Tugas Besar Kimi-fis Lingkungan Minggu Depan.docx

  • Uploaded by: lianna
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Besar Kimi-fis Lingkungan Minggu Depan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,132
  • Pages: 30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hutan merupakan suatu pondasi alam dalam menyediakan dan mengendalikan berbagai kebutuhan manusia, seperti udara, air dan sebagainya. Selain sebagai sumber daya alam hutan juga merupakan faktor ekonomi dilihat dari hasil-hasil yang dimilikinya. Namun, bersamaan itu pula sebagai dampak negatif atas pengelolaan hutan yang eksploitatif dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat, pada akhirnya menyisakan banyak persoalan, diantaranya tingkat kerusakan hutan yang sangat menghawatirkan1 Kebakaran

hutan

merupakan

proses

yang

paling

dominan

dalam

kemampuannya menimbulkan polutan di samping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari pembakaran itulah akan meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi dan memberikan efek terhadap manusia, hewan, vegetasi dan material. Dampak kebakaran yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan seperti tegakan pohon hutan yang biasa digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan, serta satwa untuk memenuhi kebutuhan akan

1 Abdul Khakim, Pengantar Hukum Kehutanan Indonesia (Dalam Era Otonomi Daerah), Cet.1, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2005), hal.1

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

protein hewani dan rekreasi. Kerugian lainnya berupa kerugian ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan, tidak tersedianya udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah terjadinya erosi. Sedemikian besarnya faedah hutan bagi manusia, sehingga apabila terjadi kerusakan seperti penebangan liar, kebakaran dan lain sebagainya maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik dalam tatanan hidup manusia. Demikian juga halnya di Indonesia, permasalahan perusakan hutan yang akibatnya tidak saja dirasakan oleh masyarakat sekitar hutan tersebut tetapi juga meliputi aspek lepas batas negara, sehingga merugikan masyarakat negara lain. Demikian juga halnya kebakaran hutan di Indonesia memberikan akibat terjadinya pencemaran udara di beberapa negara di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), disebabkan kebakaran hutan tidak hanya melingkupi satu negara tetapi sudah meluas kenegara ASEAN lainnya, maka pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan tersebut dilakukan melalui bentuk kerjasama sesama anggota ASEAN. Foo Kim Boon et al.mengungkapkan : “Air Pollution continues to be a problem in the major cities of the world, both in developed and developing countries.” (“Polusi udara terus menjadi masalah di kota-kota besar dunia, baik di negara maju dan berkembang.") implikasinya, pencemaran udara merepresentasikan urusan setiap orang dan keadaan darurat bagi masyarakat internasional.2 Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang selalu dikaitkan dengan isu

lingkungan.

Terkait

dengan

isu

lingkungan,

selain

berkurangnya

2 Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan : Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia, (Surabaya : Airlangga University Press,2004), hal 2.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

keanekaragaman hayati, udara yang meningkat. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar hutan, tetapi juga meliputi ke provinsi lain bahkan sampai lintas batas negara. Provinsi Riau merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Kabut asap di riau ahir-akhir ini marak dipublikasikan karena kurang lebih selama 17 tahun Indonesia tidak tahu akan hal ini. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Tercatat dalam tahun 1997/1998 kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau mencapai 26.000 ha. Salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau karena adanyaland clearing (pembersihan lahan) hutan untuk dijadikan perkebunan. Salah satu metode yang paling ekonomis dan efektif dari kegiatan land clearing adalah dengan cara membakar. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran udara dan kebakaran hutan? 2. Apa penyebab dari kabut asap yang terjadi di provinsi riau? 3. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terhadap kualitas udara? 4. Bagaimanakah peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi masalah pencemaran udara akibat kebakaran hutan?

1.3 Tujuan masalah 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pencemaran udara dan kebakaran hutan 2. Mengetahui apa saja penyebab dari kabut asap yang terjadi di provinsi riau 3. Mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terhadap kualitas udara

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

4. Mengetahui apa saja peran pemerintah maupun rakyat dalam upaya mengatasi masalah pencemaran udara akibat kebakaran hutan

BAB II PENCEMARAN UDARA 2.1 Definisi Pencemaran Udara Menurut UU No. 32 tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan udara.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

Sedangkan menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material karena ulah manusia (man made). Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya3 Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya kedalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatam manusia secara umum menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya didalam rumah, sekolah, kantor atau yang sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Selain itu gejala ini secara akumulatif juga terjadi di luar ruangan (outdoor pollution). Mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan hingga ketingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global. Beberapa unsure pencemaran (pollutant) kembali kebumi melalui deposisi asam atau salju yang mengakibatkan sifat korosif pada bagunan, tanaman, hutan disamping itu juga membuat sungai dan danau menjadi suatu lingkungan yang berbahaya bagi ikan-ikan karena nilai pH yang rendah4

3

Wardhana, W. A. (2009). Dampak Pencemaran Lingkungan. ANDI OFFSET.

4 Pencemaran Udara dan Bunyi, Siri Utamakan Alam Sekitar Anda, Jasman Ahmad & Siti Razmah Idris, Penerbit Mikamas, 1996

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

BAB III PENYEBAB PENCEMARAN UDARA 3.1 PENYEBAB PENCEMARAN UDARA Penyebab polusi udara di sebabkan oleh faktor manusia dengan segala ktifitasnya. Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain : 1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO). 2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik, aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas. 3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau. 5. Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk. 6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas. 7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu. 8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan debu radioaktif.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

BAB IV KOMPONEN PENCEMARAN UDARA 4.1

Komponen Pencemaran Udara

Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain: Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida. 

Karbon monoksida (CO)

Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31



Nitrogen dioksida (NO2)

Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor. 

Sulfur dioksida (SO2)

Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik. 

Partikulat (asap atau jelaga)

Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu : 1. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara 2. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara 3. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan melayang berhamburan di udara 4. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara 

Hidrokarbon (HC)

Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31



Chlorofluorocarbon (CFC)

Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray. 

Timbal (Pb)

Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. 

Karbon Dioksida (CO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

BAB V PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN 5.1 Pengertian Pencemaran Udara Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

(Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. 5.2 Pengertian Kebakaran Hutan Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan dalam kemampuanya menimbulkan polutan di samping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari pembakaran itulah akan meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi dan memberikan efek terhadap manusia, hewan, vegetasi dan material

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

(Master; 1991).Atas dasar hal tersebut, jadi jelas-jelas bahwa akibat adanya kebakaran hutan akan menghasilkan polusi udara. Ada beberapa bahan polutan dari pembakaran yang dapat mencemari udara, diantaranya adalah bahan polutan primer, seperti: hidrokarbon dan karbon oksida, karbon dioksida, senyawa sulphur oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Dalam hal ini, sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini berada di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya terlempar dari rantai ekosistem tersebut. Dalam beberapa kasus justru masuk dalam komunitas manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya. Hubungan rusaknya hutan dengan muncul dan terjadinya penyebaran virus flu burung ini, diakui pula oleh Dr. Feng Lili, pakar mikroba dari Baylor College of Medicine AS. Ia menyatakan, munculnya virus flu burung sangat terkait dengan kerusakan lingkungan di Cina dalam dua dekade terakhir. Manusia, kata Lili, telah merusak alam secara berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan ekologi mikroba. Gangguan keharmonisan hidup antara manusia, alam, dan lingkungannya telah memicu bangkitnya kuman-kuman yang tidur. 5.3 Penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

Gambar 5.3 kebakaran hutan di riau Menurut Lili, seperti dikutip Prof. Dr. Hadi S. Alikodra (2006), Flu burung (FB) dan SARS merupakan penyakit yang menular lewat pernafasan. Berdasarkan penelitiannya di Cina, penyebab kedua penyakit tersebut adalah polusi udara dan penebangan hutan yang sewenang-wenang. Polusi udara di Cina saat ini sudah mencapai tahap yang sangat berbahaya. Kondisi tersebut ditambah lagi dengan minimnya suplai oksigen (O2) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seperti diketahui, suplai oksigen terbesar berasal dari hutan. Jika hutan itu rusak, maka suplai oksigen pun berkurang. Dampaknya

luar

biasa:

mikroba

akan

tumbuh

subur

dan

perkembangbiakannya tak terkendali. Sebab, oksigen yang bila terkena sinar ultraviolet dari matahari berubah menjadi ozon (O3) dan O nascend- adalah pembunuh mikroba dan virus yang amat efektif. Bila oksigen itu berkurang, pembunuh mikroba dan virus pun berkurang. Dampaknya, mikroba dan virus akan makin berkembang. Kondisi seperti itulah, kelihatannya yang terjadi juga di Indonesia. Apalagi dewasa ini, kondisi pencemaran lingkungan dan kerusakan hutan terjadi di mana-mana. Apalagi hal ini didukung oleh sikap masyarakat yang

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

kelihatannya kurang peduli dan mewaspadai terhadap penyebaran penyakit flu burung. Penyebab Kebakaran liar, antara lain: 1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. 2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan. 3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi. 4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme. 5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau. Berdasarkan gambar satelit, Greenpeace mengklaim telah menemukan titik-titik api pada tanah yang dimiliki oleh 36 perusahaan kertas dan kelapa sawit. Banyak di antara mereka adalah anak perusahaan Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian, sulit membuktikan bahwa pihak-pihak tertentu adalah yang memulai pembakaran. Dari kasus tahun lalu, perusahaan Adei Plantation & Industry, anak perusahaan Kuala Lumpur Kepong, yang terdaftar di Malaysia merupakan satu dari delapan perusahaan yang dituduh telah menyebabkan kebakaran tahun 2013, dan manajer serta direkturnya telah dipidanakan. Apabila terbukti bersalah, mereka dapat dipenjara, dan perusahaan tersebut dapat kehilangan izin mereka. Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbedabeda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut: 1. Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. 2. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita. 3. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

4. Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan. Penyebab polusi udara di sebabkan oleh faktor manusia dengan segala aktifitasnya. Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain : 1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO). 2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik, aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas. 3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu. 4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau. 5. Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk. 6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas. 7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu. 8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan debu radioaktif. 5.4 Dampak kebakaran bagi polusi udara Kebakaran ini sangat berdampak bagi masyarakat Riau terutama akibat asap yang menyebar pada wilayah Riau bahkan merambat pada daerah hingga ke Sumatera Barat, Jambi, serta Sumatera Utara . Adanya asap tersebut berakibat banyak seperti

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

sistemik seperti ditutupnya bandara yang berakibat pada hilangnya akses udara ke daerah Riau yang pastinya nanti akan berakibat pada arus perekonomian daerah tersebut. Selain itu, beberapa sekolah terpaksa diliburkan sehingga kegiatan belajar mengajar terhentikan. Lebih parah lagi, semakin hari semakin banyak masyarakat Riau yang terserang penyakit. Informasi yang berhasil didata tercatat lebih 53.553 kasus penyakit akibat asap di Riau. Lebih 4 ribu jiwa mengidap penyakit mata dan kulit akibat asap tebal. Selain itu juga ada korban yang terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) seperti sesak napas, asma, paru-paru, bahkan juga penyakit jantung. Sedangkan korban di kalangan bayi yang baru lahir sedang dalam pendataan .Bahkan, yang terbaru terdapat 1 korban jiwa tewas akibat akibat terlalu banyak menghirup asap . Pencemaran udara yang disebabkan dari kebakaran hutan, yang mendapatkan beberapa dampak yang sangat merugikan bagi seluruh makluk hidup yang ada disekitarnya. Dapat manggangu kesehatan, estetika, kenyaman maupun merusak properti. Penyebab kebakaran hutan sebagian dari kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, maupun dari keadaan alam yang bisa menyebabkan kebakaran hutan yang menjadikan polusi diudara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,regional,maupun global. Beberapa bahan polutan yang mencemari udara diantaranya bahan polutan primer diantaranyad adalah bahan primer seperti hidrokarbon dan oksida, adalah bahan polutan primer, karbon dioksida, senyawa sulpur oksida, senyawa nitrogen oksida dan dioksida. Adapun polutan bentuk partikel berupa asap karbon yang sangat halus bercampur debu dari proses pemecahan suatu bahan. PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

Polusi udara melanda di kota-kota sekitar hutan. Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain. Dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia.Berikut ini beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan udara mencetuskan gejala penyakit. 1. Modifasi ikatan kovalen terhadap protein penting intraseluler seperti enzim bekerja pada tubuh. 2. Komponen biologis menginduksi inflamasi (peradangan) dan gangguan system imunitas. 3. Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor mengatur kerja jantung dan saluran napas. 4. Efek adjuvant terhadap sistem imunitas tubuh. 5. Efek procoagulant dapat mengganggu sirkulassi darah dan penyebaran polutan ke seluruh tubuh. 6. Menurunnya sistem pertahanan tubuh normal. 7. Terjadinya radang pada paru-paru 8. Terbentuk radikal bebas Namun sebagian besar polusi udara terfokuskan pada efek akibat terhirup melalui saluran pernapassan mengingat saluran napas merupan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh. Sumber akibat polusi udara dari kebakaran hutan merupakan kejadian alami, hal ini mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi seluruh makluk hidup yag ada disekitarnya. Pencemaran udara terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Sebagai contoh salah satu senyawa yang aktif dalam polusi udara yaitu karbon monoksida. Polusi udara juga berdampak bagi kesehatan makluk hidup diantaranya manusia maupun

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

hewan yang terdapat di hutan tersebut. Hingga saat ini di Indonesia sering mengalami kebakaran hutan yang mengakibatkan polusi udara yang ditimbulkannya. Beberapa dampak dari polusi lainnya:

1. Dampak kesehatan Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.Diperkirakan dampak pencemaran udara di pekanbaru dan sekitarnya yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah pada tahun 2015. 2. Dampak terhadap tanaman Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

3. Hujan asam

Gambar 5.4.1 : Skema Terjadinya Hujan Asam pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain: A. Mempengaruhi kualitas air permukaan B. Merusak tanaman C. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan D. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan 4. Efek rumah kaca Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O

dilapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari

yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global adalah: A. Peningkatan suhu rata-rata bumi B. Pencairan es di kutub

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

Gambar 5.4.2 : Pencairan Es di Kutub C. Perubahan iklim regional dan global D. Perubahan siklus hidup flora dan fauna 5. Kerusakan lapisan ozon

Gambar 5.4.3 : Proses Kerusakan Ozon Oleh Klorin Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Tabel 1 Berikut dampak pencemaran udara berupa gas N

BAHAN

SUMBER

O PENCEMAR 1 Sulfur .

DAMPAK/AKIBAT PADA

INDIVIDU/MASYARAKAT Batu bara atau bahan Menimbulkan efek iritasi pada

Dioksida (SO2) bakar minyak yang saluran

nafas

sehingga

mengandung Sulfur. menimbulkan gejala batuk dan Pembakaran limbah sesak nafas. pertanah.

Proses

2

dalam industri. Hidrogen Sulfa Dari kawah gunung Menimbulkan bau yang tidak

.

(H2S)

3· . ·

yang masih aktif. Nitrogen ·

sedap, dapat merusak indera

penciuman (nervus olfactory) jenis · Menggangu sistem pernapasan. · Melemahkan sistem pernapasan

Berbagai

Oksida (N2O) pembakaran. Nitrogen · Gas buang kendaran paru dan saluran nafas sehingga Monoksida (NO)

·

bermotor. · Peledak,

paru mudah terserang infeksi. pabrik

Nitrogen pupuk. Dioksida

4

(NO2) Amoniak

.

(NH3)

Proses Industri

·

Menimbulkan bau yang tidak

sedap/menyengat. · Menyebabkan

sistem

pernapasan, Bronchitis, merusak 5· .

Karbon · Dioksida (CO2)

·

pembakaran. · Proses Industri

Karbon . Monoksida

Semua

hasil ·

indera penciuman. Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat

vital

bagi

oksigenasi

jaringan tubuh akaibatnya apabila

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

(CO) · Hidrokarbon

otak kekurangan oksigen dapat ·

menimbulkan kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.

5.5 Upaya pemerintah dan masyarakat untuk menangani kebakaran hutan Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara lain: 1) Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II. 2) Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta. 3) Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan

PUSDALKARHUTNAS

dan juga

di lever

daerah

dengan

PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan. 4) Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBAnya. Atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat. Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan upaya pencegahan. Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik dari memanggulangi. Ada beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah kebakaran hutan khususnya yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti membuang punting rokok di wilayah yang kering, kegiatan pembukaan lahan dan juga api unggun yang lupa dimatikan. Upaya pencegahannya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya mereka yang berhubungan langsung dengan hutan. Masyarakat ini biasanya tinggal di wilayah hutan dan memperluas area pertaniannya dengan membakar. Pemerintah harus serius mengadakan sosialisi agar hal ini bisa dicegah. Pada

dasarnya

upaya

penanggulangan

kebakaran

hutan

juga

bisa

disempurnakan jika pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut ditemukan metode yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah yang paling baik adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis. Sokongan dana dari pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik dan terarah. Kepolisian Daerah Provinsi Riau sebagai Satuan Tugas (Satgas) Penindakan Kabut Asap telah menetapkan 66 orang sebagai tersangka pembakar lahan dari 44 perkara yang tengah ditangani. Satu tersangka di antaranya adalah pihak korporasi.Data rekapitulasi Satgas Penindakan menyebutkan, jumlah tersangka PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

terbanyak ditangani oleh Polres Bengkalis. Dari enam kasus, sudah ada 20 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun, dua orang masih dalam pengejaran. Sementara itu, Polres Rokan Hilir telah menetapkan 19 orang tersangka dari tujuh perkara dan Polres Pelalawan menetapkan enam orang sebagai tersangka pembakar lahan dari lima kasus.Di wilayah hukum Polres Indragiri Hilir, ada empat kasus dan empat tersangka sudah ditetapkan. Polres Siak hanya menetapkan empat tersangka dari delapan perkara dan satu orang masih buron. Polresta Dumai menangani tiga kasus dan sudah menetapkan empat tersangka dengan dua tersangka buron. Untuk

lima

perkara

yang

ditangani

Direktorat

Kriminal

Khusus

(Ditreskrimsus) Polda Riau ada empat orang tersangka, dan di Polres Meranti ditetapkan tiga tersangka dari tiga kasus yang ditangani. Polresta Pekanbaru yang sebelumnya menangani dua perkara pembakaran lahan, sampai saat ini telah menetapkan dua orang sebagai tersangka reaksi masyarakat menghadapi masalah ini. Masker telah menjadi bagian kehidupan masyarakat di Riau dalam sebulan terakhir ini. Perangkat penutup hidung dan mulut ini melindungi pemakainya dari udara yang tercemar bahan-bahan berbahaya akibat kabut asap.Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek, semuanya mengenakan masker. Seiring dengan level pencemaran udara ke level 'berbahaya' masker kini dikenakan di mana saja, bahkan di dalam gedung seperti pusat perbelanjaan. Alasan utama orang-orang memakai masker adalah kesehatan, jika tidak mau terkena gangguan pernafasan. Tetapi, masker bukan cuma sekadar penutup hidung dan mulut belaka, bagi sebagian orang mungkin masker bisa menunjukkan identitas PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

mereka.Masker yang dipakai orang-orang bukan bukan cuma bertipe 'kolot', seperti yang dikenakan dokter ketika mengoperasi pasiennya. Tetapi juga ada yang bertipe imut, teknis, sampai ekstrem. Banyak kaum perempuan memilih masker berbahan kain dengan pola dan gambar tokoh kartun imut di bagian penutup hidung/mulut. Mulai dari masker warna pink, gambar bunga-bunga, sampai tokoh kartun seperti Hello Kitty banyak dijual bebas di pasaran.Kemudian ada pemakai masker yang sedianya diperuntukkan bagi orang yang bekerja di bidang-bidang khusus. Sebut saja masker untuk di daerah pertambangan, masker untuk di pabrik/ laboratorium, sampai masker untuk tukang las. Sedangkan untuk yang terlihat ekstrem yakni masker seperti yang digunakan prajurit untuk berperang, dan ilmuwan yang bekerja dengan bahan berbahaya. Bentuknya gelap dengan bahan karet dengan bulatan besar di tengah atau kiri/kanan yang berisi bahan khusus yang menyaring udara hingga bersih. Beberapa caraunutk mengurangi polusi: 1) Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan 2) melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan 3) Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara bebas

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

4) membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita 5) mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi angkutan pribadi 6) memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan dalam kemampuanya menimbulkan polutan di samping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari pembakaran itulah akan meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi dan memberikan efek terhadap manusia, hewan, vegetasi dan material (Master; 1991).Atas dasar hal tersebut, jadi jelas-jelas bahwa akibat adanya kebakaran hutan akan menghasilkan polusi udara. Ada beberapa bahan polutan dari

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

pembakaran yang dapat mencemari udara, diantaranya adalah bahan polutan primer, seperti: hidrokarbon dan karbon oksida, karbon dioksida, senyawa sulphur oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang

dapat

merusak

gedung-gedung,

jembatan,

patung-patung

sehingga

mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara. Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas karbon dioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna bagi makhluk hidup.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Khakim, Pengantar Hukum Kehutanan Indonesia (Dalam Era Otonomi Daerah), Cet.1,(Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2005), hal.1 Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan : Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia, (Surabaya : Airlangga University Press,2004), hal 2 Idris, J. A. (1996). Pencemaran Udara dan Bunyi. Jakarta: Mikamas Wardhana, W. A. (2009). Dampak Pencemaran Lingkungan. ANDI OFFSET.

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

http://nelsymariza.blogspot.co.id/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://lem.fkt.ugm.ac.id/2014/03/dampak-kebakaran-riau/ http://oktaermayanti.blogspot.co.id/2011/10/polusi-udara-akibat-kebakaranhutan.html http://hidayatulfitriya.blogspot.co.id/2015/11/udara-menfaat-dan-kegunaannyauntuk.html

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

31

Related Documents


More Documents from "yogi"