TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDISME
DI SUSUN OLEH : 1. INDITA WILUJENG ASTITI
1611020101
2. YUHANING AUDIYA
1611020108
3. LUTHFI FAUZI BAIHAQI
1611020112
PROGRAM STUDI KEPERAAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU
Definisi Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua setelah Diabetes Mellitus, yang merupakan kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit Graves menjadi penyebab utamanya (Brunner dan Suddarth, 2002). Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan (Sylvia A. Price, 2006). Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708). Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kanker tiroid (Arief mansjoer, 1999). Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik, yaitu : 1.
Penyakit Graves Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005). Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Pada penyakit ini ditandai oleh adanya proses autoimun disertai hyperplasia (pembesaran kelenjar akibat peningkatan jumlah sel) kelenjar tiroid secara difus.
2.
Penyakit Goiter Nodular Toksik
Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan (Elizabeth J. Corwin, 2009). Anatomi Fisiologi Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, perubahan
misalnya viseral
kontraksi
yang
otot,
berlangsung
dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi
beberapa
kelenjar
endokrin
(Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159). Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin. Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut
dibutuhkan
persediaan
unsur
yodium
yang
cukup
dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton &
Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain: Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung Merangsang pembentukan sel darah merah Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism. Bereaksi sebagai antagonis kalsium. Perubahan tiroid pada lansia Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh,seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah . Perubahan System Endokrin pada Lansia Produksi hampir semua hormon menurun Penurunan kemampuan mendeteksi stress Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan denganorang yang lebih muda
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follicle stimulating hormone selama menopause,yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis Penurunan kadar progesterone Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%8.Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
Etiologi Penyakit Graves diketahui sebagai penyebab umum dari hipertiroid. Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah. Stimulator tiroid kerjapanjang (LATS; Long-acting thyroid stimulator) ditemukan dalam serum dengan konsentrasi yang bermakna pada banyak penderita penyakit ini dan mungkin berhubungan dengan defek pada sistem kekebalan tubuh. Penyebab lainnya adalah stress atau infeksi, tiroiditis, syok emosional, asupan atau penggunaan hormon tiroid yang belebihan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Manifestasi Klinik Tanda dan gejala pada penderita hipertiroid (Brunner dan Suddarth, 2000), antara lain: Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam, kegelisahan. Palpitasi, dan denyut nadi yang abnormal cepat yang ditemukan pada saat istirahat dan beraktivitas; yang diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4 yang merangsang epinefrin dan mengakibatkan kinerja jantung meningkat hingga
mengakibatkan HR meningkat. Peningkatan denyut nadi berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali per menit, tekanan darah sistolik akan meningkat. Tidak tahan panas dan berkeringat secara tidak lazim, banyak diakibatkan karena peningkatan metabolisme tubuh yang meningkat maka akan menghasilkan panas yang tinggi dari dalam tubuh sehingga apabila terkena matahari lebih, klien tidak akan tahan akan panas. Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah. Adanya Tremor Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, dimana penyakit ini otot-otot yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana mesti, sehingga sulit atau tidak mungkin menggerakkan mata secara normal atau sulit mengkordinir gerakan mata akibatnya terjadi pandangan ganda, kelopak mata tidak dapat menutup secara sempurna sehingga menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut. Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang progresif dan mudah lelah. Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung. Patofisiologi Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal. Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan
– bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksofthalmos yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar (Price A, Sylvia, 1995).
Pathway
Komplikasi Menurut Smeltzer C. Suzanne (2002), komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan Tiroid Hormon dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermi, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Komplikasi lainnya pada penderita hipertiroid yaitu : 1. Gagal ginjal kronis 2. Fraktur 3. Krisis tiroid Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (Doenges. E, Marilynn, 2000) yaitu: Tes ambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis. T3 dan T4 serum : meningkat. T3 dan T4 bebas serum : meningkat. TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon). Tiroglobulin : meningkat. Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH. Ambilan tiroid 131 : meningkat Ikatan protein sodium : meningkat. Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal). Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
Pemerksaan fungsi hepar : abnormal. Elektrolit : hiponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI. Katekolamin serum : menurun kreatinin urin : meningkat EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
Penatalaksanaan Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). 1. Obat-obatan anti tiroid (OAT) Obat antitiroid dianjurkan sebagai terapi awal untuk toksikosis pada semua pasien dengan grave disease serta digunakan selama 1-2 tahun dan kemudian dikurangi secara perlahan-lahan. Indikasi pemberian OAT adalah : Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien – pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis. Sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif. Sebagai persiapan untuk tiroidektomi. Untuk pengobatan pada pasien hamil. Pasien dengan krisis tiroid. Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole, Karbimazol. a.
Propiltiourasil (PTU) Mekanisme Obat : menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat oksidasi dari iodin dan menghambat sintesis tiroksin dan triodothyronin. (Lacy, et al, 2006)
b. Methimazole c.
Karbimazole
d. Tiamazole 2. Pengobatan dengan Yodium Radioaktif Dianjurkan sebagai terapi definitif pada pasien usia lanjut. Indikasi : Pasien umur 35 tahun atau lebih Hipertiroidisme yang kambuh sesudah pemberian dioperasi Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid Adenoma toksik, goiter multinodular toksik 3. Pembedahan Tiroidektomi Tiroidektomi subtotal efektif untuk terapi hipertiroidisme tetapi disertai dengan beberapa komplikasi potensial, termasuk cedera pada nervus laringeus rekurens dan hipoparatiroidisme. Indikasi : Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif Adenoma toksik atau struma multinodular toksik Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul 4. Obat-obatan lain (Antagonis adrenergik-beta) Digunakan untuk mengendalikan tanda-tanda dan gejala hipermetabolik (takikardi, tremor, palpitasi). Antagonis-beta yang paling sering digunakan adalah propranolol, yang biasanya diberikan secara oral dengan dosis 80-180 mg per hari dalam 3-4 dosis terbagi. 5. Non-Farmakologi Diet yang diberikan harus tinggi kalori 2600-3000 kalori perhari. Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari seperti susu dan telur. Olahraga secara teratur. Mengurangi rokok, alcohol dan kafein yang dapat meningkatkan metabolism (Brunner dan Suddarth, 2002).
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH “TB PARU”
A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS
Nama
: Ny. N
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Alamat
: Desa Dukuh Waluh RT 04/06
Status Pernikahan
: Kawin
Diagnosis Medis
: TB Paru
Penanggung Jawab Pasien
: Tn. T
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Alamat
: Desa Dukuh Waluh RT 04/06
Hubungan
: Suami
Tgl pengkajian
: 1 Maret 2019
Jam
: 09.00 WIB
2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama Pasien mengatakan ada pembengkakan pada leher sebelah kanan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang. Pasien mengatakan ada pembengkakan pada leher sebelah kanan, banyak berkeringat meskipun dimalam hari. Kemudian terjadi penurunan berat badan secara beransur. Pada tanggal 1 Maret 2019 pasien memeriksakan diri ke RS
Margono karena badannya semakin lemas dan pusing. Saat diperiksa oleh perawat IGD didapatkan hasil TD 130/80 mmhg, N 110x/m, RR 24x/m, S 38˚C, dan mata menonjol ke depan. Pada pukul 12.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang Asoka. c.
Riwayat Kesehatan Dahulu . Pasien mengatakan ada pembesaran di leher sejak 3 bulan yang lalu kemudian merasa lemas, banyak berkeringat meskipun dimalam hari.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluaraga yang menderita penyakit seperti yang di deritanya pasien saat ini.
Genogram :
Tn. T 70t
Ny. N
Nn .C
Tn. D 38t
3. POLA FUNGSI KESEHATAN a. Riwayat psikologi dan spiritual 1) Psikologi.
Rumah : Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga dan masyarakat sekitarnya baik.
RS
:
Pasien
berhubungan
baik
dengan
keluarga
yang
mendampinginya Tetapi kurang tanggap terhadap informasi yang di berikan. 2) Spiritual
Rumah : Pasien beragama islam, rutin menjalankan sholat 5 waktu.
RS
: Pasien tidak melaksanakn sholat 5 waktu karena badannya
masih lemah dan hanya dapat berdo’a agar cepat sembuh dari penyakit yang diderita sekarang. b. Pola aktivitas sehari-hari. 1) Pola Nutrisi
Rumah : Pasien makan 3x sehari dan habis 1 porsi dengan menu sayur, nasi, dan lauk-pauk serta tidak ada pantangan, pasien minum 5-6 gelas air dalam 24 jam/hari 1200 liter.
RS
: Pasien hnx menghabiskan ½ porsi makan dari jatah rumah
sakit karena nafsu makan menurun dan pasien merasa sesak, pasien minim habis 4 gelas/hari ± 800 liter dan mendapat terapi infus D5 drip amino 21 tetes. 2) Aktifitas kerja dan Latihan
Rumah : Pasien mengatakan pernah menjadi TKW dan pulang kerumah sebagai IRT, biasanya pasien di rumah melakukan aktivitas seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah sebelum akhirnya masuk rumah sakit.
RS
:
ADL
0
1
2
3
4
Keterangan
Makan/Minum
√
0 : mandiri
Toileting
√
1 : dengan alat Bantu
Berpakaian
√
2 : dibantu orang lain
Mobilisasi Dari Tempat Tidur
√
3 : dibantu orang lain dengan alat
√
Berpindah
4 : tergantung total
√
Ambulasi
3) Pola Istirahat
Rumah : Pasien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 21.00-05.00 WIB dan sebelum tidur pasien mempunyai kebiasaan menonton TV dan minum susu.
RS
: Pasien tidur ± 5-6 jam/hari dari jam 23.00-05.00 WIB,
terbangun jika pasien merasa haus dan mendengar suara keluarga pasien lain 4) Pola Eliminasi
Rumah : - Pasien mengatakan BAB 2x sehari, dan BAK 3-4x sehari.
RS
: - Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 3x sehari.
5) Pola kebersihan diri
Rumah : Pasien mandi gosok gigi 2x/hari dan kramas 3 hari sekali.
RS
: Pasien hanya mandi 1x/hari pagi mengganti pakaian 2 hari
sekali, belum kramas dan gosok gigi. 6) Pola Seksualitas
Rumah : Pasien biasanya melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu dan tidak pernah mengalami gangguan seksual.
RS
: Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual, karena
keadaan yang tidak memungkinkan. 7) Pola Nilai Keyakinan Pasien dan keluarga mengatakan menganut agama islam dan mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya adalah cobaan dari tuhan.
8) Manajemen Koping
Rumah : Pasien biasanya menyelesaikan masalah dengan anak & istrinya dengan musyawarah
RS
: masalah diselesaikan oleh keluarga.
9) Kognitif Perceptual
Rumah : Pasien menganggap sembuh atau tidak nya penyakit sudah ada yang mengatur
RS
: Pasien cemas terhadap penyakitnya yang tidak sembuh-
sembuh.
4. Pengkajian Fungsional a. KATZ Indeks
Mandiri dalam makan
Mandiri dalam kontinensia (BAB/BAK)
Mandiri menggunakan pakaian
Mandiri pergi ke toilet
Mandiri mandi
Mandiri dalam berpindah
Kesimpulan : Klien termasuk katagori ( A ) b. BARTHEL Indeks NO KRITERIA
DENGAN BANTUAN
MANDIRI
KETERANGAN
Frekuensi: 3 x Jumlah : 1 porsi 1
Makan
5
10
sedang Jenis
:
nasi,
Frekuensi:
6
lauk/tahu
gelas/hr 2
Minum
5
10
Jumlah : 1080 cc Jenis : air putih
Berpindah dari kursi 3
roda ke tempat tidur 5
15
atau sebaliknya 4
Personal toilet (cuci 0 muka, menyisir
5
-
rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet 5
(mencuci
pakaian, 5
menyikat
tubuh,
10
menyiram)
6
7
Mandi
Jalan di permukaan datar
5
15
0
5
8
Naik turun tangga
5
10
9
Mengenakan pakaian
5
10
Frekuensi:
2x
(
pagi, sore)
Frekuensi:110 10
Kontrol bowel (BAB)
5
2x/mgg Konsistensi
:
lembek dan warna kuning Frekuensi: 4 – 5 x / 11
Kontrol
blendder
(BAK)
hari 5 10
Warna
:
kuning
jernih Frekuensi: semaunya 12
Olah raga / latihan
5
10 Jenis
:
latihan
gerak sendi Rekreasi 13
pemanfaatan luang
/ waktu 5
Frekuensi: 10
minggu 1x
1
Jenis : jalan-jalan Total
130
Mandiri
Keterangan : 130 : Mandiri 60-125 : Ketergantungan sebagian 55 : Ketergantungan total 5. Pengkajian Status Mental Gerontik Pengkajian status mental gerontik Ny. UK, yaitu sebagai berikut : a. Short Partable Mental Status Quisioner (SPMSQ) BENAR SALAH
NO PERTANYAAN
√
1
Tanggal berapa hari ini ?
2
Hari apa sekarang ?
3
Apa nama tempat ini ?
4
Di mana alamat anda ?
5
Berapa umur anda ?
6
Kapan anda lahir ? ( minnimal tahun lahir )
7
Siapa presiden / kepala panti / lurah / kuwu sekarang ?
8
Siapa presiden / kepala panti /lurah / kuwu sebelumnya ?
9
Sebutkan nama ibu anda ?
10
Kurangi 3 dari 20 terus menerus secara menurun
= 10
=0
Kesimpulan
Fungsi intelektual utuh
Keterangan : Salah 0-3 Fungsi Intelektual Utuh Salah 4-5 Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 Kerusakan intelektual sedang Salah 9-10 Kerusakan intelektual berat
b. MMSE ( Mini Mental Status Exam) NO
1
ASPEK
NILAI
NILAI
KOGNITIF
MAKS
PASIEN
Orientasi
5
4
KRITERIA
Menyebutkan dengan benar :
Orientasi
5
5
Tahun √ Musim (kemarau) √ Tanggal √ Hari √ Bulan √ Di mana sekarang kita berada ?
2
Registrasi
3
3
Negara Indonesia √ Propinsi Jawa Barat √ Kab. Cirebon √ Kec. Jamblang √ Desa bakung Lor √ Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan masing-masing obyek. Kemudian tanyakan pada pasien ketiga obyek tadi. ( Untuk disebutkan ) Obyek (Gelas) √ Obyek (jam) √ Obyek (pulpen √)
3
Perhatian dan Kalkulasi
5
5
Minta pasien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat.
4
Mengingat
3
3
93 √ 86 √ 79 √ 72 √ 65 √ Minta pasien untuk mengulangi ketiga obyek pada no. 2 ( registrasi ) tadi. Bila benar 1 point untuk masing-masing obyek.
5
Bahasa
9
2
Tunjukkan pada pasien suatu benda dan tanyakan namanya pada pasien. Gelas √ Lemari √
1
Minta pasien untuk mengulang kata-kata berikut “tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar nilai 1 point. Pernyataan benar 2 buah :
tak ada , tetapi. √ Minta pasien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah : 3
“Ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai”. Ambil
kertas di tangan anda Lipat dua Taruh di lantai Perintahkan pada pasien untuk hal berikut ( bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point )
1
“Tutup mata anda “ Perintahkan pada pasien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar.
Tulis satu kalimat Menyalin gambar
2 TOTAL NILAI
29
Aspek kognitif dari mental baik
Keterangan :
>23
: Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22
: Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17
: Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
fungsi
6. PEMERIKSAAN FISIK a.
Umum KU
: Pasien tampak lemah, gelisah, tegang.
Kesadaran
: Compos metis.
GCS
: E4-V5-M6
BB
: 47 kg
TB
: 162 cm
TD
: 130/80 mmhg.
N
: 110 x/mnt
RR
: 24 x/mnt
S
: 38o C
b. Kepala Inspeksi
: pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris, rambut tidak
beruban, kulit kepala kotor. Palpasi
: tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.
c. Mata Inspeksi
: kedua mata tampak membesar, konjungtiva merah muda, anemis(-),
pupil dapat merangsang cahaya, sklera putih jernih, kulit di sekitar mata kehitaman. Palpasi
: tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata bersih dan tidak
mudah rontok. d. Hidung Inspeksi
: kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, terpasang O2 kanul sebanyak
2 liter/menit, tampak simetris, mukosa hidung kemerahan, tidak ada tanda peradangan. Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga Inspeksi
: tidak terdapat serumen, kedua telinga tampak simetris.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut Inspeksi
: Mukosa bibir kering, lidah tidak kotor, ada gigi yang berlubang, tidak
ada pembesaran tonsil.
g. Leher Inspeksi
: Ada pembesaran kelenjar tiroid, pada tiroid kanan tampak nodul
hipoechoik dengan batas tegas ( halo) dan lesi hipo dan hiperechoik Palpasi
: kelenjar tiroid (teraba difuse), lingkar leher 33,5cm, tiroid kiri
membesar dengan ukuran 3,33x2,82x6,56cm, tiroid kanan 3,43x2,55x4,31 cm tampak
nodul
hipoechoik
dengan
batas
tegas
(halo)dengan
ukuran
0,96x0,85x1,11cm dan lesi heterogen hipo dan hiperechoik dengan ukuran 1,06x1,01x1,08. h. Thorax Paru – Paru Inspeksi
: bentuk dada simetris, terdapat penariakan interkosta saat inspirasi,
jumlah 24x/menit. Palpasi
: saat vocal fremitus teraba sama pada semua lapang paru,
Perkusi
: terdapat suara sonor
Auskultasi : Terdengar suara tambahan seperti ronchi pada setiap lobus paru Jantung Inspeksi : teraba pulsas(denyutan) pada daerah iktus cordis pada ICS 4 dan 5. Palpasi
: terasa getaran apke jantung dengan menggunakan 4 telapak jari.
Perkusi
: batas jantung : kanan ICS II LS (dextra), jantung kiri atas intra
klavikula sternum II LS (sinistra), jantung kanan bawah ICS IV (sinistra), jantung kiri bawah ICS V midklavikula sinistra. Auskultasi
: terdengar suara lup dup
i. Abdomen Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, dinding perut lebih datar. Auskultasi: terdengar peristaltik usus 15x/menit. Perkusi
: terdengar suara timpany.
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
j. Integumen Inspeksi
: kulit tampak kotor, tidak ada lesi, tidak sianosis, ikteres.
Palpasi
: turgor kulit baik, teraba panas.
k. Muskuloskeletal : tidak terdapat fraktur di bagian tubuh manapun
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap Hasil
Nilai Normal
Hb
10 gr/dl
12-14
Leukosit
11.000 /ul
10.000/ul
pCO²
28,6 mmHg
35-45
pO²
76,6 mmol/L
80-100
Sat O²
95,5 %
94-100
b. Pemeriksaan Radiologi
B. ANALISA DATA No 1
Data Ds : -
Etiologi
Masalah
Hipertiroid
Penurunan cardiac output
Klien mengatakan jantungnya berdebar – debar
berhubungan dengan Hipersekresi T3&T4, TSI, TSH menurun
peningkatan kerja jantung ditandai oleh takikardi
Klien mengatakan lelah Do :
Stimulasi medula adrenal
- TD : 130/80 mmHg - N : 120 x / menit
Jumlah reseptor adrenergik
- Nafas klien pendek - Klien cemas dan tegang - Tangan gemetar
Respon terhadap adrenergik berlebih biosentesis kalekolamin oleh T3 Reseptor β1 Kerja otot jantung meningkat CO menurun
2
Ds : - Klien mengatakan terkadang mual - Klien mengatakan badannya lemah
Glukoneogenesis, lipolisis, glukogenolisis meningkat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Pembakaran lemak Cadangan lemak menurun
Do : - Berat badan klien turun meskipun nafsu makan
Suplai nutrisi tidak adekuat
bertambah - Klien tamapak lemah 3
Ds : -
Resiko tinggi gangguan nutrisi << kebutuhan Hipertermi
Pasien mengatakan demam
Do : - Suhu : 38ºC RR :27x/ menit - Kulit teraba panas - Kulit klien memerah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan peningkatan kerja jantung 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme 3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
D. RENCANA KEPERAWATAN
No No
Tujuan
Intervensi
Rasional
Dx 1
I
Setelah
dilakukan
asuhan O:
keperawatan selama 2x24, diharapkan
1) Pantau tekanan darah pada posisi
tanda – tanda
baring,
vital dalam batas normal dengan kriteria hasil : -
Dapat mentoleransi
-
Tidak ada edema paru,
kesadaran
jika
2) Takikadia merupakan cerminan stimulasi otot
dada atau angina yang dikeluhkan pasien
kering,
jantung oleh hormon tiroid 3) Merupakan
tanda
adanya
peningkatan
kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
4) Observasi tanda dan gejala haus yang
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri
asites Tidak ada penurunan
berdiri
2) Pantau EKG
perifer, dan tidak ada
-
dan
memungkinkan.
aktivitas, tidak ada kelelahan
duduk
1) Hipotensi ortostatik dapat terjadi akibat dari
hebat, nadi
iskemia
mukosa
membran
4) Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan
lemah,
penurunan
menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan
produksi urine dan hipotensi
curah jantung
N: 1) Atur periode latihan dan istirahat
1) Untuk mengetahui keadaan umum pasien
untuk menghindari kelelahan -
2) Auskultasi suara jantung. Perhatikan
2) S1 dan murmur berhubungan dengan curah
adanya bunyi jantung tambahan,
jantung
adanya irama gallop dan murmur
hipermetabolik. Adanya S3 kemungkinan
sistolik
terjadi gagal jantung
3) Catat
adanya
tanda
dan
gejala
yang
meningkat
pada
keadaan
3)
penurunan cardiac output
E: 1) Anjurkan untuk menurunkan stress
1)
C: 1) Berikan cairan IV sesuai indikasi 2) Berikan obat –obatan sesuai indikasi
1) Memperbaiki volume sirkulasi, tetapi harus diperhatikan terhadap tanda gagal jantung / kebutuhan pemberian zat inotropik
II 2
Setelah diberikan tindakan keperawatan
1.
1. Kaji ulang pola diet pasien yang 1. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah
diharapkan nutrisi
O:
kebutuhan
adekuat,
dengan
disukai/tidak disukai.
dan intervensi yang tepa
2. Monitor intake dan output secara 2. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,
kriteria hasil:
periodik.
meningkatkan intake diet
- Menunjukkan berat badan N : meningkat tujuan
mencapai dengan
1. Catat status nutrisi paasien: turgor 1. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
nilai
kulit, timbang berat badan, integritas
laboratoriurn normal dan
mukosa mulut, kemampuan menelan,
bebas tanda malnutrisi.
adanya
- Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
bising
usus,
riwayat
mual/rnuntah atau diare. 2. Catat
adanya
dan mempertahankan berat
muntah,
dan
badan yang tepat.
hubungannya
anoreksia,
mual, 2. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi
tetapkan
jika
ada
dengan
medikasi.
pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). 3. Lakukan perawatan mulut sebelum 3. Membantu menghemat energi khusus saat demam dan sesudah tindakan pernapasan.
terjadi peningkatan metabolik.
E: 1. Anjurkan bedrest.
1) Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obatobat yang digunakan yang dapat merangsang
muntah. 2. Anjurkan
makan
sedikit
dan 2) Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan
sering dengan makanan tinggi
iritasi gaster.
protein dan karbohidrat. C: 1.
Rujuk
ke
ahli
gizi
untuk
menentukan komposisi diet.
1. Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.
3
III
Setelah dilakukan tindakan 1. O: keperawatan
selama
1x24
jam diharapkan hipertermi
1. Pantau TTV
1) Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Observasi suhu kulit dan catat
2) Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh pasien
dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
keluhan demam N:
- Pasien melaporkan panas
1. Berikan kebutuhan
badannya turun.
dalam
perhari,
cairan
sesuai
kecuali
1) Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
ada
kontraindikasi.
- Kulit tidak merah. - Suhu
masukan
rentang
normal : 36,5-37,70C.
2. Berikan kompres air biasa/hangat
2) Untuk menurunkan suhu tubuh
C: 1) Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV. 2. Kolaborasi
pemberian
obat
2) Untuk menurunkan suhu tubuh yang bekerja
antipiretik
langsung di hipotalamus
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Waktu
No. Dx
Implementasi
1 Maret 2019
1
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan DS : berdiri jika memungkinkan.
Evaluasi
-
Pasien mengatakan sesak nafas
1
2) Pantau EKG
-
Pasien mengatakan batuk berdahak
1
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina
-
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
-
Pasien mengatakan mual dan muntah
4) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa
-
Paasien mengatakan demam
membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine
-
Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
yang dikeluhkan pasien 1
dan hipotensi 1
5) Memonitor intake dan output secara periodik.
2
6) Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang
semi fowler DO : -
TTV
berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan
TD 130/90 mmHg, N 120 x/menit
menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau
RR 28 x/menit, S 37,8 °C
diare.
-
Pasien tampak lemah Mukosa bibir tampak kering dan pucat
1
7) Anjurkan untuk menurunkan stress
-
3
8) Mengobservasi suhu kulit dan catat keluhan demam
-
3
9) Memberikan kompres air biasa/hangat
1
10) Memberian cairan IV
1
11) Memberikan obat Penyekat beta (pronolol, atenolol)
Paraf
Hormon tiroid antagonis (PTU, metimazol)
2 Maret 2019
3
12) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
1
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan DS : berdiri jika memungkinkan.
-
Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
1
2) Pantau EKG
-
Pasien mengatakan batuk disertai dahak
1
3) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa
-
Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine
-
Pasien mengatakan mual dan muntah
dan hipotensi 1
4) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari DO : kelelahan
1
berkurang
-
5) Auskultasi suara jantung. Perhatikan adanya bunyi
TD 140/90 mmHg, N 90 x/menit
jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik 2
6) Memonitor intake dan output secara periodik.
2
7) Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
3
8) Mengobservasi suhu kulit dan catat keluhan demam
2
9) Memonitor intake dan output secara periodik.
TTV
RR 24 x/menit, S 37,2 °C -
Pasien terlihat lebih segar
-
SpO2 97%
2
10) Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
1
11) Melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
2
12) Menganjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
2 3 Maret 2019
13) Merujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. :
DS:
1
1) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
-
Pasien mengatakan sudah tidak menggigil
1
2) Memonitor intake dan output secara periodik.
-
Pasien mengatakan demam menurun
1
3) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan
-
Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
-
Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
-
Pasien mengatakan dahak mudah dikeluarkan
berdiri jika memungkinkan. 1
4) Pantau EKG
1
5) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina DO : yang dikeluhkan pasien
1
2
-
Batuk jarang dengan seputum encer
6) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa
-
Pasien tampak lebih segar
membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine
-
Pasien tampak menghabiskan ¾ porsi makan
dan hipotensi
-
TTV
7) Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang
TD : 130/80 mmHg
berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan
N : 86x/menit
menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau
S: 36.5°c
diare.
RR : 24 x/menit
2
8) Mengobservasi suhu kulit dan catat keluhan demam
2
9) Memonitor intake dan output secara periodik.
2
10) Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
SpO2 : 98%
F. EVALUASI HASIL
No
Hari/Tanggal
Dx.
EVALUASI
Paraf
Kep 1
Minggu
I
03-03-2019
S : - pasien mengatakan sesak nafas berkurang - pasien mengatakan dahak mudah dikeluarkan O : - RR : 24 x/menit - batuk jarang dengan seputum encer A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1) Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, dan keteraturan 2) Observasi produksi sputum, muntahan, atau lidah jatuh ke belakang 3) Pantau
tanda-tanda
vital
terutama
frekuensi
pernapasan Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal 4) Berikan
posisi
semifowler
jika
tidak
kontraindikasi 5) Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
2
Minggu
II
03-03-2019
S : - pasien mengatakan nafsu makan bertambah O : - pasien tampak lebih segar - pasien tampak menghabiskan ¾ porsi makan A : masalah teratasi P : hentikan intervensi
3
Minggu 03-03-2019
II
S: - pasien mengatakan sudah tidak menggigil - pasien mengatakan demam menurun O : S: 36.5°c A : masaalah teratasi P : hentikan intervensi
ada
DAFTAR PUSTAKA Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan), Bandung Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aeculapius Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.