Tri Kusuma (053).docx

  • Uploaded by: Anonymous r1aCOFSF
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tri Kusuma (053).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,871
  • Pages: 48
ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA YANG MENDERITA KARIES GIGI

Oleh Nama : NI GUSTI AYU TRI KUSUMAWATI NIM : P07125015 053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN GIGI TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA YANG MENDERITA KARIES GIGI

Mengetahui

Denpasar, 4 Desember 2017

Pembimbing

I MADE BUDI ARTAWA, S.SiT,M.Kes

NI GUSTI AYU TRI KUSUMAWATI

NIP: 196807141989031001

NIM: P07125015 053

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya. Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh. Gigi berfungsi untuk mengunyah, berbicara, dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama di rongga mulut (Paramita, 2000). Kesehatan gigi dipengaruhi oleh kebersihan gigi dan mulut, gizi makanan, macam makanan, dan kepekatan air ludah. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paing banyak dijumpai di masyarakat saat ini adalah karies gigi (Boediharjo, 1985). Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit jaringan karies gigi yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi bagian organic dan penghancuran dari substansi organic yang dapay menyebabkan rasa nyeri. Penyakit karies gigi bersifat progresif serta akumulatif, berarti bila ada kelainan yang tidak diobati lama – kelamaan akan bertambah parah, dan gigi yang sudah terkena tidak dapat kembali normal dengan sendirinya (Beck, 2000). Sejak gigi erupsi sampai gigi tersebut tanggal, semua permukaan gigi yang terbuka mempunyai resiko terserang karies. Kondisi gigi pada fase pertumbuhan gigi sulung dan gigi permanen akan mempengaruhi mikrostruktur kedua jenis gigi tersebut dan akan menentukkan sifat gigi tersebut, mudah diserang atau tahan terhadap kareis gigi (Ford, 1993). Semua orang dapat mengalami karies gigi, termasuk anak – anak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali Tahun 2013, angka decay meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu 1,02 pada kelompok umur 12 tahun, 1,07 pada kelompok umur 15 tahun, 1,14 pada kelompok umur 18 tahun, dan 2,00 pada kelompok umur 35-44 tahun (Kemenkes RI, 2013). Karies gigi mengakibatkan munculnya rasa sakit sehingga orang menjadi malas makan dan lama kelamaan dapat menyebabkan tulang di sekitar gigi menjadi terinfeksi. Kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses, maka gigi dapat tanggal. Anak yang mengalami kehilngan beberapa giginya tidak dapat makan dengan baik dan

seringkali tidak biasa makan kecuali makan yang lunak (Kretchmen dan Zimmerman, 1996). Perawatan gigi pada anak yang sudah mengalami kerusakan gigi sulit dilakukan dan pengobatan terhadap gigi yang rusak juga menghabiskan waktu dan biaya yang mahal. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali tahun 2013, kelompok umur 10 – 14 tahun yang menyikat gigi dengan benar hanya mencapai 4,3 % (Kemenkes RI, 2013). Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk merawat gigi dan mulut demi mencegah terjadinya kerusakan gigi yang rusak (Srigupta, 2004). Mendapatkan hasil yang baik dalam upaya pencegahan karies gigi, maka perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya karies gigi serta faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Suwelo, 1992). Pencegahan terjadinya karies gigi dapat didasarkan pada tiga faktor penyebab terjadinya karies gigi. Faktor pertama adalah faktor host yaitu kekuatan dari permukaan gigi, faktor kedua yaitu adanya plak yang berisi bakteri, biasanya bakteri patogen yang kariogenik seperti Streptococcus mutans. Faktor ketiga penyebab karies gigi adalah adanya substract yang mendukung pertumbuhan bakteri seperti adanya karbohidrat terfermentasi pada gigi yang akan menyebabkan bakteri dapat bertahan hidup (Forrest, 1995). Awal mula terjadinya karies gigi adalah terbentuknya plak gigi, yaitu lapisan tipis transparan yang menempel pada permukaan email gigi. Plak gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan sisa – sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi. Keadaan normal bakteri di dalam mulut ada pada semua orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan menghasilkan asam. Gigi yang berada dalam kondisi asam terus menerus akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi pada permukaan email gigi. Setiap gigi membentuk plak setiap hari, untuk mencegah terjadinya plak sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi karbohidrat terfermentasi dan menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur setiap hari (Houwink et al, 1993). Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawatan profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberi asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab. Salah satu lingkup praktek keperawatan adalah asuhan keperawatan keluarga karena keluarga merupakan

unit terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu, menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metodelogi proses keperawatan merupakan metodelogi penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi kesehatan dan keperawatan, meliputi tahapan: Pengkajian, Merumuskan diagnose keperawatan, Perencanaan Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam satu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan kesehatan gigi yang optimal.

2. Tujuan Khusus Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan keluarga untuk berperilaku hidup sehat dibidang gigi dan mulut, yang mencakup  Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut.  Mampu melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.  Mengetahui tindakan tepat untuk mengatasi masalah dalam kesehatan gigi dan mulut.  Mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia secara wajar.  Meningkatkan angka PTI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi 1. Definisi Karies Menurut Tarigan, (1990), Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure, dan daerah interproximal) meluas ke daerah pulpa. Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan karies gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri, Elisa dan Neneng 2010). Karies merupakan suatu penyakit jaringan karies gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan karies gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan feriafeks yang dapat menyebabkan nyeri (Edwin. A, 1992). Karies merupakan penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen, atau mikroorganisme, substrata tau diet dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih (Tarigan, 1990).

Sumber: Rasinta Tarigan, 1990. Gambar 1 Model Empat Lingkaran Penyebab Karies

Terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama. 2. Teori – teori terjadinya karies Berdasarkan macam teori mengenai karies dikemukakan oleh para ahli. Teori karies tersebut dikelompokkan kedalam beberapa bentuk teori: a. Teori kimia parasite Tahun 1884-1889, W. D. Miller memperkenalkan konsep – konsep mengenai terjadinya karies atas dasar kimia parasit. Enzim – enzim seperti Amilase, Maltase disamping enzim – enzim yang dikeluarkan mikroorganisme dan jamur – jamur yang terdapat dalam mulut. Enzim – enzim tersebut diatas misalnya Amilase, dapat mengubah Polisakarida menjadi Glukosa dan Maltase. Glukosa oleh karena penguraian dan enzim – enzim yang dikeluarkan mikroorganisme terutama golongan Laktobasilus akan menghasilkan asam susu dan asam laktat. Disamping golongan Laktobasilus ini dijumpai pula mikroorganisme golongan Streptococus yang dapat mengadakan proteolisa yang menghancurkan unsur – unsur organik dan email (Tarigan, 1990). b. Teori proteolysis Gottlieb dalam Tarigan (1990), menyatakan bahwa bukanlah bahan – bahan anorganik yang lebih dahulu dirusak tetapi, bahan – bahan organic dari email. Bahan – bahan yang terdapat pada email adalah cuticula dentis, substansia interprismata, Lamella email. Bahan – bahan ini dihancurkan oleh enzim proteolysis, yang berasal dari Sterptococus (mikroorganisme – mikroorganisme dalam mulut terutama golongan streptococcus mutans). Baru setelah penghancuran unsur – unsur organis ini unsur – unsur anorganis dirusak oleh asam susu. 3. Proses terjadinya karies Proses karies gigi dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut:

Substrat (Gula)

+ Plak

+

Gigi

(Bakteri) (Email/Dentin) (Metabolisme Oleh Bakteri)

Sumber: Ford T.R.P.,Restorasi Gigi, 1993 Gambar 2 Proses Terjadinya Karies

Karies (Demineralisasi)

Gambar di atas menunjukkan bahwa konsumsi gula yang tinggi merupakan penyebab karies gigi, karena gula memegang peranan penting terhadap terjadinya karies. Proses karies diteliti secara lebih cermat, maka akan tumbuh pengertian tentang peranan diet, hygiene oral, dan cara yang harus ditempuh agar gigi lebih tahan karies, serta pengertian mengapa tempat – tempat tertentu pada gigi, tergantung pada umurnya, mudah terkena karies. a. Substrat Pengaruh gula akan mendapat giliran pertama untuk dibicarakan. Gula terolah seperti sukrosa dan glukosa bukan hanya memiliki kariogenitas saja, melainkan kedua zat tersebut, terutama sukrosa sangat efektif menimbulkan karies. Makan gula menyebabkan anjloknya pH yang akan memudahkan terjadinya demineralisasi, diikuti kemudian oleh peningkatan pH secara perlahan – lahan seperti halnya coklat yang banyak mengandung gula. Gula juga dapat berubah menjadi substansi yang lengket yang disebut glukan (Ford, 1993). b. Plak Plak bakteri adalah suatu struktur bakteri yang terorganisir rapid dan lengket terhadap permukaan gigi. Biasanya mendeteksi pada permukaan gigi yang tidak terlalu sukar. Jika tertutupi plak gigi akan tampak kusam, tetapi plak akan cepat terlihat jika diwarnai oleh pewarna sayuran seperti eritrosin. Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan, perkembangannya, paling baik jika daerah paling sedikit terkena sentuhan, seperti di daerah tepi gingiva, pada permukaan proksimal, dan didalam fissure (Narlan, 1993). c. Gigi Email terdiri atas Kristal hidroksi apatit yang tersusun oleh prisma fluorapatit terutama terdapat di dekat permukaan gigi. Setiap bagian permukaan gigi dapat dipengaruhi karies dan hal ini telah dapat ditunjukkan secara eksperimen. Tetapi secara klinis, karies biasanya terdapat di daerah – daerah tertentu. Daerah ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu permukaan berfissure dan permukaan halus. Fissur biasanya merupakan daerah pertama terserang karies dan penyakit ini sering mulai timbul begitu gigi erupsi. Karies mempengaruhi dinding fissure karena plak pada tempat itu tidak mungkin dibuang dalam penyikatan gigi (Narlan, 1993).

4. Klasifikasi karies Klasifikasi karies menurut Black dalam Tarigan, (1990) di kelompokkan menjadi lima bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi, dimana kavitas diklasifikasikan berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. Pembagian tersebut adalah: a) Karies Klas I Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan molar ( gigi posterior ). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum. b) Karies Klas II Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi – gigi Molar atau Premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal. c) Karies Klas III Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai margo incisalis (belum mencapai 1/3 incisal gigi). d) Karies Klas IV Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi – gigi depan dan sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai 1/3 incisal gigi). e) Karies Klas V Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi – gigi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi. Menurut Simon dalam Tarigan, (1990) ada juga kelas VI, yaitu: Karies yang terdapat pada incisal edge dan cups occlusal pada gigi belakang yang disebabkan oleh abrasi. 5. Akibat karies gigi Karies dapat mengakibatkan rasa sakit yang berdampak pada gangguan pengunyahan sehingga

asupan

nutrisi

akan

berkurang

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan anak. Karies gigi yang tidak dirawat selain rasa sakit lama – kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut. Keadaan ini selain mengganggu fungsi pengunyahan dan penampilan, fungsi bicara juga ikut terganggu (Lindawati S., 2014).

6. Pencegahan karies gigi Pencegahan karies gigi menurut Be (1989), dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a) Diet Mengurangi makanan manis – manis (sukrosa). b) Plak Kontrol Menghilangkan plak dengan cara menggosok gigi maka proses karies (white spot) terhenti disebut arrested caries (proses karies terkendali). Kadang – kadang white spot yang berwarna putih buram berubah menjadi coklat. c) Memberi larutan fluor Memperkuat email dengan memberikan fluor. Fluor dapat diberikan secara khusus baik sistemik maupun lokal. Pemberian fluor secara sistemik misalnya: 1) Fluor dalam air minum. 2) Fluor dalam bentuk tablet / obat tetes. 3) Fluor dalam makanan / minuman seperti ikan, garam, susu dll. Pemberian Fluor secara lokal misalnya: 1) Self aplikasi yaitu fluor diberikan pada seluruh gigi oleh pasien sendiri misalnya pasta gigi. 2) Mouth rinsing (kumur – kumur) yaitu fluor digunakan sendiri oleh pasien dengan cara berkumur – kumur. 3) Topikal aplikasi yaitu fluor diberikan seluruh gigi oleh dokter gigi / perawat gigi misalnya pasta fluor dioleskan, fluor dalam bentuk cairan / gel. 4) Spot aplikasi yaitu 1 tetes larutan fluor diberikan kepada white spot oleh dokter gigi / perawat gigi. 7. Perawatan karies gigi Menurut Tarigan (1989), bahwa rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan sendiri tau karies akan terus menerus meluas dengan cepat apabila karies tersebut tidak diperhatikan, untuk menghindari hal tersebut maka karies gigi harus segera dilakukan perawatan antara lain: a) Penambalan Gigi yang sakit atau berlubang yang tidak dapat sembuh hanya dengan pemberian obat – obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan

ke fungsi semula dengan melakukan pengeboran. Gigi yang pecah hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan. Gigi yang terkena infeksi sebaiknya di bora tau dibuang sehingga dapat meniadakan kemungkinan infeksi ulang, setelah itu baru diadakan penambalan, untuk mengembalikan ke bentuk semula dari gigi tersebut sehingga di dalam pengunyahan dapat berfungsi kembali dengan baik. b) Pencabutan Gigi sudah sedemikian rusak atau sudah tersisa akarnya saja sehingga untuk pemanbalan sudah amat sukar dilakukan, maka tidak ad acara lain selain mencabut gigi telah rusak tersebut. Pencabutan gigi merupakan tindakan terakhir yang dilakukan bila tidak ada lagi cara untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rahang.

B. Kebersihan Gigi dan Mulut

1. Pengertian kebersihan gigi dan mulut Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang berada di dalam rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang berada diatas permukaan gigi seperti debris dan sisa makanan (Setyaningsih, 2007). Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, pada umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu index. Index adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun calculus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif. 2. Deposit yang melekat pada permukaan gigi Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), deposit atau lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi terdiri dari debris, plak, dan calculus.

a. Debris Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan membrane mukosa. Aliran saliva, aksi mekanisme dari lidah, pipi, bibir, bentuk dan susunan gigi serta rahang akan mempengaruhi kecepatan pembersihan sisa

makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan viskositas ludah yang rendah. Debris makanan mengandung bakteri, tetapi berbeda dari plak dan materia alba, debris ini lebih mudah dibersihkan. Debris harus dibedakan dengan makanan yang tertekan ke ruang interproksimal (food impaction) (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010).

b. Plak gigi 1) Pengertian plak Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara kumur ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan mekanisme (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). Plak yang jumlahnya sedikit tidak dapat dilihat kecuali diwarnai dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Penumpukan plak akan berwarna abu-abu kekuningan, dan kuning. Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukan gingival dan permukaan gigi yang cacat dan kasar (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). 2) Mekanisme pembentukan plak Proses pembentukan plak ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired pellicle dan tahap kedua merupakan tahap proliferasi bakteri. Tahap ini setelah acquired pellicle terbentuk, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri dari polishakarida ekstra seluler yang terdiri dari levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva, hanya bakteri yang dapat membentuk polishakarida ekstra seluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bavis, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus pada tahap awal poliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk suatu lapisan kontinyu diatas permukaan acquired pellicle melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok kecil yang terpisah, suasana lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakultatif yang tumbuh adalah coccus dan bacillus yang fakultatif (Neisseria, Nacordia, dan Streptococcus) (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). Tahap kedua, hari kedua sampai keempat apabila kebersihan mulut diabaikan, coccus gram negative dan bacillus bertambah jumlahnya (7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya

terdiri dari bacillus yang bersifat anaerob, pada hari kelima fusobacterium. Aactinomyces dan veillonella yang aerob bertambah jumlahnya. Tahap ketiga, tahap matangnya plak pada hari ketujuh, ditandai dengan munculnya bakteri jenis spirichaeta dan vibrio dan jenis vilament terus bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada Aactinomyces naeshadi. Hari ke dua puluh delapan dan ke dua puluh sembilan Streptococcus jumlahnya terus berkurang (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan plak Menurut Carlsson dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah sebagai berikut : Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan disclosing. Kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada permukaan email yang banyak cacat, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindungi. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi. Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak banyak terbentuk jika lebih banyak mengkonsumsi makanan lunak terutama karbohidrat jenis sukrosa karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). c. Calculus 1) Pengertian calculus Calculus merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan. Calculus adalah plak yang terkalsifikasi (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010).

2) Jenis calculus Berdasarkan hubungannya terhadap gingiva margin, calculus dikelompokkan menjadi supra gingival calculus dan sub gingival calculus (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). a) Supra gingival calculus Supra gingival calculus adalah calculus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Supra gingival calculus berwarna kekuning-kuningan, konsistennya keras dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler. Warna calculus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok. Calculus supra gingival dapat terjadi satu gigi, sekelompok gigi ataupun seluruh gigi, lebih sering banyak terdapat pada bagian bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan ductus stensen’t, pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus warton’s, selain itu pula calculus banyak terdapat pada gigi yang sering tidak digunakan (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). b) Sub gingival calculus Sub gingival calculus adalah calculus yang berada dibawah batas gingival margin, biasanya di daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan, untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dengan explorer, biasanya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman konsistennya seperti kepala korek api dan melekat erat pada permukaan gigi. Bentuk sub gingival calculus dapat dibagi menjadi deposit noduler dan spinning yang keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi gigi, berbentuk seperti jari yang meluas sampai kedasar saku, bentuk bulat yang terlokalisir, bentuk gabungan dari bentuk-bentuk diatas, bila gingiva mengalami resesi maka sub gingival calculus akan dapat dilihat seperti supra gingival calculus dan mungkin akan ditutupi oleh supra gingival yang asli (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). 3. Faktor - faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut a. Menyikat gigi 1) Pengertian menyikat gigi Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), mengatakan bahwa menyikat gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak. Sriyono

(2005), menyatakan bahwa menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi sehingga penumpukan plak dihindari. 2) Frekuensi menyikat gigi a) Frekuensi dan waktu menyikat gigi Menurut Manson dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), penyikatan gigi sebaiknya dua kali sehari yaitu setiap kali setelah makan pagi dan malam sebelum tidur. Loe dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), melalui suatu percobaan menunjukkan bahwa dengan frekuensi penyikatan gigi satu kali sehari pun, asalkan teliti sehingga semua plak hilang, gusi dapat dipertahankan tetap sehat. b) Waktu menyikat gigi Waktu menyikat gigi yang benar adalah minimal dua kali sehari yakni setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam dimulut. Sisa – sisa makanan pada gigi jika tidak diberihkan, maka mulut semakin asam dan kuman akan tumbuh subur sehingga dapat membuat gigi berlubang (Budiman, 2009). 3) Cara menyikat gigi Menurut Sariningsih (2012), cara menyikat gigi yang baik adalah sebagai berikut : a) Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengadung flour, banyaknya pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah. b) Kumur – kumur dengan air sebelum menyikat gigi. c) Pertama – tama rahang bawah dimajukan ke depan sehingga gigi – gigi rahang atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikat gigi rahang atas dan rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah (vertikal). d) Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju mundur dan pendek – pendek. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk setiap permukaan gigi. e) Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan naik turun sedikit memutar. f) Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

g) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke lidah dengan gerakan mencongkel keluar. h) Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit – langit dengan gerakan sikat mencongkel keluar dari rongga mulut. i) Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit – langit dengan gerakan mencongkel. 4) Alat – alat menyikat gigi a) Sikat gigi (1) Pengertian sikat gigi Sikat gigi merupakan suatu alat oral fisioterapi yang digunakan secara luas untuk memberikan gigi dan mulut. Pasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010). (2) Syarat sikat gigi yang ideal secara umum mencangkup : (a) Tangkai sikat gigi harus enak dipegang dan stabil, pegangan sikat gigi harus cukup lebar dan cukup tebal. (b) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimul 25 – 29 x 10 mm, untuk anak – anak 15 – 24 mm x 7 mm, untuk balita 18 mm x 7 mm. (c) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan lunak maupun jaringan keras.

b) Pasta gigi Pasta gigi biasanya digunakan bersama – sama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkadung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010). Pasta gigi biasanya mengadung bahan – bahan abrasi, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan penyikat, pelembab, pengawet, flour dan air. Bahan abrasive yang biasanya digunakan adalah kalsuim karbonat atau

aluminium hidroksida dengan jumlah 20% - 40% dari pasta gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010). c) Air Kebersihan gigi dengan sikat gigi diakhiri dengan melakukan kumr – kumur sehingga plak dan kotoran – kotoran yang terlepas dapat dihilangkan. Air yang digunakan untuk kumur – kumur hendaknya air matang, karena kuman – kuman penyakit yang terdapat dalam air mati ( Setyaningsih, 2007). d) Cermin Menurut Setyaningsih (2007),cermin merupakan alat bantu dalam pelaksanaan menyikat gigi, yang berguna untuk melihat kebersihan gigi setelah menggosok gigi. b. Jenis makanan Menurut Setyaningsih (2007), makanan yang berpengaruh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut diantaranya 1) Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang berserat dan berair seperti sayuran dan buah - buahan. 2) Makanan yang dapat merusak gigi yaitu makanan yang manis dan mudah melekat (kariogenik) seperti coklat, permen, biskuit, dll.

c. Jenis kelamin Menurut Hungu (2007), jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki – laki secara biologis sejak lahir. Menurut Kartono jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut, pada dasarnya laki – laki dan perempuan itu berbeda baik secara fisik maupun karakteristik, bahwa wanita biasanya cenderung lebih memperhatikan segi estetis seperti keindahan, kebersihan, dan penampilan diri sehingga mereka lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, sedangkan laki – laki biasanya kurang memperhatikan keindahan, kebersihan dan penampilan diri. Hal tersebut didukung oleh penelitaian yang dilakukan oleh Steven di Belgia, menunjukkan bahwa menyikat gigi lebih rutin dilakukan oleh perempuan daripada laki – laki sehingga kebersihan gigi dan mulut perempuan lebih baik daripada laki – laki (Pahlawaningsih dan Gondhoyoewono, 2004).

4. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan kontrol plak dan scaling. a. Kontrol plak Kontrol plak adalah pengurangan plak mikroba dan pencegahan akumulasi plak pada gigi dan permukaan gusi yang berdekatan, memperlambat pembentukan karang gigi. Dengan melakukan kontrol plak, merupakan cara yang efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis serta merupakan bagian yang sangat penting dalam urutan perawatan dan pencegahan penyakit rongga mulut (Fauzan, 2010). b. Scaling Scaling adalah suatu proses membuang plak dan calculus dari permukaan gigi. Tujuan utama dari scaling adalah mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi ( plak, calculus, endotoksin ) dari permukaan gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010). 5. Cara penilaian kebersihan gigi dan mulut Menurut Priyono dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), ada beberapa cara mengukur atau menilai kebersihan mulut seseorang, yaitu : Oral Hygiene Index (OHI), Oral Hygiene Index Slimplified (OHI-S), Personal Hygiene Performance (PHP), Personal Hygiene Performance Modified (PHPM). Penelitian ini menggunakan cara pengukuran kebersihan gigi dan mulut (OHI-S). a. Oral Hygiene Index Slimplified (OHI-S) Menurut Green dan Vemillion dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), index yang digunakan untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut disebut Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S merupakan tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Debris Index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap endapan lunak dipermukaan gigi yang dapat berupa plak, material alba, dan food debris, sedangkan Calculus Index merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi akibat pengendapan garam – garam anorganik yang komposisi utamanya kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel – sel ephitel deskuamasi (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010).

b. Gigi index untuk OHI-S Menurut Green Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, dipilih enam permukaan gigi index tertentu yang cukup dapat mewakili segment depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi index beserta permukaan gigi index yang dapat dianggap mewakili setiap segment adalah : 1) Untuk rahang atas yaitu : a) Gigi molar permanen pertama kanan atas (M1 kanan atas) yang diperiksa adalah permukaan bukal. b) Gigi incisivus permanen pertama kanan atas (I1 kanan atas) yang diperiksa adalah labial. c) Gigi molar permanen pertama kiri atas (M1 kiri atas) yang diperiksa adalah permukaan bukal. 2) Untuk rahang bawah : a) Gigi molar permanen pertama kiri bawah (M1 kiri bawah) yang diperiksa adalah permukaan lingual. b) Gigi incisivus pertama kiri bawah (I1 kiri bawah) yang diperiksa adalah permukaan labial. c) Gigi molar permanen pertama kanan bawah (M1 kanan bawah) yang diperiksa adalah pemukaan lingual. c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian OHI-S Permukaan gigi yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat dalam mulut yaitu permukaan klinis bukan permukaan anatomis. Jika gigi index pada suatu segment tidak ada, dilakukan penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : d. Jika molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua, jika molar pertama dan kedua tidak ada penilaian dilakukan pada molar ketiga, jika molar pertama, kedua, ketiga tidak ada maka tidak dilakukan penilaian untuk segment tersebut. e. Jika gigi incisivus pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi incisivus pertama kiri atas dan jika gigi incisivus pertama kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi incisivus pertama kanan bawah, jika gigi incisivus pertama kanan dan kiri tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segment tersebut.

f. Gigi segment dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti : 1). Gigi hilang karena dicabut, 2). Gigi yang merupakan sisa akar, 3). Gigi yang merupakan mahkota atau jaket baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, 4). Mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan index akibat karies maupun fraktur, 5). Gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis. g. Penilaian dapat dilakukan jika minimalada dua index yang dapat diperiksa. 6. Kriteria penilaian Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), kriteria penilaian Debris Index dan Calculus Index pada pemeriksaan kebesihan gigi dan mulut, yaitu dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut : Baik

: Jika nilainya antara 0 - 0,6.

Sedang

: Jika nilainya antara 0,7 – 1,8.

Buruk

: Jika nilainya antara 1,9 – 3.0. Skor OHI-S adalah jumlah skor debris index dan skor calculus index sehingga pada

perhitungan skor OHI-S didapat sebagai berikut : Baik

: Jika nilainya antara 0 – 1,2.

Sedang

: Jika nilainya antara 1,3 – 3,0.

Buruk

: Jika nilainya antara 3,1 – 6,0.

a. Kriteria skor debris terdapat pada tabel berikut : Tabel 1 Kriteria debris Index No

Kondisi

Skor

1

Tidak ada debris / stain

0

2

Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal / terdapat stain

1

ekstrinsik di permukaan 3

Plak menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan diperiksa

2

4

Plak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa

3

Sumber : Putri, herijulianti, dan Nurjannah (2010).

Untuk menghitung DI, digunakan rumus sebagai berikut : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑏𝑟𝑖𝑠

Debris Index (DI) =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐺𝑖𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

Cara pemeriksaan gigi dapat dilakukan dengan menggunakan disclosing solution ataupun tanpa menggunakan disclosing solution. b. Kriteria skor calculus terdapat pada tabel berikut : Tabel 2 Kriteria Calculus Index No

Kondisi

Skor

1

Tidak ada calculus

0

2

Calculus Supra Gingival calculus menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan

1

servikal yang diperiksa 3

Calculus Supra Gingival Calculus menutup tidak lebih dari 1/3 tapi kurang

2

dari 2/3 permukaan yang diperiksa / ada bercak – bercak calculus Sub Gingival disekeliling servikal gigi 4

Calculus Supra Gingival menutup lebih dari 2/3 permukaan / ada calculus

3

Sub Gingival disekeliling servikal gigi Sumber: Putri, herijulianti, dan Nurjannah (2010).

Untuk menghitung calculus index (CI), digunakan rumus sebagai berikut : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑢𝑠

Calculus Index (CI)= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 Cara menghitung skor debris index, skor calculus index dan skor OHI-S yaitu skor debris index maupun skor calculus index ditentukan dengan cara menjumlahkan seluruh skor kemudian membaginya dengan jumlah segment yang diperiksa.

7. Cara melakukan penilaian debris index dan calculus index. Menurut Be (1978), sutu prosedur pemeriksaan yang sistemik diperlukan, agar penilaian untuk debris dan calculus dapat dilakukan secepat mungkin dengan cara : a. Yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat dalam mulut yaitu permukaan klinis, bukan permukaan anatomis gigi. b. Penggunaan sonde biasa atau dental probe terutama untuk pemeriksaan debris. Sonde digerakkan secara mendatar pada permukaan gigi, dengan demikian maka debris itu terbawa oleh sonde. c. Pemeriksaan terhadap debris dan calculus. 1. Pemeriksaan terhadap debris Pertama-tama pemeriksaan dilakukan pada sepertiga permukaan gigi bagian incisial. Jika bagian ini bersih, pemeriksaan dilanjutkan pada sepertiga permukaan gigi bagian tengah, apabila bagian ini juga bersih, maka pemeriksaan terakhir dilakukan pada sepertiga permukaan gigi bagian servikal. 2. Pemeriksaan terhadap calculus Permukaan selalu dimulai dari bagian incisal, dan untuk member nilai lihat kriteria yang sudah dijelaskan sebelumnya. Perlu diperhatikan adanya calculus subgingival, selalu harus diperiksa pada sepertiga permukaan gigi bagian servikal. 8. Akibat tidak memelihara kebersihan gigi dan mulut a. Bau mulut (halitosis) Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut pada saat seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium pada saat berbicara). Bau nafas yang bersifat akut disebabkan kekeringan mulut, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih, dan makanan lain yang biasanya mengandung sulfur. Kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut juga sangat mempengaruhi timbulnya bau mulut yang tidak sedap (Vyanti, 2008). b. Karang gigi Menurut Julianti (2008), karang gigi yang disebut juga calculus adalah lapisan keras berwarna kuning yang menempel pada gigi terasa kasar, yang dapat menyebabkan masalah

pada gigi. Calculus terbentuk dari dental plak yang mengeras pada gigi dan mentepa dalam waktu yang lama. Calculus pada plak membuat dental plak melekat pada gigi dan gusi yang sulit dilepaskan hingga dapat memicu pertumbuhan plak selanjutnya. Calculus disebut juga sebagai penyebab sekunder periodontitis. c. Gusi berdarah Gusi berdarah atau peradangan pada gusi buasanya disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak dan karang gigi (calculus) yang menempel pada permukaan gigi (Margareta, 2010). d. Gigi berlubang Menurut Setyaningsih (2007), gigi berlubang yaitu adanya lubang pada gigi karena kebersihan gigi dan mulut yang tidak terjaga kebersihannya. Gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh plak. Gigi berlubang dapat dicegah dengan menekan efek mikroba yang ada di plak gigi (Sriyono, 2005). 1. Pola Makan Pengkajian pola makan klien dilakukan untuk mendeteksi keberadaan iritasi lokal pada gusi atau struktur mukosa. Bertanya pada klien jika ada masalah tertentu dalam mengunyah, kecocokan gigi palsu, atau menelan. Adanya bisul atau iritasi mengganggu pengunyahan dan menyebabkan klien menghindar untuk makan. Hal ini tidak umum pada klien lansia dengan gigi palsu yang kurang pas.

2. Faktor Risiko untuk Masalah Hygiene Mulut Klien tertentu berisiko untuk masalah mulut karena kurang pengetahuan tentang hygiene oral, ketidakmampuan melakukan perawatan mulut, atau perubahan integritas gigi dan mukosa akibat penyakit atau pengobatan.

3. Masalah Umum Mulut Hal ini membantu perawat untuk mengenal masalah umum pada mulut. Setiap masalah menunjukkan tanda dan gejala yang dikenal dan mempengaruhi tipe perawatan hygiene dan pengajaran yang diberikan. 1. Dua tipe masalah besar adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal (pyorrhea). Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya

melalui kekurangan kalsium. Pada Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah lapisan transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi dan email, pada kasus yang berat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali mulai sebagai diskolorasi pengapuran putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau kehitaman. Untuk orang yang berusia lebih dari 35 tahun, masalah yang paling umum adalah pyorrhea. Penyakit periodontal adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane periodontal atau ligament periodontal. Penambahan penyakit meliputi sebagai berikut: a. Deposit kalkulus pada gigi di garis gusi b. Gingiva menjadi bengkak dan perih c. Peradangan menyebar, pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gingival, gusi menyusut. d. Tulang alveolar hancur , dan gigi lepas 2. Halitosis (bau mulut) merupakan masalah umum rongga mulut akibat hygiene mulut yang buruk, pemasukan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes. 3. Keilosis, bibir pecah-pecah atau retak terutama pada sudut mulut karena defisiensi riboflavin, napas mulut, dan saliva yang berlebihan. Pemberian minyak pada bibir mempertahankan kelembaban, dan salep anti-jamur atau anti-bakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme. Gejala penyakit periodontal meliputi gusi berdarah ; bengkak, jaringan yang radang, garis gusi yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gigi dan gusi, dan kehilangan gigi tiba-tiba. Jika perawatan mulut yang tidak dipelihara maka bakteri mati, disebut tartar yang menggumpal disepanjang garis gusi. Tartar menyerang gusi dan serat yang menempel pada gigi, akibatnya kehilangan gigi. Tindakan preventif yang paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan gosok gigi yang teratur.

4. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan radang pada daerah gusi/ gigi (gingivitis), kehilangan gigi. b. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) tubuh berhubungan dengan intake (asupan) yang tidak adekuat (cukup) akibat radang gigi/ gusi (gingivitis), gigi palsu yang tipat pas. c. Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan trauma oral, asupan cairan yang terbatas, trauma B/D kemoterapi. d. Deficit perawatan oral diri / oral berhubungan dengan perubahan kesadaran, kelemahan eksteremitas atas. e. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan halitosis, ketidakadaan gigi. f. Kurang pengetahuan tentang hygiene oral berhubunga dengan kesalahpahaman praktik hygiene. g. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa oral.

5. Perencanaan Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawat harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitive tentang kondisi mulut mereka dan enggan memberikan orang lainmerawat. Dalam banyak kasus, klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker) juga tidak sadar bahwa mereka berisiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa mulut akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat memainkan peran penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulutklien terhadap perubahan dan memberikan hygiene. Tujuan klien yang membutuhkan hygiene mulut sebagai berikut : 1. Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik 2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar. 3. Klien akan mencapai rasa nyaman. 4. Klien akan memahami praktik hygiene mulut.

Rencana tindakan hygiene mulut sebagai berikut : 1. Diet, mengurangi asupan karbohidrat terutama yang manis di antara waktu makan; menimbulkan plak, memakan buah yang mengandung asam seperti apel dan sayuran berserat; mengurangi plak. Untuk wanita hamil, asupan kalsium sesuai rekomendasi, 4-6 gelas susu per hari. 2. Gosok gigi, minimal 2 kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. 3. Hygiene mulut khusus, diterapkan pada klien yang tidak sadar, klien berisiko stomatitis, diabetes, dan infeksi mulut. 4. Penggunaan fluoride, pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi. Fluoridasi berlebihan menyebabkan perubahan warna pada email gigi. 5. Flossing untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif diantara gigi. 6. Perawatan gigi palsu, harus dibersihkan seperti frekuensi gigi alami untuk mencegah infeksi gingival dan iritasi.

6. Evaluasi Evaluasi secara umum menilai daya kemampuan untuk mempertahankan kebersihan gigi dan mulut serta kemampuan untuk mempertahankan status nutrisi. Hal ini ditandai dengan keadaan mulut dan gigi yang bersih, tidak ada tanda radang, dan intake yang adekuat.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GIGI KELUARGA

A. Pengkajian

1. Pengertian Pengkajian Merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentan keluarga yang dibinanya.Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan

asuhan

keperawatan.Tahap

ini

mencangkup

pengumpulan

data,

analisis/interpretasi data tentang kondisi bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual pasien.

A. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga

:I GEDE NARKA

2. Alamat KK

:JL. GURITA II NO.3 DPS, BR/LINK. KARYA DARMA

3. Pekerjaan KK

:PEGAWAI NEGERI SIPIL

4. Pendidian KK

:SLTA

5. Komposisi Keluarga

:

N

Nama Anggota Keluarga

JK

Hub dg KK

Umur (TH)

Pendd

Kesehatan

Trhr

Gigi

1

NENGAH ARFINI

P

Istri

47

SLTA

2

NI LUH ENI PUSPITASARI

P

AK

19

SLTA

3

KADEK ARI JUWITASARI

P

AK

17

SMP

Genogram : PEREMPUAN

LAKI - LAKI

6. Tipe Keluarga Tipe keluarga dari bapak Narka adalah nuclear family ( keluarga inti ) keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. 7. Suku Bangsa Anggota keluarga bapak Narka berssuku bangsa Indonesia. Dalam suku mereka tidak ada budaya yang menentang hal – hal yang mendukung kesehatan. Bahasa yang digunakan sehari - hari keluarga ini adalah bahasa Indonesia. Bapak Narka mengatakan ada beberapa kegiatan lingkungan yang masih erat dengan budaya setempat seperti saling membantu jika ada kedukaan ataupun pesta. 8. Agama Keluarga bapak Narka menganut satu agama yang sama yaitu agama Hindu. Bapak Narka mengatakan setiap hari keluarga mengikuti persembahyangan dirumah. Bapak Narka selalu mengingatkan anak – anaknya untuk selalu rajin bersembahyang. Bapak Narka mengatakan dia percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam keluarganya adalah yang digariskan oleh yang Maha Kuasa. Tidak ada nilai- nilai keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan. 9. Status sosial ekonomi keluarga Penghasilan Kepala Keluarga : Rp. 5.000.000/bulan Istri

: Rp. 3.500.000/bulan

Anak 1

:-

Anak 2

:-

Jumlah pendapatan KK dan istri bila digabungkan menjadi Rp. 8.500.000/bulan, dengan rata – rata pengeluaran perbulan 2.500.000/bulan. Rata – rata pengeluaran anak 1 sebanayak Rp 350.000, sedangkan anak 2 rata – rata Rp. 250.00. dilihat dari penghasilan masing – masing keluarga, keluarga bapak Narka tersebut mempunyai status sosial ekonomi sederhana. 10. Aktivtas rekreasi keluarga Setiap hari Klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya menonton TV, berkumpul keluarga, melepas lelah bersama di ruang keluarga.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga 11. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga bapak Narka mempunyai 2 orang anak dan keduanya perempuan. Anak pertama berumur 19 tahun dan anaknya yang kedua 17 tahun. Hal ini berarti keluarga bapak Narka berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa. 12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Sampai saat ini bapak Narka belum memenuhi tugas perkembangannya yaitu memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 13. Riwayat keluarga inti a. Kepala Keluarga

: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit. b. Istri

: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit. c. Anak 1

: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit. d. Anak 2

: Tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit. 14. Riwayat keluarga sebelumnya Dari keluarga Pak Narka , tidak ada riwayat sakit menular, menahun, atau menurun dan dari keluarga istri juga tidak ada riwayat sakit menular, menahun atau menurun.

C. Pengkajian Lingkungan 1. Karakteristik rumah

DAPUR

KAMAR TIDUR

KAMAR TIDUR

U

RUANG KELUARGA

KAMAR MANDI

KAMAR TIDUR

RUANG TAMU

S

Luas tanah 250 m2 , luas rumah 250 m2 Tipe rumah : permanen dengan jumlah ruang 3 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi, jumlah jendela 12. Setiap ruangan difungsikan secara optimal, peletakan perabotan rumah tangga tertata rapi. Jenis septic tank dua kotak sudah termasuk peresapan air. Sumber air minum yang digunakan adalah air isi ulang. 2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Tetangga klien yang ada disekitar rumah ramah – ramah. Klien tinggal diwilayah perkotaan. Jarak rumah satu dengan yang lain cukup dekat. 3. Mobilitas geografis keluarga Sejak bapak Narka menikah dengan ibu arfini , keluarga tinggal di JL. Gurita II No. 3 DPS, BR/ LINK. Karya Darma dan tidak pernah pindah. Sejak Pak menikah dengan , keluarga tinggal di dan tidak pernah pindah. 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Setiap hari, klien dan keluarga selalu dapat meluangkan waktu untuk berkumpul. Keluarga klien juga berinteraksi baik dengan masyarakat sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antar anggota keluarga saling menyayangi satu sama lainnya. Keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan meliputi MCK, tempat tidur yang nyaman, sumber air bersih.klien memiliki sepeda motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti penyuluhan kesehatan tentang DBD, diadakan imunisasi: tetanus, campak, folio dll. Dan kebutuhan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik. 3 Struktur Keluarga 6. Pola komunikasi keluarga Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan masyarakay adalah bahasa Indonesia. Komunikasi antar keluarga lebih sering pada sore hari karena bapak Narka pulang kerja sore dan anak – anak pulang sore hari juga. 7. Struktur kekuatan keluarga Klien memberi nasehat kepada anak – anak tentang bagaimana cara berperilaku yang baik, sopan santun, tatakrama, cara menjaga hubungan baik dengan orang lain.

8. Struktur peran (Formal dan Informal) 



Bapak Narka Peran Informal

: Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

Peran Formal

: Sebagai kepala keluarga, sebagai suami dan ayah.

Ibu Arfini Peran Infornal

: Masih aktif sebagai anggota masyarakat dan

perkumpulan ibu – ibu di lingkungan banjar. 



Peran Formal

: Sebagai istri dan ibu.

Puspitasari

:

Peran Informal

: Masih sekolah

Peran Formal

: Anak kandung

Juwitasari Peran Informal

:Masih sekolah

Peran Formal

: Anak kandung

9. Nilai dan norma keluarga Keluarga meyakini bahwa kesehatan sangat penting, sehingga mereka membiasakan diri cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan dan memperhatikan gizi dalam keluarga

4 Fungsi Keluarga 10. Fungsi afektif Keluarga bapak Narka saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Bapak Narka selalu mendukung apa yang dilakukannya selama batas kewajaran dan tidak melanggar etika dan sopan santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalahan keluarga. 11. Fungsi social Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing – masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku. 12. Fungsi Perawatan Kesehatan a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. Keluarga cukup mengetahui dan mengenal penyakit terbukti ketika dia merasakan dan melihat adanyakarang gigi lalu dia kedokter gigi untuk membersihkan karang giginya.

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : -

Keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya

-

Anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun kadang masalah kesehatan tersebut dianggap sepel atau tidak begitu diperhatikan secara lebih lanjut.

-

Keluarga sangat cemas dengan kemungkinan penyakit yang menyerang anggota keluarga yang lain

-

Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif

-

Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga, sehingga tidak bisa mengambil keputusan.

c. Kemapuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit -

Pengetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga sedikit mengerti masalah hal – hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan perlu dilakukan untuk mencegah kekambuhan.

-

Jika anggota keluarga yang sakit dan sekranya perlu penanganan tenaga kesehatan maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan penyembuhan kepada tenaga kesehatan tersebut. Namun bila penyakitnya masih tergolong ringan maka keluarga

cukup

menganjurkan

istirahat,

pemenuhan

kebutuhan

dan

mengkonsumsi obat generik dari toko atau warung kepada anggota keluarga yang sakit. -

Untuk berjaga – jaga, keluarga hanya menyediakan obat – obatan yang sering dikonsumsi dan cocok bagi masing – masing anggota keluarga. Apabila penyakit yang dideritanya dirasa parah, keluarga langsung membawa ke tenaga kesehatan.

-

Setiap anggota keluarga mengerti fungsi dan tanggung jawab masing – masing sumber keuangan yang dimiliki anggota keluarga, fasilitas – fasilitas penunjang yang ada dirumah sudah memenuhi kriteria standar, dan hubungan antara anggota keluarga dengan masyarakat terjalin baik. Ini terbukti jika ada anggota masyarakat yang sakit baik dirumah ataupun di Rumah Sakit anggota masyarakat yang lain menjenguk.

-

Keluarga memberikan support agar dapat membantu proses penyembuhan.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

-

Anggota keluarga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota keluarga dan mengerti tentang sumber – sumber keuangan yang dimiliki.

-

Keluarga menyadari dengan lingkungan yang bersih dapat mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit.

-

Keluarga menyadari pentingnya hygiene sanitasi untuk menciptakan rumah yang sehat.

-

Keluarga secara bersama – sama mempertahankan kondisi kesehatan mereka dengan cara makan teratur, memenuhi gizi seimbang, mengatur waktu untuk bekerja, berkumpul, dan rekreasi.

13. Fungsi reproduksi a. Jumlah anak yang dimiliki bapak Narka dua orang perempuan. b. Keluarga telah merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak kelahiran anak yang pertama dengan anak yang kedua. c. Bapak Narka dengan Ibu menggunakan program KB jenis IUD sejak tahun 2000 sampai sekarang. 14. Fungsi Ekonomi -

Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan pendapatannya untuk keperluan tak terduga.

-

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seperti: Puskesmas, Posyandu, Poliklinik dll.

5 Stress dan Koping keluarga 15. Stressor jangka pendek dan jangka panjang a. Stessor jangka pendek  Kerusakan rumah akibat gempa  Trauma adanya gempa susulan b. Stressor jangka panjang  Kekambuhan penyakit giginya. 16. Kemampuan keluarga terhadap situasi atau stessor Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas, keluarga merasa tidak nyaman berada dalam rumah, meskipun keluarga telah memperbaiki rumahnya. Keluarga masih merasa was-was kalau ada gempa lagi. Untuk stressor

jangka panjang Bapak Narka berusaha mencegah kekambuhan penyakitnya dengan tidak makan-makanan yang dapat merusak giginya. 17. Strategi koping yang digunakan Bila ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah tapi untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga diselesaikan sendirisendiri. 18. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan

anak,

memberikan

ancaman-ancaman

dalam

menyelesaikan masalah. 2.Data Khusus Kesehatan Gigi dan Mulut

I.

STATUS ASUHAN KEPERAWATAN GIGI GIGI DAN MULUT

a. Identitas Klien Nama Lengkap

:KADEK ARI

Jenis Kelamin

:PEREMPUAN

Agama

:HINDU

JUWITASARI Tempat/ tgl lahir

:BONTIHING/ 17 AGUSTUS 2000

Pekerjaan

:PELAJAR

Bangsa

:INDONESIA

Alamat

:JL. GURITA II NO. 3

Gol.Darah

:O

DPS, BR/LINK. KARYA DARMA No. Telepon

: 081293510757

b. Keluhan Klien 1) Keluhan Utama

: Pada saat dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut terdapat lubang

pada gigi belakang kanan bawah pasien. Pada saat pasien makan/minum yang panas/dingin terasa kadang ngilu namun rasa ngilu segera hilang saat makanan dihilangkan. 2) Keluhan Tambahan : -

c.Riwayat Kesehatan Umum : Pertanyaan

Ya

Klien merasa dalam keadaan sehat



Tidak √

Selama 5 tahun terakhir ini, pasien pernah dinyatakan pernah mengalami penyakit serius, menjalani operasi dana tau di rawat inap di Rumah Sakit? Kalau Ya, sebutkan nama penyakitnya………………………………….. Klien punya kelainan pembekuan darah?



Klien mempunyai reaksi alergiterhadap hal-hal sebagai berikut:



Makanan Obat-obatan Obat yang disuntik (obat bius) Cuaca dan lain-lain √

Pasien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak diresepkan oleh dokter/dokter gigi

d). Riwayat Kesehatan Gigi No Pertanyaan 1

Klien pernah dirawat gigi sebelumnya?

2

Kalau sudah pernah dirawat, apakah pengalaman perawatannya tidak

Ya

Tidak

√ √

memuaskan atau menjadi cemas/takut untuk diperiksa ulang? 3

Klien mengetahui bagamana cara memelihara kesehatan gigi dan



mulut yang baik dan benar? 4



Klien menyikat gigi minimal 2 kali sehari setelah makan pagi dan malam sebelum tidur?

5

Klien menyikat gigi dengan cara yang benar, tepat dan cermat

6

Klien mengurangi makanan yang manis dan lengket

7

Klien memperbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang berserat

8

Klien mempunyai kebiasaan :

√ √ √

-

Minum Teh / Kopi



-

Minum minuman beralkohol



-

Minum Minuman Bersoda



-

Merokok



-

Mengunyah satu sisi rahang

-

Mengunyah sirih/tembakau



-

Menggigit benda keras



-

Bruxism





1. Pemeriksaan Extra Oral: Muka

: Simetris/Tidak Simetris

Kelenjar Limpe : Teraba/Tidak Teraba, Keras/Lunak, Sakit/Tidak sakit` 2. Pemeriksaan a. Index Pengalaman Karies d

D

1

e

M

0

f

F

0

def-t

DMF-T

1

b. Index Kebersihan Gigi dan Mulut Debris Index

Calculus Index

2

1

2

1

0

1

1

1

1

1

0

1

Skor OHI-S : 1,99 Kriteria

: Sedang

c. Pemeriksaan Jaringan Keras Gigi 18

17

16

15

14

13

12

11

21

22

23

24

25

26

27

28

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

55

54

53

52

51

61

62

63

64

65

85

84

83

82

81

71

72

73

74

75

9

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9

48

47

46

45

44

43

42

41

31

32

33

34

35

36

37

38

Gigi

Inspeksi

Thermis

Sondasi

Perkusi

Druk

Mobiliti

Data Masalah

Gigi

Terlihat

46

lubang

(+) ngilu

dibagian oklusal

(-) tidak

KME

ngilu Karies superfisialis

RA &

Penumpukan

RB

sisi makanan

RA &

Terlihat

Supra

RB

karang gigi

Gingival

berwarna

Calculus

putih kekuningan

Pemeriksaan Mukosa Mulut 1.Lidah

: Normal

Debris

2. Pipi

: Normal

3. Bibir

: Normal

4. Palatum

: Normal

5. Gusi

: Kelainan yang ditemukan

Gi

Lokasi

Konsistenal

gi

Bentuk

Bentuk

War

Papil

Margin

na

Bucc P

labi

lingu Keny Lun

runci

bul

norm abnor

al

al

al

ng

at

al

al

al

ak

Data/ Masal ah

mal

Kelainan/Anomali gigi Bentuk : Normal Jumlah : Normal Ukuran : Normal Posisi : Normal Warna : Normal B.Diagnose Keperawatan Gigi dan Mulut Gigi

Masalah

Kata penghubung

Kemungkinan Penyebab - Kurangnya

Gigi 46

Tidak terpenuhinya kebutuhan

Sehubungan

KME

kesehatan gigi dan mulut klien

dengan

karena : 1. Terdapat lubang pada gigi 2. Kadang-kadang terasa

pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut. - Tidak mengetahui

ngilu bila dipakai

cara menyikat gigi

makan/minum panas/

yang tepat, baik cara

dingin kadang-kadang

maupun waktu

terasa ngilu. 3. Bau Mulut

- Suka makan/minum makanan yang manis dan melekat

- Kurang mangonsumsi buah dan sayur RA dan

Tidak terpenuhinya kebutuhan

Sehubungan

RB

kesehatan gigi dan mulut pasien

dengan

terdapat

karena :

Debris

- Kurangnya pengetahuan tentang cara memelihara

1. Terdapat penumpukan

kesehatan gigi dan

sisa makanan

mulut. - Tidak mengetahui cara menyikat gigi yang tepat, baik cara maupun waktu - Suka makan/minum makanan yang manis dan melekat - Kurang Mengonsumsi sayur dan buah

RA dan

Tidak terpenuhinya kebutuhan

Sehubungan

RB Supra

kesehatan gigi dan mulut pasien

dengan

gingival

karena :

kalkulus

1. Terdapat Karang gigi berwarna putih kekuningan 2. Terdapat penumpukan sisa makanan dan plak 3. Bau Mulut

- Kurangnya pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut. - Tidak mengetahui cara menyikat gigi yang tepat, baik cara maupun waktu - Suka makan/minum makanan yang manis dan melekat - Kurang Mengonsumsi sayur dan buah

1.Analisa data No 1

Data

Diagnose Keperawatan Gigi

Data Subyektif : Juwitasari mengatakan mengalami Gangguan rasa nyeri gigi pada keluarga nyeri pada gigi sejak 1 bulan yang bapak

Narka

lalu. Juwitasari mengatakan tidak berhubungan pernah diobati.

khususnya

dengan

anaknya

ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang

Juwitasari mengatakan tidak tahu

mengalami rasa nyeri pada gigi.

proses terjadinya nyeri pada gigi , penyebab dan cara perawatannya Data Obyektif : Gigi 46 terlihat karies mengenai email,

sondase

tidak

ngilu/sakit,

perkusi/druk tidak sakit 2

Data Subyektif : Juwitasari mengatakan mengalami Risiko perkembangan karies mengenai nyeri pada gigi gerahamnya Bila dentin dan pulpa minum es terasa nyeri. Juwitasari mengatakan tidak tahu proses terjadinya nyeri pada gigi , penyebab dan cara perawatannya Data Obyektif :

pada keluarga bapak

Narka khususnya anaknya berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami rasa nyeri pada gigi. Kebiasaan Oral Hygiene keluarga rendah khususnya anak bapak Narka berhubungan

Rasa nyeri setelah dilakukan test dengan ketidakmampuan keluarga merawat thermis

anggota keluarga yang mengalami rasa nyeri pada gigi.keluarga rendah

1. Perumusan masalah rumusan masalah

No 1

Data

Etiologi

Masalah

Data Subyektif Juwitasari mengatakan mengalami nyeri Ketidakmampuan

Kurangnya

pada gigi sejak 1 bulan yang lalu. Keluarga anaknya bapak Narka, pemahaman mengatakan tidak pernah diobati. Juwitasari mengatakan tidak tahu proses terjadinya nyeri pada gigi , penyebab dan cara perawatannya Data Obyektif : Gigi 46 terlihat karies mengenai email, sondase tidak ngilu/sakit, perkusi/druk tidak sakit Data Subyektif : Juwitasari mengatakan mengalami nyeri pada gigi sejak 1 bulan yang lalu. Juwitasari mengatakan tidak pernah diobati. Juwitasari mengatakan tidak tahu proses terjadinya nyeri pada gigi , penyebab dan cara perawatannya Data Obyektif : Gigi 46 terlihat karies mengenai email, sondase tidak ngilu/sakit, perkusi/druk tidak sakit

Juwitasari

mengenal

masalah

kesehatan

gigi dan mulut

Juwitasari terhadap pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

C.Perencanaan ( Family Care Plan) PERENCANAAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KELUARGA Rencana perawatan asuhan gigi dan mulut pada : Nama

: KADEK ARI JUWITASARI

Umur

: 17 tahun

Gigi

Data

Tujuan

Kriteria

Hasil/Standar

Intervensi

Masalah 46

KME

Tujuan dilakukan

Pengetahuan

Keluarga dapat 1. - Menjelaskan

rujukan :

menyebutkan

pengertian dan

-Untuk

pengertian,

penyebab gigi

mengembalikan

penyebab, cara

berlubang

fungsi anatomi gigi

perawatan gigi 2. - Mengajarkan

-Untuk

berlubang

mengembalikan

cara merawat kesehatan gigi

fungsi pengunyahan -Untuk mencegah karies lebih lanjut

RA

Debris

Setelah dibimbing

Perilaku

Keluarga dapat 1. Mengajarkan

dan

cara menyikat gigi :

menyikat gigi

cara menyikat

RB

-

Untuk mencegah

dengan cara dan

gigi yang baik

terbentuknya

waktu yang

dan benar

karang gigi, dan

benar.

gusi berdarah

RA

Supra

Tujuan dilakukan

dan

Gingiva

tindakan scaling

melakukan

pengertian

RB

Calculus

-Untuk mencegah

instruksi untuk

karang gigi,

terjadinya bau

mencegah

penyebab dan

mulut,periodontitis,

Sikap

Keluarga dapat 2. Menjelaskan

akibatnya

gusi berdarah dan

terjadinya karang 3.

penyakit gigi dan

gigi.

mulut lainnya yang disebabkan oleh karang gigi

D.Implementasi format: catatan implementasi Kunjungan Ke

Perawatan Klinis

Penyuluhan/konseling/inst

Hasil Evaluasi

ruksi tentang  Sikat gigi minimal 2

Kunjungan Ke 1

Komter

Telah dilakukan

(pertama)

pemeliharaan

kali sehari, pagi setelah

komter

kesehatan gigi dan

srapan dan malam

cara

mulut

serta

sebelum tidur.

pemeliharaan

membimbing

cara  Perbanyak

tentang

kesehatan

gigi

menyikat gigi yang

mengonsumsi buah dan

dan mulut serta

baik dan benar

sayur

RA

 Kurangi mengonsumsi makanan yang manis

dan

terbebas

RB dari

plak dan debris

dan melekat  Gunakan kedua sisi rahang untuk mengunyah  Periksa kesehatan gigi dna mulut minimal 6 bulan sekali ke puskesmas. Kunjungan Ke 2 (kedua)

Karang Gigi

 Sikat gigi minimal 2

Telah dilakukan

kali sehari, pagi setelah

komter

srapan dan malam

karang gigi.

sebelum tidur.

tentang

 Perbanyak mengonsumsi buah dan sayur  Kurangi mengonsumsi makanan yang manis dan melekat  Periksa kesehatan gigi dna mulut minimal 6 bulan sekali ke puskesmas.  Komter

Kunjungan Ke 3 (tiga)

tentang  Sikat gigi minimal 2

gigi berlubang  Melakukan rujukan

Telah dilakukan

kali sehari, pagi setelah

komter

srapan dan malam

gigi

berlubang

sebelum tidur.

dan

telah

 Perbanyak mengonsumsi buah dan

tentang

dilakukan rujukan.

sayur  Kurangi mengonsumsi makanan yang manis dan melekat  Periksa kesehatan gigi dna mulut minimal 6 bulan sekali ke puskesmas. E.Evaluasi Format Evaluasi

Tanggal

Diagnose

Evaluasi

Terdapat penumpukan plak S : Keluarga telah memahami materi dan debris pada Juwitasari tentang cara pemeliharaan kesehatan gigi berhubungan

degan dan mulut

ketidakmampuan

keluarga O : Keluarga dapat menjawab tentang

menjaga kebersihan gigi dan cara-cara pemeliharaan kesehatan gigi mulut

dan mulut. A : keluarga sudah merubah sikap dalam cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sudah bisa menyikat gigi dengan cara yang benar P : menghimbau keluarga agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesehatan gigi dipengaruhi oleh kebersihan gigi dan mulut, gizi makanan, macam makanan, dan kepekatan air ludah. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paing banyak dijumpai di masyarakat saat ini adalah karies gigi. Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit jaringan karies gigi yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi bagian organic dan penghancuran dari substansi organic yang dapay menyebabkan rasa nyeri. Penyakit karies gigi bersifat progresif serta akumulatif, berarti bila ada kelainan yang tidak diobati lama – kelamaan akan bertambah parah, dan gigi yang sudah terkena tidak dapat kembali normal dengan sendirinya. Asuhan keperawatan gigi di tujukan untuk menghindari terjadinya gigi berlubang. Gangguan keperawatan berdasarkan hasil pengkajian didapat kurangnya kebersihan gigi dan mulut hingga menyebabkan terjadinya karies dan karang gigi. Tahap perencanaan disesuaikan dengan gangguan keperawatan yang ditemukan

dan

disesuaikan dengan kemampuan, situasi, kondisi yang ada di ruangan. Tahap pelaksanaan/implementasi dapat berjalan dengan baik yang telah dibuat dan diselesaikan dengan kondisi klien. Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu, menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Metodelogi proses keperawatan merupakan metodelogi penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi kesehatan dan keperawatan, meliputi tahapan: Pengkajian, Merumuskan diagnose keperawatan,

Perencanaan

Implementasi, Evaluasi dan

Dokumentasi.

B. Saran Diharapkan setelah melakukan pengkajian klien mau dan mampu memperabaiki cara menggosok gigi yang baik dan benar, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Be K, N, 2006, Preventive Dentistry, Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung Decker, Loveren, 2003. Sugars and Dental Karies, Am J Clin Nutr. Edwin. A. dan M. Kidd, 1992, Dasar – Dasar Karies Penyakit Gigi dan Pengelolanya, GEC, Jakarta. Ford, P., 1993. Restorasi Gigi, EGC, Jakarta. Forrest, 1995. Pencegahan Penyakit Mulut, Edisi II, Hipokrates, Jakarta. Krechtmer, dan Zimmermann, 1996. Devolepmental Nutrition, Oxford, USA. Srigupta, AA, 2004, Pengetahuan Populer mengenai Kesehatan Gigi, Puspa Swara, Jakarta. Houwink, et al, 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, UGM-Press Suwelo, IS, 1986. Karies Gigi pada anak dengan pelbagai factor etiologi, EGC, Jakarta.

Related Documents

Tri Kusuma (053).docx
December 2019 16
Tri
October 2019 65
Labu Kusuma (ok).pdf
June 2020 6
Tri Go No Me Tri
June 2020 22

More Documents from "Moriz Production"