Tugas Else.docx

  • Uploaded by: hairudin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Else.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,332
  • Pages: 10
BAB 1 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEM PERNAFASAN Pemeriksaan diagnosis yang digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu : 1. Metode Morfologis : rradiologi, bronskopi, serta pemeriksaan biopsi dan sputum (dahak) 2. Metode Fisiologi : pengukuran gas darah dan tes-tes fungsi ventilasi A. Metode Morfologis Metode morfologis terdiri atas : 1. Radiologi Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan radiologi.parenkim paru-paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X, sehingga parenkim memberikan bayangan yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat akan memberikan kesan lebih berwarna lebih putih daripada bagian yang berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil radiologi dada. 2. Bronskopi Bronskopi merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea dan cabang-cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan diagnosis bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk membuang benda asing. Setelah bronskopi , pasien tidak boleh makan atau minum selama 2-3 jam sampai timbul refleks muntah. Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke dalam cabang trakheobronkhial. 3. Pemeriksaan Biopsi Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran pernafasan bagian atas atau bawah menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau bronkoskop. Manfaat biopsi paru-paru terutama berkaitan dengan penyakit paru-paru yang bersifat menyebar yang tak dapat terdiagnosis dengan cara lain. 4. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bakterial, tuberkulosis serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Waktu terbaik pengumpulan sputum adalah setelah bangun

tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul pada waktu tidur. B. Metode Fisiologis Tes fungsi paru-paru yang menggunakan spirometer akan menghasilkan gambaran fungsi paru-paru seperti : 1. Volume Alun Nafas (Tidal Volume--TV) Volume alun nafas yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-paru pada pernafasan biasa dalam keadaan istirahat (N = ± 500ml) 2. Volume Cadangan Inspirasi Volume cadangan inspirasi yaitu volume udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru pada inspirasi maksimal setelah inspirassi secara biasa volume cadangan inspirasi pada laki-laki dan perempuan berbeda. Pada laki-laki (L) sebesar ±3300 ml, sedangkan perempuan (P) sebesar ± 1900 ml. 3. Volume cadangan Ekspirasi Volume cadangan ekspirassi yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dan dalam paru-paru melalui kontraksi otot-otot ekspirasi setelah ekspresi secara biasa (L = ± 1000 ml, P = 700 ml) 4. Volume Residu Volume residu yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelahekspirasi maksimal (L= ±1200ml, P= ±1100 ml) Jika TV, IRV, ERV dan RV dijumlahkan akan diperoleh volume maksimum yang merupakan kapasitas ,=maksimal paru-paru saat berkembang. Jika besar dua jenis volume atau lebih dijumlahkan dalam satu kesatuan makan dinamakan kapasitas pulmonal. Selain iitu terdapat pula dinamakan volume kolaps dan volume minimal. Volum kolaps adalah volume paru-paru ika mengalami kolaps. Volume minimal adalah volume ketika paru-paru kolaps dan tidak bisa dikeluarkan lagi dengan cara apapun. 5. Kapasitas Inspirasi Kapasitas inspirasi yaitu jumah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC= IRV + TV). Kapasitas tersebut menunjukkan banyaknya udara yang dapast dihirup setelah taraf ekspirasi secara biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal. 6. Kapasitas residu Fungsional\ Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi secara biasa (FRC = ERV + RV). Kapasitas tersebut bermakna untuk mempertahankan O2 dan CO yang relatif stabil di alveoli selama proses inspirasi dan ekspirasi. 7. Kapasitas Vital Kapasitas vital yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama satu siklus pernafasan yaitu setelah inspirasi

maksimal dan ekspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas tersebut bermakna untuk menggambarkan kemampuan pengembangan paru-paru dan dada. 8. Kapasitas paru-paru total Kapasitas paru-paru total yaitu jumlah udara maksimal yang masih berada paru-paru (TLC = VC +RV). Nilai TLC normal pada laki-laki adalah ± 6000 ml sedangkan pada perempuan ± 4200 ml. 9. Ruang Rugi] Ruang rugi yaitu area sepanjang saluran nafas yang tidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). Tidal volume pada pria sejumlah 500 ml, maka yang mengalami pertukaran gas hanya ± 350 ml karena 150 ml berada dalam ruang rugi. 10. Frekuensi Nafas Frekuensi nafas yaitu jumlah pernafasan yang dilakukan per menit. Kecepatan pernafasan dalam keadaan istirahat sekitar 15 kali permenit. Masing-masing volume dan kapasitas paru-paru memiliki makna yang berbeda untuk menggambarkan kondisi paru-oaru seseorang. Besar volume dan kapasitas paru-paru berubah bila posisi tubuh berganti. Secara umum, volume dan kapasitas paru-paru akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Penurunan tersebut dikarenakan isi perut menekan ke atas atau diafragma, sedangkan volume paru-paru justru meningkat. Pleh karena itu, ruangan yang dapat diisi oleh udara dalam paru-paru menjadi berkurang. 11. Analisis Gas darah Sampel darah yang akan dianalisis dengan menggunakan tes ini merupakan darah arteri yang biasa digunakan yaitu arteri radialis karena mudah diambil. Tabel 2-1 Nilai normal gas darah arteri Tes Rentang Normal Dewasa Intepretasi PO2 80-100 mmHg Meningkat : Menandakan pemberian O2 yang berlebihan Menurun : Mengindikasikan penyakit CAL, bronkhitis kronis, Ca.bronkus dan paru-paru atau penyebab lain yang mengakibatkan hipoksia PCO2 35-45 mmHg Meningkat : mengindikassikan kemungkinan CAL, pneumonia, efek anastesi dan penggunaan opioid Menurun : mengindikasikan hiperventilasi/alkalosis respiratory pH 7,35-7,45 Meningkat : menandakan alkalosis metabolisme atau respiratory Menurun : menandakan asidosis metabolisme atau respiratory

HCO2 21-28 mEq/L

SaO2

95-100 %

Meningkat : mengindikasikan kemungkinan asidosis respiratory sebagai kompensasi awal darai alkalosis metabolisme Menurun : mengindikasikan kemungkinan asidosis respiratory sebagai kompensasi awal darai alkalosis metabolisme Menurun : mengindikasikan kerusakan kemampuan hemoglobin untuk mengantarkan O2 ke jaringan

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN A. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayata psikososial. Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek yang sangat erat dengan hubungannya gangguan sistem pernafasan adalah usia,jenis kelamin, pekerjaan dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencangkup kondisi tempat tinggal, serta apakah pasien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nanti nya berguna bagi perencanaan pulang (Discharge Planning) a. Keluhan Utama Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus O2 dan CO2 antara lain batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea, wheezing, stridor dan nyeri dada. 1. Batuk Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk (misal : satu minggu, tiga bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktivitas. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau nonproduktif dan berdahak atau kering. 2. Peningkatan produksi sputum Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial secara normal memproduksi sekitar 3 ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Namun produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan kedaan dari proses patologik, jika terjadi infeksi sputum dapat berwarna kuning atau hijau,, putyih atau kelabu dan jernih.

Pada keadaan edema paru-paru sputum akan berwarna merah muda karena mengandung darah dengan jumlah banyak. 3. Dispnea Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernafas/nafass pendek dan merupakan perasaan subjektif pasien. Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitass. Sebagai contoh, ketika berjalan apakah mengalami dispnea? Perlu dikaji juga kemungkinan timbulnya paroxymal noctural dsipnea dan orthopnea yang berhubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan gagal jantung kiri. b. Riwayat kesehatan masa lalu Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan secara umum perawat perlu menanyakan hal-hal berikut ini : 1) Riwayat merokok : merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa nonperokok. Anamnesis harus mencangkup, hal-hal : a. Usia mulai nya merokok secara rutin b. Rata-rata jumlah rokok yang di hisap perhari c. Usia menghentikan kebiasaan merokok 2) Pengobatan masa kini dan masa lalu 3) Alergi 4) Tempat tinggal c. Riwayat kesehatan keluarga tujuan menayakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga hal : 1) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberlkulosis ditularkan melalui satru orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya. 2) Kelainan/alergi, seperti asma bronkhial, menunjukkan suartu predisposisi keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau orang terdekat. 3) Pasien bronkhitis kronis, mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan bronkhitis melankan hanya memperburuk penyakit tersebut. 2. Kajian Sistem (head to toe) a. Inspeksi

1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk 2) Dada observasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya 3) Tindakan dilakukan dari atas ke bawah 4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisi nya 5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan dan kesimetrisan pergerakkan dada 6) Observasi tipe pernafasan seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma serta penggunaan otot bantu pernafasan 7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan ekspirasi. Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada psien dengan Chronic Airflow Limitation. 8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter antroposterior dengan diameter lateral/transveral (T). Raso normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7 tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien. 9) Kelainan pada bentuk dada : a. Barrel chest Timbul akibat terjadi nya overinflation paru-paru. Terdapat peningkatan diameter AP ; T (1 : 1) sering terjadi pada pasien emfisema b. Funnel chest Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sterum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. c. Pigeon chest d. Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat, e. Kyphoscolyosis Terlihat dengan adanya elevasi skapula yang akan mengganggu pergerakkan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporossis dan kelainan muskuluskeletal lain yang mempengaruhi toraks. 10) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan pergerakkan atau tidak adekuatnya eksoansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau pleura

11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat menimbulkan mengindikasikan obstruksi jalan nafas. b. Palpasi Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakkan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahu vocal/tactile premitus (vibrasi. Palpasi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji kelembutan kulit terutama pasien mengeluh nyeri. Perhatikan getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara. Jenis suara nafas tambahan adalah : 1. Wheezing terdengar selama inspirasi dan ekspirasi dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit 2. Ronchi terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi karakter suara terdengar perlahan, nyaring dan suara mengorok terus menerus. Berhubungan engan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum 3. Pleural friction rub terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut dan suara seperti gesekan akibat inlamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernafas dalam 4. Crackles dibagi menjadi 2 yaitu : a. Fine crackles setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alevoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut gesekan. b. Coarse crackles lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan paru yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk. 3. Pengkajian psikososial Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat setres. Penyakit pernafasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluaraga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan. B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang berhubunagn dengan gangguan pernafasan yang mencangkup difusi dan transportasi sesuat]i dengan klasifikasi NANDA (2005) serta pengembangan dari penulis anttara lain: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, merupakan kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk efektif 2. Kerusakan pertukaran gas, merupakan kondisi terjadinya penurunan intake gas anatara alveoli dari sistem vaskuler 3. Pola nafas tidak efektif, merupakan suatu kondisi tidak adekuanya ventilasi yang disebabkan perubahan pola nafas 4. Intoleransi aktivitas, merupakan kondisi terjadinya penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan 5. Penurunan curah jantung, merupakan kondisi di mana individu mengalami penurunan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung akibat penurunan fungsi jantung 6. Resiko terhadap aspirasi, merupakan kondisi di mana individu beresiko untuk masuknya sekret, bena padat atau cairan ke dalam saluran trakeobronkhial. C. Perencanaan 1. Intervensi umum a. Posisi Posisi pasien dengan masalah respiratori biasanya lebih nyaman jika mereka diberikan posos semifowler b. Kontrol lingkungan Satu-satunya hal penting yang menyebabkan iritasi aluran perbafasan adalah merokok c. Aktivitas dan istirahat Beberapa penyakit akut seperti influenza, memerlukan bedrest selama beberapa hari sebelum dapat beraktivitas normal kembalii d. Oral hyhiene Banyak pasien yang kesulitan bernafas sehingga mereka bernafas melalui mulut akibatnya mukosa mulut menjadi kering dan berisiko menjadi stomatitis. Batuk sering terjadi dan sputum akan mengering. Oleh karena itu ddiperkukan oral higiene untuk pasien dengan masalah repiratory. e. Hidrasi adekuat Hidrasi yang optimal berguna untuk mencegah konstipasi dan ketidakseimbangan cairan serta menolong mengencerkan sekresi bronkopulmonal sehingga mudah dikeluargan. Anjurkan pasien untuk minum 3000-4000 cc/hari, namun sebekumnya pastikan pasen tidak mempunyai riwayat jantung dan ginjal.

f. Pencegahan dan kontrol infeksi Superinfeksi terjaid jika penggunaan obat untuk menangani infeksi juga menghancurkan flora normal tubuh. g. Dukungan psikososial Dukungan psikososial dengan menurunkan kecemasan pasien sangat penting karena kecemasan atau memperburuk gejala seperti dispnea dan bronkospasme. 2. Agen farmakologi respiratori a. Antimicrobials (Antibiotik) Biasanya ampicilin dan tetrasiklin dapat digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru. b. Bronchodilators Obat yang bekerja langsung pada otot broonkus untuk mengurangi bronkospasme. c. Adrenal Glucocorticoids (Prednison)\ Obat yang digunakan untuk mengurangi inflamassi dengan cara mempertebal dinding bronkhial dan memperkecil ukuran lumen bronkhial d. Antitusive Berfungsi untuk menghambat refleks batuk pada pusat batuk. e. Mucolitycs Membantu mengencerkan sekresi pulmonal sehingga sekret dapat dikeluargan. Obat ini diberikan kepada pasien dengan sekresi mukus yang abnormal dan kental. f. Antiallergenic Merupakan antiealergen khusus untuk pasien penderita asma. Antialergen ini menstabilkann mast sel dan menghambat pelepasan mediator tipe I dari reaksi alergi

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"

Tugas Else.docx
May 2020 4
Susunan Panitia.docx
May 2020 11
Bab Ipendahuluan.docx
July 2020 3
Chf Chf.docx
July 2020 6
Bab Ipendahuluan.docx
July 2020 3