TUGAS 2 HIDROLOGI
TRANSPIRASI
Kelompok 6 VICHA PRABOWO LAMOKI YUSNITA SAM ANDI RESKI RAMADHANI WAHYU BUDI SETIAWAN DEWI SARTIKA
G G G G G
621 621 621 621 621
06 06 06 06 06
034 037 036 040 041
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2009 BAB I PENDAHULUAN Air
merupakan
salah
satu
faktor
penentu
bagi
berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Untuk inilah perlunya kami dari kelompok 6 akan membahas lebih lanjut mengenai ’Transpirasi’ agar dapat memngtahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi laju transpirasi dan bagaimana cara untuk menghitung laju transpirasi tersebut.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Traspirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk penguapan air dari daun dan cabang tanaman (jaringan hidup tanaman) melalui pori – pori daun yakni melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan pergerakan uap atau gas. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi adalah 1.
Kelembaban Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari
air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam
rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70%. 2.
Suhu Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan
penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara. 3.
Cahaya Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu:
a. Sehelai daun yang terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahay langsung dapat pula mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu. 4.
Angin Angin cenderung untuik meningkatkan laju transpirasi, baik didalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan
laju
transpirasi,
cenderung
menjadi
lebih
penting
daripada
pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. 5.
Kandungan air tanah Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut.
Selain faktor lingkungan, faktor tanaman perlu untuk diperhatikan
yaitu
sebagai barikut: 1. stomata: jumlah per satuan luas, letak stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/tenggelam), waktu bukaan stomata 2. daun: berbulu/tidak, warna daun(kandungan klorofil daun), posisinya menghadap matahari secara langsung atau tidak
Jikalau tidak terdapat tanaman, kisaran penguapan yang berasal dari permukaan daratan setelah turun hujan akan berkurang secara drastis hingga nilai yang sangat rendah. Tanaman meningkatkan kisaran penguapan melalui transpirasi. Dalam proses transpirasi, air diangkut dari tanah melalui akar-akar tanaman menuju daun dengan aksi osmosis dan capillary. Air menguap dari permukaan dedaunan dan menyebabkan kabut di udara. Dikarenakan ukuran-ukuran hidrologis, fenomena ini seringkali dikesampingkan dan disamakan dengan penguapan dikarenakan kedua proses ini sangat sulit dibedakan dengan menggunakan teknik pengamatan sederhana terhadap wilayah daratan yang berbeda-beda karakteristiknya. Proses menyeluruh pelepasan uap air ke udara dari permukaan daratan oleh proses evaporasi dan transpirasi diistilahkan evapotrasnpirasi.
Gambar : Lubang stomata yang mengatur laju transpirasi Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel
mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. Adapun perbedaan transpirasi dengan evaporasi yaitu sebagai berikut: Transpirasi 1. proses fisiologis atau fisika yang
Evaporasi 1. proses fisika murni
termodifikasi
2. diatur bukaan stomata
2. tidak diatur bukaan stomata
3. diatur beberapa macam tekanan
3. tidak diatur oleh tekanan
4. terjadi di jaringan hidup
4. tidak terbatas pada jaringan hidup 5. permukaan yang menjalankannya menjadi
5. permukaan sel basah kering
Adapun perbedaan transpirasi dengan gutasi yaitu sebagai berikut: Transpirasi
Gutasi
1. terjadi pada siang hari
1. pada malam hari
2. air yang hilang berbentuk uap
2. air yang keluar berbentuk cair
air 3. yang dilepaskan uap air murni
3. cairan mengandung solute, seperti
gula dan garam 4. terjadi melewati stomata, lubang 4. melewati hidatoda kutikula, dan lenti sel 5. terkendali oleh bukaan stomata
5. tidak terkebdali
6. menurunkan suhu permukaan
6. tidak menurunkan suhu permukaan
tanaman Di dalam suatu pengukuran transpirasi adalah sulit untuk mengukur evaporasi dari permukaan tanah yang bervegetasi. Selain itu juga harus memperhatikan jumlah
air yang tersedia untuk menyerap dan mengangkut uap air. Adapun beberapa teknik pengukuran transpirasi yang dilakukan pada beberapa tanaman dalam plot – plot percoanaan yakni: 1. Plot pengukuran dengan menggunakan alat lysimeter. 2. Pengukuran berkurangnya kelembapan tanah dalam plot percobaan 3. Pemangkasan cabang – cabang tanaman dan menimbangnya untuk mengukur besarnya laju kehilangan air. 4. Analisa neraca air. Rumusnya : T = Pg – R – It - ∆ S Dimana : T = Transpirasi (cm/thn) Pg = curah hujan (cm/thn) R = air larian (cm/thn) It = total intersepsi (cm/thn) ∆ S = perubahan kapasitas tampung air tanah Di samaping hal yang telah dipaparkan diatas adapun dampak negatif dari proses transpirasi yakni : •
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun
•
Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan Antitranspiran merupakan suatu senyawa kimia yang diberikan kepada
tanaman dengan tujuan untuk menurunkan laju transpirasi dengan mekanisme kerja yang melalui penutupan lubang stomata oleh partikel tertentu maupun dengan mendorong berlangsungnya mekanisme fisiologis yang menyebabkan stomata menutup namun harganya sangat mahal dan belum ada yang efektif untuk menurunkan laju transpirasi Namun,
selain ditinjau dari dampak negatif
proses
traspirasi, adapun
peranan transpirasi yakni: •
Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
•
Penyerapan dan pengangkutan air, hara
•
Pengangkutan asimilat
•
Membuang kelebihan air
•
Pengaturan bukaan stomata
•
Mempertahankan suhu daun Adapun jenis- jenis dari suatu proses transpirasi yaitu sebagai berikut:
•
Stomater : 80-90% total transpirasi
•
Kutikuler: 20% total transpirasi
•
Lentikuler : 0,1% total transpirasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1,Arti Transpirasi.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Anonim 2,Penghijauan Daerah Resapan Sebagai Upaya Konservasi Sumber Daya Air . www.kompas.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Anonim 3,Transpirasi.www.trasnpirasi.com. Diakses tanggal 27 Februari 2009. Asdak Chay, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, UGM Press: Yogyakarta. Soemarto.D.C, 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga :Jakarta. Sosrodarsono, Suyono. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita : Jakarta