Tugas Aborsi.docx

  • Uploaded by: IntanNurSaumiati
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Aborsi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,928
  • Pages: 24
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PAI

Disusun Oleh : Leoni Exsan Wulan Rahmaniati Fia Elia N Risma Govi Mahardin

PRODI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KENCANA TASIKMALAYA 2016

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Di zaman sekarang ini banyak tindakan-tindakan yang tidak manusiawi. Salah satunya adalah aborsi. Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal yang awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa didengar. Padahal tindakan ini sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama, dan budaya. Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan. Sering kali kita melihat berita-berita di televisi yang memberitakan tindak aborsi. Janinjanin yang umurnya baru beberapa bulan, bahkan beberapa minggu ditemukan di tong sampah, di got, bahkan didalam kantong plastik. Kemana hati nurani ibu dan ayah mereka? Dengan mudahnya mereka membunuh anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka sendiri, yang seharusnya mereka jaga, mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah memaksa melahirkan sebelum waktunya dan membuangnya. Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah dewasa. Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya. Hal itu sangat memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang Agama dan Moral? Atau memang moral anak bengsa yang telah rusak? Ataukah keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral dan agama.

1.2

Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian aborsi secara umum ? 2. Bagaimana pandangan agama Islam tentang tindak aborsi? 3. Apakah bahaya dari tindak aborsi?

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Tindak Aborsi Dipandang dari Segi Umum a.

Pengertian Aborsi Aborsi (Abortus) adalah berakhirnya suatu kehamilan (akibat factor

tertentu) pada atau sebelum kehamilan itu berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kendungan (Lily Yulaikah, 2008: 72). Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi

keguguran

janin;

melakukan

abortus

sebagai

melakukan

pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan

bahwa

dalam

keadaan

darurat

sebagai

upaya

untuk

menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu. Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang

memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan. Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di atas. Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud

tindakan

medis

tertentu

dan

kondisi

bagaimana

yang

dikategorikan sebagai keadaan darurat. Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi. b. Istilah Aborsi dalam Ilmu Kedokteran Dalam

ilmu

kedokteran,

istilah-istilah

ini

digunakan

untuk

membedakan aborsi: 1.

Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.

2.

Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:

3.

Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.

4.

Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

5.

Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

c.

Alasan-Alasan untuk Melakukan Aborsi Berdasarkan alasan medis, dimana hal ini terjadi jika jiwa sang ibu

mengalami ancaman bahaya jika kehamilan dilanjutkan. seperti : 1.

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

2.

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

3.

Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

4.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.

5.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

6.

Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

7.

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.

8.

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

9.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum. 11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater. Berdasarkan alasan kriminalitas, hal ini terjadi karena kehadiran janin tidak diharapkan dan dikawatirkan dapat membawa rasa malu bagi sang calon oarng tua, ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi: 1.

Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

2.

Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

3.

Kehamilan di luar nikah.

4.

Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

5.

Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

6.

Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

7.

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

d. Metode aborsi 1.

Urea Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa

dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim. 2.

Prostaglandin Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami

oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

3.

Partial Birth Abortion Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin

dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu ditarik keluar. 4.

Histerotomy Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika

cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. 5.

Metode Penyedotan (Suction Curettage) Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan

dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah

sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi. 6.

Metode D&C (Dilatasi dan Kerokan) Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan

paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing. 7.

Pil RU 486 Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini

menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486. Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam

setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami serangan jantung.

2.2

Tindak Aborsi di Pandang dari Segi Agama Islam a.

Pengertian Aborsi Menurut Syariat

Dalam istilah syari’at, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut. b. Klasifikasi Abortus Keguguran atau abortus (al-Ijhaadh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis: 1.

Al-Ijhaadh at-Tilqaa’i atau al-’Afwi (Abortus spontanea) Yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin

yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang terkena penyakit beragam seperti diabetes atau lainnya. 2.

Al-Ijhaadh al-’Ilaaji (Abortus Provokatus Medisinalis /Artificialis/ Therapeuticus)

Yaitu abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu; yang dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat. 3.

Al-Ijhaadh al-Ijtimaa-i dinamakan juga al-Ijhaadh al-Jinaa-i atau alIjraami (Abortus Provokatus Kriminalis) Yaitu aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik

(ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutup aib dan sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan alat-alat atau obat-obat tertentu. c.

Syari’at Islam Memandang Aborsi Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama

tidak masuk dalam kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Ta’ala: ‫ف ه‬ ‫سا إِاله ُو ِِ ْسعَ َها‬ ً ‫َّللاُ نَ ْف‬ ُ ِّ‫الَ يُ َك ِل‬ “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [QS. al-Baqarah/2:286] Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: َ ‫ض َع َع ْن أ ُ همتِ ْي ال َخ‬ ‫طأ ُ َو النِِّسيَانُ َو َما ا ْست ُ ْك ِره ُْوا‬ ِ ‫ُو‬ ‫َعلَ ْي ِه‬ “Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa, dan keterpaksaan.” [HR. al-Baihaqi dalam Sunannya dan di-shahih-kan Syail al-Albani dalam Shahihul-Jami' no. 13066]

Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan nyawa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para

medis spesialis kebidanan mengedepankan nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali dengan kematian salah satunya, maka hal ini masuk dalam kaedah “Melanggar yang lebih ringan dari dua madharat untuk menolak yang lebih berat lagi.” [Irtikabul Akhaffi ad-Dhararain Lidaf'i A'lahuma] Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan daripada kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Ta’ala, ia bisa melahirkan berulang kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya. Syaikh Ahmad al-Ghazali seorang Ulama Indonesia menyatakan: “Adapun ulama Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada sebab terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini karena syari’at Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana solusi lain kecuali menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu.” [Al-Ijhadh wa Nazharatul-Islam Ilaihi -makalah yang disusun Ahmad al-Ghazali dan diajukan kepada muktamar ar-Ribath yang diadakan dari tanggal 24-29/11/1972 M] Wallahu a’lam. Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi jenis ketiga, yaitu Al-Ijhadh al-Ijtima-i yang dinamakan juga al-Ijhadh alJina-i atau al-Ijrami (Abortus Provokatus Kriminalis). Hukum aborsi jenis ini telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat para ahli fikih yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut. Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua: 1.

Aborsi sebelum ditiupkan ruh Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat

disimpulkan bahwa pendapat mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:

a. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat

minoritas

Ulama

madzhab

Syafi’iyah,

Hambaliyah,

dan

Hanafiyah. b. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah. c. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini pendapat yang rajih dalam madzhab Malikiyah, pendapat Imam al-Ghazali, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi. Juga pendapat madzhab Zhahiriyah. Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini dengan menyatakan: “Para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan

yang

menyebabkan

adanya

diyat,

karena

ada

upaya

menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Kami juga merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Kami condong sepakat dengan pendapat Imam al-Ghazali rahimahullah yang menganggap aborsi, walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti mengubur janin hidup-hidup (al-Wa’du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada.” [Al-Fikhul-Islami wa Adilatuhu 3/556-557] Sedangkan

Syaikh

Ahmad

Sahnun

seorang

Ulama

dari

Maroko

menyatakan: “Aborsi adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusiaan dan jiwa-jiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Ta’ala haramkan, perubahan ciptaan Allah Ta’ala dan menentang

takdir/kehendak Allah Ta’aka.” Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam firman Allah Ta’ala: ‫س الَّ ِتى َح َّر َم‬ َ ‫َوالَ ت َ ْقتُلُو االنَّ ْف‬ ‫َق‬ َّ ِ ‫َّللاُ إِالَّ ِبا ْلح‬ “Dan janganlah

kamu

membunuh

jiwa

yang

diharamkan

Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” [QS. alIsra'/17:33] sebagaimana juga melarang sikap merubah ciptaan Allah Ta’ala dalam firman-Nya: ‫َوالَ َء ُم َرنَّ ُه ْم‬ ِ‫َّللا‬ َّ َ‫فَلَيُغَ ِي ُرنَّ َخ ْلق‬ “Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya.” [QS. an-Nisaa'/4:119] Aborsi mirip dengan al-Wa’du (mengubur anak hidup-hidup) yang dahulu pernah dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-Nya: ‫َو ِإذَا ا ْل َم ْو‬ ْ‫س ِءلَت‬ ُ ُ‫ َدة‬, ‫ُء‬ “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.” [QS. at-Takwir/81: 8] Baik aborsi itu dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan pembentukannya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan madharat lebih didahulukan dari mengambil kemaslahatan.” [Al-Ijhadhul-Amd, makalah disampaikan dalam muktamar ar-Ribath hal. 309-346] Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: “Diharamkan aborsi karena merupakan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga bahaya kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.” [Mauqifud-Dinil-islam minal-Ijhadh,

makalah yang disampaikan dalam muktamar ar-Ribath, lihat Islam wa tanzhim al-Walidiyah hal. 418] Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghanim dalam kitabnya Ahkamul-Janin: “Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan mnjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan tujuan dan keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzari’at yang sangat bersesuaian dengan ruh syari’at Islam yang mulia.” 2.

Aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin (setelah empat bulan) Telah dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat di antara para ulama

dalam hukum aborsi sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah menjadi manusia dan kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala: ‫َولَقَدْ ك هَر ْمنَا َبنِى َءادَ َم َو َح َم ْلنَ ُه ْم فِى ْال َب ِ ِّر َو ْال َبحْ ِر َو َرزَ ْقنَ ُهم ِ ِّمنَ ال ه‬ ‫ير ِِّم هم ْن‬ ِ ‫ط ِِّي َب‬ ٍ ِ‫ت َوفَض ْهلنَ ُه ْم َعلَى َكث‬ ً ‫ضي‬ ‫ل‬ ِ ‫َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬ “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [QS. al-Isra'/18: 70] Dan firman Allah Ta’ala: ْ ‫سا ٍد فِى ا‬ ‫اس َج ِم ْيعًا َو َم ْن أ َحْ يَا هَا‬ ِ ‫ال َء ْر‬ َ َ‫سا بِغَي ِْر َن ْف ٍس أ َ ْو ف‬ َ ‫َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬ َ ‫ض فَكَا َء نه َما قَت َ َل النه‬ ‫س َج ِميعًا‬ َ ‫فَكَا َء نه َمآ أَحْ يَا النها‬ “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” [QS. al-Maidah/5: 32] Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi’ [AlQawaninul-Fiqhiyah hal. 141], DR. Wahbah az-Zuhaili [Al-Fiqhul-Islami

wa Adillatuhu 3/556] dan DR. Muhammad Ali al-Bar [Siyasah wa Wasail tahdidin-nasl hal. 167]. Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin adalah kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan mengambil keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu bahwa adanya janin itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk penyelamatan nyawa Ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi. Wallahu a’lam. d. Pengharaman Aborsi di dalam Hukum Al-Quran Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70) Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.

Menyelamatkan

satu

nyawa

sama

artinya

dengan

menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32) Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,

kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31) Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan Allah. AlQuran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36) Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi. Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur

kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa! Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji. e.

Fatwa MUI tentang abortus

Majelis ulama Indonesia (MUI) memutuskan Fatwa tentang abortus : Pertama : Ketentuan Umum 1.

Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak

melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati. 2.

Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak

melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar. Kedua : Ketentuan Hukum 1.

Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada

dinding rahim ibu (nidasi). 2.

Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat

ataupun hajat.

Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina. Mengenai menstrual regulation, islam juga melarangnya karena pada hakikatnya sama dengan abortus, merusak, menghancurkan janin calon manusia yang dimuliakan oleh Allah karena ia berhak tetap dalam keadaan hidup sekalipun hasil dari hubungan yang tidak sah (di luar perkawinan yang sah) sebab menurut islam bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci (tidak bernoda) sesuai dengan hadis nabi: “Semua anak dilahirkan atas fitrah, sehingga jelas omongannya. Kemudian orang tuanya lah yang menyebabkan anak itu menjadi yahudi, nasrani,/ majusi (H.R Abu ya’la, althabrani dan al-baihaqi dari al-aswad bin sari’).

2.3

Bahaya Aborsi Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan

seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: a. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: -

Kematian mendadak karena pendarahan hebat

-

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

-

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

-

Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

-

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

-

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

-

Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

-

Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

-

Kanker hati (Liver Cancer) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan

cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya -

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic

Pregnancy) -

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

-

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

b. Resiko kesehatan mental Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami halhal seperti berikut ini: a.

Kehilangan harga diri (82%)

b. Berteriak-teriak histeris (51%) c.

Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

d. Ingin melakukan bunuh diri (28%) e.

Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

f.

Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Efek Samping Aborsi 1.

Efek Jangka Pendek o Rasa sakit yang inten o Terjadi kebocoran uterus o Pendarahan yang banyak o Infeksi

o Bagian bayi yang tertinggal di dalam o Shock/Koma o Merusak organ tubuh lain o Kematian

2.

Efek Jangka Panjang o Tidak dapat hamil kembali o Keguguran Kandungan o Kehamilan Tubal o Kelahiran Prematur o Gejala peradangan di bagian pelvis o Hysterectom

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Sedangkan menurut syariat islam adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. Aborsi dalam agama Kristen sangat dilarang, dan dikatakan bahwa betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi. Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Dalam undang-undang pun pidana yang mengikatnya sangat rancu dan lebih mengarah untuk tidak melakukan pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat yang menghawatirkan keselamatan salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan medis. Namun, pernyataan itu juga tidak mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tindakan aborsi sangat dilarang dalam semua agama. Tidak ada satu kitab pun yang membenarkan tindakan aborsi dalam keadaan apapun.

3.2 Saran Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh semua agama. Oleh karena itu hendaknya kita sebagai seorang wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah pada tindak aborsi. Dan sebagai seorang bidan yang berkecimpung pada pertolongan persalinan hendaknya tidak menolong pasien yang meminta persalinan sebelum waktunya (aborsi).

DAFTAR PUSTAKA

http://rikavert.blogspot.com/2012/12/aborsi-dalam-pandangan-beberapaagama_12.html/diunduh tanggal 3 November 2016 http://ineanggravoni.blogspot.com/2013/01/hukum-aborsi-dalam-pandanganagama-islam.html http://rifanana21.blogspot.com/2013/05/makalah-hukum-aborsi-dalam-islam.html http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-fiqih-tentang-abortus.html http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id/artikel/

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"