Tugas Akhir Komunikasi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Akhir Komunikasi as PDF for free.

More details

  • Words: 12,037
  • Pages: 64
1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi – strategi adaptasi untuk mengatasi situasi – situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara – cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Melalui komunikasi kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati, dan kebencian. Maka dengan komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lainnya. Karena itu tidak mungkin kita dapat mengenal makna cinta bila kitapun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna pelecehan bila kita tidak mengenal makna penghormatan. Lewat umpan balik orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang sehat secara

2

jasmani dan rohani, dan bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami melalui hubungan kontak. Dengan demikian, pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi

interpersonal

merupakan

proses

pengiriman

dan

penerimaan pesan – pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang – orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau bahkan dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan

yang

ingin

disampaikan.

Siapa

yang

berkepentingan

untuk

menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai komunikasi. Komunikasi berpola stimulus – respon adalah model komunikasi yang masih terlihat dalam kehidupan keluarga. Komunikasi ini sering terjadi pada saat orang tua mengasuh bayi. Orang tua lebih aktif dan kreatif memberikan stimulus

(rangsangan),

(tanggapan).

sementara

bayi

berusaha memberikan

respons

3

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta disertai dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subyek yang harus dibina, dibimbing, dan dididik, dan bukan sebagai obyek semata(Djamarah, 2004:02). Kedekatan hubungan pihak – pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis – jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat (Mulyana, 2003 : 73). Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi seorang ibu dengan anak yang baru dilahirkan maka yang mendominasi adalah ibunya dengan memberikan sentuhan dan kontak fisik. Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan – pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra kita untuk mempertinggi daya bujuk / rangsang pesan yang kita komunikasikan kepada orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.

4

Dan sering digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan (Effendi, 1993 : 59). Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata – kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu hubungan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi dapat diartikan menjadi perilaku yang sengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan – pesan tersebut bermakna bagi orang lain. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam memperoleh informasi tidak hanya dengan komunikasi secara langsung (tatap muka), tetapi juga dapat melalui media massa sebagai saluran komunikasi dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada khalyak luas. Komunikasi massa mempunyai pengawasan lingkungan, dimana fungsi ini menunjukkan pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi didalam dan diluar lingkungan suatu masyarakat. Dalam fungsi

5

pengawasan lingkungan ini, yang paling penting bagi masyarakat adalah berbagai berita yang ada akan memberikan peringatan atau anjuran agar mampu menilai dan menyesuaikan pada kondisi yang selalu berkembang dan berubah (Sendjaja, 1993:172). Selain itu, komunikasi melalui media massa juga memiliki fungsi terhadap individu, diantaranya adalah fungsi pengawasan dan pencarian informasi yang menjelaskan bahwa segala informasi yang menyangkut kehidupan manusia selalu dilaporkan oleh media massa. Oleh karena itu informasi atau pesan telah memberikan pengetahuan bagi setiap orang. Disamping itu, segala informasi yang dibutuhkan oleh masing - masing orang akan memberikan pemahaman yang lebih jauh dan membantu seseorang dalam berbuat sesuatu, mengambil keputusan, dan memiliki kepercayaan dalam perilakunya (Sendjaja, 1993 : 173). menurut Soekanto (1990:10), pengatahuan diperoleh melalui kenyataan atau fakta dengan melihat sendiri dan mendengarkan sendiri melalui alat - alat komunikasi, seperti dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat televisi atau film dan sebagainya. Di Indonesia angka kematian bayi terbilang cukup tinggi yang hanya dikarenakan pemberian air susu ibu. Memang terkesan remeh karena pada umumnya penyebab kematian bayi dikarenakan penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan akut, diare dan campak. Tetapi faktanya justru penyebab yang mendasari kematian bayi adalah gizi buruk yang mencapai hingga 54 persen dari penyebab lainnya. Penyebab kurang gizi, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati, adalah pola pemberian makan

6

yang salah pada bayi, yaitu pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat (kurang dari usia 6 bulan) atau terlalu lambat (lebih dari usia 6 bulan) karena dapat mengganggu kualitas, kuantitas, maupun keamanan makanan bayi. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi. Terkait manfaat ASI, maka diadakan Pekan ASI 2007 yang berlangsung 1 – 7 Agustus dengan Tema “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can save one million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta bayi” yang sama halnya disebut program Inisiasi Dini. Program ini dilaksanakan juga di rumah sakit – rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus, untuk menerapkan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna (Kompas, 3 Agustus 2007 : 42). Pemberian ASI sejak dini atau segera seusai kelahiran dapat mencegah jumlah kematian bayi yang signifikan di Negara berkembang. Karena kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir dan menyusui sendiri dalam satu jam pertama kehidupan sangat penting bagi kondisi awal bayi. Bayi akan tercemar labih dulu oleh bakteri dari ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu. Bakteri itu akan membuat koloni di usus dan kulit bayi menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Selain itu, bayi akan menjadi lebih tenang, kurang stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil. Dalam hal ini terdapat juga hambatan dari ibu yang baru melahirkan tersebut, dia kurang mendapatkan dukungan dari keluarga karena proses menyusui itu bersifat natural sehingga tidak perlu adanya inisiasi dini. Dan juga

7

di era globalisasi ini semakin banyak wanita karier yang lebih memanfaatkan susu formula dibanding ASI eksklusif untuk bayinya (BKKBN online – Berita, 28 Agustus 2007). Tata laksana dari inisiasi dini itu adalah kontak dengan bayi sejak dini sehingga membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Bayi baru bisa menunjukkan kesiapan untuk minum sekitar 30 – 40 menit setelah dilahirkan. Sedangkan pada persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga lebih dari satu jam dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri sehingga ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu, ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusui pertama selesai. Dari penjelasan latar belakang masalah diatas peneliti mencoba mengangkat fenomena komunikasi yang terjadi pada program inisiasi tersebut. Dalam kegiatan inisiasi tersebut terjadi proses komunikasi antar personal yang lebih jelasnya komunikasi nonverbal antara ibu dan anaknya yang baru dilahirkan. Peneliti berusaha menjelaskan dan membuktikan bahwa komunikasi massa yang dilakukan oleh pemerintah/depkes dalam program inisiasi dini melalui surat kabar dapat diterima dan dimengerti yang kemudian di praktekkan oleh calon ibu/ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pencegah tingginya angka kematian bayi. Maka dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program “Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar.

8

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperoleh permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap Program “Inisiasi Dini” oleh Depkes di Surat Kabar?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberdayakan posisi ibu hamil pada program “Inisiasi Dini” dalam awal kehidupan anaknya.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemikiran bagi pengembangan

ilmu

komunikasi

terutama

mengenai

tingkat

pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2. Manfaat Praktis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi ahli kedokteran / kebidanan di Indonesia mengenai tindakan inisiasi setelah proses kelahiran. Dan selain itu diharapkan juga dengan adanya penelitian ini para orang tua khususnya para ibu yang sedang mengandung atau akan melahirkan untuk mencoba program inisiasi setelah proses kelahiran tanpa kekhawatiran yang berlebihan.

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Surat Kabar 2.1.1. 1. Surat kabar sebagai Media komunikasi Massa Dalam bukunya Onong menyebutkan bahwa media massa diartikan sebagai media yang mampu menimbulkan keserempakan diantara khalayak yang sedang memperhatikan pesan – pesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut (Effendi, 1990 : 26). Dari definisi Onong tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis media sebagai penyalur pesan yaitu media cetak yang terdiri dari surat kabar dan majalah serta media elektronik yang terdiri dari televisi, radio, dan film. Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan – pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih (Kasali, 1992 : 99).

2.1.1.2. Fungsi Surat kabar Fungsi Surat Kabar sebagai Media Massa menyebutkan pers sebagai penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial yang konstruktif menyalurkan aspirasi masyarakat, meluaskan komunikasi dan peran serta positif bagi masyarakat (Rahmat, 1993 : 217). Sementara (Rahmadi, 1990 : 78) dalam perbandingan system pers menunjukkan empat fungsi pers yaitu :

10

1. Fungsi mendidik, bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa melalui

informasi

yang

disampaikan

dalam

menunjang pendidikan masyarakat. 2. Fungsi menghubungkan, bahwa surat kabar menyelenggarakan suatu hubungan sosial antara warga negara yang satu dengan yang lain. 3. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum dimana pers tidak hanya menyajikan berita atau informasi tetapi juga memuat pikiran – pikiran, pandangan atau pendapat orang hingga dapat membentuk pendapat dari para pembacanya. 4. Fungsi kontrol sosial, kekuatan utama media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan disekitar masyarakat. Seperti disebutkan diatas yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan peranan media massa yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan pancasila perlu diupayakan makin berkembangnya interaksi positif antara media massa, pemerintah dan masyarakat sehingga dapat makin diwujudkan peran serta aktif media massa dalam mendukung pembangunan yang berfungsi untuk menyebarkan informasi yang obyektif, edukatif melakukan kontrol sosial yang konstruktif, menyalurkan aspirasi masyarakat serta memperluas komunikasi dan peran serta positif masyarakat. Dalam arti luas, kontrol sosial mencakup segala proses yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma – norma serta nilai – nilai sosial yang berlaku (Soekanto, 1982 : 193). Tanggung jawab

11

dan kewajiban untuk melakukan kontrol sosial oleh pers yang dinyatakan dalam surat pembaca, dalam kuasa dan moral adalah tanggung jawab pers terhadap etika kebenaran. Kebenaran dalam pengertian ini adalah mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Bahwa program Inisiasi Dini yang di sebarkan oleh surat kabar merupakan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan dibuktikan kevalidannya.

2.1.1.3. Pembaca sebagai Khalayak Media Massa Setiap komunikasi pasti ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan komunikator. Dalam komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa cetak yang bersangkutan. Oleh karena itu, khalayak komunikasi massa bersifat luas, anonim dan heterogen. Luasnya

khalayak

komunikasi

massa

dikarenakan

pesan

yang

disampaikan memang tidak terbatas untuk orang – orang tertentu saja, melainkan buat siapa saja yang dapat menangkap pesan tersebut. Sehingga, setiap orang yang terjangkau oleh media massa cetak yang bersangkutan dengan sendirinya menjadi khalayak (Winarni, 2003:17). Hal ini menyulitkan pihak komunikator dalam menyebarkan pesannya dalam media massa cetak, karena setiap individu dari khalayak menginginkan agar tujuannya terpenuhi. Khalayak dapat dibedakan selain dengan segmen psikografis juga dilakukan pembedaan demografis. Cara inilah yang termudah jika belum mengenal bentuk karakteristik khalayak sehingga sulit ditentukan ciri dan gaya hidup secara psikologis. Untuk memenuhi keinginan khalayak, maka dapat

12

dikelompokkan menurut gambaran statistik mengenai khalayak seperti : perbandingan jumlah pria dan wanita, komposisi usia, distribusi, pendidikan, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan semacamnya (Rakhmat, 1992 : 129). Demikian pula khalayak sasaran media massa cetak yang menuliskan berita tentang adanya program dari depkes mengenai Inisiasi Dini, yakni para calon / ibu hamil.

2.1.2. Informasi Informasi dapat diartikan sebagai suatu rekaman fenomena yang diamati, data atau fakta dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung, makna data, sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian atau dapat juga berupa putusan – putusan yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa informasi lebih bermakna berita. Tetapi informasi bisa jadi hanya berupa kesan pikiran seseorang sehingga tidak mudah mendefinisikan konsep informasi, karena informasi sendiri mempunyai berbagai macam aspek, ciri, manfaat yang satu dengan lainnya terkadang sangat berbeda (Pawit, 1988:3) Obyek informasi adalah sangat luas yaitu segala sesuatu tentang alam ini, termasuk segala peristiwa yang terjadi didalamnya. Dari sekian banyak informasi, hanya sebagian kecil yang dapat dirasakan, didengar, dilihat, dan direkam manusia. Sifat – sifat informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi (Aw. Widjaja, 1993:30 – 31) 1. Informasi yang relevan dan tidak relevan

13

Maksud informasi yang relevan adalah informasi yan ada hubungannya atau ada kepentingannya dengan penerima informasi. Informasi yang tidak relevan yaitu informasi yang tidak ada hubungannya bagi penerima informasi. 2. Informasi dapat berguna dan kurang berharga Informasi berguna bila langsung menyangkut dirinya (pencari informasi). 3. Informasi dapat tepat waktu dapat pula tidak tepat waktu Tepat waktu apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan. Tetapi bila terlambat datangnya setelah keputusan diambil informasi menjadi tidak tepat waktu. 4. Informasi dapat valid atau tidak valid Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi yang keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid. Informasi – informasi yang bersumber dari manusia (ide, gagasan, pendapat tersebut harus dinyatakan dalam bentuk isyarat (simbol nonverbal) maupun bentuk lisan/tertulis (verbal) disampaikan melalui proses komunikasi. Informasi

sangat

banyak

ragam

dan

jumlahnya,

tapi

dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis informasi (Pawit, 1988:8) yaitu: 1. Informasi Lisan Informasi lisan yaitu informasi yang disampaikan secara lisan diantara dua orang atau lebih bisa merupakan pembicaraan (komunikasi interpersonal), suara (teriakan, tangisan, rintihan, dan lain - lain), kuliah, seminar, diskusi, dan sebagainya.

14

2. Informasi Terekam Informasi yang terekam yaitu informasi – informasi yang direkam oleh berbagai alat perekam yang ada (cetak, elektronik), informasi terekam adalah informasi – informasi yang bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan dikelola untuk kepentingan umat manusia. Informasi terekam terus berkembang menjadi komoditas yang unggul dalam pola kehidupan manusia, informasi terekam ini banyak dicari dan dimanfaatkan sesuai kepentingannya. Setelah mengetahui jenis – jenis informasi dan sifatnya, kita juga perlu mengetahui manfaat informasi. Setiap orang, setiap saat akan mengambil keputusan, untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi yang relevan, berguna, tepat dan benar. Pada kenyataannya seluruh aspek kehidupan manusia membutuhkan informasi yang diharapkan bisa menunjang peningkatan pola kehidupannya, yang terus – menerus menuju kompleksitas yang semakin tinggi. Untuk penyesuaian

memahami diri

dengan

lingkungannya,

seseorang

lingkungannya

artinya

mengalami

penggunaan

proses kegiatan

komunikasi yaitu menggunakan dan menerima informasi dari sumber – sumber informasi baik yang bersifat interpersonal maupun massa. Penggunaan sumber – sumber informasi oleh seseorang adalah untuk menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian pemakaian informasi, menentukan pilihan, kesemuanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman, persepsi individu terhadap lingkungannya. Sumber – sumber informasi untuk sampai pada tahap perubahan sikap, tingkah laku khalayak,

15

lebih efektif pada sumber informasi yang bersifat interpersonal. Tapi untuk informasi aktual dan terkini banyak diperoleh dari sumber informasi komunikasi massa baik cetak maupun elektronik.

2.1.3. Tingkat Pengetahuan Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata “tahu”. Arti pengetahuan adalah segala apa yang diketahui atau apa yang akan diketahui yang berkenaan dengan sesuatu hal (Purwadarminta, dalam Dewi, 2002:10). Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, dalam setiap pengetahuan mengenai

informasi

faktual

yang

pada

umumnya

bersifat

statis

menginformasikan dan dapat dijelaskan secara lesan dan verbal. Isi pengetahuan ini berupa konsep atau fakta yang dapat ditransmisikan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan atau lisan. Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari lingkungan dan mengubahnya kedalam kesadaran psikologis (Van der ban, 1999:83). Tingkat pengetahuan merupakan pengungkapan pengetahuan yang mengarah pada informasi yang mereka inginkan (Heckmann, 1992 : 219). Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku sumber. Definisi pengetahuan mengacu kepada pengetahuan diperoleh melalui kenyataan dan fakta dengan melihat dan mendengarkan sendiri melalui alat – alat komunikasi seperti surat kabar, mendengarkan radio, dan melihat film atau televise dan sebagainya (Soekanto, 1990:10).

16

Tingkat pada tingkat pengetahuan disini adalah variable, sedang Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa yang diklasifikasikan kedalam efek kognitif. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan transmisi pengetahuan dan informasi (Rakhmat, 2005 : 219). Definisi pengetahuan mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu sehingga ia dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut. Sikap atau pendapat seseorang terhadap suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut (Eriyanto, 1999 : 239). Indikator untuk tingkat pengetahuan ini adalah melalui jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner, dimana jawaban dari responden tersebut diberikan skor sehingga dapat diketahui tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan (Eriyanto, 1999 : 239). Jadi dalam penelitian tingkat pengetahuan ini yang ingin dilihat oleh peneliti adalah sejumlah mana komunikator mengingat sebuah pesan dan obyek penelitiannya adalah skor pernyataan verbal mengenai sebuah informasi program “Inisiasi Dini”.

2.1.4. Penyuluhan dan Komunikasi Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti obor ataupun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan kepada mereka

17

yang disuluhi, agar tidak berada lagi dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu. Nasution (2004 : 11) pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialam mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata adalah suatu proses komunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa penyuluhan mempunyai tiga efek, yang meliputi efek kognitif berupa mengetahui dan memahami, efek afektif berupa meminati dan efek behavioral yaitu penerapan dalam kehidupan. Efek kognitif merupakan efek yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau semakin meningkat pengetahuan dan intelektualitasnya. Pesan yang disampaikan komunikator kepada pikiran komunikan, yang berarti tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran komunikan. Efek afektif, kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tetapi juga tergerak hatinya sehingga menimbulkan perasaan tertentu. Efek yang terakhir adalah efek behavioural yakni efek yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan (Effendy, 2002 : 7). Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan mendidik dengan memberi penjelasan, memberi contoh, memberi semangat dan memberi arah pemikiran baru dengan bertujuan untuk mengubah kehidupan kehidupan individu / kelompok / masyarakat menjadi lebih baik.

18

Agar penyuluhan dapat terlaksana dan berhasil maka diperlukan suatu komunikasi yang baik. Untuk melakukan komunikasi juga perlu persiapan agar pesan yang akan kita sampaikan dapat diterima secara baik oleh komunikan. Pada kegiatan sebuah penyuluhan kita memerlukan persiapan berkomunikasi dan perencanaan yang matang. Menurut Setiana (2005 : 2) penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun posisi komunikasi sangat essensial didalam penyuluhan, tetapi komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Kesamaan disini bisa diartikan dengan kesamaan terhadap makna yang diterima. Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Effendy (2001 : 10), ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat dan perubahan sikap.

2.1.5. Program Inisiasi Dini Terkait manfaat ASI, tema Pekan ASI 2007 yang berlangsung 1 – 7 Agustus adalah “Breastfeeding : the 1st haour early initiation can save one

19

million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta bayi” (Kompas, 2007 : 42). Menurut Ina Hernawati, Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes), sebagai perwujudan komitmen terhadap Deklarasi Innocenti, Depkes mengeluarkan

sejumlah peraturan untuk menjamin

pemberian ASI pada bayi. Deklarasi Innocenti disusun dan diadopsi peserta pertemuan WHO/Unicef tentang Breastfeeding in the 1990s : A Global Initiative yang berlangsung di Florence, Italia, 30 Juli – 1 Agustus 1990 (Kompas, 2007 : 42). Peraturan itu adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia. Selain itu, ada Undang – Undang No. 7/1997 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah No.69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Saat ini Depkes sedang menyusun Strategi Nasional Pemberian Makanan bagi Anak. Dalam Kepmenkes No. 237/1997 antara lain diatur bahwa sarana pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau sumbangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang promosi bisa dikenai sanksi teguran sampai pencabutan. Untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, Depkes melakukan pelatihan bagi pelatih tim konseling menyusui di rumah sakit rujukan. Tim akan terdiri dari dokter obstetri ginekologi, dokter anak, dan bidan. Di kabupaten / kota anggota tim ditambah ahli gizi.

20

Menurut Direktur Pelayanan Medik Spesialistik Depkes Ratna Rosita, Depkes sedang menyusun draf PP tentang Peningkatan Kesehatan Anak melalui Pemberian Air Susu Ibu untuk meningkatkan kekuatan hukum kepmenkes terkait pemberian ASI dan pengaturan pemasaran susu formula. Pihaknya melakukan revitalisasi rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB), yaitu rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus, yang melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna. Langkah itu, antara lain kebijakan tertulis tentang manajemen pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pemberian ASI eksklusif, memberikan pelayanan nifas, rawat gabung dan neonatus memadai termasuk inisiasi dini, menyelenggarakan pelayanan asuhan antenatal, pertolongan persalinan aman sesuai standard, pelayanan KB dan imunisasi. Tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit melaksanakan program RSSIB dan sampai Juli 2007 ada 19 rumah sakit melaksanakan kebijakan ASI eksklusif. Depkes telah mengirim surat edaran agar seluruh rumah sakit melaksanakan Inisiasi Dini, yaitu pemberian ASI dalam 60 menit setelah kelahiran. IBI

(Ikatan

Bidan

Indonesia)

mengatur

agar

anggota

tidak

mempromosikan susu formula (untuk usia kurang atau sama dengan 6 bulan), tetapi boleh untuk susu formula lanjutan (usia lebih dari 6 bulan). Bidan juga boleh memberi ruang bagi promosi susu untuk ibu hamil dan menyusui. Pengawasan dan evaluasi bidan dilakukan di 170 cabang mencakup lebih dari 6000 bidan. Kegiatan itu dilakukan tiap 3 bulan (Kompas, 2007 : 42).

21

Saat ini berbagai peraturan telah diterbitkan pemerintah dan organisasi profesi terkait. Di lapangan, pelanggaran tetap bisa terjadi. Menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjamin agar bayi, anak – anak kita, dan generasi muda memperoleh yang terbaik untuk memulai kehidupannya, termasuk mendapatkan ASI.

2.1.6. Tata Laksana Inisiasi Dini Komunikasi Interpersonal merupakan bentuk dasar komunikasi yang efektif yang banyak digunakan dalam penyampaian pesan yang digunakan dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut Joseph A. Devito menyatakan bahwasanya komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang dengan beberapa efek atau umpan balik seketika (Effendy, 2003 : 60) Pendapat lain menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi diantara komunikator dengan komunikannya yang dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan (Muhammad, 2000 : 166). Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada monologis. Monolog menunjukkan suatu komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain mendengarkan, jadi yidak terdapat interaksi. Komunikator saja yang aktif sedangkan komunikannya pasif.

22

Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lainnya komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah perilaku, sikap, opini dari komunikan karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Oleh karena itu komunikator dengan komunikan saling tatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact), pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback), komunikator dapat mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Apabila umpan balik positif artinya tanggapan itu menyenangkan, komunikator sudah tentu akan mempertahankan gaya komunikasinya. Sedangkan jika tanggapan komunikan negatif maka komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi

interpersonal

adalah

kegiatan

komunikasi

yang

mengandung tindakan persuasif (Sunarjo, 1983 : 46). Persuasif bukan sekedar menampilkan bukti bahwa pendapat sudah diterima komunikan tetapi persuasif mampu menyatakan suasana sosiologis, psikologis antara komunikator dengan

23

komunikan. Oleh karena itu peranan komunikator dalam komunikasi interpersonal senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Mark L. Knapp menyebutkan lima macam fungsi pesan nonverbal, yaitu : a. Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. b. Substitusi, menggantikan lambang – lambang verbal. c. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. d. Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. e. Aksentuasi, menegaskan pesan verbal, atau menggarisbawahinya. Komunikasi

nonverbal

sering

dipakai

oleh

orang

tua

dalam

menyampaikan suatu pesan kepada anaknya. Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Dalam konteks sikap dan perilaku orang tua yang lain, pesan nonverbal juga dapat menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung dalam hati. Tanpa harus didahului oleh kata – kata sebagai pendukungnya, tepuk tangan, pelukan, usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu mengekspresikan gagasan, keinginan atau maksud. Pelukan atau usapan tangan

24

dikepala atau ditubuh anak oleh orang tua sebagai pertanda bahwa orang tua memberikan kepada anaknya. Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang tuanya. Pendidikan dengan menggunakan metode keteladanan dan metode pembiasaan sangat efektif dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Sebab dengan keteladanan dan diperkuat dengan pembiasaan akan memperkuat tertanamnya pesan – pesan nonverbal atau pesan – pesan verbal di dalam jiwa anak. Karena seringnya dilakukan, pesan – pesan nonverbal dan pesan – pesan verbal itu menjadi fungsional dalam kehidupan anak. Akhirnya, komunikasi nonverbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya (Djamarah, 2004 : 44 - 46). Kontak dengan bayi sejak dini itu membuat menyusui menjadi dua kali lebih lama, bayi lebih jarang infeksi, dan pertumbuhannya lebih baik. Di Indonesia, pemberian ASI dini dua hingga delapan kali menjadikan kemungkinan memberi ASI eksklusif lebih besar. Bayi baru menunjukkan kesiapan untuk minum 30 – 40 menit setelah dilahirkan. Pada persalinan dengan operasi, inisiasi dini butuh waktu hingga lebuh dari satu jam dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Dalam Inisiasi Dini, perlu ada pendamping ibu saat melahirkan, tidak memakai obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan. Ibu dibiarkan menentukan cara dan posisi melahirkan. Setelah lahir, keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix (lemak yang menempel pada kulit bayi), lalu ditengkurapkan diatas dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Keduanya diselimuti

25

(ibu dan bayinya), jika perlu bayi dikenakan topi. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Jika perlu, ibu boleh mendekatkan bayi pada puting, tetapi jangan memaksakan bayi ke puting susu. Bayi dibiarkan dalam posisi bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusui pertama selesai.

2.1.7. Teori S – O – R Untuk memudahkan penelitian yang sistematis dan logis dalam menganalisis suatu masalah, maka penulis mengemukakan teori yang dianggap sesuai dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menunjang penelitian yaitu, Teori S – O – R. Teori S – O – R merupakan singkatan dari Stimulus – Organisme – Respon. Menurut teoti ini, efek yang ditimbulkan oleh reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga komunikan dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur - unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme), dan efek (respon). Teori S – O – R berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen; sikap, opini, perilaku, kognisi dan konasi (Effendy, 1993:253). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai

26

akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1987:24). Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek how, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tersebut akan tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelley dalam Effendy (2000:255), menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 variabel penting yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan. Jadi perubahan sikap bergabung pada proses yang terjadi pada individu. Teori S - O - R digambarkan sebagai berikut :

STIMULUS

ORGANISME Perhatian Pengertian Penerimaan

RESPON

Gambar 1. Gambar Teori S – O – R Unsur - unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang. b. Komunikan (Organisme), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan

27

komunikator.

Perhatian

disini

diartikan

bahwa

komunikan

akan

memperthatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk komunikan mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator. c. Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif, kognitif, dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 1993 : 254). Suatu Stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organisme yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan meanggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme tersebut. Sedangkan Respon merupakan tanggapan tertentu terhadap peristiwa / stimulus (Fisher, 1986 : 195). Menurut stimulus - organisme - respons ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

28

komunikan, inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan menerima maka terjadilah perubahan pada penambahan pengetahuan. Gambar diatas menunjukkan hubungan teori S - O - R dengan penelitian ini adalah stimulus yang disampaikan kepada komunikan berupa “Inisiasi Dini” oleh Unicef, mungkin dapat diterima atau ditolak. Apabila diterima individu maka akan berhubungan dengan respon yaitu terjadi penambahan pengetahuan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek (Gilmer, 1970 : 328) Dari uraian - uraian diatas dapat dikatakan bahwa stimulus / pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perubahan dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dan dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar - benar melebihi semula. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat perubahan efek kognitifnya saja. Hal ini dikarenakan media massa lebih besar memberi pengaruh pada kognisi khalayak (McQuail, 1999 : 281).

29

2.2. Kerangka Berpikir Usaha untuk meningkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan.

Permasalahan

yang

mengakibatkan

masih

rendahnya

penggunaan ASI di Indonesia oleh faktor sosial budaya kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan masyarakat termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan untuk ibu menyusui. Keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk menyusui bayinya. Namun, di Indonesia hanya 8 persen ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4 persen bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (info – sehat.com,19 Juli 2001). Sejalan dengan itu, Tema Pekan ASI sedunia 2007 yang dipelopori oleh UNICEF mengangkat program inisiasi - menyusui dini, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI. Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, maka bayi akan mendapatkan zat – zat gizi yang penting dan terhindar dari berbagai penyakit.

30

Teori S – O – R menyebutkan bahwa efek yang ditimbulkan merupakan reaksi khusus terhadap stimuli khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan. Efek yang ditimbulkan dari media massa salah satunya adalah efek kognisi. Dan efek kognitif tersebut berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1997 : 71). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan. Pengetahuan yang terkandung dalam media cetak pada program Inisiasi Dini tersebut meliputi informasi – informasi mengenai angka kematian bayi setelah kelahiran, penyebab kekurangan gizi, peraturan yang ditetapkan oleh Depkes untuk menjamin pemberian ASI pada bayi, program Unicef pada pekan ASI 2007 “Breastfeeding : the 1st hour early initiation can save one million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta bayi”, tata laksana program Inisiasi Dini, dan adanya dukungan dari Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono mengenai pelaksanaan Inisiasi Dini (Republika online, 19 Juli 2001) Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo karena stimuli yang dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini, selanjutnya setelah menerima pesan / stimulus berikutnya akan terjadi perubahan pengetahuan oleh khalayak tersebut. Dan tingkat pengetahuan yang ingin dilihat adalah mengacu apakah ibu hamil cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tertentu, sehingga ia

31

dapat secara jelas mengambil sikap terhadap masalah tersebut (Eriyanto, 1990 : 239). Dan berikut ini adalah bagan kerangka berfikir penelitian. Program Inisiasi Dini di Surat Kabar : 1. Hari ASI sedunia 2. Tema pekan ASI sedunia a. Isi pesan program Inisiasi Dini b. Fungsi dari program Inisiasi Dini c. Manfaat dari Inisiasi Dini 3. Angka kematian bayi 4. ASI eksklusif 5. Kolostrum 6. Gizi buruk

Komunikan (Ibu hamil di RSUD Dr. Soetomo) a. perhatia n b. pengerti an

Efek perubahan tingkat pengetahuan : a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

Gambar 2 : bagan kerangka berfikir tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo terhadap program inisiasi dini di surat kabar.

32

BAB III METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar ini menggunakan metode penelitian deskriptif, sehingga tidak membicarakan hubungan variabel X dan variabel Y. Dimana penelitian ini memfokuskan pada pemaparan peristiwa untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Program Inisiasi Dini di Surat Kabar. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Tingkat Pengetahuan Ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap Program Inisiasi Dini di Surat Kabar Tingkat pengetahuan adalah suatu proses menerima stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Tingkat pengetahuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil RSU Dr. Soetomo terhadap Program Inisiasi Dini oleh Depkes di Surat Kabar. Sedangkan hal – hal yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu hamil di RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi Dini oleh Depkes di Surat Kabar adalah total skor jawaban dari pertanyaan yang ada dalam kuisioner dan digunakan sebagai pedoman saat wawancara oleh peneliti kepada responden. Terdapat dua pilihan pada lembar kuisioner tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap Program Inisiasi Dini di media cetak surat kabar :

33

a. Mengetahui

: skor 2

b. Tidak mengetahui

: skor 1

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing – masing responden, Nilai yang diperoleh dari masing – masing indikator variabel kebutuhan dijumlahkan lalu ditentukan apakah termasuk dalam jenjang kelas tinggi, sedang atau rendah. Penentuannya dengan mencari lebar interval kelas dari masing – masing variabel tersebut dengan rumus : R (range) : skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan : a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai tertinggi (mengetahui / 2) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner. b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah (tidak mengetahui / 1) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner. c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Jadi jenjang yang ditemukan disini digunakan untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi Dini di Surat kabar. Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

34

Jumlah pertanyaan yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program inisiasi terdiri dari 11 item pertanyaan, dengan perhitungan : Skor tertinggi : 11 x 2 = 22 Skor terendah : 11 x 1 = 11 Lebar interval : 22 – 11 = 3,66 = 4 3 Jadi batasan skor dalam interval tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program Inisiasi Dini adalah sebagai berikut : a. Jumlah skor 11 – 14 dalam kategori penilaian rendah b. Jumlah skor 15 – 18 dalam ketegori penilaian sedang c. Jumlah skor 19 – 22 dalam kategori penilaian tinggi Maka indikator tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program Inisiasi Dini meliputi : Tingkat pengetahuan program Inisiasi Dini antara lain : 1.

Tahu Hari ASI sedunia

2.

Tahu Tema pekan ASI sedunia a.

Manfaat dari Inisiasi Dini

b.

Isi pesan dari dari program Inisiasi Dini

c.

Fungsi dari program Inisiasi Dini

3.

Tahu penyebab tingginya angka kematian bayi

4.

Tahu manfaat dari ASI Eksklusif

5.

Tahu arti dari kolostrum

6.

Tahu salah satu penyebab dari terjadinya gizi buruk

7.

Tahu tata laksana inisiasi dini

35

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas : obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 1997 : 57). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdaftar di setiap harinya di RSU Dr. Soetomo kurang lebih sebanyak 50 orang yang berbeda. Maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden dengan cara mulai hari senin hingga jum’at peneliti menyebarkan kuisioner sebanyak 20 di setiap harinya agar data yang diperoleh lebih merata dan valid dari keseluruhan populasi ibu hamil. Peneliti melakukan penelitian di RSU Dr. Soetomo karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Indonesia Barat dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari pemerintah/depkes mengenai program pelaksanaan inisiasi dini dan juga sebagai kegiatan lanjutan dari penghargaan – penghargaan yang telah diterima sebelumnya mengenai kesehatan ibu dan bayi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu menggunakan sampling khusus atau sampling yang sudah ditentukan yaitu kalangan ibu hamil yang terdaftar di RSU Dr. Soetomo.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang sangat diperlukan untuk keperluan analisis. Data primer secara langsung pada tempat penelitian dengan menggunakan kuisioner. Penggunaan kuisioner dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan

36

penelitian dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas yang benar. Sedangkan data sekunder merupakan data – data yang berskala dari buku – buku penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik yang digunakan untuk data primer adalah dengan membagikan kuisioner kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap program inisiasi dini kemudian untuk data sekundernya dimasukkan dalam tabulasi data, dianalisa sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menjadi kesimpulan akhir dari penelitian.

3.2.3. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dari kuisioner tersebut ditabulasikan,

kemudian

dianalisis,

diinterpretasikan

secara

deskriptif

berdasarkan tabel frekuensi dari setiap item pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan rumus : P

=

F N

x

100%

Keterangan : P = Presentase responden F = Frekuensi responden N = Jumlah responden Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarahnya Berdirinya RSU Dr. Soetomo Pada tahun 1923 NIAS (Nederlandsch Indische Artenschool) dari Jl. Kedungdoro 38 pindah ke Fakultas Kedokteran Unair sekarang, sebagai Rumah Sakit Pendidikan dipakai Rumah Sakit Simpang atau (Stadsverband). Pada tahun 1937 oleh Kerajaan Belanda dibangun Rumah Sakit Angkatan Laut Central Burgerijike Zienkenhuis (CBZ) di desa karangmenjangan. Tahun 1943, pada masa penjajahan Jepang pembangunan Rumah Sakit Karangmenjangan dilanjutkan oleh Pemerintahan Jepang. Setelah selesai kemudian dijadikan rumah sakit A.L. Pada 1 September 1948, Pemerintah pendudukan Belanda Rumah Sakit Simpang diubah menjadi Roemah Sakit Oemoem Soerabaja. Tahun 1950, Roemah Sakit Oemoem dibawah Departemen Kesehatan RI ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat. Pada tahun 1951, sebagian dari Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda 33 yaitu Ruangan penyakit dalam, Mata, THT, Anak, sebagian bersalin, Kulit, Paru – paru pindah ke RS karangmenjangan. Sebagian masih ditempati oleh RSAL (bagian dapur). Sehingga RS Simpang pada waktu itu masih terdapat bagian bedah, Ruang menular, Dapur dan sebagian Pendidikan Perawat/Bidan, serta perumahan Pegawai Dokter/Perawat dan Tenaga Administrasi.

38

Pada tahun 1953 sampai dengan 1954 sebagian pelayanan Bagian Bedah pindah ke RS Karangmenjangan dengan OK lama sudah dipakai (untuk operasi aktif), sedang untuk Bedah akut (Emergency) masih di RS Simpang. Pada tahun 1980 Rumah Sakit Simpang di Jl. Pemuda No. 33 dijual menjadi Delta Plaza dengan sistem tukar tambah, di RS Karangmenjangan dibangun UGD dan Ruangan Bedah berlantai 3 dengan demikian semua kegiatan pelayanan dijadikan satu di RS Karangmenjangan/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

4.1.1.1. Perubahan Nama dan Status Rumah Sakit Tahun 1964, Rumah Sakit Umum Pusat Surabaya diubah namanya menjadi Rumah Sakit Dokter Soetomo sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tertanggal 20 Mei 1964 Nomor : 26769/KAB/7 Tahun

1965,

berdasarkan

pengelolaan/penyelenggaraan

RSUP

PP Dr.

No. Soetomo

4

Tahun

1965

diserahkan

kepada

Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur. Tahun 1979, sesuai dengan SK. Menkes 51/SK/1179 RSUD Dr.Soetomo ditetapkan menjadi Rumah Sakit Klas A : sebagai Rumah pelayanan, Pendidikan, Penelitian dan pusat Rujukan tertinggi untuk Indonesia Timur. Tahun 1999, sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No.2 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Keuangan RSUD Dr. Soetomo sebagai Unit Swadana Daerah, yang mulai diberlakukan 1 April 1999.

39

4.1.1.2. VISI, MISI dan MOTTO Visi RSU Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit Pendidikan terbaik dan terpandang di Indonesia adalah : a. Aman b. Informatif c. Efektif d. Efisien e. Mutu f. Manusiawi g. Memuaskan Dan agar dapat mencapai visi tersebut RSU Dr. Soetomo mempunyai Misi sebagai berikut : a. Pemuka dalam Pelayanan b. Pemuka dalam Pendidikan c. Pemuka dalam Penelitian Dan Motto dari RSU Dr. Soetomo adalah “SAYA SENANTIASA MENGUTAMAKAN KESEHATAN PENDERITA”.

4.1.1.3. Akreditasi dan Piagam Penghargaan RSU Dr. Soetomo telah mendapat STATUS AKREDITASI PENUH dari Menteri Kesehatan RI, No. YM.02.03.3.5.105 tanggal 8 Januari 1998. Adapun beberapa Piagam Penghargaan yang telah diperoleh RSU Dr. Soetomo, yaitu :

40

A. Dari Menteri Kesehatan RI 1. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Terbaik Pertama Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas A/B Pendidikan dibidang : •

Pelayanan Standart Pelayanan Rumah Sakit



Penampilan Kerja Rumah Sakit



Upaya Penanggulangan Kanker



10 langkah Menuju Keberhasilan Menyusui



Kegiatan di Rumah Sakit Pendidikan

Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, 12 Nopember 1996 2. Pataka/Surat Penghargaan Penampilan Kinerja Terbaik Pertama RS Umum A/B pendidikan tahun 1998. Dalam bidang Penerapan Standart Pelayanan, Penanggulangan Kanker, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Sayang Bayi, Rumah Sakit Sayang Ibu, Kegiatan Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka Hari Kesehatan Nasional XXXIV tahun 1998. B. Dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Sebagai Koperasi Perkotaan terbaik II tingkat II Nasional tahun 1997, Jakarta 12 Juli 1997. C. Dari WHO RSU Dr. Soetomo is here by recognized as a Baby – Friendly Hospital tahun 1992. D. Dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur : 1. Tim Transplantasi Ginjal, No. 861.1/312/TP/032/88, 22 Agustus 1988

41

2. Tim Bedah Jantung, No. 861.1/313/TP/032/1988, 22 Agustus 1988 3. Tim Gigantisme, No. 861.1/311/TP/032/1988, 22 Agustus 1988 4. Juara II Tingkat Propinsi Rumah Sakit Kelas A/B Pendidikan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional XXXII tahun 1996, tanggal 12 Nopember 1996.

4.1.1.4. Keadaan Lingkungan RSU Dr. Soetomo Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo bertempat pada Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 – 8 Surabaya memiliki luas tanah sebesar 163.875 m2 dan luas bangunan 98.121 m2. RSU Dr. Soetomo terletak di kelurahan Airlangga, kecamatan Gubeng, kotamadya Surabaya dan Propinsi Jawa Timur. Dengan status Penyelenggaraan/pengelolaan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Timur.

4.1.2. Inisiasi Dini Inisiasi dini adalah suatu proses dimana seorang bayi yang baru lahir langsung di letakkan di dada si Ibu agar memperoleh air susu ibu pada satu jam pertama kelahirannya. Proses ini dapat membantu reflek berfikir bayi serta dapat mencegah terserang penyakit infeksi baik dari pasca persalinan maupun proses didalam kandungan (BKKBN – berita online, 10 Agustus 2006). Cairan yang pertama kali keluar dari puting si ibu setelah melahirkan disebut Kolostrum, cairan tersebut mengandung zat antibodi dan enzim pencernaan yang dapat berfungsi sebagai sistem kekebalan dan membantu pencernaan si bayi.

42

Aktifitas menyusui juga sangat bermanfaat karena dapat mencegah kematian ibu melahirkan, kanker rahim, kanker payudara, dan menjarangkan kelahiran secara alami. Ibu yang menyusui juga cepat kembali ke berat badan semula karena lemak yan ditumpuk dibawah kulit selama hamil digunakan untuk membentuk ASI (Kompas, 3 Agustus 2007)

4.2. Analisa dan Penyajian Data .

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan beberapa data – data yang telah

diperoleh dalam menyelesaikan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini di Surat kabar. Data – data tersebut diperoleh langsung melalui kuisioner – kuisioner yang di gunakan sebagai pedoman saat melakukan wawancara kepada responden yang sudah ditentukan yaitu para ibu hamil sebanyak 100 responden sebagai sampel penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengisian wawancara terbuka tersebut dianalisisn secara deskriptif berdasarkan tabel distribusi frekuensi.

4.2.1. Identitas Responden Responden dari penelitian ini adalah para ibu hamil yang terdaftar dalam Poli Hamil I di RSU Dr. Soetomo yang mempunyai latar pendidikan terakhir ataupun sudah bekerja dan penilaian interpersonal terhadap program inisiasi dini dalam wawancara terbuka penelitian ini.

43

a. Usia responden Berdasarkan data dari kuisioner, didapat jumlah dan prosentase klasifikasi usia responden sebagai berikut : Tabel 1 Usia Responden (n=100) Usia F 20 – 25 31 26 – 30 26 31 – 35 15 36 – 40 20 41 – 45 8 Total 100 (sumber : kuisioner, identitas responden no.2)

% 31 % 26 % 15 % 20 % 8% 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden pada penelitian ini berkisar antara 20 tahun – 41 tahun. Dan responden terbanyak yakni 31 orang atau 31 % berada pada usia 20 – 25 tahun, hal ini dikarenakan bahwa pada usia 20 tahun merupakan usia produktif untuk para wanita mengalami kehamilan dan juga merupakan tahapan perkembangan seseorang dalam proses berfikir dan pemahaman secara lebih mendalam mengenai suatu informasi. b. Pendidikan terakhir Berikut ini disajikan tabel frekuensi tentang pendidikan terakhir responden.

Tabel 2 Pendidikan Terakhir (n=100)

44

Pendidikan Terakhir F SD 10 SMP 12 SMA/SMK 34 D2 7 D3 7 S-1 30 Total 100 (sumber : kuisioner, identitas responden no.3)

% 10% 12% 34% 7% 7% 30% 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden penelitian ini terbanyak berpendidikan sampai tamat SMU / SMK, yakni sebanyak 34 orang atau 34%, sedangkan responden yang berpendidikan S-1 hanya 30 orang atau 30%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang tidak memerlukan pendidikan tertinggi atau gelar sarjana yang diakui. Dan sebagai wanita atau ibu hamil yang hanya berpendidikan SMU / SMK diharapkan setiap responden dapat mengerti dan memahami pesan yang telah disampaikan dalam program Inisiasi dini di surat kabar dengan baik.

c. Pekerjaan Berikut ini disajikan tabel tentang pekerjaan responden : Tabel 3 Pekerjaan (n=100) Pekerjaan PNS SWASTA Pelayan Gereja

F 20 38 1

% 20% 38% 1%

45

Lain – lain 41 Total 100 (sumber : kuisioner, identitas responden no.4)

41% 100%

Berdasarkan tabel diatas, pekerjaan responden rata – rata paling banyak hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 41 orang atau 41% sedangkan paling sedikit yakni pegawai swasta dan pelayanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya wanita setelah menikah lebih memilih tidak bekerja karena digunakan untuk mengurus keluarga.

4.2.2. Deskripsi Subjek Berikut ini adalah gambaran – gambaran tentang subyek penelitian berdasarkan penelitian pada kuisioner pada bagian media exposure. a. Responden yang membaca surat kabar. Berikut ini adalah gambaran mengenai responden ibu hamil yang gemar membaca surat kabar :

Tabel 4 Responden memilih Surat Kabar Surat Kabar F Kompas 18 Jawa Pos 44 Seputar Indonesia 8 Surya 16 Republika 11 Surabaya Pagi 3 Total 100 (sumber : kuisioner, media eksposure no. 5)

% 18% 44% 8% 16% 11% 3% 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 responden ibu hamil paling suka membaca surat kabar Jawa pos sebanyak 44 ibu hamil atau 44%, hal

46

ini

menunjukkan

bahwa

responden

terdorong

untuk

meningkatkan

pengetahuannya dengan membaca surat kabar, sehingga dipilih Jawa pos sebagai media informasi bagi mereka. Hal tersebut menjadi pengaruh yang kuat mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden mengenai program inisiasi dini dalam surat kabar. b. Seberapa sering Responden membaca surat kabar dalam 1 minggu Berikut ini gambaran mengenai sesering apakah responden saat membaca surat kabar dalam 1 minggu

Tabel 5 Sesering apa responden membaca surat kabar setiap minggu Waktu membaca F Setiap hari 23 Sering 34 Jarang 43 Total 100 (sumber : kuisioner, media eksposure no. 6)

% 23% 34% 43% 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masih banyak responden sebesar 43 ibu hamil atau 43% tidak mempunyai waktu luang disetiap harinya untuk sekedar membaca surat kabar yang banyak memberitakan informasi – informasi terkini karena sibuk dengan aktifitas sehari – hari. Dan yang paling sedikit justru responden yang selalu membaca surat kabar disetiap hari yakni 23 ibu hamil atau 23%. c. Responden membaca program - program disurat kabar

47

Berikut ini adalah gambaran mengenai apakah responden suka membaca program – program pemerintah yang ditulis dalam surat kabar. Tabel 6 Responden membaca program di surat kabar Item F Membaca 56 Tidak membaca 44 Total 100 (sumber : kuisioner, media eksposure no. 7)

% 56% 44% 100%

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa para responden sebagian besar yaitu 56 ibu hamil atau 56%, juga suka membaca program – program yang tertulis di surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu responden mengenai program – program yang dilaksanakan pemerintah masih tinggi. d. Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar Berikut ini gambaran mengenai pernah membaca dan tidaknya responden tentang program Inisiasi dini di surat kabar. Tabel 7 Responden membaca program Inisiasi Dini di Surat Kabar Item F Pernah 51 Tidak pernah 49 Total 100 (sumber : kuisioner, media eksposure no. 8)

% 51% 49% 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa para responden hampir sebagian besar yakni 51 ibu hamil atau 51% mengetahui salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Inisiasi Dini. Dan menjadi pengaruh

48

yang kuat mengenai tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan responden tentang program Inisiasi Dini. e. Berapa kali responden membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar Berikut ini merupakan gambaran mengenai rutinitas responden dalam membaca program Inisiasi dini tersebut

Tabel 8 Berapa kali membaca Program Inisiasi Dini di Surat Kabar Item F 1 kali 72 2 kali 13 Labih dari 3 kali 15 Total 100 (sumber : kuisioner, media eksposure no.9)

% 72% 13% 15% 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat selisih yang sangat besar antara item “1 kali” dengan dua item lainnya. Item “1 kali” memiliki frekuensi paling tinggi yaitu 72 responden atau 72%, hal ini menyebabkan para responden kurang mengetahui arti dan manfaat yang sebenarnya tentang Inisiasi dini tersebut. f. Perhatian responden terhadap isi berita tentang program Inisiasi Di di Surat kabar Berikut ini merupakan gambaran mengenai perhatian responden terhadap isi berita Program Inisiasi dini sehingga responden apakah berminat untuk membaca isi berita tersebut hingga selesai. Tabel 9 Perhatian responden terhadap program Inisiasi dini di Surat Kabar

49

Item F % Ya 36 36% Tidak 64 64% Total 100 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perhatian responden terhadap isi berita tentang program Inisiasi dini masih kurang, pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya responden yakni 64 ibu hamil atau 64% yang tidak sampai selesai ketika membaca isi berita tersebut. Sehingga menyebabkan tidak adanya kepahaman mengenai manfaat dari inisiasi dini.

4.2.3. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini Berikut ini merupakan hasil jawaban responden atas wawancara yang dilakukan peneliti dengan pertanyaan yang sudah tertulis dalam kuisioner dan ditujukan kepada para ibu hamil mengenai tingkat pengetahuan tentang Inisiasi Dini di Surat kabar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil. Pada tabel – tabel berikut ini menunjukkan hasil jawaban responden atas pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner yang terdiri dari 11 item pertanyaan terbuka tentang program Inisiasi dini di Surat Kabar. Berikut adalah analisis hasil dari pertanyaan kuisioner no. 11 – 21 : Tabel 10 Hari ASI Sedunia Item Tahu Tidak tahu Total

F 3 97 100

% 3% 97% 100%

50

Pada tabel 10 kuisioner no.11 dapat dilihat bahwa responden ibu hamil tidak mengetahui kapan Hari ASI Sedunia diselenggarakan. Padahal informasi tersebut sudah disertakan dengan isi berita Inisiasi Dini, namun para ibu hamil beranggapan bahwa informasi tersebut tidak terlalu penting dan responden tidak membaca secara cermat mengenai informasi tersebut di surat kabar. Tabel 11 Tema Pekan ASI Sedunia Item Tahu Tidak tahu Total

F 1 99 100

% 1% 99% 100%

Pada Tabel 11, kuisioner no. 12 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden sebesar 99 ibu hamil atau 99% tidak mengetahui apa tema pekan ASI Sedunia

yang

saat

ini sedang

dilaksanakan

oleh

Depkes.

Hal ini

menggambarkan bahwa hampir seluruh ibu hamil tidak mengetahui apa maksud dari tema pekan ASI saat ini. Sehingga menyebabkan adanya respon yang negatif dari para ibu hamil, yang dimaksudkan adalah kurangnya pengetahuan mengenai program inisiasi dini. Tabel 12 Penyebab Tingginya Angka Kematian Bayi setiap Tahun Item Tahu Tidak tahu Total

F 84 16 100

% 84% 16% 100%

Pada tabel 12, kuisioner 13 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden ibu hamil yakni 84 % mengetahui apa salah satu penyebab tingginya

51

angka kematian bayi di Indonesia di setiap tahunnya. Dan para ibu hamil menyebutkan dengan benar apa penyebab dari tingginya angka kematian bayi yang antara lain adalah adanya infeksi dari si bayi setelah kelahirannya, kurangnya asupan gizi yang diterima oleh bayi, penyakit bawaan, mengalami keracunan pada saat kehamilan, dan jawaban paling banyak dari pertanyaan ini adalah kematian yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat ASI pertama setelah kelahiran dan ASI eksklusif. Tabel 13 Manfaat Inisiasi Dini Item Tahu Tidak tahu Total

F 78 22 100

% 78 22% 100%

Pada tabel 13, kuisioner no.14 dapat dilihat bahwa 78 responden atau 78% mengetahui manfaat dari inisiasi dini dan hanya 22 responden atau 22% yang tidak mengetahui manfaatnya. Dalam kuisioner no. 14 para ibu hamil tersebut juga menguraikan penjelasan tentang apa manfaat sebenarnya ketika mempraktekkan inisiasi dini. Para ibu hamil banyak menjelaskan bahwa manfaat dari inisiasi dini adalah agar kondisi bayi tetap stabil, membentuk kekebalan pada si bayi, membentuk sistem kecerdasan otak dan pertumbuhan pada bayi, untuk lebih mempererat hubungan batin antara ibu dan anak, dan untuk mengurangi resiko kematian dini terhadap si bayi. Dari keseluruhan responden, hanya 22 responden yang tidak mengetahui secara pasti apa manfaat yang sebenarnya saat melakukan inisiasi dini, dan dari 22 responden tersebut banyak menyatakan bahwa alasan mereka tidak mengerti apa manfaat dari

52

inisisasi di karenakan tidak membaca secara cermat dan tuntas pada surat kabar. Hal ini dilakukan agar responden benar – benar mengerti maksud dari program Inisiasi dini ini sendiri. Tabel 14 Manfaat ASI Eksklusif Item Tahu Tidak tahu Total

F 97 3 100

% 97% 3% 100%

Pada tabel 14, kuisioner no.15 dapat dilihat bahwa 97 responden atau 97% mengetahui apa manfaat sebenarnya bagi ibu dan anak ketika memberikan ASI Ekslusif dan hanya 3 responden atau 3% tidak mengetahui manfaatnya. Dengan adanya perbedaan yang sangat besar antara responden yang tahu dan responden yang tidak mengetahui, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil maupun yang sudah melahirkan sangat mengerti betapa pentingnya ASI ekslusif yang mereka berikan kepada bayinya. Menurut responden manfaat dari ASI eksklusif antara lain untuk tetap menjaga kekebalan tubuh si bayi, sebagai asupan makanan sehat, sebagai gizi tambahan, untuk pertumbuhan otak si bayi, kemungkinan kecil mencegah terjadi kanker payudara, dan tetap menjaga hubungan batin antara ibu dan anak. Tabel 15 Arti Kolostrum Item Tahu Tidak tahu Total

F 80 20 100

% 80% 20% 100%

53

Pada tabel 15, kuisioner no.16 dapat dilihat bahwa 80 responden atau 80% dapat menjelaskan secara rinci apa arti kolostrum sebenarnya. Karena mereka masih secara aktif dan membaca benar – benar tentang informasi Inisiasi dini di surat kabar. Dan 20 responden lainnya atau

20% tidak

mengetahui sedikitpun tentang istilah kolostrum, karena mungkin mereka tidak menganggap terlalu penting istilah tersebut atau bisa juga lupa karena jarang membaca. Sedangkan menurut para responden arti kolostrum itu sendiri adalah suatu cairan berwarna kuning yang keluar pertama kali dari puting susu ibu setelah melahirkan. Tabel 16 Penyebab Gizi Buruk Item F Tahu 92 Tidak tahu 8 Total 100 (sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no. 17)

% 92% 8% 100%

Pada tabel 16, kuisioner no.17 dapat dilihat bahwa 92 responden atau 92% mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk dan 8 responden atau 8% tidak mengetahui apa penyebabnya. Hal ini dilakukan agar dalam menjelaskan pertanyaan, para responden benar – benar mengerti dan memahami maksud dari informasi yang dapat berhubungan dengan inisiasi dini. Sehingga jawaban sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti. Dari 92 responden tersebut banyak menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk antara lain kurangnya asupan ASI saat masa menyusui, ketidak mampuan orang tua untuk memberikan gizi yang baik bagi anak, rendahnya pengetahuan tentang gizi sehat, kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi, kurangnya

54

pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI pertama dan Eksklusif. Dari beberapa faktor penyebab yang sudah dijelaskan oleh responden, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI pertama dan Eksklusif, hal ini bisa juga disebabkan karena kurangnya responden untuk selalu mencari informasi mengenai kesehatan ibu dan anak. Tabel 17 Isi Pesan Program Inisiasi Dini Item Tahu Tidak tahu Total

F 62 38 100

% 62% 38% 100%

Pada tabel 17, kuisioner no.18 dapat dilihat bahwa 38 responden atau 38% tidak mengetahui apa isi program inisiasi dini yang dilaksanakan oleh depkes dan 62 responden atau 62% mengetahui apa isi dari program inisiasi dini tersebut, hal ini karena kurangnya waktu membaca dikarenakan kesibukan rutinitas sehari – hari sehingga menyebabkan kurangnya perhatian responden terhadap program – program pemerintah yang ditulis di surat kabar. Sedangkan responden yang mengetahui pesan apa yang dapat diambil dari program inisiasi dini ini, menjelaskan bahwa program inisiasi dini menganjurkan untuk selalu memberikan ASI sejak dini dan ASI eksklusif selama masa menyusui, sehingga ikatan batin antara ibu dan anak akan selalu tetap terjalin. Tabel 18 Tata Laksana Inisiasi Dini Item Tahu Tidak tahu Total

F 39 61 100

% 39% 61% 100%

55

(sumber : kuisioner, tingkat pengetahuan no.19) Pada tabel 18, kuisioner 19 dapat dilihat bahwa 39 responden atau 39% mengetahui bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini dan 61 responden atau 61% tidak mengetahui. Dan ini berarti rata – rata responden masih tidak mengetahui tentang bagaimana proses pelaksanaan inisiasi dini, hal ini dikarenakan masih kurangnya minat baca responden terhadap segala informasi mengenai ibu hamil dan menyusui. Sehingga masih banyak responden yang tidak mengerti dan memahami bagaimana tata laksana inisiasi dini. Sedangkan bagi responden yang mengerti bagaimana tata laksana inisiasi dini, menjelaskan bahwa tata laksana inisiasi dini adalah dimulainya dengan lahirnya si bayi yang masih merah, tanpa banyak tangan yang menyentuhnya langsung diserahkan kepada si ibunya kemudian diletakkan didada ibu dan selama beberapa menit biarkan si bayi mencari puting susu ibunya. Tabel 19 Artis Item F Tahu 42 Tidak tahu 68 Total 100 (sumber : kuisioner tingkat pengetahuan no. 20)

% 42% 68% 100%

Pada tabel 19, kuisioner no.20 dapat dilihat bahwa 42 responden atau 42% mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan inisiasi dini, seorang artis digunakan sebagai contoh yang baik bagi khalayak agar tindakan yang dilakukan oleh artis tersebut dapat ditiru dengan baik dan benar. Salah satu artis yang sudah melakukan program inisiasi dini adalah sophie navita, ia melakukan program tersebut karena ia menginginkan bayi yang dilahirkannya sehat dan

56

dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan 68 responden atau 68% lainnya mengatakan tidak mengetahui siapa saja artis yang sudah melakukan program inisiasi dini ini. Hal ini disebabkan kurangnya responden memperhatikan setiap berita yang ada disurat kabar karena mungkin mereka menganggap informasi tersebut tidak terlalu penting atau bisa juga karena jarangnya responden membaca detail setiap berita di surat kabar. Tabel 20 Fungsi Program Inisiasi Dini Item F Tahu 38 Tidak tahu 62 Total 100 (sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 21)

% 38% 62% 100%

Pada tabel 20, kuisioner 21 dapat dilihat bahwa hanya sekitar 38 responden atau 38% yang mengetahui fungsi sebenarnya depkes melakukan program inisiasi dini ini dan sekitar 62 responden atau 62% tidak mengetahui maksud dari program tersebut. Dan dari jawaban para responden mengenai fungsi program inisiasi dini tersebut rata – rata mengatakan untuk mengurangi angka kematian bayi di bawah 1 bulan, lebih memperhatikan pemberian ASI eksklusif pada bayi, untuk meningkatkan kualitas generasi muda, dan membangun ikatan batin antara ibu dan anak.

Total skor Tingkat Pengetahuan ibu hamil di Poli Hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi Dini oleh Depkes di Surat kabar Pada tabel 21 berikut ini ditunjukkan total skor secara keseluruhan dari semua

responden

berdasarkan

tabel

sebelumnya,

untuk

mendapatkan

57

kesimpulan tentang tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar setelah menjawab pertanyaan – pertanyaan dari kuisioner bagian tingkat pengetahuan no.11 sampai no. 21 yang ditunjukkan skor dari jawaban responden (n=100) Tabel 21 Tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi Dini N = 100 Skala F Tinggi 5 Sedang 86 Rendah 9 Total 100 (sumber : kuisioner tingkat pengetahuan, no. 11 s/d no. 21)

% 5% 86% 9% 100%

Dari data yang terdapat pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden atau 5% memiliki tingkat pengetahuan tentang program Inisiasi dini yang tinggi, 86% sedang, 9% rendah. Data tersebut diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di Surat kabar memiliki skor yang sedang, karena rata – rata tingkat pendidikan responden hanya sampai SMU/SMK. Rasa keingintahuan mereka hanya sampai cukup sekedar tahu dan salah satu bentuk kepedulian terhadap anaknya, sehingga informasi yang mereka dapat hanya sekedar dibaca tanpa harus dipahami dan dimengerti. Dan juga menurut tabel 5, masih banyak responden yang jarang membaca surat kabar yang dikarenakan kesibukkan sehari – hari dan keterbatasan daya ingat responden. Walaupun rata – rata dari responden hanya sebagai ibu rumah tangga saja yang kegiatan mereka lebih banyak dirumah. Responden mengatakan bahwa mereka masih

58

sering membaca program – program yang dilaksanakan pemerintah di surat kabar tetapi mereka sebagian besar tidak pernah membaca mengenai program Inisiasi dini. Kalaupun membaca, mereka hanya membaca 1 kali dan tidak memperhatikan isi berita di surat kabar mengenai Inisiasi dini sehingga responden masih kurang mengerti apa arti dan manfaat yang ada dalam program Inisiasi dini. Ini berarti responden tidak selalu mengikuti informasi program tersebut, sehingga responden kurang mendukung dan kurang memperhatikan kesehatan si bayi. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, dari hasil kuisioner menunjukkan mereka rutin membaca surat kabar, dan berusaha mencari informasi sebanyak – banyaknya sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pada si bayi yang akan dilahirkannya. Tetapi justru masih banyak responden yang kurang tanggap dengan adanya program Inisiasi dini yang dibuktikan dengan paling rendahnya skala tingkat pengetahuan tinggi yaitu 5%. Sedangkan bagi responden tingkat pengetahuan rendah dari hasil kuisioner mencapai 9% dari keseluruhan jumlah responden menunjukkan bahwa responden tidak rutin membaca, dan terdapat beberapa faktor kemungkinan seperti faktor informasi Inisiasi dini hanya sekedar tahu, tidak berkeinginan untuk mengingat dan informasi tersebut dianggapnya tidak terlalu penting dan mereka tahu program Inisiasi dini tersebut melalui media lain seperti televisi, sehingga mereka dapat melihat secara langsung program tersebut. Analisis yang didapat dari penelitian ini adalah responden ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo yang membaca informasi program Inisiasi dini disurat kabar memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.

59

Dari hasil pengamatan peneliti dan data – data lisan yang diperoleh peneliti dari responden diketahui bahwa pesan yang disampaikan yaitu program Inisiasi dini cukup diterima dengan baik oleh responden. Hal ini dikarenakan kurangnya intensitas surat kabar dalam memberitakan informasi program Inisiasi dini tersebut. Dan juga penulisan isi pesan dan gaya bahasa yang sederhana juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr.Soetomo, dimana isi pesan yang berupa ajakan untuk lebih peduli terhadap masa depan ibu dan terutama anaknya mempengaruhi pemahaman responden mengenai program tersebut. Surat kabar digunakan sebagai media penyebar informasi bagi responden karena media tersebut dapat disimpan dan sewaktu – waktu dapat dilihat kembali saat dibutuhkan. Media surat kabar berfungsi juga sebagai kontrol sosial yang bertujuan agar individu mau untuk mematuhi nila – nilai yaitu norma dan aturan yang ada serta cara – cara yang sesuai dengan kehidupan masyarakat disekitarnya. Ajakan Depkes tentang program Inisiasi dini inilah merupakan kontrol sosial yang dilakukan pihak surat kabar sebagai media agar khalayak dapat membantu untuk mengurangi angka kematian bayi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap responden cukup mengetahui tentang program tersebut dan mengerti tentang isi dan manfaat dilaksanakannya Inisiasi dini, dan juga mendukung serta ikut berperan serta aktif dalam program tersebut.

60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari analisa dan pembahasan yang peneliti jabarkan dan ditunjukkan oleh penyajian data dalam bentuk tabel – tabel frekuensi pada bab sebelumnya adalah tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh Depkes di surat kabar memiliki skor yang sedang. Hal – hal yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo adalah cukup seringnya ibu hamil membaca informasi tersebut, hal ini bisa dilihat bahwa hampir semua responden mengetahui program Inisiasi dini tersebut. Dan hampir seluruh responden juga mengetahui informasi tentang penyebab tingginya angka kematian bayi setiap tahun, manfaat Inisiasi dini, manfaat ASI eksklusif, arti dari kolostrum, penyebab gizi buruk, dan isi pesan dari program tersebut. Dan hal ini yang menyebabkan sedangnya tingkat pengetahuan ibu hamil akan program tersebut karena adanya kepedulian ibu hamil terhadap anak yang mereka kandung untuk kehidupannya didunia. Sedangkan bagi responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah yakni pada responden no. 41, 61, 63, 65, 66, 68, 79, 91, 100 hal tersebut dikarenakan responden tidak rutin membaca karena rutinitas aktifitas mereka dan tingkat pendidikan mereka yang rata – rata SD dan SMP, disamping itu terdapat beberapa faktor kemungkinan seperti faktor membaca informasi

61

program Inisiasi dini hanya sekedar tahu, dan tidak ada keinginan untuk mengingat informasi – informasi yang telah disampaikan. 5.2. Saran Setelah

melakukan

penelitian

dan

pengamatan,

maka

peneliti

mempunyai saran, yaitu karena tingkat pengetahuan ibu hamil di Poli hamil I RSU Dr. Soetomo terhadap program Inisiasi dini oleh depkes di surat kabar memiliki skor yang sedang, maka media surat kabar sebaiknya lebih memperhatikan lagi kritik, saran, usul maupun masukan yang diberikan oleh pembacanya dengan tujuan agar pembaca lebih banyak memperoleh informasi – informasi terbaru atau sebagai tambahan refensi tentang informasi kesehatan dan diharapkan juga agar media surat kabar terus menampilkan berita – berita terbaru / aktual mengenai kondisi kesehatan di Indonesia. Sehingga khalayak dapat lebih tanggap mengenai masa depan negaranya.

LAMPIRAN I KUISIONER A. Identitas Responden 1. Nama

:

2. Usia

:

3. Pendidikan terakhir

:

4. Pekerjaan

:

62

B. Media Eksposure Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar ! 5. Jika anda membaca surat kabar, manakah yang sering anda baca ? a.

Kompas

b.

Jawa Pos

c.

Seputar Indonesia

d.

Surya

e.

Republika

f.

Surabaya Pagi

6. Berapa kali anda membaca surat kabar dalam satu minggu ? a.

setiap hari

b.

sering

c.

jarang

7. Apakah anda membaca program – program di surat kabar ? a.

Membaca

b.

Tidak membaca

8. Apakah anda pernah membaca program dari depkes mengenai Inisiasi Dini ? a.

Pernah

b.

Tidak Pernah

9. Berapa kali anda membaca program Inisiasi dini di surat kabar ? a.

1 kali

b.

2 kali

c.

Lebih dari 3 kali

10. Apakah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar sampai selesai ? a.

ya

b.

tidak

C. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Program Inisiasi Dini

63

11. Apakah anda mengetahui Hari ASI sedunia ? a. Mengetahui, kapan.......................................................................... b. Tidak mengetahui 12. Apakah anda mengetahu Tema Pekan ASI sedunia ? a. Mengetahui, Temanya..................................................................... b. Tidak mengetahui 13. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di setiap tahunnya ? a. Mengetahui, penyebabnya.............................................................. b. Tidak mengetahui 14. Apakah anda mengetahui manfaat dari Inisiasi Dini ? a. Mengetahui, manfaatnya................................................................. b. Tidak mengetahui 15. Apakah anda mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif ? a. Mengetahui, manfaatnya................................................................. b. Tidak mengetahui 16. Apakah anda mengetahui arti dari kolostrum ? a. Mengetahui, kolostrum adalah ....................................................... b. Tidak mengetahui 17. Apakah anda mengetahui salah satu penyebab terjadinya gizi buruk ? a. Mengetahui, penyebabnya.............................................................. b. Tidak mengetahui 18. Apakah anda mengetahu isi pesan dari program Inisiasi Dini ? a. Mengetahui, isi pesannya adalah.................................................... b. Tidak mengetahui 19. Apakah anda mengetahui bagaimana tata laksana Inisiasi Dini ? a. Mengetahui, tata laksananya........................................................... b. Tidak mengetahui 20. Apakah anda tahu siapakah artis yang sudah melakukan program Inisiasi Dini ?

64

a. Mengetahui, namanya..................................................................... b. Tidak mengetahui 21. Setelah anda membaca program Inisiasi Dini di Surat kabar, apakah anda mengetahui fungsi dari program tersebut ? a. Mengetahui, fungsinya.................................................................... b. Tidak mengetahui

Related Documents

Tugas Akhir Komunikasi
June 2020 14
Tugas Akhir
May 2020 45
Tugas Akhir
June 2020 34
Tugas Akhir
May 2020 38
Tugas Akhir
May 2020 40
Tugas Akhir
May 2020 39