Tugas Filsafat Cameii.docx

  • Uploaded by: Rindiyani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Filsafat Cameii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,734
  • Pages: 11
1. Analisislah Sebuah Pengajian Bahasa Mengenai Kalimat Dari Segi :

A. EMPIRISME Kata empirisme berasal dari bahasa latin empericus yang memiliki arti pengalaman (Idris, 1987:30). Kemudian, John Lock seorang filsuf dari Inggris (Purwanto, 2000:16) berpandangan bahwa empirisme, adalah aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui indra. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul Essay Concerning Human Understanding, ia mengatakan bahwa tak ada sesuatu dalam jiwa, yang sebelumnya tak ada dalam indera. Dengan kata lain: Tak ada sesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indra (Soejono, 1987:19). Pendapat ini sebetulnya telah jauh dikemukakan oleh Plato (Husaini et.al., 2013:4) yang menyatakan bahwa ada dua cara untuk mengajarkan atau mengenalkan pengetahuan. Pertama adalah pengenalan indrawi (empiris) dan yang kedua adalah pengenalan melalui akal (rasional). Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Selain itu, Aliran ini juga berpandangan bahwa perkembangan seseorang tergantung seratus persen kepada pengaruh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. (Idris, 1987:30). Jadi, aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan bersumber utama dari pengalaman yang masuk melalui indera dan pengaruh eksternal dalam kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, sedangkan pembawaan lahir tidaklah dianggap penting sebagai faktor penentu pengetahuan. Segala sesuatu yang tidak masuk atau dirasakan melalui indera, boleh jadi mereka katakan tidak benar-benar ada. Oleh karena itu, aliran ini juga sering dikatakan menolak keberadaan Tuhan dan benda-benda yang bersifat metafisika. Aliran ini juga melahirkan sekularisasi dalam pendidikan. Dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh yang berkaitan dengan empirisme. Salah satu contoh nya seperti bagaimana kita

mengetahui bahwa api itu panas? Seorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut ‘panas’. Selain itu, bagaimana kita tahu bentuk rupa jerapah? Tentu kita akan baru benar-benar tahu setelah melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Atau bagaimana kita mengetahui bahwa bunga melati itu wangi? Kita akan tahu pasti setelah mencium baunya. Pengetahuan-pengetahuan melalui indera tersebut akan disimpan dalam memori otak kita, dan dapat dikeluarkan pada saat dibutuhkan. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi, kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan.

B. NATIVISME Teori nativis dalam penerimaan bahasa pertama yang diungkapkan oleh Douglas Brow ini nampaknya tidak jauh berbeda dengan teori nativisme dalam pendidikan yang dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860). Dengan tegas Arthur Schaupenhaur (Blog Swandika 2011) menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandangan ini sebagai lawan dari aliran empirisme atau optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Schaupenhaur (Idris, 1987:31) juga berpendapat bahwa mendidik ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya. Menurut aliran ini pengetahuan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh pembawaan lahir dan gen yang diturunkan oleh kedua orang tua. Pendidikan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan bakat dan pembawaan anak didik itu sendiri. Teori ini percaya bahwa lingkungan pendidikan maupun lingkungan sekitar yang telah direkayasa oleh orang dewasa tidak akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang pengetahuan manusia. Dengan kata lain aliran ini menekankan bahwa pemerolehan pengetahuan manusia hanya berasal dari dalam (internal).

Pembawaan lahir itu ada yang baik ada pula yang buruk. Manusia tumbuh dan berkembang membawa segala hal yang telah ia bawa sejak lahir. Dan apa yang mereka bawa tersebut, akan berkembang sesuai arahnya masing-masing. Sedangkan pendidikan tidak akan mempengaruhi apa-apa.

C. NATURALISME Naturalisme berasal dari bahasa Latin yaitu nature artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Zahara (1987: 31) mengatakan Aliran ini dinamakan juga negativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak di rusak oleh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Hampir senada dengan aliran Nativisme. Menurut Ngalim Purwanto (2000:59) Pada hakikatnya semua anak (manusia) itu dilahirkan adalah baik. Pemikiran tersebut juga sependapat dengan Undang Ahmad (2013:147) yang menjelaskan dalam buku Filsafat Manusia bahwa sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik. Bagaimana hasil perkembangannya yang kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang memengaruhinya. Jika pengaruh itu baik akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya. Jadi Aliran ini berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam (manusia dan lingkungan). sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Aliran ini mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungankecenderungannya. Tetapi seperti telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.

D. KONVERGENSI Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata convergenry, artinya pertemuan pada satu titik. Zahara Idris (1987:33) mengatakan bahwa aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan. Hendaknya pendidik dapat menciptakan lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin. Menurut William Stern (Purwanto, 2000:60) ahli ilmu jiwa sekaligus pelopor aliran konvergensi berbangsa Jerman ini mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Akan tetapi, Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya tentang pendapat W.Stern itu belum selesai. Dalam aliran ini terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan, dan di pihak lain mereka yang lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan, sehingga belum tepat kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia.

KESIMPULAN Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau gerakan baru dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme, (2) aliran nativisme, (3) aliran naturalisme, dan (4) aliran konvergensi. Pada dasarnya aliran-aliran

pendidikan kritis mempunyai kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogi. Sudah tentu aliran-aliran pedagogi di atas mempunyai keterbatasan.

3.

Kajilah Komunikasi Berbahasa Lisan Dari Segi Aspek Empiri, Logika, Dan Simbolik !

A. EMPIRI Aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui indra. Menyatakan bahwa ada dua cara untuk mengajarkan atau mengenalkan pengetahuan. Pertama adalah pengenalan indrawi (empiris) dan yang kedua adalah pengenalan melalui akal (rasional). Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Selain itu, Aliran ini juga berpandangan bahwa perkembangan seseorang tergantung seratus persen kepada pengaruh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. Contoh di dalam kehidupan pribadi, misalnya kita melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu dan ternyata apa yang kita lakukan tadi mengalami kegagalan atau tidak berhasil. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi kita, agar saat kita akan mencoba melakukan hal itu kembali, kita tidak akan gagal karena sebelumnya kita sudah mengalaminya dan kita tidak akan jatuh dalam kesalahan yang sama. Pengalaman menjadi bermanfaat saat pengalaman itu berisi pembelajaran bagi seseorang. Sederhananya, ketika kita belajar memasak, mungkin saat kita baru pertama kali mencoba masakan yang telah kita masak, masakan nya terasa terlalu asin, atau bahkan tidak ada rasa sama sekali, nah dari situ kita bisa belajar bagaimana menciptakan masakan yang enak sesuai dengan pengalaman yang telah didapat.

B. LOGIKA Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika : Logika formal dan logika material. Logika formal, yang biasa dibentuk disebut logika saja, adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form) berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikannya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal), kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Yang meneliti kesimpulan adalah logika material. Bila isinya benar, pasti bentuknya tepat. Belum tentu sebaliknya. Jadi ketetapan dibicarakan oleh logika formal, kebenaran isi dibicarakan oleh logika material. Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar. Seperti halnya “Setiap manusia akan mati. Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati”. Contoh ini bentuknya tepat, tetapi isinya tidak benar: Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah (salah satu) sejenis hewan. Jadi, kuda sama dengan manusia. Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan objeknya, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mengetahui kesesuaian itulah tugas logika material. Dalam garis besarnya, logika formal atau logika saja membicarakan masalah pengertian, putusan, dan penuturan.

4.

Bagaimana Sebuah Perbedaan Antara Pandangan Pesianaliti Dan Humastik Terhadap Bahasa Indonesia Dari Dimensi Manusia ?

PESIANALITI Tahap orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat pengajaran perkembangan kreativitas dan produktivitas. Mengembangkan sikap mandiri,

memiliki kekuatan pribadi, serta belajar mengakui dan menangani perasaanperasaan negatif yang terkadang muncul dalam kehidupan sebagai hal yang wajar terjadi. Masa ini perlu belajar berkesperimen, apabila berbuat salah tetap belajar memperbaikinya.

HUMANISTIK Tahap orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat pengajaran pada aktualisasi individual untuk menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaaan, dan tanggung jawab personal. Sebagaimana dinyatakan psikologi humanisme juga memfokuskan pada prestasi, motivasi, perasaan, tindakan, dan kebutuhan akan umat manusia. Didasarkan pada keyakinan bahwa individu-individu mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka berkaitan secara erat dimana kondisi-kondisi keberadaan manusia dan tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi tuhan. 5. Analisislah Keterkaitan Antara Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, Dan Kompleksity Terhadap Sebuah Bahasa Mengenai Kalimat Efektif ?

A. ONTOLOGI Kata ontologi sendiri berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi. Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat mengenai sifat (wujud) atau fenomena yang ingin diketahui manusia. Dalam ilmu sosial ontologi berkaitan dengan sifat pada interaksi sosial atau komunikasi sosial. Ontology merupakan mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan (Stephen Litle John). Dalam aspek ontologi, ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi massa seperti berita, berfokus pada keberadaan berita yang mempengaruhi keingintahuan masyarakat. Pada abad 19, pernah terjadi fenomena berita yang ingin mendapatkan

audiens, para redaksi menitikberatkan pada berita kriminalitas, seks, menegangkan yang mengundang sensasi. Sehingga telah munculnya istilah ‘Jurnalisme Kuning’ pada masa itu. Bahwa Ilmu komunikasi dapat dipelajari dengan mengkaji 2 obyek, yaitu objek materi dan objek formal. Ilmu komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak dan paling tinggi dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makluk hidup atau benda. Hakikat inilah yang dipandang sebagai obyek materi. Sementara jika dilihat dari objek formal maka ini adalah salah satu sudut pandang yang mampu menentukan cakupan studi di dalamnya. Sejarah ilmu komunikasi, teori komunikasi, tradisi ilmu komunikasi, dan komunikasi manusia adalah contoh-contoh dari aspek ontologis tersebut. Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, fenomena jurnalisme yang dulu hanya bisa didapatkan melalui televise dan radio, kini bisa didapatkan melalui online seperti youtube yang bisa diputar berulang kali. Dan kelemahan televisi pun telah dimanfaatkan oleh pihak redaksi online. Karena di televisi telah membatasi berita yang terekspos seperti membatasi kata, gambar, dan sebagainya. sedangkan di online, masyarakat bisa bebas mendapatkan berita yang akurat. Seperti pada zaman orde baru, Harmoko yang merupakan Menteri Penerangan pada masa itu, terdapat banyak surat kabar kuning muncul yang diwarnai dengan antuias publik. Bahkan Arswendo Atmowiloto pun telah menerbitkan Monitor “Jurnalisme Kuning di Indonesia.”

B. EPISTEMOLOGI Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan membangun ilmunya. Kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita yang sesuai dengan bukti dan fakta untuk menjadi berita yang bernilai tinggi etnografi. Sehingga pesan yang disampaikan cenderung bersifat netral tanpa memihak

siapapun dengan sifat yang obyektif. Kunci standar penulisan yang menggunakan pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian (Charnley, 1965: 22;30). Persoalan-persoalan yang dibahas dalam epistemologi antara lain tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengetahuan, bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu, darimana pengetahuan dapat diperoleh, bagaimanakah cara menilai validitas, apa perbedaan antara pengetahuan apriori dengan pengetahuan aposteriori. Selain itu dibahas juga

apa perbedaan antara kepercayaan,

pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan, kesalahan, bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian dan kepastian. Proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu beserta prosedurnya juga menjadi pembicaraan penting yang akan mengarahkan kita ke cabang fisafat metodologi. Perkembangan komunikasi sesuai era teknologi, iklan di televisi pun mulai turun peminatnya, setelah terjadinya kebebasan pers. Walaupun kebebasan pers tersebut masih ada yang masih mengabaikan kualitas berita. Semua berita yang tersebar dapat didapatkan di mana saja seperti komputer bahkan telepon genggam. Fenomena berita online ini mulai tidak terhindarkan lagi di dunia jurnalisme. Bahkan masyarakat pun mulai menilai berita dari rating suatu berita. Ilmu epistemologi mencakup tentang kemampuan untuk berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif artinya mampu bersikap rasional kepada pengetahuan ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpulkan sebelumnya. Ranah ini menuntut kita untuk berpikir secara sistematik dan kumulatif. Pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyertakan argumen-argumen yang logis. Ilmu ini berusaha menjelaskan objek yang berada dalam fokus penelaahan secara konsisten dan koheren dan rasional.

C. AKSIOLOGI Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang nilai”.

Aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, moral conduct,

yaitu

tindakan

moral

yang

melahirkan

etika.

Kedua, esthetic

expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, atau kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat sosio-politik. Aksiologi merubakan cabang filsafat yang berkaitan dengan etika, estetika, dan agama. Aksiologis merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (Litle John). Ilmu komunikasi khususnya berita, dalam kajian aksiologis bahwa fungsi berita dilihat dan dititikberatkan pada suatu hiburan masyarakat. Sehingga para redaksi berita harus mampu menarik audiens dengan menampilkan sesuatu yang ringan seperti halnya artikel feature. Sehingga, para redaksi media pun mulai menargetkan untuk menaikan rating beritanya agar semakin banyak peluang mendapatkan iklan. Dengan kata lain, berita akan bersifat ringan tanpa mengutamakan kepentingan masyarakat karena iklan merupakan sumber utama pada suatu berita. Sehingga berita ringan dan hoax pun tetap tersebar demi menaikan rating dan menghasilkan iklan sebanyak-banyaknya.

KESIMPULAN DAN HUBUNGAN Semua bahasan di atas merupakan cabang ilmu yang dipelajari dalam ilmu komunikasi. Ilmu ini sangat penting untuk dikuasai karena berkaitan dengan bagaimana cara menggunakan ilmu pengetahuan tersebut yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah moral di masyarakat. Ilmu ini juga berkaitan erat dengan operasionalisasi metode ilmiah dalam menciptakan teori dan aplikasi ilmu komunikasi. Tentu dengan mempertimbangkan norma moral dan profesional yang berlaku

di

masyarakat.

Jika

disimpulkan

bahwa

epistemologis

adalah

perkembangan, ontologi adalah eksistensinya, dan aksiologi adalah nilainya pada suatu berita. Dalam hal ini, kebutuhan untuk mempengaruhi, kemampuan berbicara di ranah publik, penyebaran informasi, propaganda, adalah merupakan beberapa manfaat yang didapatkan dari pengaplikasian Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologisnya mampu menjawab kebutuhan manusia.

Dari bahasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Mempelajari bidang ilmu ini akan menjawab pertanyaan apa sebenarnya manfaat dari ilmu pengetahuan. Selain itu apa hubungan ilmu pengetahuan dengan kaidahkaidah moral dan profesional jika dihubungkan dengan metode ilmiah. Semua jawaban ini akan mengarahkan kita pada cabang ilmu filsafat yang sedang berkembang. Pada akhirnya aksiologi dianggap sebagai teori nilai interaksi simbolik, dalam perkembangannya mampu melahirkan sebuah masalah yang berkaitan dengan kebebasan pengetahuan pada nilai. Inilah yang disebut sebagai netralitas pengetahuan atau value free. Sementara itu ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau disebut value bound. Dengan begitu kita dapat memilih mana yang lebih baik antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan nilai. Demikian pembahasan ini membuat kita sadar betapa pentingnya ilmu komunikasi dalam menunjang kehidupan manusia.

Related Documents


More Documents from "Rindiyani"

Tugas Filsafat Cameii.docx
December 2019 19
Rasio-keuangan.ppt
May 2020 13