Pengertian Penelitian Deskriptif. Apa itu penelitian Deskriptif..? penelitian ini tidak hanya teratas pada masalah pengumpulan atau penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang membandingkan suatu gejala dengan gejala lain. Berikut adalah penjelasan seputar pengertian Deskriptif, tujuan pengertian Deskriptif serta Langkah Langkah Penelitian deskriptif. Definisi Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalahmasalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Dengan penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel. Seperti dikutip dari wikipedia Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Menurut Hidayat Syah Penelitian Deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Menurut sukmadinata penelitian Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah, ataupun fenomena buatan manusia fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena, yang satu dengan fenomena yang lain.
Tujuan Penelitian Deskriptif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, Menggambarkan mekanisme dalam sebuah proses atau hubungan, Memberikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal atau numerikal, Menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, Menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, Menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, Menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Langkah Langkah Penelitian Deskriptif 1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel
2.
3.
4.
5.
yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
Jenis Penelitian deskriptif Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan maka penelitian deskriptif terbagai atas beberapa jenis. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Metode Survey Metode deskriptif berkesinambungan Penelitian Studi Kasus Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas Penelitian tindakan (action research) Penelitian perpustakaan dan dokumenter
http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-penelitian-deskriptif-sertatujuannya.html materi 2
Pengertian Penelitian Historis Apakah yang dimaksud dengan penelitian historis? Penelitian historis adalah penelaahan serta sumbersumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang
terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut. Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: 1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu); 2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif; 3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu; 4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan Penelitian Historis Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau. Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini. Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk : 1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; 2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang; 3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang; 4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak; 5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap. Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Ciri-ciri Penelitian Historis Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau. b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal. c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar. d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis Menurut M. Subana dkk. (2005: 88), kerangka penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pendefinisian Masalah 2. Perumusan masalah 3. Pengumpulan data 4. Analisis data 5. Kesimpulan Contoh : - Judul : Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965. - Perumusan masalah : Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ? - Pengumpulan data : Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder - Analisis data : Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif. - Kesimpulan : Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sumber Data Penelitian Historis Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya. 1. Remain dan Dokumen Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen. a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya. 2. Sumber Primer dan Sekunder a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya. b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.
Keuntungan dan Kerugian Metode Penelitian Historis Keuntungan metode penelitian historis a. Penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pernyataan- pernyataan yang tidak dapat di kaji oleh penelitian lain. b. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada saat ini. c. Sebagai tambahan,penelitian historis menggunakan bermacam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya ( dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi ). d. Penelitian historis menyediakan suatu alternatife dan mungkin sumber informasi yanglebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat di kaji melalui metodologi lainnya Kerugian metode penelitian historis a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikangangguan terhadap validitas internal. b. Pembahasan di lakukan oleh sampel dokumen dan proses instrumentasi ( analisis dokumen ) barang kali begitu ketat. c. Peneliti peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample),ataupun apakah mereka dapat memeriksa realibittas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia.
https://www.perpusku.com/2016/06/pengertian-penelitian-historis-ciri-contoh.html A. Penelitian Korelasional Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen. 2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata. 3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan. B. Tujuan Penelitian Korelasional Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya. C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional 1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi. 2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya. 3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut. 4.
Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
D. Macam Penelitian Korelasional
1.
Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan. Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari 1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel. Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan. 2.
Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru. Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R. Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai
anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya. 3.
Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik. Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria. Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda. E. Rancangan Penelitian Korelasional Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu: 1.
Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48). 2.
Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik. 3.
Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables). 4.
Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum. 5.
Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design). Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus. 6.
Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan. G. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010). https://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/ PENELITIAN KAUSAL KOMPARATIF Penelitian causal comperative atau causal comperative research adalah salah satu dari jenis penlitian kuantitatif. Penelitian causal comperative merupakan salah satu metode penelitian yang erat dengan metode penelitian korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melalui pengamatan terhadap akibat yang ada kemudian menelusuri kembali faktor yang mungkin menjadi penyebabnya dengan melalui sebuah data tertentu.Menurut Sukardi (2003) Penelitian causal comperative merupakan kegiatan penelitian yang beusaha mencari informasi tentang mengapa terjadi hubungan sebab akibat, dan peneliti berusaha melacak kembali hubungan tersebut. Ciri−ciri pokok penelitian causal comperative Adapun ciri−ciri pokok penelitian causal comperative menurut pendapat Suryabrata (2003) yakni bersifat ex−post facto, yakni data dikumpulkan setelah semua kejadian yang di persoalkan tersebut berlangsung atau telah terjadi. Peneliti mengambil satu atau lebih akibat sebagai devenden variables dan menguji data tesebut dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab−sebab, saling keterhubungan dan maknanya. Sukardi (2003) berpendapat bahwa penelitian causal comperative diawali oleh adanya permasalahan penelitian setelah itu dilanjutkan dengan menentukan tujuan dan mamfaat penelitian, dilanjutkan dengan kajian pustaka ,lalu mengidentifikasi vaiabel bebas dan variabel terikat langakah selanjutnya yaitu menentukan metode penelitian dengan teknik statistik yang relevan. Dalam Pendekatan dasar causal comperative ini melibatkan kegiatan peneliti yang mengidentifikasiapakah adanya pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel lainnya
terlebih dahulu, kemudian peneliti berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.Contoh misalnya apa penagruh yang terjadi jika seseorang calon karyawan tanpa mengikuti pelatihan manejerial kemudian langsung ditempatkan sebagai menejer? Mnurut Sukardi (2003) antara penelitian korelasi dan penelitian causal comperative keduanya memiliki beberapa kesamaan seperti berikut. 1. Mereka tidak memanipulasi variabel, karena variabel telah terjadi. 2. Mereka tidak melakukan control. 3. Apabila peneliti menggunakan paket program statistik dalam komputer, penelitian regresi otomatis juga menganalisis hasil korelasi Walaupun demikian antara penelitian korelasi dan penelitian causal comperatif mempunyai perbedaan sebagai berikut. 1. Dalam penelitian korelasi, peneliti tidak mengidentifikasi atau membedakan antara variabel bebas dan variabel terikat. 2. Dalam penelitian causal comperatif, peneliti berusaha mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dalam hubungan variabelyang kompleks mereka membedakan antara variabel bebas dan variabe terikat. Noor (2010) berpendapat bahwa perbedaan utama studi korelasional adalah 1. Dalam penelitian studi kausal peneliti berupaya mengidentifikasikan hubungan sebab akibat sedangkan studi korelasional peneliti mengukur variabel yang diamati 2. Dalam penelitian studi kausal umumnya menyangkut dua atau lebih variabel bebas (exogeneus ), satu variabel intervening dan atau variabel moderating dan satu variabel terikat (endogeneu)sementara studi korelasi terdiri dari dua atu lebih variabel bebas (indeveedent )dan satu variabel terikat(devendent) 3. Pendekatan studi kausal memungkinkan peneliti untuk meneliti sejumlah variabel yang tidak bisa diteliti dengan pendekatan studi eksperimen. Seperti halnya studi korelasional, studi kausal memudahkan dalam identifikasivariabel yang berguna dalam penelitian eksperimen. Kelebihan Penelitian Causal Comperative Adapun kelebihan penelitian causal comperative menurut Suryabrata (2003) yakni sebagai berikut. A. Metode causal comparative adalah metode penelitian yang baik untuk berbagai keadaan,sedangakan metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak dapat digunakan apabila
Tidak selalu memiih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor−faktor yang dibutuhkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung.
Pengonterolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistis dan dibuat−buat yang mencegah interaksi normal dengan variabel lain yang berpengaruh.
B. Penelitian studi komperative sangat berguna karena menghasilkan imformasi untuk mengetahui gejala yang dipermasalahkan, apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana dan sejenis dengan itu. C. Perbaikan−perbaikan dalam hal teknik, mentode statistik dan rancangan denagn control parsial, pada akhir−akhir ini telah membuat studi kausal komperatif yang lebih dapat dipertaggungjawabkan. Kelemahan Penelitian Causal Comperative Disamping beberapa kelebihan−kelebihan yang dimiliki oleh Penelitian Causal Comperative. Penelitian Causal Comperative juga memiliki beberapa kelemahan seperti berikut 1. Kelemahan utama setiap rancangan ex−post facto tidak terdapat kontrol terhadap variabel bebas 2. Adanya kesukaran untuk memperoleh kepastian bahwa faktor−faktor penyebab yang relevan telah benarbenar tercakup dalam kelompok faktor−faktor yang sedang diselidiki 3. Suatu gejala mungkin tida hanya merupakan akibat dari sebab−sebab ganda,tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain. http://penalaran-unm.org/penelitian-kausal-komparatif/ penelitian eksperimen
Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Salah satu metode penelitian adalah eksperimen. Untuk dapat melaksanakan suatu eksperimen yang baik, perlu dipahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponenkomponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan jenis-jenis variabel, hakekat eksperimen, karakteristik, tujuan, syarat-syarat eksperimen, langkah-langkah penelitian eksperimen, dan bentuk-bentuk desain penelitian eksperimen. Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai penelitian eksperimen, dalam makalah ini akan dibahas mengenai metode penelitian eksperimen beserta hal-hal yang terkait di dalamnya.
Variabel dalam Penelitian Eksperimen Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen.
Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi. Variabel noneksperimental
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau controlled variabel. Akan tetapi, sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Jenis variabel ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap peneliti yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Pengertian Penelitian Eksperimen Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Menurut Hadi (1985) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179).
Metode eksperimen Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72).Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.
Penelitian Eksperimen Dalam Pendidikan
Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen lebih aktual. Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. 3. Karakteristik Penelitian Eksperimen.
Karakteristik Penelitian Eksperimen Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain: (a) Variabel bebas yang dimanipulasi.
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka untuk memperoleh perbedaan efek dalam variabel yang terkait. (b) Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent variable. Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya mendekati sama. (c) Observasi langsung oleh peneliti
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group.
Tujuan Penelitian Eksperimen Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Syarat-syarat Penelitian Eksperimen Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:(1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan penelitian;(2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama;(3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;(4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).
Proses Penelitian Eksperimen Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut.(a) Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.(b) Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.(c) Pembuatan atau pengembangan instrumen.(d) Pemilihan desain penelitian.(e) Eksekusi prosedur.(f) Melakukan analisis data.(g) Memformulasikan simpulan.
Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) preexperimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretestposttest, intecgroup comparison; (2) true-experimental, meliputi posttest only control design, pretest-control group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series design dan nonequivalent control group design. Penjelasan mengenai bentuk-bentuk desain tersebut adalah sebagai berikut.(a) preexperimentsDisebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguhsungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Dalam pre-experimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai berikut: (1) one-shot case study
Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut.
Penelitian Eksperimen
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O). (2) the one group pretest-posttest design
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis (tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika dinilai tidak sesuai dengan nilai yang berlaku), serta pembuatan instrument penelitian. Kejelekannya yang paling fatal adalah tidak akan menghasilkan apapun.
(3) the static-group comparison.
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak. Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang tidak diberi perlakuan Pengaruh perlakuan: O1 – O2. Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
(b) true experiments Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah: pretestposttes control group design, posttest-only control group design, extensions of true experimental design, multigroup design, randomized block design, latin square design, factorial design. Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut dapat dielaborasi sebagai berikut. (1) pretest-posttes control group design
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan.Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 – O1) – (O4 – O3). (2) posttest-only control group design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. c. Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama. d. Quasiexperiments
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol. Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain: (1) Time Series Design
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
dan kejelasan keadaan grup sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai diberikan. (2) Nonequivalent control group design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random.
Validitas Penelitian Eksperimen Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu. Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain: (1) internal validity, (2) eksternal validity, (3) statistical conclution validity, dan (4) construct validity. Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain: history, maturation, testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) history
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimental yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu. (b) maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama. (c) testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasilhasil eksperimen. (d) instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.
(e) selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang baik. (f) statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim. (g) experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat tertentu.
Pengaruh Validitas Eksternal Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal, antara lain: (a) interaction of treatments and treatments Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias. (b) interaction of testing and treatment Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekekan agar mendorong eksperimen dengan alternatif yang berbeda. (c) interaction of selection and treatment Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah terbentuk sebelumnya. (d) interaction of setting and treatment Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan. (e) interaction of history and treatment
Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.
Cara Mengatasi kelemahan Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang dapat digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:(a) Menggunakan pilihan acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada agar generalisasi menjadi lebih baik.(b) Membuat agar grup individu, manusia ataupun settingnya dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika pendekatan random tidak dapat digunakan.(c) Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal populasi.(d) Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk memenuhi target yang ingin dicapai. Dalam setiap penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam penelitian dapat dihindari.
Penutup Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh simpulan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Metode eksperimen merupakan metode yang paling produktif karena jika dilakukan dengan baik akan dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian yang sering dilakukan peneliti dalam dunia pendidikan adalah penelitian eksperimen. https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html penelitian tindakan kelas Mengapa diberi nama penelitian tindakan kelas? Nama ini berasal dari kata penelitian tindakan. Penelitian tindakan awalnya berkembang dan banyak dilakukan di negara – negara Amerika serta Eropa. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan serta keresahan dalam lingkup sosio – humaniora, seperti misalnya permasalahan pengangguran yang terus meningkat setiap tahunnya di negara tersebut. Penelitian tindakan banyak dilakukan di kalangan sosio – humaniora dengan praktik langsung di lapangan. Di dalam penelitian tindakan, kalangan sosio – humaniora mempraktikkan secara langsung sebuah tindakan yang telah direncanakan sebelumnya untuk mengatasi sebuah permasalahan yang sedang terjadi. Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu tindakan tersebut diukur kelayakannya. Apakah layak atau tidak sebagai penyelesaian permasalahan. Demikian secara garis besar penelitian tindakan bekerja. Seiring berjalannya waktu dan melihat dampak dari sebuah penelitian tindakan, akhirnya metode tersebut berkembang. Tidak hanya lini sosio – humaniora saja, namun juga dunia pendidikan.
Penelitian tindakan yang dilakukan dalam bidang pendidikan oleh para praktisi pendidikan dan dilakukan dalam lingkup kelas, maka penelitian tindakan ini dikenal sebagai penelitian tindakan kelas atau sering disingkat menjadi PTK.
Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas sendiri pertama diperkenalkan oleh seorang psikolog sosial Amerika, Kurt Lewin pada tahun 1946. Sedangkan di Indonesia penelitian tindakan kelas baru mulai dikenal pada akhir 1980. Menurut beberapa ahli, penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai berikut:
1. Siswojo Harjodipuro Memaknai penelitian tindakan kelas sebagai pendorong seorang guru untuk lebih memerhatikan praktik mengajarnya agar menjadi lebih kritis dan bersedia memperbaikinya atau melakukan perubahan demi kualitas pendidikan yang lebih baik
2. John Elliot (1982)
Mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah kajian mengenai suatu permasalahan sosial yang dilakukan untuk meningkatkan unsur tindakan di dalamnya yang dimana semua prosesnya berpengaruh dan diperlukan sebagai bahan evaluasi untuk berkembang ke arah profesional
3. Kemmis dan Taggart (1988) Keduanya berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif terhadap sebuah situasi sosial guna meningkatkan penalaran dan keadilan dalam situasi di tempat dilakukannya penelitian tindakan tersebut
4. Carr dan Kemmis dalam Siswojo Harjodipuro (1997) Mengembangkan dari pendapat Kemmis dan Taggart (1998) yaitu yang melakukan refleksi diri adalah partisipan yang terdiri dari guru, murid, maupun kepala sekolah. Situasi sosial yang dimaksud adalah dalam bidang pendidikan guna memperbaiki rasionalitas serta kebenaran terkait praktik pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik tersebut, hingga situasi tempat dilaksanakannya praktik.
Tujuan Dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas Membicarakan mengenai penelitian, tidak ada sebuah penelitian yang tidak memiliki tujuan. Begitupun halnya dengan penelitian tindakan kelas yang memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Membuat seorang guru menjadi lebih peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di dalam kelasnya 2. Membuat seorang guru menjadi lebih reaktif dan kritis terhadap perilaku murid – muridnya dan juga bagaimana sebaiknya seorang guru menghadapi murid – muridnya 3. Meningkatkan tingkat profesionalitas seorang guru 4. Membuat seorang guru menjadi lebih aktif dalam berupaya dan berinovasi serta lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran terhadap muridnya, baik secara teknik, teori, maupun bahan ajar yang digunakannya 5. Membuat seorang guru memperbaiki proses pembelajaran yang diberikannya sebagai respon terhadap permasalahan yang terjadi di kelasnya 6. Membantu seorang guru dalam menemukan solusi terhadap permasalahan yang timbul di dalam kelasnya 7. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkesinambungan mampu meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang ditekankan melalui kualitas guru yang terus ditingkatkan
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas dalam praktiknya memiliki karakteristik yang diungkapkan oleh Richat Winter, tahun 1996, yaitu:
1. Kritik Refleksi Yaitu dilakukannya tindakan refleksi pada penelitian tindakan kelas yang merupakan bagian dari proses evaluasi atau penilaian dalam penelitian tindakan kelas terhadap hasil observasi mengenai sebuah tindakan yang telah dilakukan. Untuk dapat melakukan refleksi tersebut diperlukan kritik agar terjadi perubahan – perubahan yang berarti terhadap tindakan refleksi tersebut.
2. Kritik Dialektis Yaitu kritik terhadap fenomena yang sedang menjadi kajiannya. Kemudian melakukan pemeriksaan konteks secara menyeluruh di dalam satu unit kajian dan tidak lupa di balik unit yang cenderung untuk berubah meskipun bersifat stabil
3. Kolaboratif Adalah karakteristik penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya kerjasama semua pihak yang menjadi sumber data dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Kemudian menerima sudut pandang dari berbagai pihak tersebut mengenai pemahamannya terhadap sebuah permasalahan. Mengapa? Karena dalam karakteristik kolaboratif menempatkan sang peneliti tidak hanya sebagai pengamat, namun juga tergabung pada sebuah kondisi dan situasi yang sedang berlangsung. Karakteristik kolaboratif menganggap bahwa seseorang tidak akan pernah tuntas dalam memandang sebuah persoalan seorang diri. Oleh karena itu diperlukan banyak pihak dalam menyampaikan sudut pandang guna melengkapi kekurangannya, namun sebuah permasalahan pun akan menjadi kurang efektif bila menampung semua sudut pandang dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti tetap yang memegang kendali terhadap keputusan digunakannya atau tidak sebuah sudut pandang dengan melihat kesesuaiannya terhadap permasalahan dan yang menjadi kajian sang peneliti.
4. Risiko Karakteristik ini mendorong seorang peneliti untuk berani mengambil risiko selama proses penelitian berlangsung. Risiko yang biasa terjadi selama proses penelitian tindakan kelas berlangsing seperti hipotesis yang meleset (kurang tepat), tuntutan untuk dilakukannya transformasi (perubahan secara bertahap) baik terhadap satu, beberapa, bahkan seluruh bagian penelitian. Risiko lainnya yang mungkin terjadi adalah perubahan terhadap sudut pandang. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari sudut pandang yang diberikan oleh unsur – unsur dalam penelitian.
5. Susunan Jamak
Bersifat jamak karena penelitian tindakan kelas melibatkan lebih dari satu komponen demi tercapainya hasil yang komperhensif. Kemudian sifat penelitian dalam kelas yang dialektif, reflektif, dan kolaboratif atau partisipasi
6. Internalisasi Teori dan Praktik Dalam penelitian tindakan kelas melihat bahwa teori dan praktik adalah dua tahap yang berbeda, namun saling bergantung satu dengan lainnya. Teori yang diperlukan sebagai dasar dari sebuah praktik, dan praktik yang diperlukan sebagai aplikasi dari sebuah teori. Baik teori maupun praktik mendukung dalam perubahan bertahap (transformasi)
Jenis – Jenis Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat kualitatif eksperimen. Disebut kualitatif karena data atau hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan dan metode kualitatif, yaitu tanpa melaui proses perhitungan yang biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif. Kemudian disebut eksperimen karena tersusun secara sistematis yang diawali dengan perencanaan dan dilakukannya evaluasi terhadap hasil observasi. Berdasarkan jenisnya, maka penelitian tindakan kelas dikelompokkan menjadi:
1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik Jenis PTK yang menggunakan diagnosa dan peneliti masuk secara langsung dalam situasi penelitian, sehingga menuntun peneliti terhadap suatu tindakan
2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipan Jenis PTK yang mengharuskan peneliti terlibat langsung dari awal hingga akhir penelitian, dan terus menerus, dari pembuatan perencanaan hingga selesainya penelitian dan terbentuk sebuah laporan penelitian. Pemantauan, pencatatan, pengumpulan data, dan menganalisa hasil yang didapat dilakukan oleh peneliti.
3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris Yaitu jenis PTK terkait dengan pembukuan atau pencatatan terhadap pelaksanaan tindakan atau aksi yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan atau aksi pun menjadi data dalam penelitian nantinya
4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental Apabila Anda melakukan PTK tentang penerapan berbagai teknik, strategi yang Anda nilai lebih efektif dan efisien digunakan dakan kegiatan belajar – mengajar. PTK jenis eksperimental berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diberikan sehingga mudah diterima oleh murid – murid dalam kelas.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas Cukup banyak subjek yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas. Diantaranya subjek peneliti, yaitu Anda. Subjek yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas di dunia pendidikan adalah murid – murid, terutama bila dilakukan dalam lingkup kecil, yaitu di dalam kelas. Penelitian dilakukan ketika kegiatan belajar – mengajar sedang berlangsung, baik secara keseluruhan maupun terkait dengan materi tertentu. Dan yang diteliti antara lain seperti daya tangkap, motivasi belajar murid – murid, dan lain sebagainya. Kemudian subjek yang merupakan komponen inti yang biasa dilibatkan seperti para guru, kepala sekolah, kemudian pengamat luar yang ahli di bidangnya. Komponen yang demikian disebut sebagai kontributor. Banyaknya dan siapa saja kontributor yang digunakan dalam penelitian tergantung Anda sebagai peneliti.
Tahap – Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas sudah diperkenalkan sejak tahun 1946, dan semenjak itu penelitian tindakan kelas terus mengalami perkembangan. Dan seiring dengan perkembangan penelitian tindakan kelas, berkembang pula tahapan dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini. Perkembangan yang terjadi sebagai berikut:
1. Kurt Lewin (1990) Sebagai tokoh yang memperkenalkan penelitian tindakan kelas pertama kali membagi tahapan penelitian menjadi: – Perencanaan/planning – Tindakan/aksi/action – Observasi/observing – Refleksi/reflection
2. Ernest T (1996) Mengembangkan tahapan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin menjadi: – Perencanaan/planning – Pelaksanaan/implementing – Penilaian/evaluating
3. John Elliot Salah satu tokoh yang turut mengambangkan penelitian tindakan kelas ini membuat tahapan penelitian menjadi lebih rinci. John Elliot melihat dalam sebuah materi pembelajaran terdiri atas pokok materi dan subpokok. Dan subpokok tersebut memerlukan langkah – langkah untuk menyelesaikannya, tidak cukup hanya dengan satu langkah saja.
Sehingga John Elliot membuat tahapan penelitian tindakan kelas di dalam satu siklus yang terdiri dari beberapa aksi, dan setiap aksi tersebut dibagi lagi menjadi beberapa langkah – langkah penyelesaian untuk direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar – mengajar. Dari berbagai pendapat pada ahli mengenai tahapan PTK, secara umum, tahapan PTK terdiri dari:
a. Perencanaan/planning Perencanaan yang dimaksud disini adalah perencanaan tindakan. Perencanaan tindakan adalah tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas yang akan Anda susun setelah dilaksanakannya pra PTK. Perencanaan tindakan dilakukan untuk menguji secara empiris terhadap hipotesis tindakan yang Anda buat saat pra PTK. Pada tahap ini Anda akan menyusun secara terperinci mengenai tindakan – tindakan yang Anda akan lakukan selama PTK, baik langkah – langkahnya, materi, bahan ajar, teknik, metode pengajaran, serta kendala – kendala yang mungkin akan terjadi ketika PTK berlangsung. Dengan penyusunan perencanaan tindakan yang matang dan terperinci menentukan kelancaran penelitian tindakan kelas nantinya, serta hipotesis yang tidak berubah (tepat)
b. Pelaksanaan/acting Merupakan realisasi dari semua rencana yang telah Anda susun pada tahap perencanaan tindakan. Pelaksanaan ini dilakukan di dalam kelas. Apabila Anda menggunakan unsur lain di dalam pelaksanaan atau yang disebut kontributor/kolaborator hanya bertujuan untuk mempertajam refleksi dan evaluasi Anda kelak
c. Pengamatan/observing Berjalan beriringan bersama pelaksanaan tindakan. Cukup kompleks yang terjadi pada tahap ini. Anda dapat dibantu pihak luar dalam pelaksanaannya sehingga bersifat kolaboratif. Namun pihak luar tersebut hanyalah berfungsi sebagai pengamat tanpa wewenang untuk mengintervensi keputusan yang Anda ambil nantinya. Pada tahap ini Anda akan mengumpulkan dan memperoleh data dari perencanaan hingga pelaksanaan, serta respon atau dampak dari tindakan yang telah Anda lakukan. Observasi memiliki prinsip: – Ada perencanaan antara peneliti dan pengamat – Fokus observasi yang ditetapkan bersama antara peneliti dan pengamat – Adanya kriteria bersama antara peneliti dengan pengamat – Pengamat ahli di dalam bidangnya dan memiliki kemampuan mengamati yang baik Selain mempunyai keterampilan dalam mengamati, pengamat diharapkan memiliki keterampilan dalam: – Menghindari pembuatan penafsiran sepihak – Pembuatan catatan yang sistematis dan teliti
– Melakukan umpan balik kepada peneliti kurang dari 24 jam – Mampu merencanakan jadwal kelas
d. Refleksi/Reflecting Adalah tahap dalam memproses data yang telah Anda peroleh. Pada tahap ini kolaborator masih berperan untuk mempertajam refeksi dan evaluasi Anda. Data yang Anda peroleh dilakukan penafsiran, analisis, dan disintesis. Diperlukan pengetahuan, pengalaman yang melatarbelakangi penelitian dan yang relevan untuk menunjang proses pengolahan data yang Anda lakukan. Sehingga nantinya diperoleh kesimpulan yang mantap, dan refleksi yang terpercaya dan tajam. Refleksi yang terpercaya, dan tajam akan menjadi sebuah masukan yang akurat guna menentukan tindakan selanjutnya atau menjadi dasar dalam penelitian tindakan kelas berikutnya. Untuk refleksi yang baik disusun dengan segera bersama kolaborator setelah selesai dilakukannya observasi dalam jangka waktu kurang dari 24 jam setelah observing selesai dilaksanakan. Namun sebelum tahapan penelitian tindakan kelas tersebut dimulai, terlebih dahulu dilakukan pra penelitian tindakan kelas (Pra PTK). Pra PTK bertujuan untuk memperjelas arah dan arti dari penelitian tindakan kelas yang akan Anda dilakukan. Yang termasuk dalam pra PTK meliputi: 1. Identifikasi masalah 2. Analisis masalah 3. Rumusan masalah 4. Hipotesis (dugaan sementara) tindakan Nomor 1 – 3 dapat dikatakan sebagai landasan Anda mengapa mengkaji sebuah permasalahan yang akan Anda angkat dalam penelitian Anda. Setelah pengkajian terhadpa permasalahan selesai, maka Anda akan mendapatkan gambaran terhadap tindakan yang akan Anda lakukan sebagai solusi terhadap permalasahan. Setelah pra PTK dilaksanakan, Anda dapat masuk ke tahap selanjutnya, yaitu bagian sesungguhnya dari penelitian tindakan kelas, perencanaan atau planning. Demikianlah tahapan penelitian tindakan kelas yang membentuk sikus, dan tersusun secara sistematik, menjadikannya tidak kalah dengan penelitian jenis lainnya. Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas terus – menerus dan keberlanjutan untuk memperoleh hasil yang benar – benar nyata dan sebuah permasalahan terselesaikan. Berdasarkan hal tersebut, tentunya kita sudah mengetahui bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disingkat PTK merupakan suatu hal yang penting apalagi untuk seorang guru yang baru. Suatu perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk nantinya menuju ke tahap akhir yaitu tindakan atau pada hipotesis yang dipikirkan. https://thegorbalsla.com/penelitian-tindakan-kelas/
Penelitian Grounded Theory (1) Posted on 15 Oct 2017
Alhamdulillah sekarang sudah masuk ke pendekatan penelitian kualitatif yang keempat dari lima pendekatan kualitatif yang ada, yaitu grounded theory. Jadi, melalui postingan ini saya membahas tentang grounded theory yang meliputi: pengertian grounded theory; jenis- jenis penelitian grounded theory; prosedur untuk melaksanakan penelitian grounded theory; tantangan- tantangan dalam melakukan penelitian grounded theory; dan ulasan terhadap artikel penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian grounded theory. Bagi teman- teman yang ingin membaca ketiga pendekatan penelitian kualitatif yang telah saya tulis, silahkan klik Penelitian/ Studi Naratif (1), Penelitian/ Studi Fenomenologi (1), dan Penelitian Studi Kasus (Case Study) (1). Selamat membaca dan menikmati
Grounded theory sebagai salah satu dari lima pendekatan penelitian kualitatif Apa to yang dimaksud dengan penelitian grounded theory itu? Menurut Strauss & Corbin (Creswell, 2007: 63), penelitian grounded theory merupakan pendekatan penelitian kualitatif yang ditujukan untuk memperoleh atau menemukan suatu teori, suatu skema analitik yang abstrak dari suatu proses (atau tindakan atau interaksi). Lebih lanjut, bahwa dalam penelitian grounded theory, peneliti membentuk suatu penjelasan umum (teori) dari suatu proses, tindakan,
atau interaksi yang dibentuk oleh sudut pandang/ pemikiran dari partisipan dalam jumlah yang banyak. Dari pengertian ini, dapat dikatakan bahwa teori yang terbentuk melalui grounded theory bukanlah diperoleh dari hasil kajian suatu literature ataupun pemikiran/ pendapat dari peneliti, melainkan dari partisipan- partisipan yang telah atau sedang mengalami proses, tindakan, atau interaksi tertentu yang sedang menjadi perhatian peneliti. Lalu apa saja jenis dari penelitian grounded theory ini? Bahwa ada dua jenis dari penelitian grounded theory ini: prosedur sistematis (systematic procedures) yang dikemukakan oleh Strauss & Corbin dan pendekatan konstruktivis (constructivist approach) yang dikemukakan oleh Charmaz. Dalam prosedur sistematis, peneliti secara sistematis mengembangkan atau memperoleh suatu teori yang dapat menjelaskan proses, kejadian, atau interaksi terkait topik tertentu. Biasanya, untuk memperoleh teori tersebut, peneliti perlu melakukan 20 sampai dengan 30 kali wawancara terhadap partisipan. Adapun partisipan ini dipilih secara teoretis dengan theoretical sampling. Untuk jenis yang kedua, yaitu pendekatan konstruktivis, menekankan aturan yang relatif fleksibel, terfokus pada penemuan atau pengembanagan teori yang bergantung pada pandangan peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, jenis dari pendekatan grounded theory ini tidak mengurangi peran/ kedudukan peneliti selama proses penemuan teori. Menurut Charmaz (Creswell, 2007: 66) selaku ahli yang mengemukakan jenis pendekatan konstruktivis, berpendapat bahwa kesimpulan/ teori yang dikembangkan melalui grounded theory itu bersifat sugestif, inkonklusif (tidak meyakinkan/ meragukan) dan tidak lengkap.
Prosedur untuk memperoleh suatu teori dengan mengguanakan penelitian grounded theory Bagaimanakah prosedur untuk melakukan penelitian grounded theory? Adapun prosedur yang ditulis pada postingan ini adalah prosedur penelitian grounded theory yang diadaptasi dari Strauss & Corbin (Creswell, 2007: 66- 67). Prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Memastikan bahwa permasalahan yang akan diteliti cocok jika dikaji/ diteliti/ diselesaikan dengan menggunakan grounded theory. Perlu diketahui bahwa grounded theory cocok untuk digunakan ketika: a) tidak adanya teori yang dapat menjelaskan suatu proses/ permasalahan dan b) teori yang diperlukan untuk menjelaskan suatu proses sudah ada, tetapi tidak mengarah pada variabel yang menjadi perhatian si peneliti. 2. Menentukan partisipan dan menyusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian haruslah difokuskan pada pertanyaan untuk memperoleh pemahaman terhadap bagaimana partisipan mengalami dan menjalani suatu proses tertentu. Lebih lanjut, peneliti juga perlu menyusun pertanyaan terkait inti dari suatu fenomena, hal yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari munculnya fenomena tersebut, strategi dalam menghadapi fenomena tersebut, dan akibat yang (mungkin) ditimbulkan dari adanya fenomena tersebut. 3. Mengumpulkan data penelitian melalui kegiatan wawancara. 4. Melakukan analisis data. Bahwa ada tiga tahap analisis data, yaitu: open coding axial coding; dan selective coding. Pada tahap open coding, peneliti membuat kategori- kategori dari informasi tentang fenomena yang sedang diteliti. Setelah kategori- kategori tersebut terbentuk, peneliti menyusun kategori- kategori tersebut menjadi bentuk lain (misal: model visual) dengan menggunakan paradigma pengkodean untuk mengidentifikasi data- data terkait dengan pertanyaan penelitian. Nah, tahapan itu disebut dengan tahap axial coding. Adapun pada tahap terakhir, yaitu selective coding, peneliti menuliskan jalan cerita berdasarkan hubungan antarkategori dan mengembangkan hipotesis- hipotesis yang menjelaskan keterhubungan kategori- kategori tersebut. 5. Setelah melakukan analisis data, peneliti mengembangkan dan memotret secara visual suatu perangkat (disebut: conditional matrix) yang berguna dalam membantu peneliti untuk menghubungkan antara kondisi mikro dan makro yang memengaruhi fenomena. Hasil dari langkah ini adalah suatu teori substantif yang dekat dengan inti permasalahan. Teori substantif ini dapat diperoleh dengan melalui proses memoing. Lebih lanjut, teori substantif ini kemudian diuji untuk menentukan apakah teori tesebut dapat digeneralisasi. Terakhir, apabila teori tersebut dapat digenaralisasikan untuk suatu sampel dan populasi, maka teori substantif tersbut jadilah suatu teori yang sebenarnya (yang dicari).
Ternyata untuk melakukan penelitian grounded theory itu tidak mudah (terbayang mudah-pun tidak ). Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh peneliti ketika menggunakan grounded theory. Tantangan pertama adalah peneliti harus mengesampingkan kajian literatur/ teoretis agar memperoleh teori substantif. Tantangan selanjutnya adalah peneliti diharapkan jeli dalam memilih satu dari dua jenis penelitian grounded theory yang akan digunakan serta mengetahui konsekuensinya. Terakhir, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa untuk memperoleh teori, diperlukan 20- 30 kali atau bahkan 50- 60 kali wawancara, yang mengindikasikan bahwa diperlukan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit untuk melakukan penelitian grounded theory. https://ibnurafisite.wordpress.com/2017/10/15/penelitian-grounded-theory-1/
PENELITIAN PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT RESEARCH) A.
Hakikat Penelitian Pengembangan
Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut: Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives. Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan. Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut. Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yakni 1. Pengembangan prototipe produk 2. Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut
Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua tipe sebagai berikut.
Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut. Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran B.
Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan
Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain : 1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran. 2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa. 3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. 4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas. Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain : 1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan. 2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis). 3. Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti. C.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar. Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya : 1. Pada bagian kurikulum Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan. 2. Pada bagian teknologi dan media Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi. 3. Pada bagian pelajaran dan instruksi Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah. 4. Pada bagian pendidikan guru dan didaktis Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional. D.
Proses Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan biasanya dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud masalah pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu. Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review). Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-coba disesuaikan dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP). Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut. Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu : 1. Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation). Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
tinjauan ulang literatur, konsultasi tenaga ahli, analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2. Penyesuaian teoritis (theoretical embedding) Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3. Uji empiris (empirical testing) Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi. 4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome). Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian. E.
Metode Penelitian Pengembangan
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)
1. Tahap Preliminary Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian. 2. Tahap Formative Evaluation 1) Self Evaluation
Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan.
Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama. 2) Prototyping Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat.
Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga. 3) Field Test Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial). https://navelmangelep.wordpress.com/2012/04/01/penelitian-pengembangan-developmentresearch/