I.
PENDAHULUAN
Di dalam iman kepercayaan Kristen, ada dikenal istilah Trinitas. Istilah ini begitu sering kita dengar di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Bahkan, di dalam isi pengakuan iman rasuli yang kita ucapkan, ada pengakuan terhadap ketiga bentuk pribadi Allah, yang tidak dapat terpisahkan, dan juga tidak dapat dilebur. Allah dalam konsep Trinitas menyatakan diri sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Allah itu sendiri merupakan pribadi yang unik, pribadi yang melampaui akal pikiran manusia, dan juga pribadi yang tidak terhampiri. Namun, karena begitu besar kasih dan karunia-Nya kepada dunia ini, maka Ia rela hadir mendekatkan diri kepada manusia di dalam bentuk Allah Putra. II.
DEFINISI TRINITAS
Trinitas merupakan kata bahasa latin yang berarti tiga serangkai atau tiga kesatuan. Secara sederhana, Allah Tritunggal merupakan Allah yang menyatakan dirinya dalam tiga bentuk pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi ini merupakan satu esensi (hakikat) dan subtansi. Ketiga pribadi ini merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan, namun tak dapat pula dilebur atau disatukan. Di dalam gereja sendiri, ada banyak kalangan yang memberikan definisi terhadap Trinitas. Kebanyakan dalam mereka menjelaskan bahwa Allah adalah satu dalam subtansi dan esensi, namun berbhineka (beragam) di dalam kehadiran atau pribadi. Allah Bapa digambarkan sebagai sosok pencipta di dalam kitab perjanjian lama. Di dalam kitab Kejadian dijelaskan secara rinci bagaimana ia menciptakan dunia dengan penuh keagungan selama enam hari lamanya, dan kemudian beristirahat pada hari yang ketujuh. Di dalam enam hari tersebut, Ia mengatur secara sempurna segala sesuatu yang dicipta-Nya. Allah Bapa juga digambarkan sebagai sosok penyelamat di dalam perjanjian lama. Dengan penuh kasih, Ia menuntun bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Ia juga yang senantiasa menjaga dan menolong umat Israel di dalam pengembaraan di padang pasir, walaupun umat pilihan-Nya tersebut sering kali mengacuhkan Dia. Sedangkan Allah Putra digambarkan sebagai sosok juruselamat di dalam kitab perjanjian baru. Yesus merupakan pribadi dari Allah itu sendiri. Ia memulai karya keselamatannya sejak berusia 30 tahun, dan mengakhiri karya tersebut ketika ia disalib pada usia 33 tahun. Ia datang dalam wujud jasmani, namun secara rohaniah dia merupakan seutuhnya Allah. Ia datang untuk menyebarkan berita keselamatan (injil). Ia juga sering melakukan mukjizat seperti membuat orang buta melihat, membuat orang tuli mendengar, mentahirkan orang kusta, mengusir setan dan roh jahat, membangkitkan orang mati, dan mukjizat yang menakjubkan lainnya. Bahkan, kebangkitan-Nya, yang merupakan mukjizat terbesar-Nya pula, menunjukkan bahwa kuasa maut tidak dapat berkuasa atas Dia. Yesus Kristus-pun naik ke-sorga dan kemudian duduk berkuasa di sebelah kanan Allah Bapa. Dalam peristiwa kenaikan tersebut, Ia menjanjikan seorang penghibur yang nantinya akan ada bersama-sama umat percaya setelah kenaikan-Nya. Pribadi Allah ketiga yaitu Allah Roh Kudus. Ia berperan sebagai penolong dan penghibur, yang senantiasa menguatkan umat Kristen di dalam setiap hal kehidupan. Roh Kudus yang menghibur ini datang ke-dunia setelah kenaikan Allah Putra, yaitu Yesus Kristus. Kedatangannya sungguh dinantikan oleh para rasul serta umat percaya pada masa itu. Roh ini datang dalam bentuk lidah-lidah api kepada para rasul. Roh Kudus-lah yang akan senantiasa
1
mendampingi kehidupan orang Kristen sampai nanti akhirnya Yesus Kristus akan datang untuk yang kedua kalinya di muka bumi ini. Dari penguraian diatas, nampak bahwa ketiga pribadi Allah adalah se-hakekat, namun berbeda (berbhineka) dalam bentuk kehadiran. Allah Bapa sebagai pencipta alam semesta, Allah Putra sang Anak Domba Allah yang menjadi pendamai antara Allah Bapa dengan manusia, serta Allah Roh yang senantiasa menghibur dan menguatkan umat percaya sampai akhir zaman. Ketiganya setara, memiliki satu esensi serta subtansi, namun dalam wujud pelayanan yang berbeda. III.
DASAR ALKITAB
Ada beberapa ayat dalam kitab suci yang menunjukkan bahwa Allah itu berbhineka di dalam tiga pribadi, namun juga menegaskan keesaan-Nya. Kebhinekaan dan keesaan Allah itu secara nyata tertulis di Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Berikut diantaranya:
Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” Di ayat di atas memang tidak dijelaskan tersurat bahwa Allah itu adalah Tritunggal. Namun secara tersirat ayat ini merupakan bukti dari kebhinekaan dari pribadi Allah. Kejadian 3:22a Berfirmanlah Tuhan Allah: “Sesungguhnya manusia telah menjadi seperti salah satu dari Kita” Pada ayat ini juga ada penggunaan frasa “Kita”. Penggunaan Frasa “Elohim” Elohim merupakan nama lain dari Allah. Kata ini banyak terdapat dalam kitab asli perjanjian lama. Memang, di dalam Alkitab yang diterbitkan oleh LAI mengganti kata ini dengan “Allah”. Kata ini di dalam bahasa Ibrani memiliki makna jamak. Sehingga, ada ahli kitab yang menafsirkan bahwa kata Elohim menunjukkan kebhinekaan Allah di dalam Kitab Perjanjian Lama. Yesus dibaptis, yang dituliskan di dalam ke-4 injil: Matius 3:13-17; Masrkus 1:9-11; Lukas 3:21-22; Yohanes 1:29-34. Pada ayat-ayat diatas, menceritakan tentang peristiwa pembaptisan Yesus yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Jordan. Dituliskan bahwa Roh Kudus yang datang dalam bentuk burung merpati turun atas Yesus setelah peristiwa pembaptisan tersebut. Setelah itu juga, muncul seruan dari atas langit yang berbunyi demikian: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Suara itu merupakan suara dari Allah Bapa yang dari sorga. Dari kisah pembaptisan tersebut, nampak jelas hubungan antara pribadi Trinitas, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Wacana Yesus tentang Perjamuan Terakhir: Yohanes 13:31-17:26 Di ayat-ayat diatas, dituliskan secara implist (tersirat) mengenai hubungan Trinitas, terutama hubungan antara Anak dengan Bapa. Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”
2
Ayat diatas secara jelas menyatakan hubungan Trinitas. Di ayat ini, Yesus mengalami peristiwa kenaikan kesurga. Dia memerintahkan seluruh murid-murid untuk menyebarkan kabar gembira dan keselamatan keseluruh penjuru bumi, dan menjadikan seluruh bangsa menjadi murid-Nya. Disini dikatakan “Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” menjadi bukti secara nyata dari kebhinekaan dan keragaman dari pribadi Allah. Ayat ini juga menjadi dasar bagi orang Kristen untuk mengabarkan kabar keselamatan bagi sesama sampai akhir zaman nanti. II Korintus 13:13 “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan dengan persekutuan Roh Salam dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus juga menguatkan bahwa Allah itu benar-benar memiliki tiga pribadi, namun dalam kesatuan yang benar-benar satu dan memiliki satu hakekat serta esensi.
Sebetulnya masih banyak ayat-ayat beserta firman-firman yang menunjukkan eksistensi dari Allah Trinitas. Namun, ayat-ayat diatas menurut saya sudah sangat menguatkan kita dalam memahami salah satu dari misteri iman Kristiani, yang sampai saat ini masih agak sulit dipahami, bahkan oleh orang Kristen itu sendiri. IV.
PEMAHAMAN TRINITAS
Dalam sejarah gereja muncul banyak upaya untuk menjelaskan isi dari pengakuan percaya gereja kepada Allah yang adalah satu dalam subtansi, tetapi berbhineka dalam kehadiran atau pribadi. Adapun penggagas awal dari istilah Trinitas atau Tritunggal adalah Tertulianusyang berkarya kira kira pada tahun 160 sampai 225 masehi. Ia adalah seorang pemimpin gereja dan penghsail banyak tulisan selama masa awal Kekristenan. Dia adalah Bapa Gereja dari Afrika Utara (Kartago). Dengan kata Trinitas, Tertulianus hendak menekankan dan menyatakan bahwa tiga pribadi yang disaksikan Alkitab bagi kita sesungguhnya adalah satu subtansi, yakni Allah. Allah adalah satu tapi ia memperkenalkan diri kepada kita dalam bentuk tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ungkapan latin yang dipakai Tertulianus untuk mengungkapkan Trinitas ini adalah Una Subtantia Tres Persona, yang berarti Allah tidak terbagi dalam subtansi walaupun berbeda dalam pribadi. Ada pula tokoh yang memahami Trinitas dalam dogma Trinitas Modalis. Penggagas dari dogma ini adalah Sabbelius, yang hidup kira-kira pada tahun 200. Dia merupakan seorang imam gereja di daerah Libya. Ia sangat kuat memberi tekanan kepada keesaan Allah, sehingga akibatnya kebhinekaan pribadi Allah dikorbankan. Sabbelius mengajarkan bahwa Allah yang satu itu hadir dalam sejarah bukan hanya dalam pribadi yang berbeda tapi dalam rentang waktu yang tidak sama. Pada mulanya sekali Allah hadir dalam sejarah sebagai Bapa yang menciptakan alam semesta. Kemudian Allah hadir dalam bentuk Allah Putra, yaitu Yesus Kristus, yang berperan dalam melaksanakan karya keselamatan kepada seluruh umat manusia. Selanjutnya Allah memperbaharui kehadiran-Nya dalam rupa Allah Roh Kudus sebagai penolong dan penghibur bagi umat manusia. Dinamakan sebagai Trinitas Modalis karena sang Bapa, Putra, dan sang Roh Kudus hanya dipahami sebagai peran yang berbeda dari satu pribadi dalam waktu yang berbeda-beda pula. Ketiga bentuk Allah hanya dianggap sebagai cara pebampilan Allah yang satu. Ajaran ini dinamakan pula sebagai Sabbelianisme. Ada pula pemahaman tentang Trinitas yang disebut sebagai dogma Trinitas Subordinatif. Dogma ini dicetuskan oleh Arius yang hidup pada tahun 250 sampai 336 masehi. Dia merupakan uskup di wilayang Alexandria, Mesir pada masa Kaisar Konstantinus Agung.
3
Pemikiran Arius sedikit banyak dipengaruhi oleh Bapa Gereja Origenes. Dogma Trinitas Modalis menentang kebhinekaan pribadi Allah, dan mempertahankan hakekit monotheisme (ke-esaan Allah). Arius mengajarkan bahwa hanya sang Bapa-lah yang benar-benar Allah. Sang Anak memang diakui kekal bersama Sang Bapa, tetapi tidak setara ataupun sederajat, karena Sang Anak tercipta dari Bapa. Oleh karena itu, keilahian Sang Anak tidak bisa disamakan dengan keilahian Sang Bapa. Digelari pula subordinatif karena ketiga pribadi Trinitas memiliki kadar keilahian yang berbeda. Artinya, Sang Bapa lebih tinggi dari Anak dan Roh Kudus. Ajaran Trinitas Subordinatif digelari pula sebagai Arianisme. Kedua dogma terakhir (Sabbelianisme dan Arianisme) tidak diakui dalam kehidupan gereja masa kini. Keduanya secara jelas menentang kebhinekaan Allah, dan hanya mengakui ketunggalan dari Allah. Akibatnya, kedua tokoh pencetus ajaran tersebut dianggap sebagai penyesat dan bidah dalam gereja. Sebetulnya, masih banyak teori yang berkembang seputar Trinitas. Misalnya Triteisme, Monarkianisme, serta Socinianisme. Namun menurut saya penjelasan tentang beberapa ajaran Trinitas diatas sudah cukup untuk menjadi dasar dan pijakan kita dalam kehidupan Kekristenan kita. V.
PEMAHAMAN TRINITAS DALAM GBKP
Di dalam GBKP, Trinitas menjadi salah satu dasar dan pilar yang penting. Bahkan, Pengakun Kiniteken atau yang disebut pula sebagai Pengakuan Iman Rasuli secara jelas menyatakan kebhinekaan dari Allah. Di dalam Pengakun Kiniteken ada frasa “Aku man Dibata Bapa; Aku tek man Yesus Kristus anak-Na si tonggal; Aku tek man Kesah si Badia”. Frasa tersebut merupakan bukti bahwa GBKP mengakui Trinitas secara penuh di dalam kehidupan iman. Allah dalam GBKP yang dalam pribadi berbhineka ini digambarkan selalu ada bersamasama dan dalam waktu yang selalu bersamaan, tidak berdiri sendiri, tidak bekerja sendirisendiri, dan tidak dalam rentang waktu yang susul menyusul. Ketiga pribadi selalu hadir bersama-sama dan mengerjakan pekerjaan yang sama, yaitu penciptaan, penyelamatan dan penebusan, serta mesing-masing dengan peran dan tugas untuk membuat karya itu menjadi nyata. Allah itu hidup, yang dalam kasih-Nya selalu bergerak selama-lamanya sampai selamalamanya. Pribadi Allah digambarkan setara, tidak lebih tinggi dari pribadi Allah lainnya (berlawanan dengan Dogma Trinitas Subordinatif). Pribadi Allah yang tiga ini dikenal kebersamaan-Nya dalam bentuk Allah Yang Tunggal Dan Esa. Tiga pribadi yang berbeda dari Allah ini saling mengisi satu sama lain dan saling mendiami tanpa adanya proses pemisahan dan juga peleburan (penyatuan). Dogma Trinitas mengingatkan bahwa kita tidak dapat berbicara tentang Allah dalam bentuk satu kata saja. Untuk mendalami secara lebih dalam mengenai misteri tentang hakikat Allah yang hidup, kita harus memelakukannya dalam tiga kata. Berbicara tentang Allah yang satu itu serentak dengan tiga nama ilahi. Pribadi-pribadi ini memang berbeda, tapi tidak dalam subtansi (keberadaan) melainkan dalam bentuk, bukan dalam kuasa, melainkan aspek (menyangkut tugas-tugasnya). Origenes, seorang Bapa Gereja yang hidup diantara tahun 185 sampai 254 masehi, mengatakan bahwa Bapa, Putra, dan Allah Roh Kudus adalah satu dalam keberadaan dan kehendak, atau yang disebut juga sebagai homoousios, namun berbeda dalam kedirian, atau yang disebut juga sebagai hypostasi.
4
Secara umum, Trinitas menjadi salah satu landasan dan fondasi dari keberadaan GBKP. Oleh karena itu, seluruh anggota GBKP sudah seharusnya mengetahui mengenai ajaran ini, dan senantiasa dapat memakai serta membagikannya dalam kehidupan keimanan dan bergereja. Anggota GBKP seharusnya juga dapat memaknai dan meresapi ini Pengakun Kiniteken yang didalamnya terdapat ajaran dan konsep dari Trinitas itu sendiri. Anggota juga diharapkan dapat memperjuangkan konsep Trinitas, tanpa takut terhadap pihak-pihak mana saja yang menentang dan tidak percaya. VI.
PIHAK-PIHAK YANG MENENTANG KONSEP TRINITAS DAN SIKAP KITA DALAM MENANGGAPINYA
Di dalam kehidupan bergereja, pasti ada saja pihak yang masih memperdebatkan mengenai konsep Trinitas. Memang, karena konsep ini menekankan kebhinekaan pribadi Allah, ada saja pihak yang mengira bahwa umat Kristen itu menyembah “tiga” Tuhan. Mereka nyatanya keliru karena ketidaktahuan mereka akan ajaran Kristen ini. Contoh dari pihak yang meragukan konsep Trinitas ini adalah saudara kita yang beragama Islam. Mereka meragukan konsep ini karena ada tertulis di kitab mereka bahwa Allah itu tunggal, dan tak mungkin dalam pribadi yang berbeda. Mereka juga menyanggah keilahian Yesus Kristus (Isa Almasih), dan hanya menganggap-Nya sebagai nabi saja. Adapula beberapa “aliran” Kristen yang radikal dan tidak mengakui tentang kebhinekaan Allah. Salah satu diantaranya adalah Saksi Yehuwa. Mereka juga menentang Trinitas dan mengakui hanya Bapa-lah yang adalah benar-benar Allah. Aliran ini merupakan salah satu aliran yang radikal dalam menyebarkan kepercayaannya. Dari pemaparan diatas, kita sebagai umat Kristen sejati, khususnya GBKP, harusnya dapat mawas diri dan membentengi diri kita dengan keimanan yang kuat agar tidak dapat digoyahkan dengan ajaran yang mengajak kita menjauh dari kekristenan. VII.
KESIMPULAN
Dalam perjumpaanya denga Allah, Gereja mengakui bahwa Allah datang kepadanya bukan hanya dalam satu cara, melainkan tiga cara. Allah satu dalam subtansi, esensi, dan hakikat, namun tiga dalam pribadi. Pernyataan diri Allah kepada umat manusia adalah melalui pribadi Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Allah menyatakan diri-Nya seperti dalam ungkapan: “Allah diatas kita, Allah diantara kita dan Allah di dalam kita”. Membahasakan tentang Allah tidak cukup kata-kata untuk menggambarkan-Nya, karena Allah lebih besar dari kita, serta dari pikiran dan gagasan kita. Trinitas dapat digambarkan sebagai Matahari, yang terdiri atas panas serta cahaya yang menyilaukan. Menghilangkan salah satu dari kedua unsur tersebut maka meniadakan serta memustahilkan ruangan tersebut. Demikianlah Trinitas, tidak pernah menjadi Allah yang bukan sang Bapa, sang Anak, dan sang Roh Kudus. Allah selalu ada sebagai relasi ketiga pribadi ilahi. Hal ini meyakinkan kita bahwa Allah dalam kesempurnaan-Nya selalu ada bersama kita. Dan kita sebagai manusia juga harus senantiasa memperjuangkan paham Trinitas dengan keyakinan yang teguh dan kuat, agar kita tidak gampang dipengaruhi oleh ajakanajakan orang lain yang menentang Trinitas. Kita harus menjadikan Trinitas sebagai fondasi kita dalam kehidupan iman dan kepercayaan kita, dan dengan berani harus senantiasa membelanya. Terlebih diantara kita jemaat GBKP. Kita harus memperjuangkan iman kita dengan segenap jiwa dan raga kita. Semoga Allah Tritunggal menyertai kita.
5