Hubungan Antara Ras, Etnisitas dan Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan, perilaku dan tradisi dalam menjalani hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap fase aktivitas manusia. Setiap orang biasanya menerima dan mempercayai apa yang dikatakan oleh budaya mereka. Kita dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana kita tinggal, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada diri kita. Dari setiap individu yang diciptakan oleh tuhan tak lepas dari perbedaan ras, etnisitas dan kebangsaan dalam setiap masyarakat. Dalam masyarakat multikultural perbedaan tersebut bisa menyebabkan masalah sosial terkait dengan SARA. SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan SARA. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia. SARA Dapat Digolongkan Dalam Tiga Kategori • Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan. • Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya. • Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat.Dalam pengertian lain SARA dapat di sebut Diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil
karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan. Salah satu perbedaan yang ada yaitu ras. Ras adalah penggolongan suku bangsa yang didasarkan pada ciri-ciri fisik, asal-usul wilayah serta bahasa. Adapun pendapat Daljoeni mengenai ras. Ras adalah suatu kategori tertentu dari sesorang yang bias superior maupun inferior, yang ditandai oleh karakteristik fisik, seperti warna kulit, tekstur rambut, dan lipatan mata. Daljoeni juga menambahkan bahwa pengelompokan manusia berdasarkan karakteristik biologis, misal: kaukasoid, mongoloid, negroid , australoid dan indian. Dalam kata lain pengelompokan manusia berarti memiliki kesamaan antara karakteristik tersebut yang biasanya turun temurun dari asalnya. Disetiap daerah biasanya memiliki ras tertentu yang menyebabkan perbedaan sosial dalam masyarakat luas. Di indonesia sendiri memiliki keanekaragaman ras tersebut sehingga ada beberapa masalah sosial yang terjadi di indonesia yang menyebabkan perpecahaan dan konflik. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan lenyap dari sejarah. Selama kita masih hidup tidak mungkin kita menghapus konflik dari dunia ini. Baik konflik intrapersonal, interpersonal dan juga konflik antar kelompok merupakan bagian konstitutif dari sejarah manusia. Berbagai macam hal seperti perbedaan selera, perbedaan pendapat dapat mengakibatkan timbulnya konflik. Masalahnya adalah, apabila konflik tersebut kemudian terus berlanjut hingga melahirkan kekerasan yang dapat menimbulkan korban jiwa. Salah satu akibat dari perbedaan ras yaitu menyebabkan terjadinya rasisme yang merupakan faktor penyebab dari diskriminasi sosial. Rasisme sendiri adalah paham pembedaan sikap maupun perlakuan yang dilakukan terhadap individu maupun kelompok terhadap individu ataupun kelompok karena perbedaan ras tersebut. Contoh umum dari rasisme yaitu rasisme kulit putih terhadap kulit hitam yang terjadi di amerika sehingga mereka menganggap rendah ras kulit hitam dan melakukan sesuatu yang menurut mereka berhak mereka lakukan terhadap kulit hitam tersebut. Ras tersebut memiliki hubungan tertentu terhadap etnisitas. Etnisitas sendiri berasal dari kata etnis atau dalam budaya dan bahasa yunani kuno etnos. Istilah etnos menunjukkan suatu yang bersinonim dengan konsep manusia beradap yaitu komunitas masyarakat yang non-Kristiani dan non-Yahudi. Pada dasarnya yang dimaksud etnisitas adalah sekelompok manusia yang memiliki ciriciri yang sama dalam hal budaya dan biologis serta bertindak menurut pola-pola yang sama. Dari pengertian etnis yang berkembang seperti komunitaas etnis. Pada tingkat masyarakat etnis, kelompok masyarakat tersebut telah memiliki teori teori yang tetap serta terikat di atas organisasi politiknya. Konsep inilah yang dapat dikatakan sebagai konsep
nasion atau bangsa. Tipologi Handelman mengenai etnik tersebut mempunyai kekurangan yaitu belum menunjukkan kepada kita mengenai isi dari apa yang disebut etnik tersebut. Schermerhon melengkapi tipologi Handelman dengan mengatakan bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen yang simbolik seperti keluarga, ciri-ciri fisik, afiliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialeg,dan lainnya Pada dasarnya kelompok etnis mempunyai enam sifat-sifat sebagai berikut: 1.Memiliki nama yang khas yang mengidentifikasikan hakikat dari suatu masyarakat, misalnya Suku Dayak, Batak , Melayu dan lainnya 2.Memiliki suatu mitos akan kesatuan nenek moyang, misalnya bagi suku Minahasa memiliki suatu mitos keluarga super yang berasal dari manusia pertama Toar dan Lumimuut. 3.Kelompok tersebut mempunyai ingatan historis yang sama, misalnya para pahlawan, kejadiankejadian tertentu di dalam hari-hari peringatan suku tersebut. 4.Kelompok tersebut memiliki kesatuan elemen-elemen budaya, misalnya agama, adat istiadat, bahasa. 5.Kelompok tersebut terikat dengan suatu tanah tumpah darah baik secara fisik maupun hanya sebagai keterikatan simbolik terhadap tanah leluhur, misalnya pada kelompok-kelompok diaspora 6.Memiliki suatu rasa solidaritas dari penduduknya. Berbagai pakar melihat etnisitas dari berbagai sudut pandang. Perbedaan sudut pandang mengenai konsep tersebut melahirkan pengertian yang berbeda-beda. Dalam sejarahnya istilah etnisitas baru muncul di dalam dunia modern seperti yang dijelaskan, etnisitas telah muncul di dalam sejarah umat manusia sejak lama. Pada abad ke-13 sebelum Masehi dikenal suku-suku Mesir, Sumeria dan lain-lain. Demikian pula sudah mulai mengenal konflik dalam masyarakat. Terkenal juga pada zaman tersebut etnis Yunani dan Yahudi yang mempunyai sejarah tertulis. Dibawah kerajaan Helenistik dan Roma, terjadi pengadopsian nilai-nilai Yunani dan Romawi serta didirikan lembaga politik dan sosial serta mulai lahir apa yang dikenal sebagai “Prejudice” etnis. Perkenalan terhadap etnis juga mulai terlihat di dunia Timur dan Negara-negara Asia. Mulai dikenal kelompok-kelompok etnis berdasarkan agama yaitu Agama Hindu dan Budha. Kemudian kebudayaan tersebut masuk di indonesia yang dikenal dengan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit merupakan Kerajaan Hindu-Budha dengan etnis Melayu serta Jawa. Di dunia barat terjadi migrasi dari masyarakat Indo-Eropa memasuki benua Eropa membentuk Kerajaan Romawi, munculnya kerajaan-kerajaan berdasarkan etnis. Di Eropa Timur muncul komunitaskomunitas etnik dan negara seperti Kroasia, Polandia, Serbia, Kiev, Moskow. Di dalam sejarah terbentuknya kelompok-kelompok etnis sampai bangsa, pakar seperti Meinecke membedakan “Culture nation” dan “State nation”. Di zaman Yunani kuno dibedakan antara negara yang berdasarkan Polis (negara kota) dan Helas yaitu dunia budaya yang membedakannya dengan manusia-manusia bukan Helas yang dianggap masih kurang beradab. Di dalam perkembangan sejarah etnisitas kita lihat betapa penting peranan bahasa.Terlihat di dalam sejarah manusia betapa perbedaan etnis pada zaman kuno telah berubah menjadi masyarakat yang bersatu karena bahasa terutama pada abad pertengahan maka lahirlah nasionalisme bahasa. Sehingga bahasa dapat diasumsikan jika bahasa dapat menunjukkan identitas suatu bangsa. Demikian pula kita lihat bagaimana kesatuan etnis yang berdasarkan berjenis-jenis motif telah memainakan peranan yang besar serta strategi di dalam kehidupan ekonomi dan politik. Etnisitas memiliki pengaruh terhadap modernisasi. Peranan etnisitas di dunia modern mengambil bentuknya yang beranekaragam tergantung kepada kondisi sosial politik. Misalnya peranan etnisitas di dalam kota megalopolis seperti New York adalah kota di Amerika Serikat yang sudah tentu didominasi oleh budaya mainstream yaitu budaya WASP. Di tempat lain kondisi kelompok-kelompok etnis mengambil bentuk tertentu misalnya untuk kelas bawah mereka cenderung mengikat kesatuan di dalam organisasi kemasyarakat yang terikat dengan adat istiadat. Untuk kelas menegah dan tinggi biasanya mereka itu mulai melepaskan diri dari akart etnisnya. Etnisitas bagi kelompok mereka semata-mata tinggal merupakan simbol dan tradisi yang bagi perorangan merupakan pilihan yang opsional. Salah satu akibat dari etnisitas yaitu adanya paham fasisme. Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa dan terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan termasuk eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara.
Etnisitas merupakan suatu wujud yang menunjukkan adanya kebangsaan. Pengertian lebih mengenai kebangsaan yaitu meliputi apa bangsa itu dan bagaimana mewujudkan masa depannya. Kebangsaan biasanya berkaitan erat dengan kata nasionalisme. Nasionalisme sendiri merupakan suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Kebangsaan dapat menimbulkan rasa kebangsaan. Rasa kebangsaan adalah suatu perasaan rakyat, masyarakat, dan bangsa terhadap kondisi bangsanya sendiri yang menimbulkan adanya nasionalisme. Dalam paham ini, digambarkan adanya penyatuan atas perbedaan unsur dalam suatu negara, seperti ras, suku, agama, bahasa, dll. Yang menyatu atas dasar adanya persamaan hak dan persamaan tujuan umum atau cita-cita bersama yang dimiliki bangsa negara yang bersangkutan. Di dalam suatu ras, etnisitas dan kebangsaan memiliki keterkaitannya satu sama lain. Salah satu hal yang sangat menonjol di dalam mewujudkan etnisitas adalah ras. Terkenal penelitian Furnivall mengenai masyarakat kolonial di Asia Selatan termasuk di Indonesia. Di dalam penelitian ini dia membedakan antara masyarakat yang secara homogen mempunyai budaya yang sama dan mempunyai nilai-nilai normatif yang mempersatukannya, dan yang kedua adalah masyarakat yang terbagi-bagi atas banyak etnik dan berjenis budaya namun diikat menjadi kesatuan melalui paksaaan. Konsep ras yang yang dikaitkan dengan konsep etnisitas tidak hanya berlaku dalam masyarakat Eropa tetapi juga masyarakat Timur dimana dipengaruhi dengan ide rasial dengan superioritas. Hubungan antara etnisitas dan kebangsaan memiliki konflik tertentu. Rasa solidaritas etnis merupakan dasar dari banyak konflik di dalam sejarah umat manusia. Pada masa kolonial kita lihat bagaimana pemerintah kolonial telah mengseksploitasi etnis di dalam memperkuat cengkeramannya terhadap rakyat jajahan. Sentimen etnis juga masih di dalam dunia modern, seperti di Amerika Latin. Penduduk asli (suku Indian) banyak mengadakan gerakan-gerakan terhadap negara seprti Peru, Bolivia, Mexico. Menghadapi konflik etnis di dalam suatu negara tehadap beberapa cara mengatasinya: 1) Menghilangkan konflik (conflict elimination) 2) Mengelola konflik (conflict management). Dengan conflict management dapat terjadi partisipasi dengan lahirnya negara-negara baru seperti yang terjadi pada waktu partisi Pakistan dan India. Dapat juga terjadi pemindahan penduduk secara besar-besaran. Dalam cara yang kedua dititikberatkan kepada terciptanya kontrol yang hegemonis. Dalam keadaan ini tejadi terbentuknya negara federal, atau terjadi akomodasi terhadap tuntunantuntunan etnis dalam rangka menjaga integritas bangsa.
Etnisitas dalam era globalisasi kelihatan semakin berkurang peranannya di dalam kehidupan bersama yang semakin menyatu. Batas-batas negara semakin renggang dan komunikasi antar manusia semakin cepat dan intens. Dunia berubah dengan cepat sehingga kemungkinan besar tidak ada lagi budaya yang dianggap dominan. Pertukaran budaya semakin mudah dan terbuka karena pendidikan dan komunikasi, hubungan antar manusia semkain erat dan menghilangkan berbagai jenis prejudice. Di pihak lain etnisitas ternyata masih berperan dalam era globalisasi. Masyarakat terbuka oleh teknologi informasi telah melahirkan kesadaran individu. Humanitas mulai muncul kembali dan salah satu ciri utama dari humanitas ialah memiliki identitas diri sendiri. Timbulnya keinginan untuk ingin diakui oleh orang lain karena mempunyai kebudayaan sendiri dan bukan nilai0nilai global yang tanpa makna. Etnisitas dalam abad 21 mempunyai makna yang semakin berbobot. Sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi, setiap manusia atau kelompok masyarakat memiliki hak untuk hidup dan memelihara kebudayaannya sendiri. Pengakuan terhadap berbagai macam kebudayaan dalam suatu negara merupakan suatu cara hidup berbangsa yang modern. Inilah yang dikenal dengan multikulturalisme. Paham multikulturalisme bekaitan erta dengan etnistas. Multikulturalisme di dalam perkembangan etnisitas dewasa ini tentunya bukan lahir secara sendirinya. Kesadaran seseorang terhadap budayanya serta kebanggaan dalam meilikinya di dalam ikatan dengan komunitasnya merupakan hasil dari perkembangan pribadi seseorang. Inilah yang dikenal dengan pendidikan multikulturalisme. Uraian mengenai etnisitas di atas menunjukkan kepada kita bahwa tidak selalu etnisitas berkatan dengan konflik dalam masyarakat, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal. Keteruraian etnisitas di dalam masyarakat modern lebih-lebih di negara sedang berkembang berkaitan erat dengan kepemimpinan baik pemimpin formal maupun informal. Oleh sebab itu peranan pemerintah, pemimpin-pemimpin masyarakat sangat menentukan di dalam menimbulkan sentimen yang positif maupun yang destruktif dari etnisitas di dalam pembangunan masyarakat. Di dalam literatur kita temukan ras dikaitkan dengan identitas biologis, sedangkan etnisitas dikaitkan dengan identitas budaya. Politik kolonial yang melahirkan identitas legal secara langsung atau tidak langsung telah mempererat sentimen etnis atau kesukuan. Dalam politik kolonia hal tersebut dikenal dengan politik devide et impera. Politik kolonia dalam pementukan identitas nasional tampak bekas-bekasnya di dalam pembentukan negara Indonesia. Dalam UUD 1945 sebelum diamandemenkan disyaratkan bahwa seorang presiden haruslah seorang Indonesia asli. Di
dalam amandemen UUD 1945 syarat-syarat tersebut hanya dikatakan dalam pasal 6 “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya.” Rumusan tersebut telah menghilangkan keraguan-keraguan mengenai keaslian warga negara Indonesia. Pembedaan antara warga negara asli dan warga negara keturunan telah mempunyai dampak yang sangat luas di dalam kehidupan masyarakat. Pengertian etnisitas lebih merupakan pengertian budaya yang memberikan sumbangan terhadap identitas berbangsa yaitu berbangsa Indonesia yang bersatu. Dengan dimensi-dimensi etnisitas di atas maka sukar untuk merumuskan suatu definisi yang memuaskan semua pihak. Ternyata identitas etnis sangat tergantung pada dimensi apa yang digunakan seseorang untuk menggunakan identitas-identitas tersebut. Identitas etnis ternyata merupakan suatu konstruksi sosial. Jadi, kesimpulannya yaitu kita hidup didunia ini memang tidak lepas dari perbedaan tersebut. Adanya banyak sekali perbedaan dalam hidup kita ini. Bahkan setiap orangpun pasti bentuk fisik dan karakter yang berbeda beda. Di indonesia sendiri memiliki beragam suku, adat, bahasa, ras dan agama, tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan bahwa indonesia tidak bisa bersatu. Perbedaan tersebut justru menjadi warna yang indah didalam negeri Indonesia dan disimbolkan dalam kata “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda beda tetapi tetap satu jua dan juga terdapat dalam isi sila ke 3 pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Dalam hal ini juga penting diajarkan didalam Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk rasa cinta tanah air, cinta kepada budaya dan membentuk karakter bangsa yang berkepribadian, berbudi luhur, mandiri, kreatif dan disiplin dan mampu berfikir rasional dan kritis serta memiliki rasa tanggung jawab. Namun juga di indonesia tidak sedikit yang mengalami diskriminasi dan semacamnya yang menimbulkan banyak konflik. Memang tidak enak rasanya jika kita mengalami diskriminasi, rasisme dan sebagainya. Kita harus memahami perasaan orang yang tersakiti tersebut. Tindakan semacam itu merupakan tidak manusiawi dan tidak sepatutnya kita lakukan yang hanya dilakukan oleh orang yang tidak memiliki akal sehat dan moral serta pendidikan dalam hidupnya. Kita semua harus menyadari bahwa kita merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang maha esa yang memiliki derajat yang sama dihadapannya. Kita harus menerima perbedaan tersebut dan memahami bahwa perbedaan itu indah. Untuk mencegah timbulnya konflik yang menyebabkan perpecahan tersebut, sebaiknya kita harus bisa bersikap toleransi dan bisa saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Jika kita bisa memiliki perasaan tersebut niscaya rasisme dan sebagainya itu tidak akan ada. Didalam agama
manapun juga diajarkan bahwa kita harus bersikap toleransi dan saling menghargai sesama manusia. Karena tuhan tidak memandang kita berdasarkan fisik, suku dan lainnya, tetapi iman dan amal ibadah kita. Daftar pustaka : http://www.academia.edu/9036567/Membedakan_Arti_Etnisitas_Ras_dan_Bangsa Wikipedia.com Google.com