Tugas Bimbingan Dan Konseling.docx

  • Uploaded by: Bargawa Cules EL Barca
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bimbingan Dan Konseling.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,813
  • Pages: 20
1. a. Perbedaan Bimbingan dan Konseling Perbedaan ini terletak pada isi dari kegiatan dan juga tenaga dari yang menyelenggarakannya. Dari segi isi, bimbingan akan lebih banyak bersangkutan dengan mendapatkan atau di beri informasi dan kegitan mengumpulkan data mengenai siswa yang sedang ditangani dan sedikit lebih menekan pada pencegahan. Sedangkan konseling merupakan kegiatan yang sering dilakukan secara langsung atau tatap muka antara konselor dan konseli. Dari segi tenaga konselor dapat dilakukan oleh orang tua, wali kelas, kepala sekolah, guru, orang dewasa atau yang lainnya. Namun Konseling ini hanya dapat di lakukan oleh orang yang sudah mempunyai ilmu atau pengetahuan di bidang ini, dengan kata lain konseling adalah bentuk yang khusus dari bimbingan yang di lakukan oleh konselor kepada konseli. b. pentingnya bimbingan dan konseling di perguruan tinggi Alasan Diperlukannya Bimbingan di Perguruan Tinggi 1) Problema mahasiswa Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah kemandirian,baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi,maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa. Untuk mengembangkan diri dan menghindari,seratamengatasi hambatan dan problema tersebut diperlukan bimbingan dari para dosen yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip “Tut Wuri Handayani.” Secara keseluruhan problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan atas dua kategori,yaitu problema studi dan problema sosial pribadi. 2) Problema studi Merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam merencanakan,melaksanakan,dan memaksimalkan perkembangan belajarnya. Beberapa problema studi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut: 1) Kesulitan dalam memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia. 2) Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan banyaknyatuntutan dan aktivitas perkuliahan,serta kegiatan kemahasiswaan lainnya. 3) Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku-buku sumber 4) Kesulitan dalam menyusun makalah,laporan,dan tugas akhir. 5) Kesulitan dalam mempelajari buku-buku yang berbehasa asing,khususnya bahasa inggris 6) Kurangnya minat trehadap profesi. 3) Problema sosial pribadi Merupakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial,baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa problema sosial pribadi yang mungkin dihadapi mahasiswa sebagai berikut: 1) Kesulitan ekonomi/biaya kuliah 2) Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal. 3) Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa,khususnya mahasiwa pendatang

4) Kesulitan karena masalah-masalah keluarga 5) Kesulitan karena masalah-masalah pribadic. perbedaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah dan perguruan tinggi

2. a. perbedaan prinsip, dasar dan landasan dalam bimbingan dan konseling beserta contohnya Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut.  Prinsip-prinsip Umum Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Antara lain: 1. Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalamanpengalamannya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut. 2. Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing. 3. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitankesulitannya. 4. Program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah. 5. Pelaksanaan program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah bersangkutan. 6. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan rencana yang dirumuskan terdahulu. 7. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing Asas-asas Bimbingan dan Konseling Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu:  Asas Kerahasiaan Asas ini memiliki makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab keberhasilan layanan ini akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya.  Asas Keterbukaan Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan, pikiran, dan keinginannya yang

diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya, dan konselor pun dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh klien.  Asas Kesukarelaan Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilamana konselor cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan ada acara lain;badan atau perasaan tidak enak;sedang punya masalah yang agak serius, dan sebagainya. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan ini tidak terwujud, kalau mereka paksakan untuk melakukan konsultasi. Sebaliknya jika klien tidak mau dengan sukarela mengemukakan permasalahannya, maka konsultasi ini tidak mungkin berlangsung secara efektif.  Asas Kekinian Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini. Apa yang dirasakan dan dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam mencarikan pemecahannnya. Konselor jangan terperangkap dalam pembicaraan tentang masalah-masalah yang tidak lagi menjadi persoalan yang sedang dihadapi klien.  Asas Kegiatan Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik, bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang telah disampaikannya.  Asas Kedinamisan Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kea rah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan perubahan menuju pada suatu kemajuan.  Asas Keterpaduan Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru.  Asas Kenormatifan Maksud dari asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.  Asas Keahlian Layanan bimbingan dan konseling adalah professional, oleh karena itu tidak mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus. Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar professional.  Asas Alih Tangan Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bias dan serba tahu, sehingga dalam pemberian layanan

ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut di luar bidang keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.  Asas Tut Wuri Handayani Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dengan kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien sendirilah yang harus membuat keputusan b. perbedaan pendekatan, metode, teknik dan strategi layanan bimbingan dan konseling beserta contoh kasus 1. Pengertian Pendekatan Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan.1 Jadi pendekatan bimbingan dan konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. 2. Macam-macam Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling a. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling Dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling ada beberapa pendekatan, antara lain : 2 1) Pendekatan Non Ilmiah (Non Scientific Approach) Pendekatan Non Ilmiah ini tidak didasarkan atas hal-hal yang obyektif, nyata, dan tidak dapat diuji oleh pihak lain. 2) Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan ini berdasar atas hasil wawancara, hasil penelitian prestasi belajar, hasil tes, dsb. Jadi, pendekatan ini berdasarkan atas hal-hal yang objektif, tidak spekulatif, orang lain dapat mengeceknya. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. B. 1.

Pengertian Metode dan Macam-macam Metode dalam bimbingan dan konseling Pengertian Metode Kata metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan, jadi metode secara harfiah, adalah “jalan yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian sesungguhnya dari metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan dan konseling berlangsung dan bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri termasuk metode juga dan sarana non-fisik seperti kurukulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dengan melalui seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri, dan lain sebagainya.3 2. Metode-metode Bimbingan dan konseling Metode dapat dikatakan suatu jalur atau cara yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan. Secara umum, ada dua metode dalam bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bimbingan individual dan bimbingan kelompok. Metode bimbingan kelompok dikenal dengan group guidance sedangkan metode bimbingan individual

dikenal dengan individual counseling. Adapun macam-macam metode dalam bimbingan dan konseling yaitu : a. Bimbingan Individual Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing (konselor ) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa (klien). Masalah – masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah – masalah yang bersifat pribadi.4 Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah – masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. Setidaknya ada tiga cara konseling dalam metode individual yang biasa dilakukan, yaitu 5 1) Konseling Direktif (Directive counselling) Konseling dengan metode ini, dalam prosesnya yang aktif atau yang paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu, konselor juga memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien secara langsung tanpa melalui perantara apapun. 2)

Konseling Non-Direktif (Non-Directive Counselling) Konseling nondirektif dikembangkan berdasarkan teori client centered (Konseling yang berpusat pada klien atau siswa). Dalam praktiknya, konselor hanya menampung pembicaraan dan mengarahkan. Klien atau konseli bebas berbicara tanpa ada paksaan dari siapapun. Metode ini tentu sulit di terapkan untuk siswa yang berkepribadian tertutup (introvet), karena siswa dengan kepribadian tertutup biasanya pendiam akan sulit diajak bicara. Dalam metode ini, proses komunikasi (wawancara konseling) terjadi atas kehendak atau inisiatif klien sendiri untuk konsultasi dan dalam prosesnya klien yang berperan lebih aktif. 3) Konseling Ekletif (Ecletive Counselling) Penerapan metode dalam konseling adalah dalam keadaan tertentu konselor menasehati dan mengarahkan konseli (siswa) sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain konselor memberikan kebeasan kepada konseli (siswa) untuk berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja. Berdasarkan pernyataan diatas, itulah yang disebut metode elektif yaitu penggapungan kedua metode antara metode direktif dan metode nondirektif. b. Bimbingan Kelompok Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok, yaitu yang disarankan bersama oleh kelompok (beberapa orang siswa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang disarankan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.

Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama atau individu yang menghadapi masalah dengan menempatkanya dalaam kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok adalah: Metode-metode diatas biasanya sering dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dimana terdapat pemimpin kelompok (leader) dan anggota kelompok yang menggunakan dinamika kelompok.

1)

2)

3)

4)

5)

6)

Adapun beberapa jenis metode kelompok yang dapat diterpakan di kehidupan kelompok, diantaranya : Program Home Room Program ini dilakukan dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efesien dalam bentuk bimbingan kelompok. Dalam praktiknya, guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, menampung pendapat, merencanakan suatu solusi dan sebagainya. Karyawisata Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita. Diskusi kelompok Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Organisasi Siswa Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah siswa yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisasi siswa dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa. Sosiodrama dan Psikodrama Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Sedangkan Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama yang berkaitan dengan psikis yang dialami individu. Perbedaannya terletak pada masalah yang dibawakan. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran tersebut kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalah. Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. C. Pengertian dan Macam-macam Teknik dalam Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Teknik dalam bimbingan dan konseling Teknik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi, teknik bimbingan dan konseling adalah suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling. 2. Teknik-Teknik Bimbingan dan Konseling Dalam bimbingan dan konseling tidak hanya memerlukan metode yang tepat dalam menyelesaikan suatu masalah dari klien. Melainkan teknik yang tepat juga sangat diperlukan dalam bimbingan dan konseling. Diperlukannya pembiasaan terhadap macammacam teknik yang ada dalam praktiknya. Diperlukan ekspreimentasi dan observasi terusmenerus untuk mengembangkan teknik bimbingan dan konseling. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan diera ini, diantaranya6 : a. Teknik Rapport Suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien dan masalahnya. b. Perilaku Attending Upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Tujuan dari teknik ini adalah memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Teknik ini mengambarkan bagaimana konselor menerima klien dalam proses konseling agar klien merasa diterima dalam proses konseling. c. Teknik Structuring Proses penetapan batasan oleh konselor tetang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Teknik ini memberikan kerangka kerja kepada klien dimana secara umum peranan koselor diketahui oleh klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi konselor. d. Empati Kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan ole klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Menurut Daniel Goleman kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperan dalam pergulata dalam arena kehidupan. e. Refleksi Perasaan Suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien.selain itu refleksi perasaan juga merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dilakukan dan sebelum pemberi informasi serta tahap interpretasi dimulai. f. Teknik Eksplorasi

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

Ketrampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Teknik Paraphrasing Tujuan paraphrase adalah mengatakan kembali esensi antau inti ungkapan klien. Sering kali klien mengemukakan pikiran, ide, perasaan, pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Teknik Bertanya Konselor harus memiliki ketrampilan bertanya karena pada umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipirkan klien. Dorongan Minimal Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Konselor harus mampu memberikan dorongan minimal kepada klien atau suatu dorongan langsung yang dikatakan dengan klien. Dorongan minimal diberikan kepada klienketika klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan pikirannya. Interpretasi Usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu. Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru. Teknik Mengarahkan Proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien dan hal itu harus ada ajakan dan arahan dari konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Dalam proses konseling, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan agar pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan. Membuat kesimpulan bersama perlu dilakukan agar klien memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa keputusan tentang dirinya menjadi tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanya membantu. Tujuan utama menyimpulkan sementara adalah untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari halhal yang telah dibicarakan. Selain itu juga untuk meyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap dan meningkatkan kualitas diskusi. Teknik Lead (Teknik Memimpin) Konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien. Arti memimpin dalam konseling ada 2 yaitu yang pertama menujukkan keadaan dimana konselor berada didalam atau diluar pikiran klien. Yang kedua yaitu keadaan dimana konselor mengarahkan pikiran klien kepada penerimaan perkataan konselor. Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujua konseling. Teknik Fokus Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien (wawancara konseling). Ada 4 macam fokus

o.

p.

q.

r.

s.

t.

u.

v.

dalam konseling yaitu fokus pada klien, fokus pada orang lain, fokus pada topik dan fokus mengenai budaya. Teknik Konfrontasi Suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan dari teknik ini adalah mendorong klien untuk mengadakan penelitian secara jujur, meningkatkan potensi klien, membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyatadi lingkungan. Teknik Menjernihkan (Clarifying Technic) Teknik dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau agak meragukan. Tujuan dari teknik ini adalah mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis. Selain itu tujuan lainnya adalah mengulang dan mengilustrasikan perasaannya. Memudahkan (Facilitating) Suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara singkat. Teknik Diam Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi melalui perilaku non verbal. Waktu diam sekitar 5-10 detik atau sesuai dengan feeling konselor. Beberapa Arti/makna diam adalah penolakan/kebingungan klien, klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa yang selanjutnya, kebingungan yang didorong oleh kecemasan/kebencian, klien mengalami perasaa sakit dan tidak siap untuk berbicara. Klien mengharapkan sesuatu dari konselor, klien sedang memikirkan apa yang dikatakan dan klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional yang sebelumnya. Tujuan dari teknik adalah menanti klien yang sedang berfikir, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit dan menunjang perilaku dan empati sehingga klien bebaas berbicara. Mengambil Inisiatif Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diamn dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan katakata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Memberi Nasihat Dalam konselig, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien memintanya, akan tetapi konselor tetap harus mempertimbangkannya. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam konseling. Apabila klien masih dinasehati berarti klien belum mandiri. Dalam pemberian nasihat harus tetap dijaga yaitu kemandirian klien tetap tercapai. Pemberian Informasi Konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahui ketika tidak mengetahui suatu informasi sedangkan klien memintanya dan sebaliknya apabila konselor mengetahui, sebaiknya diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri. Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk melakukan suatu tindakan guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama antara konselor dengan klien. w. Menyimpulkan Pada akhir konselig, bersama klien konselor membuat kesimpulan atau konselor membantu klien membuat suatu kesimpulan yang menyangkut bagaimana keadaan perasaan klien saat inni terutama menyangkut kecemasannya akibat masalah yang dihadapinya, memantapkan rencana klien dan pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya. x. Teknik Mengakhiri (Menutup Sesi Konseling) Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara mengatakan bahwa waktu sudah habis, merangkum isi pembicaraan, menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang (menetapkan jadwal pertemuan sesi berikutnya), mengajak klie berdiri dengan isyarat gerak tangan, menunjukkan catatan-catatan sigkat hasil pembicaraan konseling, dan memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan 3. Program BK di sekolah A.

PERENCANAAN PROGRAM Berdasarkan program semester ganjil yang telah dibuat tahun pelajaran 2016/2017 memuat beberapa perencanaan program untuk memberikan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik khususnya kelas VII MTs NU Islamiyah. Namun, hanya ada dua perencanaan program yang akan dibahas dalam laporan penyusunan program ini, diantaranya yaitu bimbingan dan konseling bahaya Minuman keras dan pergaulan bebas.

Perencanaan program tersebut masing-masing memuat : a. Sasaran kegiatan program b. Substansi kegiatan program c. Jenis kegiatan program serta alat bantu yang digunakan d. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat e. Waktu dan tempat kegiatan program. Rencana kegiatan Bimbingan dan Konseling pada semester ganjil ini meliputi kegiatan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor (guru BK).

B.

PELAKSANAAN PROGRAM Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling bahaya Minuman keras dan pergaulan bebas terhadap siswa-siswi kelas VII NU Islamiyah jatibarang akan dilaksanakan masing-masing1x atau 2x kali dalam satu semester.

1. Bersama pendidik dan personil sekolah lainnya, konselor (guru BK) berpartisipasisecara aktif dalam kegiatan program semester yang telah dibuat. 2. Program Bimbigan dan Konseling bahaya pergaulan bebas yang direncananakan dilaksanakan sesuai sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. 3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Bahaya Pergaulan Bebas : Di luar jam pelajaran sekolah : 1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, bimbingan kelompok, konseling secara pribadi, dan kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan diluar kelas. 2) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik di luar jam sekolah akan lebih efektif dengan 2 jam pelajaran tatap muka dalam kelas. 3) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik di luar jam pelajaran akan lebih baik diadakan untuk kelas VII MTs sendiri bertempat di lapangan sekolah atau ruangan khusus. -

Untuk kegiatan BK bahaya Pergaulan bebas dilaksanakan di minggu pertama bulan September semester ganjil setelah kegiatan tadarus di kelas yaitu pukul 07.15-07.30 WIB.

4) Kegiatan BK bahaya dan pergaulan bebas dicatat dan di inventariskan dalam laporan pelaksanaan program. 5)

Program pembinaan tersebut dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronkan program dengan suatu kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ektra kulikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah.

C.

KESESUAIAN PELAKSANAAN PROGRAM Program Bimbingan dan Konseling bahaya pergaulan bebas diprogramkan untuk kelas VII MTs NU Islamiyah dikarenakan mereka yang melakukan pergaulan bebas, diantaranya adalah merokok dan perpacaran di lingkungan sekolah, di rumah, maupun di

lingkungan masyarakat, dan sering juga membolos saat jam pelajaran berlangsung hanya karena ingin bermain diluar sekolah. Maka dari itu untuk menghindari adanya kegiatan yang lebih berdampak pada akibat adanya pergaulan bebas, yaitu penyalahgunaan prilaku dan tindakan antara hubungan dengan lawan jenis yang terlalu berlebihan dan penyalahgunaan komunikasi dengan menggunakan akun facebook atau pun sosial media lainya yang berdampak pada pergaulan untuk kelas VII MTs NU Islamiyah yang telah disetujui juga oleh kepala sekolah. Dengan demikian harapan dari kegiatan tersebut program akan meminimalisir adanya penyalahgunaan prilaku peserta didik dan menghapus akun facebook yang berdampak buruk bagi siswa tersebut, dan harus lebih hati-hati dalam menjaga serta tingkatkan pengawasan terhadap anak didik tersebut baik di lingkungan sekolah maupun luar jam sekolah, agar tidak terjerumus dalam perbuaatan yang menyimpang dari norma kesopanan, hukum, dan agama. Program Bimbingan dan Konseling bahaya pergaulan bebas telah disesuiakan dengan tepat sasaran yaitu siswa-siswi kelas VII MTs NU Islamiyah, karena siswa-siswi kelas VII MTs tersebut dianggap masih labil dan rawan terhadap maraknya kenakalan pelajar tingkat menengah, berbeda dengan siswa-siswi kelas VII biasanya cenderung masih malu-malu dan masih menyesuaikan (adaptasi). Berbeda dengan siswa-siswi kelas VII mereka akan mengikuti zaman modern yang tidak mau ketinggalan dalam mengikuti kebiasaan zaman sekarang ini sehingga rata-rata banyak yang melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan sekolah maupun aturan agama.

D. KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM Berikut adalah beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling Bahaya Pergaulan Bebas siswa-siswi kelas VII Mts NU Islamiyah : 1) Kurangnya kesadaran diri dari masing-masing siswa untuk ikut serta dalam kegiatan program Bimbingan dan Konseling bahaya pergaulan bebas pecandu facebook, sehingga ada yang tidak ikut partisipasi dalam program tersebut. 2) Kurangnya keperdulian dari wali kelas dan wali murid masing-masing, dalam mengajak dan mendampingi kegiatan program pembinaan bahaya pergaulan bebas.

3) Tempat yang kurang memadai yaitu di ruangan yang masih terbuka (umum) menjadikan siswa-siswi kelas VII tidak mendengarkan dan memperhatikan, dan menjadikan tempat kurang kondusif banyak yang bercanda gurau sehingga mengganggu konsentrasi konselor (guru BK).

E.

EVALUASI PROGRAM Sebagai upaya pendidikan, khususnya dalam rangka pengembangan kompetensi siswa, hasil-hasil layanan Bimbingan dan Konseling harus dinilai, baik melalui penilaian terhadap hasil program maupun proses pelaksanaannya. Penilaian ini dapat dipakai selanjutnya untuk melihat keefektifan program di satu sisi, dan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangannya di sisi lain.

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui : -

Penilaian segera (langsung), merupakan tahap awal yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya program bimbingan tersebut.

-

Penilaian jangka pendek, merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan setelah satu (atau lebih) jenis program dilaksankan selang beberapa hari sampai paling lama satu semester.

-

Penilaian jangka panjang, merupakan kegiatan penilaian lebih menyeluruh setelah satu waktu dilaksanakannya program dengan selang waktu tertentu, seperti satu semester.

2. Hasil penilaian kegiatan program dicantumkan dalam laporan pelaksanaan program. Hasil kegiatan program secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

F.

ANALISIS PEMECAHAN PROGRAM Setelah pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling dievaluasi, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka analisis atau dicari penyebab ketidakstabilan layanan suatu kegiatan Bimbingan dan Konseling tersebut, dengan melihat program apakah dibutuhkan atau apakah proses pelaksanaan tidak sesuai dengan waktu, suasana, tempat dan lingkungan. Sebagai perbaikan, program yang telah dianalisis di tindak lanjuti agar di masa mendatang lebih baik lagi hasilnya. Dan juga perlu adanya penambahan program-program yang dapat membantu mengurangi kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif yang bisa merusak moral anak.

Dengan demikian diharapkan ada hasil yang maksimal dari adanya suatu program yang telah diatur oleh konselor yang telah disetujui oleh kepala sekolah agar dapat bermanfaat bagi konselor itu sendiri, sehingga akan berdampak juga dengan tujuan utama dlaksanakannya suatu program agar tercapai segala yang diinginkan dan dicita-citakan dari kepeningan sekolah pada umumnya dan khususnya pribadi masing-masing warga yang terkait. 4. Memahami dan menolong siswa yang kurang PD Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional. Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena semuanya itu. Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya.

Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi. 5. a. prinsip-prinsip dan hal yang esensial dalam bimbingan karir Agar bimbingan karier di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah pada umumnya, terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah. Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di Sekolah, adalah sebagai berikut: 1. Seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian kariernya secara tepat. Tidak ada perkecualian, baik itu yang kaya maupun yang miskin, dan faktor-faktor lainnya. 2. Setiap siswa harus memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup. 3. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkernbangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karier. 4. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dan kariernya. 5. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna yang memiliki aplikasi bagi karier di masa depannya. 6. Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat. Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya. 3. Tujuan Bimbingan Karir di Sekolah Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan dari Bimbingan Karir, menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan dari Bimbingan Karir secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan Khusus. Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan,dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman diri siswa. 2. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang dunia kerja. 3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha dalam mempersiapkan diri dari suatu jabatan.

4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan dan melaksanakan keputusan itu. 5. Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita- citakan, termasuk jabatan. Menopang kemampuan berkomusikasi dan bekerja sarna. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karimya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Popon Syarif Arifin (dalam Aryatmi Siswohardjono, 1990:457) mengemukakan bahwa bimbingan karier bertujuan untuk membantu anak dalam rnengembangkan dirinya secara optimal sehingga dapat merencanakan pencapaian pekerjaan sebagai landasan kariernya yang sesuai dengan kernampuannya. Moh. Surya (1988.14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan peralanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal. Dari penjelasan-penjelasan tersebut, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap-sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan uttuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Selain yang telah dikemukakan diatas secara rinci tujuan dari bimbingan karir tersebut ialah membantu para siswa agar : 1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita- citanya yang darinya peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya. 2. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia (karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat kekuasan karir yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidang pekerjaan, pengaruh perkembangan teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa depan. 3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depan. 4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk mengatasi hambatanhambatan tersebut. 5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupan yang serasi, yang sesuai (Depdikbub, Petunjuk Pelaksanaan bimbingan Karir,1985). 6. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik

memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu. 7. Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan factor dan dampak negatif dan memaksirnalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan karir. 8. Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi optimal dalam karir (studi dan kerja), carney, l987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar Santoadi, 2007). Dari uraian diatas nampak bahwa bimbingan karir merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami diri memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik dan diarahkan untuk membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya. 4. Fungsi Bimbingan Karier di Sekolah Layanan birnbingan karier sangat penting beberapa frrngsi. Menurut Popon Syarif Arifin yang bagi siswa karena mempunyai dikutip Aryatmi Siswohardjono (1990), fungsi bimbingan karier adalah sebagi berikut: 1. Fungsi persiapan contoh; Guru pembimbing memberikan informasi tentang jenis-jenis pekerjaan atau informasi mengenai perguruan tinggi/ studi lanjut yang dapat didapatkan oleh siswa. 2. Fungsi pencegahan Contoh; Guru pembimbing dapat memberikan bantuan agar siswa tidak kesulitan di dalarn memahami tentang bakat, minat, kemampuan dan tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga dapat mencegah siswa salah dalam menentukan langkah-langkah dalam menemukan karier yang dikehendaki. 3. Fungsi penempatan dan penyaluran Contoh; Guru pembimbing akan membantu dalam penempatan para siswa pada bidang atau jenis pendidikan, misalnya dalam hal penjurusan atau pelatihan dan pekerjaan sehingga mereka dapat mengambil keputusan sendiri secara bijaksana. 4. Fungsi penyesuaian Contoh; Guru pembimbing membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan jenis-jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitamya. 5. Fungsi pengembangan Contoh; Guru pembimbing membantu siswa dalam mengembangkan seluruh pribadinya secara terarah dan mantab pada minat kerja. Dengan Layanan Bimbingan Karir yang sudah diberikan diharapkan siswa dapat memahami karakteristik dirinya dalam hal minat, nilai-nilai, kecakapan dan cirri-ciri kepribadian serta dapat mengidentifikasikan bidang pekerjaan yang luas, yang mugkin lebih cocok bagi mereka, selanjutnya diharapka siswa dapat menemukan karir dan melaksanakan karir yang efektif serta memberikan kelayakan hidup.

b. faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling beserta upaya mengatasi hambatan tersebut. a) Faktor-faktor kegiatan pendukung Dalam layanan bimbingan konseling 1. Aplikasi instrumentasi data, Aplikasi instrumentasi data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristik dan memahami karakteristik lingkungan. 2. Himpunan data. Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. 3. Kegiatan khusus a.

Konferensi kasus. Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yan dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan kenferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.

b. Kunjungan rumah (Home Visit) Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, dan komitmen bagi terentasnya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua atau keluarga untuk memerantaskan permaslahan klien. c.

Alih Tangan Kasus Alih tangan kasus merupakan kegitan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas pemasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter, serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan

yang lebih tepat dan tuntas atas pemasalahan yangdihadapi melalui pihak yang lebih kompeten.

b) Faktor-faktor kegiatan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling

a.

Kekurangan tenaga bimbingan di sekolah Dalam kasus ini, kekurangan tenaga pembimbing disekolah menyebabkan terlalu berat beban tugas yang harus dipikul dalam pelaksanaan bimbingan disekolah, bilamana tenaga pembimbing jumlahnya sedikit sekali untuk menangani siswa yang begitu banyak tentunya tidak akan efektif dan efisien yang akhirnya akan menjadi kendala bimbingan konseling

b. Kemampuan teknis bimbingan disekolah Tenaga yang ada, yang secara langsung menangani bimbingan disekolah kebanyakan tidak sesuai dengan bidangnya, misalnya kepala sekolah yang masih merangkap jadi guru bimbingan dan lain sebagainya, yang akhirnya proses penaganan dan pelaksanaan tentu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dan tidak tepat sebagaimana mestinya. c.

Sarana dan prasarana Kebanyakan sarana dan prasarana yang digunakan masih merangkap dengan fasilitas lainnya, seperti ruangan bimbingan yang masih menyatu dengan ruang kesehatan, dan lain sebagainya.

d. Organisasi dan administrasi bimbingan Dalam penangan bimbingan disekolah, perlu dilakukan dan ditopang oleh kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa supaya memungkinkn terjadinya suatu kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah, kepala sekolah, guru bidang studi, pihak ketertiban sekolah dan lainya. e.

Supervise bimbingan disekolah Kegiatan supervisi baik oleh kepala sekolah maupun dari kantor wilayah departemen pendidikan nasional masih belum berjalan sebagaimana mestiya. Hambatan ini mungkin akan menyebabkan keterbatasan tenaga professional yang memadai bagi sekolah.

f.

Kurangnya kejasama antar pesonil pelaksanaan program dalam hal ini konselor, pimpinan instansi, penyelanggara pemerintah

g. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan pendidik dan tenaga kependidikan serta yang paling utama adalah konselor terhadap ketentuan atau perundang-undangan yang secara spesifik mengatur pelaksanaan program

a. Seandainya Anda seorang guru BK, bagaimana cara menanggulangi persoalan di atas

Jika saya menjadi guru BK Cara untuk menanggulangi persoalan diatas adalah 1. Dengan mengkaji lebih awal tentang landasan guru sebagai guru BK, berupa perundangundangan, peraturan, kode etik guru, serta kode etik bimbingan dan penyuluhan, dimana dalam hal ini kita tidak akan keliru sebagai guru bimbingan. Dan yang paling utama ialah kuliah sesuai dengan profesi, misalanya kuliah dalam bidang psikologi, atau kuliah dalam jurusan bimbingan dan konseling. 2.

Mengajukan adanya sarana dan prasarana khusus untuk layanan bimbingan dan konseling, seperti yang kita telah ketahui, dari beberapa sekolah yang telah saya kunjungai dimana kebanyakan sarana dan prasarana dalam layanan bimbingan dan konseling itu kurang memadai. Meskipun dalam pengajuan sarana dan prasarana akan memakan waktu yang lama, tetapi setidaknya ada perjuangan.

3. Dalam hal organisasi pada layanan bimbingan dan konseling, seperti apa yang telah kita ketahui organisasi dalam layanan bimbingan dan konseling kita harus tetap berkomunikasi dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan bahkan menjalin komunikasi dengan orang tua siswa.

Related Documents


More Documents from "SULAEMAN FAJRI"