Tugas Ipa Modul 4a.docx

  • Uploaded by: Inarotul Uliyyah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Ipa Modul 4a.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,383
  • Pages: 9
RESUME KETRAMPILAN PROSES IPA DI SD

Disusun unutk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA di SD

Oleh 1. IDA YULIATI 2. INAROYUL ULIYYAH

UNIVERSITASITAS TERBUKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPBJJ SEMARANG 2018

KETERAMPILAN PROSES IPA DI SD A. Pengertian Keterampilan Proses Mengklasifikasi, dan Mengukur I.

IPA

serta

Keterampilan

Mengobservasi,

Pengertian Keterampilan Proses IPA Funk (1979) menyampaikan bahwa ada beberapa macam pendekatan yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA, yaitu pendekatan yang mendekatkan pada fakta, menekankan pada konsep dan mendekatkan pada proses. Pendekatanpendekatan ini dalam praktiknya tidaklah berdiri sendiri tetapi seringkali merupakan suatu kombinasi, tunggal lebih cenderung kemana arah pengembangannya. Pendekatan proses didasarkan atas kegiatan yang bisa dilakukan oleh para ilmuwan dalam mengembangkan dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Ketrampilan proses dianggap sangat penting untuk pembelajaran IPA. Wynnie Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan untuk itu, yaitu berikut ini. 1. Pengubahan ide-ide kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang lebih cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan. Pengujian yang digunakan ini berhubungan erat dengan penggunaan ketrampilan proses. 2. Pengembangan-pengembangan dalam IPA tergantung pada kemampuan melakukan ketrampilan proses dalam perilaku ilmiah, itulah sebabnya mengapa pengembangan keterampilan proses mendapat perhatian. 3. Peranan keterampilan proses sangat besar dalam pengembangan konsep-konsep ilmiah. Carin (1992) menyampaikan pula beberapa alasan tentang pentingnya keterampilan proses, yaitu sebagai berikut. 1. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tak terpisahkan dari media penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekedar mengetahui materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait puia dengan bagaimana cara mengumpulkan fakta, dan menghubungkan fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan. Ilmuwan menggunakan berbagai proses empiris dan analisis dalam usahanya untuk menjelaskan misteri alam semesta. Prosedur ini disebut proses IPA. 2. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi jnga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Semiawan dkk. (1992) mengemukakan beberapa alasan yang melandasi perlunya pendekatan pembelajaran, yaitu:

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini maka tidaklah mungkin lagi seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada para siswanya. Jika pun dipaksakan untuk melaksanakan, para guru akan mengambil jalan pintas yaitu mengajarkan secara terburu-buru dengan metode ceramah. Akibatnya, siswa mendapatkan banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan, meliputi keterampilan memformulasikan hipotesis, menamakan variabel, membuat definisi yang operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasi data, dan melakukan penyelidikan. II.

Keterampilan Mengobservasi Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. Sejalan dengan Esler dan Esler serta Abruscato, Carin (1992) mengemukakan bahwa mengobservasi adalah menjadi dasar akan suatu objek atau kejadian dengan menggunakan segenap pancaindera (atau alat bantu dari pancaindera) untuk mengidentifikasi sifat dan karakteristik. Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? Atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.

III.

Keterampilan Mengklasifikasi Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan bahwa mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek, kejadian, atau informasi tentang objek ke dalam kedalam kelas menurut metode atau sistem tertentu. Skema klasifikasi digunakan dalam IPA (juga pada ilmu-ilmu lainnya) untuk mengidentifikasi benda atau kejadian da untuk memperlihatkan persamaan, perbedaan, dan hubungan-hubungannya. Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun-

daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas. Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi. Bath (1992) mengembangakan kegiatan mengklasifikasi dengan menggunakan kancing. IV.

untuk

melatih

ketrampilan

Keterampilan Mengukur Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin (1992) mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional. Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Misalkan, siswa diajarkan untuk mengetahui bahwa mengukur berat menggunakan timbangan dan mengukur panjang menggunakan mistar atau pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk memperkirakan ukuran suatu objek sebelum melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu. Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur. Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter (m).

Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya. B. Keterampilan Mengomunikasikan, Menginferensi, Memprediksi, Hubungan Ruang dan Waktu, Mengenal Hubungan-hubungan Angka 1.

Mengenal

Keterampilan Mengkomunikasikan Menurut Abruscato mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadian- kejadian secara rinci. Mengapa keterampilan mengomunikasikan perlu dikembangkan? Telah kita ketahui bersama bahwa komunikasi merupakan hal yang penting untuk semua usaha manusia. Komunikasi yang jelas dan tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan ilmiah. Ilmuwan mengomunikasikan sesuatu secara lisan atau secara tertulis, dapat dengan menggunakan diagram, peta, grafik, persamaan matematika, dan berbagai peragaan visual.kemampuan untuk memilih penjelasan yang tepat tentang benda, organisme, dan kejadian merupakan dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara efektif. Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan deskripsi tentang objek yang diamati di depan kelas.

2.

Keterampilan Menginferensi Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato (1998) menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yang kita observasi. Carin (1992) mengemukakan bahwa menginferensi adalah membuat kesimpulan didasarkan pada alasan yang dijelaskan oleh observasi. Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara yang terkait dengan adanya dugaan-dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid berdasarkan observasi yang didapat merupakan keterampilan penting untuk belajar secara inkuiri. Latihan inkuiri memerlukan siswa untuk memperhatikan sesuatu di balik informasi yang tampak untuk menginferensi hubungan-hubungan baru.

Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat. 3.

Keterampilan Memprediksi Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi pada observasi yang akan dating atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Perlu di perhatikan bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi tentang hubungan-hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu terkaan, dan ini bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan mempredikasi pada keterampilan proses. Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.

4.

Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler (1948)meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan penjelasanpenjelasan hubungan- hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu. Keterampilan ini penting karena semua benda menempati tempat dalam suatu ruang pada waktu tertentu. Proses ini dapat dipecah ke dalam bermacam-macam kategori temasuk bentuk, arah, dan susunan yang berkaitan dengan ruang-waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan kecepatan perubahan. Kegiatan untuk melatih keterampilan ini termasuk kegiatan menamakan dan mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua dan tiga dimensi, mengenal bentuk-bentuk benda tiga dimensi dan bayangannya, membuat pernyataan tentang simetri dari benda-benda. Selanjutnya untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu-ruang, seorang guru

dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (segiempat, segitiga, lingkaran) dan bentuk-bentuk tiga dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di barisan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya. 5.

Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler (1984)meliputi kegiatan menemukan hubungan kuantitatif di antara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin (1992) mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- rumus matematika untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato (1988) menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses. Kita memerlukan bilangan untuk menyatakan suatu ukuran, mengurutkan, dan mengklasifikasi benda-benda. Lamanya waktu pada kegiatan untuk mengguanakan bilangan tergantung pada program matematika di sekolah. Perkembangan keterampilan siswa bertambah jika mereka bekerja pada proses ini yang mencakup pengidentifikasian pasangan (set) dan bilangannya, pengurutan, penghitungan rata-rata, penggunaan desimal, dan penggunaan puluhan. Garis bilangan dapat digunakan sebagai suatu cara grafik untuk mengajarkan bilangan positif dan negatif. Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai π (baca: phi) dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihanlatihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan bendabenda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan keterampilan ini. Contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100C ke – 200 C ? ”

C. Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel, Membuat Definisi Oprasional, Menginterpretasi Data Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi memformulasi hipotesis, mengontrol variabel, membuat definisi operasional dan menginterpretasi data. Keterampilan Proses IPA ini merupakan kombinasi dari keteramplan IPA dasar seperti mengobservasi, melakukan pengukuran, dan sebagainya. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi biasanya diperkenalkan kepada siswa yang telah memiliki keterampilan dasar IPA yang mendasar. Keterampilan proses IPA ini bisa juga dikembangkan dari kegiatan belajar belajar IPA yang terdapat dalam buku paket SD atau yang setara untuk mata pelajaran anak Sekolah Dasar.

Untuk lebih jelasnya keterampilan proses IPA yang erintegrasi tersebut, baiklah akan kita coba mendalami satu per satu, agar pemahaman kita pada masing-masing keterampilan tersebut menjadi lebih baik. 1. Memformulasi Hipotesis Memformulasi hipotesis berkaitan erat melakukan membuat ramalan (predicting). Hipotesis adalah ramalan atau prediksi yang bersifat khusus, yaitu meramalkan bagaimana suatu variable akan mempengaruhi variabel lainnya. Hipotesis biasnya diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Jika……, maka…..” Pada umumnya hipotesis terdiri dari 2 variabel. Salah satu variable depat diubahh oleh peneliti. Variabel yang dapat diubah – ubah disebut variabel manipulasi ( manipulated variabel ), variabel lainnya diobservasi atau di ukur untuk mengetahui sejauh mana variabel tersebut dapat dipengaruhi. Contoh : “Jika suhu air meningkat, maka jumlah oksigen yang terlarut di dalamnya akan menurun”. 2. Variabel Variabel adalah factor, kondisi dan/atau hubungan antara kejadian – kejadian atau system 1. Jenis – jenis Variabel a. Variabel bebas (Manipulated Variabel) yaitu variabel yang selalu berubah ubah. b. Variabel terikat (Responding Variable) yaitu variabel yang merupakan hasil dari variabel yang diubah – ubah c. Variabel control (Control Variable) yaitu variabel yang dikonrol supaya tetap 3. Membuat Definisi Operasional Definisi Operasional Adalah metode untuk memberi definisi, mengukur, atau mendeteksi adanya suatu variabel. Sebagai contoh Anda disuruh membedakan 3 buah definisi operasional untuk mengukur daya serap dari kertas tisu yang meliputi mencelupkan, emngangkat, dan menuang. Defenisi operasioanl mencelupkan adalah jumlah air yang dapat diserap oleh kertas tisu setelah dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air dengan volume tertentu. Volume air yang diserap adalah volume air mula – mula dikurangi dengan volume air setelah kertas tisu di angkat. Definisi operasional dari menyerap atau mengangkat adalah volume air yang dapat diserap atau merambat ke dalam kertas tisu setelah kertas tisu di angkat. Definisi operasional dari menuang adalah volume air yang dapat diserap oleh kertas tisu setelah air dituang ke dalam kertas tisu.

Volume air yang diserap adalah volume air mula – mula dalam gelas dikurangi volume air yang tersisa dalam wadah penampung. 4. Menginterpretasi Data Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut interpretasi data. Interpretasi atau biasanya melibatkan organisasi data ke dalam tabel, gambar dan bagan. Interpretasi data sangat penting untuk dikuasai Karena akan sangat membantu kita dalam memberi makna dan pengertian yang diperoleh sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik.

Related Documents

Tugas Ipa
June 2020 22
Tugas Ipa Metamorf.docx
December 2019 15
Tugas Kls Xi Ipa
April 2020 29
Tugas Ipa Listrik
December 2019 14

More Documents from ""