TUGAS KB 4 Instructions TINJAUAN OLAHRAGA PADA ASPEK SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI 1. Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan stabilitas sosial-psikologis dan memainkan peran dalam menggairahkan hidup sehari-hari, demikian juga jika Pendidikan Jasmani dilakukan secara aktif dapat mengatasi kecemasan dan keteganggan mental dalam menjalani kehidupan
ditengah
masyarakat
modern
saat
ini
yang
serba
kompetitif. Bagaimana implementasi yang harus diwujudkan oleh guru PJOK dalam tantangan tersebut dalam tugasnya sehari-hari? Guru harus mampu memberikan Kondisi psikologis yang menunjang untuk berprestasi diantaranya: motivasi tinggi, aspirasi kuat, ketahanan mental, kematangan pribadi. Guru juga harus mampu mengatasi kondisi psikologis
yang dapat
mengganggu penampilan atau prestasi diantaranya kecemasan, motivasi rendah, obsesi, gangguan emosional, keraguan KECEMASAN Kecemasan (stress) adalah tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri seseorang. Perasaan tertekan ini timbul karena banyak faktor yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar (Saparinah, 1982). Kecemasan adalah reaksi situasional terhadap berbagai rangsang stress (ketegangan) (Straub, 1978) Rasa cemas yang dialami siswa atau atlet ketika berada didalam kompetisi olahraga merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari. Atlet yang mengalami Rasa cemas yang dialami siswa atau atlet ketika berada didalam kompetisi olahraga merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari. Atlet yang mengalami kecemasan,
motivasi
keraguan.Kondisi
rendah,
obsesi,
gangguan
emosional,
psikologis
yang
mengganggu
penampilan
seorang
atlet
diantaranya
kecemasan. Sumber kecemasan dapat dibedakan atas dua macam yaitu: (1) Sumber kecemasan dari dalam diri, (2) sumber kecemasan dari luar diri. Gejala-gejala kecemasan perlu dikenali, gejala-gejala tersebut dubedakan atas dua macam (1) gejala fisik; (2) gejala psikis. Teknik untuk mengatasi atau mengurangi rasa kecemasan tersebut penjelasannya sebagai berikut; pemusatan perhatian (Centering), pengaturan pernapasan, relaksasi otot secara progresif, pencarian sumber kecemasan, pembiasaan teknik penanganan individu. Motivasi Motivasi adalah dasar untuk menggerakkan dan mengarahkan perbuatan dan prilaku seseorang dalam olahraga. Motivasi adalah sebagai dorongan untuk mencapai tujuan, dorongan dari dalam diri terhadap aktivitas yang bertujuan. Singer berpendapat bahwa motivasi dibagi dua: yaitu, dorongan (drive) fisik,
dan
motif
sosial.
Teori-teori
motivasi
cukup
menarik
untuk
dibicarakan, teori-teri motivasi dimaksud yakni, (1) teori hedonisme, (2) teori naluri, (3) teori kebudayaan, (4) teori kebituhan. Maslow membagi kebutuhan manusia pada lima tingkat, yaitu (1) kebutuhan mempertahankan hidup, (2) kebutuhan rasa aman,
(3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan penghargaan, (5) kebutuhan aktualisasi diri. Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi primer dan skunder; dapat pula atas motivasi biologis dan sosial. Para ahli banyak yang setuju bahwa motivasi dibagi kedalam dua jenis, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Kondisi dan faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah:
Sehat fisik dan mental,
Lingkungan yang sehat dan menyenangkan
Fasilitas lapangan dan alat yang baik untuk latihan,
Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri,
Permainan atau aktivitas olahraga merupakan saluran dan sublimasi unsur-unsur bawaan (naluri),aktivitas olahraga merupakan saluran dan sublimasi unsur-unsur bawaan (naluri),
Program Pendidikan Jasmani yang menuntut aktivitas,
Menggunakan audio-visual, Metode mengajar. Sedangkan teknik untuk meningkatkan Motivasi beberapa dikenal sebagai,
teknik verbal,
tingkahlaku,
insentif,
supertisi,
citra mental.
2. Olahraga yang terkelola secara baik atau paripurna mampu berperan bukan hanya sebagai bagian dari budaya tetapi juga sebagai media pengembangan
budaya
luhur
masyarakat,
meningkatkan
kepercayaan diri, mengembangkan etika, menepis diskriminasi gender, serta menekan kecemasan dan membangkitkan motivasi diri. Berikan argumentasi secara singkat, jelas dan lugas kenapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara melakukannya?
Olahraga
berpotensi
mempengaruhi
lingkungan
masyarakat
sebaliknya masyarakat juga berpotensi mengubah, mengarahkan
perkembangan
olahraga.
sekitar,
membentuk dan
Perkembangan
olahraga
berpangkal dari kegiatan yang berlangsung dalam konteks budaya, perubahan sosial, dan juga tidak terlepas dari perubahan secara historis. Berolahraga
Merupakan
Bagian
dan
Kebutuhan
Hidup
Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Berarti aktivitas fisik
selalu
dibutuhkan
manusia.
Neilson (1978: 3) mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit selama 50.000 tahun yang berkaitan dengan organi¬sasi tentang struktur dan fungsi yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa
perubahan
utama
bukan
pada
manusianya,
melainkan
pada
kebutuhan dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahanperubahan besar di dalam ling¬kungan alam dan lingkungan buatan manusia. Manusia berusaha memodifikasi lingkungannya dengan mencobacoba,
eksplorasi
dan
dengan
eksploitasi.
Pada jaman primitif gerakan pada mulanya merupakan gejala emosional murni yang dilakukan manusia untuk kesenangan dan komunikasi dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari pelaksanaan gerak yang tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada upacara seremonial dan komunikasi untuk kerja seni. Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelang¬sungan hidup maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar. Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki makna praktis dan religius disimbulkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang terstruktur. Di seluruh
periode
kelangsungan perkembangan
evolusinya,
hidup
dan
aktivitas
tetap
fisik
penting yang
sangat
untuk
penting
pertumbuhan
untuk dan
optimum.
Harrow (1977: 5) mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia, yakni
lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan melempar. Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipi¬sah¬kan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspekaspek
kognitif,
psiko¬motor,
dan
afektif.
Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh penga¬laman belajar, lingkungan yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia harus disiapkan untuk memahami fisio¬logis, psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak secara keselu¬ruhan. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Didalam olahraga juga mengajarkan nilai-nilai moral, Perbuatan bernilai moral yang bersifat universal dan lebih prinsipil diintisarikan oleh Rusli dan Sumardianto (2000), yaitu :(1) keadilan, (2) kejujuran, (3) tanggung jawab, (4) kedamaian.
Keadilan dibagi ke dalam empat bentuk: distributive, procedural, retributif dan kompensatori. Keadilan distributive adalah keadilan dalam pembagian keuntungan dan beban kerja yang sempurna relative dikaitkan dengan hasilnya. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributive mencakuppersepsi yang fair sehubungan dengan hukum yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensatori mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya. Kejujuran selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu dan memperdaya, hal ini terwujud dalam tindakan dan perkataan;
Misalnya kejujuran wasit akan membuat semua orang percaya akan keputusannya. Pemain yang jujur adalah pemain yang mematuhi peraturan serta bertanding dengan mengandalkan kemampuanpenggunaan teknik, taktik dan ketangguhan fisik secara jujur, misalnya tidak menggunakan doping. Tanggung jawab adalah kesediaan untuk memikul resikoatas perbuatan sendiri. Seorang pemain harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatih dan kepada pemain itu sendiri. Seorang wasit bertanggung jawab untuk memimpin pertandingan sesuai dengan peraturan. Kedamaian mengandung makna sesuatu yang nyaman bagi semua pihak tanpa adapermusuhan dan tindakan kekerasan. Pertandingan olahraga memang mengandung unsur kompetitif (persaingan) tetapi sifat kompetitif itu bukan berarti permusuhan, sebab pertandingan hanya akan dapat terjadi jika ada kerjasama (cooperation) antara kedua pihak yang bertanding. Kerjasama itu misalnya kesepakatan tentang peraturan permainan atau pertandingan, karena itu jikadalam pertandingan olahraga terjadi baku hantam dan hooliganisme (kebrutalan) maka ini merupakan kejadian yang ironis yang dipastikanada sesuatu kekeliruan di sana sehingga nilai moral kedamaian terabaikan. Nilai moral dijelaskan sebelumnya bersifat universal namun dapat juga bersifat subjektif. Nilai moral yang dianut berbeda-beda antar satu kelompok budaya dengan kelompok budaya lainnya, “lain lubuk lain ikannya; lain padang lain pula belalangnya”. Budaya didalam masyarakatmempunyai adat yang khas, didalamnya terdapat nilai-nilai moral. Nilai moral ditegakkan dengan norma, sebab norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari hari berdasarkan motivasi tertentu. Etika sangat vital dalam kehidupan kelompok masyarakat, setiap kelompok masyarakat mempunyai standar nilai yang dijunjung tinggi oleh warganya.
Sekolah didirikan masyarakat bukan hanya untuk membuat generasi muda menjadi pintar (intelligible) tetapi tidak kalah penting adalah untuk pencapaian pendidikan moral dan watak yang “comform” dengan standar etika dari kelompok masyarakat bersangkutan. Olahraga termasuk unsur yang
dapat
pendidikan
mengembangankan watak.
pengalaman
Olahraga
manusia.
standar
dapat
Aktivitas
etika,
dijadikan
olahraga
yang
berkontribusi sebagai
dalam
laboratorium
dilakukan
cendrung
akanmengungkapkan dan mempertunjukkan jati diri nyata pelakunya (inner self). Isu diskriminasi gender dalam olahraga hakekatnya berakar dari sistem patriarchat. Lakilaki tugasnya adalah melindungi wanita dan anak-anak dengan ototnya, peran wanita kesannya baik budi (pretty), penurut, pendamping/melayani laki-laki, dan melahirkan serta membesarkan anak, olahraga cendrung meneruskan dan mempertahankan patriarchat ini. William Arens, seorang antropolog yang dikutip oleh Calhhoun (1987) memberikan komentar tentang olahraga rugby, olahraga “contactsport” (olahraga beladiri misalnya) dan mungkin semua olahraga umumnya, bahwa aktivitas olahraga dipandang sebagai perlambang dari nilai fisik dan budaya dari kejantanan (masculinity). Eksklusifitas jati diri laki-laki berarti pembedaan diri (exclusion) dari wanita. Eksklusi ini dapat dilihat dalam berbagai dimensi. Dimensi yang paling ekstrim adalah pengecualian wanita dari semua aktivitas olahraga pada olympiade kuno, bahkan untuk menonton pertandingan sajapun wanita tidak diperbolehkan. Dimensi yang lebih lunak adalah ketika wanita diperbolehkan mengambil
peran
sebagai
penunjang
pertandingan
olahraga,
seperti
cheerleaders (yang memberi semangat kepada tim yang bertanding), membawa papan penunjuk ronde dalam pertandingan tinju, mendampingi dan mempayungi pembalap ketika akan berlaga di arena balapan. Masyarakat tradisional umumnya, dan atau karena ajaran dari keagamaan tertentu ada semacam tradisi untuk melarang wanita bertanding maupun
terlibat dalam beberapa jenis aktivitas olahraga. Wanita dilarang mengikuti “contact sport” seperti gulat, tinju, dan rugby. Pelarangan-pelarangan wanita tidak boleh melibatkan diri kedalam aktivitas olahraga tinjauan berdasarkan mitos fisiologi beberapa diantaranya bahwa partisipasi wanita dalam melakukan olahraga yang keras dapat mengganggu kemampuan untuk melahirkan yaitu akan berdampak kepada otot-otot yang berhubungan dengan organ yang berhubungan langsung dengan saat melahirkan seperti otot pesecara normal. Aktivitas dari beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara wanita. Mitos ini tetap ada meskipun organ wanita dimaksud sebenarnya lebih terlindungidibanding organ vital laki-laki. Alat kelamin laki-laki justru lebih peka terkena pukulan daripada buah dada wanita. Alasan yang radikal sebenarnya adalah karena benturan keras dianggap tidak menunjukkan sifat kewanitaan (feminim). Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan mudah terjadi cedera. Meski ukuran tubuh umumnya lebih kecil daripada laki-laki, namun tulang mereka tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot wanita lebih ringan, maka resiko menghadapi bahaya sebenarnya lvis, sehingga nantinya tidak cukup
fleksibel
untuk
melahirkan
lebih
sedikit
dibanding
laki-laki
Keterlibatan dalam aktivitas olahraga membuat masalah pada menstruasi. Menurut ginekolog, “aktivitas olahrag atidak mempengaruhi menstruasi.” (Wyrick, 1974). Memang bagi atlet dalam priode latihan yang keras sering mengalami keterlambatan menstruasi, namun hal ini disebabkan oleh kurangnya persentase lemak tubuh. Masalah ini akan hilang jika latihan ketat ini berakhir. Keterlibatan dalam aktivitas olahraga menjadikan otot menonjol dan tidak menarik.
Padahal tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik. Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat responsif fisik. Mitos-mitos fisiologi diatas sebenarnya tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam aktivitas olahraga. Upaya untuk membuat penyadaran akan mitos-mitos tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan penting untuk menghilangkan anggapan-anggapan mitos berdasarkan ilmu pengetahuan.