ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OBESITAS
Disusun Oleh : 1.
Titania Agustin P. P
(P1337420217092)
2.
Ismi Nurhafifah
(P1337420217105)
3.
Erfin
(P1337420217116)
4.
Melli Dwi R
(P1337420217117)
5.
Syarifatul Fadillah
(P1337420217124)
Kelas II C
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Obesitas. Atas terselesaikannya makalah ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Ibu Walin, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Purwokerto. 2. Ibu Walin, SST, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak 3. Pihak - pihak yang turut berperan dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Obesitas ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca Purwokerto, 15 Agustus 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................................2 B. Rumusan Masalah ......................................................................................3 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................3 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Obesitas ......................................................................................5 B. Etiologi Obesitas ..........................................................................................5 C. Manifestasi Klinis TObesitas .......................................................................6 D. Patofisiologi Obesitas ..................................................................................7 E. Pathway Obesitas .........................................................................................7 F. Klasifikasi Obesitas ........................................................................................ G. Pemeriksaan Diagnostik Obesitas ................................................................8 H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Obesitas ....................................... I. Komplikasi Akibat Obesitas ........................................................................9 J. Pencegahan Obesitas ...................................................................................... K. Cara Penularan Obesitas ................................................................................ L. Asuhan Keperawatan Obesitas ...................................................................11
BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................33 B. Saran.........................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia. WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat (de Onis, 2010).Jika keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (de Onis, 2010). Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%. Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik
68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Dewi MR, 2013). Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Melihat angka diatas, masalah obesitas ini sudah dapat dikatakan berada pada taraf yang mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para orang tua masih belum memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian besar dari mereka tidak atau belum mengerti bahwa obesitas pada anak dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya. Pada saat mereka masih bayi, gemuk akan membuatnya tampak lucu. Akan tetapi, apabila menginjak usia prasekolah (4-6 tahun) status gizi anak masih obesitas, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus orang tua. Apabila hal ini tidak teratasi, berat badan berlebih (bahkan obesitas) akan berlanjut sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Konsekuensi kelebihan berat badan pada anak juga menyangkut kesulitankesulitan dalam psikososial, seperti: diskrikminasi dari teman-teman, selfimage negatif, depresi, dan penurunan sosialisasi. Bahkan penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa banyak anak-anak overweight memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti: hyperlipidemia, hipertensi, atau hyperinsulinemia (Sjarif DR, 2011). Karena terlalu gemuk, proses perkembangan bayi bisa terlambat, misalnya terlambat untuk duduk dan berjalan, dibandingkan dengan bayi yang beratnya normal. Kaki bayi yang kelewat gemuk tidak mampu menahan berat badannya. Selain itu, kegemukan diperkirakan dapat menimbulkan penyakit pernapasan dan umumnya kegemukan ini akan
dibawa sampai dewasa jika sejak dini cara pencegahannya tidak diupayakan. B. TUJUAN 1.
Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada anak yang menderita penyakit obesitas.
2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui Pengertian dari obesitas b. Mengetahui etiologi pada obesitas c. Mengetahui manifestasi klinis pada obesitas d. Mengetahui patofisiologi obesitas e. Mengetahui pathway obesitas f. Mengetahui klasifikasi obesitas g. Mengetahui pemeriksaan penunjang obesitas h. Mengetahui penatalaksanaa medis dan keperawatan obesitas i. Mengetahui komplikasi obesitas j. Mengetahui pencegahan obesitas k. Mengetahui cara penularan obesitas l. Mengetahui asuhan keperawatan t obesitas
C.
RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang dan tujuan di atas maka kami dapat merumuskan masalah dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Apakah pengertian dari obesitas ? 2. Apa etiologi dari obesitas ? 3. Bagaimana Manifestasi klinis obesitas ? 4. Apa patofisiologi terjadinya obesitas ? 5. Bagaimana pathwayobesitas ? 6. Bagaimana klasifikasi dari obesitas ? 7. Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari obeistas ? 8. Apa Penatalaksanaan medis dan keperawatan obesitas ? 9. Apa komplikasi dari obesitas ?
10. Bagaimana pencegahan obesitas ? 11. Bagaimana acara penularan obesitas ? 12. Bagaimana Asuhan keperawatan obesitas?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya. Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri (Sjarif DR, 2011). Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas, yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik, pada anak perempuan indikasi menstruasi dini (Jospe, 2014). Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita yang disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit.orang tua pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam kesehatan anak tersebut. Namun tidak semua anak yang gemuk dikategorikan sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata,selain itu juga memiliki kadar lemak yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. jadi akan kelihata seperti anak yang memiliki obesitas.perlu diketahui obesitas pada anak tidak bisa dilihat dari ukuran badan anak tersebut.dalam hali ini dokter berperan penting untuk memeriksa apakah anak itu termasuk anak yang memiliki obesitas (Klein, 2010). B. Etiologi
Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain pola makan, keturunan, aktivitas, umur, pola pikir dan konsentrasi intake makanan, obat-obatan dan faktor kesehatan. Berikut penjelasannya : 1. Kebiasaan Makan yang Buruk Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan bijibijian (grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah (Gusmiati, 2011). 2. Faktor Keturunan Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang seharusnya ia konsumsi. 3. Tidak Aktif Secara Fisik Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak. Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka (Dewi MR, 2013). 4. Umur Obesitas dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anakanak sampai pada orang dewasa Obesitas dapat terjadi pada balita ketika dalam tubuhnya terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi kalori (energy intake) terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (energy expenditure). Dalam hal ini asupan energi yang berlebihan
tanpa diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang seimbang maka akan mempermudah terjadinya kegemukan atau obesitas pada seorang balita (AN, 2010) 5. Terlalu cepat memberi makanan padat saat bayi Jika memberi makanan terlalu banyak kepada anak, baik itu ASI atau susu formula ataupun makanan padat, itu akan mengakibatkan terlalu banyak kalori yang diterima anak, dan mereka akan belajar makan terlalu banyak. Bayi yang minum susu formula, bukan ASI, berisiko mengalami obesitas jika memulai makanan padat terlalu cepat. 6. Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah selsel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel (IH. Nurul, 2009). 7. Pemberian antibiotik Tidak bisa sembarangan memberi antibiotik pada bayi yang ternyata memiliki efek samping. Sebuah penelitian menemukan, memberi antibiotik pada bayi yang berumur di bawah 6 bulan dapat membuat membuat mereka menjadi anak gemuk. 8. Faktor kesehatan Beberapa
penyakit
bisa
menyebabkan
obesitas,
diantaranya
Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma Prader-Willi dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
C. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya (Klein Jd, 2010). Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas: 1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing. 2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda. 3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan. 4. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu. 5. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Fadillah, 2011).
D. Patofisologi Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put yang keluar – masuk dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi timbunan lemak pada jaringan adiposa khususnya jaringan subkutan. Apabila hal ini terjadi akan timbul berbagai masalah, diantaranya Timbunan lemak pada area abdomen yang emnyebabkan tekanan pada otot-otot diagfragma meningkat sehingga menggagu jalan nafas , BB yang berlebihan menyebabkan aktifitas yang terganggu sehingga mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak nyaman, obat-obatan golongan steroid yang memicu nafsu makan tidak terkontrol mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan diri karena timbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya (Fadilah, 2011)
E. Pathway
Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/supleme Pola makan yg adekuat BB meningkat
Intake dan output tidak seimbang
mudah lelah
Akumulasi lemak pd abdomen
aktifitas terganggu
Tekanan pd otot difragma
BB meningkat
Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari kebutuhan
intoleransi aktivitas
Mengganggu jalan nafas Sesak nafas Pola nafas tidak efektif
F. Klasifikasi Ada Rumus Untuk menentukan obesitas Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut : Nilai IMT yang diukur – Median Nilai IMT (referensi) Z-Skor = ------------------------------------------------------------Standar Deviasi dari standar/referensi Bagaimana klasifikasi status gizinya?. Klasifikasi dapat dilakukan menurut berbagai lembaga. Klasifikasi WHO agak sedikit berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi pada IMT yang dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO
Nilai Z-skor
Klasifikasi
z-skor ≥ +2
Overweight (kelebihan berat badan atau gemuk)
-2 < z-skor < +2
Normal
-3 < z-skor < -2
Kurus
z-skor < -3
Sangat kurus
Klasifikasi menurut Kemenkes RI (2010) dibedakan pada kelompok usia 0-60 bulan dengan kelompok usia 5-18 bulan. Klasifikasi IMT untuk usia 0-60 bulan disajikan pada Tabel 2, sedangkan klasifikasi IMT untuk anak usia 5-18 tahun disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 0-60 bulan
Nilai Z-skor
Klasifikasi
z-skor ≥ +2
Gemuk
-2 < z-skor < +2
Normal
-3 < z-skor < -2
Kurus
z-skor < -3
Sangat kurus
Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
Nilai Z-skor
Klasifikasi
z-skor ≥ +2
Obesitas
+1 < z-skor < +2
Gemuk
-2 < z-skor < +1
Normal
-3 < z-skor < -2
Kurus
z-skor < -3
Sangat kurus
Sekarang untuk menghitung z-skor IMT/U tersebut bukan hal yang susah lagi. Kemajuan teknologi mempermudah hal itu G. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009). Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah: 1) Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan ke perluan khusus. 2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan. 3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gamba ran perubahan status gizi dari waktu ke waktu. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, s eperti tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu
H. Penalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis 2. Penatalaksanaan keperawatan
I. Komplikasi Obesitas
Obesitas, terutamanya obesitas sentral, meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL yang rendah, yaitu faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner. Mekanisme yang menghubungkan semua kondisi ini adalah kompleks dan kemungkinan berhubungan antara satu sama lain. Sebagai contoh, obesitas berkaitan dengan resistensi terhadap insulin dan hiperinsulinemia, ciri-ciri penting dari diabetes tipe 2, dan penurunan berat badan memperbaiki kondisi kesehatan (Champe & Harvey, 2008). Komplikasi
lain
termasuklah
steatohepatitis,
cholelithiasis,
sindroma hipoventilasi, osteoarthritis, stroke iskemik, serta meningkatnya resiko kanker payudara dan endometrium (akibat peningkatan kadar estrogen pada individu obesitas). Obesitas yang berat merupakan faktor
predisposisi
untuk
terjadinya
penyakit
sendi
degeneratif
(osteoartritis). Artritis tipe ini sering muncul pada individu lanjut usia, merupakan efek kumulatif daipada beban yang harus ditanggung oleh sendi. Semakin besar beban lemak tubuh, semakin besar trauma pada sendi mengikut peredaran waktu (Burns, 2008).
J. Pencegahan Obesitas ada tingkat individual (WHO, 2014), obesitas dapat dicegah dengan: 1. Membatasi karbohidrat.
asupan
makanan
yang
mengandung
lemak
dan
2. Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, termasuk tumbuhan polong-polongan, gandum murni dan kacang-kacangan. 3. Melakukan aktivitas fisik secara teratur (60 menit perhari untuk anakanak dan 150 menit perhari untuk dewasa). Selain itu, pencegahan juga perlu dilakukan pada tingkat masyarakat (WHO, 2014), yaitu : 1.
Mendukung individu untuk mengikuti pencegahan di atas, melalui komitmen politik berkelanjutan dan kerja sama dari banyak pihak publik dan swasta.
2.
Memberikan sarana untuk pelaksanaan aktivitas fisik dan menyediakan pilihan makanan sehat yang dapat dijangkau oleh semua masyarakat, terutama masyarakat miskin.
L. Konsep Asuhan keperawatan dengan obesitas pada anak A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita obesitas c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik : a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan. d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening
4. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme,
hipogonadisme,
sindrom
cushing
(peningkatan kadar insulin). 5. Pola fungsi kesehatan a)
Aktivitas istirahat Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas.
b)
Sirkulasi Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c)
Makanan / cairan Mencerna makanan berlebihan
d)
Kenyamanan Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang
e)
Pernafasan Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f)
Seksualitas Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi danamenouria
B. Analisa Data
No 1.
Data Fokus DS : -
Etiologi Intake
Sejak umur 3 bulan sudah
makanan
diberi makan berupa
yang lebih
Masalah Keperawatan Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
bubur, setiap rewel langsung memberikan makan. -
An. A diberi susu formula dengan takaran susu formula balita 10 gram/30 ml dengan tambahan gula pasir 1 sdt, sekali ngedot 180 ml, sebanyak 8x sehari, serutan pisang ambon 50 gram, dan bubur sun beras merah 30 gram/porsi, diberikan 3x sehari.
DO : -
An. A tampak sangat gemuk dibandingkan bayi lain seusianya
-
An. A memiliki TB 68 cm dan BB 15 kg.
2.
DS : -
Sindrom Orang tua An.A mengatakan bahwa An.A sesak nafas dan menangis tidak berhenti selama 1 jam.
DO :
hipoventilasi
Ketidakefektifan pola nafas
-
Nadi : 120 x/menit, TD : 80/60 mmHh, suhu 37 C, RR : 46 x/menit.
3.
DS : -
Ketidakseimban Orangtuanya mengatakan
gan antara suplai
kalau anak A kurang aktif
dan
dalam beraktifitas dan
oksigen/
kesulitan mobilitas.
hidup monoton
Intoleransi aktivitas
kebutuhan gaya
DO : -
An.A tampak lemas, tidak bersemangat.
-
An.A tampak sulit untuk bergerak
C. Diagnosa keperawatan 1.
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang lebih
2.
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
dengan
sindrom
hipoventilasi 3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen/ gaya hidup monoton
D. Intervensi No
DIAGNOSA
1
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan
Definisi :
NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi
NIC NIC : Weight Management 1.
Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, peningkatan BB dan
keadaaan individu
NOC : Weight Control
yang mengalami asupan nutrisi
No Indikator
melebihi kebutuhan
1.
BB
metabolic
2.
Intake
1
makanan dan cairan
batasan karakteristik : -
-
-
-
-
penurunan BB Diskusikan bersama pasien mengani kondisi 3 4 medis 5 yang dapat mempengaruhi BB 3. Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB 4. Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB 5. Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan 6. Perkirakan BB badan ideal pasien 2.
3.
Output
makanan Pemusatan Intake nutrisi harian dan cairan Disfungsi pola 4 Energi makan (seperti 5 Aktivitas makan sambil melakukan Keterangan : aktivitas lain) Makan 1. Sangat Berat sebagai respon ter 2. Berat hadap 3. Sedang pengaruh eksterna 4. Ringan l (seperti situasi 5. Tidak ada sosial) Makan sebagai respon ter X : Sebelum intervensi hadap Y : Setelah intervensi pengaruh internal (seperti kecemasa n) Tingkat aktivitas yang rendah Skinfold triceps wanita > 25 mm, laki-laki > 15 mm BB lebih besar 20% dari BB ideal
2
Faktor yang berhubungan Peningkatan intake yang berhubungan dengan kebutuhan metabolisme
2
Ketidakefektifan
Tujuan : Setelah dilakukan
NIC :
pola nafas
asuhan keperawatan selama 3
bantuan ventilasi
berhubungan
x 24jam diharapkan pola
dengan sindrom
nafas efektif
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
hipoventilasi Definisi : Inspirasi dan / ekspirasi yang
2. Posisikan untuk
NOC : Status pernafasan :
meringankan dipsneu
ventilasi
3. Monitor oksigenasi,
tidak memberi ventilasi adekuat. Batas karakteristik : -bradipneu -dipsneu
Indikato
o
r
4. Monitor ttv
1.
RR
5. Inisiasi upaya
2.
Kedala man
-pola nafas apnormal
inspirasi
Faktor yang berhubungan :
3.
si
Sindrom hipoventilasi.
Frekuen
4
Volume tidal
5
Otot bantu nafas
6
Irama
1
2
3
4
5 BGA, SaO2, O2.
N
resusitasi dengan tepat.
pernafas an 7
Dipsneu
Keterangan : 6. Sangat Berat 7. Berat 8. Sedang 9. Ringan 10. Tidak ada
X : Sebelum intervensi Y : Setelah intervensi 3
Intoleransi Aktivitas Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan a ktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan Karakteristik : - Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas - Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas - Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia - Perubahan EKG yang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan aktivitas pasien kembali normal
NIC : Activity Therapy 1.
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang NOC : Activity Tolerance tepat 2. Bantu klien untuk No Indikator 1 2 3 mengidentifikasi 4 5 aktivitas yang mampu 1 Energi dilakukan 3. Bantu untuk memilih 2 TTV aktivitas konsisten yang 3 Status sesuai dengan kemampuan fisik, kardiopulmonari psikologi dan social 4 kelemahan 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan 5 ADLs mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Keterangan : 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti 1. Tidak adekuat kursi roda, krek
-
mencerminkan iskemia Ketidaknyamanan setelah beraktivitas Dipsnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemah
Faktor Yang Berhubungan : Tirah Baring atau imobilisasi Kelemahan umum Ketidakseimba ngan antara suplai dan kebutuhan oksigen Imobilitas Gaya hidup monoton
2. Sedikit adekuat 3. Cukup adekuat 4. Sebagian adekuat 5. Adekuat
X : Sebelum intervensi Y : Setelah intervensi
6.
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
E. Implementasi Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
F. Evaluasi Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau
tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan Pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun
struktural
dalam
arti
sebagian
atau
menyeluruh.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari faktor internal (genetik), prenatal, sampai postnatal. Untuk mendapatkan tumbuh kembang anak yang optimal maka
petugas
kesehatan
maupun
orangtua
anak
diharapkan
mengetahui faktor-faktor tersebut. Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa, karena penyebab obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Penurunan berat badan bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas anak. Perubahan pola makan dan peri laku hidup sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta orang tua memegang
peranan
penting
dalam
penangan
anak
obesitas.Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas
karena
pencegahan
lebih
mudah
daripada
pengobatan.Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.
Seringkali banyak orangtua menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat, gemuk dan terlihat lucu.Sekilas anak yang gemuk memang terlihat lucu dan menggemaskan, bahkan ada ungkapan jikalau anak gemuk berarti sehat.Tak heran jika banyak produk kesehatan ataupun makanan untuk anak atau balita lebih menekankan pada upaya menambah berat. Pola pemahaman seperti itu mungkin tidak berlaku, karena anak gemuk mempunyai faktor risiko bagi kesehatan.Indikator kesehatan bagi anak atau balita juga tidak hanya ditentukan melalui berat badan.Berat badan yang berlebih biasa disebut dengan obesitas, obesitas dikhawatirkan memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan anak.
B.
Saran
Jadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal wajib bagi keluarga. Jika Anda melakukannya, kebiasaan itu akan menjadi pola hidup bagi anak-anak Anda, yang akan terbawa hingga dewasa. Apa yang dapat dilakukan Orang Tua ? Beli dan sajikan lebih banyak buah dan sayuran daripada makanan yang siap olah. Batasi minuman ringan, minuman yang manis-manis, dan camilan manis yang kaya lemak. Sebaliknya, berikan air atau susu rendah lemak dan camilan yang sehat. Memasaklah dengan metode rendah lemak, seperti memanggang dan mengukus, ketimbang menggoreng. Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil. Jangan gunakan makanan sebagai upah atau suap. Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat membuat mereka makan berlebihan setelah itu. Makanlah di meja makan. Makan di depan TV atau layar komputer
membuat orang tidak menyadari seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah kenyang. Anjurkan gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali. Batasi waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game. Rencanakan kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti pergi ke kebun binatang, berenang, atau bermain di taman. Suruhlah anakanak melakukan pekerjaan fisik. Berilah contoh dalam pola makan yang sehat dan olahraga.
DAFTAR PUSTAKA Onis, Mercedes de et al, 2010. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool children. American Journal of Clinical Nutrition 2010;92:1257–64. Dewi, MR., Sidiartha, IGL., 2013. Prevalensi Dan Faktor Risiko Obesitas Anak Sekolah Dasar Di Syarif DR. 2011. Obesitas dan permasalahannya. Dalam : Trihono PP, Syarif D, Hegar B, Gunardi H. Hot topic in pediatrics II. Jakarta: balai penerbit FKUI. 21934. Abruscato, Joseph. 2014. Teaching Children Science. America: Allyn & Bacon. Gusmiati. (2011). Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Busa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Zuriah, Nurul 2009.Metode Penelitian Sosial dan pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Betz Baonk. 2017. Makalah dan Konsep Asuhan Keperawatan Obesitas Pada Anak. Diakses pada 4 oktober 2018 dari http://www.academia.edu/37091707/MAKALAH_DAN_KONSEP_ASUHAN_K EPERAWATAN_OBESITAS_PADA_ANAK Harvey R.A., Champe P.C. 2009. Pharmacology. 4nd ed. China: Lippincott William & Wilkins.p.249-60. Burns, N., & Grove, S. K. (2008). The practice of nursing research: appraisal, synthesis, and generation of evidence, (6th ed). Missouri: Saunders Elseiver. WHO, 2010. Childhood Overweight and Obesity. Diakses pada 6 maret 2010 dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood/en/