BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah
menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak yang sangat menular pada umumnya menyerang anak-anak. Menurut kriteria diagnostiknya, ada 4 stadium campak meliputi stadium tunas, stadium prodormal / kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi
demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi makulopapular, dan koplik’s spot (merupakan tanda pathognomonis penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). Pada pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk terapi medikamentosa diberikan infus KAEN 3A, antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin A dan C. Sedangkan untuk Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat, dan pasien dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan ke pasien lain. B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan anak dengan morbili
2.
Tujuan Khusus a) Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan morbili. b) Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada anak dengan morbili. c) Dapat membuat perencanaan pada anak dengan morbili. d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan morbili.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Anatomi fisiologi 1.
Anatomi kulit. Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. a. Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1) Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2) Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. 3) Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4) Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans. 5) Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). b. Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : 1.
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi c.
Subkutis Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2.
Vaskularisasi Kulit Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
3. Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada
pengaturan
suhu
dan
keseimbangan
cairan
elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat
terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
B.
Pengertian Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90). Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443). Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95). Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451). Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47).
C.
Etiologi Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter,
tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91) Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercakbercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351) Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).
D.
Manesfestasi Klinik Menurut Ngastiyah, 2005 manifestasi klinis morbili terbagi dalam 3 stadium:
1. Stadium Kataral a. Biasanya stadium ini berlangsung selama 3 – 5 hari disertai panas, demam, malaise, batuk, korise, konjungtivitis, dan fotofobia b. Menjelang akhir stadium ini 24 jam sebelum timbulnya eritema (titk merah) timbulnya bercak koplik yang patognomonik tetapi sangat jarang ditemui c. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebagian ujung jarum dikelilingi oleh eritema, yang lokasinya di mukosa bukalis berhadapan molar bawah d. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopetania.
2. Stadium erupsi a. Koreza dan batuk-batuk bertambah b. Timbul eritema (titik merah) di palatum durummole c. Eritema meningkat, berbentuk makula papula, mula-mula muncul dari belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah d. Disertai suhu meninggi 40-40,5C (104 –105C) e. Rasa gatal dan muka bengkak f. Kadang-kadang terdapat pendarahan ringan dibawah kulit g. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandi bula dan didaerah leher belakang h. Terdapat sedikit splenomegali i. Tak jarang disertai diare dan muntah 3. Stadium konvalensi a. Erupsi
berkurang
meninggalkan
bekas
yang
berwarna
lebih
tua
(hyperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. b. Suhu tubuh menurun bila tidak ada komplikasi Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1)
Stadium Kataral (prodromal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. 2)
Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
3)
Stadium Konvalesensi Erupsi
berkurang
meninggalkan
bekas
yang
berwarna
lebih
tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
E.
Patofisiologi Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus. Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352). Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).
F. pahway
Gangguan Integritas Kulit
G.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas( Rampengan,T.H., 1993) Pada pemeriksaan serologis Dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.(Rampengan, 1997 : 94) Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
H.
Komplikasi (Rampengan, 2007) Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, bronkopneumonia dan kelainan neurologis.
Bronkopneumonia Pneumococcus,
dapat
Streptococcus,
disebabkan
oleh
Staphylococcus.
virus
morbili
Bronkopneumonia
atau
oleh
ini
dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukimia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1 : 1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. Otitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi sekunder, dapat terjadi otitis media purulenta. Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotik, komplikasi dapat dicegah. SSPE adalah suatu penyakit degenarasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagaian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan – 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bisa terjadi. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5 - 1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2 – 9,7 tiap 10 juta. Immunosuppresive measles encephalophaty didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang menderita malnutrisi.
I. Penatalaksanaan a. Medis Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan 1) Kebutuhan nutrisi a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum. b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai. c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat. d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit tapi sering. e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul. 2) Gangguan suhu tubuh a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau eksantem (campaknya keluar). b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang. 3) Gangguan rasa aman dan nyaman a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal. b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau. c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki. e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine. 4) Risiko terjadi komplikasi a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku. b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah). 5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
J. Prognosis Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umumnya buruk atau anak yang sedang menderita penyakit kronik atau komplikasi.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN 1)
Identitas penderita Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis DLL. a)
Keluhan utama Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
b)
Riwayat kesehatan dahulu Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.
c)
Riwayat kesehatan sekarang Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. d)
Riwayat kesehatan keluarga Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
e)
Riwayat imunisasi Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
f)
Riwayat nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi Klasifikasinya sebagai berikut : o Gizi buruk kurang dari 60% o Gizi kurang 60 % - <80 % o Gizi baik 80 % - 110 %
g)
Riwayat tumbuh kembang anak. a. Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. b. Tahap perkembangan Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
B) Pemeriksaan fisik ( had to toe ) a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital. b) Kepala dan leher Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang, c) Mulut o Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus. d) Toraks o Inspeksi : Biasanya Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
o Auskultasi : Biasanya Ronchi / bunyi tambahan pernapasan. e)Abdomen -Inspeksi : Biasanya Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit. -Auskultasi Biasanya Bising usus. -Perkusi Biasanya Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan. e) Kulit -Inspeksi : Biasanya Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik. -Palpasi : Biasanya Turgor kulit menurun C) Analisa Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif. Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
D) DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.
3.4
Intervensi dan Rasional Perencanaan
No
Diagnosa Tujuan
1
Gangguan kulit
integritas Setelah
dilakukan
Intervensi
tindakan 1. Pertahankan kuku anak 1. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam
dengan adanya rash
Rasional
tetap pendek, menjelaskan
luka
bintik-bintik merah pada kulit
kepada anak untuk tidak
menggaruk
akan hilang.
menggaruk rash
saat
anak
2. Berikan obat antipruritus 2. Agar tidak merasakan gatal
Kriteria hasil : Pasien tidak merasakan gatal
topikal,
dan
topikal
nyaman
pada
dengan
keadaannya Rash pada kulit berkurang
dan
anestesi
dan sakit pada kulit pasien 3. Untuk
3. Mandikan klien dengan
mencegah
Untuk mencegah terjadinya
menggunakan sabun yang
luka
tidak perih
menggaruk
4. Kolaborasi: antihistamin
infeksi
pada
saat
anak
Pemberian 4. Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit
2
Gangguan nutrisi
kebutuhan Setelah dilakukan askep 2x 24 jam 1. Berikan banyak minum 1. Untuk
kurang
kebutuhan berhubungan
dari diharapakan pasien menunjukkan tubuh peningkatan nafsu makan dengan.
(sari buah-buahan, sirup
adanya
yang tidak memakai es).
tubuh dan merangsang nafsu
dengan Kriteria Hasil :
anoreksia
BB meningkat
mengkompensasi peningkatan
suhu
makan 2. Berikan susu porsi sedikit 2. Untuk memenuhi kebutuhan
Nafsu makan meningkat.
tetapi sering (susu dibuat
nutrisi
(dapat menghabiskan 1 porsi
encer dan tidak terlalu
bernutrisi.
untuk anak)
manis.
melalui
3. Berikan makanan lunak, 3. Untuk misalnya memakai
bubur kuah,
yang dengan
porsi sedikir tetapi dengan
mencerna
cairan
memudahkan makanan
meningkatkan
dan asupan
makanan.
kuantitas yang sering. 3
Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan askep selama 2 1. Libatkan keluarga dalam 1. Agar peningkatan suhu tubuh x 24 jam diharapkan suhu badan
perawatan serta ajari cara
bd proses inflamasi /
menurunkan suhu tubuh
pasien berkurang
keluarga
kooperatif dalam terapi
lebih
infeksi virus
Kriteria hasil :
2. Berikan kompres hangat.
2. untuk
membantu
dalam
Suhu tubuh 36,5 – 37,50 C
penurunan suhu tubuh pada
Nadi normal
pasien.
Badan tidak terasa panas Akral Normal
3. Pantau suhu lingkungan, 3. suhu
ruangan
/
jumlah
batasi / tambahkan linen
selimut harus diubah untuk
tempat
mempertahankan
tidur
sesuai
indikasi. 4. Monitor perubahan suhu 4. untuk tubuh
mengetahui
merencanakan selanjutnya
dan
intervensi
BAB IV LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa
: Kelompok C
Nim
:-
Tanggal Pengambilan Data : 19 Juni 2015 No.Rekam Medik
: Kartu Tinggal (Nomor rekam medik tidak Ingat)
Ruang
: Ruang Anak Kelas 1
Dx. Medis
: Morbili dengan sekunder nasofaringitis
Alasan Masuk RS
: Demam
A. IDENTITAS KLIEN Inisial Nama
: An.S
Tempat/Tanggal Lahir
:
Jenis Kelamin
:
Nama Ayah/Ibu
:
Pekerjaan Ayah
:
Pekerjaan Ibu
:
Alamat
:
Suku Bangsa
:
Agama
:
Biaya Ditanggung Oleh :
B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Umum Kesadaran
:
BB/TB/PB
:
Tekanan Darah
:
Nadi
:
Pernafasan
:
Suhu
:
Lingkar Kepala
:
Fontanel
:
2. Genogram Keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga: 3. Gastro Intestinal/Nutrisi
4. Mata Dan Telinga I : 5. Sistem Respirasi I
:
P : P : A : 6. Sistem Persyarafan/GCS I
:
7. Sistem Endokrin I
:
P :
8. Nyeri Lokasi
:
Skala yang digunakan : 9. Kontrol Nyeri Obat yang diperoleh : Dosis Obat
:
Rute Pemberian
:
Apakah Obat Efektif (Ya/Tidak) :
(Lingkari) Level Nyeri
:
Face Pain Scale
:
(Lingkari) Interpretasi
:
10. Sistem Kardiovaskuler
I
:
P : P : A : 11. Sistem Urinary
12. Sistem Muskuloskeletal/Imobilitas I
:
P : P : A : 13. Sistem Hematologi/Imun
14. Cairan / Elektrolit
15. Informasi Penting pemeriksaan fisik lainnya:
16. Pemeriksaan DDST Kemandirian Bergaul
:
Motorik Halus
:
Kognitif dan Bahasa
:
Motorik Kasar
:
17. Riwayat Penyakit Sebelumnya Penyakit yang pernah di derita : Pernah dirawat di RS
:
Obat-Obatan yang digunakan : Tindakan(Operasi)
:
Alergi
:
Kecelakaan
:
Imunisasi
: Lengkap Atau tidak(Cekhlis) Jenis Imunisasi
Lengkap
Tidak Lengkap
BCG DPT Polio Hepatitis B Campak 18. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang
19. Obat- Obatan yang di berikan: Nama Obat/ Dosis
Indikasi
Efek Samping
20. Data Fokus DS:
DO:
ANALISA DATA Data Klien
Etiologi
Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: 1. …………………………………………………………………………………… …………… 2. …………………………………………………………………………………… …………… 3. …………………………………………………………………………………… ……………
RENCANA KEPERAWATAN Tanggal Pengkajian : Nama Mahasiswa
:
Ruang Rawat
:
Inisial Klien
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
No.Rekam Medik
:
Diagnosa Medis
:
Alamat
:
Keluarga Terdekat
:
No Telpon
:gl ( DO Dan Dx.Kep
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
DS)
Kriteria
Keperawatan
Tindakan
Hasil
CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal Pengkajian : Nama Mahasiswa
:
Ruang Rawat
:
Inisial Klien
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Diagnosa Medis
:
No.Rekam Medis
:
Tgl/Jam
No.Dx (DO & DS)
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Paraf &
(SOAP)
Nama
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari morbili ialah penyakit infeksi yang ditandai oleh tiga stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvensial. Virus ini berasal dari sekret saluran pernfasan,darah dan urin dari orang yang terinfeksi penyebaran virus ini melalui kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi. Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patoogs yan khas. Pada stadium prodromal terdapat jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe, lien dan apendiks. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva, menurut gmbaran klinis penyakit ini memiliki masa tuns 10-20 hari. 1.
Stadium kataral : biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis dan koriza.
2.
Stadium erupsi : koriza dan batuk bertambah
3.
Stadium konvalesensi : erupsi berkurang meninggalkan bekas berwarna lebih tua dan lama-kelaman akan hilang sendiri. Komplikasi yang dapat disebabkan oleh virus morbilin terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,ensefalitis, bronkopneumonia.
D. 1.
Saran
Kelompok menyadari bahwa pembuatan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu, kelompok mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2.
Untuk para mahasiswa hendaknya mempunyai kesadaran bahwa pentingnya pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan morbili.
DAFTAR PUSTAKA Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan III. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info. Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakarta. Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. EGC: Jakarta. Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC: Jakarta. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat, EGC: Jakarta. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: EGC