TUGAS PROGRAM GIZI EVALUASI
“PENERAPAN TEORI HANLON KUANTITATIF DAN KUALITATIF PADA DATA PUSKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG”
Disusun oleh : Fatmah Septa Dewi
101711233012
Khristina Dewi T
101711233017
Nanda Elisatama
101711233034
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi dapat diartikan sebagai substansi organik yang dibutuhkan organisme agar dapat menjalankan fungsi yang normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Zat gizi dapat berfungsi secara optimal apabila jumlah yang dikonsumsi oleh individu seimbang artinya tidak berlebihan maupun kekurangan. Apabila dikonsumsi berlebihan maka dapat menimbulkan suatu penyakit untuk sebagian zat gizi dan sebagian lainnya tidak menimbulkan efek atau penyakit. Dan apabila kurang dalam mengonsumsi suatu zat gizi maka dapat menimbulkan penyakit. Indonesia saat ini tengah mempersiapkan generasi yang unggul dengan mencanangkan berbagai program kesehatan untuk mengatasi maupun mencegah masalah kesehatan yang disebabkan virus, bakteri, gizi, dan lain-lain guna terciptanya generasi emas 2045. Generasi emas adalah generasi yang diharapkan menjadi perintis perubahan dalam membentuk kehidupan dan peradaban bangsa yang lebih baik. Generasi emas yang dicita-citakan ini adalah generasi yang bermodalkan kecerdasan komprehensif, yakni produktif, inovatif, interaksi sosial yang baik, dan berperadaban unggul. Istilah generasi emas 2045 dicanangkan karena diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dalam rentang 2012-2035 dimana jumlah penduduk usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua (Sindonews.com). Namun, beberapa program yang dicanangkan oleh Pemerintah guna mengatasi permasalahan penyakit di Indonesia belum sepenuhnya berhasil terutama yang berkaitan dengan penyakit degeneratif dan gizi. Penyakit gizi di Indonesia yang dianggap dapat mempengaruhi kualitas generasi penerus bangsa yaitu, anemia pada ibu hamil, obesitas, gizi buruk dan gizi kurang pada anak, kekurangan vitamin A atau KVA pada anak, dan gondok akibat kekurangan yodium atau GAKY. Tercatat prevalensi kejadian anemia sebesar 48,9% pada ibu hamil, 31% untuk obesitas sentral pada dewasa usia ≥15th, 21,78% untuk obesitas dewasa usia ≥18th, 17,7% untuk status gizi buruk dan gizi kurang pada anak, dan 84,3% untuk cakupan pemberian vitamin A (Riskesdas, 2018). Walaupun tidak mencantumkan data cakupan pemberian garam beryodium Pemerintah tetap menjalankan program pemberian garam beryodium. Hasil rekap data tahun 2017 di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang berkaitan dengan lima penyakit gizi tersebut menunjukkan bahwa terdapat 0,06% gizi buruk pada anak, 8,92% untuk obesitas pada usia ≥15th, 110,78% cakupan vitamin A pada anak usia 6-59 tahun, 148,8% cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, dan 100% cakupan garam beryodium. Untuk mengetahui besaran prioritas dari kelima masalah tersebut maka dapat menggunakan metode hanlon kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang didapatkan dari metode hanlon kuantitatif dan kualitatif tersebut selain digunakan untuk menentukan prioritas masalah juga dapat digunakan untuk menentukan upaya preventif yang sesuai dengan permasalahan sehingga permasalahan tersebut dapat secara efektif diatasi. Apabila angka kejadian
permasalahan tersebut dapat ditekan maka Indonesia akan semakin yakin untuk mewujudkan generasi emas 2045. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana analisis data lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang? b. Bagaimana hasil hanlod kuantitatif dari lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang? c. Bagaimana hasil hanlod kualititatif dari lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang? d. Apakah program yang diusulkan oleh penulis sebagai upaya preventif lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang? C. Tujuan a. Untuk mengetahui analisis data lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang. b. Untuk mengetahui hasil hanlod kuantitatif dari lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang. c. Untuk mengetahui hasil hanlod kualititatif dari lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang. d. Untuk mengetahui program yang diusulkan oleh penulis sebagai upaya preventif lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang. D. Manfaat Memberikan informasi kepada pembaca mengenai penyakit dari yang memiliki skala prioritas tertinggi hingga terendah dari lima penyakit masalah gizi yang ada di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang dan upaya preventif yang diusulkan oleh penulis.
BAB 2 ISI DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Permasalahan Penyakit Gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang a. Gizi Buruk Pada Anak Prevalensi kejadian gizi buruk pada anak sebesar 0,06%. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah anak balita yang mengalami gizi buruk dengan jumlah anak balita yang ditimbang dikali 100%. Perbandingannya adalah 2 : 3440. Informasi jumlah anak balita mengalami gizi buruk dengan jumlah anak balita yang ditimbang, sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Anak Balita Gizi Buruk
Tabel 2. Jumlah Anak Balita Ditimbang b. Obesitas Pada Usia ≥15th Prevalensi kejadian obesitas usia ≥15th sebanyak 8,92%. Informasi ini disajikan dalam tabel, sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Obesitas Usia ≥15th Data diatas menjelaskan bahwa di puskesmas Bandar Kedungmulyo terdapat 7997 pengunjung puskesmas dan jaringannya laki-laki dan perempuan yang berusia ≥15th. Hasil jumlah laki-laki dan perempuan yang dilakukan pemeriksaan obesitas sejumlah 3395 dengan presentase sebesar 42,45%. Kemudian jumlah laki-laki dan
perempuan yang dinyatakan obesitas sebanyak 303 dengan presentase sebesar 8,92%. c. Cakupan Vitamin A Pada Anak Usia 6-59 Bulan Cakupan vitamin A pada usia 6-59 bulan sebesar 110,78%. Informasi tersebut tersedia dalam tabel, sebagai berikut:
Tabel 4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita Berdasarkan tabel diatas pada kolom balita 6-59 bulan mendapat vitamin A dapat diartikan bahwa kejadian kekurangan vitamin A pada anak usia 6-59 bulan di puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang relatif kecil hingga tidak ada kasus kekurangan vitamin A. d. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Presentase jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe sebesar 148,8%. Angka ini diperoleh dari rata-rata data presentase cakupan pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu hamil. Informasi tersebut tersedia dalam tabel, sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Ibu yang Mendapatkan Tablet Fe Tabel diatas menjelaskan bahwa presentase cakupan pemberian tablet Fe1 sebesar 99,86% dan Fe3 sebesar 97,88%. Sehingga penjabaran perhitungan presentase jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe yaitu:
99,86%+97,88% 2
= 148,8%.
Angka ini dapat diartikan bahwa prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil dapat ditekan, jumlah relatif kecil dan hampir berjumlah 0%. e. Cakupan Garam Beryodium Angka cakupan garam beryodium sebesar 100%. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat di daerah puskesmas Bandar Kedungmulyo telah mengonsumsi garam beryodium sehingga prevelensi angka kejadian gondok akibat kekurangan yodium relatif rendah hingga tidak ada. Informasi cakupan garam beryodium di puskesmas Bandar Kedungmulyo disajikan dalam tabel, sebagai berikut:
Gambar 5. Cakupan Penggunaan Garam Beryodium 2. Metode Hanlod Kuantitatif lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang dan Analisis Hasil a. Metode Hanlon Kuantitatif Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan altematif prioritas jenis intervensi yang akan diiakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing: 1) Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude) 2) Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness) 3) Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah (causability) 4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah PEARL faktor. Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkankedalamformula danhasilyangdidapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi). Tujuan : - Identifikasi faktor-faktor yang dapat diiukutsertakan dalam proses penentuan masalah
-
Mengelompokkan faktor-faktor yang ada dan memberi bobot terhadap kelompok faktor tersebut Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
P UK ES MA S BA ND AR KE DU NG MU LY O TA HU N
Masalah
Besaran masalah (% dari masalah kesehatan)
Keseriusan masalah
A. Gizi Buruk
0,054%
Relative Tidak Serius
B. Obesitas
83,95 %
Sangat Serius
<5%
C. KVA
0%
Tidak Serius
99,06 %
D. Anemia
0%
Tidak Serius
145,05 %
E. GAKY
< 0,01 %
Relative Tidak Serius
62,77 %
Effektivitas intervensi (masalah dapat tertangani) 60 % - 80%
2016
PUKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO TAHUN 2017 Masalah
Besaran masalah (% dari masalah kesehatan)
Keseriusan masalah
Effektivitas intervensi (masalah dapat tertangani)
Rating / skor
A. Gizi Buruk
0,07%
Relative Tidak Serius
60 % - 80%
4
B. Obesitas
8,92 %
Serius
20 % - 40%
6
C. KVA
0%
Tidak Serius
110,78 %
0
D. Anemia
0%
Tidak Serius
148,8 %
0
E. GAKY
0%
Tidak Serius
100 %
0
PUKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO TAHUN 2016 Masalah
Besaran masalah (% dari masalah kesehatan)
Keseriusan masalah
Effektivitas intervensi (masalah dapat tertangani) 3
F. Gizi Buruk
4
4
G. Obesitas
9
10
10
H. KVA
0
0
0
I. Anemia
0
0
0
J. GAKY
1
1
1
PUKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO TAHUN 2017 Masalah
Besaran masalah (% dari masalah kesehatan)
Keseriusan masalah
Effektivitas intervensi (masalah dapat tertangani)
F. Gizi Buruk
4
3
4
G. Obesitas
6
5
6
H. KVA
0
0
0
I. Anemia
0
0
0
J. GAKY
0
0
0
PEARL FACTOR PUKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO TAHUN 2017 Masalah Kesehatan
P
E
A
R
L
Hasil Perkalian
A. Gizi Buruk
0
1
1
1
1
0
B. Obesitas
1
1
1
1
1
1
C. KVA
1
1
0
1
1
0
D. Anemia
1
1
1
1
1
1
E. GAKY
1
1
1
1
1
1
Hasil metode PEARL menunjukkan KVA, Anemia, GAKY di pukesmas bandar kedungmulyo tidak terjadi masalah bahkan sudah mencukupi dari kebutuhan di masyarakat sedangkan yang menjadi prioritas adalah obesitas serta gizi buruk. Dari pukesmas sendiri sudah mngupayakan dengan program yang ada di pemerintah tetapi belum berjalan secara efektif di masyarakat terutama pada tingkat obesitas. METODE HANLON PUKESMAS BANDAR KEDUNGMULYO TAHUN 2017 Indikator Kesehatan
Besara n Masala h
Keseriusa n Masalah
Skor Priorita s (A + (2xB))C
Rangkin g
3
Efektif (tindaka n Bias di lakuakan ) 4
1. Gizi Buruk
4
40
2
2. Obesitas
6
5
6
96
1
0
0
0
0
-
4. Anemia
0
0
0
0
-
5. GAKY
0
0
0
0
-
3. KVA
b. Analisis Pada Pukesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang di temukan bahwa prevalensi obesitas masih cenderung pada tingkat paling atas dan menurut hasil hanlod kuantitatif menduduki prioritas pertama. Hal ini perlu di perhatikan melihat bahwa obesitas juga pemicu pada masalah kesehatan yang lain seperti jantung, diabetes millitus serta penyakit berbahaya lainnya. Sedangkan pada prevalensi gizi buruk menduduki prioritas kedua. Tentunya hal ini harus ditangani dengan melihat faktor penyebabnya agar diperoleh program intervensi yang tepat. Faktor Penyebab tidak langsung terjadinya gizi buruk, yaitu: - Pengetahuan ibu balita tentang gizi seimbang yang masih rendah; - Pola pengasuhan balita yang salah; - Ekonomi keluarga dalam kondisi kekurangan; - Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Kejadian anemia pada ibu hamil bukan suatu prioritas masalah karena memiliki nilai 0. Hal ini disebabkan karena sudah terdapat kebijakan pemberian tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya dari Pemerintah. Pemberian tablet tambah darah ini bertujuan untuk pemenuhan zat gizi ibu hamil terutama besi sehingga dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Angka kejadian KVA bukan suatu prioritas masalah karena memiliki nilai 0. Hal ini juga disebabkan karena sudah adanya kebijakan pemberian suplementasi vitamin A pada anak dari Pemerintah. Program pemberian vitamin A adalah salah satu bentuk intervensi yang murah dan efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak. Program suplementasi vitamin A yang rutin mencegah kebutaan pada anak dan mengurangi risiko morbiditas dan kematian jutaan anak-anak di seluruh dunia. Cakupan pemberian vitamin A dua kali setahun di tahun 2017 berhasil ditingkatkan sebesar 0,1% dari tahun 2016 Dan kejadian GAKY bukan suatu prioritas masalah karena memiliki nilai 0. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan dari pemerintah berupa pemberian yodium pada garam. Tahun 2014 tidak ada kegiatan pemberian kapsul Yodium sesuai dengan Surat Edaran Nomor 444/4048/101.3/2009 tentang Percepatan Penanggulangan GAKY. Surat Edaran tersebut berisi 5 point, dalam point 4 disebutkan : Menghentikan suplementasi kapsul minyak beryodium pada sasaran (WUS, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak SD/MI). Dengan demikian belum didapatkan data karena tidak ada kegiatan GAKY. 3. Hanlod Kualitatif lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang dan Analisis Hasil
METODE HANLON KUALITATIF Masalah
Gizi Buruk
Gizi Buruk
Obesitas
Anemia
KVA
GAKY
Horizontal
-
+
+
+
3
+
+
+
3
-
+
1
+
1
Obesitas Anemia KVA GAKY
0
Total Vertikal
0
1
0
1
0
Total Horizontal
3
3
1
1
0
Total
3
4
1
2
0
Prioritas Masalah
II
I
VI
III
V
Kesimpulan :
Obesitas menjadi prioritas masalah pertama dikarenakan masih ditemukan prevalensi sebesar 5,19% pada seluruh pengunjung puskesmas laki-laki dan perempuan yang berusia > 15 tahun di Kabupaten Jombang. Sedangkan pada tahun 2017, pengunjung
puskesmas di Bandar Kedungmulyo ditemukan prevalensi obesitas sebesar 8,92%. Tingkat ke-urgent-an pada masalah gizi obesitas lebih tinggi dibandingkan masalah gizi anemia, KVA, dan GAKY. Gizi buruk menjadi prioritas masalah kedua karena terjadi pelonjakan angka prevalensi pada tahun 2017 menjadi 0,07% yang sebelumnya adalah 0,05%. Hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kasus gizi buruk semakin meningkat baik faktor penyebab langsung maupun tak langsung. Faktor penyebab langsung gizi buruk adalah intake makanan yang kurang dan adanya penyakit penyerta yang diderita balita gizi buruk. Faktor penyebab tak langsung, diantaranya : 1. Pengetahuan ibu balita tentang gizi seimbang yang masih rendah 2. Pola pengasuhan balita yang salah 3. Ekonomi keluarga dalam kondisi kekurangan 4. Sanitasi lingkungan yang kurang baik KVA pada balita usia 6-59 bulan menjadi prioritas masalah ketiga karena cakupan pemberian Vitamin A dua kali setahun berhasil ditingkatkan di kabupaten Jombang tahun 2016 (99,7%) dan 2017 (99,8%). Sedangkan pada data puskesmas Bandar Kedungmulyo juga terjadi peningkatan pada tahun 2017 dari cakupan sebesar 99,06% menjadi 110,78%. Anemia pada ibu hamil menjadi prioritas masalah keempat karena pada tahun 2017 cakupan pemberian Fe3 pada ibu hamil di puskesmas Bandar Kedungmulyo sesuai. 4. Usulan Program sebagai Upaya Intervensi lima penyakit gizi di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang A. Upaya dalam menekan GAKY 1. Surat keterangan penghentian pemberian kapsul yodium 2. Monitoring penggunaan garam beryodium 3. Penyuluhan bahan makanan yang mengandung yodium B. Upaya penurunan KVA dan peningkatan cakupan vitamin A Sosialisasi peningkatan pengetahuan tentang vitamin A dan melakukan sweeping vitamin A di taman Posyandu dan PAUD C. Upaya intervensi pada balita Gizi Buruk 1. Pemberian PMT dan penyuluhan PMT 2. Pendidikan Gizi Masyarakat 3. Sosialisasi sanitasi lingkungan rumah tangga sesuai pedoman PHBS D. Upaya intervensi untuk menekan angka obesitas 1. Edukasi gizi disertai monitoring/ pendampingan dalam peningkatan lifestyle ke arah yang lebih sehat 2. Peningkatan aktifitas fisik seperti berolahraga minimal 2 kali seminggu 3. Mengontrol jumlah dan jenis makanan
Sumber : kemenkes RI, 2012 E. Upaya untuk menurunkan angka Anemia 1. Edukasi gizi pada ibu hamil pentingnya Fe dan dampak bila kekurangan Fe 2. Pemberian tablet Fe 3. Pendampingan ibu hamil agar tablet Fe dapat diminum secara teratur
BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Rekap data tahun 2017 di Puskesmas Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang berkaitan dengan lima penyakit gizi menunjukkan bahwa terdapat 0,06% gizi buruk pada anak, 8,92% untuk obesitas pada usia ≥15th, 110,78% cakupan vitamin A pada anak usia 6-59 tahun, 148,8% cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, dan 100% cakupan garam beryodium. Hasil perhitungan hanlon kuantitatif menunjukkan skala prioritas tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah obesitas, gizi buruk, KVA anemia, dan GAKY. Sedangkan menurut metode hanlon kualitatif menunjukkan urutan prioritas mulai dari prioritas pertama hingga kelima secara berurutan adalah obesitas, gizi buruk, KVA, anemia, dan GAKY. Sehingga berdasarkan hasil perhitungan hanlon kuantitatif dan kualitatif maka diusulkan program intervensi berupa surat keterangan penghentian pemberian kapsul yodium, monitoring penggunaan garam beryodium, penyuluhan bahan makanan yang mengandung yodium, sosialisasi peningkatan pengetahuan tentang vitamin A, melakukan sweeping vitamin A di taman Posyandu dan PAUD, pemberian PMT dan penyuluhan PMT, pendidikan Gizi Masyarakat sosialisasi sanitasi lingkungan rumah tangga sesuai pedoman PHBS, edukasi gizi disertai monitoring/ pendampingan dalam peningkatan lifestyle ke arah yang lebih sehat, peningkatan aktifitas fisik seperti berolahraga minimal 2 kali seminggu, mengontrol jumlah dan jenis makanan, edukasi gizi pada ibu hamil pentingnya Fe dan dampak bila kekurangan Fe, pemberian tablet Fe, pendampingan ibu hamil agar tablet Fe dapat diminum secara teratur. B. Saran Konsumsi zat gizi sesuai kebutuhan sehingga tidak menimbulkan penyakit karena kelebihan atupun kekurangan zat gizi. Segera periksakan ke puskesmas atau rumah sakit ataupun praktek dokter terdekat apabila mengalami gejala-gejala penyakit sehingga dapat dideteksi dini dan menghindari komplikasi atau penyakit yang lebih serius. Pada dasarnya mencegah lebih baik daripada mengobati.