 1) Persebaran suhu atau temperatur udara horizontal. Suhu atau temperatur udara di permukaan bumi untuk berbagai tempat tidak sama. Untuk mempermudah membandingkannya, maka dibuat peta isotherm. Isotherm yaitu garis khayal dalam peta yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai suhu atau temperatur udara rata-rata sama. Persebaran horizontal secara tidak teratur dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perbedaan suhu atau temperatur udara daratan dan lautan. Ada berbagai macam isotherm, yaitu isotherm bulan Januari, isotherm bulan Juli, dan isotherm tahunan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah uraian dari masing-masing isotherm. 1. Isotherm bulan Januari, yaitu tempat-tempat yang terdingin di belahan bumi utara karena pada waktu itu matahari berada di belahan bumi selatan. Contoh daerah yang terdingin antara lain Siberia dan Greenland, sedangkan daerah yang terpanas antara lain Afrika Selatan dan Argentina. 2. Isotherm bulan Juli, yaitu daerah-daerah yang terdingin di belahan bumi selatan seperti Australia Utara, dan daerah terpanas di belahan bumi utara seperti Arab Persia. 3. Isotherm tahunan, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama temperatur rata-ratanya dalam satu tahun. Daerah ini berada di

sebelah utara dan selatan equator/khatulistiwa (22°LU/LS), yaitu dari Meksiko, Venezuela, Sahara, dan Dakan.

2) Persebaran suhu atau temperatur udara vertikal Semakin tinggi, suhu atau temperatur udara akan semakin turun. Secara umum, setiap naik 100 meter, suhu atau temperatur udara turun 0,5°C. Ketentuan ini tergantung pada letak dan ketinggian suatu tempat. Adanya perairan, seperti selat dan laut sangat besar peranannya pada pengendalian suhu atau temperatur, sehingga tidak terjadi perbedaan suhu terendah dan suhu tertinggi yang sangat besar. Dengan bervariasinya persebaran suhu atau temperatur udara baik secara horizontal maupun vertikal, maka dapat terjadi gejala-gejala cuaca, kabut, dan awan. 2.3 Kelembaban Unsur yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer. Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi: 1)

Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban yang

menunjukkan berapa gram berat uap air yang terkandung dalam satu meter kubik (1 m3) udara. 2) Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Kelembaban mutlak udara Kelembaban Nisbi = –––––––––––––––––––––– x 100 % Nilai jenuh udara

Kelembapan udara (humidity gauge) adalah jumlah uap air diudara (atmosfer). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan disebut dengan Higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal lembap (dehumidifier). Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Dapat dianalogikan dengan sebuah thermometerdan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). Ada dua istilah kelembapan udara yaitu kelembapan tinggi dan kelembapan rendah. Kelembapan tinggi adalah jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembapan rendah adalah jumlah uap air yang sedikit diudara. Kelembapan udara dapat dinyatakan sebagai kelembapan udara absolut, kelembapan nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air.Kelembapan absolut adalah kandungan uap air yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya per satuan volume (kg/m3). Kelembapan nisbi (relatif) adalah perbandingan kandungan (tekanan) uap air actual dengan keadaan jenuhnya (g/kg). Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual. 1. Kelembapan absolut Kelembapan absolut mendefinisikan massa dari uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter kubik (g/m3).

2. Kelembapan spesifik Kelembapan spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara dengan rasio terhadap uap air di udara kering. Kelembapan spesifik diekspresikan dalam rasio kilogram uap air, mw, per kilogram udara, ma . Rasio tersebut dapat ditulis sebagai berikut: X= mw/ ma 3. Kelembaban relatif / Nisbi Kelembapan Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan . 4. Kerapatan Uap Air Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut. (kelembaban mutlak) ρv = mv /V Ρv = kerapatan uap air (kg m-3) Mv= massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V V = volume udara (m3) Pada daerah lembab seperti di daerah tropis, ρv akan lebih tinggi daripada daerah temperate yang relatif kering terutama pada musim dingin (winter). Pada musim dingin kapasitas udara untuk menampung uap air menjadi kecil. 5. Tekanan Uap Air Hukum Gas Ideal :

ea = n R T/V ea = Tekanan uap air (mb) R = Tetapan gas umum (8.3143 J K-1 mol -1) T = suhu mutlak (K) V = volume udara (m3) Jumlah mol adalah n = m/Mv dan Mv = 18.016 untuk uap (H2O), serta ρv = mv /V, maka berdasarkan persamaan di atas, maka tekanan uap ditentukan oleh kerapatan uap air (ρv ) serta suhu udara (T). 6. Kelembaban Spesifik Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv) q = m/(md + mv) Nisbah campuran (r) (mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara kering. 2.4 Kecepatan Angin Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu meliputi: 1. Kecepatan Angin Kecepatan angin dapat diukur dengan suatu alat yang disebut Anemometer. Kecepatan angin dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: a) Besar kecilnya gradien barometrik. Gradien Barometrik, yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar pada garis lurus, dihitung untuk tiap-tiap 111 km (jarak 111 km di equator 1( atau 1/360 x 40.000 km = 111 km). Menurut hukum

Stevenson bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradien barometriknya. Semakin besar gradien barometriknya, semakin besar pula kecepatannya. b) Relief Permukaan Bumi Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya. c) Ada Tidaknya Tumbuh-tumbuhan Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan pada kecepatan angin. d) Tinggi dari Permukaan Tanah Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan. 2) Kekuatan Angin Kekuatan angin ditentukan oleh kecepatannya, makin cepat angin bertiup maka makin tinggi/besar kekuatannya. Pada tahun 1804 Beaufort seorang Laksamana Inggris telah membuat daftar kekuatan dan kecepatan angin yang digunakannya untuk pelayaran. Daftar tersebut kini masih tetap digunakan secara internasional. 3) Arah Angin Menurut seorang ahli meteorologi bangsa Belanda yang bernama Buys Ballot mengemukakan hukumnya yang berbunyi: Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum. Pada belahan utara bumi, udara/angin berkelok ke kanan dan di belahan selatan berkelok ke kiri. Pembelokan arah angin terjadi karena adanya rotasi bumi dari barat ke timur dan karena bumi bulat. Dalam

mempelajari cuaca, diantaranya perlu mengetahui arah angin. Arah angin dapat diketahui melalui arah baling-baling angin. 4) Macam-macam Angin Angin dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: a) Angin tetap, yaitu angin yang arah tiupnya tetap sepanjang tahun, seperti: 1) Angin passat, yaitu angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum subtropis utara dan selatan (30° - 40°) menuju ke minimum khatulistiwa. 2) Angin barat, yaitu angin antipassat (angin yang berhembus di atas angin passat pada ketinggian 30 km dan arahnya berlawanan dengan angin passat). 3) Angin timur, yaitu angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub menuju daerah minimum subpolar (lintang 66 1/2°C LU dan LS°. b) Angin periodik. Angin ini dibagi menjadi: 1) Angin periodik harian meliputi angin darat dan angin laut; angin gunung dan angin lembah. 2) Angin periodik setengah tahunan, disebut juga dengan angin muson (musim). c) Angin lokal, yaitu angin yang bertiup pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Misalnya : angin kumbang, angin fohn, angin brubu, angin bahorok, angin gending, dan lain-lain. 2.5 Kondisi Cuaca Kondisi cuaca adalah keadaan suatu cuaca disaat tertentu, ada 5 jenis kondisi cuaca seperti berikut : 1.

Cuaca Cerah Cuaca cerah merupakan salah satu cuaca yang paling sering kita alami.

Cuaca cerah ini ditandai dengan matahari yang bersinar cerah, langit terang, awan

yang ada di langit jumlahnya sangat sedikit, serta udara terasa hangat. Kondisi cuaca cerah ini biasanya ada di tengah musim kemarau di mana tidak banyak uap air yang terbentuk menjadi awan karena jauh dari musim hujan. Dengan cuaca cerah ini banyak aktivitas yang bisa dilakukan. 2. Cuaca berawan Cuaca berawan merupakan keadaan di mana cuaca ketika sinar matahari sering tertutup oleh awan yang ada di langit. Awan juga terlihat menebal dan menyebabkan langit menjadi agak gelap. Awan tersebut terbentuk karena banyaknya uap air yang bergerak ke atas langit. Cuaca berawan ini biasanya menandakan bahwa hujan akan turun di hari tersebut. 3. Cuaca panas Cuaca panas merupakan cuaca yang terjadi di saat matahari bersinar dengan sangat terik. Udara di luar ruangan akan terasa hangat hingga panas serta di siang hari akan terasa membakar kulit terutama pada jam 12 siang ke atas. Di cuaca panas tersebut, angin akan bertiup lebih kencang dari biasanya serta debu akan berterbangan karena tertiup oleh angin. Untuk itu, disarankan menggunakan masker bagi pengendara motor, sepeda, atau pejalan kaki agar terhindar dari debu. 4. Cuaca dingin Cuaca dingin merupakan keadaan suhu udara lebih rendah sehingga terasa lebih dingin dari biasanya. Suhu yang ada diketahui di bawah normal dan biasanya terjadi di saat peralihan musim kemarau dengan musim penghujan atau di saat musim penghujan itu sendiri. 5. Cuaca hujan Cuaca hujan ini terjadi di saat butiran air yang tersimpan di awan jatuh ke bumi. Pada waktu cuaca hujan tersebut terjadi, langit biasanya berubah menjadi gelap dan matahari tertutup oleh awan mendung sehingga suhu udara menjadi dingin. Hujan terjadi karena uap air yang sangat banyak di awan sudah tak sanggup lagi tertampung hingga akhirnya jatuhlah butiran air ke atas bumi. Hujan

ringan atau lebat biasanya dipengaruhi oleh kecepatan angin. Adapun faktorfaktor yang membangun atau mempengaruhi cuaca dan iklim antara lain sebagai berikut: 1.

Sinar Matahari Bumi beredar mengelilingi matahari pada lintasan elips yang disebut garis

edar. Matahari yang berpijar memancarkan sinarnya ke segala arah, dan bumi yang mengelilinginya pun menerima sinar matahari tersebut.Proses penyinaran matahari pada bumi disebut insolasi. Sebagai akibat penyinaran matahari, terjadi pemanasan di permukaan bumi. Proses pemanasan tersebut dinamakan radiasi. Radiasi dari sinar matahari menjadi sumber pemana utama bagi bumi . 1.

Suhu Adanya perbedaan tingkat pemanasan matahari di permukaan bumi,

menyebabkan suatu kawasan akan memiliki perbedaan suhu dengan kawasan lainnya. Sebagian panas yang sampai ke permukaan bumi diserap dan sebagian lag dipantulkan.Pantulan sinar matahari tersebut akan sangat memengaruhi suhu di kawasan tersebut. Kawasan permukaan bumi yang berada pada posisi 0–230LU dan LS akan mengalami pemanasan yang lebih banyak dibanding kawasan lainnya, sehingga suhunya tinggi.Ini disebabkan penyinaran terjadi secara tegak lurus. Adapun kawasan yang berada pada posisi 23–400 LU dan LS bersuhu sedang karena sudut penyinaran lebih rendah dibandingkan pada kawasan dengan posisi 0–230 LU dan LS.Sementara, daerah dengan kawasan lintang dekat kutub akan bersuhu rendah karena penyinaran lebih miring lagi.

2.

Kelembapan Udara Pemanasan yang terjadi pada permukaan bumi menyebabkan air-air yang

ada pada permukaan bumi, baik di daratan maupun lautan, menguap dan termuat dalam udara. Kandungan uap yang ada dalam udara ini dinamakan kelembapan udara.Kelembapan udara dapat berubah-ubah, tergantung pada pemanasan yang terjadi. Makin tinggi suhu di suatu kawasan, maka makin tinggi pula tingkat

kelembapan udara di kawasan tersebut, karena udara yang mengalami pemanasan, merenggang dan terisi oleh uap air.

3.

Tekanan Udara Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul oleh adanya berat dari

lapisan udara. Udara merupakan kumpulan gas yang masing-masing memiliki massa dan menempati ruang. Karena massa yang dimilikinya, udara pun memiliki tekanan.Suhu di suatu kawasan sangat berpengaruh terhadap tekanan udara di kawasan tersebut. Bila suhu makin tinggi, maka tekanan udara akan makin rendah. Ini disebabkan udara yang hangat bersifat renggang.Sebaliknya, bila suhu makin rendah, maka tekanan udara akan makin tinggi karena udara yang dingin lebih padat daripada udara yang panas. Berdasarkan hal tersebut, suhu sangat menentukan perbedaan tekanan udara di setiap kawasan di muka bumi ini. 4. Angin Seperti telah kita ketahui, tekanan udara di setiap kawasan di bumi ini tidak sama. Karena adanya perbedaan tekanan udara di dua kawasan yang berbeda, maka udara yang berada di salah satu kawasan tersebut akan bergerak di kawasan

lain.

Udara akan bergerak dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke daerah dengan tekanan yang lebih rendah untuk mengisi ruang. Maka udara bergerak dari daerah yang dingin ke daerah yang lebih panas. Udara yang bergerak ini disebut angin.

5.

Curah Hujan Hujan ialah suatu proses jatuhnya air (H2O) dari udara ke permukaan

bumi. Air yang jatuh dapat berbentuk cair maupun padat (es dan salju). Hujan terjadi karena menguapnya air sebagai akibat dari pemanasan sinar matahari.

Uap-uap air tersebut kemudian naik ke atmosfer dan mengalami kondensasi sehingga membentuk awan. Lama-kelamaan, awan akan makin berat, karena

kandungan airnya makin banyak. Bila uap air di awan telah mencapai jumlah tertentu, maka titik-titik air pada awan tersebut akan jatuh sebagai hujan.

6.

Awan Awan adalah kumpulan besar dari titik-titik air atau kristalkristal es yang

halus di atmosfer. Pada waktu musim kemarau sedikit sekali kita jumpai awan di udara karena penguapan yang terjadi sedikit, akan tetapi di musim hujan kita dapat menjumpai banyak sekali awan dengan berbagai bentuk dan variasinya, hal ini karena kandungan uap air di udara cukup banyak.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

SUHU ( ◦C )

09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00 - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00 09.00. - 12.00 15.00 - 18.00 21.00 - 06.00

40 30 20 10 0 SUHU ( ◦C )

Jum'at, 31Sabtu Agustus ,1 September Minggu, 2018 2 September 2018 Senin, 3 September Selasa, 2018 4 September 2018 Rabu, 5 September Kamis, 2018 6 September 2018 2018

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

100 80 60 40 20 0

12.00 -…

KELEMBAPAN ( % )

KELEMBAPAN ( % )

Jum'at, 31 Sabtu Agustus ,1Minggu, September 20182Senin, September 2018 3Selasa, September 2018 4 Rabu, September 2018 5 Kamis, September 2018 6 September 2018 2018

KECEPATAN ANGIN (Km/Jam) 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00. -… 15.00 -… 21.00 -…

20 15 10 5 0

KECEPATA…

Jum'at, 31Sabtu Agustus ,1 September 2018 Minggu, 2 September 2018 Senin, 3 September Selasa, 2018 4 September 2018 Rabu, 5 September 2018 Kamis, 6 September 2018 2018

4.2 PEMBAHASAN 3.2.1 Suhu

SUHU ( ◦C )

12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -… 12.00 -… 21.00 -…

40 30 20 10 0

SUHU ( ◦C )

Jum'at,Sabtu 31 Agustus Minggu, ,1 September 2018 Senin, 2 September 2018 3Selasa, September 2018 4Rabu, September 2018 5Kamis, September 2018 6 September 2018 2018

Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan diperoleh hasil bahwa suhu tertinggi terdapat pada hari selasa pada pukul 12.00-15.00 yang mencapai suhu 34◦C pada suhu terendah diperoleh pada hari minggu pada pukul 21.00-06.00 yaitu pada 22◦C, dari hasil pengamatan juga diperoleh data bahwa ada suhu yang sama di hari yang yang berbeda tetapi jam yang hampir sama yaitu pada hari sabtu, minggu, selasa, dan kamis yang memiliki suhu yang sama pada jam yang sama pula sekitar pukul 12.00-15.00 yaitu 33◦C. Hasil ini terjadi karena kelembapan pada hari tersebut ada di fase 4565% dan kecepatan angin di kisaran 7-17 km/jam.

3.2.2 KELEMBAPAN

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

12.00 -…

21.00 -…

100 80 60 40 20 0

12.00 -…

KELEMBAPAN ( % )

Jum'at, 31 Sabtu Agustus ,1Minggu, September 20182Senin, September 2018 3Selasa, September 2018 4 Rabu, September 2018 5 Kamis, September 2018 6 September 2018 2018

KELEMBAPAN ( % )

Dari hasil pengamatan tersebut di peroleh data bahwa kelembapan yang terendah yaitu pada hari kamis pada pukul 09.00-12.00 yaitu pada fase 40% dan kelembapan yang inggi yaitu terjadi pada hari rabu yaitu pada pukul 06.00-09.00 pada fase 94%.

20 15 10 5 0

KECEPATAN ANGIN

KECEPATAN ANGIN (Km/Jam) 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00 -… 15.00 -… 21.00 -… 09.00. -… 15.00 -… 21.00 -…

3.2.3

KECEPATA…

Jum'at, 31Sabtu Agustus ,1 September 2018 Minggu, 2 September 2018 Senin, 3 September Selasa, 2018 4 September 2018 Rabu, 5 September 2018 Kamis, 6 September 2018 2018

Dari data yang di hasilkan maka di peroleh hasil yaitu pada hari senin tepatnya pukul 15.00-18.00 kecepatan angin mencapai 18 km/jam dan kecepatan angin terendah berada di hari rabu yaitu pada kecepatan 3 km/jam.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dan proses-prosesnya. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dengan jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun dan sifatnya tetap (Kartasapoetra, 2010). Cuaca merupakan keadaan sesaat dari atmosfer (sejam, sehari, seminggu), sedangkan iklim merupakan keadaan atmosfer selama suatu periode tertentu (Nasir dan Sugiarto, 1999). Adapun unsur-unsur yang membangun atau mempengaruhi cuaca dan iklim adalah sebagai berikut: 1. Sinar Matahari 2. Suhu 3. Kelembapan Udara 4. Tekanan Udara 5. Angin 6. Curah Hujan 7. Awan Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan diperoleh hasil bahwa suhu tertinggi terdapat pada hari selasa pada pukul 12.00-15.00 yang mencapai pada suhu 34 C° dan suhu terendah diperoleh pada hari minggu pada pukul 21.00-06.00 yaitu pada suhu 22C° dan pada hari senin pukul 06.00-09.00 yaitu pada suhu 22◦C. .Dari hasil penngamatan tersebut di peroleh data bahwa kelembaban yang terendah yaitu pada hari kamis pada pada pukul 09.00-12.00 yaitu pada fase 40%, dan kelembaban yang tinggi yaitu pada hari rabu pada pukul 06.00-09.00 yaitu pada fase 94%. Dari data yang dihasilkan dapat di peroleh hasil yaitu pada pada

hari senin pada pukul 15.00-18.00 kecepatan angin mencapai 18 Km/jam, dan kecepatan angin terendah berada di hari rabu sekitaran pukul 06.00-09.00 yaitu pada kecepatan 3 Km/jam. 4.2 Saran Untuk membangun lebih lanjut penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin mengamati tentang perubahan cuaca selama selang beberapa hari agar disetiap pengamatannya untuk tepat waktu sesuai yang di putuskan agar ketepatan data yang di peroleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Boer, Rizaldi. 2003. Penyimpangan Iklim Di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Drs, Amir Syarifudin, dkk. 1996. Sains geografi 1. Jakarta: Bumi Aksara Drs, Sarjani. 2009. Cuaca dan iklim. www.fisikarudy.com Marvin, Chris, dkk. 2008. Cuaca dan iklim. www.pdfcoke.com TRT Pustaka – 2002 – abstrak.ta.uns.ac.id https://hironimasabulidan.blogspot.com/2012/06/makalah-iklim-dan-cuaca.html 02september2018 http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-5-macam-kondisicuaca.html02september2018

Related Documents


More Documents from "Maulia Tri Juliani Putri"