KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evidence Based Kebidanan dalam Antenatal Care, Intranatal Care dan Post Natal Care” ini tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan. Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Devy Lestari Nurul Aulia, M.Bmd selaku dosen Program Studi D4 Kebidanan dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan
2.
Keluarga yang memberikan dukungan dan semangat
3.
Berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis memohon kritik dan saran guna perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Tanjungpinang, 15 Oktober 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i DAFTAR IS ........................................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………..1 A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1 B. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………...2 C. Manfaat Penulisan Makalah……………………………………………………….3 BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………………....4 A. Evidence Based Midwifery (EBM)………………………………………………..4 1. Definisi………………………………………………………………………….4 2. Manfaat Evidence Based………………………………………………………..4 3. Penerapan Evidence Base dalam praktik kebidanan (Evidence Base Midwifery) 3.1 Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Antenatal Care……………...5 3.2 Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Intranatal Care……………...11 3.3 Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Post Natal Care……………..14 BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..20 A. Kesimpulan…………………………………………………………………………20 B. Saran………………………………………………………………………………..20 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………21
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk menghantarkan kehamilan, persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kepada keadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu Negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia di lingkungan ASEAN, merupakan Negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segera untuk memberikan pelayanan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dalam beberapa tahun terakhir kita sering mendengar tentang Evidence Based. Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan 1
adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara telentang / litotomi merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan posisi telentang / litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia. Inilah yang dimaksud dengan Evidence Based, melalui paradigma baru ini maka pendekatan medik barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medik, ilmiah dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery (Kebidanan) atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan / tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien, terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Pada Bab 2 dalam tinjauan teori kan dibahas penerapan Evidence Based Midwifery (Kebidanan) dalam Antenatal Care, Intranatal Care dan Post Natal Care.
2
B.
Tujuan Penulisan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Evidence Based Midwifery (EBM)
2.
Untuk mengetahui penerapan Evidence Based dalam Antenatal Care
3.
Untuk mengetahui penerapan Evidence Based dalam Intranatal Care
4.
Untuk mengetahui penerapan Evidence Based dalam Post Natal Care
C.
Manfaat Penulisan Makalah
1.
Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan pembaca tentang Evidence Based Midwifery (EBM)
2.
Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa dan pembaca tentang Evidence Based dalam Antenatal Care
3.
Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa dan pembaca tentang Evidence Based dalam Intranatal Care
4.
Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa dan pembaca tentang Evidence Based dalam Post Natal Care
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Evidence Based Midwifery (EBM) 1.
Definisi Pengertian Evidence Based jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka
Evidence Base dapat diartikan sebagai berikut: Evidence : Bukti, fakta dan Base : Dasar. Jadi Evidence Base adalah: praktik berdasarkan bukti. Pengertian Evidence Base menurut sumber lain
adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis. Jadi pengertian Evidence Based Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis. 2. Manfaat Evidence Based Manfaat yang dapat diperoleh dari Evidence Based antara lain: a.
Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
b.
Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c.
Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang bermutu
4
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Penerapan Evidence Base dalam praktik kebidanan (Evidence Base Midwifery) Dibawah ini akan dipaparkan Evidence Based dalam praktik Kebidanan terkini menurut proses reproduksi: 3.1
Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Antenatal Care Aromaterapi pappermint untuk menurunkan Mual dan muntah pada ibu Hamil Kehamilan sebagai suatu proses fisiologis yang berkesinambungan dimulai dari ovulasi,konsepsi, nidasi, implantasi dan perkembangan embrio dalam uterus hingga aterm. Setiap prosesdari kehamilan merupakan kondisi krisis yang memerlukan
adaptasi
psikologis
dan
fisiologisterhadap pengaruh hormon
kehamilan dan tekanan mekanis akibat pembesaran uterus dan jaringanlain (Bobak, 2004). Perubahan yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan ketidaknyamanandalam kehamilan, salah satunya adalah mual muntah yang biasanya terjadi pada awal kehamilan,keluhan ini bisa terjadi pada pagi hari, siang, malam atau bahkan merasa sangat mual dan muntahsetiap saat (Suririnah,2009). Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu 5
setelah hari pertama haid terakhir danberlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravidadan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Prawirohardjo, 2005). Tinjauan sistematis dari Jewell dan Young (2002) mengidentifikasi angka mual antara 70%dan 85%, dengan sekitar setengah dari presentase ini mengalami mual dan muntah (Tiran, 2008).Berdasarkan data di Indonesia, perbandingan insidensi mual dan muntah yang mengarah padapatologis atau yang disebut hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. Diduga 50% sampai 80%ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira-kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penangananuntuk elektrolit
penggantian
(Supriyanto,
cairan
2009).
dan
koreksi
ketidakseimbangan
Indra Anwar dari RS Bunda,
Jakarta,
memastikan sekitar 50-70% ibu hamil mengalami keluhan mualdan muntah (Ronalisa, 2009). Menurut Tiran (2008), faktor penyebab mual dan muntah meliputi faktor glikogen hati yang diduga sebagai biang keladi pemicu keluhan mual dan muntah, namun keluhan ini akan lenyap saat terjadi kompensasi metabolisme glikogen dalam tubuh. Peningkatan hormon HCG mampu merangsang untuk mual dan muntah melalui rangsangan terhadap otot dari proses lambung. Peningkatan hormon estrogen menyebabkan banyaknya estradiol bebas yang akan dapat menyebabkan mual dan muntah. Alergi pada vili khoriolis terjadi karena masuknya vili khoriolis dalam sirkulasi, perubahan metabolik karena kehamilan, dan resistensi ibu yang menurun bisa terjadi mual dan muntah. Kemampuan koping untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam masa kehamilan dan 6
faktor emosi atau psikologis ibu hamil yang mampu mempengaruhi perubahan yang terjadi selama hamil.Peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan ibu dengan mual dan muntah secarafarmakologis
seperti
pemberian obat
antiemetik atau histamin maupun non farmakologis yaitu dengan pemberian pappermint
maupun
dengan
aromaterapi
serta
peran
keluarga
berpengaruhdalam perubahan ibu hamil. Mual dan muntah pada ibu yang tidak ditangani secara tepat bisa berlanjut menjadi mual dan muntah yang berlebihan (Hyperemesis gravidarum) dan ini akan berdampak janin mengalami IUGR, prematur, kelainan kongenital seperti hidrosepalus, anencepal, omfalokel dan lain sebagainya, kematian baik pada saat masih di dalam kandungan (IUFD) dan setelah dilahirkan.Akibat yang terjadi pada ibu hamil yaitu akan terjadi dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar dan kurangnya pemasukan nutrisi pada saat mual dan muntah (Tiran, 2008). Untuk kejadian tersebut
diperlukan berbagai
farmakologis maupun non farmakologis.
Untuk terapi
macam terapi
baik
farmakologis dapat
menggunakan antiemetik, antihistamin, vitamin B6. Sedangkan untuk terapi non farmakologis dapat menggunakan terapi hebal (jahe, pappermint), terapi relaksasi dan terapi psikologis (Tiran,2008 Mual adalah perasaan yang tidak menyenangkan terkait merasa sakit atau mendorong untuk muntah, sedangkan muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut akibat spasma otot tidak sadar (Tharpe, Farley & Jordan, 2014). Mual dan muntah terjadi pada 60-80% ibu hamil pertama (primigravida) dan 4060% pada ibu hamil multigravida (Solikhah, 2011). Mual dan muntah terus menerus akan menimbulkan komplikasi pada ibu janinnya. Kondisi ibu akan 7
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah, dapat pula mengakibatkan gannguan asam basa, pneumoni aspirasi, robekan mukosa esophagus, kerusakan hepar dan ginjal. Sedangkan kondisi janin, pertumbuhan dan pekembangan akan terhambat karena nutrisi yang tidak terpeneuhi (Setiawan 2007, dalam Anasari, 2012), IUGR, premature, kelainan kongenital seperti Hidrocephalus, Anencephalus,dan lain sebainya danjuga kematian janin dalam kandungan( IUFD )(Tiran, 2008). Untuk kejadian tersebut diperlukan berbagai macam terapi baik farmakologis maupun non farmakologis. Untuk terapi farmakologis dapat menggunakan antiemetic, antihistamin, vitamin B6. Sedangkan untuk terapi nonfarmakologis dapat menggunakan terapi herbal (jahe, peppermint), terapi relaksasi dan terapi psikologis (Tiran, 2008)
a. Pengertian Aroma terapi peppermint Aromaterapi didefinisikan dalam dua kata yaitu aroma yang berari wangi wangian (fragrance) dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan, jadi secara ilmiah diartikan sebagai wangi-wangan yang yang memiliki pengaruh terhadap fisiologis manusia. Buchbauer menetapkan definisi universal untuk aromaterapi, yaitu terapi menggunakan senyawa aromatik atau senyawa yang mudah menguap (volatile) untuk mengobati, mengurangi atau mencegah suatu penyakit, infeksi dan kegelisahan dengan cara menghirupnya (Muchtaridi, 2003) Tujuan dari minyak aroma terapi adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Sekarang ini, semakin banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan kesehatan dan kecantikan, dari mulai perawatan hingga penyembuhan (Jim, 2013). Salah satu aromaterapi yang dapat 8
membantu mengurangi mual muntah adalah aromaterapi peppermint. Peppermint berbau harum dan mempunyai rasa pedas dan isi yang menghangatkan tubuh sehingga dapat dimanfaatkan sebagai preskipsi pengobatan (Wijayakusuma, 2007). Peppermint bisa membantu untuk mengurangi mual dan muntah selama kehamilan (Hunter, 2005) b. Manfaat Aroma terapi Pappermint Pappermint banyak
dimanfaatkan
untuk
mengatasi
mual,
mabuk
kendaraan, bahkan vertigo. Pappermint berbau harum dan mempunyai rasa pedas dan isis yang menghangatkan tubuh sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai
preskipsi pengobatan (Wijayakusuma, 2007). Pappermint bisa membantu untuk mengurangi mual dan muntah selama kehamilan (Hunter, 2005). Aromaterapi peppermint mengandung mintak atsiri menthol memiliki efek karminatif dan antispasmodic yang bekerja di usus halus pada saluran pencernaan sehingga mampu mengatasi atapun menghilangkan mual dan muntah (Tiran, 2008 dalam Pawitasari, Utami, dan Rahmalia 2014). Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis yaitu melalui sistem sirkulasi dan system penciuman (Primadiati, 2001) c. Cara kerja dan penggunaan aromaterapi peppermint Kerja aromaterapi dalam menurunkan muntah menurut Dietrich Ghumbel (2015), aromaterapi yang mengandung molekul atau partikel kimia akan mampu menurunkan frekuensi muntah pada kehamilan karena baunya yang segar
dan
dapat
membangkitkan
membantu
semangat,
memperbaiki
menyegarkan
serta
atau
menjaga
menenangkan
kesehatan, jiwa,
dan
merangsang proses penyembuhan. Ketika minyak esensial dihirup, molekul 9
masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak, sistem limbik ini akan merangsang hipotalamus, dari hipotalamus di bawa ke kelenjar pituitari yang akhirnya menimbulkan persepsi yang segar dan nyaman bagi pasien. Kondisi ini akan menekan stimuli stress yang menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman dan menekan reflek mual dan muntah. Kerja
aromaterapi
pappermint melalui inhalasi
adalah molekul-
molekul volatile minyak esensial yang melewati reseptor olfaktori di hidung mengenali karakteristik molekuler tersebut dan mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf olfaktori. Selain itu, beberapa unsur pokok dari molekul tersebut masuk ke dalam aliran darah melalui paru-paru dan berpengaruh secara langsung terhadap saraf-saraf di otak setelah melewati barier darah di otak. Sedangkan Ondansetron bekerja dengan memblokir reseptor di gastrointestinal dan area postrema yang berikatan dengan serotonin di chemoreseptor triger zone (CTZ) menuju medulla oblongata sehingga mencegah reflek mual dan muntah sehingga rasa mual muntah dapat menurun dikarenakan adanya rasa rileks dan emosi yang stabil, Oleh sebab itu chemoreseptor triger zone (CTZ) bekerja langsung pada otot yaitu pada otot polos pernapasan yaitu difragma dan otot abdomen sehingga terjadi penurunan muntah (Putri K.N.D, 2010). Daun mint mengandung menthol yang dapat mempercepat sirkulasi, meringankan kembung, mual dan kram. Daun mint mengandung minyak atsiri
yaitu menthol yang berpotensi
memperlancar sistem pencernaan dan meringankan kejang perut atau kram karena memiliki efek anastesi ringan serta mengandung efek karminatif dan antispasmodik yang bekerja di usus halus pada saluran gastrointestinal sehingga mampu mengatasi atau menghilangkan mual muntah (Tiran, 2008). Oleh sebab 10
itu, dengan menggunakan aromaterapi pappermint secara teratur sesuai dosis yang
ditentukan
akan
berinteraksi
dengan
senyawa
yang
ada
pada
pappermint dengan system pencernaan ibu hamil. Kandungan anti mual yang ada pada pappermint terdiri dari menthol (50%), menton (10-30%), mentil asetat (10%), dan derivat menoterpen lain seperti pulegon, piperiton, dan mentafuran. (Afrizal, 2011). Aromaterapi pappermint banyak dimanfaatkan untuk mengatasi Morning sickness atau mual muntah dalam kehamilan diperlukan 2-3 tetes aromaterapi pappermint yang dihirup saat rasa mual dapat memberikan pertolongan pertama. Dengan menghirup aromaterapi pappermint secara teratur dengan dosis yang ditentukan akan berinteraksi dengan senyawa yang ada pada pappermint dengan sistem pencernaan ibu hamil. Kandungan anti mual yang ada pada aromaterapi pappermint memberikan sensasi rileks, tenang dan menyegarkan sehingga mampu menurunkan rangsangan otonom dengan berkurangnya produksi saliva dan mengurangi reaksi mual serta tidak berlanjut muntah pada ibu hamil. (Kartikasari dkk, 2017)
3.2
Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Intranatal Care Pijat Punggung untuk Mengurangi Nyeri Persalinan pada Kala 1 a. Pengertian Pijat (massage) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pijat berarti pemijatan, pengurutan, dan sebagainya pada bagian badan tertentu dengan tangan atau alatalat khusus untuk melancarkan peredaran darah sebagai cara pengobatan atau
11
untuk menghilangkan rasa capai. Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia. b. Manfaat Pijat punggung Dengan pijat dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit fisik. Berbagai masalah kesehatan bisa diatasi dengan pijatan yang tepat. Badan yang lelah juga dapat segar kembali setelah dipijat. Akan tetapi pijat tidak hanya berguna untuk kesembuhan penyakit fisik, tetapi juga dapat membantu membuat rileks pikiran sehingga dapat mengurangi stres dan membuat nyaman. Bahkan pada beberapa kasus, dengan pijat dapat membantu penderita insomnia atau sulit tidur.
c. Pengertian Pijat punggung pada proses persalinan Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktikkan sejak berabad-abad silam dari awal kehidupan manusia di dunia. Kedekatan ini mungkin disebabkan oleh karena pijat berhubungan erat dengan proses kehamilan dan proses kelahiran manusia (Roesli, 2001). Pijatan secara umum akan membantu menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif dari dan menuju jaringan tubuh anda dan plasenta. Dengan mengendurkan ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. 12
Bila kita sedang merasa tidak sehat, pijatan dapat meningkatkan kemampuan diri kita untuk menyembuhkan diri sendiri dan cara ini dapat digunakan untuk melengkapi terapi alami (Balaskas, 2005).
Berdasarkan
beberapa
penelitian,
pijat
punggung
memberikan
pengaruh yang baik terhadap adaptasi nyeri persalinan. Wanita yang bisa beradaptasi dengan nyeri persalinan dapat lebih mudah menjalani proses persalinan terutama pada kala II sehingga proses pengeluaran bayi bisa lebih cepat dan menghilangkan kecemasan yang dapat memengaruhi perfusi jaringan.
d. Manfaat Pijat Punggung pada Proses Persalinan Adapun manfaat pijat punggung dalam persalinan antara lain 1. Memberikan kenyamanan 2. Mengurangi rasa sakit 3. Membantu relaksasi pada ibu saat proses persalinan 4. Memperbaiki sirkulasi darah 5. Mengembalikan kemampuan berkontraksi, dan 6. Meningkatkan kerja sistem organ sehingga dapat mengeluarkan zat-zat beracun lebih lancar baik melalui urine maupun keringat. e. Teknik Pijat punggung pada proses persalinan Pijatan dengan tekanan kuat dengan meletakan tumit tangan atau bagian datar dari tangan atau bisa juga menggunakan bola tenis. Tekanan ini dapat diberikan dengan gerakan lurus atau melingkar kecil. Teknik ini sangat
13
efektif dalam menghilangkan rasa sakit pada nyeri punggung, kaki, dan tangan (Meiliasari dkk, 2002). Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat daripada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak menutup pintu gerbang dalam otak. Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem control desenden dan membuat relaksasi otot. Dapat juga digunakan dasar teori Opiate endogenous, dimana reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal cord menentukan dimana sistem saraf pusat mengistirahatkan substansi morfin yang dinamakan endorphin dan enkephalin bila nyeri diterima. Opiate endogen ini dapat dirangsang pengeluaranya oleh stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf sensori perifer (Sari, 2005). Pijat ini sangat bermanfaat saat kontraksi menyerang punggung khususnya bagian bawah dengan tujuan mengurangi nyeri saat terjadinya kontraksi uterus. Pemijatan pada awal persalinan dilakukan dengan menggunakan kedua telapak tangan untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu kebawah dengan gerakan berirama naik turun. Pijatan ini dilakukan dengan lama dan lambat untuk membuat rasa nyaman pada ibu. Seluruh jari harus menyentuh tubuh sehingga merasakan tegangan pada daerah tersebut. Pemijatan pada tahap lanjut persalinan yaitu memijat dengan kuat dipangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan lingkaran-lingkaran disekitar cekungan pantat. Pijatan yang dilakukan
14
pada daerah punggung dilakukan dengan tekanan untuk melawan kontraksi kuat yang terjadi selama proses kala 1 persalinan. 3.3 Salah Satu Penerapan Evidence Based dalam Post Natal Care Menyusui merupakan salah satu proses adaptasi yang dialami ibu postpartum, yaitu periode 24 jam setelah kelahiran hingga 6 minggu. Saat terpenting waktu menyusui adalah pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Bila seseorang ibu dibantu dengan baik pada saat ia mulai menyusui, kemungkinan ibu tersebut akan berhasil untuk terus menyusui (Siregar A, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan laktasi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pada hakikatnya semua wanita dapat menyusui. Jarang ada wanita yang tidak dapat menyusui karena kelainan patofi siologis (WHO, 2003). Menurut WHO, diperkirakan 97% wanita subur mempunyai kemampuan untuk menyusui (Iglesias, et al., 2011). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Ibu mengeluhkan bayinya sering menangis atau menolak menyusu yang kemudian diartikan bahwa ASI tidak cukup atau tidak baik sehingga diambil keputusan untuk menghentikan menyusui (Widiasih, 2008). Rasa cemas yang disebabkan oleh perasaan takut tidak dapat menyusui dan tidak memiliki ASI yang cukup adalah suatu alasan yang paling sering dikemukakan oleh ibu yang gagal mulai menyusui, berhenti menyusui terlalu cepat, atau memulai pemberian makanan tambahan sebelum makanan itu 15
dibutuhkan. Dukungan psikologis akan memperkuat keyakinan diri ibu bahwa dia dapat berhasil menyusui (WHO, 2003). Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk membantu keberhasilan menyusui adalah melalui manajemen psikologis yaitu dengan mengajarkan ibu teknik relaksasi. Terapi Relaksasi Autogenik a. Pengertian Teknik Relaksasi Autogenik Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005). Relaksasi psikologis yang mendalam memiliki manfaat bagi kesehatan yang memungkinkan tubuh menyalurkan energi untuk perbaikan dan pemulihan, serta memberikan kelonggaran bagi ketegangan akibat pola-pola kebiasaan (Goldbert, 2007). Autogenik memiliki makna pengaturan sendiri. Autogenik merupakan salah satu contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri sendiri (Stetter, 2002). Menurut Aryanti (2007) dalam Pratiwi (2012), relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang. Widyastuti (2004) menambahkan bahwa relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah. Luthe (1969) dalam Kang et al(2009) mendefinisikan relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha yang disengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun somatik menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui autosugesti sehingga tercapailah keadaan rileks. b. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik 16
Menurut Pratiwi (2012), seseorang dikatakan sedang dalam keadaan baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula tegang menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat individu mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental. Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan, tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik, psikologis serta kehidupan sosial seorang individu. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks, peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh (Potter & Perry, 2005). Teknik relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-fungsi tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertuju pada diri sendiri. Teknik relaksasi ini membantu individu dalam mengalihkan secara sadar perintah dari diri individu tersebut. Hal ini dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya bagi tubuh. Teknik relaksasi autogenik memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari cara mengalihkan pikiran berdasarkan anjuran sehingga individu dapat menyingkirkan respon stres yang mengganggu pikiran (Widyastuti, 2004). c. Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Bagi Tubuh Dalam relaksasi autogenik, hal yang menjadi anjuran pokok adalah penyerahan pada diri sendiri sehingga memungkinkan berbagai daerah di dalam tubuh (lengan, tangan, tungkai dan kaki) menjadi hangat dan berat. Sensasi hangat dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah tubuh yang
17
diinginkan), yang bertindak seperti pesan internal, menyejukkan dan merelaksasikan otot-otot di sekitarnya (Widyastuti, 2004). Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai merupakan standar latihan relaksasi autogenik (Varvogli, 2011). Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi, sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan. Perubahan33 perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis (Oberg, 2009). d. Tahapan Kerja Teknik Relaksasi Autogenik Menurut Widyastuti (2004) dalam Pratiwi (2012), teknik relaksasi autogenik menggunakan konsep “konsentrasi pasif” pada daerah tertentu di tubuh tiap individu. Praktisi teknik relaksasi autogenik mengulangi ungkapan kepada diri sendiri seperti ungkapan kehangatan, ungkapan lamunan maupun ungkapan pengaktifan. Ungkapan kehangatan yang dipakai dalam relaksasi ini seperti “aku merasa hening, kedua tanganku, lenganku terasa hangat dan berat”. Ungkapan lamunan yang digunakan pada teknik relaksasi ini seperti “jauh di dalam pikiranku, aku merasakan kedamaian dan keheningan yang menenangkan”. Ungkapan pengaktifan yang dapat digunakan dalam relaksasi autogenik seperti “ aku merasa kehidupan dan energi mengalir melalui dada, kedua lengan, dan kedua tanganku”
18
Hadibroto (2006) menyatakan latihan-latihan untuk menghadirkan relaksasi pasif di seluruh bagian tubuh yang dibagi menjadi enam tahap merupakan program teknik relaksasi autogenik. Enam tahap autogenik terdiri dari yaitu merasa berat diseluruh anggota tubuh, merasa hangat ditangan dan kaki, menenangkan denyut jantung, mengatur pernafasan, menghangatkan daerah sekitar jantung, serta mendinginkan dahi. menyatakan Menurut Hadibroto (2006), Widyastuti (2004) dan Siswantoyo (2008) berikut akan dipaparkan langkah-langkah dari teknik relaksasi autogenik yaitu :
Mengatur posisi tubuh, posisi berbaring maupun bersandar ditempat duduk merupakan posisi tubuh terbaik saat melakukan teknik relaksasi autogenik. Sebaiknya individu berbaring di karpet atau di tempat tidur, kedua tangan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke atas, tungkai lurus sehingga tumit dapat menapak di permukaan lantai. Bantal yang tipis dapat diletakkan di bawah kepala atau lutut untuk menyangga, asalkan tubuh tetap nyaman dan posisi tubuh tetap lurus. Apabila posisi berbaring tidak mungkin untuk dilakukan, posisi dapat diubah menjadi bersandar/duduk tegak pada kursi. Saat duduk jaga agar kepala tetap sejajar dengan tubuh dan letakkan kedua tangan di pangkuan atau di sandaran kursi. Calon penerima terapi harus melepaskan jam tangan, cincin, kalung dan perhiasan yang mengikat lainnya serta longgarkan pakaian yang ketat.
Konsentrasi dan kewaspadaan, pernapasan dalam sambil dihitung 1 hingga 7 dilakukan guna meyakinkan. Gerakan ini dilakukan sebanyak 6 kali. Selanjutnya adalah tarikan dan hembusan napas dengan hitungan 1 hingga 9, yang dilakukan sebanyak 6 kali. Ketika menghembuskan napas perlu dirasakan kondisi yang semakin rileks dan seolah-olah tenggelam dalam ketenangan. Latihan ini diulangi 3 kali sehingga mendapatkan konsentrasi yang lebih baik dengan memfokuskan pikiran pada pernafasan serta mengabaikan distraktor yang lain. Fokus pada pernafasan dilakukan dengan cara memfokuskan pandangan pada titik imajiner yang 19
berada pada 2 inci (+ 2,5 cm) dari lubang hidung. Latihan ini mempertahankan kondisi secara pasif untuk tetap berkonsentrasi dan nafas dihembuskan melewati titik tersebut. Selama latihan tetap mempertahankan irama nafas untuk tetap tenang, dan selalu menggunakan pernafasan perut. Sasaran utama mempertahankan pikiran terfokus pada pernafasan.
Ada lima langkah dalam relaksasi autogenik yaitu perasaan berat, perasaan hangat, ketenangan dan kehangatan pada jantung, perasaan dingin di dahi, dan ketenangan pernafasan. Langkah relaksasi dengan menggunakan basic six dan fokus pada pernapasan dilakukan selama ± 10 menit. Kemudian setelah latihan nafas dilanjutkan dengan pengalihan kepada kalimat “mantra” saya merasa tenang dan nyaman berada di sini. ibu disugestikan untuk memasukan kalimat tersebut ke dalam pikirannya dan diintruksikan supaya tenggelam dalam ketenangan ketika mendengar kalimat tersebut. Akhir dari relaksasi autogenik responden merasakan hangat, berat, dingin dan tenang.
20
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Evidence Based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasara untuk pengambilan keputusan klinis. Manfaat yang dapat diperoleh dari Evidence Base antara lain dapat memberikan keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah, dapat meningkatkan kompetensi kognitif, memnuhi tuntutan dan kewjiban sebagai profesional dalam memberikan asuhan yang bermutu, memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. B.
Saran Dengan adanya penulisan makalah ini, semoga seluruh tenaga kesehatan dapat
menerapkan Evidence Based dalam segala proses reproduksi baik Antenatal Care, Intranatal Care dan Post Natal Care demi keamanan tenaga kesehatan, kenyamanan dan keselamatan pasien. Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Evidance-Based Dalam Kebidanan: Kehamilan, Persalinan,& nifas…………… www.library.akbidkbh.ac.id>... 2. Pengaruh Aroma Terapi Blended Peppermint dan Ginger Oli terhadap rasa mual pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban. DR Santi-Jurnal Sain Med,2013-academia.edu 3. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal melalui Peningkatan Kadar Endorfin. Y Aryani, M Masrul,L Evareny. – Jurnal Kesehatan Andalas, 2015-Jurnal.fk.unand.ac.id 4.
Peningkatan durasi pemberian asi pada ibu post partum melalui relaksasi autogenic training Farida Juanita1*, Suratmi1 – Jurnal Keperawatan Indonesia, 2016-jki.ui.ac.id
22