Tugas-besar-perencanaan-geometrik-jalan-docx.docx

  • Uploaded by: eza
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas-besar-perencanaan-geometrik-jalan-docx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,900
  • Pages: 38
Perencanaan Geometrik Secara umum perencanaan geometrik adalah perencanaan bagian-bagian jalan seperti lebar badan dan bahu jalan, tikungan, drainase, jarak pandang, kelandaian, kebebasan samping, lengkung vertikal, jalur lalu lintas, galian dan timbunan serta kombinasi antara bagian-bagian tersebut. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan atau biaya pelaksanaan ruang. Dasar dalam perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Kondisi jalan yang bagus adalah jalan yang mampu melayani arus barang dan jasa dengan baik, dalam segi kapasitas maupun kualitas jalan tersebut. Secara umum, perencanaan jalan meliputi perencanaan geometrik jalan dan perencanaan struktur jalan. Perencanaan struktur jalan, dibagi menjadi 2 macam (Departemen Pekerjaan Umum tahun 1987), yaitu:

- Perencanaan perkerasan jalan baru (New Construction);

- Peningkatan perkerasan jalan lama (Overlay).

1

Klasifikasi Jalan Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus di identifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan. Karena kriteria desain suatu rencana jalan yan ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan rencana. Pada prinsipnya klasifikasi jalan dalam standar desain (baik untuk jalan dalam kota maupun jalan luar kota) didasarkan pada klasifikasi jalan menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku. Klasifikasi menurut fungsi jalan Klasifikasi menurut fungsi jalan Geometrik Antar Kota terbagi atas :

berdasarkan

Tata

Cara

Perencanaan

a. Jalan arteri Merupakan jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. b. Jalan kolektor Merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. c. Jalan local Merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 8 2.2.2 Klasifikasi menurut kelas jalan Klasifikasi menurut kelas jalan Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton (Pasal 11, PP. No.43/1993).

2

Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya ( PPGJR, 1970)

Klasifikasi menurut medan jalan

3

PERHITUNGAN JARAK XA

= -155

YA

= 205

XB

= 145

YB

= -195

XC

= 360

YC

= 245

XD

= 680

YD

= 270

XB - XA

= 145 – (-155)

YB - YA

= 300 XC – XB

= 360 – 145

= -400 YC – YB

= 215 XD – XC

= 680 – 360

YD – YC

= 270 – 245 = 25

= √(𝑋𝐵 − 𝑋𝐴)2 + (𝑌𝐵 − 𝑌𝐴)2 = √(300)2 + (−400)2 = √90000 + 160000 = 500 m

D2

= 245 – (-195) = 440

= 320

D1

= -195 – 205

= √(𝑋𝐶 − 𝑋𝐵)2 + (𝑌𝐶 − 𝑌𝐵)2 = √(215)2 + (440)2

300 680, 270 250 -155, 200 205 360, 245 150 100 50 0 -200 -150 -100 -50 0 50100150200250300350400450500550600650700750 -50 -100 -150 145, -195 -200 -250

= √46225 + 202500 = 489,719 m

D3

= √(𝑋𝐵 − 𝑋𝐴)2 + (𝑌𝐵 − 𝑌𝐴)2 = √(320)2 + (25)2 = √102400 + 625 = 320,975 m 4

PERHITUNGAN SUDUT Δ 𝑥

α AB = 180 – arc tg 𝑦 300

𝑥

α AB = arc tg 𝑦 215

= 180 – arc tg 400

= arc tg 440

= 143,13˚

= 26.042˚ 𝑥

α CD = 180 – arc tg 𝑦 290

= 180 – arc tg 330 = 138,69˚

Δ1

= α AB - α AB = 143,13˚ - 26.042˚ = 117.088˚

Δ2

= α CD - α BC = 138,69˚ - 26.042˚ = 59,491˚

5

Kecepatan rencana Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan setiap bagian jalan raya seperti : tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang dan lain-lain. Kecepatan yang dipilih tersebut adalah kecepatan tertinggi menerus dimana kendaraan dapat berjalan dengan aman dan keamanan itu sepenuhnya tergantung dari bentuk jalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan rencana adalah : a. Kondisi pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan b. Sifat fisik jalan dan keadaan medan disekitarnya c. Cuaca d. Adanya gangguan dari kendaraan lain e. Batasan kecepatan yang diijinkan Kecepatan rencana inilah yang menjadi dasar perencanaan geometrik (alinyemen). Kecepatan rencana dari masing-masing kendaraan dapat ditetapkan pada tabel 2.6

6

Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal atau trase jalan merupakan gambaran badan jalan yang tegak lurus bidang. Pada gambar tersebut akan terlihat apakah jalan tersebut akan merupakan jalan lurus, berbelok kekiri atau ke kanan. Pada perencanaan alinyemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu bagian lurus, dan bagian lengkung yang disebut tikungan. Pada perhitungan alinyemen horizontal terdapat perhitungan yaitu : Bagian Lurus Jalan a. Menentukan titik koordinasi Berdasarkan koordinat.

gambar

rencana

yang

telah

dibuat,

maka

dapat

ditentukan

titik

b. Menentukan panjang garis tangent Dalam perencaan suatu geometrik kita perlu menghitung berapa nilai jarak yang kesmudian digunakan untuk perhitungan tikungan. Dengan mengetahui titik-titik koordinat di setiap tikungan, kita dapat Menentukan jarak trase dari titik A (awal proyek) ke titik B (akhir proyek).

7

Menentukan golongan medan Berfungsi jarak pandang

untuk

menetukan

kelandaian

yang

akan

direncanakan

berdasarkan

Tikungan Dalam merencanakan kriteria, antara lain :

sebuah

tikungan,

haruslah

memenuhi

beberapa

1. Jari-jari lengkung minimum Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e). Untuk pertimbangan perencanaan , panjang jari-jari minimum untuk berbagai variasi kecepatan dapat dilihat pada tabel 2.12 Tabel 2.12 Panjang Jari-Jari Minimum (Dibulatkan) Untuk emak = 10%

Jenis-jenis tikungan Jenis tikungan raya antara lain :

yang

umunya

digunakan

dalam

perencanaan

suatu

jalan

a. Bentuk Lingkaran (Full Circle = FC) Full Circle adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran saja. Tikungan full circle hanya digunakan untuk R (jarijari tikungan) yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar. Jari-jari tikungan untuk tikungan jenis full circle ditunjukan pada tabel 2.13

8

b. Lengkung peralihan (Spiral – Circle – Spiral = S – C – S ) Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan alinyemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran, jadi lengkung peralihan ini diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran (circle), yaitu pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran. Lengkung peralihan dengan bentuk spiral (clothoid) banyak digunakan juga oleh Bina Marga. Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan S – C – S. Panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997, diambil nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :

9

10

Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen Lc = panjang busur lingkaran Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau titik ST Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran = sudut lengkung spiral ∆ = sudut tangen Rc = jari-jari lingkaran p

= pergeseran tangen terhadap spiral

k

= absis dari p pada garis tangen spiral

Jika diperoleh Lc < 25 m, maka sebaiknya tidak digunakan bentuk S – C – S, tetapi digunakan lengkung S – S, yaitu lengkung yang terdiri dari dua buah lengkung peralihan. Komponenkomponen untuk tikungan spiral – circle – spiral dapat dilihat pada gambar 2.11

11

12

PENENTUAN LENGKUNG HORIZONTAL Tikungan 1 Δ

= 117,088˚

Vr

= 60 Km/jam

Rd

= 115 m

Dengan Vr = 60 Km/jam, dari table Rmaks dan Rmin didapat : Rmin = 115 m dan Rmaks = 700m 

Ketentuan :

- Rmin < Rd < Rmaks bisa menggunakan SCS atau SS - Rd > Rmaks gunakan FC 115 m < 115m < 700m  memenuhi syarat SCS dan SS



Ketentuan :

- Bila Lc < 20 m -Bila Lc > 20 m

Menggunakan lengkung SS Menggunakan lengkung SCS

Mencari Lc : Lc = Δ' x (Rd

𝜋 180

) θs =

Δ'= Δ1 - (2θs)

-

Ls x 180 Rd x (2xπ)

Ls diambil dari table, dengan Vr = 60 Km/jam dan Rd = 115 m. Dari table II 17 Tata

cara perencanaan geometric jalan antar kota 1997 Bina Marga didapat Ls = 50 m. θs =

Ls x 180 Rd x (2xπ)

=

50 x 180 115 x (2xπ)

=

9000 722,566

=

12,4556 

Δ'= Δ1 - (2θs) = 117,088 - (2 x 12,4556) =

92,17679  13

Lc =

Δ' x (Rd

𝜋 180

)

  ) = 92,17679 x ( 115 x(/180) = 185,0107 M Lc > 20 m, Maka perencanaan selanjutnya menggunakan lengkung SCS(Spiral Circle Spiral) Perhitungan Elemen Lengkung SCS : Ys =

= = Xs =

=

Ls² 6.Rd 502 6 . 115 3,623 m

Ls −

𝐿𝑠 3 40.𝑅𝑑²

= 50 −

503 40.115²

49,7637 m Ys - Rd (1-cos θs)

p=

= 3,623 - 115 (1-cos 12,4556) =

0,916482 m

k = Xs - Rd x sin θs = 49,7637 - 115 x sin 12,4556 =

24,96015 m

Es = (Rd + p) - Rd cos 1/2 ' =

107,1288 m

14

Ts = (Rd+p)tan1/2 '+k = (115+0,916482)tg 117,08824,96015 2 = 214,4451 m Lt = 2Ls + Lc =

285,0107 M

15

PENENTUAN LENGKUNG HORIZONTAL Tikungan 2 Δ

= 59,491˚

Vr

= 40 Km/jam

Rd

= 52 m

Dengan Vr = 40 Km/jam, dari table Rmaks dan Rmin didapat : Rmin = 50 m dan Rmaks = 300 m 

Ketentuan :

- Rmin < Rd < Rmaks bisa menggunakan SCS atau SS - Rd > Rmaks gunakan FC 50 m < 52m < 300m  memenuhi syarat SCS dan SS



Ketentuan :

- Bila Lc < 20 m -Bila Lc > 20 m

Menggunakan lengkung SS Menggunakan lengkung SCS

Mencari Lc : Lc = Δ' x (Rd

𝜋 180

) θs =

Δ'= Δ1 - (2θs)

-

Ls x 180 Rd x (2xπ)

Ls diambil dari table, dengan Vr = 40 Km/jam dan Rd = 52 m. Dari table II 17 Tata cara

perencanaan geometric jalan antar kota 1997 Bina Marga didapat Ls = 35 m. θs =

Ls x 180 Rd x (2xπ)

=

35 x 180 52 x (2xπ)

=

6300 326,726

=

19,282 

Δ'= Δ1 - (2θs) = 59,491- (2 x 19,282) =

20,926  16

Lc =

Δ' x (Rd

𝜋 180

)

  ) = 20,926 x ( 52 x(/180) = 18,992

M

Lc < 20 m, Maka perencanaan selanjutnya menggunakan lengkung SS(Spiral Spiral) Perhitungan Elemen Lengkung SS : Ys =

Ls² 6.Rd

=

352 6 . 52

= Xs =

= p=

3,926 m

Ls −

𝐿𝑠 3 40.𝑅𝑑²

= 50 −

353 40.52²

3,926 m Ys - Rd (1-cos θs)

= 3,926 - 52 (1-cos 19,282) =

1,009 m

k = Xs - Rd x sin θs = 3,926 - 52 x sin 19,282 =

17,422 m

Es = (Rd + p) - Rd cos 1/2 ' =

9,054 m

17

Ts = (Rd+p)tan1/2 '+k = (52+1,009)tg =

59,49117,422 2

47,724 m

Lt = 2Ls + Lc = 285,0107 M Kontrol Jarak D2 D2 – Ts1 – Ts2 > 50 m 489,179 – 214,4451 – 47,724 = 227,009 m 227,009 > 50 m

AMAN

18

19

Hasil Perhitungan Alinemen Horisontal Lengkung Spiral-Circle-Spiral

 Lengkung Spiral-Spiral

Rd =

115 M

Rd =

52 m

Δ=

117,088 

Δ=

59,491 

Ls =

50 M

P=

1,009 m

P = 0,916482 M

K=

17,422 m

K = 24.96015 M

Es =

9,054 m

Ts =

47,724 m

Ls =

35 m

Ts = 214,4451 M Es = 107,1288 M Lc = 185,0107 M Lt = 285,0107 M

20

Penentuan titik stasioning Penentuan titik stationing (STA) bertujuan untuk mengetahui panjang jalan yang direncanakan. Penomoran (Stasioning) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor jalan ( Sta jalan) dibutuhkan sebagai saran komunikasi untuk dengan cepat mengenali lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk lokasi suatu tempat. Adapun interval untuk masing-masing penomoran jika tidak adanya perubahan arah tangen alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal adalah sebagai berikut :

1) Setiap 100 m, untuk daerah datar

2) Setiap 50 m, untuk daerah bukit

3) Setiap 25 m, utuk daerah gunung

Sistem penomoran jalan pada tikungan dapat dilihat pada gambar 2.19

21

Perhitungan Stationing STA A STA PI

STA TS1

STA SC

STA CS

STA ST1

STA TS2

STA SS

STA PII

STA ST2

STA D

=0 = STA A + D1 = 0 +500 = 500 m = STA PI – TS = 500 – 214,4451 = 0+285,555 m = STA TS1 + LS = 285,555 + 50 = 0+335,555 m = STA SC + LC = 335,555 + 185,0107 = 0+520,566 m = STA CS + LS = 520,566 + 50 = 0+570,566 m = STA ST1 + D2 – TS SCS – TS SS = 570,566 + 489,719 – 214,4451 – 47,724 = 0+798,116 m = STA TS2 + LS = 798,116 + 35 = 0+833,116 m = STA TS2 + TS SS = 798,116 + 47,724 = 0+845,84 = STA SS + LS = 833,116 + 35 = 0+868,116 m = STA ST2 + D3 – TS SS = 868,116 + 320,9751 – 47,724 = 1+141,367 m

22

Diagaram superelevasi Metoda untuk melakukan superelevasi yaitu merubah lereng potongan melintang, dilakukan dengan bentuk profil dari tepi perkerasan yang dibundarkan, tetapi disarankan cukup untuk mengambil garis lurus saja. Adapun diagaram pencapaian superelevasi pada tikungan spiral – circle – spiral dapat dilihat pada gambar 2.14

23

24

Pelebaran perkerasan pada tikungan Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas di tikungan, dilakukan untuk mempertahankan kendaraan tetap pada lintasannya (lajurnya) sebagaimana pada bagian lurus. Hal ini terjadi karena pada kecepatan tertentu kendaraan pada tikungan cenderung untuk keluar lajur akibat posisi roda depan kendaraan dan roda belakang yang tidak sama, yang tergantung dari ukuran kendaraan.

25

Perhitungan kebebasan samping pada tikungan Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandangan pengemudi dari halangan benda-benda disisi jalan (daerah bebas samping). Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungna dengan membebaskan obyek-obyek penghalang sejauh M (m), diukur dari garis tengah lajur dalam sampai obyek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh dipenuhi. Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

26

PERHITUNGAN PELEBARAN PERKERASAN DITIKUNGAN

TIKUNGAN 1 DIK :

VD = 60 KM/JAM RD= 115 m

KENDARAAN RENCANA : TURK TUNGGAL LEBAR KENDARAAN b = JARAK ANTAR GANDAR p= TONJOLAN DEPAN KENDARAAN A =

2.5 m 6.5 m 1.5 m

a. Menghitung radius lengkung untuk lintas luar roda depan (Rc) Rc = √(R + 1/2 b)² + (p + A)² = √(115 + 1/2 x 2.5m)² + (6.5 + 1.5)^2 = 116,525 m

b. menghitng radius lengkungterluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal untuk lajur sebalah dalam (Rw) 1

Rw = √(√𝑅𝑐² − (p − A)² + 2 𝑥 𝑏)² + (𝑝 + 𝐴)² 1

= √(√116,5252 − (6,5 − 1,5)2 + 2 𝑥 2,5)² + (6,5 + 1,5)² Rw = 117,772 m

c. menghitung radius lengkung terdalam dari lintas pada lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam (Ri) Ri = √(√𝑅𝐶² − (p + A)²) − 1/2 𝑥 𝑏 1

= √(√116,525 2 + (6,5 + 1,5)²) - 2 𝑥 2,5 Ri = 115,000 m

27

d. menghitung lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan pada jalur sebelah dalam (B) B = √(√𝑅𝑐² − 64 + 1,25)² + 64 − √(𝑅𝑐 2 − 64) − 1,25 = √(√116,525 2 − 64 + 1,25) ² + 64 − √(116,525 2 − 64) − 1,25 B = 2,772 m Control B = Rw-Ri 2,772 = 117,772 – 115 2,772 = 2,772 m ……………0k! e. menghitung lebar tambahan akibat kesukaran mengmudi ditikungan (1) Z= =

0.105 𝑥 𝑉𝑑 √𝑅 0.105 𝑥 60 √115

Z = 0,587 m f. menghitung lebar total perkerasan ditikungan (Bt) Dik : c = lebar samping kiri dan kanan kendaraan = 1m

untuk lebar lalu lintas 7m

n = jumlah lajur 2 Bt = n (B + c) + Z = 2 x (2,772 + 1) + 0.587 = 8,132 m g. menghitung tambahan perkerasan ditikungan (ΔB) Dik : Bn = Lebar jalur lalu lintas dibagian lurus = 2 x 3,5 = 7m ΔR = Bt – Bn = 8,132 m – 7 m = 1,132 m

28

PERHITUNGAN PELEBARAN PERKERASAN DITIKUNGAN

TIKUNGAN 2 DIK :

VD = 40 KM/JAM RD= 52 m

KENDARAAN RENCANA : TURK TUNGGAL LEBAR KENDARAAN b = JARAK ANTAR GANDAR p= TONJOLAN DEPAN KENDARAAN A =

2.5 m 6.5 m 1.5 m

b. Menghitung radius lengkung untuk lintas luar roda depan (Rc) Rc = √(R + 1/2 b)² + (p + A)² = √(52 + 1/2 x 2.5m)² + (6.5 + 1.5)^2 = 53,848 m

b. menghitng radius lengkungterluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal untuk lajur sebalah dalam (Rw) Rw = √(√𝑅𝑐² − (p − A)² +

1 2

𝑥 𝑏)² + (𝑝 + 𝐴)² 1

= √(√53,8482 − (6,5 − 1,5)2 + 2 𝑥 2,5)² + (6,5 + 1,5)² Rw = 55,084 m c. menghitung radius lengkung terdalam dari lintas pada lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam (Ri) Ri = √(√𝑅𝐶² − (p + A)²) − 1/2 𝑥 𝑏 1

= √(√53,8482 + (6,5 + 1,5)²) - 2 𝑥 2,5 Ri = 52,000 m

29

d. menghitung lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan pada jalur sebelah dalam (B) B = √(√𝑅𝑐² − 64 + 1,25)² + 64 − √(𝑅𝑐 2 − 64) − 1,25 = √(√53,8482 − 64 + 1,25) ² + 64 − √(53,8482 − 64) − 1,25 B = 3,084 m Control B = Rw-Ri 3,084 = 55,084 – 52,000 3,084 = 3,084 m ……………0k! e. menghitung lebar tambahan akibat kesukaran mengmudi ditikungan (1) Z= =

0.105 𝑥 𝑉𝑑 √𝑅 0.105 𝑥 40 √52

Z = 0,582 m f. menghitung lebar total perkerasan ditikungan (Bt) Dik : c = lebar samping kiri dan kanan kendaraan = 1m

untuk lebar lalu lintas 7m

n = jumlah lajur 2 Bt = n (B + c) + Z = 2 x (3,084 + 1) + 0.582 = 8,750 m g. menghitung tambahan perkerasan ditikungan (ΔB) Dik : Bn = Lebar jalur lalu lintas dibagian lurus = 2 x 3,5 = 7m ΔR = Bt – Bn = 8,750 m – 7 m = 1,750 m

30

Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal merupakan garis potong bidang vertikal melalui sumbu jalan atau tepi dalam masing-masing perkerasan jalan yang bersangkutan. Pada pemilihan alinyemen ini juga berkaitan dengan adanya pekerjaan galian dan timbunan tanah. Pada perencanaan alinyemen vertikal akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dang lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian = 0 (datar). Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam alinyemen vertikal sebagai berikut : 1) Topografi 2) Kecepatan rencana 3) Fungsi Jalan 4) Tebal perkerasan 5) Tanah dasar 6) Kedudukan tinggi landai kendaraan Pada alinyemen vertikal akan ditemui berbagai keadaan antar lain : Kelandaian Kelandaian pada alinyemen vertikal jalan dapat dibedakan atas : a. Kelandaian maksimum Kelandaian maksimum yang ditentukan untuk berbagai variasi kecepatan rencana, dimaksudkan agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semual tanpa harus menggunakan gigi rendah. Kelandaian maksimum untuk berbagai kecepatan rencana dapat dilihat pada tabel 2.14 :

31

c. Kelandaian minimum Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah landai datar (0%). Sebaliknya ditinjau dari kepentingan drainase jala, jalan berlandailah yang ideal. Dalam perencanaan disarankan menggunakan : 1) Landai datar mempunyai kerb

untuk

jalan-jalan

diatas

tanah

timbunan

yang

tidak

2) Landai 0,15% dianjurkan untuk jalan-jalan diatas tanah timbunan dengan medan datar dan mempergunakan kerb 3) Landai minimum sebesar 0,3-0,5% jalan-jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kerb.

dianjurkan

dipergunakan

untuk

c. Lajur pendakian pada kelandaian khusus Pada jalur jalan dengan rencana volume lalu lintas yang tinggi, terutama untuk tipe 2/2 TB, maka kendaraan berat akan berjalan pada jalur pendakian dengan kecepatan dibawah Vr, sedangkan kendaraan lain masih dapat bergerak dengan Vr, sebaiknya dipertimbangkan untuk dibuat lajur tambahan pada bagian kiri dengan ketentuan untuk jalan baru menurut MKJI didasarkan pada BSH (Biaya Siklus Hidup). Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagi berikut : 1) Berdasarkan MKJI (1997) Penentuan lokasi ekonomis yang pada tabel 2.16

lajur pendakian dibuatberdasarakan

harus BSH,

dapat dibenarkan secara sebagaimana ditampilkan

32

33

PERHITUNGAN ALINEMENT VERTIKAL Penentuan Jarak : Titik awal A ke B = 185 m Titik B ke C A

= 956 m

g1 8,0 m

C B

185 m

g2 956 m

Titik awalA 50,0 m ( STA 0 + 00 ) Titik awalB 42 m ( STA 0 + 185 ) Titik awalC 42 m ( STA 0+ 956 ) Penentuan Kelandaian : V = 50,0 - 42 = 8,0 m ELV AB g1 = ------------ x 100 Jarak AB 8,0 g1 = ------ x 100% = 4,32 % ( 4,32  8 % ) ( aman ) 185

8% diambil dari table kelandaian maksimum yang di ijinkan berdasarkan kecepatan rencana, pada buku tata cara perencanaan geometric jalan antar kota 1997, Bina Marga.

ELV BC g2 = ------------ x 100 Jarak BC 0 g2 = ----- x 100 % = 0 %  8 %

( aman )

956 34

 Lengkung I: Titik B STA ( 0 + 185 ) Elevasi = 50 m Perubahan kelandaian H = g2 - g1 = 0 – 4,33 = - 4,32

( cekung )

Dengan melihat : V = 60 km/jam H = 4,32 % Maka dari grafik lengkung vertical cekung diperoleh Lv = 70 m Persamaan Elevasi rencana : H

4,32

g = --------. ( X) 2 = ---------. ( X ) 2 200.Lv

200. 70

= 0,00031 (X) 2 Persamaan Elevasi : g2

g2

Vr

g = ------ X + ( ELVB + ------. --------) 100

100

0

0

2

60

=------- X + ( 42 + ------. -----) 100

100

2

= + 42

35

Jadi persamaan lengkung vertikal 0,00031 . (X)2 + 42 1. Permulaan lengkung elevasi = 0,00031 . (0 . 70) 2 + 42 = 42 m 2. 1/4 lengkung 70 elevasi = 0,00031 ( ------- ) 2 + 42 4 = 42,095 m 3. 1/2 Lengkung 70 elevasi = 0,00031 . ( -------- ) 2 + 42 2 = 42,380 m 4. 3/4 Lengkung 3 . 70 elevasi = 0,00031 . ( ---------)2 + 42 4 = 42,854 m 5.Akhir lengkung elevasi = 0,00031 (70)2 + 42 = 43,519 m

36

REKAPITULASI  KLASIFIKASI MEDAN

: PERBUKITAN

 PANJANG TANGEN

: - d1 = 500 m - d2 = 489,719 m - d3 = 320,975 m

 BESAR SUDUT 

: - 1 = 117,088 - 2 = 59,491

 JENIS LENGKUNG

:- TANGEN D1 DAN D2 = SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL - TANGEN D2 DAN D3 = SPIRAL-SPIRAL

 HASIL PERHITUNGAN ALINEMEN HORISONTAL

Hasil Perhitungan Alinemen Horisontal Lengkung Spiral-Circle-Spiral

 Lengkung Spiral-Spiral

Rd =

115 M

Rd =

52 m

Δ=

117,088 

Δ=

59,491 

Ls =

50 M

P=

1,009 m

P = 0,916482 M

K=

17,422 m

K = 24.96015 M

Es =

9,054 m

Ts =

47,724 m

Ls =

35 m

Ts = 214,4451 M Es = 107,1288 M Lc = 185,0107 M Lt = 285,0107 M

37

 PANJANG JALAN : 1141,367 m  HASIL PERHITUNGAN ALINEMEN VERTIKAL -Elevasi Lengkung 1. Permulaan Lengkung

: 42 m

2. ¼ Lengkung

: 42,095 m

3. ½ Lengkung

: 42,380 m

4. ¾ Lengkung

: 42,854 m

5. Akhir Lengkung

: 43,519m

 PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN Volume Galian = 82.358,73 m3 Volume Timbunan = 24.920,0 m3

38

More Documents from "eza"