Tugas Ibu Hera Bab I-ii.docx

  • Uploaded by: filzah.dwianugrah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Ibu Hera Bab I-ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,638
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lingkungan yang sehat, bersih dan indah merupakan dambaan setiap orang; tetapi untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman dan komitmen dalam bertindak. Keinginan untuk mencapainya sangat sering dikumandangkan; baik oleh kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah; tetapi seringkali hanya sebatas slogan belaka tanpa diiringi oleh upaya serius. Berbagai langkah telah diupayakan oleh pemerintah, tetapi tanpa dukungan secara sadar oleh anggota masyarakat, lingkungan yang sehat tidak akan pernah dapat terwujud; karena upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama. Kesan bahwa masyarakat tidak perduli terhadap lingkungan, tercermin dari keadaan lingkungan yang dari waktu ke waktu memperlihatkan penurunan kualitas. Kondisi seperti ini terjadi karena lingkungan dicemari oleh berbagai bahan buangan (sampah/limbah), baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Perilaku masyarakat yang kurang dalam melakukan tindakan mengelola sampah, sebagian masyarakat hanya membuang sampah dengan mengumpulkannya dan dibiarkan begitu saja, sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan. Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan tempat yang menarik untuk binatang seperti lalat dan nyamuk serta tikus yang dapat menimbulkan beberapa penyakit yang sering timbul seperti diare, DBD, tipes, kusta, korela dan masih banyak lagi penyakit yang ditimbulkannya. Akibat dari perilaku masyarakat yang kurang dalam pengelolaan sampah ini yaitu dapat mengakibatkan berbagai macam masalah terhadap lingkungan, baik dalam komponen fisik, kimia (air dan udara), biologis, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan (Notoadmojo, 2003). Untuk itu penulis tertaring untuk membahas penyakit yang dapat terjadi apabila sampah-sampah tidak dikelola dengan baik. Seperti penyakit pes yang disebarkan oleh vector tikus dimana tikus ini menyukai tempat yang kotor

1

sehingga besar kemungkinan sampah yang tidak terkelola dengan baik menjadi sarang tikus.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan sampah? 2. Apakah hubungan penyakit pes dengan sampah?

C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui yang dimaksud sampah. 2. Untuk memahami siklus penyakit pes hingga sampai ke manusia melalui sampah.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sampah Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau dibuang. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). Sampah adalah sisa suatu usaha atau

2

kegiatan yang berwujud padat, baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003). Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan sampah atau bahan buangan. Sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik, kecuali sampah yang berasal dari aktifitas manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik adalah sisa-sisa bahan makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan, kertas, kayu, bambu dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik misalnya plastik, logam, gelas-gelas bekas minuman dan karet. Tempat penampungan sampah yang disebut dengan Tempat Pembuangan Akhir sebaiknya pewadahan sampah dilakukan pemilihan-pemilihan berdasarkan sifat dan jenisnya untuk macam buangan organik dan anorganik. Ini dapat bermanfaat untuk proses daur ulang bahan buangan sehingga menjadi bermanfaat. B. Jenis-jenis Sampah Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. 2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik, wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. C. PENYAKIT PES YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAMPAH 1. Penyakit PES

3

Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus atau rodent lain dan dapat ditularkan pada manusia serta merupakan penyakit bersifat akut yang disebabkan oleh kuman/ bakteri. Pes juga dikenal dengan nama Pasteurellosis atau Yersiniosis/ Plague. Pes pada manusia yang didapat secara alamiah terjadi karena masuknya manusia ke dalam siklus zoonotik (sylvatic) selama ataau setelah terjadi penyebaran epizootik, atau masuknya binatang pengerat sylvatic atau pinjal yang terinfeksi ke dalam habitat manusia dengan menulari tikus domestik dan pinjalnya. Vektor dari pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopsis, Culex irritans,

Neopsylla

sondaica

dan

Stivalius

cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan -hewan rodent (tikus, marmut, hamster, tupai, dll). Reservoir yang lain adalah kucing, anjing, kelinci, rusa, kambing dll. Di Amerika

juga ditemukan pada bajing.

Pes pada manusia yang didapat secara alamiah terjadi karena masuknya manusia ke dalam siklus zoonotik (sylvatic) selama atau setelah terjadi penyebaran epizootik, atau masuknya binatang pengerat sylvatic atau pinjal yang terinfeksi ke dalam habitat manusia dengan menulari tikus domestik dan pinjalnya. Penularan Pes dapat terjadi melalui beberapa cara penularan yaitu penularan secara eksidental (Orang-orang pekerja hutan, perekreasi, camping yang digigit pinjal tikus hutan), penularan pada orang yang berhubungan erat dengan tikus hutan (peneliti di hutan) terkena darah atau organ tikus terinfeksi, penularan

dari

gigitan

pinjal

terinfeksi

karena

mengigit

tikus

domestik/komersial yang mengandung kuman pes, penularan dari gigitan pinjal terinfeksi karena mengigit tikus hutan komersial yang mengandung kuman pes, penularan dari manusia ke manusia melalui pinjal manusia dan penularan pes paru-paru manusia ke manusia melalui droplet. Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis, organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya

4

terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situ Y. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas. Ada tiga bentuk pes pada manusia, yakni : 1.

Bubonik ; Pes bubonik terjadi karena gigitan serangga yang mengandung basil pes. Bakteri ini masuk melalui sistem limfatik ke nodus limfatikus terdekat. Peradangan terjadi di nodus limfatikus, kemudian diikuti pembentukan bubo, yakni reaksi tubuh akibat masuknya basil pes Yersinia pestis melalui kulit ke dalam nodus limfatikus

2.

Septikemik ; Septikemik adalah bentuk pes yang terjadi ketika infeksi menyebar secara langsung melalui aliran darah. Bentuk ini biasanya mematikan jika tidak diberikan terapi antibiotik.

3.

Pneumonik ; Pes pneumonik adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh basil pes. Pes jenis ini rasio kematiannya juga sangat tinggi.

 Trial Epidemiologi a. Host Penyakit ini tidak spesifik menyerang golongan umur tertentu ataupun jenis kelamin tertentu tetapi penyakit ini dapat menyerang semua kalangan masyarakat, karena jika kondisi lingkungan kotor maka dapat menjadi tempat hidup reservoir sehingga dapat terjadi penularan. Semua orang rentan terhadap penyakit ini, timbulnya kekebalan setelah sembuh dari sakit bersifat relatif, tidak melindungi seseorang jika terjadi inokulasi dalam jumlah banyak. b. Agent Agent penyakit ini ialah bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis). Bakteri berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7 mikron, bersifat bipolar, non motil/tidak bergerak, non sporing/tidak berspora dan bersifat anaerob fakultatif,

5

gram negatif. Y. pestis dapat tumbuh pada kisaran suhu 25-37°C. Pada suhu 28°C merupakan suhu optimum tetapi kapsul yang terbentuk tidak sempurna. Pada

suhu

37°C

merupakan

suhu

terbaik

bagi pertumbuhan bakteri

tersebut. Pertumbuhan bakteri akan lebih cepat apabila berada dalam perbenihan yang mengandung darah atau cairan jaringan dan tumbuh paling cepat pada suhu 30°C. Dalam biakan darah pada suhu 37°C dalam 24 jam dapat muncul koloni yang sangat kecil, berwarna keabu-abuan dan kental. c. Environment Reservoir dari penyakit ini biasanya hidup di lingkungan rumah yang kotor dan terdapat timbulan sampah yang tidak terurus yang dapat menjadi sarang tikus untuk berkembang biak  Distribusi dan Frekuensi 1. Distribusi a. Orang Orang-orang biasanya menderita penyakit pes karena digigit oleh kutu tikus yang membawa bakteri Pasteurila pestis. Penyakit ini tidak spesifik menyerang golongan umur tertentu ataupun jenis kelamin tetapi penyakit ini dapat menyerang semua kalangan masyarakat, karena jika kondisi lingkungan kotor maka dapat menjadi tempat hidup reservoir sehingga dapat terjadi penularan. Tetapi pada jenis pekerjaan tertentu dan gaya hidup tertentu (seperti berburu, memasang perangkap, memelihara kucing dan tinggal di daerah pedesaan) dapat meningkatkan risiko paparan. b. Tempat Penyakit ini tidak terlalu spesifik untuk daerah tertentu karena dari kasus yang pernah ada, ditemukan pada daerah pedesaan dan juga perkotaan. Reservoir penyakit ini biasanya hidup di lingkungan yang kotor dan juga di tempat yang terdapat banyak timbulan sampah yang tidak terurus. c. Waktu

6

Persebaran penyakit ini tidak dipengaruhi oleh waktu, namun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang mendukung sebagai tempat hidup reservoir. Oleh karena itu penyakit ini dapat terjadi pada waktu apapun.  Siklus Penularan Penyakit PES Mekanisme Penularan Penyakit Pes Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Mengenai terjadinya wabah pes pada tikus dan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut.  Terjadinya wabah pes pada tikus Wabah pada hewan umumnya disebut epi-zooti dari (epi = pada, zoo = hewan; Epi-demi berasal dari epi = pada, demi/demos = rakyat). Wabah pes pada manusia didahului oleh epizooti pes pada tikus, dan ini tentunya ada hubungan antara epizooti tikus dengan epidemic manusia. Pada seekor tikus yang menderita penyakit pes terdapat gejala penyakit: suhu badan naik, sangat gelisah, berkeliaran kian kemari. Mungkin tikus ini akan mati disembarang tempat. Pinjal-pinjalnya yang telah ketularan karena menghisap darah tikus yang sakit tadi segera meninggalkan bangkai tikus yang telah dingin. Pinjal tersebut akan meloncat-loncat tidak lebih 50 cm dan jauh tidak lebih 60 cm. jika perut pinjal itu mengandung darah yang berisi basil-basil pes, basil tersebut dapat hidup di dalam perut pinjal selama 40 hari. Bila pinjal yang tertular tersebut menggigit tikus yang sehat, tikus tersebut akan menderita penyakit pes dan akan mati dalam 4 atau 5 hari. Dengan cara demikian timbullah epizooti pada tikus. Pada epizooti ini mungkin banyak tikus yang mati, baik di dalam maupun di luar rumah. Untuk menetapkan bahwa tikus itu mati karena pes, bangkai tikus itu perlu dikirim ke perusahan Negara Laboratorium Bio Farma. Bangkai tikus itu

7

harus dicapit dengan capit yang panjangnya lebih kurang 1 cm, mengingat bahwa pinjal-pinjal itu dapat meloncat sampai kurang 90 cm. lalu bangkai itu dimasukkan ke dalam blek minyak tanah kosong dan dikirim ke Lab dan ditutup rapat. Bila banyak tikus yang mati karena pes, banyak pula pinjal-pinjal tikus yang meninggalkan bangkai tikus itu. Pinjal dapat juga melewati lubang pada langit-langit rumah yang lubangnya tidak tertutup rapat. Dengan melalui lubang pada langit-langit ia dapat masuk ke dalam rumah. Barulah manusia menjadi sasarannya. Pinjal tikus yang telah kelaparan dapat menghisap darah dengan kuat. Jika di dalam perut pinjal itu banyak terdapat basil pes, basil itu akan menyumbat lubang antara proventrikulus dan ventrikulus. Karena penyumbatan itu, pada permulaan proventrikulus akan penuh dengan darah, akan tetapi tidak menimbulkan rasa kenyang. Pinjal itu akan mencabut moncongnya dan menggigit lagi. Pada waktu moncong dicabut, darah yang tercampur dengan basil pes akan turut keluar dan masuk ke dalam tempat penggigitan. Dengan cara itu manusia dapat ketularan basil pes dan mulailah perkembangan penyakit pes di dalam tubuh manusia. Pengalaman para ahli menunjukkan bahwa suatu wabah biasanya terjadi dalam musim hujan dan mempunyai puncaknya pada bulan desember atau januari. Agar pada puncak wabah didapat kekebalan yang cukup, immunitas biasanya dimulai 2/3 bulan sebelumnya. Pada daerah-daerah dengan suhu iklim kurang dari 30ºC seperti di pegunungan penyakit pes akan menetap.  Perkembangan wabah pes di dalam tubuh manusia. Pada tempat gigitan pinjal akan timbul gelembung kecil yang berisi cairan yang Hemoragis, juga akan timbul pada kulit setempat yang agak besaran. Bentuk demikian disebut pes kulit. Menurut Prof. De Lange 5% dari gigitan pinjal yang ketularan menimbulkan pes kulit. Basil pes kemudian ikut dengan aliran getah bening, menuju daerah kelenjar getah bening, dan menimbulkan Limpadenitis atau bubo. Jika digigit di tangan, bubo akan timbul di ketiak. Jika digigit dikaki, bubo akan timbul di lipatan paha, dan jika digigit dikepala, bubo akan timbul di leher. Jika orang yang tertular itu tidak pernah menerima vaksinasi terhadap pes dan tidak

8

memiliki kekebakan tubuh, bubo itu menimbulkan gejala: peradangan merah, panas, bengkak, sakit yang hebat disertai suhu badan yang tinggi. Penderita terlihat sangat gelisah. Selaput lendir mata yang kemerah-merahan seringkali sebagai gejala yang terlihat. Bubo di lipatan paha sedemikian sakitnya, sehingga penderita berbaring dengan rasa tak berdaya, sedang pahanya terkaku dalam fleksi. Lalu bubo itu akan pecah, dan keluarlah nanah bercampur darah dari jaringan yang mati. Penyembuhan berjalan sangat perlahan, hal ini berlainan dengan bisul karena stafilokokkus yang lekas sembuh setelah pecah. Dengan penderita yang agak lama, bubo ini akan merusak badan penderita sampai kurus. Kematian dapat meningkat sampai 60% pada panderita yang belum pernah mendapat vaksinasi antipes. Pada penyakit pes yang disebabkan karena basil pes yang sangat ganas, mungkin tidak timbul bubo. Daerah kelenjar limpa dilewati dan melalui duktus thorasikus, basil itu masuk ke dalam peredaran darah. Timbullah keadaan pes-sepsis (pes-bakteri aemi, atau pes septichaemi) dengan gejala intoksikosis yang hebat dan penderita menderita panas yang tinggi. Ia kelihatan gelisah, mungkin penderita berkeliaran di luar ruamah dan meninggal di sembarang tempat. Bila di daerah yang ketularan pes ditemukan mayat yang berbadan baik, tidak memperlihatkan gejala sakit dan penganiayaan, kemungkinan orang itu meninggal karena pes. Pes-septichaemi juga dapat terjadi pada penderita pes bubo. Setelah terjadi pes bubo mungkin bubo itu dilewati oleh basil pes. Dengan melalui duktus torasikus ia masuk ke peredaran darah, selanjutnya masuk ke vena kava superior, ke serambi kanan, bilik kanan, arteria pulmonalis, dan sampai di paru-paru akan menimbulkan pes paru-paru. Pes paru ini disebut pes paru sekunder. Karena terjadi dengan melalui pes bubo dan pes-septichaemi. Penderita ini dapat menyemburkan basil pes dengan dahaknya yang halus ke udara. Basil pes ini akan masuk ke pernafasan orang sehat dengan cara langsung dan akan timbul pes paru primer. Pes paru adalah penyakit yang berat dan dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa hari saja. Penderita kelihatannya sangat lemah, sedemikian

9

lemahnya sehingga tidak mampu batuk dengan keras. Jika batuk, dahaknya bercampur dengan darah. Dari peristiwa terjadinya wabah pes di atas, ada beberapa penularan penyakit pes tersebut. Adapun bagan penularan penyakit pes sebagai berikut. Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang–orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif. Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang mengadakan rekreasi/camping di hutan. Penularan pes ini dapat terjadi pada orang yang berhubungan erat dengan tikus hutan, misalnya para ahli Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana orang tersebut terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes. Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada seseorang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes. Penularan pes dari tikus hutan komersial melalui pinjal. Pinjal yang efektif kemudian menggigit manusia. Penularan pes dari seseorang ke orang lain dapat juga terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans (Human flea) Penularan pes dari seseorang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan. Pada no.1 sampai dengan 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

D. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT PES Meskipun belum ada ketersediaan vaksin yang efektif, para ilmuwan sedang berupaya mengembangkannya. Antibiotik dapat membantu mencegah infeksi jika Anda berisiko atau terkena wabah. Lakukan tindakan pencegahan berikut jika Anda tinggal atau menghabiskan waktu di daerah di mana penyakit pes sering terjadi.

10

 Jaga kebersihan lingkungan. Bersihkan area bersarang yang potensial, seperti tumpukan sikat, batu, kayu bakar, dan sampah.  Jauhkan hewan peliharaan Anda dari kutu. Tanyakan kepada dokter hewan mengenai kesehatan hewan peliharaan serta produk yang bisa membasmi kutu pada binatang.  Memakai sarung tangan. Saat menangani hewan yang berpotensi terinfeksi, pakai sarung tangan untuk mencegah sentuhan antara kulit Anda dan bakteri berbahaya.

11

Related Documents